Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“STIGMA PADA ODHA DAN PERILAKU BERESIKO HIV/AIDS”


HIV/AIDS
Untuk memenuhi salah satu tugas HIV/AIDS dalam Pembelajaran jarak Jauh
(PJJ)
Dosen Pembimbing: Ns. Lisna Agustina, S.Kep., M.Kep.

Disusun oleh:
MULHAYANA
18.156.01.11.089
2C KEPERAWATAN (S1)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra Indonesia


Jl. Cut Mutia Raya No. 88 A Sepanjang Jaya, Kecamatan Rawalumbu-Bekasi 17114

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
limpahan rahmat, karunia-Nya dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Stigma
pada ODHA dan Perilaku Beresiko HIV/AIDS”. Selain bertujuan untuk memenuhi tugas
dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) mata kuliah HIV/AIDS. Makalah ini juga disusun
dengan maksud agar teman-teman mahasiswa dapat memperluas ilmu dan pengetahuan
tentang HIV/AIDS.
Pembahasan makalah ini dilakukan secara lugas dan sederhana sehingga akan mudah
dipahami, dalam pembuatannya kami mendapatkan informasi dari berbagai literature, yang
berhubungan dan sesuai dengan apa yang sudah disarankan demi untuk memperoleh hasil
yang optimal walaupun masih banyak ada kekurangan.
Semoga makalah mengenai bermanfaat bagi semua pihak khususnya teman-teman
mahasiswa, Terimakasih. 

Karawang, April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................i

Daftar Isi …...............................................…………………………………………………..


..ii

Bab I. Pendahuluan …………………………………………….................................


……….....

A. Latar Belakang ……………………………………………………........................................

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………...............................

C. Tujuan......................................................................................................................................

Bab II Pembahasan ……………………………………………………….................................

A. Persepsi…................................................................................................................................

B. Stigma…........... ......................................................................................................................

C. HIV…......................................................................................................................................

D. Interaksi Sosial........................................................................................................................

Bab. III Penutup.................................. ........................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................................

Daftar Pustaka .............................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Untuk mencapai satu tujuan bersama, mengadakan persaingan, Sedangkan
menurut Walgito (2003) interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan
yang lainnya, individu satu dapat mempengaruhiindividu yang lain atau sebaliknya,
jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik, hubungan tersebut dapat
antar individu dengan individu, individudengan kelompok, atau kelompok dengan
kelompok. Fenomena ini yang menstimulasi dan memotivasi bagi penulis untuk
memahami dan mengkaji lebih dalam hubungan persepsi ODHA terhadap
stigmaHIV/AIDS Masyarakat dengan interaksi sosial pada ODHA dengan
lingkungannya dan mengangkat judul “Hubungan Persepsi ODHA Terhadap Stigma
HIV/AIDS Masyarakat Dengan Interaksi Sosial Pada ODHA ”.
Stigma HIV/AIDS yang dimaksud adalah ciri negatif yang diberikan
masyarakat kepada penderita HIV/AIDS dan ODHA mengetahui stigma
yangdiberikan masyarakat kepada mereka. Interaksi sosial yang dimaksud adalah
kemampuan penderita HIV/AIDS dengan orang yang ada disekitarnya, baik berupa
orang perseorangan, orangperseorangan dengan kelompok, maupun antara kelompok
dengan kelompok, yang bersifat timbal balik dan saling mempengaruhi.

B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS
masyarakat dengan interaksi sosial pada penderita HIV/AIDS. Apakah ada perbedaan
jenis kelamin dengan persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat dan
interaksi sosial.

C. Tujuan
Untuk mengetahui hubungan persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat
dan interaksi sosial pada penderita HIV/AIDS. Untuk mengetahui perbedaan jenis
kelamin dengan persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS masyarakat dan interaksi
sosial.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERSEPSI
1. Pengertian persepsi
Secara umumpersepsi dianggap sebagai variabel yang
mempengaruhi faktor-faktor perangsang, cara belajar, keadaan psikis, suasana
hati dan faktor-faktor motivasional, maka artisuatu objek atau suatu kejadian
objektif ditentukan oleh kondisi perangsang dan faktor orgasme, dengan
demikian persepsi antara seorang dengan orang yanglainnya akan berbeda
karena setiap individu mengalami situasi yang berbeda. Senada dengan itu,
persepsi juga diartikan sebagai suatu proses yang didahului oleh stimulus yang
diterima oleh indera yang kemudian diorganisasikan dandiinterpretasikan,
sehingga menyadari apa yang diinderanya itu.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi


Yang terakhir adalah harapan, harapan dapat menyebabkan
distorsi terhadap objek yang dipersepsikan atau dengan kata lain seseorang
akanmempersepsikan suatu objek atau kejadian sesuai dengan apa yang
diharapkan. Demikan juga rangsang objek yang paling besar diantara yang
kecil, yang kontras dengan latar belakangnya dan intensitasrangsang yang
paling kuat.

3. Proses Persepsi
Mempersepsikan sesuatu tidak akan terjadi begitu saja, tetapi
ada unsur yang dapat menciptakan sebuah persepsi atau suatu proses yang
dapat membuatterjadinya suatu persepsi. Namun ada pula yang menunjukkan
bahwa manusia mampu memusatkan perhatiannya pada apa yang mereka
kehendaki untuk dipersepsikanyang secara efektif melibatkan diri mereka
dengan pengalaman-pengalaman tanpa menutup rangsangan lain yang saling
bersaing.

B. STIGMA
1. Pengertian stigma
Stigma adalah fenomena yang sangat kuat yang terjadi di masyarakat,
dan terkait erat dengan nilai yang ditempatkan pada beragam identitas
sosial(Heatherton; 2003). Sedangkan Crocker dkk (dalamHatherton; 2003)
mendefinisikan stigma “menempatkan beberapa sifat atau ciri Dari beberapa
definisi diatas penulis menyimpulkan stigma adalah ciri negatif yang diberikan
masyarakat dan dipengaruhi oleh lingkungan.

2. Stigmatisasi
Menurut Pfuhl (dalam Simajuntak; 2005) proses pemberian stigma
yang dilakukan masyarakat terjadi melalui tiga tahap yaitu;1) Proses
interpretasi, pelanggaran norma yang terjadi dalam masyarakat tidak
semuanya mendapatkan stigma dari masyarakat, tetapi hanya
pelanggarannorma yang diinterpretasikan oleh masyarakat sebagai suatu
penyimpangan perilaku yang dapat menimbulkan stigma. Dari definisi di atas
penulis menyimpulkan proses pemberian stigma yang dilakukan masyarakat
ada tiga tahap, Pertama, proses interpretasi; Kedua, prosespendefinisian pada
seseorang yang dianggap berperilaku menyimpang; Ketiga, perilaku
diskriminasi.

C. HIV

1. Pengertian HIV

AIDS (Acruired Immunodeficiency Syndrome) atau disebut dengan


sindroma kehilangan kekebalan sedangkan HIV (Human Immunodeficiency
Virus) AIDS merupakan suatu penyakit dimana sistem kekebalan tubuh sangat
menurun karena HIV, sehingga menyebabkan individu beresiko tinggi
menderitapenyakit fatal Sarcoma Kaposi, jenis kanker limpa yang jarang
terjadi dan berbagai macam infeksi jamur, virus dan bakteria yang berbahaya
(Davidson,2004). Dari definisi di atas penulis menyimpulkan HIV (Human
Immunodeficiency Virus) yaitu virus yang menyebabkan AIDS, sedangkan
AIDS (Acruired Immunodeficiency Syndrome) disebut dengan sindrom
kehilangan kekebalan tubuh.

2. Penyebaran HIV/AIDS
Penularan dari darah yang terkontaminasi paling sering terjadi jika
seseorang yang ketergantungan pada zat intravena memungkinkan jarum
hipodermik bersama-sama atau teknik sterililasi yang tepat dan anak-anak
dapat terinfeksi in-utera atau melalui air susu ibu jika ibunya terinfeksi dengan
HIV. Kategori yang beresiko tinggi adalah pengguna nakoba suntik yang tidak
steril yang digunakan bersama-sama dan bayi yang dilahirkan dari ibu yang
positifHIV.

3. Pencegahan HIV/AIDS
Para ilmuwan secara umum sepakat bahwa program-
programpenggantian jarum suntik atau pembagian jarum suntik secara gratis
dan alat Sedangkan menurut Kaplan (1997) pencegahan HV/AIDS bisa
dilakukan dengan cara melakukan hubungan seks yang aman dan menghindari
menggunakanjarum suntik hipodermik yang sudah di gunakan secara bersama-
sama atau terkontaminasi. Penulis menyimpulkan pencegahan HIV/AIDS bisa
dilakukan dengan cara melakukan perubahan perilaku yaitu dengan cara tidak
menggunakan jarum suntiksecara bergantian, setia pada pasangan dan dalam
melakukan hubungan seksual menggunakan kondom.

4. Dinamika psikologis penderita HIV/AIDS


Stigma Masyarakat Tentang HIV/AIDS Menurut Merati (dalam Cholil;
1997) stigma utama masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS adalah karena
infeksi HIV/AIDS berkonotasi segala macambentuk yang “negatif” karena
fakta menyebutkan 80% ditularkan melalui hubugan“seksual”, sisanya adalah
pecandu narkoba dengan jarum suntik, PSK (PekerjaSeks Komersial), istri
yang tertular dari suami dan seorang istri yang melahirkan anak positif HIV.
Persepsi Penderita HIV/AIDS Terhadap Stigma Masyarakat Hasil penelitian
Waluyo, dkk (2007) membuktikan bahwa persepsi penderita HIV/AIDS
terhadap stigma yang diberikan kepada penderita HIV/AIDSbermacam-
macam yaitu, menjauhi penderita HIV/AIDS karena pandangan dan
pengetahuan masyarakat sempit tentang penderita HIV/AIDS, penyakit yang
tidakbisa disembuhkan, sangat menular, penyakit yang paling buruk, penyakit
sebagai hukuman dari Tuhan.
D. INTERAKSI SOSIAL
1. Penertian interaksi social
Interaksi sosial ialah hubungan antara individu satu dengan individu
yang lain, individu satu mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi
terdapatadanya hubungan yang saling timbal balik. Dari beberapa definisi
diatas, penulis menyimpulkan interaksi sosial merupakan hubungan yang
terjadi antara individu dengan lingkungannya danindividu dengan orang lain,
dimana perilaku seseorang tidak hanya mempengaruhi lingkungannya, tetapi
juga dapat mempengaruhi individu yang bersangkutan.

2. Syarat- Syarat Terjadi Interaksi Sosial

Kontak sosial adalah suatu hubungan antara satu pihak dengan pihak
lain, yang memberikan informasi kepada masing-masing pihak tentang
kehadiranpihak lain, sehingga masing-masing pihak tersebut dapat mengetahui
dan sadar akan kedudukan masing-masing dan siap untuk mengadakan
interaksisosial, maka kontak merupakan tahap pertama dari terjadinya
“kontak” atau hubungan antara suatu pihak dengan pihak yang lain. Pertama:
kontak sosial yaitu hubungan antara satu pihak dengan pihaklain dimana
antara individu satu dan yang lainnya saling memberikan informasi sehingga
masing-masing individu sadar dan siap untuk mengadakan interaksisosial.

3. faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial

Faktor sugestiSugesti yang dimaksud disini adalah pengaruh psychis,


baik yang datangnya dari diri sendiri maupun dari orang lain, yang pada
umumnya diterima tanpaadanya daya kritik. Bahkan orang yang Dari
penjelasan diatas penulis menyimpulkan ada empat faktor yang mempengaruhi
interaksi sosial, yaitu; faktor imitasi, faktor sugesti, faktoridentifikasi dan
faktor simpati.

4. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Menurut Hutapea (2004) seseorang yang menderita HIV/AIDS sering


mengalami masalah-masalah psikologis, terutama kecemasan, depresi,
rasabersalah (akibat perilaku seks dan penyalahgunaan obat) sehingga
menimbulkan dorongan untuk bunuh diri, mereka juga jengkel terhadap
masyarakat luas yangmendiskriminasikan penderita HIV/AIDS dan tidak
mengeluarkan dana yang besar untuk menaklukkan HIV/AIDS. Akan tetapi
ada sebagian dari masyarakat yang masih peduli dan bersimpati serta
mendukung ODHA yaitu dengan cara mendirikan yayasanHIV/AIDS yang
didirikan oleh orang-orang yang tidak terinfeksi HIV/AIDS.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ketiga aspek variabel persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS


masyarakat memberikan pengaruh sebesar 33,6% terhadap perubahanvariabel
interaksi sosial, dengan demikian terdapat 66,4% aspek lain yang terdapat dalam
variabel persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDSmasyarakat yang mampu
mempengaruhi perubahan variabel interaksi sosial. Kedua aspek variabel interaksi
sosial memberikan pengaruh sebesar 33,5% terhadap perubahan variabel persepsi
ODHA terhadap stigma terhadapHIV/AIDS masyarakat, dengan demikian terdapat
66,5% aspek lain yang terdapat dalam variabel interaksi sosial yang mampu
mempengaruhiperubahan variabel persepsi ODHA terhadap stigma HIV/AIDS
masyarakat.

B. Saran
Bagi pemerintah Kepada pemerintah diharapkan dapat lebih memperhatikan
penderitaHIV/AIDS, misalnya memberikan pengobatan atau check up gratis kepada
penderita HIV/AIDS yang kurang mampu dan melakukan penyuluhan
kepadamasyarakat mengenai bahaya serta pencegahan penyakit HIV/AIDS, sehingga
masyarakat mengetahui hal tersebut, dalam sosialisasi pihak pemerintah
dapatbekerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti dinas kesehatan, dinas sosial,
LSM dan lain-lain. Bagi penderita HIV/AIDSDiharapkan penderita HIV/AIDS dapat
mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat khususnya kegiatan-kegitan yang ada di
LSM, menambah wawasantentang HIV/AIDS dengan cara mengikuti seminar,
mengikuti penyuluhan, membaca dan lain-lain, sehingga nantinya dapat menjadikan
persepsi ODHAterhadap HIV/AIDS menjadi positif, menjalani hidup lebih optimis,
mampu mengembangkan diri dan mampu meningkatkan kualitas hidup.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.123dok.com/document/wyeop10q-hubungan-persepsi-odha-terhadap-stigma-haiv-
aids-masyarakat-dengan-interaksi-sosial-pada-odha.html

Anda mungkin juga menyukai