Oleh :
NOOR AZIZAH
NPM. 1614401120119
Oleh :
NOOR AZIZAH
NPM. 1614401120119
ii
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
iii
Karya Tulis Ilmiah ini berjudul Penerapan Terapi Musik Untuk Meningkatkan
Kemandirian Pasien Isolasi Sosial dalam Aktivitas Sehari-Hari di RSUD dr. H.
Moch Ansari Saleh Banjarmasin (Studi Kasus), yang dibuat oleh Noor Azizah
(NPM.1614401120119), telah mendapatkan persetujuan dari para pembimbing
untuk diujikan pada Ujian Sidang Karya Tulis Ilmiah Fakultas Keperawatan dan
Ilmu Kesehatan Program Studi D.3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin.
Pembimbing 1,
_______(Nama)_______
(NIDN)
Pembimbing 2,
_______(Nama)_______
(NIDN)
Mengetahui,
Ketua Program Studi D.3 Keperawatan
_______(Nama)_______
(NIDN)
iii
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
iv
Karya Tulis Ilmiah ini berjudul Penerapan Terapi Musik Untuk Meningkatkan
Kemandirian Pasien Isolasi Sosial Dalam Aktivitas Sehari-Hari di RSUD dr. H.
Moch Ansari Saleh Banjarmasin (Studi Kasus), yang dibuat oleh Noor Azizah
(NPM.1614401120119), telah diujikan di depan tim penguji pada Ujian Sidang
Karya Tulis Ilmiah Program Studi D.3 Keperawatan pada tanggal 3 Agustus 2019
Tim Penguji:
Penguji 1,
_______(Nama)_______
(NIDN)
Penguji 2,
_______(Nama)_______
(NIDN)
Penguji 3,
_______(Nama)_______
(NIDN)
Mengetahui,
Ketua Program Studi D.3 Keperawatan
_______(Nama)_______
(NIDN)
Mengesahkan
Dekan FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
_______(Nama)_______
(NIDN)
iv
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
v
PERNYATAAN ORISINALITAS
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah ini merupakan hasil
karya cipta saya sendiri dan bukan plagiat, begitu pula hal yang terkait di dalamnya
baik mengenai isinya, sumber yang dikutip/dirujuk, maupun teknik di dalam
pembuatan dan penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Dibuat di : Banjarmasin
Pada tanggal : 30 Juli 2019
Matrai
Noor Azizah
v
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
vi
ABSTRAK
Isolasi sosial merupakan perilaku menghindari interaksi dengan orang lain, menyendiri dan
sulit untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, ditandai dengan perasaan tidak
percaya diri dan menutup diri dari lingkungannya. Pasien dengan isolasi sosial, perlu
diberikan stimulus, salah satunya dengan pemberian terapi musik. Musik dapat
meningkatkan motivasi pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Activity Daily
Living/ADL). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kemandirian pasien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sebelum dan sesudah
dilakukan terapi musik. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode
pendekatan studi kasus. Subyek dalam penelitian ini adalah satu orang pasien isolasi sosial
di Ruang Giok RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin. Kriteria subyek sudah mulai
kooperatif, isi pembicaraan dapat dipahami, tidak mengalami gangguan pendengaran,
menyukai musik dan belum pernah mendapatkan terapi musik sebelumnya. Penerapan
terapi musik dilakukan pada bulan Juni 2019. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan observasi menggunakan lembar observasi ADL. Analisis Kemandirian ADL
dilakukan secara deskriptif dan diukur berdasarkan ADL keterampilan dasar, ADL
instrumental, ADL vokasional dan ADL non vokasional. Hasil analisis dikategorikan
menjadi minimal care, partial care dan total care. Kategori ditentukan berdasarkan
prosentase (%) terbanyak dari kemampuan ADL yang dicapai subyek. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada perubahan kemampuan ADL menjadi lebih baik dan tingkat
kemandirian pasien dari partial care ke minimal care setelah pemberian terapi musik.
Rekomendasi perlu konsistensi perawat pengawasan dalam melakukan terapi musik untuk
meningkatkan motivasi meningkatkan kesehatan jiwa pasien.
vi
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanyalah milik Allah SWT, atas segala limpahan kasih sayangNya.
Shalawat serta salam mudah-mudahan senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW. Alhamdulillahirobbil ‘alamin Puji dan Syukur kehadirat Allah
SWT, atas anugerah dan petunjuk yang diberikan. Karena izin Allah penulis dapat
menyusun karya tulis ilimiah ini dengan judul “……………………………….”.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilimiah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun agar pelaksanaan penelitian ini nantinya menjadi lebih baik dan dapat
bermanfaat. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bpk. Solikin, Ns., M.Kep., Sp. KMB selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin beserta para Wakil
Dekan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengenyam
pendidikan di Program Studi D.3 Keperawatan
2. Ibu Noor Amaliah, Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi D.3 Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin yang telah memfasilitasi jalannya
karya tulis ilimiah ini.
3. Bpk/Ibu…………………. selaku pembimbing utama sekaligus penguji 1,
yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran dan masukan sehingga
penulis dapat melaksanakan seminar karya tulis ilimiah ini.
4. Bpk/Ibu…………………. selaku pembimbing pendamping sekaligus penguji
2 yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan selama penulisan
karya tulis ilimiah ini.
5. Bpk/Ibu…………………. selaku penguji 3 yang telah memberikan
bimbingan, saran dan masukan selama penulisan karya tulis ilimiah ini.
6. Pihak Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin yang telah memberikan data yang
diperlukan untuk studi pendahuluan.
7. Karyawan RSUD Ulin Banjarmasin, terima kasih atas izin, dukungan dan
bantuan yang diberikan dalam pencarian data di karya tulis ilimiah ini.
vii
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
viii
Penulis
viii
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
ix
DAFTAR ISI
Contents
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................................. iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
2.1 Konsep Isolasi Sosial ................................................................................ 7
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Isolasi Sosial ............................... 17
2.3 Konsep Terapi Musik ............................................................................. 41
2.4 Kemandirian dan Aktivitas Sehari-hari .................................................. 47
BAB 3 METODOLOGI ........................................................................................ 52
3.1 Rancangan/Desain KTI .......................................................................... 52
3.2 Subyek Studi Kasus dan Fokus Studi ..................................................... 52
3.3 Definisi Operasional ............................................................................... 52
3.4 Tempat dan Waktu Studi Kasus ............................................................. 53
3.5 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ............................................. 53
3.6 Pengolahan dan Penyajian Data ............................................................. 54
3.7 Etika Studi Kasus ................................................................................... 55
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 57
4.1 Hasil Studi Kasus ................................................................................... 57
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 62
4.3 Keterbatasan ........................................................................................... 64
BAB 5 PENUTUP................................................................................................. 65
5.1 Simpulan ................................................................................................. 65
5.2 Saran ....................................................................................................... 65
DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................... 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………….69
ix
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
x
DAFTAR GAMBAR
x
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Hasil Pengkajian (Observasi) Awal Tingkat Kemandirian Pasien ... 59
Tabel 4.2. Evaluasi Kemampuan ADL dan Kemandirian Pasien Setelah
Dilakukan Intervensi Keperawatan dengan Terapi Musik ............... 61
DAFTAR DIAGRAM
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
Jika ada yang namanya sehat jiwa maka tidak dapat dipungkiri adanya sakit jiwa
atau terjadinya gangguan pada jiwa. The American Psychiatric Association
(APA, 1994) dalam Prabowo (2015) mengatakan bahwa gangguan jiwa sebagai
sindrom atau pola psikologis atau pola prilaku yang penting secara klinis, terjadi
pada individu dan sindrom tersebut dihubungkan dengan adanya distress,
disabilitas, atau disertai peningkatan resiko secara bermakna untuk mati, sakit,
ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan.
1
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
2
Salah satu diagnosis medis yang paling banyak terjadi pada pasien dengan
gangguan jiwa adalah skizofrenia, Morrison and Valfre (2017) menyatakan
Skizofrenia adalah suatu kelompok penyakit yang berhubungan dengan
perilaku. Skizofrenia dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok yang berbeda
berdasarkan gambaran klinis. Meskipun banyak orang memiliki gejala lebih
dari satu jenis, diagnosis dibuat berdasarkan gejala atau perilaku yang paling
menonjol.
Menurut Depkes RI (2000) dalam Direja (2011) isolasi sosial ialah suatu
gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak
fleksibel menimbulkan perilaku mal adaptif dan mengganggu fungsi dalam
berhubungan sosial. Nanda-I (2012) menyebutkan Isolasi sosial ialah
merupakan kesepian yang di alami oleh individu dan dirasakan saat didorong
oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negatif atau mengancam.
Beberapa data gangguan jiwa yang terjadi pada masyarakat lokal, nasional
ataupun dunia menunjukkan terdapat banyak jumlah masyarakat yang
mengalami gangguan. Dari data WHO (2016) menyatakan terdapat sekitar 35
juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena
skizofrenia, serta 47,5 juta terkena demensia. Bahkan faktanya, satu dari empat
orang dewasa akan mengalami masalah kesehatan jiwa pada satu waktu dalam
hidupnya (Depkes, 2017).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) didapakan prevalensi gangguan jiwa berat
pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI
Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi RT yang
pernah memasung ART gangguan jiwa berat 14,3 persen dan terbanyak pada
penduduk yang tinggal di perdesaan (18,2%), serta pada kelompok penduduk
dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah (19,5%).
Data salah satu Rumah Sakit Jiwa di Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa
sepanjang tahun 2013 terdapat 49 kasus pemasungan di Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Tengan. Adapun yang dilansir oleh Radar Banjarmasin pada Jumat
27 januari 2017 ditemukan di Banjarmasin dua orang dipasung karena
mengalami gangguan jiwa. Data ini merupakan hanya sebagian dari
pemasungan yang ditemukan, tidak dapat dipungkiri masih banyak penderita
gangguan jiwa yang masih dipasung, disembunyikan, dan diisolasi, serta
dikucilkan oleh keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu kendala dalam
penyembuhan pasien dengan gangguan jiwa ialah kurangnya pengetahuan
keluarga dan masyarakat.
Data yang diperoleh dari Rekam medik RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
menyebutkan bahwa pada tahun 2014 jumlah penderita yang mengalami
gangguan jiwa untuk rawat inap khusunya di ruang Giok sebanyak 180 orang.
Pada tahun 2015 jumlah penderita yang mengalami gangguan jiwa untuk rawat
inap sebanyak 150 orang. Pada tahun 2016 jumlah penderita yang mengalami
gangguan jiwa untuk rawat inap sebanyak 70 orang, dengan diagnosis medis
skizofrenia paranoid diurutan pertama dalam sepuluh besar penyakit terbanyak
pasien rawat inap dengan jumlah persentasi 27,1%, diurutan kedua diisi
skizofrenia tak terinci 24,2%, skizofrenia hebefrenik 18,6%, kemudian
gangguan psikotik lir-skizofenia akut 7,1%, skizofrenia residual dengan
persentasi 5,7%, gangguan afektif bipolar episode kinimanik 4,2%, gangguan
skizoaktif tife maniak 3 4,2%, skizofrenia katatonik 2,8%, gangguan mental dan
perilaku berat 2,8%, dan gangguan psikotik akut dan sementara lainnya 2,8%
(Diklitbang RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh, 2017).
Pada kasus yang penulis temukan di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh pada
periode April 2017 diagnosis yang terbanyak untuk pasien ruang Giok adalah
Skizofrenia. Pada fase akut skizofrenia kebanyakan penderita dikucilkan,
menderita depresi yang hebat, dan tidak dapat berfungsi sebagaimana layaknya
orang normal dalam lingkungannya sedangkan pada fase kronis penderita
kehilangan karakter dalam kehidupan sosial yang dapat mengakibatkakn isolasi
sosial.
Untuk kasus temuan penulis pada saat berdinas di RSUD Dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin didapatkan seorang klien yang isolasi sosial dengan riwayat
pengalaman masa lalu dengan dikurung selama 6 tahun, hal tersebut
diidentifikasi merupakan salah satu hal yang mengakibatkan klien mengalami
isolasi sosial.
Berdasarkan uraian diatas isolasi sosial adalah perilaku klien yang cenderung
menyendiri dan sulit untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, ditandai
dengan gejala awal perasaan tidak percaya diri sehingga klien berperilaku
menutup diri dan menarik diri dari lingkungannya. Klien dengan perilaku isolasi
sosial ini membutuhkan motivasi dan latihan sebagai stimulus untuk
mengembalikan kemampuan fungsional dan psikososialnya. Salah satu bentuk
stimulus yang dapat diberikan untuk meningkatkan motivasi dan emosi klien
adalah dengan pemberian terapi musik.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Terjemahan dari kalimat diatas yaitu Isolasi sosial lazim terjadi pada klien
dengan skizofrenia, sebagian sebagai akibat tanda positif seperti delusi,
hallusinasi, dan hilangnya batas ego. Berkaitan dengan hal lainnya sulit bila
konsep diri seseorang tidak jelas. Klien juga memiliki masalah dengan
7
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
8
Sementara itu, dalam Al-Qur’an sendiri telah dijelaskan bahwa pada zaman
Nabi, skizofrenia (gangguan jiwa) sudah ada, meskipun demikian terhadap
masalah gangguan jiwa, ada suatu upaya untuk mencapai suatu kondisi
yang memungkinkan perkembangan optimal bagi individu secara fisik
intelektual dan emosional, sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan
kepentingannya. Seperti dalam firman Allah SWT Surat Hud (11) ayat
54.
Terjemahnya:
Kami hanya mengatakan bahwa sebagian sesembahan kami telah
menimpakan penyakit gila atas dirimu.” Dia (Hud) menjawab,
“sesunggunya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah bahwa aku
berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. (Q.S Hud 11:54)
Maksud dari ayat tersebut diatas adalah tidak ada satupun yang mampu untuk
melimpahkan suatu penyakit atas diri seseorang selain Allah SWT. Penyakit
gila yang diturunkan dari orang-orang yang memang dikehendaki gila oleh
Allah SWT. Mereka mempersekutukan Allah, mempercayai dan meyakini hal-
hal yang berhubungan dengan kemusyrikan mereka ditimpahkan penyakit gila
perilaku kekerasan skizofrenia kerena adanya pelanggaran norma dan agama
yang telah mereka lakukan. Hati mereka jauh dari Allah dan keimanan mereka
a. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus
dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas
perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat
masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat
pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam
menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi,
kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh
pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidak
percayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku
curiga pada orang lain maupun lingkungan dikemudian hari.
Komunikasi yang hangat penting dalam masa ini, agar anak
tidak merasa diperlakukan sebagai objek.
b. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan
jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga
yang anggota keluarganya ada yang menderita skizofrenia.
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan
merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan
berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-
norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran
ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan
struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
Respon Respon
Adaptif Maladaptif
Menyendiri Kesepian
Manipulasi
Otonomi Menarik diri
Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan
Narsisme
Saling
ketergantungan
b. Respon Maladaptif
Respon maladaftif adalah respon individu dalam penyelesaian
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial dan
budaya yang umum berlaku dan tidak lazim dilakukan oleh
semua orang. Respon ini meliputi:
1) Kesepian adalah individu sulit merasa minim, merasa takut
dan cemas.
2) Isolasi sosial adalah individu mengalami kesulitan dalam
membina hubungan dengan orang lain.
3) Ketergantungan akan terjadi apabila individu gagal
mengembangkan rasa percaya diri akan kemampuannya.
4) Manipulasi adalah individu memperlakukan orang lain
sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah
pengendalian orang lain, dan individu cenderung
berorientasi pada diri sendiri.
5) Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan
sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman dan tidak
dapat diandalkan.
6) Narsisme adalah individu mempunyai harga diri yang
rapuh, selalu berusaha untuk mendapatkan penghargaan
dan pujian yang terus menerus, sikapnya egosentris,
pencemburu, dan marah jika orang lain tidak
mendukungnya.
Pelaksanaan proses keperawatan jiwa bersifat unik, karena sering kali pasien
memperlihatkan gejala yang berbeda untuk kejadian yang sama, masalah pasien
tidak dapat dilihat secara langsung, dan penyebabnya bervariasi. Pasien banyak
yang mengalami kesulitan menceritakan permasalah yang dihadapi, sehingga
tidak jarang pasien menceritakan hal yang sama sekali berbeda dengan yang
dialaminya. Perawat jiwa dituntut memiliki kejelian yang dalam saat melakukan
asuhan keperawatan. Proses keperawatan jiwa dimulai dari pengkajian
(termasuk analisis data dan pembuatan pohon masalah), perumusan diagnosis,
pembuatan kriteria hasil, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Fortinash,
1995).
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian sebagai tahap awal proses keperawatan meliputi
pengumpulan data, analisis data, dan perumusan masalah pasien. Data
yang dikumpulkan adalah data pasien secara holistik, meliputi aspek
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Stuart dan Sundeen (2002) dalam Yusuf et al (2015) menyebutkan
bahwa faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor,
sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki pasien adalah
aspek yang harus digali selama proses pengkajian.
Secara lebih terstruktur pengkajian kesehatan jiwa meliputi hal berikut
2.2.1.1 Identitas pasien
a. Perawat yang merawat pasien melakukan perkenalan dan
kontak dengan pasien tentang: nama perawat, nama pasien,
panggilan perawat, panggilan pasien, tujuan, waktu, tempat
pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
b. Usia dan No. RM dapat dengan melihat rekam medis.
c. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat.
2.2.1.2 Keluhan utama/alasan masuk
Tanyakan kepada pasien/keluarga pertanyaan berikut.
a. Apa yang menyebabkan pasien/keluarga datang ke RS saat
ini
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga mengatasi masalah
ini
c. Bagaimana hasilnya.
2.2.1.3 Faktor predisposisi
a. Gangguan tugas perkembangan
g. Waham.
1) Agama: keyakinan pasien terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan secara berulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
2) Somatik: pasien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya
dan dikatakan secara berulang yang tidak sesuai dengan
kenyataan.
3) Kebesaran: pasien mempunyai keyakinan berlebihan
terhadap kemampuannya yang disampaikan secara
berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
4) Curiga: pasien mempunyai keyakinan bahwa ada
seseorang atau kelompok, yang berusaha merugikan atau
mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang
dan tidak sesuai dengan kenyataan.
5) Nihilistik: pasien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal yang dinyatakan secara berulang, tidak
sesuai kenyataan.
Waham yang aneh (bizarre) antara lain sebagai berikut.
1) Sisip pikir: pasien yakin ada ide pikiran orang lain yang
disisipkan di dalam pikiran yang disampaikan secara
berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
2) Siar pikir: pasien yakin bahwa orang lain mengetahui
apa yang dia pikirkan walaupun dia tidak menyatakan
kepada orang tersebut yang dinyatakan secara berulang
dan tidak sesuai dengan kenyataan.
3) Kontrol pikir: pasien yakin pikirannya dikontrol oleh
kekuatan dari luar.
h. Jelaskan apa yang dikatakan oleh pasien pada saat
wawancara.
g. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
2.2.1.21Tingkat kesadaran
2.2.4 Intervensi
Untuk membina hubungan saling percaya dengan klien isolasi sosial
perlu waktu yang tidak sebentar. Perawat harus konsisten bersikap
terapiutek pada klien. Selalu penuhi janji, kontak singkat tapi sering dan
penuhi kebutuhan dasarnya adalah upaya yang bisa dilakukakan.
Menurut Trimeilia (2011) perencanaan tindakan keperawatan terdiri dari
tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan intervensi
keperawatan. Rencana tindakan keperawatan pada klien dengan masalah
utama isolasi sosial adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Umum (TUM)
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara optimal
b. Tujuan Khusus (TUK)
1) Klien dapat mebina hubungan saling percaya
Kriteria Hasil:
a) Klien dapat menunjukkan ekspresi wajah bersahabat
b) Menunjukkan rasa sayang
c) Ada kontak mata
2.2.5 Implementasi
2.2.5.1 Strategi Pelaksanaan klien:
a. Strategi Pelaksanaan 1 untuk klien:
1) Mengidentifikasi penyebab isolasi pasien, siapa
yang serumah, siapa yang dekat, siapa yang tidak
dekat, dan apa penyebabnya.
2) Mendiskusikan dengan pasien tentang keuntungan
punya teman dan bercakap-cakap
2.2.6 Evalusi
Menurut Trimeilia (2011) evaluasi di lakukan dengan ber fokus
pada perubahan prilaku klien setelah diberikan tindak an
keperawatan. Keluarga juga perlu di evaluasi karena me rupakan
sistem pendukung yang penting.
2.2.6.1 Apakah klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial
imajinasi dan pikiran kreatif. Musik dapat mempengaruhi sistem imun, sistem
saraf, sistem endokrin, sistem pernafasan, sistem metabolik, sistem
kardiovaskuler dan beberapa sistem lainnya dalam tubuh. Berdasarkan hasil
penelitian ilmiah tersebut, dinyatakan bahwa musik dapat digunakan untuk
membantu penyembuhan beberapa penyakit seperti insomnia, stress, depresi,
nyeri, hipertensi, obesitas, parkinson, epilepsi, kelumpuhan, aritmia kanker,
psikosomatis, mengurangi rasa nyeri saat melahirkan (Bassano, 2012). Syarat
pemberian terapi musik yaitu terapi yang diberikan oleh terapis musik yang
menggunakan teknik pendekatan teknik musik improfisasi dengan kemahiran
yang dimiliki dalam bermain dan memahami musik. Karena dalam improvisasi,
terapi harus menerjemahkan kebebasan yang dialami oleh klien (Djohan,2006).
2.3.3.2 Duduk yang nyaman atau berbaring, tutup kedua belah mata.
Posisi ini mengijinkan suatu informsi yang harmonis untuk
bekerja di otak
2.3.3.3 Lama mendengar musik lebih kurang 15-20 menit sudah
cukup
2.3.3.4 Pelaksanaan terapi musik dapat dilakukan pada pagi hari atau
malam hari sebelum tidur, dapat juga musik sepanjang malam
volume sangat rendah
Menurut Hardywinito & Setiabudi (2005), ADL dibagi atas beberapa macam,
yaitu: (1) ADL dasar, merupakan keterampilan dasar yang harus dimilik oleh
seseorang meliputi berpakaian, makan, minum, toileting, mandi dan berhias
diri. (2) ADL instrumental merupakan keterampilan yang berhubungan dengan
Terjemahnya:
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika
kamu orang-orang yang beriman.
Ayat tersebut dengan jelas memaparkan bahwa setiap manusia dituntut untuk
mampu menolong dirinya sendiri. Konsep swakarya sebagai indikasi dan
kemandirian harus dimiliki oleh setiap orang agar mampu menopang
kesejahteraan hidupnya. Karena pada dasarnya keberhasilan adalah merupakan
buah dan hasil usaha dan kemampuan diri sendiri. Jadi, kemandirian adalah
kemampuan yang dimiliki seseorang untuk berdiri di atas kaki sendiri serta
mampu mengurus dirinya sendiri dalam usaha melangsungkan dan
mempertahankan hidup.
BAB 3
METODOLOGI
52
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
53
pemberian terapi musik. Diukur berdasarkan dari 4 macam ADL yaitu ADL
dasar, ADL instrumental, ADL vokasional dan ADL non vokasional. ADL
dasar yang harus dimiliki oleh seseorang seperti mandi, berpakaian, toileting,
berpindah, kontinen, makan. ADL instrumental merupakan keterampilan yang
berhubungan dengan penggunaan alat seperti mengetik, menulis memasak,
menyapu. ADL vokasional merupakan keterampilan yang berhubungan dengan
pekerjaan atau kegiatan sekolah seperti menggambar dan mewarnai. ADL non
vokasional merupakan aktivitas yang bersifat rekreasi, hobi, dan mengisi waktu
luang seperti bersepeda, berenang.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada studi kasus ini peneliti menggunakan Ruang Giok yaitu ruang
perawatan jiwa bagi wanita dewasa yang diterima langsung setelah
pasien datang dari UGD. Jumlah pasien yang ada di ruangan berubah
setiap hari karena Ruang Giok merupakan ruang dimana pasien
kapanpun datang dari UGD dan akan segera di alih rawat setelah kondisi
klien mulai stabil.
Bangunan Ruang Giok terdiri dari 1 kamar tidur pasien dengan kapasitas
20 tempat tidur, 3 kamar mandi klien, 1 kamar mandi perawat, 1 ruang
kepala ruangan, 1 ruang untuk mahasiswa, 1 ruang utama yang terdiri
dari 4 meja makan dengan 8 kursi panjang, 1 meja perawat dengan 6
kursi, sofa untuk tamu dan halaman di depan Ruang Giok.
57
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
58
klien islam, klien merupakan orang dengan suku Banjar dan berbangsa
Indonesia. Klien masuk RS pada tanggal 9 April 2017 dengan diagnosis
medis F.20.0 (Skizofrenia Paranoid) dan memiliki nomor rekam medik
22-05-XX.
Dilihat dari buku status klien, klien diantar oleh keluarga pada 9 April
2017 untuk berobat karena penyakit klien kambuh, klien tidak mau
bicara sejak 3 hari yang lalu, menyendiri dan banyak melamun, klien juga
tidak mau makan, tidak mau minum, tidak mau mandi, dan mengamuk 1
kali karena ada bayangan yang menyuruhnya.
Prosentase Kemampuan
Aspek yang dinilai pada berdasarkan tingkat Tingkat
subyek kemandirian Kemandirian
M P T
ADL Dasar 30% 58% 12%
ADL Instrumental 0 10% 90%
ADL Vokasional 0 71% 29% Partial Care
ADL Non Vokasional 0 100% 0
Kemampuan ADL Total 7.50% 59.75% 32.75%
60
50
40
32.75 %
30
20
10 7.50 %
0
Minimal Care Partial Care Total Care
Kemampuan ADL Total
Prosentase Kemampuan
berdasarkan tingkat Tingkat
Hari Aspek yang dinilai
kemandirian Kemandirian
M P T
ADL Dasar 30% 58% 12%
ADL Instrumental 0 10% 90%
ADL Vokasional 0 71% 29%
Ke – 1 ADL Non Vokasional 0 100% 0 Partial care
Kemampuan ADL
7.50% 59.75% 32.75%
Total
ADL Dasar 30% 63% 7%
ADL Instrumental 0 47% 53%
ADL Vokasional 0 89% 11%
Ke – 2
ADL Non Vokasional 0 100% 0 Partial care
Kemampuan ADL
7.50% 74.75% 17.75%
Total
ADL Dasar 75% 25% 0
ADL Instrumental 59% 41% 0
ADL Vokasional 42% 34% 24% Minimal
Ke – 3
ADL Non Vokasional 81% 19% 0 care
Kemampuan ADL
64.25% 29.75% 6%
Total
70 64.25 %
59.75 %
60
50
40 32.75 %
29.75 %
30
17.75 %
20
7.50 % 7.50 % 6.00 %
10
0
Hari Ke – 1 Hari Ke - 2 Hari Ke - 3
Kemampuan ADL Total
4.2 Pembahasan
Hasil penelitian tentang perubahan aktivitas sehari-hari (ADL) pada pasien
isolasi sosial diperoleh hasil adanya perubahan kemampuan dan tingkat
kemandirian antara sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik.
Pada subyek, kemampuan ADL (Activity daily Living) pasien dengan tingkat
kemandirian Partial Care. Setelah pemberian terapi musik sampai hari ke-3,
kemampuan ADL dan tingkat kemandirian pasien menjadi Minimal care. Hal
ini terjadi karena subyek sebelumnya sudah pernah dirawat dan pernah
mendapatkan terapi TAK sehingga motivasi dalam dirinya meningkat.
Disamping itu usia subyek relatif lebih muda sehingga memungkinkan untuk
lebih mudah beradaptasi dan mudah dalam mengikuti terapi yang diberikan.
Pemilihan musik yang tepat sesuai dengan jiwa muda subyek sehingga
pemberian terapi musik dapat kembali meningkatkan emosi dan motivasi klien.
Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Djohan (2005) bahwa terapi
musik dapat membantu mengekpresikan perasaan, membantu rehabilitasi atau
memulihkan permasalahan dan ketegangan fisik dan psikologis. Pemberian
terapi musik dalam intervensi keperawatan pasien isolasi sosial akan berdampak
positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi, serta meningkatkan memori.
Musik digunakan sebagai koordinasi gerakan sebagai stimulus dalam latihan
fisik berdasarkan mekanisme fisiologis seperti stimulasi pola sensori sebagai
pola gerak klien, konsep gerak musik yang berkenaan dengan memainkan alat
musik untuk melatih fungsi fisik seperti jari, tangan lengan, pundak, kaki, dan
otot motorik. Musik mampu menjadi sarana penting untuk menstimulasi dan
memupuk motivasi dalam pengembangan aktivitas seseorang, terutama dalam
melakukan aktivitas.
Ilmuan Arab, Abu Nasr al-Farabi (873-950M) dalam bukunya “Great Book
About Music”, mengatakan bahwa musik dapat membuat rasa tenang, sebagai
pendidikan moral, mengendalikan emosi, pengembangan spiritual,
menyembuhkan gangguan psikologis. Hal ini didasarkan pada pengalamannya
dalam menggunakan musik sebagai terapi. Terapi musik banyak digunakan oleh
psikolog maupun psikiater untuk mengatasi berbagai macam gangguan
kejiwaan, gangguan mental atau gangguan psikologis. Hal ini juga diperkuat
dengan pendapat Mary Bassano (2009) bahwa musik dapat membangkitkan
semangat dan ketenangan.
Sementara itu menurut Al-Qur’an Surah Hud ayat 11 dimaksudkan bahwa tidak
satupun yang mampu untuk melimpahkan suatu penyakit atas diri seseorang
selain Allah SWT. Penyakit gangguan jiwa yang diturunkan dari orang-orang
yang memang dikehendaki gila oleh Allah SWT. Namun, peran perawat adalah
tetap menguatkan dan meningkatkan kemampuan diri pasien agar dia tetap
mampu memenuhi kebutuhan sehari-harinya secara mandiri. Peningkatan
aktifitas kemandirian pasien ini juga sesuai dalam pandangan Islam, setiap
manusia dituntut untuk mampu mandiri dalam mengurus dirinya sendiri agar
mampu menopang kesejahteraan hidupnya seperti yang terdapat dalam Al-
Qur’an Surah Ali Imran ayat 139.
4.3 Keterbatasan
Dalam studi kasus ini penulis menemui hambatan sehingga menjadi
keterbatasan dalam penyusunan studi kasus ini. Beberapa keterbatasan ini
adalah:
4.3.1 Penempatan ruangan yang ditentukan tidak mendukung proses terapi
yang dilakukan.
4.3.2 Peneliti tidak bisa melakukan observasi setelah jam dinas selesai
sehingga pengukuran ADL kurang optimal.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan paparan fokus studi dan pembahasan tentang kemampuan dan
kemandian subyek terkait aktivitas sehari-hari (ADL) pada pasien isolasi sosial
setelah dilakukan intervensi keperawatan dapat disimpulkan bahwa: dari
indikator kemampuan aktivitas yang diidentifikasi dari ADL dasar, vokasional
dan non vokasional diketahui bahawa ada perubahan kemampuan menjadi lebih
baik (meningkat) dan tingkat kemandirian dari parsial berubah ke minimal care.
Sebelum dilakukan intervensi keperawatan dengan terapi musik skor
kemampuan pasien lebih dominan pada tingkat ketergantungan partial care dan
setelah 3 kali intervensi secara berturut-turut, skor kemampuan pasien
meningkat dan bergeser ke tingkat kemandirian minimal care.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Perawat dan Rumah Sakit
Dapat memberikan sarana untuk dilakukan terapi musik sehingga
efektifitas terapi musik dapat berjalan secara optimal. Perlu adanya
pengawasan secara konsisten dalam pemberian terapi musik sehingga
terapi musik dapat berjalan optimal.
5.2.2 Bagi Pengembangan dan Penelitian selanjutnya
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar pengembangan model-
model terapi lainnya khususnya dalam menangani pasien isolasi sosial
dalam asuhan keperawatan.
5.2.3 Bagi penulis selanjutnya
Diharapkan penulis selanjutnya dapat mengaplikasikan terapi musik
pada kasus lainnya dan dapat mengaplikasikan evidence based nursing
practice lain yang dapat meningkatkan kemandirian klien.
DAFTAR RUJUKAN
Baradero, M., Dayrit, M.W. & Maratning, A. (2016). Kesehatan Mental Psikiatri:
Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Damaiyanti, M., & Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama
Djohan. (2006). Terapi Musik, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galang press.
Farida K & Yudi H. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.
Fitria N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A.A.A. (2008). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.
Kasim, F. (2008).Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 43, 2008, PT. ISFI
Penerbitan, Jakarta: Indonesia.
Keliat & Akemat. (2004). Keperawatan Jiwa. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
O’brien, P.G., Kennedy, Z.W. & Ballard, K.A. (2014). Keperawatan Kesehatan
Jiwa Psikiatrik: Teori & Praktik. Jakarta: EGC
Rumah Sakit Umum Daerah DR.H.Moch. Ansari Saleh. (2017). Buku laporan
Catatan ruang Giok . Banjarmasin: RSUD DR.H.Moch. Ansari Saleh
Rumah Sakit Umum Daerah DR.H.Moch. Ansari Saleh. (2017). Data Rekam Medik
RSUD DR.H.Moch. Ansari Saleh. Banjarmasin: RSUD DR.H.Moch. Ansari
Saleh
Stuart & Sundeen. (2002). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi \Indonesia. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Trimelia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial . Jakarta: Trans Info
Medika
Yusuf, A., Fitryasari, R. & Nihayati, H.E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika