Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KETIDAKBERDAYAAN

DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH


KEPERAWATAN JIWA

Disusun oleh :

NAMA : ELISTIANI DWI PRATIWI

NPM : 18.156.01.11.045

KELAS : 2B KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKes MEDISTRA INDONESIA

Jl. Cut Mutia No. 88A Sepanjang Jaya – Bekasi

Telp.(021) 82431375, 82431376, 82431377.Fax. (021) 82431374


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.

Tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan
makalah ini. Rasa terima kasih juga hendak saya ucapkan kepada teman-teman yang telah
memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bekasi, 20 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................................

1.2 RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................

1.3 TUJUAN PENULISAN.......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................

2.1 Pengertian Ketidakberdayaan...............................................................................................

2.2 Patofisiologi Ketidakberdayaan............................................................................................

2.3 Faktor Predisposisi...............................................................................................................

2.4 Karakteristik Ketidakberdayaan...........................................................................................

2.5 Tindakan Keperawatan.........................................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................................

BAB IV PENUTUP..........................................................................................................................

4.1 KESIMPULAN....................................................................................................................

4.2 SARAN.................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ketidak berdayaan adala presepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan


mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan dimana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan (NANDA, 2014).

Menurut Towensed (2009), ketidakberdayaan dimana individu dengan kondisi depresi,


apatis dan kehilangan control yang diekspresikan oleh individu baik verbal maupu non
verbal. Intervensi yang dapat dilakukanuntuk mengatasi ketidakberdayaan adalah mengenali
dan mengekspresikan emosi, memodifikasi pola kognitif yang negative (latihan berfikir
positif), berpartisipasi dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan perawatan dan
termotivasi untuk aktif mencapai realistis (standar asuhan keperawatan, 2011)

1.2 RUMUSAN MASALAH

2.1 Bagaimana Pengertian Ketidakberdayaan?

2.2 Bagaimana Patofisiologi Ketidakberdayaan?

2.3 Bagaimana Faktor Predisposisi ?

2.4 Bagaimana Karakteristik Ketidakberdayaan?

2.5 Bagaimana Tindakan Keperawatan?

2.6 Bagaimana Asuhan Keperawatan Ketidak Berdayaan?

1.3 TUJUAN PENULISAN

3.1 Mengetahui Pengertian Ketidakberdayaan

3.2 Mengetahui Patofisiologi Ketidakberdayaan

3.3 Mengetahui Faktor Predisposisi


3.4 Mengetahui Karakteristik Ketidakberdayaan

3.5 Mengetahui Tindakan Keperawatan

3.6 Mengetahui Asuhan Keperawatan Ketidak Berdayaan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ketidakberdayaan

Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan


mendapat hasil (Varcarolis, 2000), tuntutan dari setiap individu terjadi bila ada kebutuhan
yang melibatkan individu itu sendiri, bila setiap keputusan tak bisa dilakukan oleh individu
maka telah terjadi masalah yang berimbas pada kemampuan individu dalam menentukan
kondisi yang di rasakan (Fortinash, 2003). Menurut Townsend (2009) ketidakberdayaan
dimana individu dengan kondisi depresi, apatis dan kehilangan kontrol yang diekpsresikan
oleh individu baik verbal maupun non verbal. Kondisi depresi merupakan salah satu masalah
yang berakibat pada konsisi psikososial dengan ketidakberdayaan. Kondisi ketidakberdayaan
pada individu terjadi bila individu tidak dapat mengatasi solusi dari masalah nya, sehingga
individu percaya hal tersebut diluar kendalinya untuk mencapai solusi tersebut.

Dapat disimpulkan bahwa kondisi depresi tersebut merupakan salah satu masalah yang
berakibat pada kondisi psikososial dengan ketidakberdayaan. Kondisi ketidakberdayaan tidak
seperti keputusasaan, ketidakberdayaan pada individu terjadi bila individu tidak dapat
mengatasi solusi dari masalahnya, sehingga individu percaya hal tersebut diluar kendalinya
untuk mencapai solusi tersebut. Keputusasaan menyiratkan seseorang percaya bahwa tidak
ada solusi terhadap masalahnya.

Namun konsep dasar dari masalah ketidakberdayaan belum bisa dijelaskan baik dari
definisi, etiologi, maupun patofisiologinya karena ketidakberdayaan merupakan manifestasi
yang timbul dari masalah yang berasal dari individu yang mengalami kecemasan. Kecemasan
merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi, salah satu
gangguan alam perasaan, secara umum yang akan mengakibatkan distres, atau kerusakan
sosial, atau berbagai area penting dalam kehidupan manusia termasuk aspek kognitif yang
menyebabkan kurangnya konsentrasi, ketidakmampuan mengambil keputusan dan kesulitan
untuk mengingat, perasaan tidak berharga dan ketidakmampuan memperoleh kekuatan untuk
mengendalikan situasi, pada saat individu mengalami suatu kondisi sakit maka terdapat
kemampuan individu untuk bertahan terhadap penyakit ketika mengalami stress, atau
menggunakan kemampuan penyelesaian masalah dan menyakini bahwa individu dapat
melakukan koping terhadap situasi yang tidak menguntungkan atau situasi baru (Videbeck,
2008) , namun kondisi yang tidak mendukung memberikan pemahaman yang berbeda pada
individu yang tidak bisa menyelesaikan masalah stres yang akan berakibat terhadap
kemampuan dalam mengatasi masalah yang harusnya bisa teratasi dengan benar.

2.2 Patofisiologi Ketidakberdayaan

Patofisiologi masalah psikososial pada individu yang mengalami ketidakberdayaan saat


ini belum diketahui secara pasti, namun jika dianalisa dari proses terjadinya berasal dari
ketidakmampuan individu dalam mengatasi masalah sehingga menimbulkan stres yang
diawali dengan perubahan respon otak dalam menafsirkan perubahan yang terjadi. Stres
akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan sinyal menuju hipotalamus. Hipotalamus
kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan perubahan, sinyal dari
hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya
adalah amigdala yang akan bertanggung jawab terhadap status emosional individu terhadap
akibat dari pengaktifan sistem hipotalamus pitutary adrenal (HPA) dan menyebabkan
kerusakan pada hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga
kurang aktivitas dan malas melakukan sesuatu, hambatan emosi pada klien dengan
ketidakberdayaan, kadang berubah menjadi sedih atau murung, sehingga merasa tidak
berguna atau merasa gagal terus menerus. Dampak pada hormon glucocorticoid pada lapisan
luar adrenal sehingga berpengaruh pada metabolisme glukosa, selain gangguan pada struktur
otak, terdapat ketidakseimbangan neurotransmiter di otak. Neurotransmiter merupakan
kimiawi otak yang akan ditransmisikan oleh satu neuron ke neuron lain dengan rangsang
tersebut (Stuart & Laraia, 2005).

2.3 Faktor Predisposisi

Menurut Struart dan Laraia (2005) faktor predisposisi merupakan faktor yang beresiko
yang menjadi sumber terjadinya stres dan mempengaruhi tipe dan sumber dari individu untuk
menghadapi stres baik secara biologis, psikososial dan sosiokultural. Faktor predisposisi
tersebut antara lain :
a) Faktor genetik individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang
mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam
menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi proses kehilangan.

b) Teori kehilangan, berhubungan dengan faktor perkembangan seseorang yang


mengalami kehilangan yang traumatis atau perpisahan dengan orang yang berarti
pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi kemampuan individu tersebut untuk
mengatasi perasaan kehilangan, pada masa dewasa individu menjadi tidak berdaya
dan akan sulit mencapai fase menerima.

c) Teori Kognitif, mengemukakan bahwa depresi terjadi akibat gangguan perkembangan


terhadap penilaian negatif terhadap diri, sehingga terjadi gangguan proses pikir.
Individu menjadi pesimis dan memandang dirinya tidak adekuat, tidak berdaya dan
tidak berharga serta hidup sebagai tidak ada harapan. Menurut Norris (2002) peran
pengetahuan dapat mengubah sikap penderita diebetes menjadi lebih baik.

d) Teori Model Belajar Ketidakberdayaan, menyatakan depresi terjadi karena individu


mempunyai pengalaman kegagalan-kegagalan, lalu menjadi pasif dan tidak mampu
menghadapi masalah. Akhirnya timbul keyakinan individu akan ketidakmampuannya
mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respon yang
adaptif. Menurut Funnel, Anderson, (2005) mengatakan keberhasilanperubahan sikap
dari penderita merupakan salah satu keberhasilan perawatan yang mandiri.

Karakteristik gejala dan tanda dari ketidakberdayaan menurut Wilkinson (2005)


antara lain. Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan
mengendalikan atau mempengaruhi situasi, mengungkapkan tidak dapat menghasilkan
sesuatu, mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya, mengungkapkan keragu-raguan terhadap
penampilan peran, mengatakan ketidakmampuan perawatan diri, ketidakmampuan untuk
mencari informasi tentang perawatan, tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
saat diberikan kesempatan, enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya, ketergantungan
terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa
bersalah, gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika
mendapat perlawanan. lingkungan perawatan kesehatan yang masih dianggap kurang
terapeutik, program yang terkait dengan penyakit misalnya pengobatan jangka panjang,
penyakit kronik yang berulang kambuh, interaksi interpersonal yang tidak adekuat atau
terganggu, gaya hidup ketidakberdayaan yang pernah dipelajari karena seringnya
individu mengalami kegagalan atau harapan peran yang tidak terpenuhi, penyakit kronis
atau terminal, ketidakseimbangan metabolisme.

2.4 Karakteristik Ketidakberdayaan

Ketidakberdayaan merupakan respon individu terhadap penilaian stressor dan bagaimana


menyelesaikan stressor tersebut. Individu yang dihadapkan pada suatu kondisi yang dianggap
stressor maka akan bereaksi terhadap stressor tersebut , namun bila tidak bisa mengatas
stressor tersebut dapat mengakibatkan masalah ketidakberdayaan. Menurut National
Association Nursing Diagnoses of American (NANDA, 2012), adanya karakteristik dari
ketidakberdayaan antara lain ketidakberdayaan ringan, sedang dan berat . Karakteristik
ketidakberdayaan ringan antara lain mengekspresi ketidakpastian tentang kemampuan dalam
mengatasi tingkat energi.

Karakteristik ketidakberdayaan sedang antara lain ketergantungan pada orang lain yang
dapat mengakibatkan iritabilitas, tidak melakukan pemenuhan perawatan diri ketika
dibutuhkan, tidak memantau kemajuan, ekpresi ketidakpuasan terhadap ketidakmampuan
melakukan aktifitas sebelumnya, ekspresi keraguan bahkan berakibat menjadi marah.

Karakteristik ketidakberdayaan berat antara lain apatis, depresi terhadap kondisi buruk
secara fisik, menyatakan tidak memiliki kendali misalnya terhadap perawatan diri, situasi dan
hasil. Menurut Winasis (2009) dalam konsep diri penderita diabetes menyebutkan adanya
perubahan sikap sering ditunjukan pada penderita diabetes melitus dengan prilaku mudah
marah, kurang mampu melakukan kemandirian, merasa sedih, dan putus harapan karena tak
bisa melakukan aktifitas secara normal lagi di lingkungan masyarakat.

2.5 Tindakan Keperawatan


Menurut Kanine, (2011) dalam penelitiannya tentang pengaruh terapi generalis dan
logoterapi terhadap respon ketidakberdayaan klien diabetes melitus menyimpulkan bahwa
pada kelompok intervensi diketahui terjadi penurunan skor respon ketidakberdayaan setelah
diberikan terapi generalis dan logoterapi individu sebesar 14,80. Hasil ini diketahui setelah
dilakukan terapi generalis dan logoterapi individu sebelum diberikan intervensi skor sebesar
44.08, sedangkan setelah dilakukan intervensi sebesar 22,28. Penelitian ini menunjukan
adanya penurunan skor yang signifikan pada kelompok intervensi setelah diberikan terapi
generalis dan logoterapi individu berdampak pada penurunan kondisi ketidakberdayaan yang
cukup tinggi dibandingkan dengan pemberian terapi generalis padan kelompok kontrol. Hal
ini menegaskan bahwa pemberian terapi generalis dipadu dengan logoterapi individu pada
kelompok intervensi memiliki hasil perbedaan skor yang signifikan pada kedua kelompok.
Sesuai dengan standar asuhan keperawatan intervensi pertama pada ketidakberdayaan adalah
melakukan pendekatan untuk mengkaji masalah ketidakberdayaannya.

Dalam melakukan pendekatan perawat menggunakan komunikasi terapeutik. Komunikasi


terapeutik adalah proses dimana perawat yang menggunakan pendekatan terencana dalam
mempelajari klien dan mengatasi masalah indivdu terhadap harapan dan tujuan dalam
mengatasi masalah dalam menghadapi kondisinya (Potter & Perry, 2005). Komunikasi
terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara klien dan perawat. Dengan komunikasi
terapeutik perawat dapat memegang peranan penting dalam mengatasi masalah pasien.
Komunikasi terapeutik merupakan bagian dari proses keperawatan. Menurut Rosenthal,
(2006) penderita penyakit kronis memerlukan komunikasi yang terapeutik dalam
memandirikan kondisi klien dengan komunikasi yang terarah memberikan dukungan
terhadap kondisi kesehatan individu sehingga individu mempunyai perasaan yang nyaman
dan aman dalam menjalani perawatan selama di rumah sakit, dalam intervensi keperawatan
psikososial pada penderita dengan ketidakberdayaan perawat memberikan keleluasaan
kepada penderita dalam mengekspresikan emosi secara benar dengan memperhatikan pola
pikir secara positif sehingga penderita mampu mengambil keputusan dalam perawatan secara
mandiri.

Menerapkan tujuan jangka panjang bagi klien yang mengalami ketidakberdayaan dengan
menunjukan rasa kendali pribadi atas situasi kehidupan yang ditunjukan dengan
menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan, serta menata lingkungan untuk memenuhi
kebutuhan pribadi, dengan cara minta klien mengidentifikasi masalah dengan diskusi
mencari sumber frustasi, ansietas, konflik, dan kebutuhan yang tidak terpenuhi, (Copel,
2007).

Langkah pertama identifikasi masalah penyebab perasaan negatif, bantu klien membuat
tujuan sederhana yang realistis agar sukses, serta tetapkan waktu dalam implementasi tujuan
sesuai tujuan struktur yang sesuai. Lalu menetapkan tujuan lanjutan agar klien dapat
membedakan situasi yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol atau menerima situasi
yang tidak dapat diubah, dengan cara bantu klien mengidentfikasi masalah dan diskusikan
dengan tujuan dan kebutuhan yang belum terpenuhi identifikasi strategi yang mungkin
dimodifikasi, bantu klien identifikasi situasi yang tidak dapat diubah agar terhindar dari
masalah frustasi. Sedangkan tindakan keperawatan untuk keluarga yaitu penjelasan kondisi
pasien dan cara merawat serta evaluasi peran keluarga merawat pasien, dengan cara latihan
mengontrol perasaan ketidakberdayaan (FIK UI-RSMM, 2012). Antara lain dengan :

a) Membina hubungan saling percaya

b) Mengenali dan mengekspresikan emosinya.

c) Memodifikasi pola kognitif yang negatif

d) Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perawatannya


sendiri.

e) Termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis

2.6 Tanda dan gejala


 Data subjektif :
1) Mengungkapakan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan
mengendalikan atau mengetahui situasi
2) Mengungkapkan tidak dapat menghasilakan sesuatu
3) Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan
4) Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran
5) Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri
 Data obyektif
1) Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan
2) Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan
3) Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya
4) Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan
iritabilitas,ketidaksukaan,marah dan rasa bersalah
5) Gagal mempertahankan ide pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika
mendapatkan perlawanan.
6) Apatis dan pasif
7) Ekspresi muka murung
8) Bicara dan gerakan lambat
9) Tidak berlebihan
10) Nafsu makan tidak ada dan berlebihan
11) Menghindari orang lain.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus Pemicu

Klien adalah Tn. H yang berusia 44 tahun. Klien dibawa ke Rumah Sakit Marzoeki
Mahdi Bogor dengan keluhan mengeluh sakit pada ulu hati dan sesak, terasa mual, muntah tidak
ada, pusing, dan mempunyai riwayat penyakit diabetes sejak satu tahun yang lalu. Keluhan
utama klien saat ini adalah mual dan sesak. Klien mengatakan sesak bila beraktifitas, selama
perawatan klien terlihat sering termenung dan jarang berinteraksi dengan orang lain, klien sendiri
bekerja sebagai tenaga pengajar didaerah kota Bogor, klien telah menikah dan dikaruniai tiga
orang putra tercinta, klien tinggal didaerah yang tak begitu padat namun klien dalam
kesehariannya gemar melakukan aktifitas sosial, setelah klien terdiagnosa mengidap penyakit
diabetes mellitus sekitar 2 tahun yang lalu klien mulai membatasi aktifitasnya karena merasa tak
berdaya dengan kondisi penyakitnya, klien rajin kontrol ke Poli diabetes namun hanya untuk
mengambil jatah obat bulanan saja, sejak dua minggu sebelum masuk Rumah Sakit klien
mengeluh sesak napas bila bergerak.

Menurut klien orang yang berarti dalam kehidupannya adalah istri dan anak-anaknya.
Klien berpenampilan rapi, memakai baju sesuai ukurannya. Saat berbicara klien tampak tenang,
terkadang tampak termenung dan sedih saat menceritakan masa lalunya yang menurut klien
sangat menyedihkan dan sempat membuat klien depresi ketika mengetahui mengidap
penyakitnya, klien tak mengerti mengapa menderita penyakit diabetes melitus kenapa bukan
orang lain saja, klien merasa selama ini tak pernah mengontrol pola makannya, klien mengatakan
tidak tahu harapan kedepan dalam kehidupannya ini khususnya terhadap pemulihan penyakitnya
ini dan masa depan anak-anaknya terhadap kondisi penyakitnya yang kronis, klien merasa tak
mampu menentukan pilihan bila ditanya daerah mana yang akan dilakukan penyuntikan, klien
merasa apapun yang akan dilakukan tak akan mengubah klien sebagai sebagai penderita diabetes
melitus. Klien tidak mengalami ganguan memori, namun kadang bila dalam pembicaraan klien
sulit untuk berkonsentrasi dan kadang terlihat gelisah Klien dapat menceritakan kejadian masa
lalunya dan kejadian yang baru saja terjadi.

I. PENGKAJIAN
1) Identitas Pasien
- Nama Pasien : Tn. H
- Usia : 44 Tahun
- Jenis Kelamin : Laki- laki
- Suku : Sunda
- Status Perkawinan : Menikah
- Pekerjaan : Tenaga Pengajar
- Alamat : Bogor
- Tanggal Masuk : 14 April 2020
- Tanggal Pengkajian : 14 April 2020
- No. Rm : 098
- Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Sesak Nafas

2) Penanggungjawab
- Nama : Ny. A
- Usia : 39 Tahun
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
- Status Dengan Pasien : Istri Pasien

II. KELUHAN UTAMA


Klien mengatakan nyeri ulu hati dan dada terasa sesak, mual (+), muntah (-), pusing
(+), riwayat penyakit DM Tipe 2.
III. RIWAYAT KESEHATAN
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan sakit pada ulu hati dan sesak, terasa mual, muntah tidak ada,
pusing, dan mempunyai riwayat penyakit diabetes sejak satu tahun yang lalu.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Klien terdiagnosa mengidap penyakit diabetes mellitus sekitar 2 tahun yang lalu.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan ibu klien mempunyai riwayat penyakit diabetes.

IV. PENAMPILAN UMUM


1) FISIK
 Tanda- tanda Vital
- Suhu : 36,50C
- Nadi : 93x/mnt
- RR : 20x/mnt
- TD : 100/70 mmHg
 Riwayat Pengobatan Fisik
Klien selali rajin berobat jalan untuk mengambil obat dalam setiap bulannya
 Hasil pemeriksaan LAB
- Hb : 12,8
- Ht : 3,5
- Leukosit : 8200
- Trombosit : 149.000
- Gds : 380 mg/dl
 Pemeriksaan Urine
- Warna : Kuning muda
- Kekeruhan : Agak keruh
- PH : 5,0
- Glukosa : Positif
- Bakteri : Negatif
- Kristal : Negatif

2) RIWAYAT SOSIAL
 Teman/ Orang Terdekat
Klien dekat dengan tetangga sekitar walaupun klien sudah mulai mengurangi
intensitasnya karena tak mau berkumpul terlalu lama.
 Peran serta dalam kelompok
Klien aktif dalam kegiatan pengajian kelompok warga dalam rukun tetangga
sebulan sekali.
 Hambatan dalam berhubunganan dengan orang lain
Klien merasa tak bias lagi berkumpul terlalu lama dengan lingkungan karena
merasa tak bias ikut menentukan setiapkali ada kesepakatan warga.

3) Kultural dan Spiritual


 Sebelum sakit : klien mengatakan mampu beribadah solat 5 waktu berjamaah di
masjid.
 Selama sakit : klien mengatakan tidak bias beribadah shalat 5 waktu, namun
hanya bias berdoa.

V. DATA FOKUS
Nama pasien : Tn. H
No. Rm : 098
Data Subjektif Data Objektif
- Klien menyatakan merasa sedih dengan sakitnya - Klien tampak sering termenung

yang taka da perubahan - Klien tampak sedih dan murung saat


- Klien tak bias menyebutkan rencana dalam menceritakan masalahnya
penetapan diet bagi penderita diabetes. - Klien terlihat gelisah
- Klien tak bias menentukan apa saja obat oral - Klien tampak lemah
yang bias diminum dan kegunaannya. Td : 100/70 mmHg
- Khawatir dengan tindakan penusukan pada daerah Nadi : 93 x/menit
dada Suhu : 36,5oC
- Klien merasa mual jika membayangkan oba-obat Pernafasan : 20 x/mrnit
yang harus dikonsumsi setiap harinya - BB sebelum sakit 65 kg, setelah sakit 63
- Klien khawatir dan takut penyakitnya bertambah kg
parah - Konjungtiva pucat, warna pink muda.
- Klien menyebutkan merasa taka da keinginan - Sklera agak keruh, ikterik tidak ada.
untuk beraktivitas dilingkungan rumah klien. - Bibir agak pucat dan kering
- Klien tidak mau bila disuruh untuk - Hb: 12,8 mg/dL
mempraktekan tindakan pemberian insulin pada
badannya

VI. ANALISA DATA


Nama pasien : Tn. H
No. Rm : 098

No DATA MASALAH KEPERAWATAN


1. DS : Ketidakberdayaan
- Klien menyatakan merasa sedih dengan sakitnya
yang taka da perubahan
- Klien tak bias menyebutkan rencana dalam
penetapan diet bagi penderita diabetes.
- Klien tak bias menentukan apa saja obat oral yang
bias diminum dan kegunaannya.
- Klien tidak mau bila disuruh untuk mempraktekan
tindakan pemberian insulin pada badannya

DO :
- Klien tampak sering termenung
- Klien tampak sedih dan murung saat menceritakan
masalahnya
2. DS : Pasien menyatakan Ansietas Ringan Sedang
- Khawatir dengan tindakan penusukan pada daerah dada
- Klien merasa mual jika membayangkan oba-obat yang
harus dikonsumsi setiap harinya
- Klien khawatir dan takut penyakitnya bertambah parah
- Klien menyebutkan merasa taka da keinginan untuk
beraktivitas dilingkungan rumah klien.
DO :
- Kiln tampak murung
- Klien terlihat gelisah
- Klien sulit berkomunikasi dengan pembicaraan tentang
prosedur tindakan.
3. DS : Risiko perubahan nutrisi kurang
- Klien mengatakan perut terasa mual, ada rasa ingin dari kebutuhan tubuh
muntah, makan sulit hanya masuk 1-4 sendok makan.
DO :
- Klien tampak lemah
Td : 100/70 mmHg
Nadi : 93 x/menit
Suhu : 36,5oC
Pernafasan : 20 x/mrnit
- BB sebelum sakit 65 kg, setelah sakit 63 kg
- Konjungtiva pucat, warna pink muda.
- Sklera agak keruh, ikterik tidak ada.
- Bibir agak pucat dan kering
- Hb: 12,8 mg/dL

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nama pasien : Tn. H
No. Rm : 098
No Diagnosa Keperawatan Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi

1. Ketidakberdayaan 14 April 2020 17 April 2020


2. Ansietas Ringan Sedang 14 April 2020 17 April 2020
3. Risiko perubahan nutrisi kurang dari 14 April 2020 17 April 2020
kebutuhan tubuh

VIII. INTERVENSI KEPERAWATAN


Nama pasien : Tn. H
No. Rm : 098

No Dx.Kep Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Ketidakberdayaa Setelah dilakukan asuhan - Kaji - Untuk menentukan


n keperawatan selama 4x24 ketidakberdayaan intervensi
jam diharapkan klien klien selanjutnya
mampu mengontrol - Bantu klien - Agar klien dapat
ketidakberdayaannya, menguraikan mengungkapkan
dengan KH: perasaannya penyebab
- Klien mampu - Latih klien untuk ketidakberdayaannya
berpartisipasi dalam berfikir positif - Berfikir positif
pengambilan keputusan - Latih klien untuk membawa perubahan
- Klien mampu mengembangkan baik dalam fisik dan
termotivasi untuk aktif harapan positif mental individu
mencapai tujuan yang (afirmasi positif) - Untuk menegaskan
realistis - Evaluasi kondisi bahwa klien mampu
ketidakberdayaan lebih baik
- Jelaskan kepada - Untuk mengetahui
keluarga klien perkembangan
kondisi dan cara respon
merawat klien ketidakberdayaannya
- Evaluasi peran - Agar dapat
keluarga dalam mengendalikan
merawat klien situasi tertentu
- Agar keluarga
mengetahui kondisi
klien dan mampu
berperan dalam
perawatan
- Untuk melihat sejauh
mana peran keluarga
dalam merawat klien.
2. Ansietas Ringan Setelah dilakukan asuhan - Bina hubungan - Menentukan tindakan
Sedang keperawatan selama 4x24 saling percaya keperawatan yang
jam diharapkan ansietas - Kaji kebutuhan rasa akan dilakukan
berkurang, dengan KH: aman klien - Rasa aman dapat
- Klien dapat membina - Sediakan waktu menurunkan ansietas
hubungan saling untuk ekspress - Ungkapan hati dapat
percaya dengan feeling meringankan beban
perawat. - Bantu klien fikiran atau
- Klien mampu mengenal mengenal ansietas, kecemasan
ansietas. jelaskan pengertian, - Dengan mengenal
- Klien mampu mengatasi penyebab, tanda- masalah klien akan
ansietas melalui tekhnik tanda dan akibat lebih kooperatif
relaksasi nafas dalam ansietas kepada terhadap tindakan
dan distraksi. klien perawat yang akan
- Klien dapat - Ajarkan cara dilakukan
menggunakan tekhnik mengatasi - Memberikan
relaksasi nafas dalam kecemasan dengan pengetahuan tentang
secara mandiri relaksasi nafas tekhnik relaksasi
- Klien mendapat dalam dan distraksi nafas dalam
dukungan dari keluarga - Motivasi klien - Agar klien terbiasa
dalam mengatasi untuk melakukan melakukan tekhnik
ansietas. tekhnik relaksasi relaksasi nafas dalam
nafas dalam dan ketika mengalami
hypnosis lima jari kecemasan
secara mandiri - Keluarga merupakan
- Keluarga mampu system pendukung
merawat anggota utama bagi klien.
keluarga dengan
ansietas dengan
latihan relaksasi
nafas dalam dan
hypnosis lima jari.
3. Risiko perubahan Setelah dilakukan asuhan - Observasi texture, - Mengetahui status
nutrisi kurang keperawatan selama 4x24 turgor kulit nutrisi klien
dari kebutuhan jam diharapkan kebutuhan - Observasi intake - Mengetahui
tubuh nutrisi dapat terpenuhi, out put keseimbangan nutrisi
dengan KH: - Kaji status nutrisi klien
- Turgor baik, intake dan kebiasaan - Untuk mengetahui
dapat masuk sesuai makan tentang keadaan dan
kebutuhan, BB sesuai - Anjurkan keluarga kebutuhan nutrisi
- BB dan tinggi badan klien untuk klien sehingga dapat
ideal mematuhi diet yang diberikan tindakan
- Keluarga klien telah diprogramkan dan pengaturan diet
mematuhi dietnya - Timbang berat yang adekuat
- Kadar guda darah dalam badan setiap - Kepatuhan terhadap
batas normal seminggu sekali diet dapat mencegah
- Tidak ada tanda-tanda - Identifikasi komplikasi terjadinya
hiperglikemia/ perubahan pola hipoglikemia/
hipoglikemia. makan hiperglikemia
- Kerjasama dengan - Mengetahui
tim kesehatan lain perkembangan berat
untuk pemberian badan klien.
diet.

IX. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Nama pasien : Tn. H
No. Rm : 098
Tanggal 14 April 2020
DX. IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
Ketidakberdayaan Jam 15.00 S:
- Membantu klien untuk Klien mengatakan saat ini merasa bingung,
mengungkapkan perasaannya merasa tidak bias melakukan apa-apa, tidak
- Mendiskusikan dengan klien mengerti harus berbuat apa, pekerjaannya
tentang masalah yang juga jadi terbengkalai karena sering merasa
dihadapinya tidak mampu.
- Membantu klien O:
mengidentifikasi faktor-faktor Klien masih tampak sedih, bcara dan gerakan
yang dapat mempengaruhi lambat
ketidakberdayaannya A:
- Membantu klien Ketidak berdayaan belum teratasi
mengidentifikasi hal yang P:
negative bantu menurunkan Latih klien mengontrol krtidakberdayaannya.
dengan cara meningkatkan
pemikiran yang ositif
Ansietas Ringan Jam 16.45 S:
Sedang - Mengkaji kebutuhan rasa aman - Klien mengatakan khawatir akan tindakan
klien penusukan pada dirinya
- Menyediakan ekspress feeling - Klien takut bila sakitnya bertambah parah
perasaan klien - Klien bersedia ketika ditawarkan tekhnik
- Melatih tekhik relaksasi nafas relaksasi
dalam dan disitraksi O:
- Masukan dalam jdwal harian - Klien tampak termenung
- Klien tampak mau mempraktekan tkhnik
nafas dalam dan distraksi
A:
Ansietas Ringan sedang belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Resiko perubahan Jam 17.30 S:
nutrisi kurang dari - Mengobservasi texture, turgor - Klien mengatakan masih terasa mual
kebutuhan tubuh kulit - Klien mengatakan tidak selera makan
- Mengobservasi intake out put O:
- Mengkaji status nutrisi dan - Turgorkulit cukup
kebiasaan makan - Porsi makan malam habis ½ porsi
- Menganjurkan klien makan A:
minum adekuat sesuai diet Resiko perubahan nutrisi kurang dari
- Mengidentifikasi perubahan kebutuhan tubuh belum teratasi
pola makan P:
- Bekerjasama dalam penyediaan - Lanjutkan intervensi dengan
alat makan dari rumah menganjurkan klien makan sesuai diet
- Bekerjasama dengan keluarga dalam
menyiapkan tradisi makan dirumah,
piring dan sendok kebiasaan.
Tanggal 15 April 2020

DX. IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
Ketidakberdayaan Jam 15.00 S:
- Membantu klien untuk Klien mengatakan saat ini merasa sedih,
mengungkapkan perasaannya merasa tidak bias melakukan apa-apa, kondisi
- Mendiskusikan dengan klien sakitnya membuatnya harus meninggalkan
tentang masalah yang banyak pekerjaan.
dihadapinya O:
- Membantu klien Klien masih tampak sedih, bcara dan gerakan
mengidentifikasi faktor-faktor lambat
yang dapat mempengaruhi A:
ketidakberdayaannya Ketidak berdayaan belum teratasi
- Membantu klien pemikiran P:
yang positif dan latihan Latih klien mengontrol krtidakberdayaannya.
mengembangkan harapan Motivasi keluarga untuk berperan merawat
positif klien
- Mendiskusikan dengan keluarga
tentang kondisi klien dan cara
merawat klien.

Ansietas Ringan Jam 16.45 S:


Sedang - Mengkaji kebutuhan rasa aman - Klien masih merasa khawatir akan
klien rencana tindakan punksi.
- Menyediakan ekspress feeling - Klien bersedia diajarkan tkhnik hypnosis
perasaan klien lima jari.
- Melatih tekhik relaksasi nafas O:
dalam dan disitraksi - Klien tampak berkonsentasi ketika
- Masukan dalam jdwal harian berbicara.
- Klien tampak mau mempraktekan tkhnik
hypnosis lima jari
A:
Ansietas Ringan sedang belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi motivasi latihan
tkhnik hypnosis lima jari
- Memasukan dalan jadwal harian.

Resiko perubahan Jam 17.30 S:


nutrisi kurang dari - Mengobservasi texture, turgor - Klien mengatakan makan mulai berselera
kebutuhan tubuh kulit setiap makan nasi
- Mengobservasi intake out put - Klien mengatakan kadang masih terasa
- Mengkaji status nutrisi dan mual
kebiasaan makan O:
- Menganjurkan klien makan - Turgorkulit cukup
minum adekuat sesuai diet - Porsi makan malam habis ½ porsi
- Mengidentifikasi perubahan - Klien tampak makan dengan piring dan
pola makan sendok dari rumah.
- Bekerjasama dalam penyediaan A:
alat makan dari rumah Resiko perubahan nutrisi kurang dari
- Bekerjasama dengan tim kebutuhan tubuh belum teratasi
kesehatan lain untuk pemberian P:
diet rendah serat. - Lanjutkan intervensi dengan tim
kesehatan lain untuk pemberian diet
rendah serat

Tanggal 16 April 2020

DX. IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
Ketidakberdayaan Jam 09.00 S:
- Membantu klien untuk Klien mengatakan senang bias berbincang-
mengungkapkan perasaannya bincang dengan perawat, klien akan mencoba
- Mendiskusikan dengan klien memperaktekan penatalaksanaan diet bagi
tentang masalah yang dirinya.
dihadapinya O:
- Membantu klien berpartisipasi Klien tampak ceria, klien tampak konsentrasi
dalam keputusan yang dalam pembicaraan.
berkenaan dengan perawatan A:
klien. Ketidakberdayaan belum teratasi
- Mendiskusikan dengan keluarga P:
tentang kondisi klien dan cara Latih klien mengambil keputusan tentang
merawat klien. perawatan sendiri.
- Mendiskusikan dengan
keluarga dalam memotivasi
klien
Ansietas Ringan Jam 15.10 S:
Sedang - Mendiskusikan presepsi dan - Klien mengatakan mulai mengerti kenapa
perasaannya klien harus dilakukan tindakan punksi.
- Mendiskusikanlatihan tekhik - Klien akan melakukan tekhnik hypnosis
relaksasi nafas dalam dan lima jari bila sedang cemas.
disitraksi O:
- Mendiskusikan latihan - Klien tampak sedih, sering termenung
hyipnosis lima jari - Klien tampak konsentrasi dalam hypnosis
- Menanyakan latihan tekhnik lima jari
tekhik relaksasi nafas dalam - Klien tampak konsentrasi dalam latihan
dan hyipnosis lima jari sesuai relaksasi nafas dalam
jadwal yang telah disepakati. A:
Ansietas Ringan sedang belum teratasi
P:
- Bantu klien latihan tekhnik relaksasi nafas
dalam dan distraksi sesuai jadwal
- Bantu klien melakukan tkhnik hypnosis
lima jari dalam kesehariannya
- Mendiskusikan penyebab dan cara
mengatasi masalah kecemasan klien.
Resiko perubahan Jam 17.40 S:
nutrisi kurang dari - Mengobservasi texture, turgor - Klien mengatakan makanannya habis dan
kebutuhan tubuh kulit berselera dengan diet nasi.
- Mengobservasi intake out put - Klien mengatakan sekarang sudah ada
- Mengkaji status nutrisi dan rasa nasi
kebiasaan makan O:
- Menganjurkan klien makan - Turgorkulit cukup
minum adekuat sesuai diet - Porsi makan malam habis ¾ porsi
- Mengidentifikasi perubahan - Klien tampak senang dengan menu hari
pola makan ini
- Bekerjasama dengan tim A:
kesehatan lain untuk pemberian Resiko perubahan nutrisi kurang dari
diet rendah serat dan mengganti kebutuhan tubuh teratasi
bubur dengan nasi. P:
Pertahankan intervensi

Tanggal 17 April 2020

DX. IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
Ketidakberdayaan Jam 17.00 S:
- Membantu klien untuk - Klien mengatakan senang dengan
mengungkapkan perasaannya kondisinya sekarang,
- Mengevaluasi kondisi ketidak - Klien mau mrlakukan pelaksanaan diet
berdayaannya dan melakukan tindakan injeksi pada
- Membantu klien berpartisipasi dirinya.
dalam pengambilan keputusan O:
yang berkenaan dengan Klien tampak antusias, raut wajah klien
perawatan sendiri. tampak senang.
- Memotivasi klien aktif dalam A:
mencapai tujuan yang realistis Ketidakberdayaan teratasi
P:
Pertahankan Intervensi

Ansietas Ringan Jam 15.20 S:


Sedang - Mendiskusikan presepsi dan - Klien melakukan tekhnik hypnosis lima
perasaannya klien jari bila sedang cemas.
- Mempraktekan tekhik relaksasi O:
nafas dalam dan hyipnosis lima - Klien tampak lebih tenang
jari dalam kesehariannya sesuai A:
jadwal yang telah disepakati. Ansietas Ringan sedang teratasi
P:
Pertahankan intervensi

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Klien yang mempunyai masalah fisik Diabetes Melitus berdampak pada penerimaan diri
individu karena ketidakmampuan individu dalam memberikan dukungan terhadap
kesehatannya, masalah psikososial ketidakberdayaan dalam penentuan penerimaan pola pikit
positif klien itu sendiri dalam pencapaiannya terhadap kemampuan klien .
Pemberian asuhan keperawatan untuk masalah ketidakberdayaan berfokus pada klien
dalam mengontrol ketidakberdayaannya dengan tetap berpikir positif serta mengembangkan
harapan positif dalam tatanan hidupnya. Dengan pola komunikasi yang terarah klien mampu
termotivasi dalam penyelesaian terhadap peningkatan pola kognitif secara positif klien,
khususnya dalam masalah psikososial yang dihadapi klien dengan Diabetes Melitus.
Peningkatan dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
psikososial ketidakberdayaan terkait kesesuaian dengan beberapa sumber dan teori yang
terkait. Peningkatan pola kognitif klien merupakan keberhasilan dalam mengatasi masalah
psikososial yang dihadapi klien, diantaranya keikutsertaan klien dalam penentuan tindakan
yang melibatkan kemandirian klien terhadap pemberianterapi yang akan dijalani klien.
Sesuai dengan standar asuhan keperawatan psikososial.

4.2 SARAN
Bagi Keperawatan diharapkan mampu memanfaatkan hasil karya ilmiah ini untuk
meningkatkan dan mengembangkan asuhan keperawatan klien dengan masalah psikososial
khususnya masalah ketidakberdayaan.

DAFTAR PUSTAKA

Ani.H,.(2003).faktor faktor resiko penderita diabetes mellitus di semarang dan sekitarnya,study

kasus.universitas Diponogoro Semarang.Indonesia.


Brunner & Suddarts.(2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Pengkajian Dan

Pelaksanaan Pasien Diabetes Melitus.alih bahasa Kuncara dkk.EGC..Indonesia


Copel,L.C, (2007) Kesehatan Jiwa dan Psikiatri :Pedoman Klinis Perawat,Ed.2.alih bahasa

Akemat,Penerbit Buku Kedokteran.EGC.Jakarta


DepKes.(2008).Direktorat pengendalian Penyakit tidak Menular.Pedoman Pengendalian

Diabetes Melitus Dan Penyakit Metabolik.Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit Dan


Penyehatan Lingkungan.Depkes.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai