Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN IMUN DAN HEMATOLOGI

PADA PASIEN DENGAN ITP


( IDIOPATIK TROMBOSITOPENIK PURPURA )

OLEH
KELOMPOK VII

FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan RahmatNya, kami
dapat menyelesaikan makalah initepat pada waktunya. Tidak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih bagi semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan masalah ini.

Makalah ini merupakan sebuah pedoman bagi mahasiswa untuk lebih meningkatkan
keterampilan serta pengetahuan sehingga dapat bekerja secara profesional. Makalah yang
berjudul “ Idiopatik trombositopenik Purpura “ ini, dibuat untuk membantu mahasiswa untuk
mengetahui kekurangan trombosit, yang merupakan bagian dari pembekuan darah.

Kami menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, masih
terdapat banyak kekurangan yang perlu dilengkapi, untuk itu kami sangat mengharapkan,
kerja sama antara pembaca dengan kami sebagai penyusun makalah ini, baik berupa kritik
lengkap ataupun saran yang dapat melengkapi kekurangan yang ada.

Akhir kata saya mengucapkan selamat membaca semoga sukses

Penulis,,,,,,
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Trombositopenia adalah suatu kekurangan trombosit, yang merupakan bagian dari


pembekuan darah, yang merupakan bagian dari pembekuan darah. Pada orang normal jumlah
trombosit didalam sirkulasi berkisar antara 150.000 – 450.000/ul, rata – rata berumur 7 – 10
hari kira – kira 1/3 dari jumlah trombosit didalam sirkulasi darah mengalami penghancuran
didalam limpa. Oleh karena itu mempertahankan jumlah trombosit supaya tetap normal di
produksi 150.000 – 450.000 sel trombosit per hari. Trombositopenia dapat bersifat kongenital
atau didapat, dan terjadi akibat penurunan reproduksi trombosit, serta pada anemia plastik,
mielofibrosis, terapi radiasi atau leukimia. Peningkatan penghancuran trombosit, seperti pada
infeksi tertentu, toksisitas obat atau koagulasi intravaskular, diseminasi ( DIC ), distribusi
abnormal atau sukestrasi pada limpa atau trombositopenia dilusional setelah hemoragi atau
transfusi sel darah merah.

Trombosit dapat juga dihancurkan oleh produksi anti body yang di induksikan oleh
obat seperti yang ditemukan pada quidinin dan emas. Atau oleh autoantibody ( anti body
yang bekerja melawan jaringannya sendiri ).

ITP terutama ditemukan pada perempuan muda, bermanisfestasi sebagai


trombositopenia yang mengancam jiwa dengan jumlah trombosit yang sering kurang dari
10.000/mm3. Antibody Ig G yang ditemukan pada membran dan meningkatnya pembuangan
dan penghancuran trombosit oleh sistem makrofag.

B. Tujuan penulisan

a. Tujuan penulisan
Setelah mengikuti proses pembelajaran Imun dan Hematologi diharapkan
mahasiswa mampu menjelaskan penyebab timbulnya penyakit ITP serta usaha dan
pencegahannya
b. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian dengan klien ITP
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan klien dengan ITP
3. Mampu membuat perencanaan klien dengan ITP
4. Mampu mengimplementasikan tindakan perencanaan klien dengan ITP
5. Mampu mengevaluasi dan mengdokumentasi secara tepat dan benar pada
klien dengan ITP
C. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dibuat rumusan masalah sebagai berikut :


a. Bagaimana perawat melakukan pengkajian dengan klien ITP ?
b. Bagaimana perawat merumuskan diagnosa keperawatan dengan klien ITP ?
c. Bagaimana perawat membuat perencanaan klien dengan ITP ?
d. Bagaimana perawat mengimplementasikan tindakan perencanaan klien ITP ?
e. Bagaimana perawat mengevaluasi dan mengdokumentasi secara tepat dan benar
pada klien ITP ?

D. Manfaat Penulisan
a. Bagi perawat
Agar dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mampu memberikan asuhan
keperawatan kepada klien secara baik dan benar

b. Bagi pembaca
Agar pembaca dapat mengetahui cara perawat memberikan asuhan keperawatan
kepada klien dengan diagnose ITP

c. Bagi orang yang menderita penyakit ITP agar mereka lebih menjaga kesehatannya
BAB II

KONSEP DASAR TEORI

A. Pengertian

1. Idiophatik Trombocytopenic Purpura ( ITP ) adalah suatu keadaan perdarahan


yang disebabkan oleh timbulnya petekie atau ekimosis dikulit ataupun pada
selaput lendir dan ada kalanya terjadi pada berbagai jaringan dengan penurunan
jumlah thrombosis karena sebab yang tidak diketahui ( FKUI, 1991;149 ).

2. ITP adalah penyakit yang etiologinya tidak diketahui dengan manifestasi


hematologist berupa penurunan hitung trombosit dan waktu perdarahan
memanjang secara klinis ditandai dengan memar – memar dan seringkali terjadi
perdarahan terutama pada kulit dan membrane mukosa.( jhon randle 1994 :172 )

3. ITP adalah sindrom yang didalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang
bersirkulasi dalam keadaan sum – sum normal. ( Cecily. I . Betz, 1992, 240 )

4. ITP akut, Purpura trombositopeni yang paling sering pada masa anak,
dihubungkan dengan petekie, perdarahan mukokutan dan kadang – kadang
perdarahan kedalam jaringan.

B. Etiologi

Penyebab yang pasti belum di ketahui, menurut Mansyur, 2000 ;496


ditemukan berbagai kemungkinan diantaranya ialah :

1. Hipersplenisme
2. Infeksi virus ( demam berdarah, morbili, varisela, rubella, dsb )
3. Intoksikasi makanan dan obat ( asetosal, PAS, fenilbutazon, diamox, kina,
sedormid )
4. Bahan kimia
5. Pengaruh fisis ( radiasi, panas )
6. Kekurangan factor pematangan ( mis : malnutrisi )
7. DIC ( mis: leukemia, respiratory distress syndrome pada neonates )
8. Mekanisme imun yang menghancurkan trombosit
9. Kelemahan pada endotel pembuluh darah.
C. Patofisiologi

ITP adalah salah satu gangguan perdarahan didapat yang paling umum terjadi.
ITP adalah sindrom yang didalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang
bersirkulasi dalam keadaan sum- sum normal. Penyebab sebenarnya tidak diketahui,
meskipun diduga disebabkan oleh agen virus yang merusak trombosit. Pada umumnya
gangguan ini didahului oleh penyakit dengan demam ringan 1-6 minggu sebelum
timbul gejala. Gangguan ini digolongkan dalam 3 jenis yaitu akut, kronik dan
kambuhan. Pada anak – anak mula – mula terdapat gejala diantaranya demam,
perdarahan, petekie, purpura dengan trombositopenia dan anemia.

Protein pada permukaan trombosit yang dianggap benda asing merangsang


system imun untuk membentuk antibody. Reseptor yang di anggap antigen tersebut
adalah glikoprotein 1 –b/ IX sebagai reseptor fon willebran pada agrerasi trombosit.
Selanjutnya dan terjadi fagositosis, sehingga trombosit hancur. Di samping itu terjadi
juga aktivasi dan fiksasi komplemen C 5 -9 pada permukaan trombosit yang
menyebabkan lisisnya trombosit.

Kerusakan pada ITP melibatkan auto antibody terhadap glikoprotein yang


terdapat pada membrane protein. Penghancuran terjadi terhadap trombosit yang
diselimuti di anti body, hal tersebut dilakukan oleh makrofag yang terdapat pada limfa
dan organ retikulo endothelia lainnya. Megakariosit pada sum – sum tulang bisa
normal atau meningkat pada ITP. Sedangkan kadar trombositopeni dalam plasma,
merupakan proliferasi dan trombosit mengalami penurunan yang berarti, terutama
pada ITP kronis.

D. Manifestasi klinik

Tanda dan gejala ITP adalahg :


1. Ekmosis multiple
2. Petekie
3. Epistaksis
4. Gejala perdarahan lain
5. Masa prodornal ( keletihan, demam dan nyeri abdomen )
6. Mudah memar
7. Perdarahan genitrourinarius ( menoragia, hematuria )
8. Perdarahan rongga mulut
9. Traktus digestifus ( hematemesis dan melena )
10. Pada mata ( konjungtiva, retina )
11. Perdarahan pada SSP
12. Demam ringan 1 -6 minggu
E. Klasifikasi
1. Akut
a. Awalnya dijumpai trombositopenia pada anak
b. Paling sering, 90% sembuh sendiri dalam satu tahun
c. Jumlah trombosit kemabali normal dalam 6 bulan setelah diagnose
d. Tidak dijumpai kekambuhan berikutnya
2. Kronik
a. 10 %, kasusnya dapat dianggap kronis apabila trombositopenia lebih dari
100 hari
b. Trombositopenia berlangsung lebih dari 6 bulan setelah diagnose
c. Awitan tersembunyi dan berbahaya
d. Jumlah trombosit tetap dibawah normal selama penyakit
e. Bentuk ini terjadi pada orang dewasa
f. Keadaannya berlangsung dengan keadaan remisi dan relaps berganti –
ganti
g. Selama relaps, terjadi memar – memar yang dapat besar sekali, dan dapat
terjadi perdarahan melalui hidung, mulut, uterus atau saluran kemih.
h. Limpa teraba kurang dari sepertiga kasus
i. Relaps dapat berakhir kira – kira dalam 1 tahun

3. Kekambuhan
a. Mula –mula terjadi trombositopenia
b. Relaps berulang
c. Jumlah trombosit kembali normal diantara waktu kambuh

F. Pemeriksaan penunjang

a. Uji laboratorium dan diagnostic


1. Jumlaj trombosit menurun : menurun sampai kurang dari 40.000 mm3
2. Hitung darahh lengkap ( CBC ) : anemia karena tidak ketidakmampuan sel
darah merah menggunakan zat besi.
3. Aspirasi sum – sum tulang : peningkatan megakariozit
4. Jumlah Leukosit : leukosit ringan sampai sedang : eosinofilia ringan
5. Uji antibody trombosit – dilakukan bila diagnosis diragukan
 Biopsy ginjal : untuk mendignosis keterlibatan ginjal
 Biopsy jaringan pada kulit dan gusi
 Uji antibody nuklir : untuk menyingkirkan kemungkinan lupus
eritematosus sistemik
 Pemeriksaan dengan slit lamp : untuk melihat adanya uveitis.

G. Komplikasi
1. Reaksi transfuse
2. Relaps
3. Perdarahan susunan saraf pusat ( kurang dari 1 % kasus yang terkena )

H. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Tujuan pengobatan dalam gangguan ini adalah mengurangi produksi antibody dan
desktruksi atrombosit, serta meningkatkan dan mempertahankan jumlah
trombosit.
 Gamma globulin
 Terapi kortikosteroid
 Transfuse darah
 Steroid
 Spelektomi

I. Pencegahan
ITP tidak dapat dicegah, tetapi komplikasinya dapat dicegah. Menghindari
obat – obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang dapat mempengaruhi platelet dan
meningkatkan resiko pendarahan. Lindungi dari luka yang dapat menyebabkan memar
atau pendarahan. Lakukan terapi yang benar untuk infeksi yang mungkin dapat
berkembang. Konsultasi ke dokter juga ada beberapa gejala infeksi, seperti demam.
Hal ini penting bagi pasien dewasa dan anak – anak dengan ITP yang tidak memiliki
limfa.
Pathway penyimpangan yang b/d KDM
Etiologi

( Idiophatik, Infeksi Virus, Hiperplenisme )

Antigen ( makrofag ) menyerang trombosit

Destruksi trombosit dalam sel sel penyaji antigen

( di picu oleh antybody )

Pembentukan heoantigen

Trombositopenik

Perdarahan

splenomegali
ITP
Purpura

Infeksi Virus Anemia


G3 integritas
kulit Inflamasi/peradangan Merangsan N.Vagal

Merangsang hipotalamus Meransang refluk dalam gaster

Merangsang mediator Anoreksia

Kurang Nosiseptor penurunan zat besi

Infomasi Nyeri dipersepsikan Intake inadekuat

Kurang G3 pemenuhan
informasi Nyeri
keb. Nutrisi

Mekanime koping in efektif Hemoglobin Mudah lelah

Respon psikologi
Intoleransi
Gangguan
aktivitas
perfusi jaringan
Ansietas

G3 pemenuhan
keb. O2
BAB III

TINJAUAN DASAR ASKEP

A. Pengkajian
1. Biodata klien :

a. Nama
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Pendidikan
e. Agama, dll.

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat penyakit keluarga

3. Data dasar
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: - keletihan, kelemahan, makuse umum
- Toleransi terhadap latihan rendah

Tanda : - takikardi/takipnea, dispnea pada saat beraktifitas/ istirahat

- Kelemahan otot dan penurunan kekuatan

b. Sirkulasi

Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, mis : kehilang GI kronis,


menstruasi berat

Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolic stabil

c. Integritas ego
Gejala : keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan
penolakan transfuse darah
Tanda : Depresi

d. Eliminasi
Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare,
konstipasi
Tanda : turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas
e. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, mual dan muntah
Tanda : turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas

f. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, pusing, kelemahan , penurunan penglihatan
Tanda :epistaksis, mental, tak mampu berespon ( lambat dan dangkal )

g. Nyeri keamanan
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala
Tanda : dispnea, takipnea

h. Pernafasan
Gejala : nafas pendek pada saat beristirahat dan aktifitas
Tanda : dispnea, takipnea

i. Keamanan
Gejala : penyebab luka buruk sering infeksi, transfuse darah
sebelumnya
Tanda : petekia, ekimosis

B. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen b/d penurunan kapasitas pembawa


oksigen darah
2. Gangguan pemenuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
5. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan salah interpretasi informasi

C. Intervensi keperawatan

DX 1 . Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen b/d penurunan kebutuhan oksigen


darah.

Tujuan : Mengurangi distress pernapasan

Kriteria hasil : mempertahankan pola pernapasan normal dan efektif


Intervensi DX 1

1. Kaji / awasi frekuensi pernapasan, kedalaman dan irama


R : perubahan ( sepert : takipnea, dispnea, penggunaan otot aksesoris ) dapat
mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan atau pengaruh pernapasan yang
membutuhkan upaya intervensi.
2. Tempatkan klien pada tempat yang nyaman
R : memaksimalkan ekspansi paru, menurunkan kerja, pernapasan dan
menurunkan resiko aspirasi
3. Beri posisi dan bantu ubah posisi secara periodic
R : meningkatkan areasi semua segmen paru dan mobilisasikan sekresi
4. Bantu dengan teknik napas panjang
R : membantu meningkatkan difusi gas dan ekspansi jalan napas kecil
5. Kaji tingkat kesadaran/ funsi mental secara teratur
R : jaringan otak yang sangat sensitive pada penurunan oksigen dan dapat
merupakan indicator dini terjadinya hipoksia
6. Dorong pasien untuk memilih periode istirahat dan aktivitas jadwalkan periode
istirahat sesuai indikasi
R : melindungi dari kelelahanberlebihan, menurunkan kebutuhan
oksigen/derajat hpoksia
7. Lakukan / bantu fisioterapi dada
R : dilakukan untuk mobilisasi secret dan meningkatkan pengisian udara area
paru

DX 2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia

Tujuan : Menghilangkan mual munta


KH : a. Menunjukan berat badan stabil
b. Meningkatkan napsu makan

Intervensi DX 2
1. Berikan nutrisi yang adekuat secra kualitas maupun kuantitas
R : mencukupi kebutuhan kalori setiap hari
2. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
R : porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan yang sesuai dengan kalori
3. Pantau pemasukan makanan dan timbang berat badan setiap hari
R : anoreksia dan kelemahan dapat mengangibatkan penurunan berat badan
dan malnutrisi yang serius
4. Lakukan konsultasi dengan ahli diet
R : sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
5. Libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makan sesuai dengan indikasi
R : meningkat rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada keluarga
untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien
6. Observasi dan catat masukan makanan pasien
R : mengindentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
7. Timbang berat badan setiap hari
R : mengawasi penurunan berat badan atau efektifitas intervensi nutrisi
8. Berikan suplemen nutrisi Mis : Ensure, Isocal
R : meningkatkan masukan protein dan kalori
9. Anti jamur atau pencuci mulut anestetik jika di indikasi
R : mungkin diperlukan pada adanya stomatitis/glositis untuk meningktkan
penyembuhan jaringan mulut dan memudahkan masukan

DX 3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang


diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel

Tujuan : tekanan darah normal dan pengisian kapiler baik


KH : menunjukan perbaikan perfusi jaringan yang dibuktikan dengan TTV stabil

Intervensi DX 3
1. Awasi TTV, kaji pengisian kapiler
R : memberikan informasi tentang derajat/ keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menetukan kebutuhan intervensi
2. Tinggikan kepala temapt tidur sesuai toleransi
R : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler
3. Kaji untuk respon verbal melambat, mudah terangsang
R : dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia
4. Awasi upaya pernapasan, auskulutasi bunyi napas
R : dispnea karena regangan jantung lama / peningkatan kompensasi curah
jantung

Kolaborasi

5. Awasi pemeriksaan laboratorium Mis : Hb,Ht dan jumlah SDM, GDA


R : mengindentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan respon terhadap
terapi
6. Berikan SDM darah lengkap/packed, produk darah sesuai indikasi. Awasi ketat untuk
komplikasi transfuse
R : meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen
7. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
R : memaksimalkan transport sesuai indikasi
8. Siapkan intervensi pembedahan sesuai indikasi
R : transplantasi sum – sum tulang dilakukan pada kegagalan sum – sum
tulang / anemia aplastik.
DX 4. Intoleransi aktivtas berhubungan dengan kelemahan

Tujuan : meningkatkan partisipasi toleransi aktifitas


KH : menunjukan peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi DX4
1. Kaji kemampuan klien untuk melakukan aktifitas normal, catat laporan
kelemahan,keletihan
R : mempengaruhi pilihan intervensi
2. Awasi TD, nadi, pernapasan
R : manifestasi kardiopulmonal dan upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen
kejaringan
3. Berikan lingkungan tenang
R : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh
4. Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing
R : hipotensi postural hipoksia serebral menyebebkan pusing, berdenyut dan
peningkatan resiko cedera
5. Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan untuk meningkatkan istirahat
R : mempertahankan tingkat energy dan meningkatkan regangan pada system
jantung dan pernapasan
6. Berikan pantauan dalam aktifitas / ambulasi bila perlu memungkinkan pasien untuk
melakukannya sebanyak mungkin
R : membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan
sesuatu sendiri
7. Gunakan teknik penghematan energy
R : mendorong pasien melakukan banyak dengan membatasi penyimpangan
energy dan mencegah kelemahan

DX 5. Kurang pengetahuan pada keluarga tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan salah interpretasi informasi

Tujuan : pemahaman dan penrimaan terhadap program pengobatan yang diresepkan


KH : 1. Menyatakan pemahaman proses penyakit
2. Paham akan prosedur dignostik dan rencana pengobatan

Intervensi DX 5
1. Berikan informasi tentang ITP. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada
tipe dan beratnya ITP
R : memberikan dasar pengetahuan sehingga keluarga/ pasien dapat membat
pilihan yang tepat
2. Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic
R : ketdaktahuan meningkatkan stress
3. Jelaskan bahwa darah yang diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan
memperburuk ITP
R : meruapak kekwatiran yang tidak diungkapkan yang dapat memperkuat
ansitas pasien dan keluarga
4. Instruksikan pasien/ orang terdekat pemerian besi parenteral : pemberian obat dengan
Z- Track
R : mencegah ekstravasi ( kebocoran ) dengan nyeri yang menyertai
5. Gunakan jarum terpisah untuk mengambil obat dan injeksi
R : obat dapat mewarnai kulit
6. Telaah kebersihan mulut. Pentingnya perawatan gigi teratur
R : Efek anemia ( lesi oral dan atau suplemen besi meningktkan resiko/ bakteri
7. Instruksikan untuk menghindari produk aspirin
R : meningkatkan kecendrungan perdarahan

D. Implementasi keperawatan

Sesuai dengan intervensi

E. Evaluasi

Sesuai dengan tujuan/implementasi


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Trombositopenia menggambarkan individu yang mengalami insufiensi
trombosit sirkulasi. Penurunan ini dapat disebabkan oleh produksi trmbosit yang
menurun, distrisbusi trombosit yang berubah, pengrusakan trombosit, atau dilusi
vaskuler. Gejala dan tanda pada pasien yang menderita penyakit ITP adalah hidung
mengeluarkan darah atau pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi tanda ITP.
Termasuk menstrusi yang berkepanjangan pada wanita. Ada darah pada urin dan
feses.
Beberapa macam pendarahan yang sukar dihentikan dapat menjadi ITP.
Pendarah pada otak jantung terjadi, dan penadarahan pada otak menunjukan tingkat
keparahan penyakit. Jumlah platelet yang rendah akan menyebabkan nyeri, fatique (
kelelahan ), sulit berkonsentrasi, atau gejala yang lain. Tindakan keperawatan yang
utama adalah mencegah atau mengatasi perdarahan yang terjadi.

B. Saran
1. Perawat harus memantau setiap perkembangan yang terjadi pada pasien yang
menderita ITP
2. Perawat harus bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain, seperti tenaga
kesehatan yang bekerja dilaboratorium yaitu untuk memeriksa jumlah trombosit
pasien
3. Perawat harus menerapkan komunikasi asertif terapeutik guna menurunkan
tingkat kecemasan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Near HMS, waspadji, Rahman AM. 1996. Buku Ajar Penyakit Dalam, Jilid 1. Edisi ketiga.
Jakarta : Balai Penerbit. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Sulaima A, Daldiyono, Akbar N. Rani A. 1990. Gastroenterologi hepatologi. Jakarta : CV>


info Medika

Sudoyo AW. Markum HMS. Setiati. S. Akoi I. Gani RA. Sumaryono.1998. Bagian Ilmu
penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rs Cipto Mangunkusumo

DRUGS. 2008. Idiopatic ( Immune ) Thrombocytopic Purpura Medications

Http:// www. Drugs.com/condition/idiophatic- immune thrombocytopenic Purpura.html.


diakses tanggal 28 september 2011.
NAMA ANGGOTA KELOMPOK

1. EDUARDUS ANDRESON ( 011100037 )


2. ELISABETH RAGA ( 011100040 )
3. ELISABETH HEN ( 011100041 )
4. EMANUEL SIGA ( 011100044 )
5. EMILIANAN DA SILVA ( 011100045 )
6. EMERENSIANA WATU ( 011100046 )
7. KAMILUS ASRI WENGGO ( 011100228 )

Anda mungkin juga menyukai