Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

Oleh :

EKA AGUSTIANA

NIM. 16149014540027

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA

PURWOKERTO

2016
A. PENGERTIAN

Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb


sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala
dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak
adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe
anemia dengan beragam penyebabnya (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002).

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003)

Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin


(Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel
darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011).

B. KLASIFIKASI
- Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah.
- Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan
oleh destruksi sel darah merah

C. ETIOLOGI
- Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam
folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah.
- Darah menstruasi yang berlebihan.
- Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia karena kekurangan zat
besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan
zat besi.
- Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat
besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
- Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di
saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan
anemia.
- Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah
dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
- Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat
menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
- Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah
pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat
menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah
merah.
- Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria,
atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

D. PATOFISIOLOGI

Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau


kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik,
invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi). Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi
terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam
hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan
dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan
muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi
kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam
urin (hemoglobinuria).

Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh


penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2.
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
E. PATHWAYS
F. MANIFESTASI KLINIS

1. Lemah, letih, lesu dan lelah

2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang

3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi

4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit
dada)

5. Manifestasi khusus pada anemia:


a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri,
demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.
b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat
(Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur
meningkat, kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak
lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak
sakit, tampak pucat pada mukosa bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku.
Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik yang fungsional.
c. Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Kadar Hb.
Kadar Hb <10g/dl. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32% (normal:
32-37%), leukosit dan trombosit normal, serum iron merendah, iron binding
capacity meningkat.
 Kelainan laborat sederhana untuk masing-masing tipe anemia :
a. Anemia defisiensi asam folat : makro/megalositosis
b. Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek dan total
naik, urobilinuria.
c. Anemia aplastik : trombositopeni, granulositopeni, pansitopenia,
sel patologik darah tepi ditemukan pada anemia aplastik karena
keganasan.

H. PENATALAKSANAAN

1. Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma ekspander atau
plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa saja.

2. Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari. Transfusi


darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl.

3. Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan infeksi


sekunder, makanan dan istirahat.

I. MASALAH KEPERAWATAN

1.Keletihan b.d anemia

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d in adekuat intake


makanan

3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

J. FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN


No Diagnosa NOC NIC
keperawatan
1 Keletihan Setelah dilakukan tindakan Energi manajemen
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam - Monitor respon klien
dengan anemia keletihan klien teratasi dengan terhadap aktivitas takikardi,
kriteria : disritmia, dispneu, pucat, dan
- Kemampuan aktivitas jumlah respirasi
adekuat - Monitor dan catat jumlah
- Mempertahankan nutrisi tidur klien
adekuat - Monitor ketidaknyamanan
- Keseimbangan aktivitas dan atau nyeri selama bergerak dan
istirahat aktivitas
M-menggunakan teknik energi - Monitor intake nutrisi
konservasi - instrusikan klien untuk
- Mempertahankan interaksi mencatat tanda-tanda dan
sosial gejala kelelahan
- Mengidentifikasi faktor- - Jelakan kepada klien
faktor fisik dan psikologis yang hubungan kelelahan dengan
menyebabkan kelelahan proses penyakit
- Mempertahankan - Catat aktivitas yang dapat
kemampuan untuk konsentrasi meningkatkan kelelahan
- Anjurkan klien melakukan
yang meningkatkan relaksasi
- Tingkatkan pembatasan
bedrest dan aktivitas

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management


nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 jam - Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh status nutrisi klien adekuat makanan
b.d in adekuat dengan kriteria - Kolaborasi dengan ahli gizi
intake makanan - Adanya peningkatan berat untuk menentukan jumlah
badan sesuai dengan tujuan kalori dan nutrisi yang
- Berat badan ideal sesuai dibutuhkan pasien.
dengan tinggi badan - Anjurkan pasien untuk
- Mampumengidentifikasi meningkatkan intake Fe
kebutuhan nutrisi - Anjurkan pasien untuk
- Tidak ada tanda tanda meningkatkan protein dan
malnutrisi vitamin C
- Menunjukkan peningkatan - Berikan substansi gula
fungsi pengecapan dari - Yakinkan diet yang
menelan dimakan mengandung tinggi
- Tidak terjadi penurunan berat serat untuk mencegah
badan yang berarti konstipasi
- Pemasukan yang adekuat - Berikan makanan yang
- Membran konjungtiva dan terpilih (sudah dikonsultasikan
mukos tidk pucat dengan ahli gizi)
I
3 ntoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan - Ajarkan pasien bagaimana
b.d keperawatan selama 3x24 jam membuat catatan makanan
ketidakseimbangan klien dapat beraktivitas dengan harian.
suplai dan kriteria - Monitor jumlah nutrisi dan
kebutuhan oksigen. - Berpartisipasi dalam aktivitas kandungan kalori
fisik dgn TD, HR, RR yang - Berikan informasi tentang
sesuai kebutuhan nutrisi
-Menyatakan gejala - Kaji kemampuan pasien
memburuknya efek dari untuk mendapatkan nutrisi
OR&menyatakan onsetnya yang dibutuhkan
segera - Monitor kadar albumin, total
-Warna kulit protein, Hb, dan kadar Ht
normal,hangat&kering
-Memverbalisa-sikan
pentingnya aktivitas secara
bertahap Toleransi aktivitasi
- Mengekspresikan pengertian 1. Menentukan penyebab
pentingnya keseimbangan intoleransi
latihan & istirahat aktivitas&menentukan apakah
- Peningkatan toleransi penyebab dari fisik,
aktivitas psikis/motivasi
2. Observasi adanya
pembatasan klien dalam
beraktifitas.
3. Kaji kesesuaian
aktivitas&istirahat klien sehari-
hari
4. ↑ aktivitas secara bertahap,
biarkan klien berpartisipasi
dapat perubahan posisi,
berpindah & perawatan diri
5. Pastikan klien mengubah
posisi secara bertahap. Monitor
gejala intoleransi aktivitas
6. Ketika membantu klien
berdiri, observasi gejala
intoleransi spt mual, pucat,
pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital
7. Lakukan latihan ROM jika
klien tidak dapat menoleransi
aktivitas
8. Bantu klien memilih
aktifitas yang mampu untuk
dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River

Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


Edition. New Jersey:Upper Saddle River

Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai