Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

IDIOPHATIC THROMBOCYTOPENIC PURPURA (ITP)

Oleh:
ZAQIYAH
G1D013027
COMPREHENSIVE BLOCK II
SEMESTER VII

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2016
I. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Idiopati Trombositopeni Purpura (ITP) merupakan penyebab umum gangguan perdarahan
dan penurunan trombosit dalam sirkulasi (Kapita Selekta, 2008). Idiopatik trombositopeni
purpura adalah suatu gangguan autoimun yang ditandai dengan trombositopenia yang
menetap (angka trombosit darah perifer kurang dari 15.000/μL) akibat autoantibodi yang
mengikat antigen trombosit menyebabkan destruksi prematur trombosit dalam sistem
retikuloendotel terutama di limpa. Idiopatik sendiri berarti bahawa penyebab penyakit tidak
diketahui. Trombositopeni adalah jumlah trombosit dalam darah berada dibawah normal.
Purpura adalah memar kebiruan disebabkan oleh pendarahan dibawah kulit. Memar
menunjukkan bahwa telah terjadi pendarahan di pembuluh darah kecil dibawah kulit
(Dorland, 2009).
Trombosit berbentuk bulat kecil atau cakram oval dengan diameter 2-4µm. Trombosit
dibentuk di sumsum tulang dari megakariosit, sel yang sangat besar dalam susunan
hemopoietik dalam sumsum tulang yang memecah menjadi trombosit. Tiap megakariosit
menghasilkan kurang lebih 4000 trombosit (Sudoyo, 2009). Konsentrasi normal trombosit
ialah antara 150.000 sampai 350.000 per mikroliter. Dalam keadaan normal, sepertiga dari
jumlah trombosit terdapatdi limpa. Jumlah trombosit dalam keadaan normal di darah tepi
selalu kurang lebih konstan. Hal ini disebabkan mekanisme kontrol oleh bahan humoral yang
disebut trombopoietin. Bila jumlah trombosit menurun, tubuh akan mengeluarkan
trombopoietin lebih banyak yang merangsang trombopoiesis.

1.2 .Jenis-Jenis ITP


Klasifikasi ITP menurut Wiwik & Sulistyo (2008) adalah sebagai berikut:
1. ITP Akut
ITP akut mempunyai ciri biasa terjadi pada anak dan dewasa muda. Terdapat riwayat
infeksi virus 1-3 minggu sebelumnya. Gejala perdarahan bersifat mendadak. Lama
penyakit 2-6 minggu atau 6 bulan, remisi spontan pada 80% kasus, dan tidak dijumpai
kekambuhan berikutnya.
2. ITP Kronik
Banyak terjadi pada wanita usia muda dan pertengahan. Gejala perdarahan bersifat
menyusup, misalnya pada wanita berupa menomethoragi. Lama penyakit lebih dari 6
bulan. Jumlajha trombosit tetap di bawah normal selama penyakit. Jarang terjadi remisi
spontan.
1.3 Etiologi
Penyebab ITP adalah idiopatik atau tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang
terjadi melalui pembentukan antibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga sel
trombosit mati (Smeltzer, 2001). Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, yaitu
antibodi menyerang trombositnya sendiri biasanya berasal dari imunoglobulin G atai ig G
(Sudoyo, 2009). Meskipun pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat,
persediaan trombosit yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pada sebagian
besar kasus, diduga bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh yang melawan platelet
dalam tubuh sendiri. Alasan sistem imun menyerang platelet dalam tubuh masih belum
diketahui (ana information center, 2008). ITP kemungkinan juga disebabkan oleh
hipersplenisme, infeksi virus,intoksikasi makanan atau obat atau bahan kimia, pengaruh fisis
(radiasi, panas), kekurangan factor pematangan (misalnya malnutrisi),   d a n koagulasi
intravascular diseminata (KID) (Bilotta, 2012). Selain itu, ITP juga terjadi pada pengidap
HIV, sedangkan obat-obatan yang diduga bisa menyebabkan ITP yaitu heparin, minuman
keras, quinidine, dan sulfonamides (ana information center, 2008).

1.4 Pathway
(Dibelakang))
1.5 Manifestasi Klinis
Pada ITP akut gejala timbul secara mendadak, sedangkan pada ITP kronis gejala timbul
secara perlahan. Perdarahan terjadi bila jumlah trombosit < 50.000/mm3, sedangkan
perdarahan spontan terjadi jika jumlah trombosit < 10.000/mm3. Selain itu, gejala klinis
yang terdapat pada klien dengan ITP menurut Wiwik & Sulistyo (2008) yaitu:
1. Petekie, ekimosis, dan purpura
Peningkatan permeabilitas mengakibatkan keluarnya darah berupa petekie, purpura, dan
ekimosis yang besar. Titik perdarahan yang dapat dilihat pada permukaan kulit atau pada
potongan permukaan organ disebut petekie. Bercak perdarahan yang lebih besar
disebut ekimosis dan keadaan yang ditandai dengan bercak-bercak perdarahan yang
tersebar luas disebut purpura.
2. Keletihan, kelemahan, demam, dan anoreksia
3. Vesikel atau bulae yang bersifat hemoragik
Lepuhan kecil berisi cairan yang berdiameter kurang dari 0,5 cm. Sedangkan bulae
merupakan lesi menonjol melingkar (> 0,5 cm) yang berisi cairan serosa di atas dermis.
4. Epitaksis dan perdarahan gusi
Epitaksis terjadi sebagai gejala awal pada sepertiga dari penderita anak-anak.
5. Menometroraghia
Bentuk campuran dari menoragia dan metroragia, menoragia merupakan perdarahan haid
dalam jumlah yang melebihi 80 ml, sedangkan metroragia yaitu terjadinya perdarahan
berupa bercak-bercak di luar siklus haid.
6. Hematuria
Kondisi di mana urin mengandung darah atau sel-sel darah merah. Keberadaan darah
dalam urin biasanya akibat perdarahan di suatu tempat di sepanjang saluran
kemih. Pendarahan traktus urinarius cukup jarang terjadi pada penderita ITP.
7. Melena
Pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti akibat pendarahan pada saluran
pencernaan.
8. Peradrahan intrakranial
Merupakan penyulit berat, terjadi 1% pada kasus.
9. Splenomegali
Merupakan bentuk patologi, pembesaran pada limpa terjadi karena adanya peningkatan
jumlah sel fagosit dan jumlah sel darah. Limpa memiliki peranan penting dalam
patogenesis pada ITP. Limpa merupakan tempat utama produksi antibodi antitrombosit
dan destruksi trombosit yang dilapisi oleh Ig G.

1.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang menurut Bilotta (2012) pada pasien ITP menunjukkan hasil
sebagai berikut:
1. Hitung darah lengkap menunjukkan penurunan trombosit (di bawah 20.000/mm 3),
hemoglobin, dan hematokrit.
2. Anemia normositik.
3. Leukosit biasanya normal, tetapi bisa leukositosis jika terjadi perdarahan.
4. Jika ITP kronik bisa terdapat limfositosis relative dan leucopenia ringan.
5. Sum-sum tulang biasanya normal, tetapi megakarioasit muda dapat bertambah dengan
maturation arrest pada stadium megakariosit.
6. Masa perdarahan memanjang, masa pembekuan normal, retraksi pembekuan abnormal,
prothrombin consumption memendek.

1.7 Penatalaksanaan ITP


Penatalaksanaan ITP meliputi terapi pengobatan untuk meningkatkan trombosit dan
upaya preventif untuk mencegah risiko perdarahan dan komplikasi lain.
1. Pengobatan
a. Steroid dosis tinggi
Terapi pasien ITP refrakter selain prednisolon dapat digunakan deksametason oral
dosis tinggi. Deksametason 40 mg/hr selama 4minggu, diulang setiap 28 hari untuk 6
siklus.
b. Metilprednisolon
Metilprednisolon dosis tinggi dapat diberikan pd ITP anak dan dewasa yang resisten
terhadap terapi prednison dosis konvensional. Dari hasil penelitian menggunakan
dosis tinggi metiprednisolon 3o mg/kg iv kemudian dosis diturunkan tiap 3 hr samapi
1 mg/kg sekai sehari.
c. IgIV dosis tinggi
Imunoglobulin iv dosis tinggi 1 mg/kg/hr selama 2 hari berturut-turut, sering
dikombinasi dengan kortikosteroid, akan meningkatkan AT dengan cepat. Efek
samping, terutama sakit kepala, namun jika berhasil maka dapat diberikan secara
intermiten atau disubtitusi dengan anti-D iv.
d. Anti-D iv
Dosis anti-D 50-75 mg/ka/hr IV. Mekanisme kerja anti-D yakni destruksi sel darah
merah rhesus D-positif yang secara khusus diberikan oleh RES terutama di lien, jadi
bersaingdengan autoantibodi yang menyelimuti trombosit melalui Fc reseptor
blockade.
e. Bila keadaan gawat, maka diberikan transfuse suspensi trombosit (Behrman, 2004).
2. Splenektomi
Dengan indikasi resisten terhadap pemberian kortikosteroid dan imunosupresif
selama 3  bulan. Remisi spontan tidak terjadi dalam waktu 6 bulan pemberian
kortikosteroid saja dengan gambaran klinis sedang sampai berat. Penderita yang
menunjukkan respon terhadap kortikosteroid namun perlu dosis tinggi untuk
mempertahankan klinis yang baik tanpa perdarahan. Kontra indikasi yaitu anak usia
sebelum 2 tahun: fungsi limpa terhadap infeksi belum dapat diambil alih oleh alat tubuh
yang lain (hati, kelenjar getah bening dan thymus).
3. Preventif
Tindakan preventif ini untuk mencegah terjadinya komplikasi dan meningkatnya
tingkat keparahan. Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Membatasi gerakan fisik.
b. Mencegah pendarahan akibat trauma.
c. Melindungi dari luka yang dapat menyebabkan memar atau pendarahan.
d. Menghindari obat obatan seperti aspirin atau ibuprofen yang dapat
mempengaruhiplatelet dan meningkatkan risiko pendarahan.
e. Menghindari obat penekan fungsi trombosit.
f. Melakukan terapi yang benar untuk infeksi yang mungkin dapat berkembang.
g. Konsultasi ke dokter jika ada beberapa gejala infeksi, seperti demam. Hal ini penting
bagi pasien dewasa dan anak-anak dengan ITP yang sudah tidak memiliki limfa.

2.8 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul dari kondisi ITP yaitu:
1. Reaksi transfusi
Merupakan keadaan kegawatdaruratan hematologik, pada ITP dapat terjadi
pendarahan mayor jika trombosit < 10.000/mm3. Dalam pemberian tranfusi memang
harus dalam pengawasan ketat. Reaksi transfusi dapat mengakibatkan reaksi anafilaksis.
Terjadi karena pemberian dara mengandung Ig A pada penderita tergolong defisiensi Ig
A konginetal, yang telah mendapat sensitisasi terhadapa Ig A sebelumnya melalui
tranfusi kehamilan. Reaksi dapat terjadi dalam bentuk urtikaria dan bronkospasme.
2. Relaps
Merupakan kambuh berulang atau gagal dalam pengobatan, dan pada dewasa perlu
dilakukan splenenektomi. Relaps dapat terjadi karena tidak berespon terhadap
kortikostroid dan imunoglobulin IV.
3. Perdarahan susunan saraf pusat
Misalnya pendarahan pada subdural, kurang dari 1% penderita yang mengalami ini
dari kasus yang terkena.
4. Kematian
Trombositopenia berat yang mengancam kehidupan ditemukan bila
jumlah trombosit < 10.000/mm (Smeltzer, 2001).
3

II. ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul dan Rencana Intervensi


1. Risiko Perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren (trombositopenia)
Tujuan (NOC): Blood Coagulation
- Hb dan Ht dalam batas normal
- Plasma, PT, PTT dalam batas normal
- Tidak ada perdarahan lagi seperti hematuri, melena
Intervensi (NIC): Bleeding Precautions
- Monitor ketat tanda-tanda perdarahan
- Catat nilai Hb dan Ht
- Monitor nilai labyang meliputi PT, PTT, trombosit.
- Pertahankan bedrest.
- Kolaborasi pemberian produk darah (platelet, fresh frozen plasma).
- Lindungi pasien dari trauma.
- Hindari pemberian aspirin dan antikoagulan.
- Anjurkan asupan makanan yang mengandung vitamin K.
2. Kerusakan Integritas jaringan Kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi
Tujuan (NOC): Tissue integrity: skin and mucous
- Perfusi jaringan normal
- Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya
cidera.
- Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka/lesi
Intervensi:
- Anjurkan pasien untuk mengenakan pakain yang longgar.
- Jaga kulit agar tetapbersih dan kering.
- Monitor adanya kemerahan yang baru timbul.
- Oleskan lotion atau baby oil.
- Monitor status nutrisi.
- Anjurkan diet TKTP.
- Obeservasi ekimosis, petekie, dan purpura.
3. Keletihan berhubungan dengan anemia.
Tujuan (NOC): energy conservation
- Kecemasan menurun
- Istirahat cukup
- Menjelaskan penggunaan energi untuk mengatasi keletihan
Intervensi (NIC): energy management
- Kaji faktor penyebab kelelahan atau keletihan
- Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat.
- Monitor pola tidur dan lama pasien istirahat atau tidur.
- Tingkatkan tirah baring dan pembatasan aktivitas.
- Konsultasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan makanan yang berenergi
tinggi.
4. Cemas/Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan (NOC): Anxiety level
- Mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
- Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik untuk mengontrol
kecemasan.
- Vital sign dalam batas normal.
- Postur tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan.
Intervensi (NIC): Anxiety reduction
- Gunakan pendekatan yang menenangkan.
- Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.
- Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut.
- Dorong keuarga untuk menemani anak.
- Lakukan neck/back rub.
- Identifikasi tingkat kecemasan.
- Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.

III. DAFTAR PUSTAKA

Ana information center. (2008). Idiopatik Trombositopeni Purpura (ITP). Available


at : http://www.anainformationcenter.com
Behrman RE. (2004). Platelet and Blood Vessel Disorders. Nelson Textbook of
Pediatrics 17th Edition Saunders.
Bilotta, K. (2012). Kapita Selekta Penyakit : dengan Implikasi Keperawatan Edisi 2.
Jakarta: EGC
EtiologiBulechek,
: IdiopatikG.atau
M.,dengan
et all.predisposisi misal autoimun,
(2013). Nursing hipersplenisme,
intervention classificationinfeksi
(NIC).virus
United
States: Elsevier.
Dorland, W.A.( 2009). Kamus saku Kedokteran DORLAND.Edisi 28. Jakarta:EGC
Moorhead, S, et all. (2013). Nursing outcome classification (NOC). United States:
Reaksi autoimun
Elsevier
Nanda international, (2016). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2016-
2018. Jakarta: EGC
Auto antibodi (Ig G)
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. (200)1. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta: EGC
Sudoyo, A. W. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Melekat pada trombosit
Interna Publishing
Wiwik & Sulistyo. (2008). Pada Klien dengan Gangguan System Hematologi.
Jakarta : Salemba medika
Menyerang platelet dalam darah

Dihancurkan oleh makrofag, pengahncuran


trombosit berlebihan

penurunan jumlah trombosit


berlebihan (trombositopenia)

ITP

Hemoragik
Risiko perdarahan

Perdarahan sukar
Perdarahan di bawah
dihentikan
kulit
Cemas

Evakuasi darah berlebihan


Petekie, ekimosis, purpura

Anemia
Kerusakan integritas
kulit
Keletihan

Anda mungkin juga menyukai