Anda di halaman 1dari 9

KETERKAITAN JURNAL PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

ISOLASI SOSIAL DENGAN PENDEKATAN MODEL KONSEPTUAL HILDEGARD


E. PEPLAU

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH :
FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah individu berjudul keterkaitan teori
Hildegard E. Peplau terhadap penurunan gejala dan kemapuan pasien isolasi sosial ini tepat
pada waktunya. Adapum tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
individu pada blok teori dan falsafah keperawatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawsan tentang teori keperawatan Hildegard E. Paplau bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Ucapan terima kasih pula kepada Bapak Ardia Putra dan Bapak Hilman Syarif, selaku
tutor dan koordinator blok yang memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah ini memiliki kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikam demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 31 Desember 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan Masalah................................................................................................................1
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
Keterkaitan jurnal dengan teori Keperawatan Hildegard E. Paplau.......................................2
PENUTUP.................................................................................................................................4
DAFTAR ISI.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ilmu keperawatan didasarkan pada suatu teori yang sangat luas. Proses dalam
keperawatan merupakan metode yang mana suatu konsep diterapkan pada praktik
keperawatan. Keperawatan adalah suatu bentuk layanan kesehatan professional yang
termasuk bagian integral dari suatu layanan kesehatan serta berdasarkan pada ilmu dan etika
keperawatan. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan Kesehatan juga ikut
menentukan mutu dari suatu pelayanan kesehatan.
Dalam menjalankan tugas keperawatan, banyak teori keperawatan yang digunakan, salah
satunya adalah Hildegard E. Peplau. Model konsep dan teori keperawatan Peplau
menjelaskan bagaimana kemampuan memahami diri sendiri serta orang lain dengan
menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup 4 komponen sentral yaitu klien,
perawat, masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit dan proses interpersonal.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian penyakit skizofrenia dan konsep dasar keperawatan menurut
Hildegard E Peplau?
2. Apa saja penyebab penyakit skizofrenia dan karakteristik konsep dasar
keperawatan menurut Hildegard E Peplau?
3. Bagaimana keterkaitan teori Hildegard E. Peplau terhadap penurunan gejala dan
kemapuan pasien Skizofrenia?

C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui Pengertian penyakit skizofrenia dan konsep dasar keperawatan
menurut Hildegard E. Peplau.
2. Mengetahui karakteristik konsep dasar Keperawatan menurut Hildegard E. Peplau
3. Keterkaitan teori Hildegard E. Peplau terhadap penurunan gejala dan kemapuan
pasien Skizofrenia

PEMBAHASAN

Rhoads (2011, dalam Pardede (2019) menjelaskan Skizofrenia adalah penyakit


kronis, parah, dan melumpuhkan, gangguan otak bisa ditandai dengan pikiran kacau, waham,
halusinasi, serta adanya perilaku aneh. Skizofrenia diperkirakan dari 0,2% meningkat
menjadi 1,5% untuk pria dan wanita di setiap tingkatan usia (Barlow & Durand, 2011).
Prevalensi skizofrenia yang cukup tinggi peningkatannya tidak hanya terjadi di dunia tetapi
juga di Indonesia. Hasil penelitian Bobes et al (2009) memperoleh hasil sebanyak 45,8%
klien skizofrenia mengalami isolasi sosial. Isolasi sosial merupakan salah satu gejala negatif
pada skizofrenia. Gejala positif meliputi waham, halusinasi, gaduh gelisah, perilaku aneh,
sikap bermusuhan dan gangguan berpikir formal sedangkan gejala negatif meliputi sulit
memulai pembicaraan, afek tumpul atau datar, berkurangnya motivasi, berkurangnya atensi,
pasif, apatis dan penarikan diri secara sosial dan rasa tidak nyaman (Videbeck, 2008).
Isolasi sosial merupakan salah satu masalah keperawatan yang banyak dialami oleh
pasien gangguan jiwa berat, yang mana digunakan oleh klien untuk menghindari diri agar
peristiwa yang tidak menyenangkan dalam berhubungan dengan orang lain tidak terulang
lagi. Penderita penyakit ini juga memiliki penyakit kedua dari reaksi lingkungan sosial dan
dampak stigma. Dampak dari stigmatisasi menyebabkan pasien skizofrenia mengalami isolasi
sosial, sehingga kurangnya kesempatan hidup seperti pekerjaan serta diskriminasi sosial
(Horrison dan Gill, 2010).
Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan Bab IX pasal 144 yang
menyatakan bahwa upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk menjamin setiap orang dapat
menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain
yang dapat mengganggu kesehatan jiwa. Salah satu tindakan keperawatan yang dapat
dilakukan kepada klien isolasi sosial dan harga diri rendah yaitu terapi generalis dan terapi
spesialis (terapi psikososial/psikoterapi) ditujukan kepada klien sebagai individu, kelompok
klien, dan keluarga klien, serta komunitas disekitar klien (Carson, 2000; Chen, et, al., 2006;
Eiken, 2012).
Penyebab penyakit skizofrenia yaitu :
1. Karakteristik klien
a. Usia : Masa dewasa dimana masa kematangan dari aspek kognitif, emosi, dan
perilaku. Kegagalan serta kesulitan yang dialami seseorang dalam memenuhi tuntutan
perkembangan pada usia tersebut sehingga menyebabkan gangguan jiwa (Yusuf,
2010). Usia dewasa merupakan usia produktif yang mana klien memiliki tuntutan
untuk mengembangkan aktualisasi diri, baik dari diri sendiri, keluarga, maupun
lingkungan. Aktualisasi diri dapat dicapai apabila terlebih dahulu mencapai harga diri
yang positif.
b. Jenis Kelamin : Sinaga (2007), menyatakan prevalensi Skizofrenia berdasarkan
jenis kelamin, ras dan budaya adalah hal yang sama. Dimana wanita cenderung
mengalami gejala yang lebih ringan, lebih sedikit rawat inap dan fungsi sosial yang
lebih baik di komunitasnya dibandingkan dengan laki-laki. Laki-laki biasanya lebih
banyak mengalami harga diri rendah dan isolasi sosial dikarenakan adanya tuntutan
terhadap tanggung jawab serta peran yang harus dipenuhi dalam keluarganya,
sehingga stresor yang dialami juga lebih banyak.
c. Pendidikan : Dimana semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar
untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan. Karna tingkat pendidikan sangat
mempengaruhi cara individu berperilaku, membuat keputusan, memecahkan masalah,
serta mempengaruhi cara penilaian klien terhadap stresor.
d. Status Ekonomi : Faktor status ekonomi rendah lebih banyak mengalami gangguan
jiwa dibanding pada tingkat status ekonomi yang tinggi.
f. Status Perkawinan : Pendapat Hawari (2001) dan Kintono (2010) menyatakan
bahwa berbagai masalah perkawinan dapat menjadi sumber stress bagi seseorang dan
menjadi salah satu penyebab umum gangguan jiwa.
2. . Faktor Predisposisi
a. Aspek Biologis : Faktor genetik memiliki peran menurunkan penyakit gangguan
jiwa pada klien yang menderita skizofrenia (Sadock dan Sadock, 2007). Apabila salah
satu orang tua menderita gangguan jiwa, keturunannya memiliki resiko 10%, dan jika
kedua orang tua memiliki riwayat gangguan jiwa maka resikonya sebesar 40%.
b. Aspek Psikologis : Adanya riwayat kegagalan/kehilangan (77,8%). Sebagian besar
dari pengalaman kehilangan dan kegagalan dapat mempengaruhi respon individu
dalam mengatasi stresornya.
3. Faktor Presipitasi yang mana klien merasa bosan serta merasa sudah sembuh sehingga
tidak perlu lagi mengkosumsi obat, karna efek obat dapat menyebabkan mereka lemas dan
tidak dapat beraktivitas.
4. Faktor Stressor yang mana penilaian stressor pada masalah harga diri rendah didapatkan
gambaran rata-rata respon kognitif.
5. Ketepatan Penerapan Manajemen Terapi Latihan Ketrampilan Sosial pada klien isolasi
sosial dan harga diri rendah kronis dengan menggunakan pendekatan model hubungan
interpersonal Peplau.
Teori yang dikembangkan Hildegard E. Peplau dalam bentuk keperawatan
psikodinamik (Psychodynamyc Nursing). Teori ini dipengaruhi oleh model hubungan
interpesonal yang bersifat terapeutik (significant therapeutic interpersonal process).
Hildegard E. Peplau mendefenisikan teori keperawatan psikodinamik yaitu kemampuan
dalam memahami perilaku seseorang untuk membantu mengidentifikasikan kesulitan-
kesulitan yang dirasakan serta dapat mengaplikasikan prinsip-prinsip kemanusiaan yang
berhubungan dengan masalah-masalah yang muncul dari semua kejadian yang telah dialami.
Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan peplau mencakup 4 komponen
sentral, yaitu :
1. Klien : Subjek yang langsung dipengaruhi oleh adanya proses interpersonal.
2. Perawat : Berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal dengan pasien yang
bersifat parsipatif, sedangkan pasien mengendalikan isi yang menjadi tujuan.
3. Sumber Kesulitan (Ansietas ) : Ansietas merupakan konsep yang berperan penting karna
berkaitan langsung dengan kondisi sakit. Dalam keadaan sakit biasanya tingkat ansietas
meningkat. Oleh karna itu perawat pada saat ini harus mengkaji tingkat ansietas klien.
Berkurangnya ansietas menunjukan bahwa kondisi klien semakin membaik.
4. Proses Interpersonal: Proses interaksi secara simultan dengan orang lain dan saling
pengaruh-mempengaruhi satu dengan lainnya, biasanya dengan tujuan untuk membina suatu
hubungan.
Ada 4 fase dalam proses interpersonal, yaitu :

a. Fase Orientasi : Pada tahap ini perawat dan klien melakukan kontrak awal untuk
membangun kepercayaan dan terjadi proses pengumpulan data.
b. Fase Identifikasi : Selama fase ini, klien menerima bentuk ketergantungan dalam
hubungannya dengan perawat. Fokus perawat adalah meyakinkan orang tersebut
bahwa perawat mengerti makna interpersonal dari situasi klien.
c. Fase Eksploitasi : Pada tahap ini perawat telah membantu klien dalam
memberikan gambaran kondisi klien.
d. Fase Resolusi : Pada tahap ini perawat berusaha untuk secara bertahan membantu
klien agar bisa mandiri yang bertujuan untuk membebaskan diri dari
ketergantungan kepada tenaga Kesehatan.

Komponen utama keperawatan Peplau antara lain :

1. Keperawatan : Sebagai sebuah proses yang signifikan, bersifat terapeutik, dan


interpersonal.

2. Individu : Organisme yang memiliki kemampuan dalam mengurangi ketegangan yang


ditimbulkan oleh kebutuhan.
3. Kesehatan : Sebuah simbol yang secara tidak langsung menjelaskan perkembangan
progresif dari kepribadian dan proses kemanusiaan yang mengarah pada keadaan kreatif,
konstruktif, produktif di dalam kehidupan pribadi ataupun komunitas.

4. Lingkungan : Mendorong perawat untuk memperhatikan kebudayaan serta adat istiadat


saat klien harus membiasakan diri dengan rutinitas rumah sakit.

Tindakan keperawatan model hubungan interpersonal Peplau pada klien dengan


masalah isolasi sosial dan harga diri rendah dapat dilakukan secara efektif, melalui terapi
latihan ketrampilan sosial dengan proses pertama yang dilakukan yaitu tahap orientasi dalam
hubungan perawat dengan klien diawali dengan membina hubungan saling percaya dimana
perawat dan klien belum saling mengenal masih sebagai orang asing. Selanjutnya tahap
identifikasi dilakukan oleh perawat dengan mengkaji secara mendalam permasalahan yang
muncul pada klien. Pada tahap ini hubungan perawat dan klien sudah terbina dengan baik
sehingga perawat dapat menggali permasalahan yang dialami klien. Setelah mendapatkan
berbagai data, masuk dalam tahap eksploitasi perawat dan klien menentukan tujuan untuk
mengatasi masalah. Pada tahap eksploitasi perawat melatih klien tentang kemampuan dalam
meningkatkan hubungan sosial melalui terapi latihan ketrampilan sosial. Dilakukan sampai
klien benar-benar menguasai secara kognitif maupun psikomotor untuk tiap-tiap sesi latihan
terapi. Tahap identifikasi dan eksploitasi dimana terjadi proses hubungan terapeutik Setelah
perawat merasa yakin bahwa klien telah mampu menguasai terapi yang dilatihkan, perawat
mengidentifikasi kembali kemampuan klien dalam melaksanakan kemampuan yang telah
dilatihkan, kemudian tahap akhir, tahap resolusi yaitu perawat membantu klien lepas dari
ketergantungan terhadap perawat dalam melakukan hubungan sosial dengan lingkungannya.
PENUTUP
Kesimpulan
Tindakan keperawatan dalam merawat klien dengan isolasi sosial yakni model
dan konsep teori Hildegard E. Peplau. Model konsep dan teori keperawatan ini
bertujuan dalam membantu perkembangan kepribadian kearah kedewasaan dalam
menjalin hubungan interpersonal. Konsep dan teori keperawatan ini dapat membantu
perawat dan klien dalam berhubungan dan berinteraksi sehingga tujuan perawat dan
klien tercapai. Teori model keperawatan ini juga membantu perawat dalam kerangka
berfikir terhadap masalah yang sedang dialami klien, sehingga dapat diuraikan dalam
rencana keperawatan terkait dengan masalah isolasi sosial. Penggunaan Model konsep
dan teori keperawatan hubungan interpersonal ini terjadi hubungan timbal balik yang
melandasi pelaksanaan manajemen asuhan dan pelayanan pada klien isolasi sosial
secara eklektik.

DAFTAR PUSTAKA
Putri D. E. (2012). Penerapan Asuhan Keperawatan pada Klien Isolasi Sosial dengan
Pendekatan Model Konseptual Hildegard E. Peplau dan Virginia Henderson :
JURNAL KEPERAWATAN. Vol 8, NO 1. (74-82). Sumatera Barat: Universitas
Andalas.
Pardede J. A. DKK. (2020). PENERAPAN SOCIAL SKILL TRAINING DENGAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEORI HILDEGARD PEPLAU
TERHADAP PENURUNAN GEJALA DAN KEMAMPUAN PASIEN
ISOLASI SOSIAL : Jurnal Keperawatan. Volume 12 No 3. Hal 327 – 340. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal. p-ISSN 2085-1049. e-ISSN 2549-8118.
Martha Raile Alligood. Volume 1 Edisi 8. 2014. Pakar Teori Keperawatan .
Mawaddah N. DKK. (2020). PENERAPAN MODEL KOMUNIKASI TERAPEUTIK
PEPLAU PADA PASIEN PENYAKIT FISIK DENGAN ANSIETAS :
Indonesian Journal for Health Sciences. Vol. 4, No. 1. Hal. 16-24. Mojekerto :
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit. ISSN 2549-2721 (Print), ISSN 2549-2748
(Online)
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Wakhid A. DKK. (2013). PENERAPAN TERAPI LATIHAN KETRAMPILAN SOSIAL
PADA KLIEN ISOLASI SOSIAL DAN HARGA DIRI RENDAH DENGAN
PENDEKATAN MODEL HUBUNGAN INTERPERSONAL PEPLAU DI RS
DR MARZOEKI MAHDI BOGOR : Jurnal Keperawatan Jiwa. Vol 1, No. 1.
Hal. 34-48. Jakarta : Universitas Indonesia.
Harrison, J., dan Gill, A., 2010. The experience and consequences of people with mental
health problems, the impact of stigma upon people with schizophrenia: A way forward.
Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing, 17, 242–250.

Anda mungkin juga menyukai