Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahaya Anemia kini terutama sekali dirasakan pada anak-anak. Dampaknya
bagi anak bisa membahayakan karena dapat mengakibatkan kerusakan jantung, otak
dan organ tubuh lain, hingga menyebabkan kematian. Karena itu sangat penting bagi
kita untuk tanggap dan penting mengetahui gejala-gejala Anemia. Secara umum
anemia pada anak terjadi akibat infeksi cacing tambang, malaria, atau disentri yang
menyebabkan kekurangan darah yang parah
Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKSRT) 2012, prevalensi
anemia pada balita 0-5 tahun sekitar 47%, anak usia sekolah dan remaja sekitar
26,5%. Sementara survei di DKI Jakarta 2004 menunjukkan angka prevalensi anemia
pada balita sebesar 26,5%, 35 juta remaja menderita anemia gizi besi, usia 6 bulan
cadangan besi itu akan menipis, sehingga diperlukan asupan besi tambahan untuk
mencegah kekurangan besi.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb
sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Nelson,1999).
Kebanyakan anemia pada anak adalah anemia kekurangan zat besi atau iron
deficiency anemia. Penyebabnya umumnya adalah pola makan yang kurang tepat.
Anemia lainnya adalah anemia karena pendarahan, anemia karena pabriknya
mengalami gangguan (sumsum tulang tidak memproduksi sel-sel darah dengan baik
dan penyebabnya bermacam-macam), bisa juga anemia karena yang bersangkutan
menderita suatu penyakit keganasan seperti kangker, leukemia dll, tapi biasanya
dokter akan tahu karena hati dan limpanya membesar
Anemia bisa menyebabkan kerusakan sel otak secara permanen lebih
berbahaya dari kerusakan sel-sel kulit. Sekali sel-sel otak mengalami kerusakan tidak
mungkin dikembalikan seperti semula. Karena itu, pada masa emas dan kritis perlu
mendapat perhatian.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Anemia itu?
2. Bagaimana klasifikasi anemia?
3. Bagaimana manifestasi klinis anemia?
4. Bagaimana patofisiologi anemia?
5. Bagaimana cara mencegah anemia?
6. Bagaimana penatalaksaan anemia pada anak?
7. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada anak yang menderita anemia

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian anemia
2. Untuk mengetahui klasifikasi anemia
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis anemia
4. Untuk mengetahui patofisiologi anemia
5. Untuk mengetahui cara untuk mencegah anemia
6. Untuk mengetahui penatalaksaan anemia pada anak
7. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada anak yang menderita
anemia
1.4 Manfaat
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian anemia
2. Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi anemia
3. Agar mahasiswa mengetahui manifestasi klinis anemia
4. Agar mahasiswa mengetahui patofisiologi anemia
5. Agar mahasiswa mengetahui cara untuk mencegah anemia
6. Agar mahasiswa mengetahui penatalaksaan anemia pada anak
7. Agar mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada anak
yang menderita anemia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Anemia

Anemia adalah Kondisi dimana berkurangnya sel darah merah(eritrosit) dalam


sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya
sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan.(Wasnidar, 2007.hal 20).

Anemia adalah kekurangan kadar hemoglobin atau sel darah merah < 11 gr %
atau suatu keadaan dengan junlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi hemoglobin
menurun (Maimunah 2005 ). Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah
atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(Wong,2003).

Fungsi zat besi yang paling penting adalah dalam perkembangan system saraf
yaitu diperlukan dalam proses mielinisasi, neurotransmitter, dendritogenesis dan
metabolism saraf. Kekurangan zat besi sangat mempengaruhi fungsi kognitif,
tingkah laku dan pertumbuhan seorang bayi. Besi juga merupakan sumber energy
bagi otot sehingga mempengaruhi ketahanan fisik dan kemampuan bekerja terutama
pada remaja. Bila kekurangan zat besi terjadi pada masa kehamilan maka akan
meningkatkan risiko perinatal serta mortalitas bayi.

2.2 Klasifikasi Anemia


a) Anemia Aplastik
Anemia aplastik adalah ketika tubuh Anda tidak dapat membuat sel-sel darah
merah yang cukup. Jenis anemia ini dapat disebabkan oleh kerusakan sumsum
tulang oleh faktor di luar tubuh Anda, seperti terpapar bahan kimia, perawatan
medis atau faktor fisik. Arsenik dan kemoterapi merupakan contoh dari jenis

3
eksposur. Kadang-kadang, jenis anemia aplastik ini tidak diketahui penyebabnya,
meskipun penyakit autoimun diyakini menjadi penyebab anemia jenis ini.
Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll). Defisiensi trombosit:
ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih,
perdarahan susunan saraf pusat. Morfologis: anemia normositik normokromik
Penyebab anemia ini adalah Agen neoplastik/sitoplastik, terapi radiasi,
antibiotik tertentu. Obat anti konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason,
Infeksi virus khususnya hepatitis

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik

b) Anemia Defisiensi Besi


Ini adalah jenis yang paling umum dari semua jenis anemia. Hal ini terjadi
ketika tubuh Anda tidak cukup menghasilkan hemoglobin.Umumnya penderita
jenis anemia ini adalah di kalangan wanita usia subur, dan kurangnya zat besi
menyebabkan anemia. Gejala-gejalanya adalah :
a) Atropi papilla lidah
b) Lidah pucat, merah, meradang
c) Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut

4
d) Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
Penyebab anemia defisiensi besi pada umunya adalah :
a) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
b) Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
c) Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises
oesophagus, hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi
c) Anemia megaloblastik
Anemia Megaloblastik merupakan jenis anemia yang disebabkan oleh
kekurangan vitamin B12, dan asam folat yang memperlihatkan perubahan-
perubahan sumsum tulang dan darah perifer yang identik. Kedua vitamin tersebut
sangat diperlukan untuk sintesis DNA. Penyebab dari anemia megaloblastik
adalah:
a) Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
b) Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st
gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi,
pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

5
Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi
d) Anemia hemolitika
Anemia hemolitik adalah anemia yang di sebabkan oleh proses hemolisis,
yaitu pemecahahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya (normal
umur eritrosit 100-120 hari). Tanda dan gejala anemia hemolitika adalah :
a) Lemah, letih, lesu dan lelah
b) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
c) Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak
tangan menjadi pucat.
Sedangkan penyebab anemia hemolika ini diantaranya adalah :
a) Pengaruh obat-obatan tertentu
b) Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia
limfositik kronik
c) Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d) Proses autoimun
e) Reaksi transfusi
f) Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

Sel darah merah dihancurkan oleh limposit

6

Anemia hemolisis
e) Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit (sickle cell anemia) adalah jenis anemia yang diturunkan dari
orang tua kepada anak-anak mereka. Anemia ini terjadi akibat tidak terdapat cukup
sel darah merah sehat untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Normalnya, sel
darah merah berbentuk bulat dan fleksibel serta mudah bergerak melalui pembuluh
darah. Dalam anemia sel sabit, sel-sel darah merah menjadi kaku dan lengket dan
berbentuk seperti sabit atau bulan sabit. Sel-sel berbentuk tidak teratur seperti ini
dapat terjebak dalam pembuluh darah kecil sehingga memperlambat atau
memblokir aliran darah dan oksigen ke bagian tubuh lain. Tidak ada obat untuk
kebanyakan kasus anemia sel sabit. Namun, pengobatan dapat mengurangi gejala
dan mencegah komplikasi yang mungkin timbul.

2.3 Tanda dan Gejala Anemia Pada Anak


Tanda dan gejala anak anemia sebenarnya bisa dideteksi oleh orang tua.
Bagaimana orang tua bisa mengenali tanda anemia pada anak itulah adalah salah satu
cara untuk bisa menangani semenjak awal anemia ini dan juga memberikan
pengobatan anemia itu sendiri. Tanda anemia anak bisa berupa :
a. Anak terlihat lemah, letih, lesu, hal ini karena oksigen yang dibawa
keseluruh tubuh berkurang karena media trasportnya berkurang (Hb)
kurang sehingga tentunya yang membuat energy berkurang dan
dampaknya adalah 3L, lemah, letih dan lesu
b. Mata berkunang-kunang. Hampir sama prosesnya dengan hal diatas,
karena darah yang membawa oksigen berkurang, aliran darah serta
oksigen ke otak berkurang pula dan berdampak pada indra penglihatan
dengan pandangan mata yang berkunang-kunang
c. Menurunnya daya pikir, akibatnya adalah sulit untuk berkonsentrasi
d. Daya tahan tubuh menurun yang ditandai dengan mudah terserang sakit

7
e. Pada tingkat lanjut atau anemia yang berat maka anak bisa menunjukkan
tanda-tanda detak jantung cepat dan bengkak pada tangan dan kaki.

2.4 Patofosiologi Anemia


Anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah
merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab
yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis
(destruksi), hal ini dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan
ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau
dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein
pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2.
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia
Anemia

8
viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

2.5 Cara Mencegah Anemia


Sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, dapat
mencegah penyakit ini, selain itu dengan mengkonsumsi beberapa asupan penting
yang mudah didapat diantaranya zat besi dapat ditemukan pada kacang polong, serta
kacang-kacangan.
Dilanjutkan dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan
zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh
dengan cara mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi.
Perlu kita perhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah
diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal
yang diperkuat dengan zat besi.

2.6 Penatalaksanaan pada penderita Anemia


Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang:

9
1) Anemia aplastik:
a. Transplantasi sumsum tulang
b. Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2) Anemia pada defisiensi besi
a. Dicari penyebab defisiensi besi
b. Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan
fumarat ferosus.
3) Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik
dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
4) Anemia Hemolitika
a. Asam Folat: 1 - 5 mg/hari PO, untuk mencegah krisis megaloblastik
b. Transfusi SDM (packed, leukodepleted): kalau hemolisis akut atau turun <
batasan tertentu.
c. Splenektomi dapat memanjang tahannya SDM & kurangi kebutuhan
transfuse
5) Anemia Sel Sabit
Pasien dengan anemia sel sabit memerlukan diet sehat, suplemen asam
folat, vitamin D dan seng dan menghindari pemicu untuk krisis termasuk
merokok,alcohol, kelelahan, dehidrasi, suhu dingin dan panas, konstriksi
pakaian.

10
Tidak ada obat untuk anemia sel sabit, tetapi pemberian terapi oksigen,
dan transfusi darah, dan analgetik dapat diberikan untuk mempertahankan
kondisi pasien.
2.7 Asuhan Keperawatan Anemia pada Anak
2.7.1 Pengkajian
1) Biodata : Bisa terjadi pada semua anak
2) Keluhan utama : Lemah badan, pusing anak rewel
3) Riwayat penyakit sekarang
Adanya lemah badan yang diderita dalam waktu lama, terasa lemah setelah
aktivitas, adanya pendarahan, pusing, jantung berdebar, demam, nafsu makan
menurun, kadang-kadang sesak nafas, penglihatan kabur dan telinga
berdengung.
4) Riwayat penyakit keluarga
Ada anggota keluarga yang menderita hematologis.
5) Riwayat penyakit dahulu
Antenatal : Penggunaan sinar-X yang berlebihan
Natal : Obat-obat
Postnatal : Pendarahan, gangguan sistem pencernaan
6) Activity daily life
Nutrisi : nafsu makan menurun, badan lemah
Activity : Jantung berdebar, lemah badan, sesak nafas, penglihatan
kabur
Tidur : Kebutuhan istirahat dan tidur berkurang banyak
Eliminasi : Kadang-kadang terjadi konstipasi
7) Pemeriksaan
Pemeriksaan umum
Keadaan umum lemah, terjadi penurunan tekanan sistol dan diastole,
pernafasan takipnea, dipsnea, suhu normal, penurunan berat badan.
Pemeriksaan fisik

11
a. Kepala : Rambut kering, menipis, mudah putus, wajah pucat,
konjungtiva pucat, penglihatan kabur, pucat pada bibir, terjadi
perdarahan pada gusi, telinga berdengung
b. Leher : JVP melemah
c. Thorax : Sesak nafas, jantung berdebar-debar, bunyi jantung
murmur sistolik
d. Abdomen : Sistem abdomen, perdarahan saluran cerna,
hepatomegali dan kadang-kadang splenomegali
e. Extrimitas : Pucat, kaku mudah patah, telapak tangan basah
dan hangat
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap
b. Pemeriksaan fungsi sumsum tulang
Nilai normal sel darah
Usia
Jenis Sel
Bayi Baru 1 Tahun 5 Tahun 8-12 Tahun
Darah
Lahir
Eritrosit
5,9 4,6 4,7 4,5-5,4
(jt/mikrolt)
Hb (gr/dL) 19 12 13,5 14
Leukosit
17.000 10.000 8000 8000
(permikroLt)
Trombosit
(per mikro 200.000 260.000 260.000 260.000
Lt)
Hematokrit 54
36 38 40
(%)

12
2.7.2 Diagnosa Keperawatan
1) Perubahan perfusi jaringan b/d perubahan komponen seluler yang
diperlukan untuk mengirim oksigen atau nutrien ke sel
2) Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara pengirim dengan
kebutuhan oksigen
3) Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan untuk mencerna
makan atau absorbsi nutrisi yang diperlukan
4) Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d perubahan sirkulasi
dan neurologis gangguan mobilitas.
2.7.3 Intervensi
1. Diagnosa 1 : Perubahan perfusi jaringan b/d perubahan komponen
seluler yang diperlukan untuk mengirim oksigen atau nutrien ke sel
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat

Kriteria hasil : Tanda vital dalam rentang normal, Membran mukosa


merah, Akral hangat
Intervensi :
a) Awasi TTV, kaji warna kulit atau membran mukosa dasar kulit
R/ Memberikan informasi tentang denyut perfusi jaringan dan membantu
menentukan intervensi selanjutnya.
b) Atur posisi lebih tinggi
R/ Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi
c) Observasi pernafasan
R/ Dispnea menunjukkan gejala gagal jantung ringan
d) Kaji untuk respon verbal melambatkan mudah terangsang gangguan
memori
R/ Mengindikasikan definisi dan kebutuhan pengobatan
e) Kolaborasi dalam pemberian transfusi

13
R/ Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi,
menurunkan resiko tinggi pendarahan
2. Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara
pengirim dengan kebutuhan oksigen
Tujuan : Dapat melakukan aktivitas sampai tingkat yang
diinginkan

Kriteria hasil : Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas,


Menunjukkan penurunan tanda-tanda vital
Intervensi :
a) Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan jaya jalan atau
kelemahan otot
R/ Menunjukkan perubahan neorologi karena defisiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan pasien atau resiko cidera.
b) Awasi TD, nadi, pernafasan selama dan sesudah aktivitas
R/ Manifestasi kardiopulmunal dari upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
c) Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing
R/ Hipotensi atau hipoksia dapat menyebabkan pusing, berdenyut dan
peningkatan resiko cidera
d) Berikan bantuan dalam aktivitas atau ambulasi bila perlu
R/ Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan
sesuatu sendiri.
e) Berikan lingkungan tenang, pertahankan tirah baring bila
diindikasikan
R/ Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan
menurunkan regangan jantung dan paru
3. Diagnosa 3 : Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan
untuk mencerna makan atau absorbsi nutrisi yang diperlukan

14
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan, Nafsu makan
meningkat, Pasien tidak mual dan muntah
Intervensi :
a) Kaji riwayat nutrisi termasuk makan yang disukai
R/ Mengidentifikasi defisiensi
b) Observasi dan catat masukan makanan klien
R/ mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan makanan
c) Timbang berat badan tiap hari
R/ Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi
d) Berikan makanan sedikit tapi sering
R/ Menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan mencegah disiensi
gaster
e) Pantau pemeriksaan Hb, albumen protein dan zat besi serum
R/ Meningkatkan efektivitas program pengobatan termasuk diet nurtrisi
yang diberikan
4. Diagnosa 4 : Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d
perubahan sirkulasi dan neurologis gangguan mobilitas.
Tujuan : Integritas kulit adekuat

Kriteria hasil : Mempertahankan integritas kulit, Mengidentifikasi


faktor resiko / perilaku individu untuk mencegah cedera dermal
Intervensi :
a) Kaji integritas kulit catat perubahan pada turgor, gangguan warna,
hangat lokal, eritema
R/ Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan mobilisasi
b) Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila pasien
tidak bergerak atau tidur di tempat tidur

15
R/ Meningkat sirkulasi kesemua area kulit membatasi iskemia jaringan atau
mempengaruhi hipoksia seluler
c) Anjuran permukaan kulit kering dan bersih, batasi penggunaan sabun
R/ Area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat baik untuk
pertumbuhan organisme patogen, sabun dapat mengeringkan kulit secara
berlebihan dan dapat meningkatkan iritasi.
2.7.4 Implementasi
Disesuaikan dengan intervensi
2.7.5 Evaluasi

a. Mempertahankan perfusi jaringan adekuat


b. Mengalami peningkatan toleransi aktivitas
c. Mempertahankan asupan nutrisi adekuat dan berat badan stabil
d. Integritas kulit terjaga

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah
normal.Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka
mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam
jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.
3.2 Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat mengerti konsep anemia pada
anak dan mengetahui penatalaksanaannya sehingga dapat melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai dengan prosedur yang ada.

17

Anda mungkin juga menyukai