Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

TROMBOSITOPENIA
A. Definisi
Trombositopenia adalah penurunan jumlah trombosit dalam sirkulasi yang
ditandai dengan keadaan berkurangnya jumlah trombosit di bawah nilai normal,
yaitu kurang dari 150x109 /L. Kelainan ini berkaitan dengan peningkatan resiko
perdarahan hebat, bahkan hanya dengan cedera ringan atau perdarahan spontan
kecil (Corwin, ).

B. Etiologi
Penurunan produksi trombosit
1. Kongenital bone narrow (misalnya, anemia Fanconi Wiskott-Aldrich
syndrome)
2. Kegagalan sumsum tulang Acquired (misalnya, anemia aplastik,
myelodysplasia)
3. Paparan kemoterapi, radiasi
4. Neoplastik, infeksi
5. Defisiensi vitamin B12, folat, zat besi
6. Konsumsi alkohol
7. Peningkatan penghancuran trombosit
8. Idiopatik

C. Patofisiologi
Trombosit dapat dihancurkan oleh pembentukan antibodi yang diakibatkan
oleh obat (seperti yang ditemukan pada kinidin dan senyawa emas) atau oleh
autoantibodi (antibodi yang bekerja melawan jaringnnya sendiri). Antibodi tersebut
menyerang trombosit sehingga lama hidup trombosit diperpendek. Gangguan –
gangguan autoimun yang bergantung pada antibodi manusia, palling sering
menyerang unsur-unsur darah, terutama trombosit dan sel darah merah. Hal ini
terkait dengan penyakit trombositopenia, yang memiliki molekul-molekul IgG
reaktif dalam sirkulasi dengan trombosit hospes. Meskipun terikat pada
permuakaan trombosit, antibodi ini tidak menyebabkan lokalisasi protein
komplemen atau lisis trombosit dalam sirkulasi bebas. Namun, trombosit yang
mengandung molekul-molekul IgG lebih mudah dihilangkan dan dihancurkan oleh
makrofag yang membawa reseptor membrane untuk IgG dalam limpa dan hati.
Manifestasi utama adalah trombosit kurang dari 30.000/mm3 adalah tumbuhnya
petekie. Petekie ini dapat muncul karena adanya antibodi IgG yang ditemukan pada
membran trombosit yang akan mengakibatkan gangguan agregasi trombosit dan
meningkatkan pembuangan serta penghancuran trombosit oleh sistem makrofag.
Agregaasi trombosit yang terganggu ini akan menyebabkan penyumbatan kapiler-
kapiler darah yang kecil. Pada proses ini dinding kapiler dirusak sehingga timbul
perdarahan dalam jaringan. Bukti yang mendukung mekanisme trombositopenia ini
disimpulkan berdasarkan pemeriksaan yang menunjukkan kekurangan trombosit
berat tetapi singkat, setelah menerima serum trombositopenia. Trombositopenia
sementara, yang ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan
trombositopenia, juga sesuai dengan kerusakan yang disebabkan oleh IgG, karena
masuknya antibodi melalui plasenta. trombositopenia dapat juga timbul setelah
infeksi, khususnya pada masa kanak-kanak, tetapi sering timbul tanpa peristiwa
pendahuluan dan biasanya mereda setelah beberapa hari atau beberapa minggu.

D. Tanda dan Gejala


a. Akut
1. Hanya 16% yang idiopatik
2. Perdarahan dapat didahului oleh infeksi, pemberian obat – obatan atau menarche
3. Pada permulaan perdarahan sangat hebat selain terjadi trombositopenia,
rusaknya megakariosit juga terjadi perubahan pembuluh darah
4. Sering terjadi perdarahan GIT, tuba falopi dan peritoneum
5. Kelenjar lymphe, lien dan hepar jarang membesar
b. Menahun
1. biasanya pada dewasa, terjadi beberapa bulan samapai beberapa tahun kadang
menetap
2. permulaan tidak dapat ditentukan ada riwayat perdarahan menahun, menstruasi
lama
3. perdarah relative ringan
4. jumlah trombosit 30.000 – 80.000/mm3
5. biasanya tanpa enemi, lekopeni dan splenomegali
6. penghancuran trombosit lebih normal
7. sering terjadi relap dan remisi yang berulang – ulang
c. Recurrent
1. daiantaranya episode perdarahan, perdarahan normal dan tak ada petekie dan
masa hidup trombosit menurun
2. hasil pengobatan dengan kortikosteroid baik
3. kadang tanpa pengobatan dapat sembuh sendiri
4. remisi berkisar beberapa minggu sampai 6 bulan
d. Siklik
1. Menstruasi yang banyak
2. Perdarahan pada mukosa, mulut, hidung, dan gusi
3. Muntah darah dan batuk darah
4. Perdarahan Gastro Intestinal
5. Adanya darah dalam urin dan feses
6. Perdarahan serebral, terjadi 1 – 5 % pada ITP

E. Komplikasi
a. syok hipovolemik
b. penurunan curah jantung
c. splenomegali

F. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang


Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah :
a. Pada pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan ini ditemukan bahwa Hb sedikit
berkurang, eritrosit normositer, bila anemi berat hypochrome mycrosyter. Leukosit
meninggi pada fase perdarahan dengan dominasi PMN. Pada fase perdarahan, jumlah
trombosit rendah dan bentuknya abnormal. Lymphositosis dan eosinofilia terutama
pada anak
b. Pemeriksaan darah tepi. Hematokrit normal atau sedikit berkurang
c. Aspirasi sumsum tulang Jumlah megakaryosit normal atau bertambah, kadang
mudah sekali morfologi megakaryosit abnormal (ukuran sangat besar, inti
nonboluted, sitoplasma berfakuola dan sedikit atau tanpa granula). Hitung (perkiraan
jumlah) trombosit dan evaluasi hapusan darah tepi merupakan pemeriksaan
laboratorium pertama yang terpentong.
G. Penatalaksanaan
a. Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
b. Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan
kortikosteroid.
c. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.
d. Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit. b. ITP Menahun ·
Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan. Misal: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari
peroral. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV). ·
Imunosupressan: 6 – merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.
e. Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
f. Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral. · Splenektomi.
1. kesehatan keluarga
Terdapatnya riwayat keluarga yang mengalami DBD atau tidak.
a. Pengkajian keperawatan

2. Keluhan utama
Keluhan utama yang menyebabkan klien dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit yang dialami sekarang dan apa ada penyakit penyerta.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Klien pernah mengalami penyakit Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1. Pola nutrisi/metabolic
2. Pola eliminasi
3. Pola aktivitas dan latihan
4. Pola tidur dan istirahat
5. Pola kognitif dan perseptual
6. Pola persepsi diri
7. Pola seksualitas dan reproduksi
8. Pola peran dan hubungan
9. Pola manajemen koping dan stress
10. System nilai dan keyakinan
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik difokuskan kepada:
1.Kulit dan Membran Mukosa : Purpura,Hemoraghi subkutan,Hematoma dan Sianosis
akral.
2.Sistem GI : Mual,muntah,nyeri pada abdomen, dan peningkatan lingkar abdomen.
3.Sistem Urinaria : Hematuria.
4.Sistem Pernapasan : Dispnea.Takipnea,sputum mengandung darah.
5.Sistem Kardiovaskular : Hipertensi,Frekuensi Jantung meningkat dan nadi perifer tak
teraba.
6.Sistem Saraf : perubahan tingkat kesadaran,gelisah dan ketidakstabilan vasomotor.
7.Sistem Muskuloskeletal : Nyeri otot sendi dan punggung.

1. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul diantaranya:
a. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrient
b. Nyeri akut berhubungan dengan splenomegali
c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan transport oksigen menurun
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan oksigen
e. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
2. Perencanaan (tujuan, riteria hasil, intervensi, rasional)
N Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
o hasil
1. Ketidakseimb Setelah a. Tidak 1. Motivasi 1. Motivasi
angan nutrisi: dilakuka ada klien sangat
kurang dari n tanda untuk penting
kebutuhan tindakan mal makan bagi
tubuh keperaw nutrisi makanan penderita
berhubungan atan b. Tidak dan anoreksia
dengan 3x24 jam terjadi supleme dan
ketidakmampu klien penurun n gangguan
an untuk dapat an berat makanan gastrointest
mengabsorbsi memenu badan . inal.
nutrient hi yang 2. Tawarka 2. Makanan
kebutuha berarti n makan dengan
n nutrisi c. Berat makanan porsi kecil
seimban badan dengan dan sering
g sesuai porsi lebih
dengan sedikit ditolerir
tinggi tapi 3. Meningkat
badan sering. kan selera
3. Hidangk makan dan
an rasa sehat.
makanan 4. Mengurang
yang i citarasa
menimb yang tidak
ulkan enak dan
selera merangsan
dan g selera
menarik makan.
dalam 5. Dapat
penyajia mengurang
nnya. i frekuensi
4. Pelihara mual.
higiene 6. Mengurang
oral i gejala
sebelum gastrointest
makan. inal dan
5. Pasang perasaan
ice tidak enak
collar pada perut
untuk yang
mengata mengurang
si mual. i selera
6. Berikan makan dan
obat keinginan
yang terhadap
diresepk makanan.
an untuk 7. Meningkat
mengata kan pola
si mual, defekasi
muntah, yang
diare normal dan
atau mengurang
konstipa i rasa tidak
si. enak serta
7. Motivasi distensi
peningk pada
atan abdomen.
asupan
cairan
dan
latihan
jika
klien
melapor
kan
konstipa
si.
2. Intoleransi Setelah Self care- 1. Melakukan
aktifitas dilakuka Activities 1. Bantu klasifikasi dan
berhubungan n of daily klien memilih
dengan tindakan living mengide aktivitas yang
keidakseimba keperaw Indikator: ntifikasi dapat
ngan antara atan a. Berpartis aktivitas dilakukan klien
suplai dan 3x24 jam ipasi yang di RS
kebutuhan klien dalam mampu 2. Menghemat
oksigen dapat aktifitas dilakuka tenaga klien
menolera fisik n sambil
nsi tanpa 2. Motivasi mendorong
aktivitas disertai klien klien untuk
dan peningka untuk melakukan
melakuk tan TD, melakuk latihan dalam
an nadi, dan an batas toleransi
perawata RR latihan klien
n b. Mampu yang 3. Memperbaiki
diri:ADL melakuk diselingi perasaan sehat
’s an istirahat secara umum
atau aktivitas 3. Motivasi dan percaya
tanpa sehari- dan diri
bantuan hari bantu 4. Memberi kalori
alat secara klien bagi tenaga dan
mandiri untuk protein bagi
Mampu melakuk proses
berpinda an penyembuhan
h latihan Menentukan
dengan dengan terapi yang
atau periode tepat untuk
tanpa waktu mempercepat
bantuan yang proses
alat ditingkat penyembuhan
kan klien
secara
bertahap
4. Berikan
diet
tinggi
kalori
dan
tinggi
protein
5. Kolabor
asi
dengan
tenaga
rehabilit
asi
medik
dalam
merenca
nakan
program
terapi
yang
tepat
2. Kekurangan Setelah Nutritional 1. Kaji 1. Perawat harus
volume cairan dilakuka status: food intake mengetahui
berhubungan n and fluid cairan sumber asupan
dengan tindakan Indikator: dan cairan klien
keluarnya keperaw a. Turgor kebiasaa untuk
volume atan kulit < 2 n 2. Agar cairan
plasma ke 1x24 jam detik eliminas yang akan
ekstrasel intake i klien diberikan
dan 2. Tentuka kepada klien
output n sesuai
cairan kebutuh kebutuhan
seimban an 3. Jumlah cairan
g cairan yang masuk
klien harus sama
3. Pantau dengan yang
intake keluar untuk
dan menghindari
output dehidrasi
cairan 4. Agar klien tidak
klien mengalami
4. Anjurka dehidrasi
n klien 5. Mengetahui
untuk sejauh mana
menamb klien
ah kehilangan
cairan cairan
lewat 6. Mengetahui
oral bahwa
5. Monitor kebutuhan
berat cairan dalam sel
badan terpenuhi
klien 7. Menambah
6. Pantau kebutuhan
turgor cairan pasien
kulit
klien
7. Berikan
intake
cairan
lewat IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Dengue Hemorrhagic Fever. In:Diagnosis Treatment, Prevention and
Control. 2nd ed. Geneva , WHO;1997.
2. Hadinegoro SRH, Safari HI, editor. Demam Berdarah dengue : Naskah
lengkap pelatih dokter spesialis anak dan dokter penyakit dalam, dalam
tatalaksana DBD.Jakarta :Balai Penerbit FK UI;1999.
3. Hadinegoro SRH, Soegijanto S, Suryadi S. Tatalaksana Demam
Dengue/Demam Berdarah Dengue. Departemen Kesehatan RI Direktorat
Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman; 2004.
4. NANDA. 2012. Nursing Diagnosis Definitions and Classification. Wiley-
Blackwell.

Anda mungkin juga menyukai