Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGREGAT

LANSIA

OLEH :

KELOMPOK 5

1. Rodiyatul Mardiyah (KPP1900250)


2. Selly M. S. Boko (KPP1900251)
3. Sri Budi (KPP1900252)
4. Sri Endar (KPP1900253)
5. Suci (KPP1900254)
6. Tri Lestari (KPP1900255)
7. Suparsih (KPP1900255)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS

STIKES WIRAHUSADA YOGYAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas tentang “Asuhan
Keperawatan Kelompok Komunitas dengan Hipertensi”.
Makalah ini dibuat sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa, khususnya
dalam pelajaran keperawatan. Makalah ini disusun dari berbagai sumber yang
mempunyai relevansi yang sangat erat dengan pendidikan keperawatan yang
diambil dari buku dan media elektronik. Makalah ini disusun dalam bentuk yang
simple dan menarik agar mudah dimengerti oleh kita semua.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat dipergunakan dengan
semestinya dan dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis juga menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan-masukan baik
berupa kritik dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan penyusunan
makalah yang akan datang. .

Yogyakarta, April 2020


Penulis
BAB I
KONSEP TEORI

1. Lansia
a. Pengertian Lansia
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Dimana
seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara
bertahap. Seseorang dikatan lansia apabila usianya sudah mencapai diatas
60 tahun (Azizah, 2011).
Masa dewasa tua (lansia) merupakan masa dimana seseorang telah
pensiun, biasanya diantara usia 65 dan 75 tahun. Seseorang akan menjadi
lanjut usia seiring bertambahnya usia (Potter & Perry, 2005).
Lanjut usia adalah seseorang yang memiliki tiga macam usia yaitu
usia kronologis dimana seseorang berusia 60 tahun keatas, usia biologis
dimana seseorang dalam kondisi pematangan jaringan, dan usia
psikologis dimana kemampuan seseorang untuk dapat menyesuaikan
terhadap setiap situasi yang dihadapi (Noorkasiani, 2009).
b. Proses Menua
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus atau
berkelanjutan secara alamiah dan secara perlahan mengalami perubahan
yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan
destrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup
(Nugroho, 2008).
Proses menua atau ageing proses adalah proses menghilangnya atau
menurunnya fungsi-fungsi dalam diri yang dilatarbelakangi oleh aspek
psikologis, bilogis, dan sosial sehingga terjadi perubahan yang dapat
mempengaruhi kehidupan (Noorkasiani, 2009).
Proses menua (ageing process) adalah suatu proses menghilang secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya. Proses penuaan
secara progresif terjadi perubahan fisiologis dan anatomis organ tubuh
yang berlangsung seiring berlalunya waktu (Azizah, 2011).
c. Teori- Teori Proses Menua
Menurut Nugroho (2008) dan Azizah (2011) teori-teori proses penuaan
terdiri dari :
1) Teori Fisiologi
Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik. Terdiri atas teori
oksidasi stress, dan teori dipakai-aus (wear and tear theory). Di sini
terjadi kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel tubuh lelah
terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal).
2) Teori Sosialisasi
a) Teori Interaksi Sosial
Teori ini menjelaskan bahwa kemampuan lansia untuk terus
menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status
sosial berdasarkan kemampuan bersosialisasi. Pokok-pokok
social exchange theory antara lain:
(1) Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupa mencapai
tujuannya masing-masing.
(2) Terjadi interaksi sosial yang memerlukan waktu dan biaya.
(3) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seseorang aktor
mengeluarkan biaya.
b) Teori Aktivitas atau Kegiatan
(1) Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang
sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam
kegiatan sosial.
(2) Lanjut usia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan
aktifitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama
mungkin
(3) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
lanjut usia.
(4) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu
agar tetap stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia.
c) Teori Kepribadian Lanjut (continuity theory)
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang
dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambunhgan
dalam siklus kehidupan lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya
hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah,
walau ia telah lanjut usia.
d) Teori Pembebasan atau Penarikan Diri (disengagement theory)
Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan
masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lain. Teori
ini juga menyatakan bahwa bertambahnya usia, seseorang secara
perlahan mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau
menarik diri dari pergaulan sekitarnya keadaan ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (triple loss)
yaitu :
(1) Kehilangan peran (loss role)
(2) Kehilangan kontak sosial (restriction of contacts and
relationship)
(3) Berkurangnya komitmen ( reduced commitment to social
more and values)
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
      Pengkajian multidimensional meliputi kesehatan mental dan fisik, fungsi
tubuh, dan situasi social. Pengkajian yang difokuskan pada pengkajian unutk
etiologi fisiologis, psikologis, dan lingkungan dari kondisi gangguan mental pada
lanjut usia yag dirawat (Kushariyadi, 2010).
Menurut Anderson E dan McFarlene, dalam model asuhan keperawatan
pengkajian secara umum meliputi inti komunitas yaitu penduduk serta delapan
subsistem yang mempengaruhinya. Inti komunitas, perlu dikaji tentang
pendidikan, pekerjaan, agama, keyakinan/nilai yang dianut serta data-data tentang
subsistem sebagai berikut :
1. Data inti
a. Demografi, Karekteristik Umur Dan Sex, Vital Statistik
Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri : jumlah penduduk
lansia dalam wilayah, umur, pendidikan, jenis kelamin, vital stastistik,
pekerjaan, agama, nilai – nilai, keyakinan serta riwayat timbulnya
kelompok atau komunitas yang dapat dicontohkan sebagai berikut:
Jumlah penduduk : 987 jiwa
Laki – laki : 523 jiwa
Perempuan : 464 jiwa
Pendidikan penduduk : Para penduduk mayoritas berpendidikan hingga
lulus SLTA dan beberapa diantaranya perguruan tinggi.
Suku Bangsa : Suku Jawa
Status perkawinan : Menikah dan kebanyakan penduduk di komunitas
tersebut adalah janda (lansia) karena kebanyakan pasangannya meninggal.
Nilai dan kepercayaan : Nilai dan norma para masyarakat masih mengenal
nilai kesopanan, gotong royong dan kerukunan antar warganya. Hal ini
dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang masih
terus berjalan. Seperti: kerja bakti, arisan, dan takziyah.
Agama : Mayoritas beragama Islam dan beberapa diantaranya beragama
nasrani
2. Data subsistem
a. Lingkungan fisik
- Kualitas udara
Keadaan udara di daerah tempat tinggal lansia beriklim sejuk atau
panas, apakah terdapat polusi udara yang dapat mengganggu
pernafasan warga atau tidak.
- Kualitas air
Sumber air yang digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari, keadaan saluran air disekitar rumah.
- Tingkat kebisingannya
Adanya sumber suara / bising yang dapat mengganggu keadaan
lansia, contohnya seperti pabrik.
- Jarak antar rumah/ kepadatan
Jarak antar rumah satu dengan yang lainnya, apakah saling
berdempetan.
b. Pendidikan
Riwayat pendidikan, pendidikan terakhir dan juga apakah ada sarana
pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
warga.
c. Keamanan dan transportasi
Keadaan penjagaan lingkungan sekitar seperti adanya siskamling, satpam
atau polisi. Apakah dari keamaan tersebut menimbulkan stress atau tidak.
Sarana transportasi yang digunakan warga untuk mobilisasi sehari
menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi.
d. Politik dan pemerintahan
Kebijakan yang ada didaerah tersebut apakah cukup menunjang sehingga
memudahkan komunitas mendapat pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan.
e. Pelayanan social dan kesehatan
Tersedianya tempat pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan) untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau
memantau apabila gangguan sudah terjadi serta karakteristik pemakaian
fasilitas pelayanan kesehatan.
f. Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan di komunitas
tersebut untuk saling berkomunikasi antar warga atau untuk mendapatkan
informasi dari luar  misalnya televisi, radio, koran, atau leaflet yang
diberikan kepada komunitas.
g. Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan, masih bekerja atau
tidak, bagaimana dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
h. Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka, dan apakah biayanya
terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan
komunitas untuk mengurangi stress.

B. Diagnosa keperawatan
Untuk menentukan masalah kesehatan pada masyarakat dapatlah dirumuskan
diagnosa keperawatan komunitas yang terdiri dari :
- Masalah (Problem)
Yaitu kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang terjadi.
- Penyebab (Etiologi)
Yang meliputi perilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,
lingkungan fisik dan biologis, psikologis dan sosial serta interaksi perilaku
dengan lingkungan.
- Tanda dan Gejala (Sign and Sympton)
Yaitu informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa serta serangkaian
petunjuk timbulnya masalah.
Contoh Diagnosa Keperawatan :
- Defisiensi kesehatan komunitas lansia di Desa X berhubungan dengan
ketidakcukupan akses pada pemberi layanan kesehatan.
- Defisiensi pengetahuan lansia di Desa X berhubungan dengan
kurangnya sumber pengetahuan.

C. Rencana Keperawatan
DIAGNOSA
KEP. TUJUAN RENCANA EVALUASI
KOMUNITAS INTERVENSI
KRITERIA STANDAR
Defisiensi NOC : NIC : Kognitif 90 % dari total lansia
kesehatan Keefektifan Pendidikan mengetahui tentang :
komunitas lansia Program Kesehatan (5510) 1.Pengertian
di Desa X Komunitas(2808) MANDIRI : hipertensi.
berhubungan 1. Tujuan Program 1. Targetkan 2.Penyebab
dengan yang dapat sasaran pada hipertensi.
ketidakcukupan dicapai. kelompok 3.Tanda gejala
akses pada 2. Konsistensi beresiko tinggi hipertensi.
pemberi layanan metode dengan dan rentang usia 4.Komplikasi
kesehatan tujuan program. yang akan hipertensi.
(Domain 1 Kelas 3. Kepuasan peserta mendapat
2 (Manajemen terhadap manfaat besar 80 % dari total lansia
Kesehatan) program. dari pendidikan mengetahui tentang :
00215) 4. Dukungan dari kesehatan. 1. Penatalaksanaan

wakil masyarakat 2. Pertimbangkan hipertensi secara

berpengaruh. riwayat individu mandiri


dalam konteks 2. Dapat
personal dan Psikomotor mendemonstrasika
riwayat sosial ik n pembuatan
budaya individu, ekstrak/jus tomat
keluarga dan sebagai
masyarakat. penatalaksanaan
3. Rumuskan tujuan hipertensi.
dalam program
pendidikan
kesehatan (jus 90 % dari total lansia
anti hipertensi dapat menerapkan
dan diet anti pola hidup sehat
hipertensi). melalui aktivitas
4. Tekankan fisik, penatalaksaan
manfaat mandiri yang telah
kesehatan positif diajarkan dan
yang berlangsung mengikuti kegiatan
atau (manfaat) posyandu lansia
jangka pendek (Posbindu).
yang bisa
diterima oleh Afektif
perilaku gaya
hidup.
5. Melakukan
demonstrasi/dem
ontrasi ulang,
partisipasi
pembelajaran,
dan manipulasi
bahan ketika
mengajarkan
dengan
psikomotorik.

KERJA SAMA
1. Rencanakan
tindak lanjut
jangka panjang
untuk
memperkuat
perilaku
kesehatan dengan
cara
menganjurkan
lansia untuk
mengikuti
kegiatan
posyandu lansia
(posbindu) di
tingkat
Kelurahan.
2. Ikut dalam
kegiatan Posbindu

Defisiensi NOC : NIC : Kognitif 90 % dari total lansia


pengetahuan Keefektifan Pendidikan mengetahui tentang :
lansia di Desa X Program Kesehatan (5510)
berhubungan Komunitas(2808) MANDIRI : 1. Pengertian
dengan 5. Tujuan Program 6. Targetkan hipertensi.
kurangnya yang dapat sasaran pada 2. Penyebab
sumber dicapai. kelompok hipertensi.
pengetahuan 6. Konsistensi beresiko tinggi 3. Tanda gejala
(Domain 5 Kelas metode dengan dan rentang usia hipertensi.
4 (Kognisi) tujuan program. yang akan 4. Komplikasi
00126) 7. Kepuasan peserta mendapat hipertensi.
terhadap manfaat besar
program. dari pendidikan 80 % dari total lansia
8. Dukungan dari kesehatan. mengetahui tentang :

wakil masyarakat 7. Pertimbangkan

berpengaruh. riwayat individu 1. Penatalaksanaan


dalam konteks hipertensi secara
personal dan Psikomotor mandiri
riwayat sosial ik 2. Dapat
budaya individu, mendemonstrasik
keluarga dan an pembuatan
masyarakat. ekstrak/jus tomat
8. Rumuskan tujuan sebagai
dalam program penatalaksanaan
pendidikan hipertensi.
kesehatan
(pendidikan
kesehatan 90 % dari total lansia
hipertensi). dapat menerapkan
9. Tekankan pola hidup sehat
manfaat melalui aktivitas
kesehatan positif fisik, penatalaksaan
yang berlangsung mandiri yang telah
atau (manfaat) diajarkan dan
jangka pendek mengikuti kegiatan
yang bisa posyandu lansia
diterima oleh Afektif (Posbindu).
perilaku gaya
hidup.
10. Melakukan
demonstrasi/dem
ontrasi ulang,
partisipasi
pembelajaran,
dan manipulasi
bahan ketika
mengajarkan
dengan
psikomotorik.
KERJA SAMA
3. Rencanakan
tindak lanjut
jangka panjang
untuk
memperkuat
perilaku
kesehatan dengan
cara
menganjurkan
lansia untuk
mengikuti
kegiatan
posyandu lansia
(posbindu) di
tingkat
Kelurahan.
4. Ikut dalam
kegiatan Posbindu

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta :


Graha Ilmu

Bulechek, Gloria M. Et all.2015.Nursing Interventions Classification


(NIC) edition 6th.Singapore : Elsevier
Black, Joyce M & Hawks, Jane Hokanson. 2014. Keperawatan Medikal
Bedah Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan Edisi 8
Buku 1. Singapore : Elsevier.

Herdman, T. Heather & Shigemi Kamitsuru.2015.Nanda International


Inc. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017
edisi 10.Jakarta : EGC.

Karolina, MS. 2009. Hubungan Pengetahuan Dan Pencegahan


Osteoporosis Yang Dilakukan Lansia Di Kecamatan Medan
Selayang. Universitas Sumatera Utara.

Mitchel, Richard N. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta :


EGC.

Moorhead, Sue, et al.2015.Nursing Outcomes Classification (NOC)


Measurement of Health Outcomes edition 5th.Singapore :
Elsevier.

Potter, Patricia A. & Anne G. Perry. 2010. Fundamental Of Nursing, 7th


Edition. Penerjemah oleh Adrina Ferderika. Singapore :
Elsevier.

Raharyani, Loetfia Dwi. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien


Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : EGC.

Stanley, Mickey dan Particia G. Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan


Gerontik. Jakarta : EGC
Suiraoka, IP. 2012. Penyakit Dengeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika.

Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita


Hipertensi Secara Terpadu. Yogyakarta : Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai