Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anemia ( bahasa Yunani) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal.Sel darah
merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah
merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut
oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh . keadaan ini sering menyebabkan energi dalam
tubuh menjadi menurun sehingga terjadi 5L atau lemah, lesu, lemas, lunglai, dan letih. Dalam hal ini
orang yang terkena anemia adalah orang yang menderita kekurangan zat besi. Seseorang yang
menderita anemia akan sering mengalami keadaan pusing yang sedang hingga berat dikarenakan
Meningkatnya penghancuran sel darah merah, Pembesaran limpa, Kerusakan mekanik pada sel darah
merah, Reaksi autoimun terhadap sel darah merah : Hemoglobinuria nokturnal paroksismal,
Sferositosis herediter, Elliptositosis herediter. Seseorang yang sering mengalami anemia di sebabkan
karena pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan
kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa
menyebabkan stroke atau serangan jantung.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu anemia?
2. Mengapa sesorang bisa terkena anemia?
3. Apa yang menyebabkan seseorang terkena anemia?
4. Bagaimana tanda serta gejala dari anemia?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan serta diagnosa keperawatan yang tepat pada kasus anemia?

C. TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui penyakit anemia.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk menjelaskan apa itu Anemia
2. Untuk menjelaskan penyebab penyakit Anemia, tanda dan gejala serta patofisiologinya dalam
tubuh.
3. Untuk mengetahui tindak lanjut intervensi keperawatan pada klien Anemia.
4. Untuk menjelaskan peran perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan utamanya
terhadap penderita Pneumoia
D. MANFAAT PENULISAN
1. Menambah wawasan, pengetahuan penulis dan pembaca di bidang kesehatan khususnya anemia

2. Memberikan informasi mengenai masalah keperawatan pada pasien dengan anemia dan
penatalaksanaan masalah keperawatan

1
3. Dengan makalah ini diharapkan supaya para pembaca bisa lebih mengenal terhadap tanda dan
gejala yang berhubungan dengan Anemia.

E. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II : TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Anemia
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Pathway Anemia
E. Manifestasi Klinis
F. Pemeriksaan Penunjang
G. Pencegahan
H. Penatalaksanaan dan Pengobatan
BAB III : KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Kasus (Skenario Kasus di ketik ulang)
B. Pembahasan Kasus (Analisis kasus berdasarkan tujuan pembelajaran/LO
(Learning Outcome) yang mau dicapai oleh mahasiswa )
C. Asuhan Keperawatan
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Anemia

Pengertian Anemia menurut WHO - Anemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi penurunan
jumlah sel darah merah. Menurut WHO, anemia didefinisikan sebagai Hb (hemoglobin) kurang 13 g/dl untuk laki-
laki dan kurang 12 g/dl untuk wanita. Definisi anemia sangat tergantung pada usia dan jenis kelamin. Definisi
yang paling sering dipakai adalah definisi anemia menurut WHO dan CDC (Centers for Disease Control and
Preventio

2
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal.
Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1mm3 darah atau berkurangnya
volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah. (Ngastiyah, 1997)

2.2 Anatomi Fisiologi

Darah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi sangat penting dalam tubuh
yaitu transportasi. Darah mempunyai dua komponen yaitu komponen padat dan komponen cair. Fungsi
transportasi darah adalah membawa dan mengantarkan nutrisi dan oksigen dari usus dan paru-paru kepada sel
diseluruh tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme ke ogan-organ pembuangan. Darah juga membawa dan
menghantar hormon-hormon dari kelenjar endokrin ke organ sasarannya. Ia mengangkut enzim, zat buffer,
elektrolit, dan berbagai zat kimia untuk didistribusikan ke seluruh tubuh.
Peran penting dilakukan juga oleh sel darah, yaitu pengaturan suhu tubuh karena dengan cara
konduksi ia membawa panas tubuh dari pusat-pusat produksi panas untuk didistribusikan ke seluruh tubuh dan
ke permukaan tubuh yang pada akhirnya diatur pelepasannya dalam upaya homeostatis suhu (termoregulasi).
Jumlah darah manusia bervariasi tergantung berat badan seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah 70cc/kgBB.
Bagian padat darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Bagian padat darah merupakan 45% dari seluruh
volume darah, 55% adalah plasma yang merupakan komponen cair darah.
a. Sel darah merah atau eritrosit
Bentuknya bulat pipih dengan cekungan di tengahnya. Sel darah merah normal tidak mempunyai inti
sel, diameternya 7 mikron yang bersifat kenyal sehingga bisa berubah bentuk menyesuaikan pembuluh darah
yabg dilaluinya.
Sel darah merah dibuat di dalam sumsum tulang. Rata-rata umur hidup sel darah merah sekitar 105-
120 hari. Kemudian sel menjadi usang dan dihancurkan dalam system retikuloendoteal. Terutama di limfa dan
hati. Globin dan globulin diubah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan dan zat
besi dalam hem dari hemoglobin diubah menjadi glirubin dan bili verdin yang berwarna kehijau-hijauan. Jumlah
hemoglobin pada laki-laki 14-16% dan pada wanita 12-14%.
b. Sel darah putih atau leukosit
Fungsi utama sel darah putih adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara menghancurkan antigen
(kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5 jenis leukosit :
1. Neutrofil (65%-75%)
2. Eosinofil (2%-5%)
3. Basofil (0,5%-1%)
4. Limfosit (20%-25%)
5. Monosit (3%-8%)
Leukosit berwarna kuning dan bentuknya lebih besar dari sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil.
Leukosit sebagai bala tentara pertahanan dikerahkan ke tempat-tempat terjadi infeksi dan jumlahnya pu dapat
dilipatgandakan dalam keadaan infeksi. Leukosit bersama-sama dengan system makrofag jaringan yaitu

3
hepar,limfa, sumsum tulang, alveoli paru serta kelenjar getah melakukan fagositosis terhadap kuman atau virus
yang masuk. Jumlah leukosit adalah 5000-9000/mm3 darah. Bila jumlah leukosit berkurang disebut leukopenia.
Sedangkan bila tubuh tidak membuat leukosit sama sekali disebut Agranulositosis.
c.Trombosit atau keping-keping darah
Trombosit berbentuk keeping-keping yang merupakan bagian-bagian kecil dari sel yang besar yang
membuatnya yaitu megakaryosit. Trombosit dibuat di sumsum tulang, paru-paru dan limfa. Ukurannya kecil
sekitar 2-4 mikron. Umur peredarannya hanya berkisar 10 hari.
Trombosit mempunyai kemampuan untuk melakukan :
1. Daya aglutinasi (membeku atau menggumpal)
2. Daya adesi (saling melekat)
3. Daya agregasi (berkelompok)
4. Jumlah trombosit di dalam tubuh antara 150.000-350.000 keping/mm3 darah.
Fungsi trombosit yaitu :
a. Hemostasis (penghentian aliran darah/ perdarahan)
b. Pembekuan darah
Bila ada kerusakan pembuluh darah, trombosit akan berkumpul di daerah tersebut dan menutup lubang
bocoran dengan cara saling melekat, berkelompok dan menggumpalyang kemudian dilanjutkan dengan proses
pembekuan darah.
Trombosit mempunyai dua zat, prostaglandin dan tromboxan yang akan keluar bila ada kerusakan
pembuluh darah. Zat ini juga dapat menimbulkan efek vasokontriksi sehingga aliran darah berkuang dan
membantu proses pembekuan darah.
d. Plasma
Plasma terdiri dari 91-92% air yang berperan sebagai medium transfor dan 7-9% terdiri dari zat padat
(protein seperti albumin, globulin, fibrinogen, juga ada unsure natrium, kalium, kalsium, fosfor, bese, asam
amino, kolesterol, glukosa, dan enzim). Albumin yang dibentuk di hati merupakan 53% dari seluruh protein
serum, berperan dalam mempertahankan volume darah dengan menjaga tekanan osmotic koloid,pH dan
keseimbangan elektrolit.
2.3 Etiologi

Penyebab anemia antara lain :

1. Perdarahan

2. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan asam folat. (Barbara C. Long, 1996 )

3. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll.

4. Kelainan darah

5. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah. (Arif Mansjoer, 2001)

4
2.4 Manifestasi Klinis

Gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada pasien anemia antara lain : pucat, lemah, cepat lelah,
keringat dingin, takikardi, hypotensi, palpitasi. (Barbara C. Long, 1996). Takipnea (saat latihan fisik), perubahan
kulit dan mukosa (pada anemia defisiensi Fe). Anorexia, diare, ikterik sering dijumpai pada pasien anemia
pernisiosa (Arif Mansjoer, 2001)

2.5. Patofisiologi

Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain
penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia
(badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi
abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah
mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan
seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata
bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika
anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara
berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial,
terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin
plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka
hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah
atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar:
1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang
terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia

5
viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkata

kerja jantung meningkat

payah jantung
2.6 Klasifikasi

Secara patofisiologi anemia terdiri dari :

1. Penurunan produksi : anemia defisiensi, anemia aplastik.

2. Peningkatan penghancuran : anemia karena perdarahan, anemia hemolitik.

Secara umum anemia dikelompokan menjadi :

1. Anemia mikrositik hipokrom

a. Anemia defisiensi besi

Untuk membuat sel darah merah diperlukan zat besi (Fe). Kebutuhan Fe sekitar 20 mg/hari,
dan hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2-4 mg, kira-kira 50 mg/kg
BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada wanita. Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik.
Di Indonesia banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis), inipun tidak akan
menyebabkan anemia bila tidak disertai malnutrisi. Anemia jenis ini dapat pula disebabkan karena :

1. Diet yang tidak mencukupi

2. Absorpsi yang menurun

3. Kebutuhan yang meningkat pada wanita hamil dan menyusui

4. Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah

6
5. Hemoglobinuria

6. Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.

b. Anemia penyakit kronik

Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelial siderosis.
Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi seperti infeksi ginjal, paru ( abses,
empiema, dll ).

2. Anemia makrositik

a. Anemia Pernisiosa

Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik karena gangguan
absorsi yang merupakan penyakit herediter autoimun maupun faktor ekstrinsik karena kekurangan
asupan vitamin B12.

b. Anemia defisiensi asam folat

Anemia ini umumnya berhubungan dengan malnutrisi, namun penurunan absorpsi asam folat
jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Asam folat terdapat dalam daging,
susu, dan daun daun yang hijau.

3. Anemia karena perdarahan

a. Perdarahan akut

Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan penurunan kadar
Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.

b. Perdarahan kronik

Pengeluaran darah biasanya sedikit sedikit sehingga tidak diketahui pasien. Penyebab yang
sering antara lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan saluran cerna, dan epistaksis.

4. Anemia hemolitik

Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah ( normal 120 hari ), baik sementara atau
terus menerus. Anemia ini disebabkan karena kelainan membran, kelainan glikolisis, kelainan enzim, ganguan
sistem imun, infeksi, hipersplenisme, dan luka bakar. Biasanya pasien ikterus dan splenomegali.

7
5. Anemia aplastik

Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah. Penyebabnya bisa
kongenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi, toksin, dll.

2.7. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :

1. Jumlah Hb lebih rendah dari normal ( 12 14 g/dl )

2. Kadar Ht menurun ( normal 37% 41% )

3. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )

4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi

5. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak ( pada anemia aplastik )

2.8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anemia ditujiukan untuk mencari penyebab dan pengganti darah yang hilang.
Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya yaitu:

1. anemia aplastik

dengan transplantasi sumsung tulang dan terapi imunosupresif dengan anti tymocyte (ATG)
yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum
tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet.

2. Anemia pada penyakit ginjal

Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat kalau tersedia,
dapat diberikan eritropoetin rekombinan.

3. Anemia pada penyakit kronis

Kebanyakan pasien tidak menunjukan gejala dan tidak memperlukan penanganan untuk
anemianya.

4. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat

8
Dengan pemberian makanan yang adekuat, pada defisiensi besi diberikan sulfas ferosus 3x10
mg/hari. Transfusi darah diberikan apabila kadar Hb kurang dari 5 gr%.

5. Anemia megaloblastik

a. Defisiensi vitamin b12 ditangani dengan pemerian vitamin b12. Bila defisiensi disebabkan oleh
defek absorsi atau tidak terjadinya faktor intrinsik, dapat diberikan vitamin b12 dengan injeksi IM.

b. Untuk mencegah kambuhan anemia, terapi vitamin b12 harus diteruskan selama hidup pasien
yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorsi yang tidak dapat dikoreksi.

c. Pada anemia defisiensi asam folat, diberikan asam folat 3x5/ hari.

d. Anemia defisiensi asam folat pada pasien pasien dengan gangguan absorsi, penanganannya
dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari secara IM

6. Anemia pasca perdarahan

Dengan memberikan transfusi darah dalam plasma dalam keadaan darurat diberikan cairan
intavena dengan cairan infus apa saja yang tersedia

7. Anemia hemolitik

Dengan pemberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.

2.9. Komplikasi

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan
mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran
napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu
hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan
berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu
perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).

2.10. konsep askep

2.10.1. path way

Pendarahan saluran cerna, Defisiensi besi, vit b12, asam folat Overaktif RES, produksi SDM
Uterus, hidung, luka Depresi sumsum tulang abnormal
eritropoetin

9
Kehilangan sel darah merah (SDM) Penghancuran SDM
Produksi SDM

Pertahanan sekunder idak adekuat Resiko infeksi

Penurunan jumlah eritrosit Penurunan kadar Hb Efek

Kompensasi jantung Kompensasi paru Gangguan penyerapan nutrisi dan


defisiensi folat
Beban kerja dan curah jantung Peningkatan frekuensi nafas Glositis berat ( lidah meradang ),
meningkat diare, kehilangan nafsu makan
Takikardi, angina (nyeri dada), dyspneu Intake nutrisi turun
iskemia, miokardium, beban kerja
jantung
Ketidakefektifan perfusi jaringan Penurunan transfort O2 Ketidakseimbangan nutrisi
perifer nyeri akut kurang dari kebutuhan tubuh
Hipoksia

Peningkatan kontraktilitas Lemah, lesu, parestesia, mati Ketidakefektifan pola nafas


rasa,ataksia, gangguan koordinasi,
bingung
Palpitasi
Defisit perawatan diri intoleransi
aktifitas
penebalan dinding ventrikel

kardiomegali

2.10.2 Masalah keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas


2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Nyeri akut
5. Defisit perawatan diri
6. Resiko infeksi
7. Intoleransi aktifitas

2.10.3diagnosa keperawatan

10
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d sindrom hipoventilasi, penurunan transfer oksigen ke paru.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen
berkurang.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang kurang, anoreksia.
4. Nyeri akut b.d perubahan frekuensi jantung.
5. Defisit perawatan diri b.d kelemahan fisik.
6. Resiko infeksi b.d penurunan hemoglobin.
7. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, proses metabolisme
yang terganggu.

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

3.1 KASUS
Klien ny .T berusia 50 tahun dirawat diruang dahlia RS kuningan , pada saat pengkajian klien
mengeluh lemah dan letih, kepala pusing dan susah tidur serta kadang juga merasa bergetar . pasien
mengatakan sudah lebih dari satu minggu yang lalau merasa badanya lemas mudah cape dan sering
pusing. Namun pasien mengggap itu penyakit biasa. Bahkan pasien tak pernah mengeluh dengan
keadan nya yang sakit, pasien masih melakukan aktifitas nya sehari hari sebagai petani.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah : 150 /90 mmhg, nadi : 80 X
/menit suhu : 36,8 C respirasi rate : 24 X /menit tinggi badan 165 cm berat badan 55 kg pemeriksaan
fisik yang ditemukan data data sebagai berikut : keadaan umum pasien lemah pucat dan kesadaran
compos mentis E4V5M6 mata simetris pupil isokor konjungtiva anemis sclera ikterik pergerakan paru
simetris tarikam intercosta tak tampak taktil premitus teraba sama perkusi bunyi bunyi resonan dan
auskultasi vesikuler tidak terdengar ronchy dan whezing jantung inspeksi iktus kordis tampak palpasi
denyut apikal teraba dan auskultasi terdengar S1 dan S2 reguler
Hasil pemeriksaan laboratorium hemetologi ditemukan hasil WBC : 5.10 3/ul, RBC : 4.106/ul ,
HGB :4,2 g/dl , HCT : 5,8 % MCV : 60,6 KI, MCH : 16,2, MCHC :30,2 g/dl dari hasil laboratorium urine
nya glukosa : normal , Protein : Negatif, Bilirubin : Negatif , Urobilin : Normal , PH : 8,5 keton :

11
Negatif ,Nitrit : Negatifdan Leukosit : Negatif . klien mendapat therapy infus ,NaCl 20 tpm dan rencana
dilakukan transfusi darah. Keluarga pasien tampak kebingungan mencari darah untuk transfusi darah
klien (golongan darah klien AB ) perawat tidak memberikan informasi secara detail terkait tindakan
transfusi yang akan dilakukan.
3.2 Pembahasan Kasus
1.1.1 Kata kunci : Anemia
1.1.2 Kata yang tidak dimengerti

1. Mata simetris : keadaan dimana otot mata menutup dan membuka sama anta kiri dan
kanan
2. Pupil isokor : pergerakan bentuk pupil sama antara yag kiri dan yang kanan
3. Konjungtiva Anemis : Suatau kondisi dimana konjungtiva ( selaput lendeir yang melapisi
permukaan dalam kelopak mata dan permukaan luar bola mata ) bewarna putih dan kelihatan
pucat.
4. Sclera Iterik : sakit kuning pada permukaan kuku dan bagian putih dari mata ( sclera )
5. Ictus cordik : adanya denyutan dinding torak yang disebabkan dari pukulan dari ventrikel
kiri tepatnya di linea kalau normal mediocla vikularis kiri selebar 1 cm saja
6. denyut optikal : Bunyi akibat tertutupnya katup triksuspidalis dan mitral , dan tertutupnya
katup plimonaris dan atrial
7. WBC : white blood cell (Leukosit ) merupakan komponen komponen yang
berfungsi dalam memerangi infeksi yang di sebabkan oleh virus , bakteri , ataupun proses metabolic
toksik.
8. MCHC : konsentrasi hemoglobin di dalam eritrosit (Indeks Eritrosit)
9. RBC : Erirosit atau sel darah merah merupakan komponen darah yang [aling
banyak dan berfungsi sebagai pengangkut / pembawa oksigen dari paru paru untuk di edarkan
keseluruh tubuh
10. HGB : Hemoglobin adalah moleekul protein pada sel darah merah yang berfungsi
sebagai transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh
11. HTC : Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sl
darah meah dalam 1000 ml darah yang dinyatakan dalam present (%)
12. MCV : Mean corpuscular volume atau volume rata rata sebuah eritrosit yang
dinyatakan dengan femtoliter (FL)
13. MCH : Mean corpuscular Hemoglobin atau hemoglobin Eritrosit rata rata yaitu
banyak nya Hemoglobin per Eritrositdi sebut dengan pikogram
14. MCHC : Mean corpuscular hemoglobin concentrasion atau konsentrasi Hemoglobin
Eritrosit rata rata, yaitu kadar Hemoglobin yang terdapat per Eritrosit dinyatakan dalam persent
(%)dan satuan tang lebih tepatnya (gr / dl )
1.1.3 Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan bilirubin ?
2. Kenepa penderita anemia lemah dan letih ?
3. Kenapa ada rencana tranfusi darah ?
4. Kenapa pasien sussah tidur dan gemetar ?
5. Apa perbedaan anemia dan thalasemia ?
6. Pemeriksaan apa yang dilakukan untuk memeriksa anemia ?
7. Kenapa pasien diberikan cairan infuse NaCl ?
1.1.4 Jawaban

12
1. Bilirirubin adalah pigmen bewarna kuning yang merupakan produk utama dari
hasilperombakan heme dari hemoglobin yang terjadi akbat perombakan sel darah merah oleh
retikuoendotel,bilirubin merupakan hasil dari reaksi katabolisme enzimetik biliverdin oleh biliverdin
reduktase, bilirubin sering dikelompokan pada antioksidan , salah satu manfaat nya adalah mencegah
dan menghentikan penyakit autoimun seperti skrerosis multiple.
2. dikarenakan eritrosit (sel darah merah ) dan hemoglobin dalam darah kurang dari kebutuhan
tubuh , sedangkan eritrosit berpungsi sebagai pengikat oksigen sehingga tidak ada oksigen yang di
butuhkan jaringan dalam darah mengakibatkan tubuh lemah dan letih
3. Tranfusi darah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan darah dalam mengikat oksigen
(Tranfusi darah dapat meningkatkan hb dalam darah yang berfungsi mengkat oksigen.,memperbaiki
volume darah
4. kekurangan zat besi sehingga menggangu pembentukan sel darah merah dampaknya
menggangu metabolisme
5. Anemia merupakan kondisi dimana jumlah sel darah merah atau Hemoglobin ( protein
pembawa oksigen ) dalam sel darah jumlah nya dibawah normal penyebabnya akibat kekurangana
asupan zat besi , genetic, kekurangan vit B12, asam folat sedangan Thalesemia merupakan penyakit
bawaan / turunan dari orangtuanya ,thalesemia terjadi karena ada kelainan perubahan pada gen globin
alfa dan beta yang mengatur rantai alfa dan beta keadaan ini menyababkan produksi Hemoglobin
terganggu dan umur eritrosit memendek dalam keadaan normal keadaan normal umur eritrosit 120 hari,
jadi
6. Pemeriksaan darah lengkap kadar hemoglobin dalam darah ,pemeriksaan konjungtiva pucat
atau tidak tunggor kulit untuk melihat sianosis atau tidak
7. perlu dilakukan karena
3.3 Pencegahan
3.3.1 Pencegahan Primer
Dilakukan dengna memberikan promosi kesehartan untuk mencegah atau menunda
terjadinya kasus baru penyakit dan modifikasi faktor resiko atau mencegah berkembangnya
faktor resiko. Contoh menjaga pola istirahat dan menjaga asupan nutrisi yang baik
3.3.2 Pencegahan Sekunder

Dilakukan pada saat terjadi timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan, seperti
pemeriksaan hemoglobin untuk mendeteksi apakah pasien anemia atau tidak.

3.3.3 Pencegahan tersier


Dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit ke arah yang lebih buruk, yaitu
salah satunya dengan mempertahankan kadar hemoglobin dalam batas normal, dan
mengeliminasi faktor resiko seperti intake nutrisi yang tidak adekuat pada pasien.

3.4 Analisis Legal Etis


Pada kasus, didapatkan bahwa perawat tidak memberikan informasi secara detail terkait tindakan
transfusi yang akan dilakukan, hal ini bertentangan dengan aspek legal etik keperawatan, yaitu non
malaficence yang artinya bahwa perawat berkewajiban untuk tidak dengan sengaja menimbuklkan kerugian

13
atau cidera. Pada kasus diatas perawat yang tidak memberikan informasi dapat menimbulkan kerugian atau
cedera pada pasien

3.5 Analisis Jurnal

No Item Hasil Analisis


HUBUNGAN ANTARA ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN
1. Judul Jurnal KEJADIAN BAYIBERAT LAHIR RENDAH DI RSUD
DJOJONEGORO KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2006
2. Nama Penulis Nuryamah
3. Tahun Publikasi 2015
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 4, No. 2, Juni
4. Nama Jurnal
2015
Menurut WHO 1998 salah satu penyebab langsung kematian
neonatal adalah kelahiran kurang bulan, bayi berat pertumbuhan
intra uterinnya
(Pittard III, 1998).
Di Rumah Sakit Umum Daerah Djojonegoro Kabupaten
Temanggung tahun 2005 tercatat dari seluruh jumlah kelahiran
10.152 dan terdapat angka kematian bayi 10,54/1000 kelahiran
5. Latar Belakang
hidup, dimana 2,34% kematian disebabkan oleh BBLR. Adapun
penelitian yang terkait
dengan penyebab kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum
Daerah Djojonegoro Kabupaten Temanggung sampai saat ini
belum pernah diteliti termasuk penelitian tentang hubungan
antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian
BBLR.
6. Rumusan Masalah 1. Analisa univariant, yaitu analisa tiap-tiap variabel hasil
penelitian yaitu anemia ibu hamil dan BBLR dilakukan dengan
menghitung prevalensinya.
2.Analisa bivariant, yaitu analisa yang dilakukan terhadap 2
varibel yang diduga ada korelasi. Uji korelasi menggunakan
chisquare melalui koefisien kontingensi, dikatakan ada
hubungan bermakna jika p<0,05 dan tidak ada hubungan jika
p>0,05.

14
3. Untuk mengetahui hubungan anemia terhadap BBLR
digunakan statistik chiSquare banyak adalah 2300 gram,
dengan standar deviasi 122 gram.
Untuk mengetahui hubungan anemia pada ibu hamil dengan
7. Tijuan Penelitian
kejadian BBLR di RSUD Djojonegoro Kabupaten Temanggung.
Berdasarkan hasil penelitian di atas diharapkan petugas
kesehatan atau bidan lebih meningkatkan deteksi dini anemia
pada ibu hamil dan memberikan pencegahan dan
penanggulangan anemia secara optimal sehingga dapat
mengurangi angka kejadian BBLR serta dapat menurunkan
angka kematian yang disebabkan oleh BBLR. Diharapkan pula
data-data hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
8. Manfaat Penelitian
tambahan informasi tentang keterkaitan hubungan yang
signifikan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR
meskipun ada beberapa hasil penelitian lain yang
menyebutkan hasil berbeda, hal ini dapat dijadikan acuan untuk
melakukan penelitian lanjutan yang lebih detail untuk
mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian
bayi berat lahir rendah.
9. Hasil Penelitian Hasil pengumpulan data selama kurun waktu satu bulan,
yang dilakukan di Ruang Rekam Medik RSU Djojonegoro
Kabupaten Temanggung, didapatkan bahwa pada periode 1
Januari 2005 31 Desember 2005 ditemukan sebesar 108
kelahiran hidup non rujukan dengan BBLR. Setelah melalui
proses rekapitulasi keseluruhan populasi, rekam medik yang
masuk kriteria inklusi adalah sebesar 59 rekam medik yang
mencatat kejadian BBLR. Untuk selanjutnya, sebagai kontrol
diambil pula sampel sebesar 59 rekam medik yang mencatat
kejadian kelahiran dengan bayi berat lahir normal (BBLN). Pada
penelitian ini diperoleh data bahwa berat badan bayi dari
keseluruhan sampel kasus bayi berat lahir rendah (BBLR)
berada pada rentang antara paling rendah 1250 gram dan
paling berat 2450 gram, dengan rerata 2250 gram.
Modus berat badan bayi paling banyak adalah 2300 gram,
dengan standar deviasi 122 gram. Pada data yang mencatat

15
kadar haemoglobin ibu hamil yang melahirkan BBLR dalam
sampel yang memenuhi kriteria, bervariasi
antara kadar haemoglobin 8,7 gram% sampai 12 gram% dengan
rata-rata kadar haemoglobin 10,9 gram% sedangkan modus
terbanyak adalah kadar haemoglobin 10,4 gram% dan standar
deviasi 0,73 gram%. Sedangkan kadar haemoglobin ibu hamil
yang melahirkan bayi berat lahir normal (BBLN) yaitu antara
kadar haemoglobin 10,1 gram%
sampai 14,2 gram% dengan rata-rata 11,7 gram%, dan modus
terbanyak 11,8 gram% serta standar deviasi 1,05 gram%.
Uapaya tersebut bisa melalui pencegahan dan penanggulangan
anemia antara lain dengan meningkatkan
konsumsi zat besi dari makanan seperti sayuran hijau dan
buah-buahan ditambah dengan kacang-kacangan dan padi-
padian yang cukup banyak mengandung zat besi dan vitamin-
vitamin lain, terutama vitamin C yang diperlukan untuk
meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh.
Angka kejadian bayi beratlahir rendah (BBLR) di
Indonesiatergolong tinggi, data yang menunjukkan hal tersebut
diperoleh berdasarkan analisis lanjut Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (1994) yaitu angka kejadian BBLR
sebesar 7,1%. Sedangkan dari Profil Kesehatan Indonesia bayi
berat lahir rendah di Indonesia adalah 14%. Beberapa peneliti
melaporkan angka kejadian BBLR di Indonesia diantaranya
penelitian kohort di Sukabumi memperoleh insiden BBLR
10
Pembahasan Penelitian 10,7%, penelitian di Ujung Berung mendapatkan angka kejadian
.
BBLR sebesar 14,7%. Penelitian di Ciawi Kabupaten Bogor
mendapatkan kejadian BBLR 16,1% (Rahman, 2000).
Sedangkan pada penelitian
ini, angka kejadian BBLR di RSUD Djojonegoro Kabupaten
Temanggung periode 1 Januari 2005-31 Desember 2005
sebesar 14,09%. Hal ini berarti angka kejadian dalam penelitian
ini menunjukkan prosentase yang
mendekati sama dengan hasil penelitian di daerah lain. Angka
kejadian yang mendekati sama

3.6 Path Way

16
Pendarahan saluran cerna, Defisiensi besi, vit b12, asam folat Overaktif RES, produksi SDM
Uterus, hidung, luka Depresi sumsum tulang abnormal
eritropoetin
Kehilangan sel darah merah (SDM) Penghancuran SDM
Produksi SDM

Pertahanan sekunder idak adekuat Resiko infeksi

Penurunan jumlah eritrosit Penurunan kadar Hb Efek

Kompensasi jantung Kompensasi paru Gangguan penyerapan nutrisi dan


defisiensi folat
Beban kerja dan curah jantung Peningkatan frekuensi nafas Glositis berat ( lidah meradang ),
meningkat diare, kehilangan nafsu makan
Takikardi, angina (nyeri dada), dyspneu Intake nutrisi turun
iskemia, miokardium, beban kerja
jantung
Ketidakefektifan perfusi jaringan Penurunan transfort O2 Ketidakseimbangan nutrisi
perifer kurang dari kebutuhan tubuh
Hipoksia

Peningkatan kontraktilitas Lemah, lesu, parestesia, mati Ketidakefektifan pola nafas


rasa,ataksia, gangguan koordinasi,
bingung
Palpitasi
Defisit perawatan diri intoleransi
aktifitas
penebalan dinding ventrikel

kardiomegali

7.1 Asuhan Keperawatan


7.1.1 Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas pasien
Nama : Ny T
Umur : 50
Jenis Kelamin : Perempuan
Status perkawinan :-
Agama :-
Suku :-
Pendidikan :-
Pekerjaan : Petani
No. Register :-
Diagnosa Medik : Anemia
Tanggal Masuk :-

17
Tanggal Pengkajian :-
Alamat :-
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama :-
Umur :-
Jenis Kelamin :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Hub. Dgn pasien :-
Alamat :-
c. Keluhan utama : Pasien mengeluh lemah dan letih
d. Riwayat keperawatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengeluh lemah, letih, kepala pusin, susah tidur, dan kadang merasa
gemetar.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan sudah satu minggu yang lalu pasien merasa badannya lemas,
mudah capek, dan sering pusing.
3) Riwayat kesehatan keluarga
e. Keadaan umum
1) Penampilan Umum : pasien lemah dan pucat
2) Tingkat Kesadaran : compos mentis
GCS : E4 V5 M6 =15.
3) Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah (TD) : 150/90 mmHg
Nadi (P) : 80x/menit
Pernafasan (RR) : 24x/menit (tarkipneu)
Suhu : 36,80 C
4) Berat Badan dan Tinggi Badan
Berat Badan : 55 Kg
Tinggi badan : 165 cm
f. Aspek bio-psiko-sosio-spiritual
g. Aktivitas sehari-hari
h. Pemeriksaan penunjang
a. Hasil pemeriksaan radiologi
b. Hasil Laboratorium
1. WBC 5.103/UL
2. RBC 4.106/UL
3. HGB 4.2 g/dl
4. HCT 5.8 %
5. MCV 60,6 kl
6. MCH 16.2
7. MCHC 30.2 g/dl
c. Hasil Lab Urin
1. Glukosa normal
2. Protein (-)
3. Bilirubin (-)
4. Urobilin normal
5. PH 8,5
6. Keton (-)
7. Nitrit (-)
8. Leukosit (-)
i. Terapi obat

18
Pemasangan infus NaCl 20 TPM

7.1.2 Analisis data fokus

DS DO
1. Pasien mengeluh lemah dan letih a. TTP
2. Pasien mengatakan kepalanya pusing. TD : 150/90 mmHg
3. Pasien mengatakan susah tidur RR : 24x/menit (takipneu)
4. Pasien mengatakan terkadang merasa gemetar Suhu : 36,8C
Nadi : 80x/menit
b. Pasien tampak lemah
c. Pasien tampak pucat
d. Konjungtiva anemis
e. Sklera ikterik
f. Jantung infeksi iktus kordis
g. Palpasi denyut apikal

7.1.3 Analsis data

Data Etiologi Masalah


DS : pasien mengeluh lemah dan Kedidakefektifan pola nafas
letih
DO : RR : 24x/menit (takipneu)
DS : Ketidakefektifan perfusi
DO : TD 150/90
jaringan ferifer
DS : Letih Intoleransi aktivitas
Lemah
DO :jantung inspeksi ictus kordi
RR : 24x/menit
DS : Susah tidur Gangguan Pola tidur
DO : Konjungtiva anemis
Sklera ikterik

7.1.4 Rumusan diagnosa keperawatan


a. Kedidakefektifan pola napas b/d penurunan transfer O2 paru ke HB darah
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d pada penurunan konsentrasi suplai O2
berkurang
c. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur
d. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebuuhan O2, proses
metabolisme terganggu
7.1.5 Intervensi

Diagnosa Intervensi Keperawatan Rasional


keperawatan/

19
Masalah kolaborasi NOC NIC
1.Kedidakefektifan Respiratory status : Airway Management Untuk
pola napas b/d Posisikan pasien untuk
ventilation mengontrol
penurunan transfer Respiratory status : memaksimalkan ventilasi. pernafasan
Auskultasi suara nafas, catat
O2 paru ke HB Airway patenc klien
Vital sign status adanya suara tambahan Untuk
darah Atur intake untuk cairan
DS : Tupan menguranngi
mengoptimalkan
Pasien mengeluh Setelah dilakukan tindakan sesak nafas
keseimbangan .
lemah dan letih keperawatan selama 2x24 jam Pertahankan jalan napas yang klien
DO : Supaya
pasien menunjukan paten
RR : 24x/menit pasien tidak
keefektifan pola nafas Vital sign monitoring
(takipneu) Monitor TD, Nadi , Suhu RR merasa
dibuktikan dengan kriteria
Catat adanya fluktuasi TD
lemas
hasil : Monitor TD, Nadi, RR sebelum
Pasien sudah tidak selama dan setelah aktivitas
merasa letih dan lemah Monitor frekuensi dan irama

Tidak ada takipneu pernafasan


Monitor suara paru
TTV batas normal Monitor pola pernafasan
Tupen abnormal
Setelah dilakukan tindakan Identifikasi penyebab dari

keperawatan selama 1x8 jam perubahan vital sign

pasien menunjukan
keefektifan jalan nafas
dibuktikan dengan kriteria
hasil :
Sesak berkurang
TTV mulai normal

2. Ketidakefektifan Cerculation status Periferal sensation Agar pasien


perfusi jaringan Tissue perfusion :
managemen ( managemen tidak
perifer b.d cerebral sensation perifer ) mengeluh
penurunan Tupan Batasi gerakan pada kepala,
lemah dan
konsentrasi Setelah dilakukan tindakan leher dan punggung letih
suplai O2 keperawatan selama 2x24 jam

berkurang pasien menunjukkan


DS : - ketidakefektifan perfusi
DO :
TD 150/90 jaringan, dibuktikan dengan
kriteria hasil:

20
TD normal
Tupen
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x8 jam
pasien menunjukkan
keefektifan pola nafas,
dibuktikan dengan kriteria
hasil:
Mulai mendekati batas normal

3. Gangguan pola Anxiety reduction Sleep enhancement Pasien


tidur b.d kurang Comfort level Jelaskan pentingnya tidur yang
mengetahui
Pain level
kontrol tidur adekuat pentingnya
Rest : extent and
Ciptakan lingkungan yang
DS : pattern tidur yang
nyaman
Susah tidur Sleep : extent ang adekuat
Kolaborasi pemberian obat
pattern Untuk bisa
DO : tidur
Diskusikan dengan pasien dan menciptakan
Konjungtiva
Tupan
keluarga tentang teknik tidur kualitas tidur
anemis Setelah dilakukan tindakan
Sklera ikterik pasien yang baik
keperawatan selama 2x24 Agar bisa
Intruksikan untuk memonitor
jam pasien menunjukkan : memenejeme
tidur pasien
Suhu tubuh dalam batas Monitor waktu makan dan n waktu
normal dengan kreiteria hasil: minum dengan waktu tidur makan,
Pola tidur dan kualitas Monitor atau catat kebutuhan
minum dan
tidur pasien dalam batas tidur pasien setiap hari dan jam tidur dengan
normal baik
Konjungtiva anemis tidak
tampak
Sklera ikterik tidak tampak

Tupen
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x8 jam
pasien menunjukkan :
Suhu tubuh dalam batas
normal dengan kreiteria hasil:
Jumlah jam tidur pasien
mulai mendekati batas

21
normal
Konjungtiva mulai
mendekati batas normal
Sklera mulai mendekati
batas normal

4. Intoleransi Self Care : ADLs Activity Therapy


aktivitas b/d Toleransi aktivitas Bantu klien untuk Untuk
Konservasi eneergi
ketidakseimban mengidentifikasi aktivitas yang membantu
Tupan mampu di lakukan
gan antara tubuh pasien
Setelah dilakukan tindakan Bantu untuk memilih aktivitas
suplai dan kembali
keperawatan selama 2x24 jam konsisten yang sesuai dengan
kebutuhan O2, beraktivitas
Pasien bertoleransi terhadap kemampuan fisik, psikologi dan
proses
aktivitas dengan Kriteria sosial
metabolisme Bantu mengidentifikasi dan
Hasil :
terganggu.
Pasien tidak merasa letih mendapatkan sumber yang
DS :
Letih Pasien tidak merasa diperlukan untuk aktivitas yang
Lemah lemah diinginkan
DO : Prekuensi jantung normal Monitor respon fisik,emosi,
jantung inspeksi
RR normal sosial dan spiritual.
ictus kordis
Tupen
RR : 24x/menit
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x8 jam
Pasien bertoleransi terhadap
aktivitas dengan Kriteria
Hasil :
RR mulai mendekati
batas normal
Prekuensi jantung
mulai mendekati
batas normal

7.1.6 Implementasi

Diagnosa
NO Tanggal/ jam Implementasi Respon
Keperawatan
1. Kedidakefektifan Airway Management Didapatkan jalan
pola napas b/d Memposisikan pasien untuk
nafas efektif

22
penurunan transfer memaksimalkan ventilasi. Menunjukkan
Mengauskultasi suara nafas,
O2 paru ke HB darah jalan nafas yang
DS : catat adanya suara
paten
Pasien mengeluh tambahan
Mengatur intake untuk cairan
lemah dan letih
DO : mengoptimalkan
RR : 24x/menit keseimbangan .
Mempertahankan jalan
(takipneu)
napas yang paten
Vital sign monitoring
Memonitor TD, Nadi , Suhu
RR
Mencatat adanya fluktuasi
TD
Memonitor TD, Nadi, RR
sebelum selama dan setelah
aktivitas
Memonitor frekuensi dan
irama pernafasan
Memonitor suara paru
Memonitor pola pernafasan
abnormal
Mengidentifikasi penyebab
dari perubahan vital sign

2 Ketidakefektifan Periferal sensation tidak mudah


perfusi jaringan managemen ( managemen capek
perifer b.d sensation perifer ) rasa pusing
penurunan membatasi gerakan pada
berkurang
konsentrasi suplai kepala, leher dan punggung

O2 berkurang
DS : -
DO :
TD 150/90
3 Gangguan pola tidur Sleep enhancement Agar pasien
b.d kurang kontrol Menjelaskan pentingnya tidur
mengetahui
tidur yang adekuat pentingnya tidur
Menciptakan lingkungan
DS : yang aderkuat
yang nyaman
Susah tidur Mengolaborasi pemberian Jumlah tidur
DO : obat tidur pasien dalam

23
Konjungtiva Mendiskusikan dengan batas normal 6-8
anemis pasien dan keluarga tentang jam /hari
Sklera ikterik bisa
teknik tidur pasien
Mengintruksikan untuk memenejemen
memonitor tidur pasien waktu makan,
Memonitor waktu makan dan minum dan tidur
minum dengan waktu tidur dengan baik
Memonitor atau catat
kebutuhan tidur pasien
setiap hari dan jam
4 Intoleransi aktivitas Activity Therapy Pasien mampu
b/d Membantu klien untuk mengidentifikasi
ketidakseimbangan mengidentifikasi aktivitas aktivitas yang
antara suplai dan yang mampu di lakukan mampu dilakukan
Membantu untuk memilih
kebutuhan O2, Pasien memilih
aktivitas konsisten yang
proses metabolisme aktivitas konsisten
sesuai dengan kemampuan
terganggu. yang sesuai
fisik, psikologi dan sosial
DS : dengan
Membantu mengidentifikasi
Letih
dan mendapatkan sumber kemampuan fisik,
Lemah
DO : yang diperlukan untuk psikologi dan
jantung inspeksi sosial.
aktivitas yang diinginkan
ictus kordis Memonitor respon
RR : 24x/menit
fisik,emosi, sosial dan
spiritual.

7.1.7 Evaluasi

Tanggal Tanda tangan dan


NO Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan
Jam nama jelas
1. Kedidakefektifan pola napas S:
b/d penurunan transfer O2 O:
paru ke HB darah A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
2. Ketidakefektifan perfusi S:
jaringan perifer b.d O:
penurunan konsentrasi suplai A: Masalah teratasi
O2 berkurang P: Pertahankan Intervensi
3 Gangguan pola tidur b.d S:
kurang kontrol tidur O:

24
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan Intervensi
4 Intoleransi aktivitas b/d S:
ketidakseimbangan antara O:
suplai dan kebutuhan O2, A: Masalah teratasi
proses metabolisme P: Pertahankan Intervensi
terganggu.

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Anemia adalah turunnya kadar sel darah merah atau hemoglobin dalam darah (Anonim).anemia dapat
diketahuui dengan adanya pemerisaan darah lengkap laboratorium. Pemeriksaan darah lengkap adalah
pemeriksaan yang dilakukan pada darah manusia dengan menghitung seluruh komponen pembentuk darah.
Banyak cara penangan yang dilakukan untuk mengatasi penyakit ini salah satunya adalah pemberian fe,
dan lain-lain.

4.2 SARAN
1. Bagi Mahasiswa

25
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui perkembangan asuhan
keperawatan, sehingga dapat melakukan stimulasi dengan baik ketika dirumah sakit.

2. Bagi Tenaga Kesehatan


Dengan adanya makalah ini diharapkan tenaga kesehatan dapatmemberikan asuhan keperawatan
yang baik dipelayanan kesehatan.
3. Bagi Masyarakat
Dengan adanya makalah ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui penyakit Asma Bronchial dan
pencegahannya

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien. EGC : Jakarta
Smeltzer Suzannec, Brenda Bare G.2002.Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah.Penerbit Buku
Kedokteran:Jakarta.
Kamus kedokteran dorland edisi 25
Nanda, NIC, NOC jamin hardhi, 2015 jilid 1

26

Anda mungkin juga menyukai