Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN EPILEPSI PADA AN.

A DI RUANG ASTER
RUMAH SAKIT MARGONO SOEKARJO

Oleh:
ZAQIYAH
I4B016122
STASE KEPERAWATAN ANAK
SEMESTER I

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2017
ASUHAN KEPERAWATAN EPILEPSI PADA AN. A DI RUANG ASTER
RUMAH SAKIT MARGONO SOEKARJO

Nama Mahasiswa : Zaqiyah Dx : Susp. Epilepsi


Tempat Praktik : Ruang Aster MRS :
Tangga Pengkajian : 15-17 Mei 2017 BB : 11 kg

I. IDENTITAS
Nama (inisial) : An. A
TTL : Sidareja, 19 Desember 2017
Usia : 2 tahun
Pendidikan :-
Alamat : Margasari RT 03/04, Sidareja
Agama : Islam
Nama Ayah/Ibu : Saliman / Sugiyanti
Pekerjaan Ayah/Ibu : Buruh / IRT
Pendidikan Ayah/Ibu : SMP / SMP
Agama : Islam
Alamat : Margasari RT 03/04, Sidareja
Suku/bangsa : Jawa

II. KELUHAN UTAMA


Klien dibawa ke RS dengan keluhan utama kejang selama > 15 menit..

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pasien datang ke RSMS tanggal 14 Mei 2017 dengan keluhan kejang sejak empat hari
yang lalu, kejang satu kali tadi pagi selama > 15 menit. Saat kejang pasien tidak sadar dan
demam, setelah kejang pasien sadar. Keluarga pasien mengatakan pasien demam, diare cair,
batuk dan pilek sejak 4 hari yang lalu, nafsu makan dan minum menurun. Karena keluhan
tersebut pasien sempat dipijat bagian kepalanya.

IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Keluarga klien mengatakan satu bulan sejak lahir An. A pernah dirawat di RS karena
perdarahan otak selama 18 hari di RS Majenang. Saat usia 1 tahun An. A dirawat lagi karena
demam dan kejang selama 4 hari di RS Cilacap. Saat ini An. A dirawat di RSMS karena
kejang dengan batuk pilek dan mencret.

V. RIWAYAT KELUARGA
An. A

VI. RIWAYAT SOSIAL


Di rumah, klien diasuh langsung oleh kedua orang tuanya. Selama di RS, nenek klien
juga ikut menunggui klien, karena biasanya ayah klien bekerja. Secara umum, penampilan
klien sehari-hari tidak terlalu aktif hanya bisa berbaring dan miring kanan kiri, selama sakit
dan dirawat klien menjadi pendiam dan terlihat lemah.

VII.KONDISI KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosa medis : Suspek Epilepsi
2. Tindakan operasi : tidak ada
3. Obat-obatan : - IVFD RL loading 300 cc
- Infus K-EN 3A 10 tpm makro
- Injeksi diazepam 3 mg bolus pelan IV kejang
- Injeksi Ampicilin 3x300 mg IV
- Injeksi antrain 3x100 mg IV bila suhu > 38 0C.
- injeksi luminal 75 mg IM 1x di IGD
- injeksi PCT 1 mg/kgBB IV
- Lbio 1x1
- Lzink 1x1
4. Tindakan Keperawatan : memanajemen kejang dan
keluhan yang menyertai seperti demam dan diare.
5. Hasil laboratorium : cek darah rutin dan feses tanggal 14 Mei 2017
Hematologi Nilai Satuan Nilai Normal

Hemoglobin 10,5 g/dL 10,8-12,8


Hematokrit 32 % 35-43
Leukosit 2550 /dL 6-17
Eritrosit 3,7 10^6/uL 3,6-5,3
Trombosit 72 10^3/uL 217-490
MCH 28,2 Pg/cell 23-31
MCHC 33,3 g/dL 26-34
MCV 84,7 fL 73-102
Eosinofil 0 % 1-3
Basofil 0 % 0-1
Segmen 37,6 % 25-60
Limfosit 57,3 % 25-40
Monosit 3,5 % 2-8
GDS 145 Mg/dL <= 200
Analisis Feses

Amoeba Tidak /lpb


ditemukan
Bakteri positif 3 Negatif
Bau khas MRR
Darah Negatif Negatif
Eritrosit 1-2 /lpb
Jamur Negatif Negatif
Konsistensi Cair MRR
Lemak Tampak Tampak (18 %)
Lendir Positif Negatif
Leukosit 15-20 /lpb
Parasit Negatif Negatif
Sisa makanan Negatif Negatif (sedikit)
Telur & parasit Negatif Negatif
Warna Coklat muda MRR
Kalium 3.5 Mmol/L 3.4-4.5
Klorida 110 Mmol/L 96-108

6. Hasil rontgen : tidak ada


7. Data tambahan : tidak ada

VIII. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL (MENURUT GORDON)


1. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Menurut orang tuanya An. A dilahirkan secara normal di rumah dengan bantuan
bidan dan dukun bayi. An. A juga mendapat imunisasi lengkap dan juga pengulangan.
Satu bulan sejak lahir An. A pernah dirawat di RS karena perdarahan otak selama 18
hari di RS Majenang. Saat usia 1 tahun An. A dirawat lagi karena demam selama 4
hari di RS Cilacap. Saat ini An. A dirawat di RSMS karena kejang dengan demam,
batuk pilek dan mencret. Ayah An. A seorang perokok. Ayah An. A juga mengatakan
kalau anaknya sakit langsung dibawa ke bidan atau puskesmas. Di rumah, An. A
mendapat lingkungan yang aman.
2. Nutrisi-Pola metabolik
Sejak lahir An. A mendapat ASI hanya 1 bulan dan disambung dengan susu
formula. Menurut orang tuanya An. A mendapat makanan pendamping ASI sejak usia
sekitar 6 bulanan berupa bubur bayi instan. An. A makan 3 kali sehari berupa bubur
nasi lembek dan sayur yang dibuat oleh ibunya. Sejak di RS An. A nafsu makannya
menurun dan berat badan saat masuk 11 kg. An. A juga terpasang selang NGT
karena susah buat menelan.
3. Pola eliminasi
Di RS An. A mengenakan diaper, dan menurut orang tuanya dalam sehari
biasanya mengganti diaper sebanyak 4 kali. Urin yang keluar berwarna kuning,
baunya seperti urin biasa, dan tidak ada darah. Sebelum dirawat BAB An.I sebanyak
sekali sehari, sedangkan saat dirawat An. I mengalami diare sampai 5 kali sehari
dengan konsistensi cair. Orang tua An. A tdak mengalami gangguan eliminasi.
4. Aktivitas-Pola Latihan
Di rumah An. A rutin mandi dua kali sehari, sedangkan di RS klien hanya diseka.
Aktivitas sehari-hari klien di RS juga tidak terlalu banyak karena perawatan klien
yang dianjurkan untuk banyak bedrest dan istirahat. Kemampuan ADL klien
sepenuhnya masih bergantung pada orang tua.
5. Pola istirahat-tidur
An. A tidur selama 12 jam. Selama di RS An. A sering terbangun saat tidur
dikarenakan ruangan yang berisik dan ramai. Orang tua klien juga selama di RS
sering susah tidur karena harus menjaga An. A.
6. Pola kognitif-persepsi
Walaupun lemah, An. A masih responsif, seperti masih melihat orang yang
kontak dengannya dan menangis ketika melihat perawat. An. A sudah bisa
mengeluarkan suara, walaupun masih belum jelas untuk berbicara. Hal tersebut tidak
sesuai dengan karakteristik tahapan perkembangan. Orang tua klien secara umum
tidak mempunyai masalah dalam penginderaan dan pembuatan keputusan.
7. Persepsi diri-pola konsep diri
Anak kurang aktif dan sering diam, namun kadang menangis jikadilakukan
tindakan dan saat melihat orang asing mendekatinya. Orang tua An. A sangat
mengerti perannya sebagai orang tua dengan selalu membantu perawat saat
melakukan tindakan terhadap anaknya.
8. Pola peran-hubungan
An. A tinggal bersama kedua orang tua dan kakak perempuan yang berusia 11
tahun. Stressor dalam keluarga saat ini yaitu kondisi kesehatan An. A yang
mengharuskan dirawat di RS. An. A dalam keseharian masih sangat bergantung
kepada orang tuanya. Orang tua An. A menikah saat usia masih cukup muda. Ayah
An. A seorang buruh dan ibunya seorang ibu rumah tangga.
9. Seksualitas
Orang tua An. A sangat menyadari dan menerima jenis kelamin dan gender An. A
sebagai anak perempuan. Orang tuanya mengatakan tidak mempunyai masalah
seksual.
10. Koping-pola toleransi stress
An. A selama dirawat selalu menangis apabila dilakukan tindakan, tetapi akan
tenang kembali jika digendong dan didampingi oleh orang tuanya.
11. Nilai-pola keyakinan
An. A belum terlihat perkembangan moral dan keyakinannya karena masih
berusia dua tahun. Tetapi dari pola nilai-keyakinan orang tua, An. A sudah dibiasakan
dengan berdoa, seperti misalnya dibacakan bismillah ketika akan dilakukan tindakan,
makan, minum, dan aktivitas sehari-hari lainnya.

IX. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum
Keadaan An. A secara umum saat dikaji tenang dan kurang aktif, kesadarannya
compos mentis. Nadi 150 x/menit, suhu 37,5 0C, pernafasan 30 x/menit. Berat badan 11
kg, tinggi badan 88,5 cm. Staus gizi An.I baik.
2. Kepala
Bentuk kepala An. A agak lonjong namun masih tergolong mesosefalus, kulit
kepala bersih, tidak ada luka, hematoma dan bintik kemerahan di kepala. Rambut hitam
dan tebal. Bentuk wajah simetris. An. A bisa mengangkat kepala dan tidak ada
pembesaean di leher.
3. Mata
Mata An. A bersih, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis agak pucat, pupil
reflek terhadap cahaya, dan gerakan bola mata serta reflek berkedip normal.
4. Telinga
Posisi kedua telinga sejajar, bersih, tidak ada iritasi dan infeksi, serta anak
menoleh dan menatap ketika dipanggil.
5. Hidung
Hidung An. A simetris bilateral, tidak ada deviasi, tidak ada perdarahan, dan tidak
ada pernafasan cuping hidung ketika menangis.
6. Mulut dan tenggorokan
Warna bibir agak pucat, gigi berjumlah sekitar 6 buah, tidak ada pembesaran
tonsil, dan menurut orang tua An. A tidak bisa menelan dan minum.
7. Dada
Bentuk dada normal dan simetris, tidak ada retraksi dada, posisi nipple sejajar.
Pernafasan 30 x/menit dan nafas spontan. Tidak ada krepitasi, bunyi resonan di lapang
paru, dan bunya nafas vesikuler. Tidak ada penonjolan kardiomegali, nadi 150 x/menit,
CRT < 2 detik, dan tidak ada bunyi jantung tambahan.
8. Abdomen
Abdomen cembung, tidak ada asites, tidak ada splenomegali dan organomegali
lain. Bunyi hipertimpani saat perkusi. Bising usus 18 x/menit terdengar di seluruh
kuadran.
9. Kulit
Tekstur kulit kering dan turgor kulit normal. Temperatur saat dikaji normal.
10. Ekstremitas
Gerakan ekstremitas atas terbatas karena terpasang infus, dan ekstremitas bawah
bebas. Jari-jari normal, tidak polidaktil dan clubbing finger. Bentuk kaki normal dan
tidak ada refleks babinski, kaku kuduk, maupun brudzinski..
11. Genitalia dan anus
Genitalia normal, ada meatus vagina, tidak ada hematuria, lubang anus paten, dan
tidak terdapat kemerahan di sekitar kulit genital dan anus.

X. PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN
Perkembangan An. A tergolong lambat dan tidak sesuai dengan karakteristik pada umur 2
tahun. An. A belum bisa duduk, berdiri, dan berjalan, serta belum bisa berbicara hanya
mengeluarkan suara saja atau mengoceh.

XI. HASIL PEMERIKASAAN LAB DAN PENUNJANG


Pemeriksaan lab yang dilakukan An. A berupa tes darah rutin dan pemeriksaan feses
yang dilakukan pada tanggal 14 Mei 2017.
XII. ANALISIS DATA
Data Klien Masalah Penyebab
DS: - keluarga mengatakan An. I BAB mencret Diare Inflamasi
sebanyak 5x/hari.
-
DO: - Nadi 150 x/menit, suhu 37,5 0C, pernafasan 30
x/menit.
- An. I terlihat lemah, bising usus hiperaktif
DS: - keluarga mengatakan An. I demam Hipertermi Penyakit
- Ibu mengatakan suhu naik turun dan sempat
kejang.
DO: - Nadi 150 x/menit, suhu 37,5 0C, pernafasan 30
x/menit.
- badan teraba hangat
DS: - keluarga mengatakan An. I sempat kejang dan Risiko cedera
mempunyai riwayat kejang.
- Ibu klien mengatakan An. I batuk, pilek, banyak
diam dan sering berbaring.
- Ibu klien mengatakan An. I sulit menelan
makanan.
-
DO: - Nadi 150 x/menit, suhu 37,5 0C, pernafasan 30
x/menit.
- Hb rendah 10,5 g/dL
- Terpasang infus, oksigen nasal kanul, dan NGT
- Klien terlihat lemah.

XIII. PRIORITAS MASALAH


1. Hipertermi b.d penyakit ditandai dengan suhu 37,5 0C dan badan teraba hangat.
2. Diare b.d inflamasi ditandai oleh BAB mencret > 3x/hari dengan konsistensi cair.
3. Risiko cedera dengan faktor risiko pernah kejang.

XIV. RENCANA KEPERAWATAN


No. Hari/tanggal Dx. Tujuan Intervensi Rasional
Kep
1. Senin, 1 NOC: Thermoregulation Intervensi (NIC): Fever
15/05/2017 setelah dilakukan tindakan Traetment
keperawatn 3x24 jam, - Monitor suhu sesering - Mengobservasi fluktuasi suhu
diharapkan pasien tidak mungkin
demam, dengan kriteria hasil: - Monitor IWL - Mencegah dehidrasi
indikator awal akhir - Monitor warna dan suhu - Menilai sifat demam.
- Nadi 3 5 kulit
- RR 3 5 - Monitor tekanan darah, - Mencegah komplikasi demam,
- Kenaikan 2 4 nadi dan RR seperti kejang dan dehidrasi.
suhu kulit - Monitor penurunan - Mengantisipasi efek demam.
- Hipertermi 2 4 tingkat kesadaran
- Dehidrasi 3 5 - Monitor WBC, Hb, dan - Mencegah dehidrasi
Keterangan: Hct
1. Sangat berat - Monitor intake dan output - Meghitung balance cairan
2. Berat - Berikan anti piretik - Menurunkan demam
3. Sedang - Berikan pengobatan untuk - Mengatasi demam
4. Ringan mengatasi penyebab
5. Baik/tdk ada keluhan demam
- Selimuti pasien dengan - Mencegah perubahan suhu
kain tipis tubuh yang ekstrem
- Lakukan tapid sponge - Menrunkan suhu tubuh.
- Berikan cairan intravena - Memenuhi kebutuhan cairan
yang hilang.
- Kompres pasien pada lipat - Menurunkan suhu dengan
paha dan aksila. cepat karena daerah tersebut
ada vena besar.
- Tingkatkan sirkulasi udara - Menurunkan suhu tubuh lewat
lingkungan. konveksi.
- Berikan pengobatan untuk - Menggigil dapat memicu
mencegah terjadinya terjadinya kejang.
menggigil.

2 NOC: Hydration NIC: Diarrhea Management


Setelah dilakukan tindakan - Ambil specimen feses - Menegtahui penyebab diare
keperawatan selama 3x24 jam, untuk uji kultur dan
diharapkan pasien tidak sensitivitas jika diare
kehilangan cairan, dengan berlanjut
kriteria hasil: - Evaluasi profil obat - Mengetahui penyebab diare
indikator awal akhir terhadap efek samping dari obat.
- Diare 2 4 disaluran cerna
- Turgor kulit 3 5 - Pantau adanya iritasi dan - Mencegah kerusakan integritas
- Nadi 3 5 ulserasi kulit diarea kulit.
- Ht 3 5 perineal
- Ajarkan pasien tentang - Antidiare dapat menyebabkan
Keterangan: penggunaan obat antidiare konstipasi.
1. Sangat berat yang benar
2. Berat - Ajarkan pasien dan - Memonitor karakteristik diare.
3. Sedang anggota keluarga untuk
4. Ringan mencatat warna, volume,
5. Baik/tdk ada keluhan frekuensi dan konsistensi
feses - Mencegah terjadinya diare
- konsultasikan pada dokter kronis.
jika ada tanda dan gejala
diare menetap - Mencegah komplikasi diare.
- Pantau untuk adanya
tanda-tanda dehidrasi - Menjaga status nutrisi klien.
- Konsultsikan dengan
dokter anak untuk mencari - Menjaga keseimbangan cairan.
alternative pemberian
makan - ASI sebagai sumber nutrisi dan
- Berikan terapi rehidrasi caira pasien.
oral, sesuai program
- Bayi yang menyusu asi
harus tetap disusui, selain
bayi, asi harus - Menjaga keseimbangan cairan
menghindari susu dan dan elektrolit.
cairan yang mengandung
karbohidrat tinggi
- Pantau dengan cermat
kehilangan cairan dan
elektrolit.
3 NOC: Risk Control NIC: Seizure Precaution
Setelah dilakukan tindakan - Atur ketinggian bed agar - Mencegah risiko jatuh.
keperawatan selama 3x24 jam, tidak terlalu tinggi.
diharapkan tindakan perawatan - Monitor pemberian obat - Efek beberapa obat dapat
klien tidak membuat disintegrasi menyebabkan kejang.
perikau, dengan kriteria hasil: - Monitor efek pemberian - Mencegah efek samping obat.
indikator awal akhir obat antiepileptik.
- mengetahui 2 5 - Ajari keluarga pasien - Agar keluarga mengetahui
faktor risiko tentang pertolongan manajemen kejang.
- monitor 2 5 pertama kejang.
faktor risiko - Berikan oksigenasi. - Menjaga tubuh tetap mendapat
dari oksigen.
lingkungan - Instruksikan keluarga - Agar jika terjadi kejang dapat
- mengatur 2 5 untuk memanggil perawat ditangani dengan baik.
strategi jika terjadi aura.
kontrol - Jauhkan benda berbahaya - Mencegah terjadinya cedera
risiko dari lingkungan sekitar lain.
-membangun 2 5 pasien.
kontrol
risiko yang
efektif

XV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


No. Hari/tanggal Dx. Kep Tindakan Respon klien Nama & Ttd
/jam
1 Senin, 15 - Observasi kondisi umum klien. - An. A tampak lemah, Zaqi
Mei 2017 - Memonitor tetesan infus kesadaran CM.
- Memberikan injeksi ampicilin - Orang tua mengatakan
1x300 mg dengan melibatkan pasien masih diare, batuk,
orang tua bayi. dan panas.
- Memberikan PCT infus - An. A terpasang oksigen
- Menganjurkan kompres hangat jika NK 1 lpm.
demam. - Tetesan infus lancar.
- Mengambil sampel elektrolit - Makanan tidak habis,
- Memotivasi pasien untuk makan - HR 150 x/mnt, RR 30
- Mengukur TTV x/mnt, Suhu 36,6 0C.
- Memonitor status neurologis. - Tidak ada kaku kuduk.
- Memonitor intake dan output - Tidak ada reflek brudinzki
2 Selasa, 16 - Observasi kondisi umum klien. - An. A kesadaran CM, Zaqi
Mei 2017 - Memonitor tetesan infus K EN 3A kondisi umum lemah, sudah
- Memberikan injeksi ampicilin tidak memakai nasal kanul
1x300 mg dengan melibatkan oksigen.
orang tua bayi. - Ibu mengatakan anaknya
- Memberikan PCT infus masih panas naik turun,
- Memonitor tanda-tanda flebitis diare berkurang dan batuk.
- Memotivasi pasien untuk makan - Tetasan infus lancar tidak
dan minum ada flebitis.
- Memberikan makanan cair melalui - An. I makan dengan NGT.
NGT - Makanan cair tidak habis.
- Mengukur TTV - Suhu 36 0C, HR 135 x/mnt,
- Memberikan tablet zink RR 31 x/mnt
- Memotivasi untuk melakukan hand
hygiene.
3 Rabu, 17 Mei - Observasi kondisi umum klien. - An. A kesadaran CM, Zaqi
2017 - Memonitor tetesan infus kondisi umum cukup.
- Memberikan injeksi ampicilin - Ibu mengatakan anaknya
1x300 mg dengan melibatkan sudah tidak kejang, demam
orang tua bayi. dan diare.
- Memberikan PCT infus - Tetasan infus lancar tidak
- Memotivasi pasien untuk makan ada flebitis.
- Melatih pasien dan keluarga makan - An. A latihan minum susu
melalui oral dengan oral
- Mengukur TTV - Makanan cair tidak habis.
- Memotivasi untuk tetap diberikan - Suhu 36,5 0C, HR 145
ASI. x/mnt, RR 28 x/mnt
XVI. EVALUASI KEPERAWATAN
No. Hari/tanggal Dx. Kep Evaluasi (SOAP)
1. Senin, 15 1 S: Orang tua mengatakan pasien masih diare, batuk, dan panas, Makanan
Mei 2017 tidak habis.
O: KU lemah, kesadaran CM, An. A terpasang oksigen NK 1 lpm, tetesan
infus lancar, HR 150 x/mnt, RR 30 x/mnt, Suhu 36,6 0C, tidak ada kaku
kuduk, tidak ada reflek brudinzki.
A: dx. 1 masalah teratasi sebagian
indikator awal Sekarang target
- Nadi 3 3 5
- RR 3 3 5
- Kenaikan suhu kulit 2 3 4
- Hipertermi 2 3 4
- Dehidrasi 3 4 5

dx. 2 masalah teratasi sebagian


indikator awal Sekarang target
- Diare 2 2 4
- Turgor kulit 3 3 5
- Nadi 3 3 5
- Ht 3 3 5
dx. 3 masalah teratasi sebagian
indikator awal Sekarang Target
- mengetahui faktor risiko 2 3 5
- monitor faktor risiko dari lingkungan 2 3 5
- mengatur strategi kontrol risiko 2 3 5
- membangun kontrol risiko yang efektif 2 3 5
P: - melanjutkan intervensi sesuai rencana
- Mengedukasi keluarga pemberian makanan melalui NGT.
2. Selasa, S: Ibu mengatakan anaknya masih panas naik turun, diare berkurang dan
16/05/16 batuk. An. A makan dengan NGT.
O: KU lemah, kesadaran CM, sudah tidak memakai nasal kanul oksigen,
tetasan infus lancar tidak ada flebitis. Suhu 36 0C, HR 135 x/mnt, RR 31
x/mnt
A: dx. 1 masalah teratasi sebagian
indikator awal Sekarang target
- Nadi 3 4 5
- RR 3 4 5
- Kenaikan suhu kulit 2 3 4
- Hipertermi 2 3 4
- Dehidrasi 3 4 5

dxi. 2 masalah teratasi sebagian


indikator awal Sekarang target
- Diare 2 4 4
- Turgor kulit 3 4 5
- Nadi 3 4 5
- Ht 3 4 5
dx. 3 masalah teratasi sebagian
indikator awal Sekarang Target
- mengetahui faktor risiko 2 4 5
- monitor faktor risiko dari lingkungan 2 4 5
- mengatur strategi kontrol risiko 2 4 5
- membangun kontrol risiko yang efektif 2 4 5
P: - melanjutkan intervensi sesuai rencana
- Memotivasi ibu untuk melatih An. A minum susu peroral.
3. Rabu, S: Ibu mengatakan sudah tidak kejang, demam dan diare. An. A latihan
17/05/17 minum susu dengan oral. Makanan cair tidak habis.
O: An. A kesadaran CM, kondisi umum cukup, sudah tidak memakai nasal
kanul oksigen, tetasan infus lancar tidak ada flebitis. Suhu 36,5 0C, HR 145
x/mnt, RR 28 x/mnt.
A: dx. 1 masalah hipertermi teratasi
indikator awal Sekarang target
- Nadi 3 5 5
- RR 3 5 5
- Kenaikan suhu kulit 2 4 4
- Hipertermi 2 4 4
- Dehidrasi 3 5 5

dx. 2 masalah diare teratasi


indikator awal Sekarang target
- Diare 2 4 4
- Turgor kulit 3 5 5
- Nadi 3 5 5
- Ht 3 5 5

dx. 3 masalah risiko cedera teratasi


indikator awal Sekarang Target
- mengetahui faktor risiko 2 5 5
- monitor faktor risiko dari lingkungan 2 5 5
- mengatur strategi kontrol risiko 2 5 5
- membangun kontrol risiko yang efektif 2 5 5
P: - melanjutkan intervensi sesuai rencana
- Membuat discharge planning dan memotivasi untuk dilakukan EEG.

Anda mungkin juga menyukai