PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Anemia itu?
2. Bagaimana klasifikasi anemia?
3. Bagaimana manifestasi klinis anemia?
4. Bagaimana patofisiologi anemia?
5. Bagaimana cara mencegah anemia?
6. Bagaimana penatalaksaan anemia pada anak?
7. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada anak yang menderita anemia
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian anemia
2. Untuk mengetahui klasifikasi anemia
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis anemia
4. Untuk mengetahui patofisiologi anemia
5. Untuk mengetahui cara untuk mencegah anemia
6. Untuk mengetahui penatalaksaan anemia pada anak
7. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada anak yang menderita
anemia
1.4 Manfaat
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian anemia
2. Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi anemia
3. Agar mahasiswa mengetahui manifestasi klinis anemia
4. Agar mahasiswa mengetahui patofisiologi anemia
5. Agar mahasiswa mengetahui cara untuk mencegah anemia
6. Agar mahasiswa mengetahui penatalaksaan anemia pada anak
7. Agar mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada anak
yang menderita anemia
2
BAB II
PEMBAHASAN
Anemia adalah kekurangan kadar hemoglobin atau sel darah merah < 11 gr %
atau suatu keadaan dengan junlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi hemoglobin
menurun (Maimunah 2005 ). Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah
atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(Wong,2003).
Fungsi zat besi yang paling penting adalah dalam perkembangan system saraf
yaitu diperlukan dalam proses mielinisasi, neurotransmitter, dendritogenesis dan
metabolism saraf. Kekurangan zat besi sangat mempengaruhi fungsi kognitif,
tingkah laku dan pertumbuhan seorang bayi. Besi juga merupakan sumber energy
bagi otot sehingga mempengaruhi ketahanan fisik dan kemampuan bekerja terutama
pada remaja. Bila kekurangan zat besi terjadi pada masa kehamilan maka akan
meningkatkan risiko perinatal serta mortalitas bayi.
3
eksposur. Kadang-kadang, jenis anemia aplastik ini tidak diketahui penyebabnya,
meskipun penyakit autoimun diyakini menjadi penyebab anemia jenis ini.
Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll). Defisiensi trombosit:
ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih,
perdarahan susunan saraf pusat. Morfologis: anemia normositik normokromik
Penyebab anemia ini adalah Agen neoplastik/sitoplastik, terapi radiasi,
antibiotik tertentu. Obat anti konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason,
Infeksi virus khususnya hepatitis
↓
Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler
↓
Gangguan sel induk di sumsum tulang
↓
Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai
↓
Pansitopenia
↓
Anemia aplastik
4
d) Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
Penyebab anemia defisiensi besi pada umunya adalah :
a) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
b) Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
c) Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises
oesophagus, hemoroid, dll.)
↓
gangguan eritropoesis
↓
Absorbsi besi dari usus kurang
↓
sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin
↓
Anemia defisiensi besi
c) Anemia megaloblastik
Anemia Megaloblastik merupakan jenis anemia yang disebabkan oleh
kekurangan vitamin B12, dan asam folat yang memperlihatkan perubahan-
perubahan sumsum tulang dan darah perifer yang identik. Kedua vitamin tersebut
sangat diperlukan untuk sintesis DNA. Penyebab dari anemia megaloblastik
adalah:
a) Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
b) Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st
gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi,
pecandu alkohol.
↓
Sintesis DNA terganggu
↓
5
Gangguan maturasi inti sel darah merah
↓
Megaloblas (eritroblas yang besar)
↓
Eritrosit immatur dan hipofungsi
d) Anemia hemolitika
Anemia hemolitik adalah anemia yang di sebabkan oleh proses hemolisis,
yaitu pemecahahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya (normal
umur eritrosit 100-120 hari). Tanda dan gejala anemia hemolitika adalah :
a) Lemah, letih, lesu dan lelah
b) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
c) Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat.
Sedangkan penyebab anemia hemolika ini diantaranya adalah :
a) Pengaruh obat-obatan tertentu
b) Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia
limfositik kronik
c) Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d) Proses autoimun
e) Reaksi transfusi
f) Malaria
↓
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit
↓
Antigesn pada eritrosit berubah
↓
Dianggap benda asing oleh tubuh
↓
Sel darah merah dihancurkan oleh limposit
6
↓
Anemia hemolisis
e) Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit (sickle cell anemia) adalah jenis anemia yang diturunkan dari
orang tua kepada anak-anak mereka. Anemia ini terjadi akibat tidak terdapat cukup
sel darah merah sehat untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Normalnya, sel
darah merah berbentuk bulat dan fleksibel serta mudah bergerak melalui pembuluh
darah. Dalam anemia sel sabit, sel-sel darah merah menjadi kaku dan lengket dan
berbentuk seperti sabit atau bulan sabit. Sel-sel berbentuk tidak teratur seperti ini
dapat terjebak dalam pembuluh darah kecil sehingga memperlambat atau
memblokir aliran darah dan oksigen ke bagian tubuh lain. Tidak ada obat untuk
kebanyakan kasus anemia sel sabit. Namun, pengobatan dapat mengurangi gejala
dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul.
7
e. Pada tingkat lanjut atau anemia yang berat maka anak bisa menunjukkan
tanda-tanda detak jantung cepat dan bengkak pada tangan dan kaki.
8
viskositas darah menurun
↓
resistensi aliran darah perifer
↓
penurunan transport O2 ke jaringan
↓
hipoksia, pucat, lemah
↓
beban jantung meningkat
↓
kerja jantung meningkat
↓
payah jantung
9
1) Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2) Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
3) Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik
dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
4) Anemia Hemolitika
a. Asam Folat: 1 - 5 mg/hari PO, untuk mencegah krisis megaloblastik
b. Transfusi SDM (packed, leukodepleted): kalau hemolisis akut atau turun <
batasan tertentu.
c. Splenektomi dapat memanjang tahannya SDM & kurangi kebutuhan
transfuse
5) Anemia Sel Sabit
Pasien dengan anemia sel sabit memerlukan diet sehat, suplemen asam
folat, vitamin D dan seng dan menghindari pemicu untuk krisis termasuk
merokok,alcohol, kelelahan, dehidrasi, suhu dingin dan panas, konstriksi
pakaian.
10
Tidak ada obat untuk anemia sel sabit, tetapi pemberian terapi oksigen,
dan transfusi darah, dan analgetik dapat diberikan untuk mempertahankan
kondisi pasien.
2.7 Asuhan Keperawatan Anemia pada Anak
2.7.1 Pengkajian
1) Biodata : Bisa terjadi pada semua anak
2) Keluhan utama : Lemah badan, pusing anak rewel
3) Riwayat penyakit sekarang
Adanya lemah badan yang diderita dalam waktu lama, terasa lemah setelah
aktivitas, adanya pendarahan, pusing, jantung berdebar, demam, nafsu makan
menurun, kadang-kadang sesak nafas, penglihatan kabur dan telinga
berdengung.
4) Riwayat penyakit keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita hematologis.
5) Riwayat penyakit dahulu
Antenatal : Penggunaan sinar-X yang berlebihan
Natal : Obat-obat
Postnatal : Pendarahan, gangguan sistem pencernaan
6) Activity daily life
Nutrisi : nafsu makan menurun, badan lemah
Activity : Jantung berdebar, lemah badan, sesak nafas, penglihatan
kabur
Tidur : Kebutuhan istirahat dan tidur berkurang banyak
Eliminasi : Kadang-kadang terjadi konstipasi
7) Pemeriksaan
Pemeriksaan umum
Keadaan umum lemah, terjadi penurunan tekanan sistol dan diastole,
pernafasan takipnea, dipsnea, suhu normal, penurunan berat badan.
Pemeriksaan fisik
11
a. Kepala : Rambut kering, menipis, mudah putus, wajah pucat,
konjungtiva pucat, penglihatan kabur, pucat pada bibir, terjadi
perdarahan pada gusi, telinga berdengung
b. Leher : JVP melemah
c. Thorax : Sesak nafas, jantung berdebar-debar, bunyi jantung
murmur sistolik
d. Abdomen : Sistem abdomen, perdarahan saluran cerna,
hepatomegali dan kadang-kadang splenomegali
e. Extrimitas : Pucat, kaku mudah patah, telapak tangan basah
dan hangat
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap
b. Pemeriksaan fungsi sumsum tulang
Nilai normal sel darah
Usia
Jenis Sel
Bayi Baru 1 Tahun 5 Tahun 8-12 Tahun
Darah
Lahir
Eritrosit
5,9 4,6 4,7 4,5-5,4
(jt/mikrolt)
Hb (gr/dL) 19 12 13,5 14
Leukosit
17.000 10.000 8000 8000
(permikroLt)
Trombosit
(per mikro 200.000 260.000 260.000 260.000
Lt)
Hematokrit 54
36 38 40
(%)
12
2.7.2 Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan perfusi jaringan b/d perubahan komponen seluler yang
diperlukan untuk mengirim oksigen atau nutrien ke sel
2) Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara pengirim dengan
kebutuhan oksigen
3) Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan untuk mencerna
makan atau absorbsi nutrisi yang diperlukan
4) Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d perubahan sirkulasi
dan neurologis gangguan mobilitas.
2.7.3 Intervensi
1. Diagnosa 1 : Perubahan perfusi jaringan b/d perubahan komponen
seluler yang diperlukan untuk mengirim oksigen atau nutrien ke sel
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat
13
R/ Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi,
menurunkan resiko tinggi pendarahan
2. Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara
pengirim dengan kebutuhan oksigen
Tujuan : Dapat melakukan aktivitas sampai tingkat yang
diinginkan
14
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan, Nafsu makan
meningkat, Pasien tidak mual dan muntah
Intervensi :
a) Kaji riwayat nutrisi termasuk makan yang disukai
R/ Mengidentifikasi defisiensi
b) Observasi dan catat masukan makanan klien
R/ mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan makanan
c) Timbang berat badan tiap hari
R/ Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi
d) Berikan makanan sedikit tapi sering
R/ Menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan mencegah disiensi
gaster
e) Pantau pemeriksaan Hb, albumen protein dan zat besi serum
R/ Meningkatkan efektivitas program pengobatan termasuk diet nurtrisi
yang diberikan
4. Diagnosa 4 : Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d
perubahan sirkulasi dan neurologis gangguan mobilitas.
Tujuan : Integritas kulit adekuat
15
R/ Meningkat sirkulasi kesemua area kulit membatasi iskemia jaringan atau
mempengaruhi hipoksia seluler
c) Anjuran permukaan kulit kering dan bersih, batasi penggunaan sabun
R/ Area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat baik untuk
pertumbuhan organisme patogen, sabun dapat mengeringkan kulit secara
berlebihan dan dapat meningkatkan iritasi.
2.7.4 Implementasi
Disesuaikan dengan intervensi
2.7.5 Evaluasi
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah
normal.Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka
mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam
jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.
3.2 Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep anemia pada
anak dan mengetahui penatalaksanaannya sehingga dapat melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.
17