Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

A. Pengertian
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar
hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan
penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen.
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan
normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari
41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada
wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan
eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu
penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh.  Secara fisiologis anemia terjadi
apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen
ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar
Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat.  Anemia
adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam
penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, 2002). Anemia adalah keadaan dimana
jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.
(Wong, 2003).

B. Klasifikasi Anemia
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastic
Penyebab:
 Agen neoplastik/sitoplastik
 Terapi radiasi
 Antibiotic tertentu
 Obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
 Benzene
 Infeksi virus (khususnya hepatitis)

Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik
Gejala-gejala:
 Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
 Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan
saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf
pusat.
 Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
 Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
 Hematokrit turun 20-30%
 Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah
maupun defisiensi eritopoitin
c. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia
jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan
warna yang normal).  Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses
paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
 Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil,
menstruasi
 Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
 Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis,
varises oesophagus, hemoroid, dll.)

gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi

Gejala-gejalanya:
 Atropi papilla lidah
 Lidah pucat, merah, meradang
 Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
 Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
 Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
 Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
 Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang
terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
 Pengaruh obat-obatan tertentu
 Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia
limfositik kronik
 Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
 Proses autoimun
 Reaksi transfusi
 Malaria

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis

Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer


Institute)
DERAJAT WHO NCI
Derajat 0 (nilai normal) > 11.0 g/dL Perempuan 12.0 - 16.0 g/dL
Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL
Derajat 1 (ringan) 9.5 - 10.9 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal
Derajat 2 (sedang) 8.0 - 9.4 g/dL 8.0 - 10.0 g/dL
Derajat 3 (berat) 6.5 - 7.9 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL
Derajat 4 (mengancam jiwa) < 6.5 g/dL < 6.5 g/dL

C. Etiologi:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi  defisiensi besi, folic
acid, piridoksin, vitamin C dan copper
Penyebab lain anemia yaitu:
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12,
asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk
pembentukan sel darah merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan
terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya
banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin
menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus
di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat
menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan
lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan
masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB,
antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini
dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan
vitamin B12.
7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal,
masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya
dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel
darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang,
malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.

D. Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum
atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang
belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil
samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.  Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan
peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan
kedalam urin (hemoglobinuria). 
Kesimpulan  mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan
oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum
tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung
PATHWAY ANEMIA (Patrick Davey, 2002)
E. Tanda dan Gejala
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)

F. Kemungkinan Komplikasi yang Muncul


Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1.      gagal jantung,
2.      kejang.
3.      Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
4.      Daya konsentrasi menurun
5.      Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

G. Pemeriksaan Khusus dan Penunjang


1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu
perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial. 
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber
kehilangan darah kronis.

H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
 Transplantasi sumsum tulang
 Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. Anemia pada penyakit ginjal
 Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
 Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk
aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum
tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
 Dicari penyebab defisiensi besi
 Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
5. Anemia megaloblastik
 Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi
disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan
vitamin B12 dengan injeksi IM.
 Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama
hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat
dikoreksi.
 Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1
mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

I. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala :keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas; penurunan
semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan
istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik
diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan
kekuatan.Tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda
lain yang menunujukkan keletihan.
2. Sirkulasi
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar,
hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau
depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas
(warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar
kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit
seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP).Sklera : biru atau putih
seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan
vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB).
Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
3. Integritas ego
Gejala : Keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda : Depresi.
4. Eleminasi
Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.Penurunan haluaran
urine.
Tanda : distensi abdomen.
5. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk
sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring).Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.Adanya penurunan berat badan.Tidak pernah
puas mengunyah.
Tanda  : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12).
Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang
elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi).Bibir : selitis, misalnya inflamasi
bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
6. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi.
Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan
buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda  :  Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu
berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis :
perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa
getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala
8. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi;
baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran
terhadap dingin dan panas.Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan
ekimosis (aplastik).

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan konsentrasi
Hb dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake makanan.
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
4. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)
5. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
DIANGOSA KEPERAWATAN
NO TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
DAN KOLABORASI
1 Perfusi jaringan tidak efektif b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Peripheral Sensation Management
penurunan konsentrasi Hb dan darah, ……… jam perfusi jaringan klien adekuat (Manajemen sensasi perifer)
suplai oksigen berkurang dengan kriteria :  Monitor adanya daerah tertentu yang hanya
- Membran mukosa merah peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
- Konjungtiva tidak anemis  Monitor adanya paretese
- Akral hangat  Instruksikan keluarga untuk mengobservasi
- Tanda-tanda vital dalam rentang normal kulit jika ada lesi atau laserasi
 Gunakan sarun tangan untuk proteksi
 Batasi gerakan pada kepala, leher dan
punggung
 Monitor kemampuan BAB
 Kolaborasi pemberian analgetik
 Monitor adanya tromboplebitis
 Diskusikan menganai penyebab perubahan
sensasi

2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC :
kebutuhan tubuh b/d intake yang ………. status nutrisi  klien adekuat dengan Nutrition Management
kurang, anoreksia kriteria  Kaji adanya alergi makanan
 Adanya peningkatan berat badan sesuai  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup dengan tujuan menentukan jumlah kalori dan nutrisi
untuk keperluan metabolisme tubuh.  Beratbadan ideal sesuai dengan tinggi badan yang dibutuhkan pasien.
 Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi  Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Batasan karakteristik :  Tidk ada tanda tanda malnutrisi intake Fe
- Berat badan 20 % atau lebih di  Menunjukkan peningkatan fungsi  Anjurkan pasien untuk meningkatkan
bawah ideal pengecapan dari menelan protein dan vitamin C
- Dilaporkan adanya intake makanan  Tidak terjadi penurunan berat badan yang  Berikan substansi gula
yang kurang dari RDA berarti  Yakinkan diet yang dimakan
(Recomended Daily Allowance)  Pemasukan yang adekuat mengandung tinggi serat untuk
- Membran mukosa dan konjungtiva  Tanda-tanda malnutri si mencegah konstipasi
pucat  Membran konjungtiva dan mukos tidk pucat  Berikan makanan yang terpilih ( sudah
- Kelemahan otot yang digunakan  dikonsultasikan dengan ahli gizi)
untuk menelan/mengunyah Nilai Lab.:  Ajarkan pasien bagaimana membuat
- Luka, inflamasi pada rongga mulut  Protein total: 6-8 gr% catatan makanan harian.
- Mudah merasa kenyang, sesaat  Albumin: 3.5-5,3 gr %  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
setelah mengunyah makanan  Globulin 1,8-3,6 gr % kalori
- Dilaporkan atau fakta adanya  HB tidak kurang dari 10 gr %  Berikan informasi tentang kebutuhan
kekurangan makanan nutrisi
- Dilaporkan adanya perubahan  Kaji kemampuan pasien untuk
sensasi rasa mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
- Perasaan ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan Nutrition Monitoring
- Miskonsepsi  BB pasien dalam batas normal
- Kehilangan BB dengan makanan  Monitor adanya penurunan berat badan
cukup  Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
- Keengganan untuk makan biasa dilakukan
- Kram pada abdomen  Monitor interaksi anak atau orangtua selama
- Tonus otot jelek makan
- Nyeri abdominal dengan atau  Monitor lingkungan selama makan
tanpa patologi  Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak
- Kurang berminat terhadap selama jam makan
makanan  Monitor kulit kering dan perubahan
- Pembuluh darah kapiler mulai pigmentasi
rapuh  Monitor turgor kulit
- Diare dan atau steatorrhea  Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
- Kehilangan rambut yang cukup mudah patah
banyak (rontok)  Monitor mual dan muntah
- Suara usus hiperaktif  Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
- Kurangnya informasi, dan kadar Ht
misinformasi  Monitor makanan kesukaan
 Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Faktor-faktor yang berhubungan :  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
Ketidakmampuan pemasukan atau jaringan konjungtiva
mencerna makanan atau mengabsorpsi  Monitor kalori dan intake nuntrisi
zat-zat gizi berhubungan dengan  Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
faktor biologis, psikologis atau papila lidah dan cavitas oral.
ekonomi.  Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

3 Defisit perawatan diri b/d kelemahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC :
fisik ………. jam kebutuhan mandiri klien terpenuhi Self Care assistane : ADLs
dengan kriteria  Monitor kemempuan klien untuk perawatan
Definisi :  Klien terbebas dari bau badan diri yang mandiri.
Gangguan kemampuan untuk  Menyatakan kenyamanan terhadap  Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
melakukan ADL pada diri kemampuan untuk melakukan ADLs bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
 Dapat melakukan ADLS dengan bantuan berhias, toileting dan makan.
Batasan karakteristik :  Sediakan bantuan sampai klien mampu
ketidakmampuan untuk mandi, secara utuh untuk melakukan self-care.
ketidakmampuan untuk berpakaian,  Dorong klien untuk melakukan aktivitas
ketidakmampuan untuk makan, sehari-hari yang normal sesuai kemampuan
ketidakmampuan untuk toileting yang dimiliki.
 Dorong untuk melakukan secara mandiri,
Faktor yang berhubungan : kelemahan, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu
kerusakan kognitif atau perceptual, melakukannya.
kerusakan neuromuskular/ otot-otot  Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong
saraf kemandirian, untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
 Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
kemampuan.
 Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari. 

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama NIC :


………. jam status imun klien meningkat dengan Infection Control (Kontrol infeksi)
Definisi : Peningkatan resiko kriteria  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
masuknya organisme patogen  Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi lain
 Menunjukkan kemampuan untuk mencegah  Pertahankan teknik isolasi
Faktor-faktor resiko : timbulnya infeksi  Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif  Jumlah leukosit dalam batas normal  Instruksikan pada pengunjung untuk
- Ketidakcukupan pengetahuan  Menunjukkan perilaku hidup sehat mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
untuk menghindari paparan berkunjung meninggalkan pasien
patogen  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
- Trauma tangan
- Kerusakan jaringan dan  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
peningkatan paparan lingkungan tindakan kperawtan
- Ruptur membran amnion  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
- Agen farmasi (imunosupresan) pelindung
- Malnutrisi  Pertahankan lingkungan aseptik selama
- Peningkatan paparan lingkungan pemasangan alat
patogen  Ganti letak IV perifer dan line central dan
- Imonusupresi dressing sesuai dengan petunjuk umum
- Ketidakadekuatan imum buatan  Gunakan kateter intermiten untuk
- Tidak adekuat pertahanan menurunkan infeksi kandung kencing
sekunder (penurunan Hb,
 Tingktkan intake nutrisi
Leukopenia, penekanan respon
 Berikan terapi antibiotik bila perlu
inflamasi)
- Tidak adekuat pertahanan tubuh
Infection Protection (proteksi terhadap
primer (kulit tidak utuh, trauma
infeksi)
jaringan, penurunan kerja silia,
cairan tubuh statis, perubahan  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
sekresi pH, perubahan peristaltik) dan lokal
 -          Penyakit kronik  Monitor hitung granulosit, WBC
 Monitor kerentanan terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung terhadap penyakit
menular
 Partahankan teknik aspesis pada pasien
yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan kuliat pada area epidema
 Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif

5 Intoleransi aktifitas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Toleransi aktivitasi
ketidakseimbangan suplai dan …….. klien dapat beraktivitas dengan kriteria o Menentukan penyebab intoleransi
kebutuhan oksigen - Berpartisipasi dalam aktivitas fisik dgn TD, aktivitas&menentukan apakah penyebab
HR, RR yang sesuai dari fisik, psikis/motivasi
 Menyatakan gejala memburuknya efek o Observasi adanya pembatasan klien dalam
dari OR&menyatakan onsetnya segera beraktifitas.
 Warna kulit normal,hangat&kering o Kaji kesesuaian aktivitas&istirahat klien
- Memverbalisa-sikan pentingnya sehari-hari
aktivitasseca-ra bertahap o ↑ aktivitas secara bertahap, biarkan klien
- Mengekspresikan pengertian pentingnya berpartisipasi dapat perubahan posisi,
keseimbangan latihan & istirahat berpindah & perawatan diri
- Peningkatan toleransi aktivitas o Pastikan klien mengubah posisi secara
bertahap. Monitor gejala intoleransi
aktivitas
o Ketika membantu klien berdiri, observasi
gejala intoleransi spt mual, pucat, pusing,
gangguan kesadaran&tanda vital
o Lakukan latihan ROM jika klien tidak dapat
menoleransi aktivitas
o Bantu klien memilih aktifitas yang mampu
untuk dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River

Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC

Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai