Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

TROMBOSITOPENIA

DISUSUN OLEH

RISMA SUCIYATININGRUM

18028

AKADEMI KEPERAWATAN YASPEN JAKARTA


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi

Trombositopenia adalah penurunan jumlah trombosit dalam sirkulasi yangditandai

dengan keadaan berkurangnya jumlah trombosit di bawah nilai normal,yaitu kurang dari

150x109 /L. Kelainan ini berkaitan dengan peningkatan resiko perdarahan hebat, bahkan

hanya dengan cedera ringan atau perdarahan spontankecil (Corwin, ).

2. Etiologi

a. Penurunan produksi trombosit


 Kongenital bone narrow (misalnya, anemia Fanconi Wiskott-Aldrich
syndrome)
 Kegagalan sumsum tulang Acquired (misalnya, anemia
aplastik,myelodysplasia)
 Paparan kemoterapi, radiasi
 Neoplastik, infeksi
 Defisiensi vitamin B12, folat, zat besi
 Konsumsi alkohol

b. Peningkatan penghancuran trombosit

c. Idiopatik

3. Patofisiologi

Trombosit dapat dihancurkan oleh pembentukan antibodi yang diakibatkanoleh obat


(seperti yang ditemukan pada kinidin dan senyawa emas) atau olehautoantibodi (antibodi
yang bekerja melawan jaringnnya sendiri). Antibodi tersebut menyerang trombosit
sehingga lama hidup trombosit diperpendek.

Gangguan – gangguan autoimun yang bergantung pada antibodi manusia, pallingsering


menyerang unsur-unsur darah, terutama trombosit dan sel darah merah. Halini terkait
dengan penyakit trombositopenia, yang memiliki molekul-molekul IgGreaktif dalam
sirkulasi dengan trombosit hospes. Meskipun terikat pada permualaan trombosit, antibodi
ini tidak menyebabkan lokalisasi protein komplemen atau lisis trombosit dalam sirkulasi
bebas. Namun, trombosit yang mengandung molekul-molekul IgG lebih mudah
dihilangkan dan dihancurkanoleh makrofag yang membawa reseptor membrane untuk
IgG dalam limpa dan hati.

Manifestasi utama adalah trombosit kurang dari 30.000/mm3 adalah tumbuhnya petekie.
Petekie ini dapat muncul karena adanya antibodi IgG yang ditemukan pada membran
trombosit yang akan mengakibatkan gangguan agregasi trombosit dan meningkatkan
pembuangan serta penghancuran trombosit olehsistem makrofag. Agregaasi trombosit
yang terganggu ini akan menyebabkan penyumbatan kapiler-kapiler darah yang kecil.
Pada proses ini dinding kapiler dirusak sehingga timbul perdarahan dalam jaringan. Bukti
yang mendukung mekanisme trombositopenia ini disimpulkan berdasarkan pemeriksaan
yang menunjukkan kekurangan trombosit berat tetapi singkat, setelah menerima serum
trombositopenia. Trombositopenia sementara, yang ditemukan pada bayi yangdilahirkan
oleh ibu dengan trombositopenia, juga sesuai dengan kerusakan yang disebabkan oleh
IgG, karena masuknya antibodi melalui plasenta. Trombositopenia dapat juga timbul
setelah infeksi, khususnya pada masa kanak-kanak, tetapi sering timbul tanpa peristiwa
pendahuluan dan biasanya mereda setelah beberapa hari atau beberapa minggu.

4. Manifestasi Klinis

a. Akut
 Hanya 16% yang idiopatik
 Perdarahan dapat didahului oleh infeksi, pemberian obat – obatan atau menarche
 Pada permulaan perdarahan sangat hebat selain terjadi trombositopenia,rusaknya
megakariosit juga terjadi perubahan pembuluh darah
 Sering terjadi perdarahan GIT, tuba falopi dan peritoneum
 Kelenjar lymphe, lien dan hepar jarang membesar

b. Menahun
 Biasanya pada dewasa, terjadi beberapa bulan samapai beberapa tahun kadang
menetap
 Permulaan tidak dapat ditentukan ada riwayat perdarahan menahun,menstruasi
lama
 Perdarahan relative ringan
 Jumlah trombosit 30.000 – 80.000/mm3
 Biasanya tanpa enemi, lekopeni dan splenomegali
 Penghancuran trombosit lebih normal
 Sering terjadi relap dan remisi yang berulang – ulang
c. Recurrent
 Di antaranya episode perdarahan, perdarahan normal dan tak ada petekiedan masa
hidup trombosit menurun
 Hasil pengobatan dengan kortikosteroid baik
 Kadang tanpa pengobatan dapat sembuh sendiri
 Remisi berkisar beberapa minggu sampai 6 bulan

d. Siklik
 Menstruasi yang banyak
 Perdarahan pada mukosa, mulut, hidung, dan gusi
 Muntah darah dan batuk darah
 Perdarahan Gastro Intestinal
 Adanya darah dalam urin dan feses
 Perdarahan serebral, terjadi 1– 5 % pada ITP

5. Komplikasi

a. Syok hipovolemik
b. Penurunan curah jantung
c. Splenomegali

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah :

a) Pada pemeriksaan darah lengkap.


Pada pemeriksaan ini ditemukan bahwa Hb sedikit berkurang, eritrosit
normositer, bila anemi berat hypochrome mycrosyter. Leukosit meninggi pada
fase perdarahan dengan dominasi PMN.Pada fase perdarahan, jumlah trombosit
rendah dan bentuknya abnormal.Lymphositosis dan eosinofilia terutama pada
anak

b) Pemeriksaan darah tepi.


Hematokrit normal atau sedikit berkurang

c) Aspirasi sumsum tulang


Jumlah mega karyosit normal atau bertambah, kadangmudah sekali morfologi
mega karyosit abnormal (ukuran sangat besar, intinonboluted, sitoplasma
berfakuola dan sedikit atau tanpa granula). Hitung (perkiraan jumlah) trombosit
dan evaluasi hapusan darah tepi merupakan pemeriksaan laboratorium pertama
yang terpentong.

7. Penatalaksaan

a. Ringan: observasi tanpa pengobatan→ sembuh spontan.


b. Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan
kortikosteroid.
c. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.
d. Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit. b. ITPMenahun ·
Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan. Misal: prednisone 2– 5mg/kgBB/hari
peroral. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid berikanimmunoglobulin (IV). ·
Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5mg/kgBB/hari peroral.
e. Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
f. Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral. · Splenektomi.
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Data dasar

1) Biodata klien

2) Keluhan utama

3) Riwayat kesehatan sekarang

4) Riwayat kesehatan dahulu

5) Riwayat kesehatan keluarga

6) Riwayat Psikososial

7) Genogram

8) Pola kebiasaan sehari-hari

b. Data obyektif

1) Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

b. Tingkat kesadaran

2) Pemeriksaan fisik head to toe

3) Pemeriksaan penunjang

2. Diagnosa Keperawatan

1) Deficit nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan mencerna makanan

2) Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis

3) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin

4) Resiko Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia


5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

3. Intervensi Keperawatan

1) Deficit nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan mencerna makanan

Tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan desifit nutrisi dapat teratasi

Kriteria hasil :

 Porsi makanan yang dihabiskan meningkat

 Perasaan cepat kenyang menurun

 Nyeri abdomen menurun

Intervensi

1. Identifikasi status nutrisi

2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

3. Identifikasi makanan yang disukai

4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

5. Lakukan oral hygiene sebelum makan

2) Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa nyeri berkurang atau hilang

Kriteria hasil :

 Keluhan nyeri berkurang

 Meringis menurun

 Sikap proktektif dan gelisah klien menurun

Intervensi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi dan intensitas nyeri

2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi respons nyeri non verbal

4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

5. Berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

6. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi

3) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin

Setelah dilakukan keperawatan masalah perfusi perifer tidak efektif dapat teratasi

dengan kriteria hasil:

 Nilai hasil lab HB dapat kembali normal

 Pasien tidak lagi mengeluh pusing dan lemas

Intervensi

1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu,

ankle brachial index)

2. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang tua,

hipertensi, dan kadar kolestrol tinggi)

3. Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas

4. Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi (mis, rendah lemak jenuh,

minyak ikan omega 3)

5. Anjurkan menggunakan oabt penurun tekanan darah, antikoagulan, dan penurun

kolestrol, jika perlu


4) Resiko Perdarahan berhubungan dengan trombositopenia

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat perdarahan menurun .


Kriteria Hasil :
Tingkat Perdarahan
 Kelembapan membranmukosa
 Suhu tubuh meningkat
 Hematokrit membaik

Intervensi :
1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
2. Monitor nilai hematocrit / hemoglobin sebelum dan sesudah kehilangan darah
3. Pertahankan bedrest selama perdarahan
4. Batasi tindakan invasive, jika perlu
5. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
6. Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
7. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
8. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
9. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan intoleransi aktivitas meningkat.


Kriteria Hasil
Toleransi aktivitas
 Frekuensi nadi
 Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari – hari

Intervensi
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
5. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus ( mis. Cahaya, suara, kunjungan
6. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
7. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
8. Anjurkan tirah baring
9. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tindakan pemberian keperawatan yang dilakasanakan untuk

membantu mencapai tujuan pada rencana tindakan keperawatan yang telah disusun.

Setiap tindakan keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan keperawatan, yaitu

cara pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik, serta penjelasan untuk

setiap tindakan yang diberikan pada pasien.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan

pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai