Anda di halaman 1dari 21

PROSES

KEPERAWATAN
PADA AREA
KEPERAWATAN
KRITIS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MEDISTRA INDONESIA
KELOMPOK 2
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1
Anggota Kelompok

MULHAYANA 181560111089 SITI FATIMAH 181560111099

DEWI SAFITRI 181560111075 SRI AYU HARTINI 181560111103

FINA APRILIA 181560111080 VINGKA ANBA LUTFI 181560111107

LOLA RIZKY 181560111084

NENG DINA 181560111091


RATU ANDINI
181560111095
NIDIA YOLANDA
Apa itu
ICU??
ICU Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang
mandiri, dengan staf yang terlatih dan perlengkapan khusus yang
ditujukan untuk observasi, perawatan dan memberikan terapi untuk
pasien-pasien yang menderita penyakit akut, cedera atau penyakit lain
yang mengancam nyawa (Kemenkes, 2011).
Intensive Care Unit (ICU) adalah ruang rawat rumah sakit dengan
staf dan perlengkapan khusus ditunjukan untuk mengelola pasien dengan
penyakit, trauma atau komplikasi yang mengancam jiwa Diruang
Intensive Care Unit (ICU) pasien yang sakit kritis atau kehilangan
kesadaran, sehingga segala sesuatu yang terjadi pada diri pasien hanya
dapat diketahui melalui monitoring dan rekording yang baik dan teratur.
Perubahan yang terjadi harus dianalisis secara cermat untuk mendapatkan
tindakan atau pengobatan yang tepat (Musliha, 2012).
Pada dasarnya pasien yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU)
adalah pasien dengan gangguan akut yang diharapkan reversibel (pulih
kembali) mengingat Intensive Care Unit (ICU) adalah tempat perawatan
yang memerlukan biyaya yang tinggi dilihat dari segi peralatan dan
tenaga (yang khusus). Kebutuhan pelayanan pasien di ruang Intensive
Care Unit (ICU) adalah tindakan resusitasi jangka panjang yang meliputi
dukungan hidup untuk fungsi- fungsi vital seperti airway (fungsi jalan
napas), breathing (fungsi pernapasan), circulation (fungsi sirkulasi), brain
(fungsi otak) dan fungsi organ lain, disertai dengan diagnosis dan terapi
Uraian tugas perawat yaitu bertindak sebagai
anggota tim di semua jenis pelayanan, melaksanakan
semua program terapi yang di jadwalkan perawatan
sesuai rencana keperawatan, melaksanakan re-
evaruasi pasien dengan mengunsurkan program
keperawatan selanjutnya bagi pasien, perawat juga
bertangggung jawab atas pelaksanaan program
perawatan Intensive Care Unit (ICU) kepada
koordinator pelayanan Intensive Care Unit (ICU),
selain itu, perawat harus benar-benar menjaga
pasien dengan baik, karena selain tanggung jawab
perawat kepada coordinator,juga merupakan
amanah dari keluarga pasien untuk selalu
memberikan perawatan terbaik untuk pasien
(Kemenkes, 2011).
Perlakuan terhadap keluarga pasien di ruang
Intensive CareUnit(ICU) tidak sama dengan perlakuan
kepada kelurga pasien yang diruang lain, karena pasien
tidak dapat ditunggu oleh keluarga didalam
ruangIntensive Care(ICU). jadi, diperlukan komunikasi
yang baik antara dokter/ perawatIntensive Care
Unit(ICU) dengan keluarga secara teratur dan konsisten.
Harus dijelaskan secara jelas keadaan sebenarnya dari
pasien dengan bahasa sederhana saat masuk atau
bilamana ada perubahan keadaan pasien. Bila keadaan
pasien dalam sakaratul maut, keluarga dapat
dipersilahkan masuk untuk melakukan ritual agama
tertentu. Keluarga yang penuh kecemasan takut
kehilangan keluarga, penolakan terhadap 122 penyakit
yang menimpa, rasa tidak percaya, rasa berdosa, rasa
marah ini perlu mendapatkan pendekatan yang baik dari
perawat Intensive Care Unit (ICU) (Musliha, 2012).
Perawatan pasien di Ruang Intensive Care Unit (ICU)
memberikan dampak kepada pasien, selain itu juga dampak
terhadap keluarga yang merawatnya (Padilla Fortunatti, 2014).
Beberapa literatur menjelaskan bahwa kebutuhan keluarga
akan jaminan pelayanan, support, informasi kenyamanan dan
kedekatan menjadi meningkat ketika terdapat anggota
keluarga yang dirawat di ruang intensif (Haley et al., 2002;
Mendonca & Warren, 1998; Molter & Leske, 1983). Kebutuhan
ini akan bersifat implisit dan tidak dapat diungkapkan oleh
keluarga karena tingkat stressor yang tinggi (Sudore,
Casarett, Smith, Richardson, & Ersek, 2014). Sebagai perawat
yang merawat pasien dalam segala aspek, seharusnya perawat
mampu melihat kebutuhan ini. Sehingga intervensi yang
diberikan dapat menyeluruh dan menunjang keberhasilan
terapi dari pasien yang sedang dirawat. Family Centered Care
(FCC) sebagai pendekatan perawatan berbasis keluarga telah
lama dikembangkan, namun pengembangan ini di Indonesia
masih belum tercipta secara optimal (Gerritsen, Hartog, &
Curtis, 2017; Hendrawati, Fatimah, Yuyun, Fitri, &
Nurhidayah, 2017).
Pengkajian Keperawatan Kritis
Pengkajian yang vital pada pasien adalah riayat pasien lengkap.
Informasi ini memberikan dasar untuk pengkajian fisik.
Keduanya, baik riwayat dan pengkajian fisik memberikan dasar
bagi proses keperawatan. Ini merupakan langkah awal untuk
merumuskan dan mengembangkan suatu diagnosa keperawatan
dan rencana keperawatan. Komponen kunci dan pondasi proses
keperawatan adalah pengkajian. Pengkajian membuat data
dasar dan merupakan proses dinamis. Suatu pengkajian yang
mendalam memungkinkan perawat kritikal untuk mendeteksi
perubahan cepat, melakukan intervensi dini dan melakukan
asuhan.
3 Fase Dasar untuk Pengkajian
01 Pengkajian 02 Pengkajian dasar
awal
pengkajian yang dibuat pengkajian lengkap pada
dengan cepat selama pasien dimana semua
pertemuan pertama dengan sistem dikaji
pasien, yang meliputi ABC
(Aiway, Breathing, dan 03 Pengkajian terus-
Circulation)
menerus
suatu pengkajian ulang secara terus-
menerus yang dibutuhkan pada
status perubahan pasien yang sakit
kritis. (Talbot and Marquardi, 1997)
Pre-arrival Assessment
Sebelum pasien dimasukan di ICU, dilakukan pengkajian
meliputi identitas pasien, diagnosa, tanda vital, alat bantu
invansif yang dipakai, modus ventilasi mekanik yang sedang
dipakai bila pasien menggunakan ventilator.
Comprehensive
Pengkajian riwayat kesehatan lalu, riwayat sosial, riwayat
psikososial dan spritual serta pengkajian fisik dari setiap sistem
tubuh (sistem kardiovaskuler, respirasi, neurologi, renal,
gastrointestinal, endokrin dan immunologi serta integumen).
Quick Assessment
Pengkajian segera setelah pasien tiba di ICU meliputi ABCDE
yaitu Aiway, Breathing, Circulation dan Drugs (obat-obatan saat
ini digunakan termasuk apakah pasien ada alergi terhadap obat-
obat tertentu ) dan Equipment (adakah alat yang terpasang pada
pasien). Perawat yang menerima di ICU segera menilai dan
melakukan kajian kondisi saat itu.
On-going Assessment
Konstinuitas monitoring kondisi pasien 1-2 jam pada saat kritis,
selanjutnya sesuai kondisi pasien, yang perlu dikaji tanda-tanda
vital, hemodinamik, alat-alat yang terpakai oleh pasien saat
masuk ICU (Hipercci pusat, 2011)
Keperawatan kritis merupakan area
spesialistik dari keperawatan yang
Aplikasi dikembangkan untuk menjawab tantangan dan
kebutuhan klien dengan masalah kesehatan akut
Keperawatan dan mengancam jiwa yang memerlukan
Holistik Di Area perawatan secara intensif (Urden, Stacy, &
Lough, 2006). Perkembangan teknologi dan
Keperawatan intervensi medis untuk pemulihan pasien-pasien
Kritis kritis telah berdampak pada meningkatnya
pengakuan akan pentingnya peran keperawatan
dalam mengobservasi dan monitoring pasien-
pasien kritis. Bahkan, dokter akan sangat
tergantung pada perawat dalam mengawasi
perubahan-perubahan yang terjadi pada pasien
kritis termasuk melakukan penanganan awal
ketika dokter tersebut tidak ada di tempat.
Praktik keperawatan holistik lebih menekankan pada perawatan
mandiri (self-care), itikad kuat (intentionality), keberadaan atau
menghadirkan diri secara utuh (presence), kesadaran penuh
(mindfulness), dan menggunakan diri sebagai agen terapi,
sebagai landasan bagi praktik keperawatan professional (Hess,
Bark, & Southhard, 2010). Terdapat lima nilai inti dari
keperawatan holistik, yaitu : filosofi holistik dan pendidikan,
etika holistik dan riset, perawatan mandiri perawat, komunikasi
holistik, lingkungan terapetik dan mampu budaya, dan proses
caring holistik (Frisch, 2009).
Karakeristik Pasien Di Unit Perawatan Kritis
Seseorang yang masuk ke Unit Perawatan Kritis umumnya
merupakan hal yang tidak diperkirakan sebelumnya. Situasi
lingkungan yang asing, peralatan-peralatan yang kompleks,
kondisi pasien kritis lain yang lebih dahulu dirawat, dan
personel yang belum dikenal sebelumnya dapat merupakan
sumber stress bagi pasien dan keluarganya. Pasien kritis
adalah pasien yang beresiko tinggi mengalami masalah
kesehatan yang mengancam jiwa baik aktual maupun potensial
(Urden, Stacy, & Lough, 2006). Pasien-pasien tersebut
memerlukan perawatan yang intensif dan pengawasan yang
ketat dari para perawat dan petugas medis.
Selain masalah kesehatan fisik yang mendominasi
pasien-pasien kritis, masalah psykososial juga bisa
terjadi pada pasien-pasien kritis. Masalah ini
umumnya muncul akibat stressor tinggi dan
kemampuan koping pasien terbatas untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Walaupun pengalaman
pasien bervariasi dari individu ke individu, pasien
dengan penyakit kritis minimal harus berhadapan
dengan salah satu situasi sebagai berikut (Urden,
Stacy, & Lough, 2006):
• Ancaman kematian
• Ancaman bisa bertahan hidup namun dengan
masalah sisa atau keterbatasan akibat penyakit
• Nyeri atau ketidaknyamanan
• Kurang tidur
• Kehilangan kemampuan untuk mengekpresikan diri
secara verbal karena terintubasi
• Keterpisahan dengan keluarga/orang yang dicintai
• Kehilangan autonomy/kemandirian dalam aktivitas
hidup sehari-hari
• Kehilangan control terhadap lingkungan
• Kehilangan peran yang biasa dijalankan
• Kehilangan harga diri
• Kecemasan
• Bosan, frustasi, dan pikiran-pikiran yang negative
• Distress spiritual
Penerapan perawatan holistik memerlukan
pertimbangan dari berbagai faktor baik individu
maupun lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan dan kesejahteraan pasien dan
Perawatan kemampuan koping dalam menghadapi situasi
krisis seperti kondisi sakit baik akut maupun
Holistik Dan kronis. Untuk bisa memenuhi hal tersebut,
Model Sinergi Di perawat memerlukan dasar pengetahuan yang
handal tentang anatomi fisiologi, proses
Unit Perawatan penyakit, regimen tindakan, perilaku,
Kritis spiritualitas, dan respon manusia. Perawat kritis
tidak hanya mampu bekerja dengan teknologi
tinggi, melainkan juga harus “tahu pasien” dalam
artian memahami pasien seutuhnya agar bisa
memberikan asuhan keperawatan yang
humanistik, individual, dan holistik..
memberikan asuhan keperawatan yang humanistik, individual,
dan holistik..
Keterampilan interpersonal sangatlah diperlukan oleh perawat
dalam mengaplikasikan perawatan holistik. Wysong dan Driver
(2009) melakukan penelitian tentang keterampilan apa saja
yang perlu dimiliki oleh perawat di unit kritis menurut
persepsi pasien, hasilnya mengungkap beberapa atribut
kemampuan interpersonal, yaitu:
• Ramah, ceria, • Memiliki
senyum,gembir ingatan yang
a baik
• Perduli, baik, • Rapih
kasih sayang penampilan
• Percaya diri fisik
• Memperlakuka • Baik dalam
n pasien bertutur/mengg
sebagai unakan bahasa
manusia • Pendengar
• Mencintai yang baik
pekerjaan • Menyenangkan
• Berjiwa humor /memberikan
• Memiliki waktu kenyamanan
untuk pasien • Kontak
• Terorganisir emosional
DAFTAR PUSTAKA
Emma Setiyo Wulan ,Wiwin Nur Rohmah.2019.Gambaran Caring
Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Di Ruang Intensive
Care Unit (ICU) RSUD RAA Soewondo Pati. Cendekia Utama. Vol.
8,No. 2.
Indriatie. (2013). Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan. Jurnal
Keperawatan, VI(2), 89–93.
Hipercci pusat (2011) Modul Pelatihan Keperawatan Intensif Dasar .
inmedia.
Talbot, L. A. and Marquardi, M. M. (1997) Pengkajian Keperawatan
Kritis Edisi 2. Jakarta: EGC.
Jiricka M, Ryan P, Carvalho M, Bukvich J. Pressure ulcer risk
factors in an ICU population. Am J Crit Care. 1995;4(5): 361–367.
Frankel H, Sperry J, Kaplan L. Risk factors for pressure ulcer
development in a best practice surgical intensive care unit. Am
Surg. 2007;73:1215–1217.
Eachempati S, Hydo L, Barie P. Factors influencing the development
of decubitus ulcers in critically ill surgical patients. Crit Care Med.
2001;29(9):1678–1682.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai