Anda di halaman 1dari 81

i

PENERAPAN TERAPI MUSIK UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN


PASIEN ISOLASI SOSIAL DALAM AKTIVITAS SEHARI-HARI
DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN
(STUDI KASUS)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
NOOR AZIZAH
NPM. 1614401120119

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D.3 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2019

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
ii

PENERAPAN TERAPI MUSIK UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN


PASIEN ISOLASI SOSIAL DALAM AKTIVITAS SEHARI-HARI
DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN
(STUDI KASUS)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan


Pada Program Studi D.3 Keperawatan

Oleh :
NOOR AZIZAH
NPM. 1614401120119

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D.3 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2019

ii
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Tulis Ilmiah ini berjudul Penerapan Terapi Musik Untuk Meningkatkan
Kemandirian Pasien Isolasi Sosial dalam Aktivitas Sehari-Hari di RSUD dr. H.
Moch Ansari Saleh Banjarmasin (Studi Kasus), yang dibuat oleh Noor Azizah
(NPM.1614401120119), telah mendapatkan persetujuan dari para pembimbing
untuk diujikan pada Ujian Sidang Karya Tulis Ilmiah Fakultas Keperawatan dan
Ilmu Kesehatan Program Studi D.3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin.

Banjarmasin, 20 Juli 2019

Pembimbing 1,

_______(Nama)_______
(NIDN)

Pembimbing 2,

_______(Nama)_______
(NIDN)

Mengetahui,
Ketua Program Studi D.3 Keperawatan

_______(Nama)_______
(NIDN)

iii
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Karya Tulis Ilmiah ini berjudul Penerapan Terapi Musik Untuk Meningkatkan
Kemandirian Pasien Isolasi Sosial Dalam Aktivitas Sehari-Hari di RSUD dr. H.
Moch Ansari Saleh Banjarmasin (Studi Kasus), yang dibuat oleh Noor Azizah
(NPM.1614401120119), telah diujikan di depan tim penguji pada Ujian Sidang
Karya Tulis Ilmiah Program Studi D.3 Keperawatan pada tanggal 3 Agustus 2019

Tim Penguji:
Penguji 1,

_______(Nama)_______
(NIDN)
Penguji 2,

_______(Nama)_______
(NIDN)
Penguji 3,

_______(Nama)_______
(NIDN)

Mengetahui,
Ketua Program Studi D.3 Keperawatan

_______(Nama)_______
(NIDN)

Mengesahkan
Dekan FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

_______(Nama)_______
(NIDN)

iv
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
v

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini:


Nama mahasiswa : Noor Azizah
NPM : 1614401120119
Prodi : D.3 Keperawatan
Judul KTI : Penerapan Terapi Musik Untuk Meningkatkan
Kemandirian Pasien Isolasi Sosial Dalam Aktivitas Sehari-
Hari di RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
(Studi Kasus)

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah ini merupakan hasil
karya cipta saya sendiri dan bukan plagiat, begitu pula hal yang terkait di dalamnya
baik mengenai isinya, sumber yang dikutip/dirujuk, maupun teknik di dalam
pembuatan dan penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Pernyataan ini akan saya pertanggung jawabkan sepenuhnya, apabila di kemudian


hari terbukti bahwa karya tulis ilmiah ini bukan hasil karya cipta saya atau plagiat
atau jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.

Dibuat di : Banjarmasin
Pada tanggal : 30 Juli 2019

Saya yang menyatakan,

Matrai

Noor Azizah

Kutipan UU No.20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional:


Pasal 25 (2) : Lulusan Perguruan Tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk memperoleh gelar
akademik, profesi, atau vokasi terbukti merupakan jiblakan akan dicabut gelarnya.
Pasal 70 : Lulusan Perguruan Tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk mendapatkan
gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (2)
terbukti merupakan jiblakan dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp.2000.000.000 (dua ratus juta rupiah).

v
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
vi

PENERAPAN TERAPI MUSIK UNTUK MENINGKATKAN


KEMANDIRIAN PASIEN ISOLASI SOSIAL DALAM AKTIVITAS
SEHARI-HARI DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH
BANJARMASIN
(STUDI KASUS)

Noor Azizah1, (Pembimbing 1)2, (Pembimbing 2)3


1
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
2
(asal instansi pembimbing 1)
3
(asal instansi pembimbing 2)
Email: noorazizah@gmail.com

ABSTRAK

Isolasi sosial merupakan perilaku menghindari interaksi dengan orang lain, menyendiri dan
sulit untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, ditandai dengan perasaan tidak
percaya diri dan menutup diri dari lingkungannya. Pasien dengan isolasi sosial, perlu
diberikan stimulus, salah satunya dengan pemberian terapi musik. Musik dapat
meningkatkan motivasi pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Activity Daily
Living/ADL). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kemandirian pasien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sebelum dan sesudah
dilakukan terapi musik. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode
pendekatan studi kasus. Subyek dalam penelitian ini adalah satu orang pasien isolasi sosial
di Ruang Giok RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin. Kriteria subyek sudah mulai
kooperatif, isi pembicaraan dapat dipahami, tidak mengalami gangguan pendengaran,
menyukai musik dan belum pernah mendapatkan terapi musik sebelumnya. Penerapan
terapi musik dilakukan pada bulan Juni 2019. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan observasi menggunakan lembar observasi ADL. Analisis Kemandirian ADL
dilakukan secara deskriptif dan diukur berdasarkan ADL keterampilan dasar, ADL
instrumental, ADL vokasional dan ADL non vokasional. Hasil analisis dikategorikan
menjadi minimal care, partial care dan total care. Kategori ditentukan berdasarkan
prosentase (%) terbanyak dari kemampuan ADL yang dicapai subyek. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada perubahan kemampuan ADL menjadi lebih baik dan tingkat
kemandirian pasien dari partial care ke minimal care setelah pemberian terapi musik.
Rekomendasi perlu konsistensi perawat pengawasan dalam melakukan terapi musik untuk
meningkatkan motivasi meningkatkan kesehatan jiwa pasien.

Kata kunci: Activity Daily Living, Kemandirian, Terapi Musik

vi
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
vii

KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah SWT, atas segala limpahan kasih sayangNya.
Shalawat serta salam mudah-mudahan senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW. Alhamdulillahirobbil ‘alamin Puji dan Syukur kehadirat Allah
SWT, atas anugerah dan petunjuk yang diberikan. Karena izin Allah penulis dapat
menyusun karya tulis ilimiah ini dengan judul “……………………………….”.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilimiah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun agar pelaksanaan penelitian ini nantinya menjadi lebih baik dan dapat
bermanfaat. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bpk. Solikin, Ns., M.Kep., Sp. KMB selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin beserta para Wakil
Dekan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengenyam
pendidikan di Program Studi D.3 Keperawatan
2. Ibu Noor Amaliah, Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi D.3 Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin yang telah memfasilitasi jalannya
karya tulis ilimiah ini.
3. Bpk/Ibu…………………. selaku pembimbing utama sekaligus penguji 1,
yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran dan masukan sehingga
penulis dapat melaksanakan seminar karya tulis ilimiah ini.
4. Bpk/Ibu…………………. selaku pembimbing pendamping sekaligus penguji
2 yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan selama penulisan
karya tulis ilimiah ini.
5. Bpk/Ibu…………………. selaku penguji 3 yang telah memberikan
bimbingan, saran dan masukan selama penulisan karya tulis ilimiah ini.
6. Pihak Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin yang telah memberikan data yang
diperlukan untuk studi pendahuluan.
7. Karyawan RSUD Ulin Banjarmasin, terima kasih atas izin, dukungan dan
bantuan yang diberikan dalam pencarian data di karya tulis ilimiah ini.

vii
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
viii

8. Responden dan keluarga yang telah bersedia memberikan informasi dan


meluangkan waktu untuk terlibat dalam karya tulis ilmiah ini.
9. Civitas akademika dan teman-teman Program Studi D.3 Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, yang selalu berbagi pengetahuan
dan motivasi.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini,
saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Banjarmasin, 25 Juli 2019

Penulis

viii
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
ix

DAFTAR ISI
Contents
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI .................................................................. iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
2.1 Konsep Isolasi Sosial ................................................................................ 7
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Isolasi Sosial ............................... 17
2.3 Konsep Terapi Musik ............................................................................. 41
2.4 Kemandirian dan Aktivitas Sehari-hari .................................................. 47
BAB 3 METODOLOGI ........................................................................................ 52
3.1 Rancangan/Desain KTI .......................................................................... 52
3.2 Subyek Studi Kasus dan Fokus Studi ..................................................... 52
3.3 Definisi Operasional ............................................................................... 52
3.4 Tempat dan Waktu Studi Kasus ............................................................. 53
3.5 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ............................................. 53
3.6 Pengolahan dan Penyajian Data ............................................................. 54
3.7 Etika Studi Kasus ................................................................................... 55
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 57
4.1 Hasil Studi Kasus ................................................................................... 57
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 62
4.3 Keterbatasan ........................................................................................... 64
BAB 5 PENUTUP................................................................................................. 65
5.1 Simpulan ................................................................................................. 65
5.2 Saran ....................................................................................................... 65
DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................... 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………….69

ix
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Rentang Respon Hubungan Sosial ................................................. 13


Gambar 2.2. Skema Pohon Masalah Isolasi Sosial ............................................. 31

x
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Hasil Pengkajian (Observasi) Awal Tingkat Kemandirian Pasien ... 59
Tabel 4.2. Evaluasi Kemampuan ADL dan Kemandirian Pasien Setelah
Dilakukan Intervensi Keperawatan dengan Terapi Musik ............... 61

Contoh KTI D3 Keperawatan xi


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
xii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1. Hasil Pengkajian (Observasi) Awal Tingkat Kemandirian


Pasien ........................................................................................... 73
Diagram 4.2. Hasil Evaluasi Tingkat Kemandirian Pasien ................................ 75

xii

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengambilan Data


Lampiran 2. Data 10 Penyakit Jiwa Terbanyak Ruang Giok
Lampiran 3. Jadwal Dinas KTI
Lampiran 4. Lembar Observasi
Lampiran 5. Lembar Konsultasi

xiii

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


WHO (World Healthy Organitation) merupakan organisasi induk kesehatan
yang mendifinisikan sehat sebagai suatu keadaan baik fisik, mental, dan sosial
secara penuh, dan bukan karena tidak ada penyakit. Selain itu Undang-undang
No 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan dalam Prabowo (2015) menyatakan
bahwa sehat merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Dari definisi yang dikemukakan oleh WHO dan Undang-undang No 23 Tahun


1992 Tentang Kesehatan dimana keadaan baik mental atau jiwa merupakan
salah satu unsur yang tidak dapat dipisah dari seorang manusia untuk dapat
dikatakan sehat. Sedangkan kesehatan jiwa sendiri menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 adalah kondisi dimana seorang
individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberi kontribusi untuk
komunitasnya. Sedangkan menurut WHO dalam Direja (2012) mengatakan
bahwa kesehatan jiwa merupakan berbagai karakeristik positif yang
menggambarkan keselaran dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan kepribadian.

Jika ada yang namanya sehat jiwa maka tidak dapat dipungkiri adanya sakit jiwa
atau terjadinya gangguan pada jiwa. The American Psychiatric Association
(APA, 1994) dalam Prabowo (2015) mengatakan bahwa gangguan jiwa sebagai
sindrom atau pola psikologis atau pola prilaku yang penting secara klinis, terjadi
pada individu dan sindrom tersebut dihubungkan dengan adanya distress,
disabilitas, atau disertai peningkatan resiko secara bermakna untuk mati, sakit,
ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan.

1
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
2

Salah satu diagnosis medis yang paling banyak terjadi pada pasien dengan
gangguan jiwa adalah skizofrenia, Morrison and Valfre (2017) menyatakan
Skizofrenia adalah suatu kelompok penyakit yang berhubungan dengan
perilaku. Skizofrenia dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok yang berbeda
berdasarkan gambaran klinis. Meskipun banyak orang memiliki gejala lebih
dari satu jenis, diagnosis dibuat berdasarkan gejala atau perilaku yang paling
menonjol.

Herman (2008) dalam Direja (2011) mendifinisikan Skizofrenia ialah suatu


penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa,
emosi, dan perilaku sosial. Pada orang dengan gangguan skizofrenia terdapat
kerusakan fungsi otak secara perlahan yang dapat menimbulkan kegagalan
berfikir. Beberapa penderita dengan skizofrenia kebanyakan didapati bahwa
mereka dikucilkan dari lingkungan. Hal ini yang mendorong seseorang
melakukan isolasi sosial pada lingkungannya.

Menurut Depkes RI (2000) dalam Direja (2011) isolasi sosial ialah suatu
gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak
fleksibel menimbulkan perilaku mal adaptif dan mengganggu fungsi dalam
berhubungan sosial. Nanda-I (2012) menyebutkan Isolasi sosial ialah
merupakan kesepian yang di alami oleh individu dan dirasakan saat didorong
oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negatif atau mengancam.

Beberapa data gangguan jiwa yang terjadi pada masyarakat lokal, nasional
ataupun dunia menunjukkan terdapat banyak jumlah masyarakat yang
mengalami gangguan. Dari data WHO (2016) menyatakan terdapat sekitar 35
juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena
skizofrenia, serta 47,5 juta terkena demensia. Bahkan faktanya, satu dari empat
orang dewasa akan mengalami masalah kesehatan jiwa pada satu waktu dalam
hidupnya (Depkes, 2017).

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
3

Hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) didapakan prevalensi gangguan jiwa berat
pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak di DI
Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi RT yang
pernah memasung ART gangguan jiwa berat 14,3 persen dan terbanyak pada
penduduk yang tinggal di perdesaan (18,2%), serta pada kelompok penduduk
dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah (19,5%).

Adapun dari hasil penelitian Mubarta et al 2013 yang menggunakan metode


deskriptif dengan menggunakan data sekunder gangguan jiwa tahun 2011 yang
berada di Dinas Kesehatan Banjarmasin didapat bahwa jumlah penderita
gangguan jiwa di Banjarmasin: penderita psikosis 33%; penderita non psikosis
67%; dengan usia terbanyak 31-40 tahun 31,07%; pada perempuan 60,20%;
pada laki-laki 39,80% dan penderita gangguan jiwa terbanyak pada Kecamatan
Banjarmasin Selatan dengan jumlah 23,25%.

Data salah satu Rumah Sakit Jiwa di Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa
sepanjang tahun 2013 terdapat 49 kasus pemasungan di Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Tengan. Adapun yang dilansir oleh Radar Banjarmasin pada Jumat
27 januari 2017 ditemukan di Banjarmasin dua orang dipasung karena
mengalami gangguan jiwa. Data ini merupakan hanya sebagian dari
pemasungan yang ditemukan, tidak dapat dipungkiri masih banyak penderita
gangguan jiwa yang masih dipasung, disembunyikan, dan diisolasi, serta
dikucilkan oleh keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu kendala dalam
penyembuhan pasien dengan gangguan jiwa ialah kurangnya pengetahuan
keluarga dan masyarakat.

Data yang diperoleh dari Rekam medik RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
menyebutkan bahwa pada tahun 2014 jumlah penderita yang mengalami
gangguan jiwa untuk rawat inap khusunya di ruang Giok sebanyak 180 orang.
Pada tahun 2015 jumlah penderita yang mengalami gangguan jiwa untuk rawat
inap sebanyak 150 orang. Pada tahun 2016 jumlah penderita yang mengalami

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
4

gangguan jiwa untuk rawat inap sebanyak 70 orang, dengan diagnosis medis
skizofrenia paranoid diurutan pertama dalam sepuluh besar penyakit terbanyak
pasien rawat inap dengan jumlah persentasi 27,1%, diurutan kedua diisi
skizofrenia tak terinci 24,2%, skizofrenia hebefrenik 18,6%, kemudian
gangguan psikotik lir-skizofenia akut 7,1%, skizofrenia residual dengan
persentasi 5,7%, gangguan afektif bipolar episode kinimanik 4,2%, gangguan
skizoaktif tife maniak 3 4,2%, skizofrenia katatonik 2,8%, gangguan mental dan
perilaku berat 2,8%, dan gangguan psikotik akut dan sementara lainnya 2,8%
(Diklitbang RSUD Dr.H.Moch.Ansari Saleh, 2017).

Pada kasus yang penulis temukan di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh pada
periode April 2017 diagnosis yang terbanyak untuk pasien ruang Giok adalah
Skizofrenia. Pada fase akut skizofrenia kebanyakan penderita dikucilkan,
menderita depresi yang hebat, dan tidak dapat berfungsi sebagaimana layaknya
orang normal dalam lingkungannya sedangkan pada fase kronis penderita
kehilangan karakter dalam kehidupan sosial yang dapat mengakibatkakn isolasi
sosial.

Untuk kasus temuan penulis pada saat berdinas di RSUD Dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin didapatkan seorang klien yang isolasi sosial dengan riwayat
pengalaman masa lalu dengan dikurung selama 6 tahun, hal tersebut
diidentifikasi merupakan salah satu hal yang mengakibatkan klien mengalami
isolasi sosial.

Berdasarkan uraian diatas isolasi sosial adalah perilaku klien yang cenderung
menyendiri dan sulit untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, ditandai
dengan gejala awal perasaan tidak percaya diri sehingga klien berperilaku
menutup diri dan menarik diri dari lingkungannya. Klien dengan perilaku isolasi
sosial ini membutuhkan motivasi dan latihan sebagai stimulus untuk
mengembalikan kemampuan fungsional dan psikososialnya. Salah satu bentuk

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
5

stimulus yang dapat diberikan untuk meningkatkan motivasi dan emosi klien
adalah dengan pemberian terapi musik.

Terapi musik adalah terapi yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan


berfikir dan mental dengan menggunakan rangsangan suara. Pada klien
gangguan jiwa, pemberian terapi musik dapat digunakan untuk memulihkan dan
meningkatkan kemampuan emosional dan sosial sosial. Penggunakaan terapi
musik secara efektif pada klien gangguan jiwa, akan berdampak dapat
meningkatkan fungsi kehidupan sehari hari khususnya dalam meningkatkan
pemenuhan kebutuhan dasar dalam beraktivitas (Djohan, 2006). Dengan terapi
musik kemampuan fungsional dan sosial klien akan menjadi lebih baik sehingga
mereka dapat mandiri dalam kehidupan sehari hari. Oleh karena itu penulis
tertarik mengelola kasus penerapan terai musik untuk meingkatkan kemandirian
pasien isolasi sosial dalam aktivitas sehari-hari di RSUD Dr. H. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam
studi kasus ini adalah “Bagaimanakah kemandirian pasien isolasi sosial dalam
melakukan aktivitas sehari-hari sesudah dilakukan intervensi keperawatan
dengan terapi musik?”

1.3 Tujuan Penulisan


Menggambarkan kemandirian pasien isolasi sosial dalam melakukan aktivitas
sehari-hari sesudah dilakukan intervensi keperawatan dengan terapi musik.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat bagi klien
Manfaat penelitian bagi klien adalah memberikan stimulasi emosi dan
meningkatkan motivasi melalui terapi musik dan bagi perawat adalah
memberikan informasi tentang pentingnya terapi musik bagi klien isolasi

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
6

sosial sehingga bisa memotivasi perawat untuk melakukan terapi musik


secara konsisten dalam intervensi keperawatannya, serta memberikan
masukan pada rumah sakit untuk menetapkan kebijakan penggunaan
terapi musik dalam menangani klien isolasi sosial.

1.4.2 Manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan


Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar pengembangan model-
model terapi lainnya khususnya dalam menangani pasien isolasi sosial
dalam asuhan keperawatan.

1.4.3 Manfaat bagi penulis


Menjadi pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan
dalam merawat klien dengan isolasi sosial.

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
7

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Isolasi Sosial


Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya (Damaiyanti, 2008). Menurut Balitbang (2007) dalam Direja (2011)
isolasi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi
dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Klien
mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain
yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian. Isolasi
sosial juga merupakan kesepian yang di alami oleh individu dan dirasakan saat
didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negatif atau
mengancam (Nanda-I, 2012).

Menurut Yusuf et al(2015) isolasi sosial adalah keadaan seorang individu


mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak berinteraksi dengan orang lain
di sekitarnya. Pasien mungkin merasa di tolak, tidak diterima, kesepian tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.

“Social isolation is prevalent in clients with schizophrenia, partly as a


result of positive signs such as delusions, hallusinations, and loss of ego
boundaries. Relating to other is difficult when one’s self-concept is not
clear. Client also have problems with trust and intimacy, which interfere
with the ability to estabilsh satisfactory relationships (Videbeck, 2017).”

Terjemahan dari kalimat diatas yaitu Isolasi sosial lazim terjadi pada klien
dengan skizofrenia, sebagian sebagai akibat tanda positif seperti delusi,
hallusinasi, dan hilangnya batas ego. Berkaitan dengan hal lainnya sulit bila
konsep diri seseorang tidak jelas. Klien juga memiliki masalah dengan

7
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
8

kepercayaan dan keintiman, yang mengganggu kemampuan untuk menjalin


hubungan yang memuaskan (Videbeck, 2017).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas menurut penulis isolasi sosial adalah


keadaan dimana seseorang menghindari suartu hubungan komunikasi dengan
orang lain, mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.

Sementara itu, dalam Al-Qur’an sendiri telah dijelaskan bahwa pada zaman
Nabi, skizofrenia (gangguan jiwa) sudah ada, meskipun demikian terhadap
masalah gangguan jiwa, ada suatu upaya untuk mencapai suatu kondisi
yang memungkinkan perkembangan optimal bagi individu secara fisik
intelektual dan emosional, sepanjang hal itu tidak bertentangan dengan
kepentingannya. Seperti dalam firman Allah SWT Surat Hud (11) ayat
54.

َ‫يء ِم َّما ت ُ ْش ِر ُكون‬ َّ ‫سوءََۗ قالَ ِإنِي أ ُ ْش ِه َُد‬


َ ‫ّللاَ وا ْشهدُوا أنِي ب ِر‬ ُ ‫ض آ ِلهتِنا ِب‬ ََّ ‫ل ِإ‬
َُ ‫ّل اعْتراكَ ب ْع‬ َُ ‫ن نقُو‬
َْ ‫ِإ‬

Terjemahnya:
Kami hanya mengatakan bahwa sebagian sesembahan kami telah
menimpakan penyakit gila atas dirimu.” Dia (Hud) menjawab,
“sesunggunya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah bahwa aku
berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. (Q.S Hud 11:54)

Maksud dari ayat tersebut diatas adalah tidak ada satupun yang mampu untuk
melimpahkan suatu penyakit atas diri seseorang selain Allah SWT. Penyakit
gila yang diturunkan dari orang-orang yang memang dikehendaki gila oleh
Allah SWT. Mereka mempersekutukan Allah, mempercayai dan meyakini hal-
hal yang berhubungan dengan kemusyrikan mereka ditimpahkan penyakit gila
perilaku kekerasan skizofrenia kerena adanya pelanggaran norma dan agama
yang telah mereka lakukan. Hati mereka jauh dari Allah dan keimanan mereka

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
9

meredup seiring dengan kepercayaannya terhadap kemusyrikan. Mereka


tidak mampu menguasai diri mereka, tampa arah sehingga merekapun
menjadi gangguan jiwa. Dari itulah, Allah sudah memperingatkan kita
agar senantiasa menjaga keimanan kita karena sesunggunya keimananlah
yang menguatkan dan menyehatkan jiwa. (shihab, 2006).

2.1.1 Etiologi Isolasi Sosial


Menurut (Towsend, M.C, 1998:152) dalam Wijayaningsih (2015) Isolasi
sosial sering disebabkan oleh kurangnya rasa percaya kepada orang lain,
perasaan panik regresi ketahap perkembangan sebelumnya,
perkembangan ego yang lemah serta represi rasa takut. Adapun menurut
Stuart, G.W & Sudeen, S.J (1998:345) dalam Wijayaningsih (2015)
isolasi sosial disebabkan oleh konsep diri rendah. Jaya (2015)
mengatakan isolasi sosial disebabkan oleh perceraian, putus, hubungan,
peran keluarga yang tidak jelas, orangtua pecandu alkohol dan
penganiayaan anak. Sedangkan menurut Direja (2011) terjadinya
gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan diantaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan
individu tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu,
takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan, dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat
menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, dan
kegiatan sehari-hari terabaikan.
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut
Stuart dan Sudeen (2007) dalam Damaiyanti dan Iskandar (2014) belum
ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab gangguan yang
mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin
mempengaruhi yaitu:

2.1.1.1 Faktor Predisposisi


Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
10

a. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus
dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas
perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat
masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat
pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam
menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi,
kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh
pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidak
percayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku
curiga pada orang lain maupun lingkungan dikemudian hari.
Komunikasi yang hangat penting dalam masa ini, agar anak
tidak merasa diperlakukan sebagai objek.
b. Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan
jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga
yang anggota keluarganya ada yang menderita skizofrenia.
c. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan
merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan
berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-
norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran
ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan
struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

2.1.1.2 Faktor Presipitasi


Menurut Damaiyanti dan Iskandar (2014) faktor presipitasi
terjadinya isolasi sosial terdiri dari:

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
11

a. Stressor Sosial Budaya


Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam
berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga
seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai,
kehilangan pasangan, pada usia tua, kesepian karena
ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit atau dipenjara. Semua
ini dapat menimbulkan isolasi sosial.
b. Stressor Biokomia
1) Teori dopamine: Ke lebihan dopamin pada mesokortikal
dan mesolimbik serta traktus saraf dapat merupakan
indikasi terjadinya skizofrenia.
2) Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam
darah akan meningkatkan dopamin dalam otak. Karena
salah satu kegiatan MAO adalah sebagai enzim yang
menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO juga
dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia.
3) Faktor endokrin: jumlah FSH dan LH yang rendah dapat
ditemukan pada klien skizofrenia. Demikian pula
prolaktin mengalami penurunan karena terhambat.

Sedangkan menurut Ernawati et al (2009) dalam Prabowo


(2014) faktor presipitasi terjadinya isolasi sosial terdiri atas:
a. Stress Biologis
Stres dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas
unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti, misalnya
karena dirawat di rumah sakit.
b. Stress psikologi
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan
untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang
dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
12

kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan ansietas


tinggak tinggi.

2.1.2 Manifestasi Klinis


Menurut Mustika Sari (2002) dalam Damaiyanti dan Iskandar (2014)
tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial, yaitu:
2.1.2.1 Kurang spontan
2.1.2.2 Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
2.1.2.3 Ekspresi wajah kurang berekspresi (ekspresi sedih)
2.1.2.4 Afek tumpul
2.1.2.5 Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
2.1.2.6 Komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak
bercakap-cakap dengann klien lain atau perawat
2.1.2.7 Mengisolasi (menyendiri)
2.1.2.8 Klien tampak memisahkan diri dari orang lain
2.1.2.9 Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
2.1.2.10 Pemasukan makanan dan minuman terganggu
2.1.2.11 Retensi urine dan feses
2.1.2.12 Aktivitas menurun kurang energi (tenaga)
2.1.2.13 Harga diri rendah
2.1.2.14 Posisi janin saat tidur
2.1.2.15 Menolak hubungan dengan orang lain. Klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.

2.1.3 Rentang Respon Sosial


Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) dalam
Damaiyanti dan Iskandar (2014) menyatakan bahwa manusia adalah
makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka
harus membina hubungan intrapersonal yang positif. Individu juga harus
membina saling ketergantungan yang merupakan keseimbangan antara
ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan.

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
13

2.1.3.1 Bagan Rentang Repon Sosial


Gambar 2.1 Rentang Respon Hubungan Sosial

Respon Respon
Adaptif Maladaptif
Menyendiri Kesepian
Manipulasi
Otonomi Menarik diri
Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan
Narsisme
Saling
ketergantungan

Sumber: Damaiyanti, M & Iskandar (2014)

2.1.3.2 Menurut Trimelia (2011) Rentang respon isolasi sosial:


a. Respon Adaftif
Respon adaftif adalah respon individu dalam penyelesaian
masalah yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial
dan budaya lingkungan yang umum berlaku dan lazim
dilakukan oleh semua orang, jadi individu tersebut masih
dalam batas normal dalam menyelesaikan masalah. Respon ini
meliputi:
1) Solide (menyendiri) adalah respon yang dibutuhkan
seorang untuk merenungkan apa yang dilakukan di
lingkungan sosialnya dan juga suatu cara mengevalusi diri
untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
2) Otonomi adalah kemampuan individu dalam menentukan
dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam
berhubungan sosial.
3) Mutualisme atau bekerja sama adalah suatu kondisi dalam
hubungan interpersonal di mana individu mampu untuk
saling memberi dan menerima.

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
14

4) Interdependen atau saling ketergantungan adalah suatu


hubungan saling ketergantungan antar individu dengan
orang lain dalam rangka membina hubungan interpersonal.

b. Respon Maladaptif
Respon maladaftif adalah respon individu dalam penyelesaian
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial dan
budaya yang umum berlaku dan tidak lazim dilakukan oleh
semua orang. Respon ini meliputi:
1) Kesepian adalah individu sulit merasa minim, merasa takut
dan cemas.
2) Isolasi sosial adalah individu mengalami kesulitan dalam
membina hubungan dengan orang lain.
3) Ketergantungan akan terjadi apabila individu gagal
mengembangkan rasa percaya diri akan kemampuannya.
4) Manipulasi adalah individu memperlakukan orang lain
sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah
pengendalian orang lain, dan individu cenderung
berorientasi pada diri sendiri.
5) Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan
sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman dan tidak
dapat diandalkan.
6) Narsisme adalah individu mempunyai harga diri yang
rapuh, selalu berusaha untuk mendapatkan penghargaan
dan pujian yang terus menerus, sikapnya egosentris,
pencemburu, dan marah jika orang lain tidak
mendukungnya.

2.1.4 Perkembangan Hubungan Sosial


Menurut Stuart dan Sudden (1998) dalam Mustika Sari (2012). Untuk
mengembangkan hubungan sosial positif, setiap tugas perkembangan

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
15

sepanjang daur kehidupan diharapkan dilalui dengan sukses sehigga


kemampuan membina hubungan sosial dapat menghasilkan keputusan
individu.
2.1.4.1 Bayi
Bayi sangat tergantung pada orang lain dalam pemenuhan
kebutuhan biologisnya. Bayi umumnya menggunakan
komunikasi yang sangat senderhana dalam menyampaikan
kebutuhannya. Konsisten ibu dan anak seperti stimulasi
sentuhan, kontak mata, komunikasi yang hangat merupakan
aspek penting yang harus dibina sejak dini karena kaan
menghasilkan rasa aman dan rasa percaya yang mendasar.
Kegagalan pemenuhan kebutuhan bayi melalui ketergantungan
pada orang lain akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri
sendiri dan orang lain, serta menarik diri.
2.1.4.2 Pra sekolah
Meterson menamakan masa antara 18 bulan dan 3 tahun adalah
taraf pemisahan pribadi. Anak pra sekolah mulai memperluas
hubungan sosialnya diluar keluarga khusus ibunya. Anak
menggunakan kemampuan berhubungan yang telah dimiliki
untuk berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga. Dalam
hal ini anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga.
Khususnya pemberian pengakuan positif terhadap prilaku anak
yang adaptif hal ini merupakan dasar otonomi anak yang
berguna untuk mengembangkan kemampuan interdependen.
Kegagalan dalam mebina hubungan hubungan dengan teman
sekolah, kurangnya dukungan guru dan pembatasana serta
dukungan yang tidak konsisten dari orang tua mengakibatkan
frustasi terhadap kemampuannya, putus asa, merasa tidak
mampu dan menarik diri dari lingkungan.
2.1.4.3 Anak-anak

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
16

Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang


mandiri dan mulai mengenal lingkungan lebih luas, di mana
anak mulai membina hubungan dengan teman-temannya. Pada
usia ini anak mulai mengenal bekerja sama, kompetesi,
kompromi. Konflik sering terjadi dengan orang tua karena
pembatasan dan dukungan yang tidak konsisten. Teman dengan
orang dewasa di luar keluarga (guru, orang tua, teman)
merupakan sumber pendukung yang penting bagi anak.
2.1.4.4 Remaja
Pada usia ini anak mengembangkan hubungan intim dengan
teman sebaya dan sejenisnya dan umumnya mempunyai sahabat
karib. Hubungan dengan sangat tergantung sedangkan
hubungan dengan orang tua mulai interdependen.
Kegagaglan membina hubungan dengan teman dan kurangnya
dukungan orang tua akan mengakibatkan keraguan identitas,
ketidakmampuan mengidentifikasi karir dan rasa percaya diri
yang kurang.
2.1.4.5 Dewasa muda
Pada usia ini individu mempertahankan hubungan
interdependen dengan orang tua dan teman sebaya. Individu
belajar mengambil keputusan dengan memperhatikan saran dan
pendapat orang lain, seperti: memilih pekerjaan, memeilih karir,
melangsungkan pernikahan. Kegagalan individu dalam
melanjutkan sekolah, pekerjaan, pernikahan akan
mengakibatkan individu menghindari hubungan intim,
menjauhi orang lain, putus asa akan karir.
2.1.4.6 Dewasa Tengah
Individu pada usia dewasa tengah umumnya telah pisah tempat
tinggal dengan orang tua, khususnya individu yang telah
menikah. Jika iya telah menikah maka peran menjadi orang tua
dan mempunyai hubungan antar orang dewasa. Merupakan

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
17

situasi tempat menguji kemampuan hubungan interdependen.


Kegagalan pisah tempat tinggal dengan orang tua, membina
hubungan yang baru, dan mendapatkan dukungan dari orang
dewasa lain akan mengakibatkan perhatian hanya tertuju pada
diri sendiri, produktivitas dan kreativitas berkurang, perhatian
pada orang lain berkurang.
2.1.4.7 Dewasa lanjut
Pada masa individu akan mengalami kehilangan, baik itu
kehilangan fisik, kegiatan, pekerjaan, teman hidup, (teman
sebaya dan pasangan), anggota keluarga (kematian orang tua).
Individu tetap memerlukan hubungan yang memuaskan orang
lain. Individu yang mempunyai perkembangan yang baik dalam
menerima kehilangan yang terjadi dalam kehidupannya dan
mengakui bahwa dukungan orang lain dapat membantu dalam
menghadapi kehilangannya. Kegagalan pada masa ini dapat
menyebabkan individu merasa tidak berguna, tidak dihargai dan
hal ini dapat menyebabkan individu menarik diri dan rendah
diri.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Isolasi Sosial


Dalam buku Yusuf et al (2015) mengatakan proses keperawatan merupakan
suatu metode pemberian asuhan keperawatan pada pasien (individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat) yang logis, sistematis, dinamis, dan teratur
(Depkes, 1998; Keliat, 1999). Proses ini bertujuan untuk memberikan asuhan
keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien.

Pelaksanaan proses keperawatan jiwa bersifat unik, karena sering kali pasien
memperlihatkan gejala yang berbeda untuk kejadian yang sama, masalah pasien
tidak dapat dilihat secara langsung, dan penyebabnya bervariasi. Pasien banyak
yang mengalami kesulitan menceritakan permasalah yang dihadapi, sehingga
tidak jarang pasien menceritakan hal yang sama sekali berbeda dengan yang

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
18

dialaminya. Perawat jiwa dituntut memiliki kejelian yang dalam saat melakukan
asuhan keperawatan. Proses keperawatan jiwa dimulai dari pengkajian
(termasuk analisis data dan pembuatan pohon masalah), perumusan diagnosis,
pembuatan kriteria hasil, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Fortinash,
1995).
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian sebagai tahap awal proses keperawatan meliputi
pengumpulan data, analisis data, dan perumusan masalah pasien. Data
yang dikumpulkan adalah data pasien secara holistik, meliputi aspek
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Stuart dan Sundeen (2002) dalam Yusuf et al (2015) menyebutkan
bahwa faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor,
sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki pasien adalah
aspek yang harus digali selama proses pengkajian.
Secara lebih terstruktur pengkajian kesehatan jiwa meliputi hal berikut
2.2.1.1 Identitas pasien
a. Perawat yang merawat pasien melakukan perkenalan dan
kontak dengan pasien tentang: nama perawat, nama pasien,
panggilan perawat, panggilan pasien, tujuan, waktu, tempat
pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
b. Usia dan No. RM dapat dengan melihat rekam medis.
c. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat.
2.2.1.2 Keluhan utama/alasan masuk
Tanyakan kepada pasien/keluarga pertanyaan berikut.
a. Apa yang menyebabkan pasien/keluarga datang ke RS saat
ini
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga mengatasi masalah
ini
c. Bagaimana hasilnya.
2.2.1.3 Faktor predisposisi
a. Gangguan tugas perkembangan

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
19

Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas


perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi
gangguan dalam hubungan sosial. Apabila tugas-tugas
dalam setiap perkembangan tidak terpenuhi maka akan
menghambat fase perkembangan sosial selanjutnya.
Misalnya: adanya kegagalan menjalin hubungan intim
dengan sesama jenis atau lawan jenis maka tidak mampu
mandiri dan menyelesaikan tugas, kegagalan dalam bekerja,
bergaul, sekolah, ittu semua akan mengakibatkan
ketergantungan pada orang tua, dan endahnya ketahanan
terhadap berbagai kegagalan.
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor
pendukung untuk terjadinya gangguan hubungan sosial,
seperti adanya komunikasi yang tidak jelas (double bind)
yaitu saat keadaan dimana individu menerima pesan yang
saling bertentangan dalam waktu yang bersamaan, dan
ekspresi emosi yang tinggi di setiap komunikasi.
c. Faktor pola asuh keluarga dan sosial budaya
Mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu
faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan
sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang salah
dianut keluarga.
Misalnya: pada anak yang kelahirannya tidak diharapkan,
seperti hamil diluar nikah, kegagalan KB, jenis kelamin yang
tidak diinginkan, cacat, akan menyebabkan keluarga
mengasingkan ondividu tersebut dan menegeluarkan
komentar-komentar yang negatif, merendahkan dan
menyalahkan. Faktor biologis
Faktor biologi juga merupakan salah satu faktor pendukung
yang menyebabkan terjadinya gangguan dalam hubungan

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
20

sosial. Organ tubuh yang jelas mempengaruhi adalah otak.


Klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam sosial
terdapat struktur yang abnormal pada otak, seperti atropi
otak, perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbik dan
kortikal.
2.2.1.4 Faktor presipitasi
a. Faktor eksternal dan internal
Stressor sosial budaya, keluarga dan psikologik.
Misal: stres terjadi akibat ansietas atau rasa cemas yang
berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas atau
rasa cemas terjadi akibat berpisah dengan orang terdekat,
hilangnya pekerjaan atau orang yang dicintai.
b. Koping individu tidak efektif
Saat individu menghadapi kegagalan menyalahkan orang
lain, ketidakberdayaan menyangkal tidak mampu
menghadapi kenyataan dan menarik diri dari lingkungan,
terlalu tinggi self ideal dan tidak mampu menerima realitas
dengan rasa syukur.
2.2.1.5 Aspek fisik/biologis sistem dan fungsi organ
a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital, seperti tekanan darah,
nadi, suhu, pernapasan pasien.
b. Ukur tinggi badan dan berat badan pasien.
c. Tanyakan kepada pasien/keluarga, apakah ada keluhan fisik
yang dirasakan oleh pasien
d. Kaji lebih lanjut sistem dan fungsi organ dan jelaskan sesuai
dengan keluhan yang ada.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.
2.2.1.6 Aspek psikososial
a. Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan pasien dan keluarga.

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
21

b. Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi,


pengambilan keputusan, dan pola asuh.
c. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
2.2.1.7 Konsep diri
a. Citra tubuh
1) Tanyakan persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian
tubuh yang disukai, dan bagian yang tidak disukai.
b. Identitas diri, tanyakan tentang hal berikut.
1) Status dan posisi pasien sebelum dirawat.
2) Kepuasan klien terhadap status dan posisinya (sekolah,
tempat kerja, kelompok).
3) Kepuasan pasien sebagai laki-laki atau perempuan.
c. Peran, tanyakan mengenai hal berikut.
1) Tugas atau peran yang diemban dalam
keluarga/kelompok/masyarakat.
2) Kemana saja pasien dalam melaksanakan tugas/peran
tersebut.
d. Ideal diri, tanyakan hal sebagai berikut.
1) Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran.
2) Harapan pasien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah,
tempat kerja, masyarakat).
3) Harapan pasien terhadap penyakitnya.
e. Harga diri, tanyakan hal berikut.
1) Hubungan pasien dengan orang lain sesuai dengan
kondisi
2) Penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan
kehidupannya.
f. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
2.2.1.8 Hubungan sosial

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
22

a. Tanyakan pada pasien siapa orang terdekat dalam


kehidupannya, tempat mengadu, tempat bicara, serta minta
bantuan atau sokongan.
b. Tanyakan pada pasien kelompok apa saja yang diikuti dalam
masyarakat.
c. Tanyakan pada pasien sejauhmana ia terlibat dalam
kelompok di masyarakat.
d. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
2.2.1.9 Spiritual
a. Nilai dan keyakinan, tanyakan hal berikut.
1) Pandangan dan keyakinan terhadap gangguan jiwa sesuai
dengan norma budaya dan agama yang dianut.
2) Pandangan masyarakat setempat tentang gangguan jiwa.
b. Kegiatan ibadah, tanyakan hal berikut.
1) Kegiatan ibadah di rumah secara individu dan kelompok.
2) Pendapat pasien/keluarga tentang kegiatan ibadah.
c. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
2.2.1.10 Penampilan
Data ini didapatkan melalui hasil observasi
perawat/keluarga.
a. Penampilan tidak rapi jika dari ujung rambut sampai
ujung kaki ada yang tidak rapi. Misalnya, rambut acak-
acakan, kancing baju tidak tepat, resleting tidak dikunci,
baju terbalik, baju tidak diganti-ganti.
b. Penggunaan pakaian tidak sesuai, misalnya pakaian
dalam dipakai di luar baju.
c. Cara berpakaian tidak seperti biasanya,jika penggunaan
pakaian tidak tepat (waktu, tempat, identitas,
situasi/kondisi).
d. Jelaskan hal yang ditampilkan pasien dan kondisi lain
yang tidak tercantum

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
23

e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.


2.2.1.11 Pembicaraan
a. Amati pembicaraan yang ditemukan pada pasien, apakah
cepat, keras, gagap, membisu, apatis, dan/atau lambat.
b. Bila pembicaraan berpindah-pindah dari satu kalimat
satu ke kalimat yang lain yang tidak ada kaitannya, maka
beri tanda pada kotak inkoheren.
c. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
d. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
2.2.1.12 Aktivitas motorik
Data ini didapatkan melalui hasil observasi
perawat/keluarga.
a. Lesu, tegang, gelisah sudah jelas.
b. Agitasi: gerakan motorik yang menunjukkan
kegelisahan.
c. Tik: gerakan-gerakan kecil pada otot muka yang tidak
terkontrol.
d. Grimasen: gerakan otot muka yang berubah-ubah yang
tidak dapat dikontrol pasien.
e. Tremor: jari-jari yang tampak gemetar ketika pasien
menjulurkan tangan dan merentangkan jari-jari.
f. Kompulsif: kegiatan yang dilakukan berulang-ulang,
seperti berulang kali mencuci tangan, mencuci muka,
mandi, mengeringkan tangan, dan sebagainya.
g. Jelaskan aktivitas yang ditampilkan pasien dan kondisi
lain yang tidak tercantum.
h. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
2.2.1.12 Alam perasaan
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat/keluarga.
a. Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan sudah jelas.
b. Ketakutan: objek yang ditakuti sudah jelas.

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
24

c. Khawatir: objek belum jelas.


d. Jelaskan kondisi pasien yang belum tercantum.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai data`
2.2.1.13 Afek
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat/keluarga.
a. Datar: tidak ada perubahan roman muka pada saat ada
stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan.
b. Tumpul: hanya bereaksi jika ada stimulus emosi yang kuat.
c. Labil: emosi yang cepat berubah-ubah.
d. Tidak sesuai: emosi yang tidak sesuai atau bertentangan
dengan stimulus yang ada.
e. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
f. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
2.2.1.14 Interaksi selama wawancara
Data ini didapatkan melalui hasil wawancara dan observasi
perawat dan keluarga.
a. Bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung sudah
jelas.
b. Kontak mata kurang: tidak mau menatap lawan bicara.
c. Defensif: selalu berusaha mempertahankan pendapat dan
kebenaran dirinya.
d. Curiga: menunjukkan sikap/perasaan tidak percaya pada
orang lain.
e. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
f. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
2.2.1.18 Persepsi
a. Jenis-jenis halusinasi sudah jelas, kecuali menghidung
sama dengan penciuman.
b. Jelaskan isi halusinasi dan frekuensi gejala yang tampak
pada saat pasien halusinasi.
c. Masalah keperawatan sesuai dengan masalah yang ada.

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
25

2.2.1.19 Proses pikir


Data diperoleh dari observasi pada saat wawancara.
a. Sirkumtansial: pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai
dengan tujuan pembicaraan.
b. Tangensial: pembicaraan yang berbelit-belit tetapi tidak
sampai dengan tujuan pembicaraan.
c. Kehilangan asosiasi: pembicaraan tidak ada hubungannya
antara satu kalimat satu dengan kalimat lainnya dan pasien
tidak menyadarinya.
d. Flight of ideas: pembicaraan meloncat dari satu topik ke
topik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis, dan
tidak sampai pada tujuan.
e. Blocking: pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan
eksternal kemudian dilanjutkan kembali.
f. Perseverasi: pembicaraan yang diulang berkali-kali.
g. Jelaskan apa yang dikatakan pasien pada saat wawancara.
h. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
2.2.1.20 Isi pikir
Data didapatkan melalui wawancara.
a. Obsesi: pikiran yang selalu muncul walaupun pasien selalu
berusaha menghilangkannya.
b. Fobia: ketakutan yang patologis/tidak logis terhadap
objek/situasi tertentu.
c. Hipokondria: keyakinan terhadap adanya gangguan organ
dalam tubuh yang sebenarnya tidak ada.
d. Depersonalisasi: perasaan pasien yang asing terhadap diri
sendiri, orang, atau lingkungan.
e. Ide yang terkait: keyakinan pasien terhadap kejadian yang
terjadi di lingkungan dan terkait pada dirinya.
f. Pikiran yang magis : keyakinan pasien tentang keyakinannya
melakukan hal-hal mustahil/di luar kemampuannya.

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
26

g. Waham.
1) Agama: keyakinan pasien terhadap suatu agama secara
berlebihan dan diucapkan secara berulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
2) Somatik: pasien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya
dan dikatakan secara berulang yang tidak sesuai dengan
kenyataan.
3) Kebesaran: pasien mempunyai keyakinan berlebihan
terhadap kemampuannya yang disampaikan secara
berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
4) Curiga: pasien mempunyai keyakinan bahwa ada
seseorang atau kelompok, yang berusaha merugikan atau
mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang
dan tidak sesuai dengan kenyataan.
5) Nihilistik: pasien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal yang dinyatakan secara berulang, tidak
sesuai kenyataan.
Waham yang aneh (bizarre) antara lain sebagai berikut.
1) Sisip pikir: pasien yakin ada ide pikiran orang lain yang
disisipkan di dalam pikiran yang disampaikan secara
berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
2) Siar pikir: pasien yakin bahwa orang lain mengetahui
apa yang dia pikirkan walaupun dia tidak menyatakan
kepada orang tersebut yang dinyatakan secara berulang
dan tidak sesuai dengan kenyataan.
3) Kontrol pikir: pasien yakin pikirannya dikontrol oleh
kekuatan dari luar.
h. Jelaskan apa yang dikatakan oleh pasien pada saat
wawancara.
g. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
2.2.1.21Tingkat kesadaran

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
27

a. Data tentang bingung dan sedasi diperoleh melalui


wawancara dan observasi, stupor diperoleh melalui
observasi, orientasi pasien (waktu, tempat, orang) diperoleh
melalui wawancara.
b. Bingung: tampak binggung dan kacau.
c. Sedasi: mengatakan merasa melayang-layang antara
sadar/tidak sadar.
d. Stupor: gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan-
gerakan yang diulang, anggota tubuh pasien dapat diletakkan
dalam sikap canggung dan dipertahankan pasien, tapi pasien
dapat mengerti semua yang terjadi di lingkungan.
e. Orientasi waktu, tempat, orang jelas.
f. Jelaskan data objektif dan subjektif yang terkait hal-hal di
atas.
g. Masalah keperawatan sesuai dengan data. Jelaskan apa yang
dikatakan oleh pasien pada saat wawancara.
2.2.1.22Memori
Data diperoleh melalui wawancara antara lain sebagai berikut.
a. Gangguan daya ingat jangka panjang: tidak dapat
mengingat kejadian yang terjadi lebih dari satu bulan.
b. Gangguan daya ingat jangka pendek: tidak dapat mengingat
kejadian yang terjadi dalam minggu terakhir.
c. Gangguan daya ingat saat ini: tidak dapat mengingat
kejadian yang baru saja terjadi.
d. Konfabulasi: pembicaraan tidak sesuai kenyataan, dengan
memasukkan cerita yang tidak benar untuk menutupi
gangguan daya ingatnya.
e. Jelaskan sesuai dengan data terkait.
f. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
2.2.1.23Tingkat konsentrasi dan berhitung
Data diperoleh melalui wawancara antara lain sebagai berikut.

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
28

a. Mudah dialihkan: perhatian pasien mudah berganti dari satu


objek ke objek lain.
b. Tidak mampu berkonsentrasi: pasien minta selalu agar
pertanyaan diulang/tidak dapat menjelaskan kembali
pembicaraan.
c. Tidak mampu berhitung.
d. Jelaskan sesuai data terkait.
e. Masalah keperawatan sesuai data.
2.2.1.24Kemampuan penilaian
a. Gangguan kemampuan penilaian ringan: dapat mengambil
keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain.
Contohnya, berikan kesempatan pada pasien untuk memilih
mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum
mandi. Jika diberi penjelasan, pasien dapat mengambil
keputusan.
b. Gangguan kemampuan penilaian bermakna: tidak dapat
mengambil keputusan walaupun dibantu orang lain.
Contohnya, berikan kesempatan pada pasien untuk memilih
mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum
mandi. Jika diberi penjelasan, maka pasien masih tidak
mampu mengambil keputusan.
c. Jelaskan sesuai dengan data terkait.
d. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
2.2.1.25Daya tilik diri
Data diperoleh melalui wawancara antara lain sebagai berikut.
a. Mengingkari penyakit yang diderita: tidak menyadari gejala
penyakit (perubahan fisik, emosi) pada dirinya dan merasa
tidak perlu pertolongan.
b. Menyalahkan hal-hal di luar dirinya: menyalahkan orang
lain/lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.
c. Jelaskan dengan data terkait.

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
29

d. Masalah keperawatan sesuai dengan data.


2.2.1.26 Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
1) Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, jumlah,
variasi, macam (suka/tidak suka/pantang), dan cara makan.
2) Observasi kemampuan pasien dalam menyiapkan dan
membersihkan alat makan.
b. BAB/BAK
1) Observasi kemampuan pasien untuk BAB/BAK.
a) Pergi, menggunakan, dan membersihkan WC.
b) Membersihkan diri dan merapikan pakaian.
c. Mandi
1) Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi,
menyikat gigi, cuci rambut, gunting kuku, dan cukur
(kumis, jenggot, dan rambut).
2) Observasi kebersihan tubuh dan bau badan.
d. Berpakaian
1) Observasi kemampuan pasien dalam mengambil,
memilih, serta mengenakan pakaian dan alas kaki.
2) Observasi penampilan dandanan pasien.
3) Tanyakan dan observasi frekuensi ganti pakaian.
4) Nilai kemampuan yang harus dimiliki pasien:
mengambil, memilih, dan mengenakan pakaian.
e. Istirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan tentang hal berikut.
1) Lama dan waktu tidur siang/malam.
2) Persiapan sebelum tidur seperti menyikat gigi, cuci kaki,
dan berdoa.
3) Aktivitas sesudah tidur seperti: merapikan tempat tidur,
mandi/cuci muka, dan menyikat gigi.
f. Penggunaan obat

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
30

Observasi dan tanyakan kepada pasien dan keluarga tentang


hal berikut.
1) Penggunaan obat: frekuensi, jenis, dosis, waktu, dan cara
pemberian.
2) Reaksi obat.
g. Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada pasien dan keluarga tentang hal berikut.
1) Apa, bagaimana, kapan, dan ke mana perawatan lanjut.
2) Siapa saja sistem pendukung yang dimiliki (keluarga,
teman, institusi, dan lembaga pelayanan kesehatan) dan
cara penggunaannya.
h. Aktivitas di dalam rumah
Tanyakan tentang kemampuan pasien dalam hal berikut.
1) Merencanakan, mengolah, dan menyajikan makanan.
2) Merapikan rumah (kamar tidur, dapur, menyapu,
mengepel).
3) Mencuci pakaian sendiri.
4) Mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.
i. Aktivitas di luar rumah
Tanyakan kemampuan pasien dalam hal berikut.
1) Belanja untuk keperluan sehari-hari.
2) Dalam melakukan perjalanan mandiri dengan berjalan
kaki, menggunakan kendaraan pribadi, kendaraan umum.
3) Aktivitas lain yang dilakukan di luar rumah (bayar
listrik/telepon/air, kantor pos, dan bank).
j. Jelaskan data terkait.
k. Masalah keperawatan ditulis sesuai data.
2.2.1.27 Mekanisme koping
Data didapatkan melalui wawancara pada pasien atau
keluarganya. Beri tanda pada kotak koping yang dimiliki
pasien, baik adaptif maupun maladaptif.

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
31

2.2.1.28 Masalah psikososial dan lingkungan


Data didapatkan melalui wawancara pada pasien atau
keluarganya. Pada tiap masalah yang dimiliki pasien beri
uraian spesifik, singkat, dan jelas.
2.2.1.29 Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara pada pasien. Pada tiap
item yang dimiliki oleh pasien simpulkan dalam masalah.
2.2.1.30 Aspek medis
Tuliskan diagnosis medik pasien yang telah dirumuskan oleh
dokter yang merawat. Tuliskan obat-obatan yang pasien saat
ini , baik obat fisik, psikofarmaka, dan terapi lain.
2.2.2 Pohon Masalah
Gambar 2.2 Skema Pohon Masalah Isolasi Sosial

Resiko mencederai diri, orang


lain, dan lingkungan

Defisit Perawatan Diri Halusinasi

Intoleransi Aktivitas Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah Kronis

Koping Individu Tidak Efektif Koping Keluarga Tidak

Sumber: Fitria (2009) dalam Direja (2011)

2.2.3 Diagnosis Keperawatan


Dalam buku Yusuf et al (2015) menurut Carpenito (1998),
diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons
aktual atau potensial dari individu, keluarga, atau masyarakat
terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan. Rumusan diagnosis
yaitu Permasalahan (P) berhubungan dengan Etiologi (E) dan

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
32

keduanya ada hubungan sebab akibat secara ilmiah. Perumusan


diagnosis keperawatan jiwa mengacu pada pohon masalah yang
sudah dibuat.
Berdasarkan pohon masalah di atas maka rumusan diagnosis
sebagai berikut.
2.2.3.1 Isolasi sosial: menarik diri.
2.2.3.2 Gangguan konsep diri: harga diri rendah kronis.
2.2.3.3 Perubahan sensori persepsi: halusinasi
2.2.3.4 koping individu tidak efektif
2.2.3.5 koping keluarga tidak efektif
2.2.3.6 Intoleransi aktivas
2.2.3.7 Defisit perawatan diri
2.2.3.8 Risiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

2.2.4 Intervensi
Untuk membina hubungan saling percaya dengan klien isolasi sosial
perlu waktu yang tidak sebentar. Perawat harus konsisten bersikap
terapiutek pada klien. Selalu penuhi janji, kontak singkat tapi sering dan
penuhi kebutuhan dasarnya adalah upaya yang bisa dilakukakan.
Menurut Trimeilia (2011) perencanaan tindakan keperawatan terdiri dari
tiga aspek, yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan intervensi
keperawatan. Rencana tindakan keperawatan pada klien dengan masalah
utama isolasi sosial adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Umum (TUM)
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain secara optimal
b. Tujuan Khusus (TUK)
1) Klien dapat mebina hubungan saling percaya
Kriteria Hasil:
a) Klien dapat menunjukkan ekspresi wajah bersahabat
b) Menunjukkan rasa sayang
c) Ada kontak mata

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
33

d) Mau berjabat tangan


e) Mau menjawab salam
f) Mau menyebut nama
g) Mau berdampingan dengan perawat
h) Mau mengutarakan masalah yang dihadapi
Tindakan Keperawatan:
(1) Bina hubungan saling percaya dengan konsep terapeutik
(2) Sapa klien dengan ramah
(3) Tanyakan nama lengkap klien, dan nama panggilan yang
disukai
(4) Jelaskan tujuan pertemuan
(5) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apad adanya
(6) Beri perhatian pada klien dan penuhi kebutuhan klien

2) Klien mampu menyebutkan penyebab isolasi sosial atau tidak


berhubungan dengan orang lain
Kriteria Hasil:
a) Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial atau tidak
berhubungan dengan orang lain berasal dari diri sendiri, orang
lain dan lingkungan`
Tindakan Keperawatan:
(1) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku isolasi sosial dan
tanda-tandanya.
(2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
penyebab isolasi sosial atau tidak mau bergaul
(3) Diskusikan dengan klien tentang perilaku isolasi sosial dan
tanda-tandanya serta penyebab yang muncul
(4) Berikan reinforcement positif atau pujian terhadap
kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaannya

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
34

3) Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan dengan


orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
(isolasi sosial)`
Kriteria Hasil:
a) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan
orang lain
Tindakan Keperawatan
(1) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
(2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang
lain
(3) Diskusiakn bersama klien tentang manfaat behubungan
dengan orang lain
(4) Berikan reinforcement posittif atau pujian terhadap
kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain
Kriteria Hasil:
b) Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
Tindakan Keperawatan:
(1)Kaji pengetahuan klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
(2)Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
(3)Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain
(4)Beri reinforcement positif atau pujian terhadap kemampuan
klien dalam mengungkapkan perasaan tentang kerugian
tidak berhunbungan dengan orang lain.

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
35

4) klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap (perawat


lain, klien lain, kelompok).
Kriteria Hasil:
a) Klien dapat mendemonstrasikan berhubungan sosial secara
bertahap, yaitu klien-perawat, klien-perawat-perawat lain,
klein-perawat perawat lain-perawat lain, klien-
keluarga/kelompok/masyarakat.
Tindakan Keperawatan:
(1)Kaji kemampuan klien dalam membina hubungan saling
percaya
(2)Dorong dan bantu klien dalam berhubungan dengan orang
lain seacara bertahap
(3)Berikan reinforcement positif atau pujian terhadap
keberhasilan yang telah dicapai
(4)Bantu klien untuk mengevalusi manfaat berhubungan
dengan orang lain
(5)Diskusikan bersama klien jadwal harian yang dapat
dilakukan diruangan
(6)Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
(7)Berikan reinforcement positi atau pujian atas kegiatan klien
yang dilakukan diruangan

5)Klien dapat menjelaskan perasaanya setelah berhunbungan dengan


orang lain (sosial).
Kriteria Hasil:
a) Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain.
Tindakan Keperawatan:
(1)Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan bila
berhubungan dengan orang lain

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
36

(2)Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat


berhubungan dengan orang lain
(3)Berikan reinforcement positif atau pujian atas kemampuan
klien mengungkapkan perasaan manfaat berhungungan
dengan orang lain.

6) Klien mendapat dukungan keluarga atau memanfaatkan sistem


pendukung yang ada lingkungan dalam memperluas hubungan
sosial.
Kriteria Hasil:
a) Keluarga dapat menjelaskan perasaannya.
b) Keluarga dapat menjelakan cara merawat klien isolasi sosial
c) Keluarga dapat mendemonstrasikan cara perawatan klien
isolasi sosial dirumah
d) Keluarga dapat berpartisipasi dalam perawatan klien isolasi
sosial
Tindakan Keperawatan:
(1)Bina hubungan saling percaya dengan keluarga (ucapkan
slam, perkenalkan diri, sampaikan tujuan, buat kontrak dan
eksplorasi perasaan).
(2)Diskusikan dengan anggota keluarga tentang:
(a) Perilaku isolasi sosial
(b)Akibat yang akan terjadi jika perlaku isolasi sosial tidak
ditanggapi
(c) Cara keluarganmenghadapi klien isolasi sosial
(d)Cara keluarga merawat klien isolasi sosial
(3)Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan
kepada klien untuk melakukan hubungan dengan orang lain
(4)Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian
menjenguk klien minimal satu minggu sekali.

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
37

(5)Berikan reinforcement positif atau pujian atas hal-hal yang


telah diacapai keluarga.

7) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik


Kriteria Hasil:
a) Klien dapat menyebutkan manfaat, dosis, dan efek samping
b) Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat yang benar
c) Klien mendapat informasi tentang efek samping obat dan akibat
berhenti minum obat
d) Klien dapat menyebutkan prinsip lima benar penggunaan obat
Tindakan Keperawatan:
(1) Diskusikan dengan klien tentang dosis, frekuensi serta
manfaat minum obat
(2) Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan
merasakan manfaatnya.
(3) Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan
efek samping obat
(4) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
dengan dokter
(5) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip lima benr
(6) Berikan reinforcement positif atau pujian.

2.2.5 Implementasi
2.2.5.1 Strategi Pelaksanaan klien:
a. Strategi Pelaksanaan 1 untuk klien:
1) Mengidentifikasi penyebab isolasi pasien, siapa
yang serumah, siapa yang dekat, siapa yang tidak
dekat, dan apa penyebabnya.
2) Mendiskusikan dengan pasien tentang keuntungan
punya teman dan bercakap-cakap

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
38

3) Mendiskusikan dengan pasien tentang kerugian


tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap
4) Latih cara berkenalan dengan pasien dan perawat
atau tamu
5) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
berkenalan.
b. Strategi Pelaksanaan 2 untuk klien:
1) Evaluasi kegiatan perkenalan
2) Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan
harian (latih 2 kegiatan)
3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
berkenalan 2-3 orang pasien, perawat dan tamu,
berbicara saat melakukan kegiatan harian.
c. Strategi Pelaksanaan 3 untuk klien:
1) Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (berapa
orang) dan bicara saat melakukan dua kegiatan
harian. Beri pujian
2) Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan
harian (2 kegiatan baru)
3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
berkenalan 4-5 orang, berbicara saat melakukan 4
kegiatan harian.
d. Strategi Pelaksanaan 4 untuk klien:
1) Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara saat
melakukan kegiatan empat kegiatan harian. Beri
pujian
2) Latih cara bicara sosial: meminta sesuatu,
menjawab pertanyaan
3) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
berkenalan > 5 orang, orang baru, berbicara saat
melakukan kegiatan harian dan sosialisasi.

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
39

e. Strategi Pelaksanaan 5 untuk klien:


1) Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara saat
melakukan kegiatan harian dan sosialisasi
2) Latih kegiatan harian
3) Nilai kemampuan yang telah mandiri
4) Nilai apakah isolasi sosial teratasi
2.2.5.2 Strategi Pelaksanaan Keluarga untuk pasien Isolasi sosial
Tujuan:
Keluarga mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah
a. Strategi Pelaksanaan 1 untuk keluarga:
1) Diskusikan masalaha yang dirasakan keluarga
dalam merawat pasien
2) Jelaskan pengertian isolasi sosial, tanda dan gejala
serta proses terjadinya isolasi sosial
3) Jelaskan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
4) Latih dua cara merawat: cara berkenalan, berbicara
saat melakukan kegiatan harian
5) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberikan pujian saat besuk
b. Strategi Pelaksanaan 2 untuk keluarga:
1) Evaluasi kegiatan keluarga keluarga dalam
merawat/melatih pasien berkenalan dan berbicara
saat melakukan kegiatan harian. Beri pujian.
2) Jelaskan kegiatan rumah tangga yang dapat
melibatkan pasien berbicara (makan, sholat
bersama) di rumah
3) Latih cara membimbing pasien berbicara dab
memberi pujian
4) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal saat
besuk

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
40

c. Strategi Pelaksanaan 3 untuk keluarga:


1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih
pasien berkenalan, berbicara pasien saat melakukan
kegiatan harian. Beri pujian.
2) Jelaskan cara melatih pasien melakukan termasuk
minum obat
3) Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
d. Strategi Pelaksanaan 4 untuk keluarga:
1) Evalusi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih
pasien berkenalan, berbicara saat melakukan
kegiatan harian, harian/ RT, berbelanja. Beri
pujian.
2) Jelaskan follow up ke RSJ/ PKM, tanda kambuh
dan rujukan
3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal kegiatan
dan memberikan pujian.
e. Strategi Pelaksanaan 5 untuk keluarga:
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih
pasien berkenalan, berbicara saat melakukan
kegiatan harian. RT, berbelanja dan kegiatan lain
dan follow follow up. Beri pujian.
2) Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
3) Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke
RSJ/PKM.

2.2.6 Evalusi
Menurut Trimeilia (2011) evaluasi di lakukan dengan ber fokus
pada perubahan prilaku klien setelah diberikan tindak an
keperawatan. Keluarga juga perlu di evaluasi karena me rupakan
sistem pendukung yang penting.
2.2.6.1 Apakah klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
41

2.2.6.2 Apakah klien dapat menyebutkan kentungan berhubungan


dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
2.2.6.3 Apakah klien dapat melakukan hubungan sosial secara
bertahap: antara klien dengan perawat, antara klien
dengan perawat dengan perawat lain, antara klien dengan
perawat dengan klien lain, antara klien dengan kelompok,
antara klien dengan keluarga.
2.2.6.4 Apakah klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah
berhubungan dengan orang lain
2.2.6.5 Apakah klien dapat memberdayakan sistem pendukung
atau keluarganya untuk memfasilitasi hubungan
sosialnya
2.2.6.6 Apakah klien dapat mematuhi minum obat.

2.3 Konsep Terapi Musik


Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan musik sebagai
alat terapi dengan tujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik,
emosi, kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai usia. Terapi musik
berpengaruh pada perubahan respon fisiologis terhadap kecemasan yang dilihat
dari tekanan darah, respirasi dan nadi. Musik terdiri dari dua hal yaitu aktif dan
pasif. Musik dengan pendekatan aktif maka pasien dapat turut serta aktif
berpartisipasi, Misalnya pada saat mendengarkan musik mereka dapat ikut serta
bersenandung, menari, atau sekedar bertepuk tangan yang dapat merangsang
adrenalin mereka. Musik dengan pendekatan pasif maka pasien hanya
bertindak sebagai pendengar, motorik mereka tampak pasif, walaupun
sesungguhnya aktivitas mentalnya tetap bekerja (Bassano, 2012).

Berbagai penelitian yang telah dilakukan, dunia kedokteran serta psikologi


membuktikan bahwa terapi musik berpengaruh dalam mengembangkan

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
42

imajinasi dan pikiran kreatif. Musik dapat mempengaruhi sistem imun, sistem
saraf, sistem endokrin, sistem pernafasan, sistem metabolik, sistem
kardiovaskuler dan beberapa sistem lainnya dalam tubuh. Berdasarkan hasil
penelitian ilmiah tersebut, dinyatakan bahwa musik dapat digunakan untuk
membantu penyembuhan beberapa penyakit seperti insomnia, stress, depresi,
nyeri, hipertensi, obesitas, parkinson, epilepsi, kelumpuhan, aritmia kanker,
psikosomatis, mengurangi rasa nyeri saat melahirkan (Bassano, 2012). Syarat
pemberian terapi musik yaitu terapi yang diberikan oleh terapis musik yang
menggunakan teknik pendekatan teknik musik improfisasi dengan kemahiran
yang dimiliki dalam bermain dan memahami musik. Karena dalam improvisasi,
terapi harus menerjemahkan kebebasan yang dialami oleh klien (Djohan,2006).

2.2.2 Jenis musik


Adapun jenis musik yang dapat digunakan untuk terapi adalah:
2.2.2.18 Musik jazz, merupakan perpaduan instrumen yang umumnya
mengunakan alat musik seperti gitar, trombon, piano, saxopon
sebagai musik utamanya. Mendengarkan musik jazz dapat
membuat kita merasa rilex karena musik jazz sangat berperan
dalam proses pematangan hemisfer otak kanan walaupun dapat
pula berpengaruh pada otak sebelah kiri. Efek atau suasana
perasaan dan emosi baik persepsi, ekspresi atau kesadaran
pengalaman emosional secara predominan diperantarai oleh
hemisfer otak kanan manusia. Selain membuat perasaan yang
nyaman dan tenang, musik jazz juga bisa digunakan sebagai
terapi untuk memelihara dan meningkatkan keadaan mental, fisik
dan emosi, bisa mengurangi ketegangan dan menurunkan tekanan
darah.
2.2.2.19 Musik tradisional adalah musik yang berasal dari berbagai
daerah, ciri khas pada jenis musik ini terletak pada suara yang
dihasilkan oleh alat musiknya dan masing-masing bahasa dan
daerahnya. Musik dangdut atau disebut musik rakyat biasanya

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
43

dipakai untuk membuat seseorang lebih bersemangat dalam


melakukan aktivitas karena berlantunkan dangdut melayu.
2.2.2.20 Musik klasik, merupakan perpaduan instrument yang
menggunakan alat musik seperti violin, biola, piano dan cello
sebagai alat utamanya. Ciri utama dari musik klasik adalah
memiliki sedikit iringan vokal atau terkadang sama sekali tidak
memiliki iringan vokal pada musiknya, bisa juga dalam
memainkannya diiringi dengan orkestra. Musik klasik
kecenderungan untuk menenangkan tubuh, menormalkan detak
jantung dan tekanan darah, biasa juga dapat meningkatkan
intelegensia anak, dan jenis musik klasik ini diminati sebagai
musik terapi.
2.2.2.21 Musik dari alam adalah musik atau suara yang dihasilkan oleh
lingkungan alam sekitar seperti gemercik suara air, suara burung,
ataupun suara ombak sebagai terapi, karena memiliki efek yang
menenangkan pikiran, selain itu suara ombak juga bisa
meringankan gangguan telinga berdengung (Bassano,2012).

2.2.3 Tujuan terapi music


Menurut Djohan,2006 tujuan dari terapi musik adalah sebagai berikut:
2.2.3.18 Meningkatkan kemampuan fisik
Musik digunakan sebagai koordinasi gerakan sebagai stimulus
dalam latihan fisik berdasarkan mekanisme fisiologis seperti
stimulasi pola sensori sebagai pola gerak klien, konsep gerak
musik yang berkenaan dengan memainkan alat musik untuk
melatih fungsi fisik seperti jari, tangan lengan, pundak, kaki, dan
otot motorik. Dengan alat musik mampu menjadi sarana penting
untuk menstimulasi dan memupuk motivasi dalam
pengembangan aktivitas seseorang. terutama dalam melakukan
aktivitas seseorang.
2.2.3.19 Relaksasi, mengistirahatkan tubuh dan pikiran

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
44

Manfaat yang dirasakan setelah melakukan terapi musik adalah


perasaan rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih
fresh.Terapi musik memberikan reaksi bagi tubuh dan pikiran
untuk relaksasi yang sempurna. Dalam kondisi relaksasi
(istirahat) yang sempurna itu, seluruh sel dalam tubuh akan
mengalami re-produksi, penyembuhan alami berlangsung,
produksi hormon tubuh diseimbangkan dan pikiran mengalami
penyegaran
2.2.3.20 Meningkatkan kecerdasan
Masa dalam kandungan dan bayi adalah waktu yang paling tepat
untuk menstimulasi otak anak agar menjadi cerdas.Hal ini karena
otak anak dalam masa pembentukan, sehinngga sangat baik
apabila mendapatkan rangsangan yang positif.Ketika seorang ibu
yang sedang hamil sering mendengarkan terapi musik, janin di
dalam kandungannya juga ikut mendengarkan. Otak janin pun
akan terstimulasi untuk belajar sejak dalam kandungan. Hal ini
dimaksudkan agar kelak si bayi akan memiliki tingkat
intelegensia yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang
dibesarkan tanpa diperkenalkan dengan musik.
2.2.3.21 Meningkatkan motivasi
Motivasi adalah hal yang hanya bisa dilahirkan dengan perasaan
dan mood tertentu. Apabila ada motivasi, semangat pun akan
muncul dan segala kegiatan bisa dilakukan. Begitu juga
sebaliknya, jika motivasi tidak ada, maka semangatpun menjadi
turun, lemas, dan tidak ada tenaga untuk beraktivitas. Dari hasil
penelitian, ternyata jenis musik tertentu bisa meningkatkan
motivasi, semangat dan meningkatkan level energi seseorang.
2.2.3.22 Pengembangan diri
Musik sangat berpengaruh terhadap pengembangan seseorang.
Karena musik dapat menentukan kualitas pribadi seseorang. Hasil
penelitian menunjukan bahwa, orang yang mempunyai masalah

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
45

dengan perasaan, biasanya cenderung mendengarkan musik yang


sesuai dengan perasaannya. Misalnya orang yang putus cinta,
mendengarkan musik atau lagu bertema putus cinta atau sakit
hati. Hasilnya yaitu masalahnya menjadi semakin parah.Dengan
mengubah jenis musik yang didengarkan menjadi musik yang
memotivasi, maka masalah perasaan bisa hilang dengan
sendirinya atau berkurang sangat banyak.
2.2.3.23 Meningkatkan kemampuan mengingat
Terapi musik bisa meningkatkan daya ingat dan mencegah
kepikunan. Hal ini terjadi karena bagian otak yang memproses
musik terletak berdekatan dengan memori.Sehingga ketika
seseorang melatih otak dengan terapi musik, maka secara
otomatis memorinya juga ikut terlatih. Terapi musik banyak
digunakan di sekolah-sekolah modern di Amerika dan Eropa
untuk meningkatkan prestasi akademik siswa.Sedangkan di pusat
rehabilitasi, terapi musik banyak digunakan untuk menangani
masalah kepikunan dan kehilangan ingatan.
2.2.3.24 Kesehatan jiwa
Ilmuan Arab, Abu Nasr al-farabi (873-950M) dalam bukunya
“Great Book About Music”, mengatakan bahwa musik dapat
membuat rasa tenang, sebagai pendidikan moral, mengendalikan
emosi, pengembangan spiritual, menyembuhkan gangguan
psikologis. Pernyataan tersebut berdasarkan pengalamannya
dalam menggunakan musik sebagai terapi. Di zaman Modern,
terapi musik banyak digunakan oleh psikolog maupun psikiater
untuk mengatasi berbagai macam gangguan kejiwaan, gangguan
mental atau gangguan psikologis.
2.2.3.25 Mengurangi rasa sakit
Musik bekerja pada system saraf otonom yaitu bagian sistem
saraf yang bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut
jantung dan fungsi otak, yang mengontrol perasaan dan

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
46

emosi.Menurut penelitian, kedua system tersebut bereaksi


sensitive terhadap musik.Ketika kita merasa sakit, kita menjadi
takut, frustasi dan marah yang membuat menegangkan otot-otot
tubuh. Secara relaks, fisik dan mental, membantu menyembuhkan
dan mencegah rasa sakit. Dalam proses persalinan, terapi musik
berfungsi mengatasi kecemasan dan mengurangi rasa sakit.
Sedangkan bagi para penderita nyeri kronis akibat suatu penyakit,
terapi musik terbukti membantu mengatasi rasa sakit.
2.2.3.26 Menyeimbangkan tubuh
Menurut penelitian para ahli, stimulasi musik membantu
menyeimbangkan organ keseimbangan yang terdapat di telinga
dan otak. Jika organ keseimbangan sehat maka kerja organ tubuh
lainnya juga menjadi lebih seimbang dan lebih sehat.
2.2.3.27 Meningkatkan olahraga
Mendengarkan musik selama olahraga dapat memberikan
semangat olahraga yang baik dalam beberapa cara, diantaranya
meningkatkan daya tahan, meningkatkan mood dan mengalihkan
perhatian dari setiap pengalaman yang tidak nyaman selama
olahraga.

2.2.4 Teknik Prosedur Terapi Musik


Mekannisme pelaksanaan terapi musik berdasarkan beberapa
penelitian bentuk dan perencanaan mendengarkan musik secara
struktur berbeda-beda. Para akhli medikal riset dalam beberapa tahub
ini telah mengetahui pengaruh yang positif dalam medikal resonance
musik. Peneliti tersebut merekomendasikan syarat dalam
mendengarkan terapi musik adalah sebagai berikut:
2.3.3.1 Untuk memperoleh efek manfaat dari terapi musik sebaiknya
mendengarkan musik tiap hari dengan suasana tenang.

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
47

2.3.3.2 Duduk yang nyaman atau berbaring, tutup kedua belah mata.
Posisi ini mengijinkan suatu informsi yang harmonis untuk
bekerja di otak
2.3.3.3 Lama mendengar musik lebih kurang 15-20 menit sudah
cukup
2.3.3.4 Pelaksanaan terapi musik dapat dilakukan pada pagi hari atau
malam hari sebelum tidur, dapat juga musik sepanjang malam
volume sangat rendah

Durasi dan frekwensi dalam pelaksanaan terapi musik beberapa


penelitian mengungkapkan bentuk dan perencanaan mendengarkan
musik secara struktur berbeda-beda. Dalam pelaksanaan pemberian
durasi dalam rerapi musik dilaporkan berbeda-beda dari 10 menit,
15 menit, 20 menit,30 menit sampai 90 menit (Siedlecki, 2008).
Lehrman (2008) menyebutkan bahwa durasi mendengar musik lebih
kurang 15-20 menit sudah cukup. Frekwensi dalam pelaksanaan terapi
musik diberikan satu atau dua kali dalam satu hari ( Goog et all., 1999
dalam Siedlecki, 2008).

2.4 Kemandirian dan Aktivitas Sehari-hari


Aktivitas adalah kegiatan melakukan pekerjaan sehari hari secara rutin.
Aktivitas ini bertujuan sebagai pemenuhan kebutuhan individu dalam menjalani
hidup. Aktivitas atau Activity Daily Living (ADL) meliputi makan, minum,
berpakaian, mandi, dan berpindah tempat (Hardywinito & Setiabudi, 2005).
ADL dilakukan sebagai keterampilan seseorang untuk merawat dirinya secara
mandiri.

Menurut Hardywinito & Setiabudi (2005), ADL dibagi atas beberapa macam,
yaitu: (1) ADL dasar, merupakan keterampilan dasar yang harus dimilik oleh
seseorang meliputi berpakaian, makan, minum, toileting, mandi dan berhias
diri. (2) ADL instrumental merupakan keterampilan yang berhubungan dengan

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
48

penggunaan alat atau benda untuk menunjang kegiatan sehari-hari, seperti


menyiapkan makan, mengetik, menggunakan telfon, menulis, dll. (3) ADL
vokasional merupakan keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan atau
kegiatan sekolah. (4) ADL non vokasional merupakan aktivitas yang bersifat
rekreasi, hobi, dan mengisi waktu luang.
2.4.1 Indeks kemandirian Katz
Menurut Maryam (2008) untuk melakukan penilaian kemampuan
aktivitas dapat dilakukan dengan menggunakan indeks kemandirian
Katz berdasarkan evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien
dalam hal makan, mandi, toileting, kontinen (BAB/BAK), berpindah ke
kamar mandi dan berpakaian. Penilaian kemandirian dalam melakukan
activity daily living sebagai berikut:
2.4.1.1 Mandi
a. Mandiri: bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti
punggung atau ektremitas yang tidak mampu) atau mandi
sendiri sepenuhnya.
b. Bergantung: bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh,
bantuan masuk dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi
sendiri.
2.4.1.2 Berpakaian
a. Mandiri: mengambil baju dari lemari, memakai pakaian,
melepaskan pakaian, mengancing / mengikat pakaian.
b. Bergantung: tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya
sebagian.
2.4.1.3 Toileting
a. Mandiri: masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian
membersihkan genitalia sendiri.
b. Bergantung: menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil
dan menggunakan pispot.
2.4.1.4 Berpindah

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
49

a. Mandiri: berpindah dari tempat tidur, bangkit dari kursi


sendiri.
b. Bergantung: bantuan dalam naik atau turun dari tempat
tidur atau kursi, tidak melakukan sesuatu atau perpindahan.
2.4.1.5 Kontinen
a. Mandiri: BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri.
b. Bergantung: inkontinesia persial atau total yaitu
menggunakan kateter dan pispot, enema dan
pembalut/pampers.
2.4.1.6 Makanan
a. Mandiri: mengambil makanan dari piring dan menyuapinya
sendiri.
b. Bergantung: bantuan dalam hal mengambil makanan dari
piring dan menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan
makan parenteral atau melalui Naso Gastrointestinal Tube
(NGT).

2.4.2 Faktor yang mempengaruhi ADL


Kemampuan seseorang dalam melakukan ADL berbeda-beda
tergantung dari faktor pendukung atau yang mempengaruhi. Menurut
Hardywinoto (2007), kemauan dan kemampuan untuk melakukan
activity daily living tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
2.4.2.2 Umur dan status perkembangan
Umur dan status perkembangan seorang pasien menunjukkan
tanda kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana klien
bereaksi terhadap ketidakmampuan melaksanakan activity
daily living. Saat perkembangan dari bayi sampai dewasa,
seseorang secara perlahan–lahan berubah dari tergantung
menjadi mandiri dalam melakukan activity daily living.
2.4.2.3 Kesehatan fisiologis

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
50

Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi


kemampuan partisipasi dalam activity daily living, contoh
sistem nervous mengumpulakn, menghantarkan, dan mengolah
informasi dari lingkungan. Sistem muskuloskeletal
mengkoordinasikan dengan sistem nervous sehingga dapat
merespon sensori yang masuk dengan cara melakukan gerakan.
Gangguan pada sistem ini misalnya karena penyakit, atau
trauma injuri dapat mengganggu pemenuhan activity daily
living.
2.4.2.4 Fungsi Kognitif
Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang
dalam melakukan activity daily living. Fungsi kognitif
menunjukkan proses menerima, mengorgaisasikan sensor
stimulus untuk berpikir dan menyelesaikan masalah.
2.4.2.5 Fungsi Psikososial
Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk
mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi
pada suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang
kompleks antara perilakuintrapersonal dan interpersonal.
Gangguan pada intrapersonal contohnya akibat gangguan
konsep diri atau ketidakstabilan emosi dapat mengganggu
dalam tanggung jawab keluarga dan pekerjaan.

2.4.3 Kemandirian Menurut Islam


Secara etimologi kata kemandirian diartikan sebagai hal atau keadaan
dapat berdiri sendiri tanpa tergantung kepada orang lain. 2 Kemandirian
berasal dari kata mandiri, yang dalam bahasa Arab ‫عتمادا على النفس‬
berarti “berpegang kepercayaan pada diri sendiri”.

Kemandirian seorang manusia menurut Islam terdapat dalam firman


Allah SWT Surat Ali Imran ayat 139.

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
51

ْ ‫وّلَت ِهنُواَوّلَتحْ زنُواَوأ ْنت ُ ُم‬


َ‫َاْلعْل ْونَإِ ْنَ ُك ْنت ُ ْمَ ُمؤْ ِمنِين‬

Terjemahnya:
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika
kamu orang-orang yang beriman.

Ayat tersebut dengan jelas memaparkan bahwa setiap manusia dituntut untuk
mampu menolong dirinya sendiri. Konsep swakarya sebagai indikasi dan
kemandirian harus dimiliki oleh setiap orang agar mampu menopang
kesejahteraan hidupnya. Karena pada dasarnya keberhasilan adalah merupakan
buah dan hasil usaha dan kemampuan diri sendiri. Jadi, kemandirian adalah
kemampuan yang dimiliki seseorang untuk berdiri di atas kaki sendiri serta
mampu mengurus dirinya sendiri dalam usaha melangsungkan dan
mempertahankan hidup.

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
52

BAB 3
METODOLOGI

3.1 Rancangan/Desain KTI


Desain KTI ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi
kasus. Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan dengan meneliti suatu
permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal dengan pokok
pertanyaan yang berkenaan dengan“how”atau“why”. Unit tunggal dapat
berarti satu orang atau sekelompok penduduk yang terkena suatu masalah
(Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis
kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hati pada pasien isolasi sosial
sesudah pemberian terapi musik.

3.2 Subyek Studi Kasus dan Fokus Studi


3.2.1 Subyek studi kasus dan fokus studi
Subyek dalam penelitian ini adalah satu orang pasien isolasi sosial di
Ruang Giok RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin. dengan
kriteria subyek:
3.2.1.1 Pasien isolasi sosial yang mulai kooperatif
3.2.1.2 Isi pembicaraan dapat dipahami dengan jelas
3.2.1.3 Pasien tidak mengalami gangguan pendengaran
3.2.1.4 Pasien yang menyukai hiburan dengan jenis musik
3.2.1.5 Belum pernah mendapatkan terapi musik sebelumnya
3.1.1 Fokus studi
Fokus studi dalam penelitian ini adalah perubahan kemandirian pasien
isolasi sosial dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesudah intervensi
keperawatan dengan terapi musik.

3.3 Definisi Operasional


Definisi oprasional pada studi kasus ini adalah perubahan aktivitas sehari-hari
(Activity Daily Living/ADL) yang terjadi pada pasien isolasi sosial setelah

52
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
53

pemberian terapi musik. Diukur berdasarkan dari 4 macam ADL yaitu ADL
dasar, ADL instrumental, ADL vokasional dan ADL non vokasional. ADL
dasar yang harus dimiliki oleh seseorang seperti mandi, berpakaian, toileting,
berpindah, kontinen, makan. ADL instrumental merupakan keterampilan yang
berhubungan dengan penggunaan alat seperti mengetik, menulis memasak,
menyapu. ADL vokasional merupakan keterampilan yang berhubungan dengan
pekerjaan atau kegiatan sekolah seperti menggambar dan mewarnai. ADL non
vokasional merupakan aktivitas yang bersifat rekreasi, hobi, dan mengisi waktu
luang seperti bersepeda, berenang.

3.4 Tempat dan Waktu Studi Kasus


Pengambilan kasus dalam tugas akhir ini dilakukan pada klien halusinasi yang
dirawat di Ruang Giok RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin. Waktu
yang digunakan untuk penyusunan studi kasus ini dimulai dari Mei sampai
Agustus 2019.

3.5 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data


3.5.1 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi
terhadap ADL pasien yang mengalami isolasi sosial, sebelum dan
sesudah pemberian terapi musik.
3.5.2 Instrumen studi kasus
Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi yang isinya
pemenuhan ADL (Activity daily Living) yang berupa checklist sebanyak
14 item pilihan. Instrumen ini di rancang oleh peneliti menggunakan
teori Orem tentang klasifikasi tingkat ketergantungan klien. (Nursalam,
2008).
3.5.3 Langkah Pengumpulan Data
3.5.3.1 Mengurus perijinan dengan Institusi terkait yaitu Dinas
Kesehatan dan RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
untuk melakukan studi kasus.

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
54

3.5.3.2 Menjelaskan maksud, tujuan, dan waktu penelitian pada kepala


ruang atau perawat penanggung jawab di tempat penelitian dan
meminta persetujuan untuk melibatkan subyek dalam studi
kasus.
3.5.3.3 Meminta kepala ruang atau perawat untuk menandatangani
lembar informed consent sebagai bukti persetujuan penelitian
mewakili subyek.
3.5.3.4 Mengidentifikasi atau mendiskusikan dengan subyek tentang
jenis musik yang disepakati antara lain musik dangdut, rock,
pop.
3.5.3.5 Menyepakati jenis musik yang digunakan, klien memilih musik
dangdut sebagai terapinya.
3.5.3.6 Melakukan pengkajian awal kemampuan / kemandirian pasien
ADL sebelum pemberian terapi musik.
3.5.3.7 Melakukan intervensi terapi musik setiap hari selama 15 menit
dalam 3 hari sesuai SOP menggunakan jenis musik.
3.5.3.8 Subyek diminta untuk menari dan mengikuti irama musik yang
diberikan dalam proses terapi.
3.5.3.9 Setelah 15 menit pemberian terapi musik, dilakukan pengkajian
ulang utk pengukuran ADL tahap 1 (hari pertama).
3.5.3.10 Pengukuran ADL dilakukan beberapa jam setelah pemberian
terapi musik untuk setiap ADL yang dilakukan
3.5.3.11 Dilanjutkan pengkajian/pengukuran ADL tahap 2 (hari kedua)
dengan pemberian terapi musik yang sama dan seterusnya
sampai hari ke 3.
3.5.3.12 Melakukan pengolahan data.
3.5.3.13 Menyajikan hasil pengolahan data atau hasil penelitian dalam
bentuk tabel dan narasi.

3.6 Pengolahan dan Penyajian Data


3.6.1 Pengolahan data

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
55

Pengolahan data menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif


adalah digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendiskripsikan
data yang terkumpul untuk membuat suatu kesimpulan (Notoatmodjo,
2010). Pengolahan data ini dilakukan untuk mengetahui adanya
perubahan kemandirian pasien dalam melakukan ADL setelah dilakukan
intervensi keperwatan dengan menggunakan terapi musik. Adapun cara
menilai kemampuan ADL pasien berdasarkan aspek ADL adalah sebagai
berikut:
F
P= X 100 %
N
Keterangan :
P : Prosentase
F : Jumlah kemampuan yang dicapai
N : Jumlah aspek kemampuan

Selanjutnya hasil pengukuran tersebut di kategorikan berdasarkan tingkat


kemandirian/ketergantungan Minimal care, partial care, total care.
Minimal care jika subyek mampu melakukan dengan mandiri, Partial
care jika subyek masih dibantu sebagian oleh perawat, dan Total care
jika subyek dibantu sepenuhnya oleh perawat. Kategori ditentukan pada
prosentase (%) terbanyak dari kemampuan ADL yang dicapai subyek.

3.6.2 Penyajian data


Setelah dilakukan pengolahan data dan didapatkan hasil penelitian, maka
data/hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk narasi, tabel, gambar
ataupun bagan.

3.7 Etika Studi Kasus


Pada studi kasus ini antara peneliti dan subjek studi kasus masing-masing
mempunyai hak yang harus diakui dan dihargai oleh masing-masing pihak
(Susilo et al., 2015). Pertimbangan etik dalam studi kasus ini dilaksanakan

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
56

dengan memenuhi prinsip-prinsip the Five Rights of Human Subjects in


Research, yang terdiri dari:
3.7.1 Hak untuk self determination
Klien memiliki otnomi dan hak untuk membuat keputusan secara sadar
dan dipahami dengan baik, bebas dari paksaan untuk berpartisipasi atau
tidak dalam studi kasus ini, atau untuk mengundurkan diri dari studi
kasus ini.
3.7.2 Hak terhadap privacy and dignity
Klien memiliki hak untuk dihargai tentang apa yang mereka lakukan dan
apa yang dilakukan terhadap mereka serta untuk mengontrol kapan dan
bagaimana informasi tentang mereka dibagi dengan orang lain.
3.7.3 Hak anonimity and confidentiality
Semua informasi yang didapat dari klien harus dijaga dengan sedemikian
rupa sehingga informasi individual tertentu tidak bisa langsung dikaitkan
dengan klien, dan klien juga harus dijaga kerahasiaannya atas
keterlibatannya dalam studi kasus ini. Untuk menjamin kerahasiaan,
maka peneliti menyimpan seluruh dokumen hasil pengumpulan data
dalam tempat khusus yang hanya bisa diakses oleh peneliti. Dalam
menyusun laporan studi kasus, peneliti menguraikan data tanpa
mengungkap identitas klien.
3.7.4 Hak justice
Memberikan individu hak yang sama untuk dipilih atau terlibat dalam
studi kasus tanpa diskriminasi dan diberikan penanganan yang sama
dengan menghormati seluruh persetujuan yang disepakati, dan untuk
memberikan penanganan terhadap masalah yang muncul selama
partisipasi dalam studi kasus.
3.7.5 Hak beneficience and nonmaleficience
Klien dilindungi dari eksploitasi dan peneliti harus menjamin bahwa
semua usaha dilakukan untuk meminimalkan bahaya (nonmaleficience)
atau kerugian dari suatu studi kasus, serta memaksimalkan manfaat
(beneficience) dari studi kasus.

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
57

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Studi Kasus


4.1.1 Gambaran Lokasi Studi Kasus
Studi kasus ini dilakukan di RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
Banjarmasin. Fasilitas yang tersedia di Rumah Sakit ini antara lain
Instalasi farmasi, Instalasi Rehabilitas Medik, Konsultasi Gizi,
Laboratorium 24 jam, Poliklinik Fisioterapi, Poliklinik Jiwa, Ruang
Rawat Inap, dan UGD 24 jam. Kapasitas Rumah Sakit ini meliputi 700
tempat tidur dengan rata-rata hunian mencapai 93%.

Pada studi kasus ini peneliti menggunakan Ruang Giok yaitu ruang
perawatan jiwa bagi wanita dewasa yang diterima langsung setelah
pasien datang dari UGD. Jumlah pasien yang ada di ruangan berubah
setiap hari karena Ruang Giok merupakan ruang dimana pasien
kapanpun datang dari UGD dan akan segera di alih rawat setelah kondisi
klien mulai stabil.

Bangunan Ruang Giok terdiri dari 1 kamar tidur pasien dengan kapasitas
20 tempat tidur, 3 kamar mandi klien, 1 kamar mandi perawat, 1 ruang
kepala ruangan, 1 ruang untuk mahasiswa, 1 ruang utama yang terdiri
dari 4 meja makan dengan 8 kursi panjang, 1 meja perawat dengan 6
kursi, sofa untuk tamu dan halaman di depan Ruang Giok.

4.1.2 Gambaran Subyek Studi Kasus


Dalam studi kasus ini dipilih 1 orang sebagai subyek studi kasus, subyek
sudah sesuai dengan kriteria yang di tetapkan. Klien bernama Nn. R
berjenis kelamin perempuan, berumur 44 tahun, beralamat di Jahri Saleh
Sungai Jingah, pendidikan terakhir klien lulus kelas 6 SD, pekerjaan
klien adalah Pedagang, dan status perkawinan belum menikah, agama

57
Contoh KTI D3 Keperawatan
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
58

klien islam, klien merupakan orang dengan suku Banjar dan berbangsa
Indonesia. Klien masuk RS pada tanggal 9 April 2017 dengan diagnosis
medis F.20.0 (Skizofrenia Paranoid) dan memiliki nomor rekam medik
22-05-XX.

Dilihat dari buku status klien, klien diantar oleh keluarga pada 9 April
2017 untuk berobat karena penyakit klien kambuh, klien tidak mau
bicara sejak 3 hari yang lalu, menyendiri dan banyak melamun, klien juga
tidak mau makan, tidak mau minum, tidak mau mandi, dan mengamuk 1
kali karena ada bayangan yang menyuruhnya.

Klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain, tidak perlu


berhubungan dengan orang lain karena hanya akan membuat kepala
pusing dan menambah banyak masalah yang dipikirkan serta lebih
nyaman menyendiri. Saat diajak berkomunikasi klien menundukkan saat
di wawancara, nada suara sangat pelan, bicara lambat, nampak apatis
(acuh terhadap lingkungan), kontak mata kurang bahkan tidak ada,
apabila ditanya klien menjawab dengan jawaban singkat, lebih suka
menyendiri, melamun, berdiam diri duduk dipojokan kursi, tidak tahu
satupun nama pasien lain di ruangan, klien tidak mempunyai teman
terdekat, tidak berinteraksi dengan pasien yang lain, sedikit bicara dan
menjawab seperlunya, tidak mau menatap mata lawan bicara, postur
tubuh saat tidur seperti janin.

4.1.3 Pemaparan Fokus Studi


4.1.3.1 Hasil Pegkajian awal kemampuan ADL dan Tingkat
Kemandirian Subyek
Berdasarkan tahapan proses keperawatan, maka langkah
pertama yang harus dilakukan pada pasien isolasi sosial adalah
pengkajian. Dalam studi kasus ini pengkajian awal yang

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
59

dilakukan berfokus pada kemampuan pasien dalam melakukan


ADL dan tingkat kemandiannya.

Berdasarkan hasil studi, dapat diketahui bahwa saat pengkajian


awal terhadap aktivitas subyek dalam melakukan ADL dan
tingkat kemandiriannya dapat dilihat seperti pada tabel 4.1
berikut.
Tabel 4.1 Hasil Pengkajian (Observasi) Awal
Tingkat Kemandirian Pasien

Prosentase Kemampuan
Aspek yang dinilai pada berdasarkan tingkat Tingkat
subyek kemandirian Kemandirian
M P T
ADL Dasar 30% 58% 12%
ADL Instrumental 0 10% 90%
ADL Vokasional 0 71% 29% Partial Care
ADL Non Vokasional 0 100% 0
Kemampuan ADL Total 7.50% 59.75% 32.75%

Selanjutnya untuk memperjelas kemampuan ADL pada subyek


yang diobeservasi saat pengkajian awal dapat digambarkan pada
diagram 4.1 berikut.

Diagram 4.1 Hasil Pengkajian (Observasi) Awal


Tingkat Kemandirian Pasien
70
59.75 %
Prosentase (%) Kemampuan

60

50

40
32.75 %
30

20

10 7.50 %

0
Minimal Care Partial Care Total Care
Kemampuan ADL Total

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
60

Berdasarkan tabel 4.1 dan diagram 4.1 diketahui bahwa secara


keseluruhan rata-rata tertinggi kemampuan subyek dalam
melakukan ADL pada subyek adalah 59,75% dengan kategori
tingkat kemandirian Partial care didapatkan dari ADL Dasar,
vokasional, dan non vokasional.

Setelah melakukan pengkajian (observasi) awal terkait ADL dan


kemandirian pasien, dilakukan intervensi keperawatan dengan
menggunakan terapi musik. Terapi musik dilakukan untuk
meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik, emosi, kognitif,
dan sosial pasien, sehingga diharapkan dapat memperbaiki
motivasi yang berdampak pada peningkatan kemampuan dan
kemandirian pasien dalam melakukan ADL. Kegiatan ini
dilakukan setiap hari selama 3 hari berturut-turut dan masing-
masing kegiatan dilakukan selama 15 menit.

Setelah selesai melakukan intervensi keperawatan menggunakan


terapi musik, dilakukan evaluasi setiap hari selama 3 hari untuk
mengetahui kemajuan/perkembangan kemampuan kemandirian
pasien dalam melakukan ADL. Terapi musik yang dipilih oleh
klien adalah musik dangdut.

4.1.3.2 Hasil Evaluasi aktivitas (ADL) Subyek sesudah dilakukan


intervensi keperawatan dengan terapi musik
Berdasarkan hasil studi, diketahui bahwa sesudah dilakukan
inetervensi keperawatan dengan menggunakan terapi musik,
maka kemampun dan kemandirian subyek dalam melakukan
ADL mengalami peningkatan seperti table 4.2 berikut.

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
61

Tabel 4.2 Evaluasi Kemampuan ADL dan Kemandirian pasien Sesudah


dilakukan intervensi keperawatan dengan Terapi Musik

Prosentase Kemampuan
berdasarkan tingkat Tingkat
Hari Aspek yang dinilai
kemandirian Kemandirian
M P T
ADL Dasar 30% 58% 12%
ADL Instrumental 0 10% 90%
ADL Vokasional 0 71% 29%
Ke – 1 ADL Non Vokasional 0 100% 0 Partial care
Kemampuan ADL
7.50% 59.75% 32.75%
Total
ADL Dasar 30% 63% 7%
ADL Instrumental 0 47% 53%
ADL Vokasional 0 89% 11%
Ke – 2
ADL Non Vokasional 0 100% 0 Partial care
Kemampuan ADL
7.50% 74.75% 17.75%
Total
ADL Dasar 75% 25% 0
ADL Instrumental 59% 41% 0
ADL Vokasional 42% 34% 24% Minimal
Ke – 3
ADL Non Vokasional 81% 19% 0 care
Kemampuan ADL
64.25% 29.75% 6%
Total

Selanjutnya untuk memperjelas kemampuan ADL pada subyek


yang diobeservasi setelah dilakukan intervensi keperawatan
dengan terapi musik dapat digambarkan pada diagram 4.2
berikut.

Diagram 4.2 Hasil Evaluasi Tingkat Kemandirian Pasien


80 74.75 %
Prosentase (%) Kemampuan

70 64.25 %
59.75 %
60
50
40 32.75 %
29.75 %
30
17.75 %
20
7.50 % 7.50 % 6.00 %
10
0
Hari Ke – 1 Hari Ke - 2 Hari Ke - 3
Kemampuan ADL Total

Minimal Care Partial Care Total Care

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
62

Berdasarkan tabel 4.2 dan diagram 4.2 diketahui bahwa terjadi


peningkatan kemampuan dan tingkat kemandian pasien dalam
melakukan ADL. Pada hari pertama dan kedua, walaupun tingkat
kemandirian pasien adalah partial care, tetapi skor kemampuannya
dalam melakukan ADL mengalami peningkatan. Sejak hari pertama
ke hari kedua terjadi peningkatan kemampuan partial care dari
59,75% ke 74,75%. Pada hari ketiga terjadi peningkatan
kemandirian minimal care, awalnya hari pertama 7,50% menjadi
64,25% pada hari ketiga. Dari tabel 4.2 tersebut juga diketahui
bahwa beberapa aspek ADL yang semula kemandiriannya adalah
total care, pada hari ketiga hanya 6,00%.

4.2 Pembahasan
Hasil penelitian tentang perubahan aktivitas sehari-hari (ADL) pada pasien
isolasi sosial diperoleh hasil adanya perubahan kemampuan dan tingkat
kemandirian antara sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik.

Pada subyek, kemampuan ADL (Activity daily Living) pasien dengan tingkat
kemandirian Partial Care. Setelah pemberian terapi musik sampai hari ke-3,
kemampuan ADL dan tingkat kemandirian pasien menjadi Minimal care. Hal
ini terjadi karena subyek sebelumnya sudah pernah dirawat dan pernah
mendapatkan terapi TAK sehingga motivasi dalam dirinya meningkat.
Disamping itu usia subyek relatif lebih muda sehingga memungkinkan untuk
lebih mudah beradaptasi dan mudah dalam mengikuti terapi yang diberikan.
Pemilihan musik yang tepat sesuai dengan jiwa muda subyek sehingga
pemberian terapi musik dapat kembali meningkatkan emosi dan motivasi klien.
Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Djohan (2005) bahwa terapi
musik dapat membantu mengekpresikan perasaan, membantu rehabilitasi atau
memulihkan permasalahan dan ketegangan fisik dan psikologis. Pemberian
terapi musik dalam intervensi keperawatan pasien isolasi sosial akan berdampak

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
63

positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi, serta meningkatkan memori.
Musik digunakan sebagai koordinasi gerakan sebagai stimulus dalam latihan
fisik berdasarkan mekanisme fisiologis seperti stimulasi pola sensori sebagai
pola gerak klien, konsep gerak musik yang berkenaan dengan memainkan alat
musik untuk melatih fungsi fisik seperti jari, tangan lengan, pundak, kaki, dan
otot motorik. Musik mampu menjadi sarana penting untuk menstimulasi dan
memupuk motivasi dalam pengembangan aktivitas seseorang, terutama dalam
melakukan aktivitas.

Ilmuan Arab, Abu Nasr al-Farabi (873-950M) dalam bukunya “Great Book
About Music”, mengatakan bahwa musik dapat membuat rasa tenang, sebagai
pendidikan moral, mengendalikan emosi, pengembangan spiritual,
menyembuhkan gangguan psikologis. Hal ini didasarkan pada pengalamannya
dalam menggunakan musik sebagai terapi. Terapi musik banyak digunakan oleh
psikolog maupun psikiater untuk mengatasi berbagai macam gangguan
kejiwaan, gangguan mental atau gangguan psikologis. Hal ini juga diperkuat
dengan pendapat Mary Bassano (2009) bahwa musik dapat membangkitkan
semangat dan ketenangan.

Sementara itu menurut Al-Qur’an Surah Hud ayat 11 dimaksudkan bahwa tidak
satupun yang mampu untuk melimpahkan suatu penyakit atas diri seseorang
selain Allah SWT. Penyakit gangguan jiwa yang diturunkan dari orang-orang
yang memang dikehendaki gila oleh Allah SWT. Namun, peran perawat adalah
tetap menguatkan dan meningkatkan kemampuan diri pasien agar dia tetap
mampu memenuhi kebutuhan sehari-harinya secara mandiri. Peningkatan
aktifitas kemandirian pasien ini juga sesuai dalam pandangan Islam, setiap
manusia dituntut untuk mampu mandiri dalam mengurus dirinya sendiri agar
mampu menopang kesejahteraan hidupnya seperti yang terdapat dalam Al-
Qur’an Surah Ali Imran ayat 139.

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
64

4.3 Keterbatasan
Dalam studi kasus ini penulis menemui hambatan sehingga menjadi
keterbatasan dalam penyusunan studi kasus ini. Beberapa keterbatasan ini
adalah:
4.3.1 Penempatan ruangan yang ditentukan tidak mendukung proses terapi
yang dilakukan.
4.3.2 Peneliti tidak bisa melakukan observasi setelah jam dinas selesai
sehingga pengukuran ADL kurang optimal.

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
65

BAB 5
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan paparan fokus studi dan pembahasan tentang kemampuan dan
kemandian subyek terkait aktivitas sehari-hari (ADL) pada pasien isolasi sosial
setelah dilakukan intervensi keperawatan dapat disimpulkan bahwa: dari
indikator kemampuan aktivitas yang diidentifikasi dari ADL dasar, vokasional
dan non vokasional diketahui bahawa ada perubahan kemampuan menjadi lebih
baik (meningkat) dan tingkat kemandirian dari parsial berubah ke minimal care.
Sebelum dilakukan intervensi keperawatan dengan terapi musik skor
kemampuan pasien lebih dominan pada tingkat ketergantungan partial care dan
setelah 3 kali intervensi secara berturut-turut, skor kemampuan pasien
meningkat dan bergeser ke tingkat kemandirian minimal care.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Perawat dan Rumah Sakit
Dapat memberikan sarana untuk dilakukan terapi musik sehingga
efektifitas terapi musik dapat berjalan secara optimal. Perlu adanya
pengawasan secara konsisten dalam pemberian terapi musik sehingga
terapi musik dapat berjalan optimal.
5.2.2 Bagi Pengembangan dan Penelitian selanjutnya
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar pengembangan model-
model terapi lainnya khususnya dalam menangani pasien isolasi sosial
dalam asuhan keperawatan.
5.2.3 Bagi penulis selanjutnya
Diharapkan penulis selanjutnya dapat mengaplikasikan terapi musik
pada kasus lainnya dan dapat mengaplikasikan evidence based nursing
practice lain yang dapat meningkatkan kemandirian klien.

Contoh KTI D3 Keperawatan 65


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
66

DAFTAR RUJUKAN

Aditya, D. IG. (2009). Handout Penelitian Deskriptif. Poltekkes Surakarta.

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Baradero, M., Dayrit, M.W. & Maratning, A. (2016). Kesehatan Mental Psikiatri:
Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Bassano M. (2012). Terapi Musik dan Warna. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Carpenito. (2002). Proses Keperawatan Jiwa. Edisi Indonesia. Jakarta : EGC.

Damaiyanti, M., & Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama

Djohan. (2006). Terapi Musik, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galang press.

Direja, A.H.S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha


Medika

Elsevier. (2017). Foundation Of Mental Health Care. Sixth Edition. Canada:


Rivertport Lane

Farida K & Yudi H. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.

Fitria N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A.A.A. (2008). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika.

Informasi Spesialite Obat Indonesia. (2010). Informasi Spesialite Obat Indonesia


Volume 46, 2011-2012, Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.

Jaya, W. (2015). Keperawatan Jiwa. Tangerang: Binarupa Aksara

Kasim, F. (2008).Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 43, 2008, PT. ISFI
Penerbitan, Jakarta: Indonesia.

Keliat & Akemat. (2004). Keperawatan Jiwa. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Contoh KTI D3 Keperawatan


66
FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
67

Kusumawati,F & Hartono, Y. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Salemba Medika.

Maryam, R. S, dkk. (2008). Mengenal usia lanjut dan Perawatannya. Jakarta :


salemba Medika.

Mubarta, A.F., Husin.A.N. & Arifin, S. (2013) Berkala Kedokteran: Gambaran


Distribusi Penderita Gangguan Jiwa Di Wiayah Banjarmasin Dan
Banjarbaru Tahun 2011 vol 9 no 2, 199-209

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Praktik. Yogyakarta:


Andi Offset

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Pedoman skripsi, tesis, dan instrument penelitian keperawatan.


Jakarta: Salemba Medika.

Nyumirah, S. (2014) Jurnal Keperawatan Jiwa: Peningkatan Interaksi Sosial


(Kognitif, Afektif Dan Perilaku) Melalui Penerapan Terapi Perilaku
Kognitif di RSJ DR AMINO GONDOHUTOMO Semarang, Vol 1 No 2

O’brien, P.G., Kennedy, Z.W. & Ballard, K.A. (2014). Keperawatan Kesehatan
Jiwa Psikiatrik: Teori & Praktik. Jakarta: EGC

Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


Nuha Medika

Puskesmas Sungai Jingah. (2017) Data Kunjungan Pasien Jiwa.

Rumah Sakit Umum Daerah DR.H.Moch. Ansari Saleh. (2017). Buku laporan
Catatan ruang Giok . Banjarmasin: RSUD DR.H.Moch. Ansari Saleh

Rumah Sakit Umum Daerah DR.H.Moch. Ansari Saleh. (2017). Data Rekam Medik
RSUD DR.H.Moch. Ansari Saleh. Banjarmasin: RSUD DR.H.Moch. Ansari
Saleh

Semiun Y. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Setiahardja, A. S. (2005). Penilaian keseimbangan dengan aktivitas kehidupan


sehari-hari pada lansia di Panti werdha Pelkris Elim semarang dengan
menggunakan Berg Balance dan Indeks Barthel. Tesis. Semarang :
Universitas Diponegoro.

Setyoadi & Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien


Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
68

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Edisi Indonesia. Jakarta: EGC.

Stuart & Sundeen. (2002). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi \Indonesia. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.

Trimelia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial . Jakarta: Trans Info
Medika

Videbeck, S.L. (2017). Psychiatric-Mental Health Nursing. Seventh Edition.


Philadelphia: Wolters Klower

Wijayaningsih, K.S. (2015). Panduaan Lengkap Praktik Keperawatan Jiwa.


Jakarta: Trans Info Media

Yusuf, A., Fitryasari, R. & Nihayati, H.E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika

Contoh KTI D3 Keperawatan


FKIK Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Anda mungkin juga menyukai