Anda di halaman 1dari 140

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN


PEMENUHAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE II DI RUANG IRNA NON-BEDAH
WANITA
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

DERA RAHMI GUSTI


FAUZIA NIM : 173110240

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN


PEMENUHAN NUTRISI PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE II DI RUANG IRNA NON-BEDAH
WANITA
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Ahli Madya Keperawatan

DERA RAHMI GUSTI


FAUZIA NIM : 173110240

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan KTI ini. Penulisan KTI ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Nutrisi Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe II di Ruang IRNA Non Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2020” dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Diploma III pada Program Studi D III Keperawatan Padang
Poltekkes Kemenkes Padang. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari Bapak Ns. Suhaimi, S.Kep.M.Kep selaku pembimbing I dan Ibu
Ns. Idrawati Bahar selaku pembimbing II yang telah mengarahkan, membimbing
dan memberikan masukan dengan penuh kesabaran dan perhatian dalam
pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini. Dan tidak lupa juga saya mengucapkan terima
kasih kepada:

1. Bapak Dr. Burhan Muslim, S.KM, M.Si selaku Direktur Politeknik


Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
2. Bapak Dr. dr. Yusirwan Yusuf, Sp. B, Sp. BA (K), MARS selaku Direktur
RSUP Dr. M. Djamil Padang beserta Staf yang telah banyak membantu
dalam usaha memperoleh data yang peneliti perlukan.
3. Ibu Ns. Hj. Sila Dewi Anggreni, M. Kep, Sp. KMB selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Padang.
4. Ibu Heppi Sasmita, M.Kep, Sp.Jiwa selaku ketua Program Studi
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Padang.
5. Bapak/ibu dosen serta staf yang telah membimbing dan membantu selama
perkuliahan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Padang.
6. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan,
do’a, semangat, kasih sayang dan telah mengorbankan semuanya
sehingga saya bisa sampai sejauh ini.
7. Teman – teman yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini
I
V
8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dalam
memantu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga KTI ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu keperawatan.
Padang, 03 Juni 2020

Penulis
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
Karya Tulis Ilmiah, Mei 2020
Dera Rahmi Gusti Fauzia
Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Nutrisi Pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe II di Ruang IRNA Non Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2020
Isi : xiii + 68 Halaman + 4 tabel + 15 Lampiran

ABSTRAK
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan dasar fisiologis bagi manusia yang tidak
terlepas dari banyak faktor yang mempengaruhinya, serta implikasinya terhadap
kebutuhan dasar lain apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi. Masalah yang timbul
akibat gangguan pemenuhan nutrisi salah satunya diabetes melitus. Gangguan
nutrisi pada diabetes melitus jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan
hipoglikemi/hiperglikemi. Berdasarkan survey awal pada 30 Desember 2019 di
ruang IRNA Non Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang ditemukan 3 orang
pasien dengan kadar gula darah tidak terkontrol, pasien tidak dapat mengontrol
pola makan, tidak mengetahui pola makan sesuai diit dan tidak menghabiskan diit
yang dianjurkan. Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana gambaran
asuhan keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi pada pasien diabetes melitus
tipe II.
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan studi
kasus dengan 1 orang sampel. Populasi DM tipe II didapatkan sebanyak 5 orang
pada tanggal 10 Februari 2020 dengan sampel yang memenuhi kriteria inklusi
sebanyak 3 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan simple ramdom
sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
studi dokumentasi.
Hasil pengkajian pada kasus ditemukan keluhan yakni mual, muntah, letih dan
penurunan nafsu makan. Diagnosa yang diangkat yaitu defisit nutrisi. Rencana
keperawatan sesuai dengan SLKI dan SIKI yang telah ditentukan, serta
berpedoman dengan prinsip 3J penatalaksanaan diabetes melitus. Implementasi
yang dilakukan yakni memberikan pendidikan kesehatan terkait jenis diit dan
prinsip diit diabetes melitus, pemantauan nutrisi dengan mengukur berat badan
secara berkala. Evaluasi dari tindakan yang dilakukan sampai hari kelima
menunjukkan masalah masih ada namun terjadi peningkatan berat badan secara
bertahap, keluhan lelah dan mual yang jauh berkurang.
Perawat di ruang IRNA Non Bedah Wanita saat memberikan asuhan keperawatan
untuk lebih memperhatikan variasi makanan selama dirawat, melakukan
pendidikan kesehatan terkait diit dengan IG rendah, serta mengukur IMT secara
berkala terkait nutrisi pada pasien diabetes melitus tipe II.
Kata Kunci : Nutrisi, Diabetes Melitus, Asuhan Keperawatan
Daftar Pustaka : 30 (2009 - 2019)

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dera Rahmi Gusti Fauzia


Tempat, Tanggal Lahir : Talang, 13 Agustus 1999
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah


Alamat : Tabek Dangka Koto Gadang Talang Kec. Gunung
Talang Kab. Solok

Nama orang tua


Ayah : Amri
Ibu : Dahlimurni, S. Pd

Riwayat Pendidikan
No Jenis Pendidikan Tempat Pendidikan Tahun

1 Sekolah Dasar SD Negeri 25 Talang 2005 – 2011

2 Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 1 Gunung Talang 2011 – 2014

3 Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1 Gunung Talang 2014 – 2017

4 D III Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang 2017 – 2020


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN.........................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................iii

KATA PENGANTAR..................................................................................iv

LEMBAR ORISINALITAS.........................................................................vi

ABSTRAK....................................................................................................vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.....................................................................viii

DAFTAR ISI.................................................................................................ix

DAFTAR TABEL.........................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Perumusan Masalah.......................................................................6
C. Tujuan Penelitian...........................................................................7
D. Manfaat Penelitian.........................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Gangguan Pemenuhan Nutrisi
1. Pengertian Nutrisi...................................................................9
2. Sistem Tubuh dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi.............9
3. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi.....................12
4. Komposisi Dari Nutrisi..........................................................15
5. Masalah Kebutuhan Nutrisi....................................................17
6. Penilaian Kecukupan Nutrisi..................................................20
B. Konsep Penyakit Diabetes Melitus
ix
Poltekkes Kemenkes Padang
1. Pengertian Diabetes Melitus...................................................24
2. Etiologi...................................................................................24
3. Patofisiologi diabetes melitus tipe II......................................25
4. Manifestasi Klinis...................................................................26
5. Pemeriksaan Diagnostik.........................................................28
6. Komplikasi.............................................................................28
7. Penatalaksanaan......................................................................29
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian..............................................................................34
2. Diagnosa Keperawatan...........................................................34
3. Rencana Keperawatan............................................................39
4. Implementasi Keperawatan....................................................41
5. Evaluasi Keperawatan............................................................41

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian...........................................................................42
B. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................42
C. Populasi dan Sampel.....................................................................42
D. Instrumen Pengumpulan Data.......................................................43
E. Pengumpulan Data........................................................................44
F. Analisis Data.................................................................................46

BAB IV DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kasus.............................................................................47
1. Pengkajian Keperawatan........................................................47
2. Diagnosa Keperawatan...........................................................49
3. Intervensi Keperawatan..........................................................50
4. Implementasi Keperawatan....................................................50
5. Evaluasi Keperawatan............................................................53
B. Pembahasan Kasus........................................................................55
1. Pengkajian Keperawatan........................................................55
2. Diagnosa Keperawatan...........................................................58

x
Poltekkes Kemenkes Padang
3. Intervensi Keperawatan..........................................................59
4. Implementasi Keperawatan....................................................61
5. Evaluasi Keperawatan............................................................64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan....................................................................................66
B. Saran..............................................................................................67

DAFTAR PUSTAKA

xi
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi IMT Dewasa

Tabel 2.2 Tanda Klinis Status Nutrisi

Tabel 2.3 Jenis Diet Beserta Kandungan Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat

Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan SDKI 2017, SLKI-SIKI 2018


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Proposal Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 2. Surat Kesediaan Sebagai Pembimbing dan Persetujuan JudulKarya


Tulis Ilmiah

Lampiran 3. Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah Pembimbing I

Lampiran 4. Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah Pembimbing II

Lampiran 5. Surat Izin Pengambilan Data Rekam Medis

Lampiran 6. Surat Izin Pengambilan Data Irna Non Bedah

Lampiran 7. Surat Izin Pengambilan Data Dari Institusi Poltekkes Kemenkes


Padang

Lampiran 8. Surat Izin Penelitian dari Dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang

Lampiran 9. Surat Izin Penelitian dari RSUP Dr. M. Djamil Padang

Lampiran 10. Surat Telah Selesai Penelitian dari RSUP Dr. M. Djamil Padang

Lampiran 11. Lembar Persetujuan Informed Consent

Lampiran 12. Format Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Lampiran 13. Daftar Hadir Penelitian diruang Irna Non Bedah Wanita RSUP Dr.
M. Djamil Padang
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi melalui proses
hemeostatis, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan fisiologis
(Physiologic Needs) dalam Hierarki Maslow memiliki prioritas tertinggi
dan juga merupakan hal yang mutlak untuk dipenuhi guna
mempertahankan kelangsungan hidup.Kebutuhan tersebut terdiri dari
kebutuhan cairan, kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi, kebutuhan
istirahat dan tidur, kebutuhan tempat tinggal, keseimbangan suhu tubuh,
serta kebutuhan seksual (Ambarwati, 2014).

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki Maslow.


Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum
terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnya
dibandingkan kebutuhan yang lain. Sebagai contoh, seseorang yang
kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta biasanya akan berusaha
memenuhi kebutuhan akan makanan sebelum memenuhi kebutuhan akan
cinta. Kebutuhan tersebut terdiri dari kebutuhan oksigen dan pertukaran
gas, kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan eliminasi, kebutuhan
istirahat dan tidur, kebutuhan aktivitas, kebutuhan kesehatan temperatur
tubuh, kebutuhan seksual dan kebutuhan nutrisi (Ernawati, 2012).

Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan dasar fisiologis bagi manusia


yang tidak bisa terlepas dari banyak faktor yang mempengaruhinya, serta
implikasinya terhadap kebutuhan dasar lain apabila kebutuhan ini tidak
terpenuhi (Atoilah dan Engkus, 2013). Nutrisi atau zat gizi itu adalah
ikatan kimia yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral, dan air yang nantinya akan diperlukan oleh tubuh untuk
menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, mengatur
proses-proses kehidupan seseorang, proses tumbuh kembang, serta
mempertahankan kelangsungan hidup seseorang, berasal dari serangkaian

1
Poltekkes Kemenkes Padang
2

proses organik yang diperoleh dari makanan yang masuk dan dicerna oleh
tubuh (Mardalena, 2017).

Kekurangan maupun kelebihan nutrisi atau zat gizi secara umum dalam
segi kuantitas dan segi kualitas akan menyebabkan gangguan pada proses-
proses pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, strukur dan
fungsi otak serta kelainan dalam berprilaku (Mardalena, 2017). Masalah-
masalah yang timbul akibat gangguan pada pemenuhan nutrisi adalah
kekurangan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes melitus, hipertensi,
penyakit jantung koroner, kanker, dan anoreksia nervosa (Ernawati,2012).

Berbagai penyakit yang disebabkan karena gangguan pemenuhan nutrisi,


penyakit yang beresiko tinggi salah satunya adalah penyakit Diabetes
Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan
heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hipergelikemia. Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang
timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan
kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun
relatif (Hasdianah & Suprapto, 2014).

Penyakit Diabetes Melitus (DM) ini terjadi akibat terjadinya gangguan


mekanisme kerja hormon insulin, sehingga gula darah yang ada di dalam
tubuh tidak dapat dinetralisir. Gizi juga dapat menunjukkan perannya
dalam terjadinya Diabetes Millitus dalam dua arah yang berlawanan. Gizi
lebih yang merupakan petunjuk umum peningkatan taraf kesejahteraan
perorangan, memperbesar kemungkinan manifestasi DM, terutama pada
mereka yang memang dilahirkan dengan bakat tersebut. Pada keadaan
yang demikian gejala DM dapat diatasi dengan pengaturan kembali
keseimbangan metabolisme zat gizi dalam tubuh dengan masukan zat gizi
melalui makanan (Hidayat, 2009).

Gangguan nutrisi pada pasien Diabetes Melitus jika tidak segera ditangani
bisa memberikan dampak yang buruk bagi penderitanya, dapat

Poltekkes Kemenkes Padang


3

menyebabkan komplikasi jangka pendek dan jangka panjang. Penyakit


Diabetes Melitus yang tidak terkontrol dalam waktu lama akan
menyebabkan komplikasi jangka pendek berupa hipoglikemi/hiperglikemi,
penyakit makrovaskuler yaitu mengenai pembuluh darah besar, penyakit
jantung coroner, penyakit mikrovaskuler yaitu mengenai pembuluh darah
kecil, retinopati, nefropati, neuropati saraf sensorik yang berpengaruh pada
ekstremitas, saraf otonom berpengaruh pada gastrointestinal,
kardiovaskuler dan komplikasi jangka panjang berupa neuropati diabetic,
retinopati diabetik, nefropati diabetic, proteinuria, dan kelainan coroner
(Rendi & Margareth, 2012).

Penderita diabetes melitus semakin berkembang dan menjadi ancaman


bagi masyarakat dunia. Diabetes melitus yang paling banyak diderita oleh
penduduk dunia adalah penyakit diabetes melitus tipe II yaitu lebih dari
91% orang penderita masuk klasifikasi diabetes melitus tipe II. Prevelensi
diabetes melitus tipe II sebanyak 420 juta orang dewasa pada tahun 2015
dan akan meningkat menjadi 577 juta orang dewasa pada tahun 2040.
Secara global 1,6 juta orang tidak menyadari penyakit mereka dan
kebanyakan dari kasus ini adalah diabetes melitus tipe II (WHO, 2019).
Sementara itu World Health Oraganization (2016) menyatakan terdapat 96
juta orang dewasa dengan diabetes di 11 negara anggota di wilayah
regional Asia Tenggara dengan prevalensi 8,6% dari seluruh jumlah
penduduk. Lebih dari 60% laki-laki dan 40% perempuan dewasa
meninggal sebelum berusia 70 tahun dengan diabetes di Asia Tenggara.
Internasional of Diabetic Ferderation (2017) menyatakan tingkat
prevalensi global penderita DM pada tahun 2017 sebesar 8,8% dari
keseluruhan penduduk di dunia atau sebanyak 425 juta kasus.

Di Indonesia epidemi diabetes masih menunjukkan kecendungan


meningkat. Indonesia adalah negara peringkat keenam di dunia setelah
Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil dan Meksiko dengan jumlah
penyandang diabetes usia 20-79 tahun sekitar 10,3 juta orang (IDF, 2017).
4

Riskesdas (2018) memperlihatkan angka prevalensi diabetes yang cukup


signifikan, pada tahun 2013 yaitu dari 6,9% menjadi 8,5% ditahun 2018,
sehingga estimasi jumlah penderita diabetes di Indonesia mencapai lebih
dari 16 juta orang yang juga berisiko terkena penyakit lain, seperti:
serangan jantung, stroke, kebutaan, gagal ginjal bahkan dapat
menyebabkan kelumpuhan dan kematian.

Prevalensi diabetes mellitus Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2018


adalah 13,72% atau 245.105 orang. Jika dilihat dari data tahun 2017
penderita DM hanya mencapai 6% lebih atau sekitar 6 ribu orang. Angka
ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan (Dinkes, 2018).
Menurut Dinas Kesehatan Kota Padang (2018), diabetes melitus berada di
posisi ke-6 dengan jumlah penderita sebanyak 60.854 orang dari 150.591
orang penduduk berusia ≥ 15 tahun. Kunjungan terbanyak pada golongan
45-54 tahun, hal ini ditunjang oleh kebiasaan seperti merokok, diit tidak
sehat serta hiperkolesterol.

Data yang diperoleh dari di ruangan IRNA Non Bedah RSUP Dr. M.
Djamil Padang, tercatat ada sebanyak 488 orang dirawat dengan diagnosa
diabetes melitus tipe II pada tahun 2018 dan dari bulan Januari hingga
November tahun 2019 terjadi peningkatan yaitu tercatat ada sebanyak 593
orang pasien diabetes melitus tipe II yang dirawat. Hal ini menunjukkan
bahwa angka penderita diabetes melitus tipe II yang dirawat di RSUP Dr.
M Djamil selalu mengalami peningkatan yang mencolok dengan diit tidak
terkontrol (MR RSUP Dr. M. Djamil Padang)

Peran perawat untuk gangguan pemenuhan nutrisi pada pasien diabetes


melitus adalah dengan melakukan asuhan keperawatan yaitu melakukan
pengkajian keperawatan, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat
rencana keperawatan, melakukan implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan (Potter & Perry, 2012). Perawat juga berperan memonitor
5

asupan nutrisi pasien diabetes melitus dan memberikan edukasi agar


pasien dan keluarga mengetahui pentingnya kebiasaan makan, jumlah
karbohidrat dan kalori yang konsisten, keterkaitan makanan dan insulin,
serta manajemen diit pada pasien diabetes melitus (Smeltzer,2015).

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien diabetes melitus


dengan gangguan pemenuhan nutrisi yaitu defisit nutrisi (PPNI, 2017).
Evaluasi secara umum dari masalah keperawatan tersebut setelah
dilakukan intervensi yaitu tidak ada tanda-tanda malnutrisi, berat badan
ideal, mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi dan mengetahui tentang
pilihan makanan yang sehat sesuai diit yang di anjurkan.

Pengelolaan diet nutrisi pada pasien diabetes melitus akan berhasil apabila
pasien memiliki kepatuhan yang baik dalam menjalankan diet, untuk itu
penderita diabetes melitus membutuhkan motivasi yang baik. Motivasi
akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan dukungan dari
keluarga dan akses pelayanan kesehatan yang baik. Responden yang
memiliki dukungan keluarga yang baik memiliki kepatuhan yang baik
sedangkan responden yang mendapat dukungan keluarga yang kurang baik
maka tidak memiliki kepatuhan (Wahyuni & Hermawati, 2017)

Dalam penelitiannya Nisco (2018) melakukan asuhan keperawatan


gangguan nutrisi pada pasien diabetes melitus tipe II di RSUP Dr. M.
Djamil Padang dengan dua orang responden. Intervensi dilakukan dengan
prinsip 4 pilar penatalaksanaan diabetes melitus salah satunya mengenai
diit diabetes melitus. Implementasi yang dilakukan pada kedua kasus
yakni memberikan diit pengganti dengan makanan indeks glikemik (IG)
rendah. Hasil dari tindakan keperawatan yang dilakukan menunjukkan
bahwa pemenuhan nutrisi teratasi dilihat dari status nutrisinya yang
mengalami kenaikan berat badan yang signifikan dan keadaan umumnya
yang membaik.
6

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di ruang IRNA Non Bedah wanita


RSUP Dr. M. Djamil Padang pada 30 Desember 2019 didapatkan 3 orang
pasien diabetes melitus tipe II, saat dilakukan wawancara secara langsung
didapatkan bahwa 2 orang pasien penderita diabetes mellitus dirawat
karenar kadar gula darah tidak terkontrol. Pasien dan keluarga tidak dapat
mengontrol pola makan serta tidak mengetahui pola makan sesuai diit
yang dianjurkan. Pasien mengatakan tidak mau memakan dan tidak
menghabiskan diit yang disediakan rumah sakit karena bosan dengan diit
yang diberikan dan tidak menyukainya. Pasien tersebut lebih memilih
untuk memakan makanan yang dibawakan oleh keluarga dari luar rumah
sakit seperti roti dan makanan-makanan ringan yang tidak disediakan
rumah sakit dan tidak terpantau oleh perawat ruangan. Perawat ruangan
juga tidak ada menanyakan apakah pasien menghabiskan diit nya atau
tidak. Hal tersebut bisa menyebabkan pasien diabetes melitus mengalami
ketidakstabilan kadar gula darah yang berulang, serta menunjukkan tanda
dan gejala adanya permasalahan nutrisi seperti keadaan umum yang lemah
dan tampak pucat selama menjalani perawatan di rumah sakit.

Berdasarkan fenomena diatas peneliti melakukan penelitian dengan judul


asuhan keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi pada pasien dengan
Diabetes Melitus Tipe II di ruang IRNA Non Bedah Wanita RSUP Dr. M.
Djamil Padang Tahun 2020.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi pada pasien
Diabetes Melitus Tipe II di ruang IRNA Non Bedah Wanita RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2020?
7

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan asuhan keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi
pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di ruang IRNA Non Bedah
Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di ruang
IRNA Non Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil padang tahun
2020.
b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien Diabetes Melitus Tipe
II di ruang IRNA Non Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2020.
c. Mendeskripsikan perencanaan keperawatan gangguan
pemenuhan kebutuhan pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di
ruang IRNA Non Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2020.
d. Mendeskripsikan pelaksanaan tindakan keperawatan gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien Diabetes Melitus Tipe
II di ruang IRNA Non Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2020.
e. Mendeskripsikan evaluasi gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi pada pasien Diabetes Melitus Tipe II di ruang IRNA Non
Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil padang tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian
1. Pengembangan Keilmuan
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman
nyata bagi peneliti dalam memberikan asuhan keperawatan
8

gangguan pemenuhan nutrisi pada pasien dengan diabetes


mellitus.
b. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan
oleh mahasiswa prodi D III Keperawatan Padang untuk peneliti
selanjutnya.

2. Institusi Pelayanan
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pikiran dan
masukan bagi Direktur RSUP. Dr. M. Djamil Padang beserta petugas
pelayanan keperawatan dalam meningkatkan kualitas penerapan
asuhan keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi pada pasien
diabetes mellitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Nutrisi


1. Pengertian
Gizi adalah substansi organik dan nonorganik yang ditemukan dalam
makanan dan dibutuhkan oleh tubuh agar dapat berfungsi dengan baik
yang dipengaruhi kuat oleh berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin,
jenis kegiatan, dan sebagainya.

Tubuh manusia terbentuk dari zat-zat yang berasal dari


makanan.Karenanya, manusia memerlukan asupan makanan guna
memperoleh zat-zat penting yang dikenal dengan istilah nutrisi
tersebut. Fungsi utama nutrisi adalah untuk memberikan energy bagi
aktivitas tubuh, membentuk struktur kerangka dn jaringan tubuh,
mengaatur berbagai proses kimia di dalam tubuh.

Dalam konsep dasarnutrisi kita mengenal sebuah istilah yang disebut


dengan nutrient.Nutrient adalah sejenis kimia organik atau anorganik
yang terdapat dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh untuk
menjalankan fungsinya. Nutrient mempunyai tiga fungsi utama, yaitu :
a. Menyediakan energi untuk proses dan pergerakan tubuh.
b. Menyediakan “struktur material” untuk jaringan tubuh seperti
tulang dan otot.
c. Mengatur proses tubuh.
(Ambarwati,2014).

2. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


Sistem yang berperan dalam pemenuhan kubutuhan nutrisi adalah
sistem pencernaan yang terdiri dari sistem pencernaan dan organ
asesoris (Hidayat, 2009).
`

Poltekkes Kemenkes Padang


9

Poltekkes Kemenkes Padang


10

a. Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri
atas dua bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang di antara
gusi, bibir, pipi, dan bagian dalam yaitu rongga mulut. Di dalam
mulut, makanan mengalami proses mekanis melalui pengunyahan
yang akan membuat makanan dapat hancur sampai merata,
dibantu oleh enzim amilase yang ak an memecah amilum yang
terkandung dalam makanan menjadi maltose. Di dalam mulut juga
terdapat kelenjer saliva yang menghasilkan saliva untuk proses
pencernaan dengan cara mencerna hidrat arang, khususnya
amilase, melicinkan bolus sehingga mudah ditelan, menetralkan,
serta mengencerkan bolus.
b. Faring dan Esofagus
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak
dibelakang hidung, mulut, dan laring. Faring berbentuk kerucut
dengan bagian terlebar di bagian ats hingga vertebra servikal
keenam. Faring langsung berhubungan dengan esofagus, sebuah
tabung yang memiliki otot dengan panjang kurang lebih 20-25 cm
dan terletak dibelakang trakea, di depan tulang punggung,
kemudian masuk melalui toraks menembus diafragma yang
behubungan langsung dengan abdomen serta menyambung dengan
lambung.Esofagus merupakan bagian yang berfungsi
menghantarkan makanan dari faring menuju lambung. Proses
penghantaran makanan dilakukan dengan cara peristaltik, yaitu
lingkaran serabut otot di depan makanan mengendor dan yang di
belakang makanan berkonsttraksi.
c. Lambung
Lambung memiliki fungsi, yaitu fungsi motoris serta fungsi
sekresi dan pencernaan. Fungsi motoris lambung adalah sebagai
reservoir untuk menampung makanan sampai dicerna sedikit demi
sedikit dan memecah makanan menjadi partikel-partikel kecil
yang dapat bercampur dengan asam lambung. Fungsi sekresi

Poltekkes Kemenkes Padang


11

lambung adalah mensekresi pepsin dan HCL yang akan memecah


protein menjadi pepton, amilase memecah amilum menjadi
maltose, lipase memecah lemak menjadi asam lemak, dan gliserol
membentuk sekresi gastrin, mensekresi faktor instrinsik yang
memungkinkan absorpsi vitamin B12, yaitu di ileum mensekresi
mukus yang bersifat protektif. Makanan berada pada lambung
selama 2-6 jam, kemudian bercampur dengan getah lambung yang
mengandung 0,4% HCL untuk mengasamkan semua makanan
serta bekerja sebagai antiseptik dan desinfektan.
d. Usus Halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang
kurang lebih 2,5 meter dalam keadaan hidup. Kemudian, akan
bertambah panjang menjadi kurang lebih 6 meter pada orang yang
telah meninggal, akibat adanya relaksasi otot yang telah
kehilangan tonusnya. Fungsi usus halus pada umumnya adalah
mencerna dan mengabsorpsi chime dari lambung. Zat-zat makanan
yang telah halus akan diabsorpsi di dalam usus halus, yaitu
absorpsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin D, vitamin A, D, E,
dan K dengan bantuan empedu dan asam folat.
e. Usus Besar
Usus besar atau juga disebut kolon merupakan sambungan dari
dari usus halus yang merupakan tempat lewatnya makanan. Usus
besar memiliki panjang 1,5 meter. Kolon terbagi atas asenden,
transversum, desenden, sigmoid, dan berakhir di rectum yang
panjangnya kira-kira 10 cm dari usus besar, dimulai dari kolok
sigmoideus dan berakhir padaa saluran anal. Fungsi utama usus
besar adalah mengabsorpsi air (kurang lebih 90%) elektrolit,
vitamin, dan sedikit glukosa. Kapassitas absorbsi air krang lebih
5000 cc/hari. Flora yang terdapat dalam usus besar berfungsi
untuk mrnyintesis vitamin K dan B serta memungkinkan
pembusukan sisa-sisa makanan.
12

f. Anus
Anus atau dubur adalah penghubung antara rektum dengan
lingkungan luar tubuh. Di anus terdapat otot sphinkter yang
berfungsi untuk membuka dan menutup anus. Fungsi utama anus
adalah sebagai alat pembuangan feses melalui proses defekasi
(buang air besar).
g. Hati
Fungsi hati dalam sistem pencernaan adalah menghasilkan cairan
empedu, fagositosis bakteri, dan benda asing lainnya,
mempreduksi sel darah merah, dan menyimpan glikogen.
h. Kantong Empedu
Fungsi kantong empedu adalah tempat menyimpan cairan empedu,
memekatkan cairan empedu yang berfungsi memberi pH sesuai
dengan pH optimum enzin-enzim pada usus halus, mengemulai
garam-garam empedu, mengamulisi lemak, mengekskresi
berperan zat yang tak digunakan oleh tubuh dan memberi warna
pada feses. Cairan empedu menandung air, garam empedu, lemak,
kolesterol, pigmen fosfolipid, dan sedikit protein.
i. Pankreas
Pankreas merupakan kelenjer yang struturnya sama seperti
kelenjer ludah dan memiliki panjang kurang lebih 15 cm. Pankreas
memiliki dua fungsi yaitu fungsi eksokrin eksokrin yang
dilaksanakan oleh sel sekretori yang membentuk getah pancreas
berisi enzim serta elektrolit dan fungsi endokrin yang terbesar di
antara alveoli pankreas.

3. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi


Menurut Atoilah dan Kusnadi (2013), faktor yang mempengaruhi
kebutuhan nutrisi pada manusia adalah umur, jenis kelamin, jenis
pekerjaan, iklim, tinggi dan berat badan.
13

a. Umur
Kebutuhan nutrisi anak-anak lebih tinggi bila dibandingkan
dengan ukuran tubuhnya dari pada orang dewasa. Hal ini dapat
dimengerti karena pada usia tersebut sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan nutrisi pada
seseorang akan semakin naik sesuai umur sampai saat
kematangan, lalu akan menurun lagi.
1) Umur 1-3 tahun : 1.200 kal
2) Umur 4-6 tahun : 1.600 kal
3) Umur 7-9 tahun : 1.900 kal
4) Umur 10-12 tahun : 2.300 kal
5) Dewasa : 2.800 kal
b. Jenis Kelamin
Pada laki-laki membutuhkan kalori lebih banyak dari pada
perempuan. Hal ini disebabkan laki-laki mempunyai lebih banyak
otot-otot dan aktivitas sehingga BMR nyapun lebih tinggi.
Laki-laki remaja 13-15 tahun : 2.800 kal
16-19 tahun : 3.000 kal
Wanita remaja 13-16 tahun : 2.400 kal
16-19 tahun : 2.500 kal
c. Jenis Pekerjaan
Kebutuhan nutrisi dipengaruhi juga oleh tingkat aktivitas, terutama
penggunaan otot untuk memproduksi energi. Wanita hamil dan
menyusui membutuhkan tambahan nutrisi untuk pertumbuhan
janin dan produksi ASI. Kebutuhan kalori Juru tulis (L) 1.700 kal,
perawat (L) 2.000 kal, pembantu rumah tangga 2.400 kal, wanita
hamil 2.300 kal, menyusui 2.600 kal, petani 3.000 kal.
d. Iklim
Pada lingkungan (negara) yang beriklim panas kebutuhan
kalorinya lebih rendah dibandingkan dengan negara dengan iklim
dingin, ini disebabkan pada lingkungan dingin lebih banyak
14

kebutuhan prosuksi panas untuk keseimbangan tubuh. Sedangkan


pada iklim panas dibantu dengan suhu lingkungan.
e. Tinggi dan Berat Badan
Seseorang dengan BB dan TB yang besar lebih dari yang lainnya
akan membutuhkan energi yang lebih pula untuk menjalankan
aktivitasnya.
f. Status kesehatan
Nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat. Anoreksia
(kurang nafsu makan) biasanya gejala penyakit atau karena efek
samping obat.

Sedangkan menurut Hidayat (2009), faktor yang mempengaruhi


kebutuhan nutrisi pada manusia adalah pengetahuan, prasangka,
kebiasaan, kesukaan, dan ekonomi.

a. Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat
mempengaruhi pola konsumsi makan.Hal tersebut dapat
disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga dapat terjadi
kesalahan dalam memahami kebutuhan gizi.
b. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi
tinggi dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di
beberapa daerah, tempe yang merupakan sumber protein yang
paling murah, tidak dijadikan bahan makanan yang layak untuk
dimakan karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi
makanan tersebut dapat merendahkan derajat mereka.
c. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang merugikan atau pantangan terhadap
makanan tertentu juga dapat memengaruhi status gizi. Misalnya, di
beberapa daerah, terdapat larangan makan pisang dan pepaya bagi
para gadis remaja.Padahal, makanan tersebut merupakan sumber
15

vitamin yang sangat baik.Ada pula larangan makan ikan bagi


anak-anak karena ikan dianggap dapat menyebabkan cacingan,
padahal ikan merupakan sumber protein yang sangat baik bagi
anak-anak.
d. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan dapat terhadap suatu jenis makanan
dapat mengakibatkan kurangnya variasi makanan, sehingga tubuh
tidak memperoleh zat-zat yang dibutuhkan secara cukup.Kesukaan
dapat mengakibatkan merosotnya gizi pada remaja bila nilai
gizinya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Saat ini, para remaja
di kota- kota besar di negara kita memiliki kecenderungan
menyenangi makanan tertentu secara berlebihan, seperti makanan
cepat saji, bakso, dll. Makanan- makan ini tentu saja berdampak
buruk bagi kesehatan mereka jika dikonsumsi terlalu sering dan
berlebihan karena tidak memiliki asupan gizi yang baik.
e. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak
sedikit. Oleh karena itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian
yang tinggi biasanya mampu mencukupi kebutuhan gizi
keluarganya dibandingkan masyarakat dengan kondisi
perekonomian rendah.

4. Komposisi dari nutrisi


a. Air
Air merupakan sumber utama yang berada dalam tubuh kita dan
paling banyak dibutuhkan oleh tubuh untuk kelangsungan hidup
sebanyak 60-70 % dari seluruh berat badan total. Air memiliki
peranan yang penting dalam tubuh selain sebagai faktor utama
dalam menyusun sel dalam tubuh kita, air juga berperan untuk
dalam menyalurkan zat-zat makanan menuju sel. Fungsi air bagi
tubuh sendiri adalah membantu proses atau reaksi kimia dalam
16

tubuh serta berperan mengontrol temperature dalam tubuh


(Ambarwati,2014).
b. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama tubuh. Karbohidrat
akan terurai dalam bentuk glukosa yang kemudian dimanfaatkan
tubuh dan kelebihan glukosa akan disimpan di hati dan jaringan
otot dalam bentuk glikogen. Berdasarkan susunan kimianya,
karbohidrat digolongkan menjadi tiga jenis yaitu monosakarida,
disakarida dan polisakarida. Monosakarida, seperti glukosa
(dekstrosa) atau fruktosa tidak dapat dipecah menjadi unit gula
atau sakarida. Disakarida seperti sukrosa, laktosa, dan maltose
dibentuk dari monosakarida dan air. Polisakarida seperti glikogen
dibentuk dari banyak unit gula, zat pati dan selulosa.

Rentang asupan karbohidrat dalam diet yang dianjurkan adalah


50% - 60% dari total kalori. Karbohidrat merupakan sumber bahan
bakar utama untuk otak, otot rangka selama latihan, eritrosit dan
leukosit dan medulla renal.
(Tarwoto & Wartonah, 2010)
c. Protein
Protein dalam tubuh memberikan sekitar 4 kkal/g sebagai sumber
energi selain itu juga protein sangat berperan penting untuk
mensintesis (membangun) jaringan tubuh dalam pertumbuhan,
pemeliharaan dan perbaikan. Protein sangat hemat digunakan
untuk menyimpan energi ketika karbohidrat yang tersedia cukup
dalam tubuh untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, sehingga
protein dapat digunakan untuk keseimbangan nitrogen dan
membangun jaringan.
d. Lemak
Lemak (lipid) merupakan nutrisi yang paling berkalori sekitar 1
gram lemak akan diubah menjadi 9 kkal/gram dalam tubuh.
Penyerapan lemak dilakukan secara pasif setelah lemak diubah
17

menjadi gliserol asam lemak.Asam lemak mempunyai sifat


empedu, asam lemak yang teremulsi ini mampu diserap melewati
dinding usus halus.Penyerapan membutuhkan tenaga sementara itu
tidak seua lemak dapat diserap, maka penyerapan lemak dikatakan
dengan aktif selektif.
e. Vitamin
Vitamin merupakan substansi organik dalam jumlah kecil pada
makanan yang esensial untuk metabolisme normal.Kandungan
vitamin tertinggi biasanya terdapat pada makanan segar yang
digunakan dengan cepat setelah terpapar panas, udara dan air
minimal.
f. Mineral
Unsur kimia lain yang dibutuhkan tubuh selain carbon, hydrogen,
oksigen, dan nitrogen. Di dalam makanan ada unsur-unsur mineral
dalam bentuk garam-garam organik seperti sulfur dan fosfor.
Unsur-unsur mineral mempunyai beberapa fungsi dalam tubuh
manusia seperti penyusunan tulang dan gigi, pembentukan hormon,
pengaturan kandungan cairan dalam tubuh dan sebagainya
(Ernawati, 2014).

5. Masalah Kebutuhan Nutrisi


Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan dan
kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes melitus, hipertensi,
jantung koroner, kanker, dan anoreksia nervosa (Hidayat, 2009).
a. Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang
dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau risiko penurunan
berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan
metabolisme.
Tanda klinis:
1) Berat badan 10-20% dibawah normal
2) Tinggi badan dibawah ideal
18

3) Lingkar kulit trisep lengan tengah kurang dari 60% ukuran


standar
4) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
5) Adanya penurunan transferin

Kemungkinan penyebab:
1) Meningkatkan kebutuhan kalori dan kesulitan dalam
mencerna kalori akibat penyakit infeksi atau kanker
2) Disfagia karena adanya kelainan persarafan
3) Penurunan absorbsi nutrisi akibat penyakit cronik atau
intoleransi laktosa
4) Nafsu makan menurun

b. Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami
seseorang yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat
asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih.

Tanda klinis:
1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal
2) Obesitas (lebih dari 20% berat ideal)
3) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm
pada wanita
4) Adanya jumlah asupan yang berlebihan
5) Aktivitas menurun atau monoton

Kemungkinan penyebab:
1) Perubahan pola makan
2) Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman
c. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang
mencapai lebih dari 20% berat badan normal.Status nutrisinya
19

adalah melebihi kebutuhan metabolisme karena kelebihan asupan


kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori.
d. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan
kekurangan zat gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan
sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan tubuh.Gejala umumnya adalah berat badan rendah
dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari
kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi,
pucat pada kulit, membran mukosa, konjungtiva, dan lain-lain.
e. Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh
berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab
dari adanya obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya
hidup yang berlebihan.
f. Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering
disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan
merokok. Saat ini, gangguan ini sering dialami karena adanya
perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat, obesitas, dan lain-lain.
g. Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan
oleh pengonsumsian lemak secara berlebihan.
h. Anoreksia nervosa
Anoreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara
mendadak dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya
konstipasi, pembengkakan badan, nyeri abdomen, kedinginan,
letargi, dan kelebihan energi.
i. Diabetes mellitus
Diabetes melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang
ditandai dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat
20

kekurangan insulin atau penggunaan karbohidrat secara


berlebihan.
(Hidayat, 2009)

6. Penilaian Kecukupan Nutrisi


a. Status gizi
Tarwoto dan Wartonah (2011) mengungkapkan bahwa
karakteristik status nutrisi ditentukan melalui adanya indeks massa
tubuh (body mass index - BMI) dan berat tubuh ideal (ideal body
weight – IBW).
1) Body Mass Index (BMI)
Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang
dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak
dalam tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan
berat badan (over wheight) dan obesitas.
Rumus BMI diperhitungkan :

BB (kg) atau BB (pon) x 704,5


TB (m)² TB (inch)²

Tabel 2.1
Klasifikasi IMT dewasa

Kategori IMT Klasifikasi


<17,0 Kurus (kekurangan berat badan tingkat berat)
17,0 – 18,4 Kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan)
18,5 – 25,0 Normal
25,1 – 27,0 Kegemukan (kelebihan berat badan tingkat
ringan)
>27,0 Gemuk (kelebihan berat badan tingkat berat)
Sumber : (Kemenkes RI, 2019)

2) Ideal Body Weight (IBW)


Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi
tubuh yang sehat. Berat badan yang ideal adalah jumlah tinggi
21

badan dalam sentimeter dikurangi 100 dan dikurangi atau


ditambah 10% dari jumlah tersebut.
Rumus IBW diperhitungkan :

(TB - 100 + 10%)

b. Tanda klinis
Menurut Ernawati (2012) tanda dan gejala klinis status nutrisi
dijelaskan dalam table berikut :

Tabel 2.2
Tanda klinis status nutrisi

Bagian Tubuh Tanda-tanda yang Tanda-tanda yang


menandakan nutrisi menunjukkan
cukup/baik nutrisi
buruk/kurang
Penampilan umum Sadar, responsive Lesu, apatis,
penampilan kakeksia
Berat badan BB dalam rentang Penampilan obesitas
normal berdasarkan atau kurus
usia dan umur
Postur Postur tegak, lengan Bahu kendor, dada
dan tungkai lurus cekung, dan
punggung
membungkuk
Otot Otot berkembang Penampilan lemah,
baik, kuat, tonus tobus buruk, tonus
bagus, beberapa tidak berkembang,
lemak di bawah kulit nyeri, edema,
penampilan terbuang,
tidak mampu berjalan
dengan baik
Kontrol sistem saraf Rentang perhatian Kurang perhatian,
baik, kurang iritabilitas, bingung,
iritabilitas atau tangan dan kaki terasa
kelelahan, reflex terbakar atau
normal, kestabilan kesemutan,
psikologis (parastesia),
kehilangan posisi dan
rasa vibratorik,
kelemahan dan nyeri
otot (dapat
22

menyebabkan ketidak
mampuan berjalan),
penurunan atau
kehilangan rileks lutut
dan tumit, tidak
adanya rasa
vibratorik.
Fungsi Nafsu makan dan Anoreksia, tidak
gastrointestinal pencernaan baik, dapat mencerna,
eliminasi teratur, konstipasi atau diare,
tidak ada organ pembesaran hepar
dengan massa asing atau limfa.
yang teraba.
Fungsi kardiovaskuler Laju denyut dan Laju denyut jantung
irama jantung yang cepat (>100 x/menit),
normal, tidak ada kerdiomegali,
mur-mur, tekanan disritmia, tekanan
darah yang normal darah meningkat.
sesuai dengan usia.
Vitalitas umum Ketahanan, Mudah lelah, tertidur,
bertenaga, pola tidur penampilan capek dan
baik, penampilan apatis.
kuat.
Rambut Bersinar, penampilan Rambut berserabut,
berkilat, kuat, helai kusam, kusut, kering,
rambut tidak mudah tipis dan kasar,
dicabut, kulit kepala penampilan
sehat. dipigmentasi,, helai
rambut mudah
terlepas.

Kulit Kulit halus dan Kasar, kering,


sedikit lembab bersisik, pucat,
dengan warna yang berpigmen,
baik. berpenampilan iritasi,
lebam, petekie,
kehilangan lemak
pada subkutan.
Wajah dan leher Warna merata, halus, Penampilan
merah muda, berminyak,
penampilan sehat, disklorasi, bersisik,
tidak ada bengkak. bengkak, kulit gelap
di pipi, dan di bawah
mata, tidak halus atau
kasar pada kulit
sekitar
hidung dan mulut.
Bibir Halus, warna baik, Penampilan kering,
penampilan lembab bersisik, bengkak,
23

(tidak pecah atau kemerahan atau


bengkak). bengkak (keilosis),
lesi angular pada
sudut bibir, visura
atau sekar (stomatis).
Mulut, membrane Membrane mukosa di Membrane mukosa
mukosa dalam rongga mulut mulut yang lembab,
berwarna merah bengkak.
muda sampai
kemerahan.
Gusi Warna merah muda, Gusi bengkak, mudah
penampilan sehat dan berdarah, inflamasi,
merah, tidak bengkak gusi tertarik, ke
atau berdarah. belakang.

Lidah Warna merah muda Penampilan bengkak,


atau kemerahan sekariet dan kasar,
gelap, tidak bengkak, warna magenta
halus, terdapat papilla seperti daging
di permukaan, tidak (glositis), papilla
ada lesi. hyperemia dan
hipertropi.
Gigi Gigi tidak berlubang Caries, gigi tidak
dan tidak nyeri, lengkap, burik
penampilan terang (fluoresis),
dan lurus, penampilan salah
penampilan bersih posisi.
tidak ada disklorasi.
Mata Mata terang, jernih, Membrane mata pucat
penampilan bersinar, (konjungtiva pucat),
tidak ada luka membrane
disudut, membrane, kemerahan, kering,
bulu mata ada dan tanda-tanda infeksi,
sehat. bintik bitot,
kemerahan, dan
visura pada kelopak
mata.
Leher Tidak ada Pembesaran kalenjr
pembesaran kalenjar. tiroid.
Kuku Penampilan keras, Bentuk kuku seperti
merah muda. sendok (koilonishia),
mudah patah,
berpuntung.

Kaki, tungkai Tidak nyeri, lemah Oedema, nyeri betis,


atau bengkak, warna kesemutan, lemah.
baik.
24

Kerangka Tidak ada Kaki bengkok, lutut,


malformasi. menyatu, deformitas
dada pada
diagfragma, scapula
dan rusuk
menonjol.
Sumber : (Ernawati, 2012)

B. Konsep Penyakit Diabetes Melitus


1. Definisi
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (Smeltzer,
2015). Sedangkan menurut Balbara (1999) diabetes melitus adalah
ganguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi terhadap
karbohidrat (Wijaya & Yessie, 2013).

2. Etiologi
a. Obesitas
Menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluruh tubuh
sehingga insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam
meningkatkan efek metabolik.
b. Usia
Diabetes melitus lebih sering dijumpai pada umur diatas 65 tahun.
c. Riwayat keluarga
Seseorang yang memiliki keturunan penderita penyakit diabetes
melitus akan lebih beresiko untuk terkena penyakit diabetes melitus
juga.
d. Kelompok etnik
Beberapa kelompok memiliki suatu adat untuk mengkomsumsi
makanan-makanan yang berpotensi menyebabkan munculnya
faktor resiko terjadinya diabetes mellitus (Wijaya & Yessie, 2013).
25

3. Patofisiologi diabetes melitus tipe II


Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan dengan
insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa
didalam sel. Resistensi insulinlah yang terjadi pada diabetes tipe II
disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa
oleh jaringan. Akibatnya konsentrasi glukosa darah dalam jaringan
meningkat (Hiperglikemia). Sehingga energi yang dipakai untuk
metabolisme adalah hasil dari pemecahan lemak di otot, pemecahan
lemak yang berlebihan menyebabkan produksi badan keton yang
merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton
merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh
apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda dan gejala seperti nyeri
abdominal, mual, muntah, hiperventilasi, nafas bau yang akan
mengganngu pemenuhan asupan nutrisi pasien.

Pada hiperglikemi yang parah melebihi ambang ginjal normal


(konsentrasi glukosa darah sebesar 160-180 mg/ml), akan timbul
glikosuria karena tubulus-tubulus renalis tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa dalam darah. Glukosuria ini akan
menyebabkan diuresis osmotik yang akan mengakibatkan poliuri
disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya
poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa
yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami
keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta
cenderung terjadi polifagi (rasa lapar yang semakin besar). Akibat
yang lain adalah asthenia atau kekurangan energi sehingga pasien
menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan oleh
26

berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya


penggunaan karbohidrat untuk energi.

Intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif,


menyebabkan awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi.
Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan
dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka
yang lama untuk sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur
(jika kadar glukosanya sangat tinggi). Penyakit diabetes membuat
gangguan/komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh darah di
seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik.Penyakit inisudah tergolong
kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar
(makrovaskuler) disebut makroangiopati, dan padapembuluh darah
halus (mikrovaskuler) disebut mikroangiopati.

Ada 3 masalah utama yang terjadi bila kekuranganatau tanpa insulin :


1) Penurunan penggunaan glukosa
2) Peningkatan mobilisasi lemak
3) Peningkatan penggunaan protein
(Wijaya & Yessie, 2013).

4. Manifestasi Klinis
a. Keluhan klasik
1) Banyak kencing (poliuria)
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan
menyebabkan banyak kencing. Kencing yang sering dan
dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita,
terutama pada waktu malam hari.
2) Banyak minum (polidipsia)
Rasa haus amat sering dialami penderita karena banyaknya
cairan yang keluar melalui kencing.Keadaan ini justru sering
disalah tafsirkan. Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang
27

panas atau beban kerja yang berat.Untuk menghilangkan rasa


haus itu penderita banyak minum.
3) Banyak makan (polifagia)
Rasa lapar yang semakin besar sering timbul pada penderita
Diabetes Melitus karena pasien mengalami keseimbangan
kalori negatif, sehingga timbul rasa lapar yang sangat besar.
Untuk menghilangkan rasa lapar itu penderita biasanya akan
banyak makan.
4) Penurunan berat badan dan rasa lemah
Penurunan berat badan yang berlangung dalam relatif
singkat akan menimbulkan kecurigaan. Hal ini disebabkan
oleh glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel,
sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan
tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa
diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot.
Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot
sehingga menjadi kurus.
5) Keluhan lain
a) Gangguan saraf tepi
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama
pada kaki diwaktu malam hari, sehingga menganggu tidur.
b) Gangguan penglihatan (Retinopati)
Pada fase awal diabetes sering dijumpai gangguan
penglihatan pada penderita yang menggunakan kacamata
beresep untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar
tetap dapat melihat dengan baik.
c) Gatal/bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah
kemaluan dan daerah lipatan kulit seperti ketiak dan bawah
payudara pada wanita.Sering pula dikeluhkan timbulnya
bisul dan luka yang lama sembuhnya.Luka ini dapat timbul
28

karena akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena


sepatu atau peniti.
d) Gangguan ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah, tersembunyi karena
sering tidak secara terus terang sikemukakan penderitanya.
Hal ini terkait dengan budaya masyarakat yang masih
merasa tabu membicarakan masalah seks, apalagi
menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.
e) Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang
sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-
satunya gejala yang dirasakan.
(Wijaya & Yessie, 2013).

5. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Wijaya dan Yessie (2013) yang terdiagnosis Diabetes melitus
apabila:
a. Terdapat gejala DM dengansalah satu dari gula darah (puasa >
140mg/dl, 2 jam PP > 200mg/dl, random > 200mg/dl).
b. Tidak terdapat gejala DM tetapi terdapat 2 hasil dari gula darah
(puasa > 140mg/dl, 2 jam PP > 200mg/dl, random > 200mg/dl).

6. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari diabetes melitus adalah :
a. Komplikasi akut
1) Hipoglikemia dan hiperglikemia
2) Penyakit makrovaskuler, mengenai pembuluh darah besar,
penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh
darah kapiler).
3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil,
retinopati, nefropati.
29

4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstremitas), saraf


otonom berpengaruh pada gastrointestinal, kardiovaskuler.
b. Komplikasi kronis
1) Neuropati diabetik
2) Retinopati diabetik
3) Nefropati diabetik
4) Proteinuria
5) Kelainan koroner
(Wijaya &Yessie, 2013)

7. Penatalaksanaan
a. Tujuannya :
1) Jangka panjang : mencegah komplikasi
2) Jangka pendek : menghilangkan keluhan/ gejala
DM (Wijaya & Yessie, 2013).
b. Penatalaksanaan Diit/ Non Farmakologis
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), proses umum diet dan
pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan
pasien diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes
diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini :
1) Memberikan semua unsur makanan esensial (vitamin dan
mineral).
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai.
3) Memenuhi kebutuhan energi.
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui
cara- cara yang aman dan praktis.
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini
meningkat. Tujuan diet pada pasien diabetes melitus
(Almatsier, 2013) :
1) Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati
normal dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan
insulin, dengan obat penurun glukosa oral dan aktivitas fisik.
30

2) Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum mendekati


normal.
3) Memberi cakupan energi untuk mempertahankan atau
mencapai berat badan normal.
4) Menghindariatau menangani komplikasi akut pasien yang
menggunakan insulin seperti hipoglikemi, komplikasi jangka
panjang, dan jangka lama semua masalah yang berhubungan
dengan latihan jasmani.
5) Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui
gizi yang optimal.

Syarat- syarat diet penyakit diabetes melitus menurut Almatsier


(2013) adalah :
1) Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat
badan normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan
memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal 25- 30
% kkal/Kg BB normal, ditambah kebutuhan untuk aktivitas
fisik dan keadaan khusus, makan dibagi menjadi 3 komplikasi
dasar yaitu makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%),
serta 2- 3 porsi kecil untuk makan selingan (masing- masing
10- 15%).
2) Kebutuhan protein normal, yaitu 10- 15% dari kebutuhan
energi total.
3) Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20- 25% dari kebutuhan energi
total.
4) Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total,
yaitu 60- 70%.
5) Penggunaan gula murni dalam minuman maupun makanan
tidak diperbolehkan kecuali dalam porsi yang ajar sebagai
penambah rasa.
6) Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas.
31

7) Asupan serat dianjurkan 25g/hari dengan mengutamakan serat


larut dalam air yang terdapat di dalam sayur dan buah.
8) Pasien diabetes melitus dengan tekanan darah normal
diperbolehkan mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam
dapur seperti orag sehat, yaitu 3000 mg/hari.

Diet yang digunakan sebagai bagian dari penatalaksanaan diabetes


melitus di kontrol berdasarkan kandungan energi, protein,
dikontrol berdasarkan kandungan energi, protein, lemak, dan
karbohidrat. Sebagai pedoman dapat dipakai jenis diet diabetes
melitus sebagai berikut (Almatsier, 2013).

Tabel 2.3
Jenis diet beserta kandungan energi, protein, lemak dan karbohidrat

Jenis Diet Energi Protein Lemak Karbohidrat


(kkal) (g) (g) (g)
I 1100 43 30 172
II 1300 45 35 192
III 1500 51,5 36,5 235
IV 1700 55,5 36,5 275
V 1900 60 43 299
VI 2100 62 53 319
VII 2300 73 59 369
VIII 2500 80 62 396
Sumber : (Almatsier, 2013)
Prinsip pengaturan diet pasien diabetes melitus yaitu :
1) Jadwal makan
Pasien dengan diabetes melitus harus memiliki pola makan dan
frekuensi makan yang teratur. Penderita diabetes melitus
dianjurkan tetap menjaga jadwal makannya, yakni tiga kali
makan utama (makan pagi, makan siang, makan, amakan
malam), disamping itu diantara waktu makan utama tersebut
32

harus diselingi dengan makanan selingan 2 sampai 3 kali (pukul


10.00, pukul 16.00 dan pukul 21.00). hal ini dimaksudkan
untuk menjaga kadar gula darah tetap dalam batasan normal ()
(Waspadji, 2007)
2) Jumlah makan
Jumlah kebutuhan energi yang harus dikonsumsi dalam sehari
oleh pasien diabetes melitus tidak sama antara pasien satu
dengan pasien yang lainnya. Secara umum akan dihitung
dengan ideal dan adekuat, dengan memperhitungkan tinggi
badan, berat badan, usia, aktifitas dan status gizi pasien
diabetes. Jumlah kalori yang diperoleh dari hasil perhitungan
kemudian didistribusikan dengan baik sesuai dengan jadwal
makan. Jumlah yang diperoleh harus terdiri dari zat gizi makan
seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Komposisi makanan
yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat 55- 65%, Protein 15-
20%, lemak < 30%, serta vitamin, serat dan mineral dalam
jumlah yang cukup.

Faktor- faktor yang mempengaruhi kebutuhan kalori pada


pasien diabetes melitus adalah sebagai berikut :
a) Jenis kelamin
Kebutuhan kalori pada pria adalah 30 kal/Kg BB sedangkan
pada wanita sebesar 25 kal/Kg BB.
b) Usia
Pasien diabetes melitus dengan usia diatas 40 tahun
kebutuhan kalorinya harus dikurangi, yaitu pasien dengan
rentang usia antara 40 sampai 59 tahun dikurangi sebanyak
5%, pasien dengan rentang usia antara 60 sampai 69 tahun
dikurangi sebanyak 10%, dan pasien dengan usia lebih dari
70 tahun kebutuhan kalorinya dikurangi 20%.
33

c) Berat badan
Apabila pasien diabetes melitus kegemukan atau kelebihan
kalori, hal yang harus dilakukan adalah mengurangi kalori
tersebut sebanyak 20 – 30%, sebaliknya pada pasien yang
tergolong kurus harus ditambahkan 20 – 30% kalori sesuai
dengan kebutuhan untuk menyesuaikan berat badan.
(Perkeni, 2011)
3) Jenis makan
Pilihan jenis makanan sehat dengan komposisi nutrisi yang
seimbang, yakni mengandung nilai glycemic indexrendah, ada
kandungan protein, lemak baik, dan kaya serat. Terdapat
beberapa jenis bahan makanan yang harus diperhatikan oleh
penderita diabetes melitus.

Penderita DM juga harus membatasi makanan dari jenis


gula, minyak dan garam. Makanan untuk diet DM biasanya
kurang bervariasi, sehingga banyak penderita DM yang
merasa bosan, sehingga variasi diperlukan agar penderita tidak
merasa bosan. Hal itu diperbolehkan asalkan penggunaan
makanan penukar memiliki kandungan gizi yang sama
dengan makanan yang digantikan (Suyono, 2011).

c. Penatalaksanaan Farmakologis Obat hipoglikemik oral (OHO)


1) Sulfonylurea, yang nantinya akan menstimulasi pengelepasan
insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin,
dan meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa.
2) Biguanid, menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai
dibawah normal.
3) Inhibitor α glukosidase, menghambat kerja enzim α
glukosidase di dalam saluran cerna, sehingga menurunkan
34

penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia pasca


prandial.
4) Insulin sensiting agent, thoazahdine diones meningkatkan
sensitivitas insulin, sehingga mengatasi masalah resistensi
insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.
5) Insulin, dengan indikasi :
a) DM dengan berat badan menurun dengan cepat.
b) Ketoasidosis laktat dengan koma hiperosmolar.
c) DM yang mengalami stress berat (infeski sistemik, operasi
besar, dll)
d) DM tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral
dengan dosis maksimal (kontradiksi dengan obat tersebut).
(Wijaya &Yessie, 2013).
d. Latihan
Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju
metabolisme istirahat, dapat menurunkan BB, stress dan
menyegarkan tubuh. Latihan menghindari kemungkinan trauma
pada ekstremitas bawah, dan hindari latihan dalam kondisi udara
yang sangat panas/ dingin, serta pada saat pengendalian metabolik
buruk. Gunakan alas kaki yang tepat dan periksa kaki setiap
sesudah melakukan latihan (Wijaya &Yessie, 2013).

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Berisikan data umum dari pasien yang terdiri dari nama, tempat
dan tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, alamat, tanggal pengkajian, dan
diagnosa medis.
35

b. Identitas penanggung jawab


Berisikan data umum dari penanggung jawab pasien yang bisa
dihubungi selama menjalani masa perawatan di rumah sakit.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien diabetes melitus terkait
gangguan nutrisi adalah poliphagia, polidpsia, penurunan
berat badan, konstipasi, dan ulkus yang lama sembuh.
Pasien yang mengalami ketoasidosis terdapat mual,
muntah, dan nyeri abdomen. Pada pasien dengan sindrom
HHNK terdapat gejala dehidrasi berat, (membran mukosa
kering, turgor kulit kembali sangat lambat), dan tanda –
tanda neurologis yang bervariasi (perubahan sensori,
kejang – kejang, hemiparise) (Smeltzer, 2015). Gejala
yang timbul pada pasien yang mengalami hipoglikemi
adalah badan gemetar, berkeringat, takikardia, dan
kecemasan (Price & Wilson, 2012).
b) Keluhan saat ini
Pada pasien gangguan nutrisi yan menderita diabetes
melitus mengalami poliphagia, polidipsia, penurunan berat
badan, mual, muntah, dan ketoasidosis yang terjadi akibat
gangguan pada metabolisme.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit diabetes melitus, kegemukan,
penyakit pada pankreas, penyakit hormonal, komsumsi obat –
obatan (aloxan, streptozokin; sititoksin terhadap sel –sel beta,
derivat tharizide) yang dapat menurunkan sekresi insulin,
malnutrisi (kekurangan protein kronik).
36

3) Riwayat kesehatan keluarga


Biasanya ada anggota keluarga yang menderita diabetes
melitus atau adanya riwayat obesitas dari anggota keluarga
terdahulu.
d. Pola aktifitas sehari –hari (ADLs)
1) Pola nutrisi dan metabolisme
Pasien gangguan nutrisi pada penderita diabetes melitus
biasanya mengeluh mual, muntah, pola makan yang tidak
terkontrol, toleransi terhadap makanan dan minuman tertentu,
jadwal makan, serta porsi diit yang dihabiskan.
2) Pola eliminasi
a) Buang air kecil
Intake dan output pasien selama 24 jam. Biasanya pasien
mengeluh sering berkemih dalam sehari lebih dari 7 – 8
kali bandingkan dengan waktu dirumah sakit.
b) Buang air besar
Konsistensi buang air besar, jumlah kepadatan,warna dan
bau bandingkan waktu dirumah dengan di rumah sakit.
3) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur saat dirumah bandingkan dengan saat dirumah sakit.
4) Pola aktifitas
Kemungkinan jarang bergerak, aktivitas sering dibantu,
olahraga yang tidak dikerjakan dikarenakan jumlah kalori yang
kurang menyebabkan energi yang tersedia tidak cukup,
sehingga terjadinya rasa lelah, mudah letih, dan lemas.

e. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Biasanya mengalami kelelahan, lesu, kejang-kejang akibat
ketoasidosis, penurunan kesadaran.
2) Tanda-tanda vital
3) Ukuran antropometri :
37

TB dan BB untuk menentukan status nutrisi.


Umumnya terjadi peingkatan yang signifikan pada berat badan.
a) Lingkar pinggang
Pada pasien obesitas biasanya diatas normal
Nilai Normal: Wanita : <80cm
Pria : <90cm
b) Lingkar lengan atas (MAC).
Pada pasien obesitas biasanya diatas normal
Nilai normal:Wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm
c) Lipatan kulit pada otot trisep (TSP).
Pada pasien obesitas biasanya diatas nilai normal

Nilai normal: Wanita : 16,5 – 18 cm


Pria : 12,5 – 16,5 cm

4) Pemeriksaan kepala
Mengetahui bentuk dan fungsi kepala, mengetahui kelainan
yang terdapat di kepala. Pada rambut dilakukan pemeriksaan
apakah rambut kusam, kering, warna pudar, kemerahan atau
patah – patah.
5) Pemeriksaan wajah
6) Pemeriksaan mata
Dilakukan pemeriksaan konjungtiva, sklera dan pupil.
7) Pemeriksaan mulut dan bibir
Pada Pemeriksaan mulut dan bibir biasanya ditemukan bibir
pecah – pecah, bibir kering, membran mukosa pucat.
8) Leher
9) Kuku
10) Kerangka dan Ekstremitas
11) Sistem integumen
12) Sistem pernafasan
13) Sistem kardiovaskuler
38

14) Sistem gastrointestinal


Biasanya terdapat poliphagia, polidipsia, mual, muntah,
dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar
abdomen, bising usus hiperaktif.
15) Sistem urinaria
Biasanya poliuria, retensi urin, inkontinensia urin.
16) Sistem muskuloskletal
Biasanya pergerakan yang cepat lelah dan lemah.
f. Data psikologis
Apakah ada perubahan sikap dan psikologis pasien selama sakit
yang dapat mempengaruhi pola makanan pasien selama di rumah
sakit.
g. Data sosial
Bagaiman status ekonomi atau sosial keluarga pasien dalam
memilih dan membeli makanan serta kemampuan keluarga pasien
dalam pemenuhan kesehatan.
h. Data spiritual
Kepercayaan yang diyakini dan dianut oleh keluarga yang
menyangkut status kesehatan dan pantangan makanan dalam
agama.
i. Data penunjang
a) Pemeriksaan Gula Darah Puasa
Pasien didiagnosa dengan diabetes melitus apabila nilai GDP
126mg/dl atau lebih, yang diambil minimal 8 jam puasa.
b) Tes Toleransi Glukosa Oral (OGTT)
Diabetes melitus ditegakkan bila level gula darah adalah 200
mg/dl atau lebih, diukur pada interval setelah pasien minum
minuman karbohidrat terkonsentrasi.
c) Pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS)
Diabetes melitus ditegakkan apabila nilai gula darah sewaktu
200 mg/dl atau lebih.
39

d) Pemeriksaan HbA1C
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah, untuk
memperoleh informasi kadar gula darah yang sesungguhnya,
karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam kurun
waktu 2 – 3 bulan. Tes ini berguna untuk mengukur tingkat
ikatan gula darah hemoglobin A (A1C) sepanjang umur sel
darah merah (120 hari). Diabetes melitus apabila nilai
HbA1cadalah 6,5% atau lebih.
e) Urinalisa
Adanya proteinuria, ketonuria, glukosuria, dan badan keton.
f) Pemeriksaan fruktosamin
Pemeriksaan fruktosamin menggunakan metode seperti pada
pemeriksaan glukosa. Dikatakan diabetes bila hasil diatas 2,5
mmol / L.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian diatas kemungkinan diagnosa yang muncul
adalah :
Defisit nutrisi berhubungan dengan keengganan untuk makan (SDKI,
2017)

1. Rencana Keperawatan
Berdasarkan teori rencana keperawatan yang dapat dilakukan untuk
diagnosa diatas adalah (SLKI-SIKI, 2018)

Tabel 2.4
Diagnosa dan intervensi keperawatan berdasarkan SDKI, SLKI, SIKI

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1. Definisi : asupan nutrisi SLKI : SIKI :
tidak cukup untuk Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
memenuhi kebutuhan Kriteria hasil :
metabolisme. 1. Kaji adanya alergi
1. Berat badan ideal makanan.
40

Gejala dan tanda sesuai dengan tinggi 2. Identifikasi status nutrisi


mayor : badan 3. Identifikasi kebutuhan
Objektif : berat badan 2. Mengetahui tentang kalori dan jenis nutrien
menurun minimal 10% pilihan makanan yang 4. Monitor asupan makanan
dibawah rentang ideal sehat 5. fasilitasi menentukan
3. Mengetahui tentang pedoman diet
Gejala dan tanda minor : standar asupan nutrisi 6. Kolaborasi dengan ahli gizi
Subjektif : yang tepat untuk menentukan jumlah
1. Cepat kenyang 4. Mampu kalori dan nutrisi yang
setelah makan mengidentifikasi dibutuhkan pasien.
2. Kram atau nyeri kebutuhan nutrisi 7. Berikan makanan tinggi
abdomen 5. Tidak ada tanda-tanda serat untuk mencegah
3. Nafsu makan malnutrisi konstipasi.
menurun 8. Ajarkan diit yang
Objektif : diprogramkan
1. Bising usus
hiperaktif Berat Badan Pemantauan Nutrisi
2. Otot pengunyah Kriteria hasil : 1. Identifikasi faktor yang
lemah 1. Adanya peningkatan mempengaruhi asupan gizi
3. Otot menelan berat badan sesuai (mis. pengetahuan,
lemah dengan tujuan ketersediaan
4. Membran mukosa 2. Berat badan ideal makanan,agama, budaya,
pucat sesuai dengan tinggi mengunyah tidak adekuat,
5. Rambut rontok badan gangguan menelan,
berlebihan 3. Tidak terjadi penggunaan obat-obatan
penurunan berat badan atau pasca operasi)
Faktor penyebab : yang berarti 2. Identifikasi perubahan
1. Ketidakmampuan berat badan
mengabsorbsi 3. Identifikasi kelainan
makanan pada kulit (mis. memar,
2. Peningkatan luka yang sulit sembuh
kebutuhan atau perdarahan)
metabolisme 4. Identifikasi kelainan
3. Ketidakmampuan pada rambut (mis. kering,
mencerna makanan ti[is, kasar dan mudah
4. Ketidakmampuan patah)
menelan 5. Identifikasi kelainan
5. Faktor ekonomi pada kuku (mis.
(mis. Finansial berbentuk sendok, tipis,
tidak mencukupi) kasar dan mudah patah)
6. Faktor psikologis 6. Monitor mual dan muntah.
(mis. Stress, 7. Monitor warna konjungtiva
keengganan untuk 8. Monitor asupan oral
makan) 9. Memonitor hasil
laboratorium (mis. Kadar
kolesterol, albumin serum,
kreatinin, hemoglobin,
hematokrit, transfernin, dan
elektrolit dara
41

4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan berdasarkan tindakan
yang telah direncanakan. Hasil implementasi yang dilakukan dengan
menyesuaikan dengan kondisi pasien tanpa meninggalkan prinsip dan
konsep keperawatan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Hal ini
dilakukan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana
tercapainya atau tidak tercapainya tujuan dari rencana keperawatan.
Evaluasi keperawatan salah satunya dapat dilakukan dengan
pendekatan SOAP dengan penjelasan, S: respon subjektif terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilakukan, O: respon objektif pasien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan, A: analisis
terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah tetpap ada, munculnya masalah baru atau ada data kontradiksi
terhadap masalah yang ada, P: tindak lanjut berdasarkan analisis
respon pasien (Hidayat, 2009).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan pendekatan
studi kasus. Menurut Nursalam (2013), studi kasus merupakan jenis
rancangan penelitian dari metode deskriptif yaitu suatu penelitian yang
dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tentang asuhan
keperawatan. Penelitian yang telah dilakukan yaitu asuhan keperawatan
dengan gangguan pemenuhan nutrisi pada pasien diabetes mellitus tipe II
di ruang IRNA Non Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun
2020.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini telah dilakukan di ruangan rawat inap penyakit dalam RSUP
Dr. M. Djamil Padang dari bulan Desember 2019 hingga Maret 2020.
Sedangkan studi kasus dilakukan mulai 11 - 15 Februari 2020 dilakukan 5
hari rawatan.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari subyek penelitian yang diteliti
(Kartika, 2017). Populasi penelitian adalah semua pasien Diabetes
Melitus Tipe II yang mengalami gangguan nutrisi di ruang rawat inap
Irna Non Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang. Populasi
penelitian yang didapatkan pada 11 Februari 2020 ditemukan 5 orang
yang mengalami diabetes melitus tipe II di Irna Non Bedah Wanita.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi atau sampel merupakan elemen-
elemen populasi yang dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya
(Kartika, 2017). Sampel penelitian ini adalah satu orang pasien

42
Poltekkes Kemenkes Padang
43

Diabetes Mellitus Tipe II yang mengalami gangguan pemenuhan


nutrisi.

Kriteria sampel :
a. Kriteria inklusi
Inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu
populasi target dan terjangkau dalam penelitian (Kartika, 2017)
1) Pasien dengan masalah diabetes mellitus tipe II sebagai
diagnose utamanya dan dirawat diruangan bangsal penyakit
dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang bulan Desember 2019 –
Maret 2020.
2) Pasien dan keluarga setuju berpartisipasi dengan peneliti.
3) Pasien yang koorperatif untuk memperkuat pengkajian data
subjektif.
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi merupakan menghilangkan / mengeluarkan
subyek yang memenuhi criteria inklusi dan studi karena berbagai
sebab (Kartika, 2017)
1) Pasien yang mengalami penurunan kesadaran.
2) Pasien mengalami komplikasi serius pada system
kardiovaskuler (kerusakan pembuluh arteri, jantung
coroner, serangan jantung) sehingga harus dipindahkan
keruangan lain.

Dari 5 orang populasi didapatkan yang memenuhi kriteria sampel


sebanyak 3 orang. Dari 3 orang tersebut dipilih 1 orang responden
dengan menggunakan teknik simple random sampling.

D. Instrumen Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus
menggunakan, observasi partisipasi, wawancara, studi dokumentasi dan

Poltekkes Kemenkes Padang


44

studi kepustakaan. Dalam penelitian ini dibutuhkan format pengkajian dan


nursing kit, serta set antropometri.

Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis


yang terorganisasi, dan meliputi tiga aktivitas dasar yaitu : pertama,
mengumpulkan data secara sistematis, kedua, mengatur data yang
dikumpulkan, dan ketiga, mendokumentasikan data dalam format yang
dapat dibuat kembali. Data diperoleh dari riwayat keperawatan, keluhan
utama pasien, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang atau tes
diagnostik. Riwayat keperawatan: riwayat kesehatan keluarga, riwayat
penyakit sekarang, dan riwayat kejadian. Pemeriksaan fisik meliputi dari
kepala sampai ke kaki (head to toe) melalui teknik inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi. Setelah dilakukan pengkajian dilanjutkan hinggan
tahap evaluasi.

E. Pengumpulan Data
1. Jenis data
a. Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien
yang berdasarkan format pengkajian asuhan keperawatan meliputi
identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktivitas sehari-
hari, dan pemeriksaan fisik terhadap pasien dengan menggunakan
teknik wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik langsung pada
partisipan.
b. Data Sekunder
Data sekunder yang diperoleh dari laporan stastus pasien.
Informasi yang diperoleh berupa data tambahan atau penunjang
dalam merumuskan diagnose keperawatan. Data yang diperoleh
berupa data penunjang dari laboratorium, terapi pengobatan yang
diberikan dokter berupa hasil pemeriksaan gula darah, pemeriksaan
antropometri .
45

2. Cara Pengumpulan Data


a. Anamnesa
Dalam penelitian ini anamnesa dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara jenis ini
merupakan kombinasi dari wawancara tidak terpimpin dan
wawancara terpimpin. Artinya pewawancara diberi kebebasan yang
diharapkan dan responden secara bebas dapat memberikan
informasi selengkap mungkin. Wawancara dilakukan tentang
identitas pasien, riwayat kesehatan (keluhan masuk rumah sakit,
riwayat kesehayan sekarang, riwayat penyakit yang diderita
sebelumnya dan riwayat kesehatan keluarga yang sebelumnya,
(kondisi lingkungan pasien), dan aktivitas sehari-hari (ADL)
seperti makan, minum, BAB, BAK, istirahat dan tidur.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik ini, peneliti melakukan pemeriksaan meliputi :
pemeriksaan dari kepala sampai kaki dan pemeriksaan dengan
teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi terutama pada
bagian tubuh yang menandakan adanya masalah pada nutrisi
seperti rambut, konjungtiva, mukosa bibir, turgor kulit dan warna
kulit. Peneliti juga mengukur nilai-nilai yang berkaitan dengan
status nutrisi atau berkaitan dengan nilai gizi seperti vital sign
yakni tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, dan monitor saturasi
oksigen, serta antropometri.
c. Studi dokumentasi
Dalam penelitian ini menggunakan dokumen dari RS untuk
menunjang penelitian yang dilakukan, data penunjang berupa hasil
laboratorium, OGTT, pemeriksaan urin dan lain-lain.
d. Langkah langkah Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam proses keperawatan diawali dengan:
1) Prosedur Administrasi
2) Proses Asuhan Keperawatan
46

a) Peneliti melakukan pengkajian kepada responden dan


keluarga menggunakan metode wawancara, observasi, dan
pemeriksaan fisik.
b) Peneliti merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien.
c) Peneliti membuat perencanaan asuhan keperawatan yang
akan diberikan kepada pasien.
d) Peneliti melakukan asuhan keperawatan pada pasien.
e) Peneliti mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada
pasien.
f) Peneliti mendokumentasikan proses asuhan keperawatan
yang telah diberikan pada pasien mulai dari melakukan
pengkajian sampai pada evaluasi terhadap tindakan yang
telah dilakukan.

F. Analisis Data
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep
dan teori keperawatan masalah gangguan pemenuhan nutrisi pada pasien
dengan diabetes mellitus tipe II. Data yang telah didapat dari hasil
melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakkan
diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai
mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan, kemudian dibandingkan
dengan teori asuhan keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi pada pasien
dengan diabetes melitus. Analisa yang dilakukan adalah untuk
menentukan kasesuaian antara teori yang ada dengan kondisi pasien.
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Hasil Penelitian
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada satu orang partisipan yang di rawat
di Ruang IRNA Non Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Pembahasan proses keperawatan pada pasrtisipan dilakukan dengan
mendeskripsikan hasil dari asuhan keperawatan yang dilakukan pada
partisipan tersebut. Prinsip dari pembahasan ini dibuat berdasarkan teori
proses keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, penegakkan diagnosa,
perencanaan tindakan keperawatan, implementasi keperawatan, serta evaluasi
keperawatan terhadap masalah yang muncul.

Penelitian telah dilakukan selama 5 hari pada partisipan dengan waktu yang
sama. Asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal 11 - 15 Februari 2020
dengan identitas pasien yaitu Ny. N berusia 47 tahun masuk IRNA Non
Bedah Wani amelalui IGD RSUP Dr. M Djamil Padang pada tanggal 08
Februari 2020 pukul 07.35 WIB dengan diagnosa diabetes melitus tipe II.
Hasil dari tahapan keperawatan pada partisipan dapat dilihat dibawah ini.
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Partisipan Ny. N usia 47 tahun, status kawin, agama Islam, pendidikan
terakhir SMA, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, dan alamat di
Korong Marantih Ketaping Batang Anai Padang Pariaman. Ny. N
didampingi Tn. S dengan status pekerjaan wiraswasta, tinggal di
Korong Marantih Ketaping Batang Anai Padang Pariaman dan
hubungan dengan pasien sebagai suami.
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
a) Keluhan Utama
Ny. N datang ke IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
tanggal 8 Februari 2020 pukul 07.35 WIB dengan keluhan

Poltekkes Kemenkes Padang


47

Poltekkes Kemenkes Padang


48

utama mual dan muntah sejak seminggu sebelum masuk rumah


sakit dan sesak napas sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk
rumah sakit, keluhan disertai dengan penurunan nafsu makan.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada pengkajian tanggal 11 Februari 2020 Pasien masih
merasakan mual dan terkadang muntah, terlihat lemas, wajah
pucat serta ekstremitas terasa kebas. Keluarga mengatakan semua
diet yang disediakan rumah sakit tidak ada yang habis.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Ny. N memiliki riwayat diabetes melitus sejak 20 tahun yang lalu
dengan pemeriksaan gula darah yang teratur tetapi tidak patuh
minum obat dan masih mengkonsumsi makanan bersantan. Ny. N
juga memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu dan tidak
terkontrol. Keluarga mengatakan Ny. N didiagnosa CKD sejak 2
bulan sebelum masuk rumah sakit.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat Kesehatan Keluarga, Ibu dan saudara perempuan Ny. N
juga menderita diabetes mellitus.
c. Kebutuhan Dasar (ADL)
Ny. N saat masih sehat makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk pauk,
jarang mengkonsumsi sayur dan buah. Ny. N dan keluarga mengatakan
tidak mengetahui pola diit bagi penderita diabetes melitus, minum 6-8
gelas perhari (±2000ml). Selama dirawat Ny. N diberikan diit DM IV
yaitu diit dengan 1700 kkal dan rendah garam tinggi protein. Diit yang
disediakan rumah sakit hanya mampu dihabiskan 1/4 porsi dikarenakan
tidak nafsu makan. Ny. N minum sebanyak 600 ml atau sebanyak 1
aqua menengah dan BAK perhari ± 250 cc/ hari.
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada pertemuan pertama dengan Ny. N
keadaan umum pasien tampak lemah. hasil pengukuran TD 150/90
mmHg, nadi 102 x/menit, pernafasan 24 x/menit, suhu 37,2 0C. Hasil
Pengukuran BB 43 Kg, TB 155 cm, IMT 17,9 kg/m²(Kurus,

Poltekkes Kemenkes Padang


49

kekurangan berat badan tingkat ringan). Wajah pucat, konjungtiva


anemis, bibir pucat, mukosa bibir kering, dan rambut mudah rontok
serta kusam, terlihat kedua tungkai terdapat udem dan CRT ekstremitas
bawah >2 detik. Ny. N terpasang O2 3L/Menit dan memakai selang
kateter pada organ genetalia dan pempers.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang pada tanggal 10 Februari, Hasil
laboratorium kimia klinik ditemuan GD 2 PP 165 mg/dl (<140) total
protein 6.1 Ureum darah 122 mg/dl, SGOT 34, SGPT 26 u/L, kreatinin
darah 7.9 mg/dL, kolesterol total 266 mg/dL, HDL kolesterol 32,
mg/dL LDL kolesterol 206 mg/dL, trigliserida 142 mg/dL,
Hemoglobin 8.2 g/dl
f. Terapi pengobatan
Terapi pengobatan yang diberikan kepada pasien Infus NaCl 0,9 %
ditangan sebelah kiri, terpasang O2 3L/menit, combivent, Amlodipin
1x10 mg, Asam folat 1x 5 mg, natrium bicarbonat 3x500 gr,
condesartan 1x16 mg dan levemir 8 unit.

2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian dan analisa data diagnosa utama yang
didapatkan yaitu Defisit Nutrisi berhubungan dengan keengganan untuk
makanan. Ditandai dengan Ny. N mengeluh mual dan terkadang muntah
dan penurunan nafsu makan masih ada, dan badannya terasa lemas.
Keadaan umum Ny. N terlihat lemah, dari pemeriksaan fisik wajah pucat,
bibir pucat, mukosa bibir kering, bising usus terdengar hiperaktif 40
x/menit. Diit hanya mampu dihabiskan 1/4 porsi dari porsi yang
disediakan rumah sakit. Hasil Laboratorium menunjukkan Total protein =
4,0 g/dl, hemoglobin 8,2 g/dl, IMT = 17,9 kg/m² (kurus/ kekurangan BB
tingkat ringan)
50

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan diawali dengan menentukan tujuan, kriteria hasil dan
rencana tindakan yang akan dilakukan. Pada diagnosa keperawatan utama
yaitu Defisit nutrisi berhubungan dengan keengganan untuk makan
dengan tindakan sebagai berikut : kaji adanya alergi makanan, identifikasi
status nutrisi, identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien, monitor
asupan makanan, fasilitasi menentukan pedoman diet, kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien, berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi, ajarkan
diit yang diprogramkan. Serta Pemantauan Nutrisi dengan tindakan :
identifikasi faktor yang mempengaruhi asupan gizi (mis. Pengetahuan,
ketersediaan makanan,agama, budaya, mengunyah tidak adekuat,
gangguan menelan, penggunaan obat-obatan atau pasca operasi),
identifikasi perubahan berat badan, identifikasi kelainan pada kulit (mis.
Memar, luka yang sulit sembuh atau perdarahan), identifikasi kelainan
pada rambut (mis. Kering, ti[is, kasar dan mudah patah), identifikasi
kelainan pada kuku (mis. Berbentuk sendok, tipis, kasar dan mudah
patah), monitor mual dan muntah, monitor warna konjungtiva, monitor
asupan oral dan memonitor hasil laboratorium (mis. Kadar kolesterol,
albumin serum, kreatinin, hemoglobin, hematokrit, transfernin, dan
elektrolit darah.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan dimulai dari tanggal 11 Februarit sampai
dengan 15 februari 2020 adalah sebagai berikut :
Defisit nutrisi berhubungan dengan keengganan untuk makan
Selasa, 11 Februari 2020
Tindakan yang dilakukan yaitu :
1. Mengukur BB
2. Melakukan observasi adanya kekeringan, rambut kusam, total
protein pada hasil labor
3. Mengkaji penyebab mual dan muntah.
51

4. Melihat dan menghitung jumlah kalori dan asupan makanan (1700


kkal).
5. Menentukan status gizi pasien dengan menghitung nilai IMT
dengan cara BB (kg) / TB (m)²
6. Melakukan pendidikan kesehatan terkait jenis makanan indeks
glikemik rendah untuk manajemen diit dan prinsip diit diabetes
mellitus

Rabu, 12 Februari 2020


Tindakan yang dilakukan yaitu :
1. Mengkaji apakah masih mual dan muntah.
2. Melihat dan menghitung jumlah kalori dan asupan makanan (1700
kkal).
3. Menganjurkan kepada pasien untuk makan dengan cara sedikit tapi
sering
4. Menganjurkan pasien untuk minum air hangat sebelum makan
siang dan meminum obat yang telah diresepkan yaitu asam folat
untuk mengurangi mual.
5. Membatasi aktivitas klien karena keadaan klien yang masih lemas.
6. Mengingatkan kembali pendidikan kesehatan terkait makanan
indeks glikemik rendah untuk manajemen diit.

Kamis, 13 Februari 2020


Tindakan yang dilakukan yaitu :
1. Mengukur BB
2. Melakukan observasi adanya kekeringan, rambut kusam, total
protein pada hasil labor
3. Mengkaji mual dan muntah yang dirasakan.
4. Melihat dan menghitung jumlah kalori dan asupan makanan (1700
kkal).
5. Menentukan status gizi pasien dengan menghitung nilai IMT
dengan cara BB (kg) / TB (m)²
52

6. Menganjurkan kepada pasien untuk makan dengan cara sedikit tapi


sering .
7. Mengingatkan pasien untuk minum air hangat sebelum makan
siang dan asam folat untuk mengurangi mual.
8. Mengingatkan kembali pendidikan kesehatan terkait jenis dan
prinsip diit diabetes mellitus

Jumat, 14 Februari 2020


Tindakan yang dilakukan yaitu :
1. Mengkaji apakah klien masih mual dan muntah.
2. Melihat dan menghitung jumlah kalori dan asupan makanan (1700
kkal).
3. Menganjurkan kepada pasien untuk makan dengan cara sedikit tapi
sering
4. Menganjurkan pasien untuk minum air hangat sebelum makan
siang dan meminum obat yang telah diresepkan yaitu asam folat
untuk mengurangi mual.
5. Membatasi aktivitas klien karena keadaan klien yang masih lemas.
6. Mengingatkan kembali pendidikan kesehatan terkait jenis dan
prinsip diit diabetes mellitus.

Sabtu, 15 Februari 2020


Tindakan yang dilakukan yaitu :
1. Mengukur BB
2. Melakukan observasi adanya kekeringan, rambut kusam, total
protein pada hasil labor
3. Mengkaji apakah masih mual dan muntah.
4. Melihat dan menghitung jumlah kalori dan asupan makanan (1700
kkal).
5. Menentukan status gizi pasien dengan menghitung nilai IMT
dengan cara BB (kg) / TB (m)²
53

6. Menganjurkan kepada pasien untuk makan dengan cara sedikit tapi


sering (habiskan ¼ porsi tiap 10-20 menit).
7. Menganjurkan pasien untuk minum air hangat sebelum makan
siang dan asam folat untuk mengurangi mual.
8. Melakukan pendidikan kesehatan terkait jenis dan prinsip diit
diabetes mellitus
9. Melakukan pendidikan kesehatan mengenai makanan indeks
glikemik rendah untuk manajemen diit.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan yang dilakukan selama 5 hari (11-15 Februari
2020) dengan menggunakan metode SOAP (subyektif, obyektif Analyse,
dan Planning).

Selasa, 11 Februari 2020


Ny.N terlihat lemas dan masih mengalami mual dan muntah (100 ml) dan
hanya menghabiskan ¼ porsi diit yang disediakan. Ny.N memiliki BB 43
kg dan TB 155 cm dengan IMT 17,9 yang menunjukkan kekurangan BB
tingkat ringan. Defisit nutrisi Pada Ny.N belum teratasi dengan kriteria hasil
yang belum tercapai yaitu berat badan belum ideal sesuai tinggi badan, masih
ada tanda-tanda malnutrisi. Intervensi dilanjutkan yaitu manajemen nutrisi dan
pemantauan nutrisi pada Ny. N

Rabu, 12 Februari 2020


Ny. N mengatakan masih mual namun tidak lagi muntah, Ny. N merasa
kerongkongannya pahit dan hanya menghabiskan ¼ diit yang disediakan.
Defisit nutrisi pada Ny.N belum teratasi dengan kriteria hasil yang belum
tercapai yaitu berat badan belum ideal sesuai tinggi badan, masih ada tanda-
tanda malnutrisi. Intervensi dilanjutkan yaitu manajemen nutrisi dan
pemantauan nutrisi
54

Kamis, 13 Februari 2020


Ny.N terlihat lebih segar dari sebelumnya, dan mengatakan bahwa rasa
mualnya sudah berkurang serta ia sudah bisa menghabiskan ¼ diit yang
disediakan tanpa muntah. Ny. N memiliki peningkatan bb sebanya 0,1 kg
dengan IMT 17,94 yang masih menujukkan kekurangan bb tingkat ringan.
Defisit nutrisi pada Ny.N teratasi sebagian dengan kriteria hasil menunjukkan
adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan dan tanda-tanda
malnutrisi mulai berkurang. Intervensi dilanjutkan yaitu manajemen nutrisi dan
pemantauan perubahan berat badan.

Jumat, 14 Februari 2020


Ny. N mengatakan tidak lagi mual dan bisa memakan makanannya sendiri
tanpa dibantu keluarga, ia makan sedikit-sedikit tapi sering dan mampu
menghabiskan 2/4 porsi diit yang disediakan. Defisit nutrisi pada Ny.N
teratasi sebagian dengan kriteria hasil menunjukkan adanya peningkatan berat
badan sesuai dengan tujuan dan tanda-tanda malnutrisi mulai berkurang.
Intervensi dilanjutkan yaitu manajemen nutrisi dan pemantauan perubahan
berat badan secara berkala.

Sabtu, 15 Februari 2020


Terjadi peningkatan dari status nutrisi Ny. N dengan IMT 18,02 kg/m², diit
yang disediakan sudah mampu dihabiskan ¾ porsi, dan tampak keadaan
umum Ny. N sedang. Dari data subjektif Ny. N mengatakan bahwa mual
sudah jauh berkurang. Defisit nutrisi pada Ny. N teratasi sebagian dengan
kriteria hasil menunjukkan adanya peningkatan berat badan sesuai dengan
tujuan, tanda-tanda malnutrisi mulai berkurang. Intervensi manajemen nutrisi
dan pemantauan perubahan berat badan dipertahankan dan dilanjutkan
dirumah seperti keluarga bisa mempertahankan asupan makanan klien
sesuai diit yang di anjurkan dan keluarga dapat memantau perubahan BB
klien secara teratur.
55

B. Pembahasan Kasus
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang dilakukan meliputi dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan akan diuraikan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian terkait masalah gangguan pemenuhan
nutrisi yang dilakukan pada Ny. N didapatkan data bahwa Ny. N
berusia 47 tahun. Berdasarkan hasil penelitian John, Budi dan Gloria
(2013) orang dengan umur ≥45 tahun memiliki resiko 8 kali lebih
besar terkena penyakit DM Tipe 2 dibanding dengan orang yang
berumur kurang dari 45 tahun. Menurut teori mengatakan bahwa
karakteristik diabetes mellitus tipe 2 biasanya berusia> 40 tahun,
karena resistensi insulin di usia> 40 tahun cenderung meningkat
(Damayanti, 2015)

Pada saat pengkajian Ny. N mengeluh mual dan muntah, nafsu makan
menurun, badan terasa lemas, dan kaki terasa kebas. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan Nisco (2018) pasien dengan DM Tipe 2
dengan gangguan nutrisi juga mengeluh badan terasa lemah, mual,
muntah dan tidak nafsu makan.

Menurut peneliti adanya kesesuaian antara hasil penelitian sebelumnya


dengan yang peneliti lakukan. Hasil pengkajian ini sesuai dengan teori
Price & Wilson (2012) yang menjelaskan bahwa mual, muntah pada
penderita diabetes melitus terjadi sebagai akibat peningkatan produksi
benda keton yang merupakan produk samping dari pemecahan lemak.
Pemecahan lemak yang disebabkan karena gangguan metabolisme
karbohidrat lama-kelamaan akan menyebabkan penurunan berat badan
yang berlebihan dan perawakan yang selalu merasa lemas.

Analisis peneliti gejala yang dirasakan Ny. N sesuai dengan teori.


Pasien DM Tipe 2 dengan gangguan nutrisi akan mengalami resistensi
56

insulin disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian


insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa
oleh jaringan. Akibatnya konsentrasi glukosa darah dalam jaringan
meningkat (Hiperglikemia). Sehingga energi yang dipakai untuk
metabolisme adalah hasil dari pemecahan lemak di otot, pemecahan
lemak yang berlebihan menyebabkan produksi badan keton yang
merupakan produk samping pemecahan lemak. Ketoasidosis diabetik
yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda dan gejala seperti
mual, muntah, nafas bau dan penurunan nafsu makan yang akan
mengganggu pemenuhan asupan nutrisi pasien dan lama-kelamaan
akan menyebabkan penurunan berat badan yang berlebihan dan
perawakan yang selalu merasa lemas.

Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa nilai IMT berada di


tingkat kekurangan berat badan ringan, wajah pucat, konjungtiva
anemis, mukosa bibir kering, rambut mudah rontok dan kusam, serta
CRT yang lebih dari 2 detik. Terlihat Ny. N memakai kateter dan
pempers. Menurut penelitian Nisco (2018) pasien dengan DM Tipe 2
dengan gangguan nutrisi didapatkan hasil pemeriksaan fisik IMT <
18,5 kg/m², wajah pucat, konjungtiva anemis, bibir kering dan kaki
terasa kebas. Menurut peneliti adanya kesesuaian antara hasil
penelitian sebelumnya dengan yang peneliti lakukan.

Hal ini sesuai dengan teori Hidayat (2009) mengatakan bahwa


Gangguan metebolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau
pengguanaan karbohidrat secara berlebihan, karena dalam tubuh orang
DM tidak terdapat cukup insulin untuk mengubah gula menjadi tenaga,
orang tersebut akan menjadi semakin kurus setiap harinya dan terjadi
penurunan berat badan yang berlebihan. Menurut Ernawati (2012) juga
mengatakan bahwa konjungtiva anemis, lemas, mukosa bibir kering,
rambut mudah rontok dan kusam serta IMT dibawah rentang normal
merupakan tanda-tanda yang menunjukkan nutrisi kurang.
57

Berdasarkan penjelasan tersebut tidak terjadi kesenjangan antara teori


dengan gejala yang dirasakan oleh klien.

Dari riwayat kesehatan dahulu diketahui bahwa Ny. N menderita


diabetes sejak 20 tahun yang lalu tetapi tidak terkontrol dan telah
terdiagnosa CKD sejak 2 bulan sebelumnya. Menurut analisa peneliti
pada riwayat kesehatan dahulu menunjukkan bahwa Ny. N sudah lama
menngalami penyakit diabetes melitus beserta komplikasinya.
Komplikasi muncul karena gula darah yang tidak terkontrol yang salah
satu penyebabnya ketidakpatuhan menjalakan diit. Hal ini juga
didukung oleh hasil penelitan yang dilakukan oleh Risnasari (2014) di
puskesmas Pesantren II Kota Kediri yakni lebih dari setengah
responden yang berkunjung memiliki komplikasi sebanyak 33 orang
(57,89%) dan tanpa komplikasi 24 orang (42,11%). Ritnasari (2014)
menjelaskan bahwa timbulnya komplikasi tersebut sebagian besar
disebabkan karena ketidakpatuhan diit yan ditetapkan.

Wijaya dan Yessie (2013), mengatakan ada beberapa komplikasi dari


diabetes melitus, yaitu komplikasi akut seperti hipoglikemia dan
hiperglikemia, penyakit makrovaskuler dan neuropati saraf sensorik
serta komplikasi kronis seperti neuropati diabetik, retinopati diabetik,
nefropati diabetik, proteinuria dan kelainan koroner.

Menurut analisa peneliti, komplikasi mucul akibat lamanya penyakit


dan gula darah Ny. N tidak terkontrol karena ketidakpatuhan dalam
menjalankan diit sehingga Ny. N mengalami komplikasi nefropati
diabetik atau biasa disebut penyakit ginjal atau kerusakan ginjal pada
penderita diabetes melitus.
Riwayat kesehatan keluarga, anggota keluarga Ny.N yang juga
menderita diabetes melitus yakni ibu dan saudara perempuannya.
Menurut penelitian yang dilakukan Herlina (2017) ) pada pasien DM
58

Tipe 2 dengan gangguan nutrisi saat pengkajian riwayat keluarga juga


menemukan bahwa keluarga penderita juga memiliki riwayat DM.
Hasil penelitian John, Budi dan Gloria (2013) mengatakan bahwa
orang yang memiliki riwayat keluarga menderita DM, berisiko 5 kali
lebih besar terkena DM Tipe 2 dibandingkan keluarga yang tidak
memiliki riwayat DM.

Berdasarkan hal tersebut adanya kesesuaian antara hasil penelitian


sebelumnya dengan yang peneliti lakukan. Hal ini didukung oleh teori
Rendy & Margareth (2013), mengatakan bahwa penyebab diabetes
melitus salah satunya adalah keluarga/ keturunan dan obesitas/
kelebihan berat badan.

Analisis peneliti terhadap penjelasan tersebut bahwa Ny. N memiliki


faktor resiko lebih tinggi yakni dari komplikasi dan keturunan.
Berdasarkan hasil pengkajian yang ditemukan peneliti sudah sesuai
sesuai dengan apa yang sudah dikaji, sehingga dalam pengkajian tidak
ada kesenjangan antara teori dan praktik.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data pengkajian yang dilakukan pada kasus, didapatkan


diagnosa yaitu defisit nutrisi berhubungan dengan keengganan untuk
makan. Defisit nutrisi adalah keadaan dimana status nutrisi berada di
bawah normal yang mempengaruhi proses metabolisme di dalam
tubuh. Data subjektif dan objektif yang didapatkan yaitu mual, muntah,
penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, diit yang disediakan
tidak pernah habis, IMT dibawah 18,5 kg/m², keadaan umum lemah,
bibir pucat, wajah pucat, mukosa bibir kering, dan Hb dibawah rentang
normal. Hal ini sesuai dengan gejala tanda mayor dan minor pada
SDKI (2017), yakni berat badan 10% atau lebih dibawah rentang berat
badan ideal, bising usus hiperaktif, nafsu makan menurun dan
membran mukosa pucat.
59

Defisit nutrisi pada Ny.N disebabkan karena keengganan untuk makan,


pernyataan ini didukung oleh penelitian Kasumayanti dan Rahayu
(2019), mengatakan bahwa makanan yang serba dibatasi, takaran yang
harus tepat dan waktu makan yang harus diikuti membuat penderita
merasa bosan dan jenuh sehingga penderita sering melanggar aturan
diit dan tidak menjalankan diitnya dengan baik.

Menurut asumsi peneliti keengganan untuk makan yang dialami klien


selain karena mual yang dirasakan klien juga dapat disebabkan karena
menu diit yang kurang bervariasi sehingga klien menjadi tidak
berselera untuk makan. Hal ini juga diperkuat oleh Brunner &
Suddarth (2015) yakni diit bersifat membatasi akan merubah gaya
hidup bagi sebagian besar penderita penderita diabetes melitus dan
dianggap sebagai gangguan karena pilihan makanan yang tidak sesuai
dengan selera dan dirasa membosankan.

Analisis peneliti diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien


Ny. N telah sesuai dengan teori dan sesuai dengan hasil pemeriksaan
serta pengkajian yang dilakukan.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan


yang ditemukan pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri
dari SLKI (2019) dan SIKI (2018). Perencanaan tindakan didasarkan
pada tujuan intervensi masalah keperawatan yaitu Defisit Nutrisi
berhubungan dengan keengganan untuk makan.

Rencana tindakan yang akan dilakukan pada diagnosa defisit nutrisi


dengan tujuan tercapainya status nutrisi yang adekuat dengan ditandai
dengan berat badan meningkat, peningkatan nafsu makan, memahami
pentingnya nutrisi dan mampu mengenali diit yang dianjurkan (SLKI,
60

2019). Sedangkan rencana intervensi yang akan dilakukan sesuai


dengan SIKI (2018) yaitu melakukan manajemen nutrisi dengan
tindakan sebagai berikut : kaji adanya alergi makanan, identifikasi
status nutrisi, identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien, monitor
asupan makanan, fasilitasi menentukan pedoman diet, kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien, berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi, ajarkan diit yang diprogramkan sesuai prinsip diit 3J pada
diabetes melitus. Serta Pemantauan Nutrisi dengan tindakan :
identifikasi faktor yang mempengaruhi asupan gizi (mis. Pengetahuan,
ketersediaan makanan,agama, budaya, mengunyah tidak adekuat,
gangguan menelan, penggunaan obat-obatan atau pasca operasi),
identifikasi perubahan berat badan, identifikasi kelainan pada kulit
(mis. Memar, luka yang sulit sembuh atau perdarahan), identifikasi
kelainan pada rambut (mis. Kering, tipis, kasar dan mudah patah),
identifikasi kelainan pada kuku (mis. Berbentuk sendok, tipis, kasar
dan mudah patah), monitor mual dan muntah, monitor warna
konjungtiva, monitor asupan oral dan memonitor hasil laboratorium
(mis. Kadar kolesterol, albumin serum, kreatinin, hemoglobin,
hematokrit, transfernin, dan elektrolit darah.

Menurut penelitian Wahyuni dan Herwati (2017), mengatakan prinsip


pengaturan diit diabetes melitus yang hampir sama dengan anjuran
makan orang sehat dan masyarakat umum, yaitu makanan yang
beragam, bergizi dan seimbang sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat
gizi masing-masing individu. Hal yang penting yang perlu ditekankan
adalah pola makan yang disiplin dalam hal jadwal makan, jenis dan
jumlah makanan atau terkenal dengan istilah 3 J.

Pemantauan nutrisi dengan mengidentifikasi perubahan berat badan


dan pengukuran tinggi badan, intervensi ini dilakukan untuk
menentukan Basal Massa Indeks dan merencanaan terapi nutrisi.
61

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nisco (2018) juga melakukan


pemantauan nutrisi dengan mengukur berat badan klien yang bertujuan
untuk melihat adanya peningkatan sataus nutrisi setelah dilakukannya
tindakan.

Menurut peneliti adanya kesesuaian antara hasil penelitian sebelumnya


dengan yang peneliti lakukan. Tandra (2017), mengatakan perubahan
berat badan yang cepat bisa merupakan indikasi perubahan dalam
kontrol gula darah. Kenaikan berat badan bisa menandakan gula darah
yang mulai turun, mungkin juga lantaran asupan kalori dalam makanan
yang berlebihan serta kurang berolahraga. Sedangkan berat badan yang
turun bisa disebabkan oleh gula darah yang tinggi, komplikasi paru-
paru, liver, atau organ tubuh lainnya.

Analisa peneliti dalam menyusun rencana keperawatan yang akan


dilakukan pada Ny. N tidak terdapat antara kesenjangan antara teori
dengan praktek. Penyusunan rencana keperawatan ini merupakan
berdasarkan prioritas kebutuhan pasien dalam upaya pemulihan derajat
kesehatan pasien.

4. Implementasi keperawatan

Tindakan keperawatan yang telah dilakukan berdasarkan tindakan


yang telah direncanakan. Hasil implementasi yang dilakukan dengan
menyesuaikan kondisi pasien tanpa meninggalkan prinsip dan konsep
keperawatan. Pada diagnosa defisit nutrisi dilakukan tindakan
keperawatan yang sama sesuai dengan kondisi pasien.

Pada diagnose defisit nutrisi tindakan yang direalisasi adalah


pengukuran tinggi dan berat badan setiap 2 hari, memantau pola
makan dan kemampuan dalam menerima makanan, mengobservasi
jumlah kalori yang masuk, mengkaji makanan kesukaan dan makanan
yang dibenci, menganjurkan untuk minum air hangat untuk
62

mengurangi mual, menganjurkan makan sedikit tapi sering,


pendidikan kesehatan mengenai prinsip diit diabetes melitus juga
variasi jenis diit tanpa merubah kebutuhan kalori baik dengan pasien
maupun keluarga. Jumlah kalori diit yang diberikan disesuaikan
dengan jenis diit yang telah ditetapkan yaitu 1700 kkal.

Penelitian yang dilakukan Herlina (2017) ) pada pasien DM Tipe 2


dengan gangguan nutrisi, implementasi yang dilakukan adalah
menanyakan pada pasien adanya alergi makanan, menentukan status
gizi menggunakan imt, mengukur lila,berkolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien,
memonitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori yang didapatkan
pasien, memonitor diet yang didapatkan pasien habis atau tidak,
mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan mual pasien
sebelumnya, mencatatadanya penurunan berat badan, memonitor
lingkungan selama makan, memonitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah,memonitor kadar albumin, total protein, hb, ht,
meyakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi

Menurut analisa peneliti adanya kesesuaian antara hasil penelitian


sebelumnya dengan yang peneliti lakukan. Hal ini diperkuat oleh
penelitian Budi, Purba, & Widya (2015) perubahan kualitas diet
kelompok kontrol berbeda signifikan dengan perubahan kualitas diet
pada kelompok perlakuan. Konseling gizi individu dan kelompok
memperbaiki kualitas diet pada pasien diabetes mellitus. Konsumsi
sayur, buah, susu, daging, dan kacang- kacangan mengalami
peningkatan yang signifikan pada kelompok perlakuan. Menurut
Wahyuni dan Hermawati (2017) dalam penelitiannya pengelolaan diet
nutrisi pada pasien diabetes melitus akan berhasil apabila pasien
memiliki kepatuhan yang baik dalam menjalankan diet, untuk itu
penderita diabetes melitus membutuhkan motivasi yang baik. Motivasi
akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan dukungan dari
63

keluarga dan akses pelayanan kesehatan yang baik. Responden yang


memiliki dukungan keluarga yang baik memiliki kepatuhan yang baik.
Oleh sebab itu adanya pemberian edukasi diet seimbang diabetes
melitus pada pasien dan keluarga dapat memberikan motivasi yang
baik.

Pengukuran berat dan tinggi badan setiap dua hari, intervensi ini
dilakukan untuk menentukan Basal Massa Indeks dan merencanaan
terapi nutrisi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nisco (2018)
juga melakukan pemantauan nutrisi dengan mengukur berat badan
klien yang bertujuan untuk melihat adanya peningkatan sataus nutrisi
setelah dilakukannya tindakan.

Menurut analisa peneliti adanya kesesuaian antara hasil penelitian


sebelumnya dengan yang peneliti lakukan. Tandra (2017), perubahan
berat badan yang cepat bisa merupakan indikasi perubahan dalam
kontrol gula darah. Kenaikan berat badan bisa menandakan gula darah
yang mulai turun, mungkin juga lantaran asupan kalori dalam
makanan yang berlebihan serta kurang berolahraga. Sedangkan berat
badan yang turun bisa disebabkan oleh gula darah yang tinggi,
komplikasi paru-paru, liver, atau organ tubuh lainnya.

Pada implementasi menganjurkan klien makan sedikit tapi sering, hal


ini dilakukan agar dapat membantu mengendalikan energi dan
pemenuhan nutrisi. Menurut penelitian Pratidina (2013), bahwa
Subjek motivasi makan pasien dengan kategori baik sebesar 53,3%
dan sisa makan banyak terdapat pada jenis makanan pokok dan sayur
sebesar 60%, serta lauk nabati sebesar 53,3%. Maka tidak ada
hubungan antara motivasi makan pasien dengan sisa makanan, tetapi
ada hubungan antara lama perawatan dengan sisa makanan.

Pemberian jenis asupan makan yang diberikan yakni dengan indeks


glikemik (IG) rendah setiap makan siang, berupa buah atau olahan
buah seperti jus semangka, jus pepaya, jus jambu biji, untuk
64

mengganti snack dengan jenis biji- bijian seperti susu kedelai, dan
untuk sayur berupa wortel, jumlah yang diberikan disesuaikan
dengaan ketetapan yang telah ditentukan pada masing-masing kasus.
Jagung dan beras merah hanya sebagai anjuran makanan pokok saat
discharge planning saat penatalaksanaan diit mandiri.

Menurut peneliti dengan mengajarkan klien jenis dan prinsip diit


diabetes melitus dapat menambah pengetahuan dan mengubah
perilaku pasien maupun keluarga dalam upaya mempertahankan kadar
gula darah dan meningkatkan status dan kebutuhan nutrisi. Upaya
yang dapat dilakukan perawat ruangan untuk mengurangi atau
menyikapi permasalahan nutrisi terhadap pasien diabetes melitus yaitu
dengan mengajarkan keluarga dan pasien mengenai prinsip diit
diabetes melitus seperti 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal), penerapan
jadwal makan, dan penyuluhan mengenai diit diabetes melitus
sehingga pasien maupun keluarga dapat melakukan perawatan secara
mandiri.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Hal ini


dilakukan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tercapainya
atau tidak tercapainya tujuan dari rencana keperawatan. Evaluasi
keperawatan salah satunya dapat dilakukan dengan pendekatan SOAP
dengan penjelasan, S: respon subjektif terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilakukan, O: respon objektif pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan, A: analisis terhadap data subjektif
dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah tetap ada,
munculnya masalah baru atau ada data kontradiksi terhadap masalah
yang ada, P: tindak lanjut berdasarkan analisis respon pasien .
(Hidayat, 2009).
65

Pada Ny. N telah dilakukan implementasi selama 5 hari ( 11 Februari-


15 Februari 2020) untuk diagnosa defisit nutrisi dengan penurunan
berat badan, dan penurunan nafsu makan, hasilnya terjadi kenaikan
berat badan walaupun hanya mencapai ambang batas bawah normal
dan peningkatan nafsu makan dari 1/4 porsi menjadi 3/4 porsi yang
mampu dihabiskan serta perubahan perilaku dari keluarga terhadap
manajemen diit diabetes mellitus.

Menurut analisa peneliti gangguan pemenuhan nutrisi pada klien


masih ada namun terjadi peningkatan berat badan secara bertahap,
keluhan lelah dan mual yang jauh berkurang. Masalah bisa teratasi
apabila keluarga tetap mempertahankan intervensi yang dilakukan
dengan melakukan manajemen nutrisi serta pemantauan nutrisi secara
optimal. Dalam melaksanakan diet diabetes melitus harus
memperhatikan prinsip 3 J, yaitu jumlah kalori yang dibutuhkan,
jadwal makan yang harus diikuti, dan jenis makanan yang harus
diperhatikan, sehingga dapat mengatasi gangguan pemenuhan nutrisi
pada pasien.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap asuhan keperawatan pada penderita
diabetes mellitus tipe II dengan gangguan pemenuhan nutrisi di ruang
IRNA Non Bedah Wanita RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2020,
peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil pengkajian pada partisipan adalah mual dan terkadang muntah,


badan terasa lemas, mukosa bibir kering, wajah pucat, konjungtiva
anemis , ekstremitas terasa kebas, dan mengalami penurunan nafsu
makan. Partisipan memiliki kadar gula darah sewaktu diatas 200 mg/dl
dan memiliki Index Masa Tubuh (IMT) < 18,5 kg/m² yang
menunjukkan kekurangan berat badan tingkat ringan.

2. Berdasarkan data pengkajian didapatkan diagnosa keperawatan yaitu


defisit nutrisi berhubungan dengan keengganan untuk makan.

3. Intervensi keperawatan untuk diagnose defisit nutrisi yaitu pengukuran


berat dan tinggi badan setiap dua hari, hitung berapa kebutuhan kalori,
pantau kemampuan dalam menerima makanan, monitoring pola
makan, observasi gejala terhadap permasalahan nutrisi, instruksikan
mengenai manajemen diit diabetes, serta melakukan pendidikan
kesehatan tentang penatalaksanaan diabetes mellitus sesuai dengan
empat pilar penatalaksanaan diabetes mellitus.

4. Implementasi keperawatan pada diagnosa utama yaitu defisit nutrisi


tindakan yang direalisasi adalah pengukuran tinggi dan berat badan
setiap 2 hari, memantau pola makan dan kemampuan dalam menerima
makanan, mengobservasi jumlah kalori yang masuk, mengkaji
makanan kesukaan dan makanan yang dibenci, menganjurkan untuk

66
Poltekkes Kemenkes Padang
67

minum air hangat untuk mengurangi mual, pendidikan kesehatan


mengenai prinsip diit diabetes melitus juga variasi jenis diit tanpa
merubah kebutuhan kalori baik dengan pasien maupun keluarga.
Kolaborasi dengan ahli gizi terkait diit partisipan dengan jumlah kalori
diit yang diberikan disesuaikan dengan jenis diit yang telah ditetapkan
yaitu DD IV dengan1700 kkal dan memantau jumlah asupan makan
yang mampu dihabiskan serta melakukan observasi setiap melakukan
cek gula darah.

5. Hasil evaluasi selama 5 hari melakukan asuhan keperawatan


menunjukkan bahwa masalah pemenuhan nutrisi teratasi ,dilihat dari
status gizinya yang mengalami kenaikan berat badan yang signifikan
dan keadaan umumya yang membaik sehingga bias direncanakan
untuk pulang.

B. Saran
1. Bagi perawat di ruangan
Diharapkan perawat ruangan dapat memberikan asuhan keperawatan
secara optimal kepada pasien yakni dilihat dari segi implementasi
mulai dari pemantauan status gizi berkala, pemantauan pola diit sesuai
dengan prinsip 3J, pemberian menu diit dengan IG rendah bila perlu
variasikan dengan makanan kesukaan tanpa merubah nilai kebutuhan
kalori, karena penyembuhan atau perkembangan penyakit diabetes
mellitus lebih tergantung pada kebutuhan pemenuhan nutrisinya.
Perawat juga harus memberikan promosi kesehatan yang efektif agar
permasalahan terkait pemenuhan nutrisi pada pasien diabetes mellitus
tipe II tidak terus menerus dan tidak menimbulkan komplikasi lain.

2. Bagi peneliti selanjutnya


a. Diharapkan peneliti selanjutnya dalam memberikan asuhan
keperawatan terutama pada tahap pengkajian dengan
menambahkan pengukuran lingkar pinggang, lingkar lengan
68

(LILA), serta lipatan kulit pada otot trisep (TSP) untuk lebih
menegaskan data pada pasien diabetes mellitus tipe II dengan
factor obesitas.
b. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian terkait
alternatif makanan pengganti dan variasi makanan tanpa mengubah
c. nilai kalorinya pada pasien yang mengalami gangguan pemenuhan
nutrisi khususnya pasien diabetes mellitus.

Poltekkes Kemenkes Padang


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. 2013. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Atoilah, Elang Mohamad & Kusnadi, Engkus. 2013. Askep pada Klien dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut: In Media
Ambarwati, Fitri Respati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta:
Dua Satria Offset
Budi, L., Purba, M. B., & Widia, S. 2015. Konseling Gizi Mempengaruhi Kualitas
Diet Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD Dr. Sardjito Yogyakarta, 38,
vol.3.No.1Januari 2015. Diakses pada tanggal 22 Mei 2020 melalui
http://ejournal.almaata.ac.id/index.php/IJND/article
Damayanti, Santi. 2015. Diabetes Mellitus & Penatalaksanaan Keperawatan
Yogyakarta: Nuha Medika
Ernawati, 2012. Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan Dalam pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: CV. Trans Info Media
Hasdianah, 2012. Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa Dan Anak-
Anak Dengan Solusi Herbal. Yogyakarta: Nuha Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Kartika, Iin Ira. 2017. Dasar-Dasar Riset Keperawatan dan Pengolahan Data
Statistik. Jakarta: Selemba Medika
Kemenkes RI. (2019). Diakses dari p2ptm.kemkes.go.id pada tanggal 02 Januari
2020.
Mardalena, Ida. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Gizi Dalam Keperawatan. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika
Nisco, Fitra Ovari Febri. Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Nutrisi
Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di ruang IRNA Non Bedah Wanita
RSUP Dr. M.Djamil Padang [KTI]. Padang: Poltekkes Kemenkes Padang;
2018.
PERKENI, 2015. Konsensus Pengolahan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe
2 di Indonesia. Diakses pada tanggal 01 Januari 2020 melalui
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https//pbperkeni
.or.id/wp-content/uploads/2019/01/4.-konsensus-pengelolaan-dan-
pencegahan-diabetes-melitus-tipe-2-di-indonesia-PERKENI-
2015.pdf&ved=2ahUKEwjJnIizgtHpAhVYfisKHZSlABMQFJAAegQIBB
AC&usg=AOvVaw1PxTUAnZLMkJYCkfCBY1mU
Pratidina, Dewi. 2013. Hubungan Antara Motivasi Makan Pasien dan Lama
Perawatan dengan Sisa Mkanan Pasien Diabetes Melitus Tipe II Rawat Inap
di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Skripsi thesis, Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Diakses pada tanggal 22 Mei 2020 melalui
http://eprints.ums.ac.id/view/creators/Pratidina=3ADewi=3A=3A.html
Price, Sylvia Anderson & Wilson, Lorraine Mecarty. 2012. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC
Potter, Patricia A & Perry, Anne Griffin. 2012. Buku Ajar Fundamental Smeltzer,
Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC
Rendy, M.Clevo & Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan MedikalBedah
Dan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Herlina, Shinta. Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Nutrisi Pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe II di ruang IRNA Non Bedah Wanita RSUP Dr.
M.Djamil Padang [KTI]. Padang: Poltekkes Kemenkes Padang; 2017.
Smeltzer, Susan C. 2015. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth’s.
Jakarta: EGC
Suyono, S., 2011. Patofisiologi Diabetes Melitus dalam buku Penatalaksanaan
Diabetes Terpadu Sebagai Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus bagi
dokter maupun edukator diabetes. Jakarta : FKUI
Tandra, H. 2017. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Tarwoto & Wartonah. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi Empat. Jakarta: Salemba Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Defenisi dan Tindakan Keperawatan. Ed. 1. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Defenisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Ed. 1. Jakarta : DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Defenisi dan Indikator Diagnostik. Ed. 1. Jakarta : DPP PPNI
Wahyuni, Endah S & Hermawati. 2017. Persepsi Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Pada Pasien Diabetes Melitus di Desa Sawah Kuwung Karang Anyar.
Jurnal Care Vol.5, No.2, Tahun 2017. Diakses pada tanggal 18 Mei 2020
melalui https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/care/article/view/571
Waspadji, S. 2007. Penatalaksanaan DM Terpadu. Jakarta: FKUI
WHO. (2016). Diakses dari http://www.who.int/en/ pada tanggal 03 September
2019
Wijaya, Andra Saferi & Yessie Mariza Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah
2. Yogyakarta: Nuha Medika
Poltekkes Kemenkes Padang
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
PADANG
JLN. SIMP. PONDOK KOPI SITEBA NANGGALO PADANG TELP. (0751) 7051300 PADANG 25146

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN DASAR

NAMA MAHASISWA : DERA RAHMI GUSTI


FAUZIA NIM 173110240
RUANGAN PENELITIAN : IRNA NON BEDAH WANITA

A. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA


1. Identitas Klien
Nama : Ny. N
Umur : 47 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Alamat : Korong Marantih Ketaping Batang Anai
Padang Pariaman

2. Identifikasi Penanggung jawab


Nama : Tn. S
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Korong Marantih Ketaping Batang Anai Padang
Pariaman
Hubungan : Suami

3. Diagnosa Dan Informasi Medik Yang Penting Waktu

Masuk Tanggal Masuk : 08 Februari 2020


No. Medical Record : 01.07.26.XX
Ruang Rawat : Penyakit Dalam Wanita
Diagnosa Medik : DM TIPE II + CKD stg V
Yang mengirim/merujuk : Masuk melalui IGD
Alasan Masuk : Mual dan muntah sejak seminggu sebelum masuk
rumah sakit dan sesak napas sejak 1 hari yang lalu
sebelum masuk rumah sakit.
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama Masuk :
Ny N datang ke IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 08
Februari 2020 sekitar pukul 07.35 WIB dengan keluhan mual dan muntah
sejak seminggu sebelum masuk rumah sakit dan sesak napas sejak 1 hari
yang lalu sebelum masuk rumah sakit, keluhan disertai dengan penurunan
nafsu makan.

Keluhan Saat Ini (Waktu Pengkajian) :


Pada pengkajian tanggal 11 Februari 2020 Ny. N masih merasakan mual
dan terkadang muntah, terlihat lemas, wajah pucat serta ekstremitas terasa
kebas. Keluarga mengatakan semua diet yang disediakan rumah sakit tidak
ada yang habis.

b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :


Ny. N memiliki riwayat diabetes melitus sejak 20 tahun yang lalu dengan
pemeriksaan gula darah yang teratur tetapi tidak patuh minum obat dan
masih mengkonsumsi makanan bersantan. Ny. N juga memiliki riwayat
hipertensi sejak 5 tahun yang lalu dan tidak terkontrol. Dan Ny. N
didiagnosa CKD sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga :


Ibu kandung dan saudara perempuan Ny. N juga menderita diabetes
mellitus dan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
keturunan yang lain seperti hipertensi, PJK, strok dan lain-lain, keluarga
juga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
menular seperti HIV, AIDS, Hepatitis dan lain-lain.
5. Kebutuhan Dasar
a. Makan
Sehat : Ny. N makan 2-3 kali sehari dengan menu makanan sayur,
lauk dan buah.
Sakit : selama sakit nafsu makan Ny. N menurun dan diit DD IV
dengan kalori 1700 kkal yang diberikan tidak pernah habis dan
hanya dihabiskan ¼ porsi

b. Minum
Sehat : Ny. N minum lebih dari ± 8 gelas sehari atau sekital 1500
ml air setiap harinya.
Sakit : Ny. N minum air putih 1 botol aqua menengah (600
ml), karena minum ny. N yang dibatasi
c. Tidur
Sehat : Selama sehat Ny. N tidak mengalami gangguan tidur, Ny.
N biasa tidur pukul 22.00 wib dan bangun pukul 05.00 wib
Sakit : Selama sakit Ny. N hanya tidur sekitar 5 jam, dengan
kualitas tidur sering terbangun dan tidak nyenyak
d. Mandi
Sehat : Ny. N mandi dengan mandiri, mandi 2x sehari, keramas
3x seminggu, dan menggosok gigi 2x sehari
Sakit : Selama sakit Ny. N mandi dibantu perawat dan keluarga,
mandi di lap 1x sehari dan menggosok gigi dibantu
keluarga.

e. Eliminasi
Sehat : BAB 1x sehari, warna bab kuning, lembek dan BAK 5 -
5 x 100 cc / hari
Sakit :BAB warna kuning kehitam-hitaman, BAK menggunakan
kateter urin, dengan jumlah ± 300 ml/hari, warna BAK
kuning pekat.
f. Aktifitas pasien
Sehat : Ny. N beraktivitas dirumah secara mandiri, seperti
memasak, mencuci piring dan aktivitas ringan lainnya.
Ny.N juga mengatakan jarang melakukan olahraga.
Sakit : Selama dirumah sakit pergerakan Ny. N terbatas dan
semua aktivitas dibantu keluarga

6. Pemeriksaan Fisik
a. Tinggi / Berat Badan : 155 cm / 43 kg
b. Tekanan Darah : 150/90 mmHg
c. Suhu : 37, 20C
d. Nadi : 102 X / M8enit
e. Pernafasan : 24 / Menit
f. Rambut :Warna rambut beruban,penyebaran rambut
merata, rambut tampak kusam
g. Telinga : Normal, tidak ada gangguan pada telinga Ny.
N
h. Mata : Simetris, sklera normal, konjungtiva anemis
i. Hidung :Simetris, tidak ada sekret, pertumbuhan bulu
hidung merata
j. Mulut : Bibir simetris, tidak ada sianosis pada bibir,
mukosa bibir kering dan pucat
k. Leher : Tidak ada pembesaran tiroid dan dapat
bertoleransi terhadap panas dan dingin
l. Toraks :

I : bentuk dada simetris,tidak ada pernapasan


cuping hidung
P: irama nafas teratur,pergerakan dada simetris
kiri dan kanan,tidak ada nyeri tekan pada
dada
P: suara paru sonor
A: bunyi paru vesikuler,tidak ada krepitasi pada
dada
m. Abdomen : I : bentuk perut Ny. N datar, tidak ada
pembengkakan
P: tidak ada relaksasi otot dada saat bernafas,
tidak ada nyeri tekan pada epigastrium
P: perut tidak kembung, tympani
A: bising usus 38x / menit
n. Kulit : Kulit Ny. N tampak bersih, kulit kering dan
warna kulit sawo matang
o. Ekstremitas
Atas : Tangan kanan dan kiri smetris, jumlah jari
lengkap, ROM bebas, bentuk tulang simetris,
tidak ada nyeri pada daerah persendian,
terpasang infus ditangan kiri dengan cairan
Nacl 0,9% 20 tetes/menit
Bawah : kaki kanan dan kiri smetris, jumlah jari
lengkap, ROM bebas, bentuk tulang simetris,
tidak ada nyeri pada daerah persendian, CRT
ekstremitas bawah >2 detik dan kekuatan otot
stabil.
7. Data Psikologis
a. Status emosional : Ny. N memiliki emosi yang stabil.
b. Kecemasan : pasien cemas karena badannya terlalu lemas dan
pasien sangat cemas saat harus menjalani cuci darah
c. Pola koping : pasien memiliki pola koping yang efektif, mau
menjalani terapi sesuai order dokter
d. Gaya komunikasi : pasien berkomunikasi minang dan ada kesulitan
dalam berkomunikasi
e. Konsep Diri : baik, yaitu Ny A menerima dan menyadari penyakit
yang di alami nya adalah cobaan dari Allah
8. Data Ekonomi Sosial : Ny. N bekerja sebagai ibu rumah tangga dan suaminya
bekerja sebagai wiraswasta. Segala kebutuhan Ny. N ditanggung oleh
suaminya. Ny. N di rawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan jaminan
BPJS kelas 3.

9. Data Spiritual : Ny.N beragama islam dan melakukan kewajibannya


sebagai muslim sesuai syariat islam. Dalam keadaan sakit Ny. N tidak
melakukan ibadah, hanya berdoa sambil duduk di atas tempat tidurnya. Ny.
N selalu berdo’a agar cepat sembuh dari penyakitnya.

10. Lingkungan Tempat Tinggal

Tempat pembuangan kotoran : Tempat pembuangan kotoran di rumah


pasien adalah di wc dengan septictank.

Tempat pembuangan sampah : pasien menggunakan tempat sampah untuk


pembuangan sampah dan sampah di jemput petugas kebersihan tiap hari.

Pekarangan : perkarangan rumah selalu dijaga


kebersihannya

Sumber air minum : pasien dan keluarga mengkonsumsi air


galon untuk minum setiap hari

Pembuangan air limbah : pembuangan air limbah ke selokan


dibelakang rumah ny. N

11. Pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan penunjang


Tanggal Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Wanita
10/02/2020 Hb 8,2 g/dL 12-14
SGOT 34 u/L < 32
SGPT 26 u/L < 31
Ureum darah 122 mg/dL 10 - 50
Kreatinin darah 7,9 mg/dL 0,6 – 1,2
Kolesterol total 266 mg/dL < 200
HDL kolesterol 32 mg/dL >66
LDL kolesterol 206 mg/dL < 150
Trigliserida 142 mg/dL < 150
GDP 45 mg/dL 70 – 99
GD2PP 165 mg/dL < 140

12. Program Terapi Dokter


No Nama Obat Dosis Cara
1. Amlodipin 1 x 5 gr PO
2. Condesartan 1 x 16 gr PO
3. Asam folat 1 x 5 gr PO
4. Natrium bicarbonat 1 x 500 gr PO
5. Levemir 1 x 8 unit SC
6. NaCl 0,9% 1 kolf/ 8 jam IV

Mahasiswa

( Dera Rahmi Gusti


Fauzia )
NIM :
173110240

ANALISA DATA
NAMA PASIEN : Ny. N
NO. MR :01.07.26.XX

NO DATA PENYEBAB MASALAH

Data Subjektif: Keengganan untuk Defisit Nutrisi


Ny. N mengeluh mual dan makan
terkadang muntah dan
penurunan nafsu makan masih
ada, dan badan terasa lemas.

Data Objektif:
Hasil Laboratorium
menunjukkan Total protein =
4,0 g/dl, hemoglobin

IMT = 17,9 kg/m² (kurus/


kekurangan BB tingkat ringan),
keadaan umum Ny. N terlihat
lemah, dari pemeriksaan fisik
wajah pucat, bibir pucat,
mukosa bibir kering, bising
usus terdengar hiperaktif 38
x/menit, diit hanya mampu
dihabiskan 1/4 porsi dari porsi
yang disediakan rumah sakit.
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN :Ny. N


NO. MR : 01.07.26.XX

Tanggal Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanda


Muncul Teratasi Tangan

Defisit nutrisi berhubungan dengan 15


11 keengganan untuk makan februari
Februari 2020
2020
PERENCANAAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny.N


NO. MR : 01.07.26.XX

No Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1. Definisi : asupan SLKI : SIKI :
nutrisi tidak cukup
Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
untuk memenuhi
Kriteria hasil :
kebutuhan
1. Kaji adanya alergi
metabolisme.
1. Berat badan ideal makanan.
sesuai dengan 2. Identifikasi status
Gejala dan tanda
tinggi badan nutrisi
mayor :
2. Mengetahui 3. Identifikasi
Objektif : berat badan tentang pilihan kebutuhan kalori
menurun minimal makanan yang dan jenis nutrien
10% dibawah rentang sehat 4. Monitor asupan
ideal 3. Mengetahui makanan
tentang standar 5. fasilitasi
Gejala dan tanda asupan nutrisi menentukan
minor : yang tepat pedoman diet
Subjektif : 4. Mampu 6. Kolaborasi dengan
1. Cepat kenyang mengidentifikasi ahli gizi untuk
setelah makan kebutuhan nutrisi menentukan jumlah
2. Kram atau 5. Tidak ada tanda- kalori dan nutrisi
nyeri abdomen tanda malnutrisi yang dibutuhkan
3. Nafsu makan pasien.
menurun Berat Badan 7. Berikan makanan
Objektif : Kriteria hasil : tinggi serat untuk
1. Bising usus 1. Adanya mencegah
hiperaktif peningkatan berat konstipasi.
2. Otot badan sesuai 8. Ajarkan diit yang
pengunyah dengan tujuan diprogramkan
lemah 2. Berat badan ideal
3. Otot menelan sesuai dengan Pemantauan
lemah tinggi badan Nutrisi
4. Membran 3. Tidak terjadi 1. Identifikasi faktor
mukosa pucat penurunan berat yang mempengaruhi
5. Rambut badan yang berarti asupan gizi (mis.
rontok pengetahuan,
berlebihan ketersediaan
makanan,agama,
Faktor penyebab : budaya, mengunyah
1. Ketidakmampuan tidak adekuat,
mengabsorbsi gangguan menelan,
makanan penggunaan obat-
2. Peningkatan obatan atau pasca
kebutuhan operasi)
metabolisme 2. Identifikasi
3. Ketidakmampuan perubahan berat
mencerna badan
makanan 3. Identifikasi kelainan
4. Ketidakmampuan pada kulit (mis.
menelan memar, luka yang
5. Faktor ekonomi sulit sembuh atau
(mis. Finansial perdarahan)
tidak mencukupi) 4. Identifikasi kelainan
6. Faktor psikologis pada rambut (mis.
(mis. Stress, kering, ti[is, kasar
keengganan untuk dan mudah patah)
makan) 5. Identifikasi kelainan
pada kuku (mis.
berbentuk sendok,
tipis, kasar dan
mudah patah)
6. Monitor mual dan
muntah.
7. Monitor warna
konjungtiva
8. Monitor asupan oral
9. Memonitor hasil
laboratorium (mis.
Kadar kolesterol,
albumin serum,
kreatinin,
hemoglobin,
hematokrit,
transfernin, dan
elektrolit dara
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : Ny. N


NO. MR : 01.07.26.XX

Hari Diagnosa Implementasi Evaluasi


/Tgl Keperawatan Keperawatan Keperawatan Paraf
( SOAP )
Selasa/ Defisit nutrisi Tindakan yang dilakukan S : Ny.N mengatakan
11 feb berhubungan yaitu ; masih mual dan
2020 dengan 1. Mengukur BB muntah, ia juga
keengganan 2. Melakukan observasi mengatakan badannya
untuk makan adanya kekeringan, terasa lemas dan
rambut kusam, total mengeluh pusing dan
protein pada hasil tidak nafsu makan.
labor
3. Mengkaji penyebab O : Ny. N terlihat
mual dan muntah. pucat, mukosa bibir
4. Melihat dan kering. Muntah sekitar
menghitung jumlah (100cc), BB 43 kg dan
kalori dan asupan TB 155 cm dengan
makanan (1700 kkal). IMT 17,9 yang
5. Menentukan status gizi menunjukkan dan
pasien dengan menghabiskan ¼ porsi
menghitung nilai IMT diit yang disediakan.
dengan cara BB (kg) /
TB (m)². A : Defisit nutrisi
6. Melakukan pendidikan belum teratasi dengan
kesehatan terkait jenis kriteria hasil yang
dan prinsip diit belum tercapai : berat
diabetes mellitus badan belum ideal
7. Melakukan pendidikan sesuai tinggi badan,
kesehatan mengenai masih ada tanda-tanda
makanan indeks malnutrisi.
glikemik rendah untuk P : intervensi
manajemen diit. dilanjutkan yaitu
manajemen nutrisi dan
pemantauan nutrisi
Rabu/ Tindakan yang dilakukan S : Ny.N mengatakan
12 Feb yaitu : masih mual, ia juga
2020 1. Mengkaji apakah mengatakan badannya
masih mual dan masih terasa lemas,
muntah. kerongkongannya
2. Melihat dan mengitung pahit dan tidak nafsu
jumlah kalori dan makan. Ny. N
asupan makanan (1700 mengatakan ia sudah
kkal). tidak muntah lagi.
3. Menganjurkan kepada
pasien untuk makan O : Ny. N terlihat
dengan cara sedikit pucat, mukosa bibir
tapi sering kering. Muntah tidak
4. Menganjurkan pasien ada,dan menghabiskan
untuk minum air ¼ porsi diit yang
hangat sebelum makan disediakan.
siang dan meminum
obat yang telah A : Defisit nutrisi
diresepkan yaitu asam belum teratasi dengan
folat untuk mengurangi kriteria hasil yang
mual. belum tercapai : berat
5. Membatasi aktivitas badan belum ideal
klien karena keadaan sesuai tinggi badan,
klien yang masih masih ada tanda-tanda
lemas. malnutrisi.
6. Mengingatkan kembali P : intervensi
pendidikan kesehatan dilanjutkan yaitu
terkait jenis dan manajemen nutrisi dan
prinsip diit diabetes pemantauan nutrisi
mellitus.

Kamis / Tindakan yang dilakukan S : Ny.N mengatakan


13 Feb yaitu : masih mual ia juga
2020 1. Mengukur BB mengatakan badannya
2. Melakukan observasi terasa masih lemas
adanya kekeringan, dan kerongkongannya
rambut kusam, total tidak lagi terasa pahit.
protein pada hasil Ny. N mengatakan
labor sudah menghabiskan
3. Mengkaji mual dan makanan nya ¼ porsi
muntah yang tanpa ada muntah.
dirasakan.
4. Melihat dan O : Ny. N terlihat
menghitung jumlah masih pucat, muntah
kalori dan asupan tidak ada, BB 43,1 kg
makanan (1700 kkal). (bertambah 0,1 kg)
5. Menentukan status dan TB 155 cm
gizi pasien dengan dengan IMT 17,94
menghitung nilai dan Ny. N
IMT dengan cara BB menghabiskan
(kg) / TB (m)². makanan ¼ porsi
6. Menganjurkan makanan. Ny. N sudah
kepada pasien untuk tampak lebih segar
makan dengan cara dari biasanya.
sedikit tapi sering
7. Mengingatkan pasien A : masalah defisit
untuk minum air nutrisi teratasi
hangat sebelum sebagian dengan
makan siang dan kriteria hasil : adanya
asam folat untuk peningkatan berat
mengurangi mual. badan sesuai dengan
8. Mengingatkan tujuan, tanda-tanda
kembali pendidikan malnutrisi mulai
kesehatan terkait berkurang
jenis dan prinsip diit
diabetes mellitus P : intervensi
dilanjutkan yaitu
manajemen nutrisi dan
pemantauan
perubahan berat badan
Jumat / Tindakan yang dilakukan S : Ny.N mengatakan
14 Feb yaitu : Tidak lagi mual dan
2020 1. Mengkaji apakah muntah, ia juga
klien masih mual mengatakan badannya
dan muntah. sudah terasa sedikit
2. Melihat dan bertenaga dan sudah
menghitung jumlah bisa makan sendiri
kalori dan asupan perlahan tanpa
makanan (1700 kkal). bantuan keluarga, Ny.
3. Menganjurkan N juga mengatakan ia
kepada pasien untuk makan sedikit tetapi
makan dengan cara sering.
sedikit tapi sering
4. Menganjurkan pasien O : Ny. N sudah
untuk minum air tampak sedikit
hangat sebelum bertenaga dan terlihat
makan siang dan ceria, mukosa bibir
meminum obat yang sudah mulai lembab.
telah diresepkan yaitu Muntah tidak ada, dan
asam folat untuk menghabiskan 2/4
mengurangi mual. porsi diit yang
5. Membatasi aktivitas disediakan.
klien karena keadaan
klien yang masih A : masalah defisit
lemas. nutrisi teratasi
6. Mengingatkan sebagian dengan
kembali pendidikan kriteria hasil : adanya
kesehatan terkait peningkatan berat
jenis dan prinsip diit badan sesuai dengan
diabetes mellitus. tujuan, tanda-tanda
malnutrisi mulai
berkurang

P : intervensi
dilanjutkan yaitu
manajemen nutrisi dan
pemantauan
perubahan berat badan
Sabtu/ Tindakan yang dilakukan S : Ny.N mengatakan
15 Feb yaitu : tidak mual dan
2020 1. Mengukur BB muntah, ia juga
2. Melakukan observasi mengatakan badannya
adanya kekeringan, terasa sudah sedikit
rambut kusam, total bertenaga dan nafsu
protein pada hasil makannya sudah
labor mulai membaik. Ny.
3. Mengkaji apakah N mengatakan hampir
masih mual dan menghabiskan
muntah. makanan yang
4. Melihat dan disediakan.
menghitung jumlah
kalori dan asupan O : Ny. N terlihat
makanan (1700 kkal). lebih bersemangat dan
5. Menentukan status ceria, mukosa bibir
gizi pasien dengan sudah lembab. Muntah
menghitung nilai tidak ada, BB 43,3 kg
IMT dengan cara BB dan TB 155 cm
(kg) / TB (m)². dengan IMT 18,02
6. Menganjurkan yang sudah
kepada pasien untuk mengalami
makan dengan cara peningkatan dari
sedikit tapi sering sebelumnya dan
(habiskan ¼ porsi menghabiskan 3/4
tiap 10-20 menit). porsi diit yang
7. Menganjurkan pasien disediakan.
untuk minum air
hangat sebelum A : masalah defisit
makan siang (pukul nutrisi teratasi
12:00) dan asam sebagian dengan
folat untuk kriteria hasil : adanya
mengurangi mual. peningkatan berat
8. Melakukan badan sesuai dengan
pendidikan kesehatan tujuan, tanda-tanda
terkait jenis dan malnutrisi mulai
prinsip diit diabetes berkurang
mellitus
9. Melakukan P : intervensi
pendidikan kesehatan manajemen nutrisi dan
mengenai makanan pemantauan
indeks glikemik perubahan berat badan
rendah untuk dipertahankan dan
manajemen diit. dilanjutkan dirumah.
1. Keluarga bisa
mempertahankan
asupan makanan
klien sesuai diit
yang di anjurkan
2. Keluarga dapat
memantau
perubahan BB
klien secara
teratur
PENATALAKSANAAN Makanan/ Minuman Anti -
Diabetes
POLA MAKAN

PENYUSUNAN MENU
SEHAT PADA PASIEN DM

POLA HIDUP

D – III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2020
POLA MAKAN PENDERITA POLA MAKAN PENDERITA
DIABETES DIABETES

 Makanporsikecil
 Kurangilemak
 Batasisumberlemakje
nuh
 Perbanyakserat
 Perbanyaksayurdanb
uahsegar
 Batasi yang manis
 Kurangigaram
PENYUSUNAN MENU SEHAT PADA
PASIEN

Oleh:
DERA RAHMI GUSTI FAUZIA
173110240

D – III KEPERAWATAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES RI
PADANG 2020
PENATALAKSANAAN

POLA MAKAN
Meliputi:
POLA HIDUP
Penyusunan Menu Sehat
Meliputi : Pemilihan Makanan yang tepat
Manejemen Menghindari Makanan yang dapat
Stress Aktivitas meningkatkan Kadar Gula Darah
Fisik Perilaku
Merokok
Aneka Makanan/ Minuman Anti - Diabetes
Gandu
m
Kacang
Ikan
Brokoli
Bawang Putih
Semangka
Pare
Beras Merah
Susu Rendah
Lemak
Sayuran Hijau
Pola Makan Penderita Diabetes
Makan porsi kecil
Kurangi lemak
Batasi sumber lemak
jenuh/lemak trans
Perbanyak serat
Perbanyak sayur dan
buah segar
Batasi yang manis
Kurangi garam
Contoh Menu Makanan untuk Penderita Diabetes :
PAGI
1) Nasi 100 gr SIANG MALAM
2) Balado telur 1/2 butir 1) Nasi 150 gr 1) Nasi 100 gr
3) Sayuran rebus 100 gr 2) Ikan asam manis 50 gr 2) Pare tumis udang 50 gr
4) 1 buah jeruk 3) Tahu bakso 1 potong 3) Tempe bumbu 1 potong
4) 1 mangkok sayuran berkuah 4) Rebus wortel 100 gr
SNACK JAM 10.00 5) 1 buah jeruk 5) 1 buah apel
1) Aneka buah potong 100 gr
CONTOH MENU MAKANAN BAGI PENDERITA
DIABETES
a)Papare
Bahan : Cara Membuat :
2 buah pare, belah 2 bagian memanjang, Tumis bumbu halus hingga
buang biji, rebus selama 2 menit harum, masukkan cabai, ikan
250 gr daging ikan tongkol, haluskan tongkol sambil diaduk. Tuang
200 ml santan santan dan masak hingga
2 sdm minyak goreng kering. Angkat dan sisihkan
3 buah cabai merah, iris serong Isi pare dengan tumisan
Bumbu Halus : daging. Tutup kedua pare
2 siung bawang putih lalu ikat dengan dengan
4 butir bawang merah benang. Goreng sampai
1 ruas jari jahe matang Sajikan selagi pans
2 buah cabai merah dengan nasi hangat
1 sendok teh garam
CONTOH MENU MINUMAN BAGI
PENDERITA
DIABETES
Jus Brokoli
Bahan :
1 buah brokoli
4 buah wortel

Cara membuat :
Potong semua bahan menjadi
potongan kecil lalu di blender
CONTOH MENU CEMILAN BAGI PENDERITA
Cake Keju DIABETES
Bahan : Cara Membuat :
6 kuning telur Kocok telur, gula,
1 sdm gula diet/gula fruktosa dan emulsifier hingga
1/2 sdm emulsifier putih
40 gr tepung terigu Campur bahan
1 sdt baking kering, ayak di atas
powder 1 sdt vanili kocokkan telur dan
bubuk aduk rata Masukkan
50 gr mentega, cairkan mentega cair dan
100 gr keju parut vanili, aduk rata
2 loyang dengan luas 12 cm, oles Tuangkan ke dalam
dengan margarin, lapisi kertas roti kedua loyang, taburi
sebagian keju.
Panggang. Angkat.
Lapisan : Dinginkan
40 gr mentega Membuat lapisan:
1 sdt gula diet Kocok mentega
1/2 sdt vanili dengan gula dan
25 gr keju
vanila hingga lembut.
Campurkan keju parut, aduk
rata Taburi sisa keju di atas
cake, lapisi
dengan bahan lapisan,
tumpuk menjadi dua, taburi
keju sisa kembali.
Kebiasaan Kecil Penyebab Diabetes
Teh manis
Gorengan
Suka Ngemil
Kurang tidur
Malas beraktivitas
fisik
Sering Stress
Kecanduan
rokok
Menggunakan pil
kontrasepsi
Takut kulit jadi
hitam
Keranjingan soda
Bentuk Pencegahan Terkait Risiko Terkena Diabetes

Menurunkan Berat Badan


Pola makan sehat
Minum banyak air putih
Mengontrol tekanan darah
Mengontrol kadar gula
Mengendalikan kolesterol
Tidak makan terlalu cepat
Banyak bergerak
Berolahraga secara teratur
Bentuk Pencegahan Terkait Risiko Terkena Diabetes
Hindari stress
Hindari alkohol atau softdrink
Hindari merokok
Banyak berjalan
Memperbaiki dimensi spiritual
(perspektif islam)
Tidur dalam kondisi gelap/redup
Tidur cukup
Hidup bahagia (banyak tersenyum
dan tertawa)
Kurangi Nasi

Anda mungkin juga menyukai