Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN TROMBOSITOPENIA

DISUSUN OLEH :

MELDA AYU WULANDARI

PROFESI NERS

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAN STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN DAN NERS

2022
LAPORAN PENDAHULUAN TROMBOSITOPENIA

A. KONSEP TEORI
1. PENGERTIAN

Trombositopenia adalah penurunan jumlah trombosit dalam sirkulasi yang ditandai dengan
keadaan berkurangnya jumlah trombosit di bawah nilai normal, yaitu kurang dari 150x109 /L.
Kelainan ini berkaitan dengan peningkatan resiko perdarahan hebat, bahkan hanya dengan cedera
ringan atau perdarahan spontan kecil (Corwin, 2019).

2. ETIOLOGI
a. Penurunan produksi trombosit
1. Kongenital bone narrow (misalnya, anemia Fanconi Wiskott- Aldrich syndrome)
2. Kegagalan sumsum tulang Acquired (misalnya, anemia
aplastik,myelodysplasia)
3. Paparan kemoterapi, radiasi
4. Neoplastik, infeksi
5. Defisiensi vitamin B12, folat, zat besi
6. Konsumsi alkohol
b. Peningkatan penghancuran trombosit
c. Idiopatik

3. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY

Trombosit dapat dihancurkan oleh pembentukan antibodi yang diakibatkan oleh obat (seperti
yang ditemukan pada kinidin dan senyawa emas) atau oleh autoantibodi (antibodi yang bekerja
melawan jaringnnya sendiri). Antibodi tersebut menyerang trombosit sehingga lama hidup trombosit
diperpendek. Gangguan –gangguan autoimun yang bergantung pada antibodi manusia, palling sering
menyerang unsur-unsur darah, terutama trombosit dan sel darah merah. Hal ini terkait dengan
penyakit trombositopenia, yang memiliki molekul-molekul IgG reaktif dalam sirkulasi dengan
trombosit hospes. Meskipun terikat pada permuakaan trombosit, antibodi ini tidak menyebabkan
lokalisasi protein komplemen atau lisis trombosit dalam sirkulasi bebas. Namun, trombosit yang
mengandung molekul-molekul IgG lebih mudah dihilangkan dan dihancurkan oleh makrofag yang
membawa reseptor membrane untuk IgG dalam limpa dan hati.

Manifestasi utama adalah trombosit kurang dari 30.000/mm3 adalah tumbuhnya petekie.
Petekie ini dapat muncul karena adanya antibodi IgG yang ditemukan pada membran trombosit yang
akan mengakibatkan gangguan agregasi trombosit dan meningkatkan pembuangan serta
penghancuran trombosit oleh sistem makrofag. Agregaasi trombosit yang terganggu ini akan
menyebabkan penyumbatan kapiler-kapiler darah yang kecil. Pada proses ini dinding kapiler dirusak
sehingga timbul perdarahan dalam jaringan. Bukti yang mendukung mekanisme trombositopenia ini
disimpulkan berdasarkan pemeriksaan yang menunjukkan kekurangan trombosit berat tetapi singkat,
setelah menerima serum trombositopenia. Trombositopenia sementara, yang ditemukan pada bayi
yang dilahirkan oleh ibu dengan trombositopenia, juga sesuai dengan kerusakan yang disebabkan
oleh IgG, karena masuknya antibodi melalui plasenta. trombositopenia dapat juga timbul setelah
infeksi, khususnya pada masa kanak-kanak, tetapi sering timbul tanpa peristiwa pendahuluan dan
biasanya mereda setelah beberapa hari atau beberapa minggu.
PATHWAY

Idiopathic, infeksi virus, hipersplenisme

Antigen (makrofag) menyerang trombosit

Destruksi trombosit dalam sel penyaji antigen (dipicu oleh antibody)

Pembentukan neoantigen

Splenomegali Trombositopenia

perdarahan

Nyeri anemia

Nafsu makan menurun mudah lelah kadar Hb menurun


purpura

Ggn kebutuhan Intoleransi Ggn integritas

Ggn perfusi Ggn pemenuhan kebutuhan O2


4. TANDA DAN GEJALA
A. Akut
1. Hanya 16% yang idiopatik
2. Perdarahan dapat didahului oleh infeksi, pemberian obat – obatan atau menarche
3. Pada permulaan perdarahan sangat hebat selain terjadi trombositopenia, rusaknya
megakariosit juga terjadi perubahan pembuluh darah
4. Sering terjadi perdarahan GIT, tuba falopi dan peritoneum
5. Kelenjar lymphe, lien dan hepar jarang membesar

B. Menahun
1. biasanya pada dewasa, terjadi beberapa bulan samapai beberapa tahun kadang menetap
2. permulaan tidak dapat ditentukan ada riwayat perdarahan menahun,
menstruasi lama perdarah relative ringan
3. jumlah trombosit 30.000 – 80.000/mm3
4. biasanya tanpa enemi, lekopeni dan splenomegali
5. penghancuran trombosit lebih normal
6. sering terjadi relap dan remisi yang berulang – ulang

C. Recurrent
1. Diantaranya episode perdarahan, perdarahan normal dan tak ada petekie dan masa hidup
trombosit menurun
2. hasil pengobatan dengan kortikosteroid baik
3. kadang tanpa pengobatan dapat sembuh sendiri
4. remisi berkisar beberapa minggu sampai 6 bulan
D. Siklik
1. Menstruasi yang banyak
2. Perdarahan pada mukosa, mulut, hidung, dan gusi
3. Muntah darah dan batuk darah
4. Perdarahan Gastro Intestinal
5. Adanya darah dalam urine dan feses
6. Perdarahan serebral, terjadi 1 – 5 % pada ITP

5. KOMPLIKASI
a. syok hipovolemik
b. penurunan curah jantung
c. splenomegali
6. PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah :

1. Pada pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan ini ditemukan bahwa Hb sedikit
berkurang, eritrosit normositer, bila anemi berat hypochrome mycrosyter. Leukosit meninggi
pada fase perdarahan dengan dominasi PMN. Pada fase perdarahan, jumlah trombosit rendah
dan bentuknya abnormal. Lymphositosis dan eosinofilia terutama pada anak
2. Pemeriksaan darah tepi. Hematokrit normal atau sedikit berkurang
3. Aspirasi sumsum tulang Jumlah megakaryosit normal atau bertambah, kadang mudah sekali
morfologi megakaryosit abnormal (ukuran sangat besar, inti nonboluted, sitoplasma
berfakuola dan sedikit atau tanpa granula). Hitung (perkiraan jumlah) trombosit dan evaluasi
hapusan darah tepi merupakan pemeriksaan laboratorium pertama yang terpentong.

7. PENATALAKSANAAN
1. Ringan: observasi tanpa pengobatan → sembuh spontan.
2. Bila setelah 2 minggu tanpa pengobatan jumlah trombosit belum naik, maka berikan
kortikosteroid.
3. Bila tidak berespon terhadap kortikosteroid, maka berikan immunoglobulin per IV.
4. Bila keadaan gawat, maka berikan transfuse suspensi trombosit. b. ITP Menahun ·
Kortikosteroid diberikan selama 5 bulan. Misal: prednisone 2 – 5 mg/kgBB/hari peroral. Bila
tidak berespon terhadap kortikosteroid berikan immunoglobulin (IV). · Imunosupressan: 6 –
merkaptopurin 2,5 – 5 mg/kgBB/hari peroral.
5. Azatioprin 2 – 4 mg/kgBB/hari per oral.
6. Siklofosfamid 2 mg/kgBB/hari per oral. · Splenektomi.

8. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama ,umur, jenis kelamin, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, agama, tanggal
MRS, status perkawinan, tanggal pengkajian, sumber informasi.
2. Riwayat kesehatan
Diagnosa medik Trombositopenia
3. Keluhan utama
Keluhan utama yang menyebabkan klien dibawa ke rumah sakit.
4. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit yang dialami sekarang dan apa ada penyakit penyerta.
5. Riwayat kesehatan dahulu
Klien pernah mengalami penyakit seperti ini atau tidak, penyakit yang pernah dialami klien.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Terdapatnya riwayat keluarga yang mengalami DBD atau tidak.
9. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
2. Pola nutrisi/metabolic
3. Pola eliminasi
4. Pola aktivitas dan latihan
5. Pola tidur dan istirahat
6. Pola kognitif dan perseptual
7. Pola persepsi diri
8. Pola seksualitas dan reproduksi
9. Pola peran dan hubungan
10. Pola manajemen koping dan stress
11. System nilai dan keyakinan

10. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Fisik difokuskan kepada:

1. Kulit dan Membran Mukosa : Purpura,Hemoraghi subkutan,Hematoma


dan Sianosis akral.
2. Sistem GI : Mual,muntah,nyeri pada abdomen, dan peningkatan lingkar
abdomen.
3. Sistem Urinaria : Hematuria.
4. Sistem Pernapasan : Dispnea.Takipnea,sputum mengandung darah.
5. Sistem Kardiovaskular : Hipertensi,Frekuensi Jantung meningkat dan nadi
perifer tak teraba.
6. Sistem Saraf : perubahan tingkat kesadaran,gelisah dan ketidakstabilan vasomotor.
7. Sistem Muskuloskeletal : Nyeri otot sendi dan punggung.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi


nutrient
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan oksigen
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan keluarnya volume plasma ke ekstrasel
4. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
PERENCANAAN (TUJUAN, KRITERIA HASIL, INTERVENSI, RASIONAL)

No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Ketidakseimbanga Setelah a. Tidak ada 1. Motivasi klien untuk makan 1. Motivasi sangat penting bagi
n nutrisi: kurang dilakukan tanda mal makanan dan suplemen penderita anoreksia dan
dari kebutuhan tindakan nutrisi makanan. gangguan gastrointestinal.
tubuh keperawatan b. Tidak terjadi 2. Tawarkan makan 2. Makanan dengan porsi kecil
berhubungan 3x24 jam penurunan makanan dengan porsi dan sering lebih ditolerir
dengan klien dapat berat badan sedikit tapi sering. 3. Meningkatkan selera makan
ketidakmampuan memenuhi yang berarti 3. Hidangkan makanan yang dan rasa sehat.
untuk kebutuhan c. Berat badan menimbulkan selera dan 4. Mengurangi citarasa yang
mengabsorbsi nutrisi sesuai dengan menarik dalam tidak enak dan merangsang
nutrient seimbang tinggi badan penyajiannya. selera makan.
4. Pelihara higiene oral 5. Dapat mengurangi frekuensi
sebelum makan. mual.
5. Pasang ice collar untuk 6. Mengurangi gejala
mengatasi mual. gastrointestinal dan perasaan
6. Berikan obat yang tidak enak pada perut yang
diresepkan untuk mengatasi mengurangi selera makan dan
mual, muntah, diare atau keinginan terhadap makanan.
konstipasi. 7. Meningkatkan pola defekasi
7. Motivasi peningkatan yang normal dan mengurangi
asupan cairan dan latihan rasa tidak enak serta distensi
jika klien melaporkan pada abdomen.
konstipasi.
2. Intoleransi Setelah Self care- 1. Melakukan klasifikasi dan
aktifitas dilakukan Activities of memilih aktivitas yang dapat
1. Bantu klien
berhubungan tindakan daily living dilakukan klien di RS
mengidentifikasi aktivitas
dengan keperawatan 2. Menghemat tenaga klien sambil
Indikator: yang mampu dilakukan
keidakseimbangan 3x24 jam mendorong klien untuk
2. Motivasi klien untuk
antara suplai dan klien dapat a. Berpartisipasi melakukan latihan dalam batas
melakukan latihan yang
kebutuhan menoleransi dalam aktifitas toleransi klien
diselingi istirahat
oksigen aktivitas dan fisik tanpa 3. 3. Memperbaiki perasaan sehat
Motivasi dan bantu klien
melakukan disertai secara umum dan percaya diri
untuk melakukan latihan
perawatan peningkatan 4. Memberi kalori bagi tenaga dan
dengan periode waktu yang
diri:ADL’s TD, nadi, dan protein bagi proses penyembuhan
ditingkatkan secara bertahap
RR Menentukan terapi yang tepat
atau tanpa 4. Berikan diet tinggi kalori
b. Mampu untuk mempercepat proses
bantuan alat dan tinggi protein
melakukan penyembuhan klien
5. Kolaborasi dengan tenaga
aktivitas rehabilitasi medik dalam
sehari-hari merencanakan program
secara mandiri terapi yang tepat
Mampu
berpindah
dengan atau
tanpa bantuan
alat
3. Kekurangan Setelah Nutritional 1. Kaji intake cairan dan 1. Perawat harus mengetahui sumber
volume cairan dilakukan status: food and kebiasaan eliminasi klien asupan cairan klien untuk
berhubungan tindakan fluid 2. Tentukan kebutuhan cairan 2. Agar cairan yang akan diberikan
dengan keluarnya keperawatan klien kepada klien sesuai kebutuhan
Indikator:
volume plasma ke 1x24 jam 3. Pantau intake dan output 3. Jumlah cairan yang masuk harus
ekstrasel intake dan a. Turgor kulit < 2 cairan klien sama dengan yang keluar untuk
output detik 4. Anjurkan klien untuk menghindari dehidrasi
cairan menambah cairan lewat oral 4. Agar klien tidak mengalami
seimbang 5. Monitor berat badan klien dehidrasi
6. Pantau turgor kulit klien 5. Mengetahui sejauh mana klien
7. Berikan intake cairan lewat kehilangan cairan
IV 6. Mengetahui bahwa kebutuhan
cairan dalam sel terpenuhi
7. Menambah kebutuhan cairan
pasien
DAFTAR PUSTAKA

1. Dengue Hemorrhagic Fever. In:Diagnosis Treatment, Prevention and


Control. 2nd ed. Geneva , WHO;2018.
2. Hadinegoro SRH, Safari HI, editor. Demam Berdarah dengue : Naskah
lengkap pelatih dokter spesialis anak dan dokter penyakit dalam, dalam
tatalaksana DBD.Jakarta :Balai Penerbit FK UI;2019.
3. Hadinegoro SRH, Soegijanto S, Suryadi S. Tatalaksana Demam
Dengue/Demam Berdarah Dengue. Departemen Kesehatan RI Direktorat
Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman; 2019.
4. NANDA. 2012. Nursing Diagnosis Definitions and Classification. Wiley-
Blackwell.

Anda mungkin juga menyukai