Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
(Brunner & Suddarth, 2001).
Anemia akibat defesiensi besi untuk sisntesis Hb merupakan penyakit
darah yang paling sering pada bayi dan anak. Frekuensinya berkaitan dengan
aspek dasar metabolisme besi dan nutrisi tertentu. Tubuh bayi baru lahir
mengandung kira-kira 0,5 g besi, sedangkan dewasa kira-kira 5 g. untuk
mengejar perbedaan itu rata-rata 0,8 mg besi harus direabsorbsi tiap hari
selama 15 tahun pertam kehidupan. Disamping kebutuhan pertumbuhan ini,
sejumlah kecil diperlukan untuk menyeimbangkan kehilangan besi normal oleh
pengelupasan sel, karena itu untuk mempertahankan keseimbangan besi positif
pada anak, kira-kira 1 mg besi harus direabsorbsi setiap hari.

B. Identifikasi Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anemia defesiensi besi?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia defesiensi
besi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan anemia defesiensi besi.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia
defesiensi besi.

1
BAB II
SEVEN JUMP

Seorang pasien Ny. N usia 40 tahun datang ke RS Medistra diantar oleh temannya
dengan keluhan : lemas, pusing, mata berkunang-kunang, dan telinga terasa
berdenging dan saat ini yang menjadi keluhan utama dari pasien adalah sesak dan
setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data : TD : 90/60 mmHg, R :
32X/menit, Nadi 90X/menit pasien mengeluhkan susah untuk menelan makanan
sehingga makanan susah untuk masuk dan setelah dikaji terdapat kerusakan epitel
hipofaring dan kuku tangan pasien tampak cekung dan konjungtiva tampak pucat,
setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil sbb :

 Hb 9 Gr/Dl
 Kadar serum besi menurun (< 50mg/dl)
 Kadar serum besi menurun (< 50mg/dl)
 Indeks eritrosit menurun

STEP 1

1. Mata berkunang-kunang
2. Telinga berdenging
3. Kuku cekung
4. Konjungtiva
5. Hb
6. Kadar serum besi
7. Eritrosit

STEP 2

1. Adalah dimana kondisi penglihatan tidak jelas dan terasa melihat bintik-
bintik cahaya.

2
2. Adalah munculnya sensasi mendengar denging, dengung, dan seperti
mendengar suara mesin.
3. Keadaan kuku yang tidak normal dan terlihat menonjol ke dalam.
4. Lapisan tipis yang melindungi sklera.
5. Hemoglobin (molekul-molekul yang ada di dalam darah yang
mengandung zat besi).
6. Menurunnya kadar besi (zat besi) dalam darah
7. Sel darah merah

STEP 3

1. Penyakit apa yang di derita Ny. N?


2. Apa yang menyebabkan Ny. N sesak napas?

STEP 4

1. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang disertai tanda dan gejala yang timbul
maka Ny. N di diagnose menderita Anemia.
2. Dari pemeriksaan laboratorium Hb Ny. N rendah, dan hal itu dapat
mempengaruhi kadar oksigen yang masuk ke dalam jaringan. Karena
itulah, penderita anemia akan merasakan sesak napas.

STEP 5

LO : Anemia Defisiensi besi/Anemia kurang zat besi.

3
BAB III

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian

Anemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel


darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal.
Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan pencerminan keadaan
suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia
terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan. (Brunner & Suddarth, 2001)

Anemia akibat defesiensi besi untuk sisntesis Hb merupakan


penyakit darah yang paling sering pada bayi dan anak. Frekuensinya
berkaitan dengan aspek dasar metabolisme besi dan nutrisi tertentu.
Tubuh bayi baru lahir mengandung kira-kira 0,5 g besi, sedangkan
dewasa kira-kira 5 g. untuk mengejar perbedaan itu rata-rata 0,8 mg besi
harus direabsorbsi tiap hari selama 15 tahun pertam kehidupan.
Disamping kebutuhan pertumbuhan ini, sejumlah kecil diperlukan untuk
menyeimbangkan kehilangan besi normal oleh pengelupasan sel, karena
itu untuk mempertahankan keseimbangan besi positif pada anak, kira-
kira 1 mg besi harus direabsorbsi setiap hari.

Prevalens anemia defisiensi besi (ADB) pada anak masih


tinggi.Pada anak sekolah dasar berumur 7-13 tahun di Jakarta (1999) dari
seluruh jenis anemia yang diderita,50% di antaranaya menderita ADB.
ADB memberikan dampak negatif kepada tumbuh-kembang anak.Hal ini
disebabkan karena defisiensi besi selain dapat mengakibatkan komplikasi
yang ringan antara lain kelainan kuku (kolonikia),atrofi papil
lidah,glositis dan stomatitis yang dapat sembuh dengan pemberian
besi,dapat pula memberikan komplikasi yang berat misalnya penurunan
daya tahan tubuh terhadap infeksi,gangguan prestasi belajar,atau
gangguan mental yang lainnya yang dapat berlangsung lama bahkan

4
menetap.Oleh karena itu pengobatan terhadap defisiensi besi harus
dimulai sedini mungkin.Demikian juga tindakan pencegahannya.

Anemia Defisiensi besi adalah kadar besi dalam tubuh dibawah


nilai normal. Pada tahap awal kita akan menemukan cadangan besi tubuh
yang berkurang. Kemudian jika kekurangan berlanjut kadar besi dalam
plasma akan berkurang. Pada akhirnya proses pembentukan hemoglobin
akan terganggu dan menyebabkan anemia defisiensi besi. Anemia yang
disebabkan kekurangan besi untuk sintesa Hemoglobin. Anemia
defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu atau
beberapa bahan yang diperlukan untuk pamatangan eritrosit. Anemia
defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral
Fe sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit

B. Etiologi
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi,
gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun :

1. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun yang dapat beasal dari :


a. Saluran cerna dan Akibat dari tukak peptik kanker lambung,
kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing
tambang.
b. Saluran genetalia wanita dan menoragi atau metroragi.
c. Saluran kemih dan hematuria
d. Saluran nafas dan hemoptoe
2. Faktor nutrisi dan akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan
atau kualitas besi yang tidak baik (makanan banyak mengandung
serat, rendah vitamin C, dan rendah daging).
3. Kebutuhan besi meningkat dan seperti pada prematuritas anak dalam
masa pertumbuhan dan kehamilan
4. Gangguan absorpsi besi dan gastrekotomi, kolitis kronis.

5
C. Patofisiologi

Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga


cadangan besi semakin menurun. Apabila cadangan kosong, maka keadaan
ini disebut iron depleted state. Apabila kekurangan besi berlanjut terus,
maka penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang. Sehingga
menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit, tetapi anemia secara klinis
belum terjadi, keadaan ini disebut iron deficien erythropoesis. Selanjutnya
timbul anemia hipokromik mikrositer, sehingga disebut iron deficiency
anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada
beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku epitel mulut
dan faring, serta berbagai gejala lainnya.

Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan heme dan hemoglobin


(Hb). Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb. Walaupun
pembuatan eritrosit juga menurun, tiap eritrosit mengandung Hb lebih
sedikit dari pada biasa sehingga timbul anemia hipokromik mikrositik.

1. Jumlah efektif eritrosit berkurang menyebabkan jumlah O2 ke


jaringan berkurang.
2. Kehilangan darah yang mendadak (> 30%) mengakibatkan
pendarahan menimbulkan simtomatologi sekunder hipovolemi dan
hipoksia.
3. Tanda dan gejala: gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardi,
dyspne, syok.
4. Kehilangan darah dalam beberapa waktu (bulan) sampai dengan
50% terdapat kompensasi adalah:
a. Peningkatan curah jantung dan pernafasan.
b. Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin.
a. Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan
dari sela-sela jaringan, redistribusi aliran darah ke organ
vital.

Salah satu tanda yang sering di kaitkan dengan anemia adalah


pucat, ini umumnya sering di kaitkan dengan volume darah, berkurangnya

6
hemoglobin dan vasokontriksi untuk memperbesar pengiriman O2 ke
organ-organ vital. Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan
kedalaman serta distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit maka warna
kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku,
telapak tangan dan membran mukosa mulut serta konjungtiva dapat
digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.

D. Manifestasi Klinis
1. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi.
2. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah)
Angina (sakit dada).
3. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2
berkurang).
4. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung)
menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada SS.
5. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi
atau diare)

Pucat merupakan tanda paling penting pada defisiensi besi. Pada


ADB dengan kadar Hb 6-10 g/dl terjadi mekanisme kompensasi yang
efektif sehingga gejala anemia hanya ringan saja. Bila kadar Hb turun <>
100 µg/dl eritrosit. Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi dan
tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah sebagai berikut :

1. Koilorikia dan Kuku sendok (Spoon nail) kuku menjadi rapuh,


bergaris-garis vertical, dan menjadi cekung seperti sendok.
2. Atrofi papilla lidah dan Permukaan lidah menjadi licin dan
mengilap karena papil lidah menghilang.
3. Stomatitis angularis dan adanya peradangan pada sudut mulut,
sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
4. Disfagia dan nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
5. Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorida.

7
E. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa

Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat)


dosis 4-6 mg besi elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis,
diberikan di antara waktu makan. Preparat besi ini diberikan
sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal. Asam
askorbat 100 mg/15 mg besi elemental (untuk meningkatkan
absorbsi besi).

a. Pemberian preparat besi peroral

Preparat yang tersedia berupa ferrous glukonat, fumarat


dan suksinat. Yang sering dipakai adalah ferrous sulfat
karena harganya lebih murah. Untuk bayi tersedia preparat
besi berupa tetes (drop). Untuk mendapatkan respon
pengobatan dosis besi yang dipakai adalah 4-6 mg besi
elemental/kgBB/hari. Obat diberikan dalam 2-3 dosis
sehari. Preparat besi ini harus diberikan selama 2 bulan
setelah anemia pada penderita teratasi.1,2.

b. Pemberian preparat besi parenteral

Pemberian besi secara intramuskuler menimbulkan rasa


sakit dan harganya mahal. Dapat menyebabkan
limfadenopati regional dan reaksi alergi. Kemampuan
untuk menaikkan kadar Hb tidak lebih baik dibanding
peroral. Preparat yang sering dipakai adalah dekstran besi.
Larutan ini mengandung 50 mg besi. Dosis dihitung
berdasarkan :
Dosis besi (mg) = BB (kg) x kadar Hb yang diinginkan
(g/dl) x 2,5.

c. Transfusi darah

8
Transfusi darah jarang diperlukan. Transfusi darah hanya
diberikan pada keadaan anemia yang sangat berat atau
yang disertai infeksi yang dapat mempengaruhi respon
terapi. Pemberian PRC dilakukan secara perlahan dalam
jumlah yang cukup untuk menaikkan kadar Hb sampai
tingkat aman sambil menunggu respon terapi besi. Secara
umum, untuk penderita anemia berat dengan kadar Hb <
style="font-weight: bold;">II.

2. Bedah
Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti
perdarahan karena diverticulum Meckel.
3. Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi
tinggi yang bersumber dari hewani (limfa,hati, daging) dan nabati
(bayam, kacang-kacangan).
4. Pencegahan
5. Tindakan penting yang dapat dilakukan untuk mencegah
kekurangan besi pada masa awal kehidupan adalah meningkatkan
penggunaan ASI eksklusif, menunda penggunaan susu sapi
sampai usia 1 tahun, memberikan makanan bayi yang
mengandung besi serta makanan yang kaya dengan asam askorbat
(jus buah) pada saat memperkenalkan makanan pada usia 4-6
bulan, memberikan suplementasi Fe kepada bayi yang kurang
bulan, serta pemakaian PASI (susu formula) yang mengandung
besi.
F. Komplikasi
1. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
2. Daya konsentrasi menurun
3. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun.
G. Pathway

9
BAB IV

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Anemia Defisiensi Besi

Kasus Pemicunya

Seorang pasien Ny. N usia 40 tahun datang ke RS Medistra diantar oleh


temannya dengan keluhan : lemas, pusing, mata berkunang-kunang, dan telinga
terasa berdenging dan saat ini yang menjadi keluhan utama dari pasien adalah
sesak dan setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data : TD : 90/60
mmHg, R : 32X/menit, Nadi 90X/menit pasien mengeluhkan susah untuk menelan
makanan sehingga makanan susah untuk masuk dan setelah dikaji terdapat
kerusakan epitel hipofaring dan kuku tangan pasien tampak cekung dan
konjungtiva tampak pucat, setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium
didapatkan hasil sbb :

 Hb 9 Gr/Dl
 Kadar serum besi menurun (< 50mg/dl)
 Kadar serum besi menurun (< 50mg/dl)
 Indeks eritrosit menurun

A.    Pengkajian
I. Data Demografi
1. Biodata
- Nama : Ny. N
- Usia : 40 Tahun
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Pekerjaan : Wiraswasta
- Alamat : Jakarta
- Suku : Betawi

10
- Status Pernikahan : Menikah
- Agama : Islam
- Diagnosa Medis : Anemia Defisiensi Besi
- No.RM : 123
- Tanggal masuk : 01-01-2020
- Tanggal pengkajian : 01-01-2020
2. Biodata Penanggung jawab
- Nama : Nn. Y
- Usia : 40 Tahun
- Jenis kelamin : Perempuan
- Pekerjaan : Wiraswasta
- Hubungan dengan Klien : Teman
II. Keluhan Utama
Saat ini yang menjadi keluhan utama dari pasien adalah sesak.
III. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehata Sekarang
Pasien Ny. N (40) datang ke RS Medistra diantar oleh temannya
dengan keluhan : lemas, pusing, mata berkunang-kunang, dan
telinga terasa berdenging dan saat ini yang menjadi keluhan utama
dari pasien adalah sesak. Pasien mengeluhkan susah untuk menelan
makanan sehingga makanan susah untuk masuk.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan mempunyai penyakit anemia sejak kecil
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan salah satu anggota keluarganya menderita
anemia.
IV. Pola Kebutuhan Dasar
a. Pola Peresepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan bahwa dia yakin dengan menggunakan
pelayanan kesehatan akan sembuh dan cepat pulang.
b. Pola Nutrisi-Metabolik
1) Sebelum sakit

11
Pasien mengatakan bisa makan 1 piring nasi dengan
lauk dan sayur (3xsehari). Dan juga biasa minum air putih
kurang lebih 6-8 gelas. BB sebelum sakit 75Kg.

2) Saat sakit
Pasien mengatakan susah untuk menelan makana
sehingga makanan susah untuk masuk
c. Pola Eliminasi
1) BAB
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit BAB normal
1x sehari setiap pagi dengan konsistensi lembek
kecoklatan dan bau khas feses.
b) Saat sakit
Pasien mengatakan tidak ada perubahan pada pola
BAB.
2) BAK
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasa BAK 5-6x sehari
dengan konsistensi kuning dan bau khas urine.
b) Saat sakit
Pasien mengatakan tidak ada perubahan pada pola
BAK.
3) Pola Istirahat
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasa tidur 6-7 jam perhari dan
tidur dengan nyenyak
b) Saat sakit
Pasien mengatakan pasien tidak ada perubahan dalam
pola tidur.
V. Pemerikasaan Fisik

12
1. Keadaan Umm Pasien
Kondisi keadaan umum Ny.N Komposmentis
2. Tanda-tanda Vital
Suhu : 37ᵒC
Nadi : 90x/menit
Pernapasan : 32x/menit
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
3. Sistem Pernafasan
a. Hidung : Bentuk simetris, kondisi bersih, tidak terdapat
gangguan pada indra penciuman
b. Dada : - Inspeksi, Bentuk dada normal, simetris kiri
dan kanan
-Palpasi, fremitus kanan dan kiri simetris
-Perkusi, suara paru vesikuler
-Auskultasi, suara crecles
4. Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
b. Palpasi : -
c. Perkusi : -
d. Auskultasi : Suara jantung normal
5. Sistem Pencernaan
a. Gigi geligi geraham 4 bawah tercabut.
b. Abdomen inspeksi bentuknya datar
c. Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, hepar tidak teraba
d. Perkusi : -
6. Sistem Indra
a. Mata : ukuran pupil 5mm. Reaksi terhadap cahaya
pupil bereaksi terhadap cahaya. Akomodasi kurang
baik, konjungtiva merah pucat
b. Hidung : reaksi alergi tidak ada, sinus normal
c. Telinga : fungsi pendengaran baik tidak terdapat
penumpukan sirumen

13
7. Sistem Muskuloskleletal
a. Nyeri (-)
b. Kekakuan (-)
c. Pola latihan gerak (ada keterbatasan gerak)
8. Sistem Integumen
a. Kulit : warna kemerahan secara umum
b. Integritas kering
c. Turgor sedang
VI. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium

14
1. Data Fokus
Nama Pasien : Ny. N
No RM : 123

DS: DO:
1. Pasien mengeluh lemas, 1. Keadaan Umum :
pusing, mata berkunang- Komposmentis
kunang, dan telinga terasa 2. Tanda-Tanda Vital
berdenging. Tekanan Darah : 90/60
2. Pasien mengatakan saat ini mmHg
yang menjadi keluhan utama Nadi :
adalah sesak. 90x/menit
3. pasien mengeluhkan susah Suhu : 37ᵒC
untuk menelan makanan Respirasi :
sehingga makanan susah 32x/menit
untuk masuk. 3. kuku tangan pasien tampak
cekung dan konjungtiva
tampak pucat,
4. pemeriksaan laboratorium
didapatkan hasil sbb :
 Hb 9 Gr/Dl
 Kadar serum besi
menurun (< 50mg/dl)
 Kadar serum besi
menurun (< 50mg/dl)
 Indeks eritrosit

15
menurun
5. terdapat kerusakan epitel
hipofaring

2. Analisa Data
Nama : Ny.N
No RM : 123

No Data Problem Etiologi


1. DS : Pola nafas tidak ketidak
efektif
 Pasien mengatakan saat seimbangan
ini yang menjadi suplai oksigen
keluhan utama adalah dengan
sesak. kebutuhan
DO : miokard
 RR : 32x/menit
 Hb 9 Gr/Dl
 Kadar serum besi
menurun (< 50mg/dl)

2. DS : Intoleransi kelemahan
 Pasien mengeluh aktivitas umum
lemas, pusing, mata
berkunang-kunang, dan
telinga terasa
berdenging
DO :
 Hb 9 Gr/Dl

16
 Kadar serum besi
menurun (< 50mg/dl)

3. DS : Nutrisi kurang anoreksia, mual,


 pasien mengeluhkan dari kebutuhan muntah, tidak
susah untuk menelan mau makan
makanan sehingga
makanan susah untuk
masuk.
DO :
 terdapat kerusakan
epitel hipofaring

B. Diagnosa Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif b.d ketidak seimbangan suplai oksigen dengan
kebutuhan miokard.
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia, mual, muntah, tidak mau
makan.

C. Intervensi

No Dx Kep Tujuan & Intervensi Rasional


Kriteria Hasil
1. Pola nafas Setelah 1. Auskultasi 1. Indikasi dema
tidak efektif dilakukan bunyi nafas. paru, sekunder
b.d ketidak tindakan 2. Kaji adanya akibat
seimbangan asuhan edema. dekompensasi
suplai keperawatan 3. Posisikan jantung.
oksigen selama 1x24jam pasien pada 2. Curiga gagal
dengan tidak terjadi keadaan semi kongestif/kelebih
kebutuhan perubahan pola fowler an volume cairan

17
miokard. nafas dg KH: 4. Berikan 3. Agar
TD: oksigen sesuai memaksimalkan
120/80mmHg indikasi ekpansi paru
Suhu : 37 C 5. Kolaborasi 4. Memenuhi
HR : 60 x/i pemberian kebutuhan
RR: 20x/i diuretik oksigen
5. Diuretik
bertujuan untuk
menurunkan
volume plasma
dan menurunkan
retensi cairan
dijariangan,
sehingga
menurunkan
resiko terjadi
edema paru
2. Intolenransi Setelah 1. Observasi 1. Merencanakan
aktivitas b.d dilakukan adanya tanda intervensi yang
kelemahan tindakan asuhan kerja fisik tepat.
umum keperawatan (dispnea, 2. Untuk
selama 1 x 24 sesak nafas, mencegah
jam diharapkan kunang- kelelahan.
pasien mampu kunang, 3. Meningkatkan
melakukan keletihan. istirahat dengan
aktivitasnya. 2. Antisipasi dan tenang serta
Dengan KH : bantu dalam mencegah
1. Menunjukka aktifitas kebosanan dan
n pernafasan kehidupan menarik diri.
normal. sehari-hari. 4. Untuk
2. Mendapatkan 3. Beri pertukaran
istirahat yang pengalihan udara ug
cukup. aktivitas optimal.

18
3. TD dalam bermain. 5. Untuk
keadaan 4. Pertahankan menentukan
normal posisi fowler nilai dasar
tinggi. perbandingan
5. Ukur tanda selama periode
vital selama aktifitas.
istirahat
3. Nutrisi Setelah 1. Sajikan 1. Mengurangi
kurang dari dilakukan makanan resiko
kebutuhan asuhan sedikit tapi penurunan
berhubunga keperawatan sering dari terjadi muntah.
n dengan selama 1 x 24 pada 3 kali 2. Untuk
anoreksia, jam diharapkan dalam porsi memenuhi
mual, pasien besar. kebutuhan
muntah, mendapatkan 2. Instruksikan nutrisi dan
tidak mau kebutuhan keluarga untuk suplemen yang
makan nutrisi yang memberikan dibutuhkan oleh
tepat. Dengan asupan tubuh.
KH : makanan yang 3. Klien mungkin
1. Pasien cukup dan hanya makan
mendapatkan suplemen (Fe). sedikit karena
suplemen 3. Dorong klien kehilangan
yang untuk makan minat pada
dibutuhkan semua makanan serta
missal (Fe). makanan atau mengalami
2. Tidak makanan mual.
mengalami tambahan. 4. Memberikan
tanda 4. Ukur masukan informasi
malnutrisi. diet harian tentang
dengan jumlah kebutuhan
kalori. pemasukan atau
defisiensi.

19
D. Implementasi

Nama : Ny.N

No RM :123

Tanggal/ja No. Dx Implementasi Hasil/Respon paraf


m Kep
02-01-2020 1 1. mengauskultasi DS:
10.00WIB bunyi nafas. 1. Pasien
2. mengkaji adanya mengatakan tidak
edema. terlalu sesak saat
3. memposisikan bernafas setelah
pasien pada diberikan posisi
keadaan semi setengah duduk
fowler dan diberikan
11.00WIB 4. memberikan diuretik.
oksigen sesuai DO:
indikasi TD : 120/80mmHg
5. berkolaborasi Suhu : 37 C
dengan HR : 60 x/i
memberikan RR: 20x/i
diuretik
02-01-2020 2 1. Mengobservasi DS:
12.00WIB adanya tanda 1. Pasien
kerja fisik mengatakan
(dispnea, sesak badannya tidak
nafas, kunang- terlalu lemas.
kunang, keletihan. DO :
2. Mengantisipasi 1. RR : 20x/i
dan membantu 2. Menunjukkan
dalam aktifitas pernafasan
kehidupan sehari- normal.

20
hari. 3. Mendapatkan
3. Memberikan istirahat yang
pengalihan cukup
aktivitas bermain.
4. Mempertahankan
posisi fowler
tinggi.
5. Mengukur tanda
vital selama
istirahat
02-01-2020 3 1. Menyajikan DS :
13.00WIB makanan sedikit 1. Pasien
tapi sering dari mengatakan
pada 3 kali dalam sudah bisa
porsi besar. menelan
2. Meninstruksikan makanan
keluarga untuk walaupun sedikit-
memberikan sedikit.
asupan makanan DO :
yang cukup dan 1. Makanan pasien
suplemen (Fe). selalu habis.
14.00WIB 3. Mendorong klien
untuk makan
semua makanan
atau makanan
tambahan.
4. Mengukur
masukan diet
harian dengan
jumlah kalori.

21
E. Evaluasi

Nama : Ny. N

No. RM : 123

Tanggal/jam No. Dx Evaluasi paraf


Kep
02-01-2020 1 S : Pasien mengatakan
15.00WIB nafasnya tidak terlalu sesak.
O : RR : 20x/i
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
1. Posisikan pasien
pada keadaan semi
fowler
2. Berikan oksigen
sesuai indikasi
02-01-2020 2 S : Pasien mengatakan
16.00WIB badannya tidak terlalu lemas
O : 1. RR : 20x/i
2. Menunjukkan
pernafasan normal.
3. Mendapatkan
istirahat yang cukup.
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1. Observasi adanya
tanda kerja fisik
(dispnea, sesak
nafas, kunang-
kunang, keletihan
2. Ukur tanda vital

22
selama istirahat.

02-01-2020 3 S : Pasien mengatakan


17.00WIB sudah bisa menelan
makanan walaupun sedikit-
sedikit.
O : Makanan pasien selalu
habis
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Sajikan makanan
sedikit tapi sering
dari pada 3 kali
dalam porsi besar.
2. Instruksikan
keluarga untuk
memberikan asupan
makanan yang cukup
dan suplemen (Fe).

23
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan satu
atau beberapa bahan yang diperlukan untuk pamatangan eritrosit. Anemia
defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe
sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit Anemia defisiensi
besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi, gangguan absorpsi,
serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun :
1. Kehilangan besi akibat perdarahan menahun yang dapat beasal dari :
a. Saluran cerna Akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker
kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
b. Saluran genetalia wanita menoragi atau metroragi.
c. Saluran kemih hematuria.
d. Saluran nafas hemoptoe
2. Faktor nutrisi akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan atau
kualitas besi yang tidak baik (makanan banyak mengandung serat,
rendah vitamin C, dan rendah daging).
3. Kebutuhan besi meningkat seperti pada prematuritas anak dalam masa
pertumbuhan dan kehamilan
4. Gangguan absorpsi besi gastrekotomi, kolitis kronis.
B. Saran

24
DAFTAR PUSTAKA

25

Anda mungkin juga menyukai