Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN DEWASA DENGAN

GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN : PSORIASIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Integumen


yang Diampu Ibu Ilya Krisnana, S.Kep. Ns., MKep.
Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

KELOMPOK 3 AJ-2 B18


Hairun Puspah
131511123016
Cicik Eka Irawati
131511123024
Auzan Muttaqin
131511123030
Novia Shinthia Dewie
131511123050
Muhammad Ali
131511123066
Lailatul Isnaini
131511123070
Muhammad Saelindra
131511123090
Kurnia Fidyastria
131511123092

Program Studi Pendidikan Ners


Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Surabaya
2016
DAFTAR ISI
1

HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1
DAFTAR ISI......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................3
1.2 Tujuan.....................................................................................................4
1.3 Rumusan Masalah..................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................5
2.1 Anatomi Fisiologi..................................................................................5
2.2 Definisi...................................................................................................6
2.3 Etiologi...................................................................................................7
2.4 Patofisiologi...........................................................................................9
2.5 WOC....................................................................................................12
2.6 Klasifikasi............................................................................................13
2.7 Manifestasi Klinis................................................................................18
2.8. Derajat Psoriasis
2.9 Pemeriksaan Diagnostik.......................................................................19
2.10 Penatalaksanaan.................................................................................23
2.11 Komplikasi.........................................................................................26
2.12 Prognosis............................................................................................27
2.13 Konsep Asuhan Keperawatan............................................................28
BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................... 34
3.1 Pengkajian............................................................................................34
3.2 Analisa Data.........................................................................................37
3.3 Diagnosa Keperawatan........................................................................38
3.4 Interevensi Keperawatan......................................................................38
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 41
4.1 Kesimpulan.......................................................................................... 41
4.2 Penutup................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................43

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Psoriasis adalah suatu penyakit inflamasi kulit bersifat kronis residif, dapat
mengenai semua umur yang ditandai dengan plak kemerahan yang ditutupi
oleh sisik yang tebal berwarna putih keperakan dan berbatas tegas. Umumnya
lesi psoriasis berdistribusi secara simetris dengan predileksi terutama di
daerah siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genitalia (Schon
dkk. 2005; Simmon 2007; Gudjonsson dkk. 2012). Gejala fisik yang dapat
dijumpai

berupa

kulit

mudah

teriritasi,

lebih

sensitif,

gatal,

terbakar/menyengat, mudah berdarah dan nyeri yang frekuensi gejalanya


berbeda berdasarkan tipe psoriasisnya.
Psoriasis dialami sekitar 2-3% dari populasi di dunia, dimana insidensi
antara laki-laki dan perempuan adalah sama. Data dari Amerika Serikat
menunjukkan bahwa 150.000 kasus baru diobservasi setiap tahunnya,
mengenai hampir 2,2% dari populasi Amerika Serikat. Data nasional
prevalensi psoriasis di Indonesia belum diketahui, namun di Rumah Sakit
Umum Pusat Negeri Dr.Cipto Mangunkusumo selama tahun 1997 sampai
2001, insidensi psoriasis mencapai 2,6%. Sedangkan di Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan, berdasarkan data yang diperoleh dari
rekam medis selama periode Januari - Desember 2010, dari total 3.230 orang
yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 34 pasien
(1,05%) diantaranya merupakan pasien dengan diagnosis psoriasis. Dari
jumlah tersebut 16 pasien (47%) berjenis kelamin pria dan 18 pasien (52,9%)
berjenis kelamin wanita.
Psoriasis umumnya tidak menular dan mengancam jiwa, namun penyakit
ini memiliki dampak pada penderitanya yang dapat dilihat melalui dampak
negatif yang signifikan terhadap kualitas hidup, dengan melibatkan berbagai
aspek dalam kehidupan mencakup efek fisik, psikologis, psikososial dan
emosional. Finlay menyatakan pasien psoriasis mengalami penurunan
kualitas hidup sama halnya atau bahkan lebih buruk dari pasien penyakit
kronis, seperti penyakit jantung dan diabetes. Dalam hal ini pasien psoriasis

merasakan adanya suatu stigma yang telah berkembang dalam masyarakat


oleh suatu keadaan, di mana dengan sendirinya akan berkonstribusi pada
ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang pada akhirnya
menyebabkan depresi dan bunuh diri yang dapat ditemukan lebih dari 5%
pasien.
Berdasarkan hal tersebut, maka penyakit Psoriasis ini perlu dipelajari
khususnya dalam praktek asuhan keperawatan sistem integumen. Melalui
makalah ini akan kami bahas tentang psoriasis yang meliputi; anatomi
fisiologi kulit, definisi, etiologi, patofisiologi, WOC, klasifikasi, manifestasi,
pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, pencegahan, komplikasi, dan
prognosis, serta Asuhan keperawatan pada pasien dengan psoriasis.
1.2.

Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimanakah konsep teori tentang psoriasis?


1.2.2. Bagaimana pendekatan proses keperawatan pada klien dengan psoriasis?
1.3.
Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Setelah proses pembelajaran, diharapkan mahasiswa mampu melakukan
Asuhan keperawatan sistem integumen pada klien dengan Psoriasis.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian psoriasis
2. Mengetahui etiologi dari psoriasis
3. Mengetahui klasifikasi dari psoriasis
4. Mengetahui faktor resiko dari psoriasis
5. Mengetahui WOC dan patofiologis psoriasis
6. Mengetahui manifestasi klinis psoriasis dan derajat keparahan psoriasis
7. Mengetahui pemeriksaan dignostik pada psoriasis
8. Mengetahui penatalaksanaan pasien dengan psoriasis
9. Mengetahui pencegahan dari psoriasis
10. Mengetahui komplikasi psoriasis
11. Mengetahui prognosis psoriasis
12. Mengetahui Asuhan keperawatan pasien dengan psoriasis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Anatomi Fisiologi Kulit

Gambar 2.1: Anatomi Kulit

Kulit dalah bagian tubuh paling luar. Segala kotoran, sinar matahari, asap
kendaraan yang menempel, akan berpengaruh. Kulit terdiri atas tiga bagian
utama, yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis. Epidermis terdiri dari
stratum korneum yang kaya akan keratin, stratum lucidum, stratum
granulosum yang kaya akan keratohialin, stratum spinosum dan stratum basal
yang mitotik. Dermis terdiri dari serabut-serabut penunjang antara lain
kolagen dan elastin. Sedangkan hipodermis terdiri dari sel-sel lemak, ujung
saraf tepi, pembuluh darah dan pembuluh getah bening. pada kesehatan kulit.
Epidermis tersusun atas lapisan tanduk (lapisan korneum) dan lapisan
Malpighi. Lapisan korneum merupakan lapisan kulit mati, yang dapat
mengelupas dan digantikan oleh sel-sel baru. Lapisan Malpighi terdiri atas
lapisan spinosum dan lapisan germinativum. Lapisan spinosum berfungsi
menahan gesekan dari luar. Lapisan germinativum mengandung sel-sel yang
aktif membelah diri, mengantikan lapisan sel-sel pada lapisan korneum.
Lapisan Malpighi mengandung pigmen melanin yang memberi warna pada
kulit.
Lapisan dermis ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung
saraf, kelenjar keringat, dan kelenjar minyak. Kelenjar keringat menghasilkan
keringat. Banyaknya keringat yang dikeluarkan dapat mencapai 2.000 ml
5

setiap hari, tergantung pada kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu. Keringat
mengandung air, garam, dan urea. Fungsi lain sebagai alat ekskresi adalah
sebgai organ penerima rangsangan, pelindung terhadap kerusakan fisik,
penyinaran, dan bibit penyakit, serta untuk pengaturan suhu tubuh.
Pada suhu lingkungan tinggi (panas), kelenjar keringat menjadi aktif dan
pembuluh kapiler di kulit melebar. Melebarnya pembuluh kapiler akan
memudahkan proses pembuangan air dan sisa metabolisme. Aktifnya kelenjar
keringat mengakibatkan keluarnya keringat ke permukaan kulit dengan cara
penguapan. Penguapan mengakibatkan suhu di permukaan kulit turun
sehingga kita tidak merasakan panas lagi. Sebaliknya, saat suhu lingkungan
rendah, kelenjar keringat tidak aktif dan pembuluh kapiler di kulit
menyempit. Pada keadaan ini darah tidak membuang sisa metabolisme dan
air, akibatnya penguapan sangat berkurang, sehingga suhu tubuh tetap dan
tubuh tidak mengalami kendinginan. Keluarnya keringat dikontrol oleh
hipotalamus.
2.2.

Definisi
Psoriasi adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana
penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit
ini secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi
karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat
menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik.
(Effendy, 2005)
Psoriasis penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa
bercak-bercak eritema berbatas tegas di tutupi oleh skuama tebal berlapislapis berwarna putih mengkilat.(Siregar, 2005)

2.3.

Etiologi
Penyebab psoriasis adalah auto imun, terdapat predisposisi genetik tetapi
secara pasti diturunkannya tidak diketahui (Gudjonsson, 2008). Psoriasis

tampaknya merupakan suatu penyakit keturunan dan juga berhubungan


dengan kekebalan dan respon peradangan (Farlex, 2012). Faktor utama yang
menunjang penyebab psoriasis adalah hiperplasia sel epidermis. Penyelidikan
sel kinetik menunjukkan bahwa pada psoriasis terjadi percepatan proliferasi
sel-sel epidermis serta siklus sel germinatum lebih cepat dibandingkan sel-sel
pada kulit normal. Pergantian epidermis hanya terjadi dalam 3-4 hari
sedangkan turn over time epidermis normalnya adalah 28-56 hari (Farlex,
2012).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan psoriasis antara lain:
1) Faktor imun
Peranan mekanisme imun dibuktikan dengan tingginya jumlah sel T yang
teraktivasi dalam epidermis dan dermis, adanya makrofag, dan dengan
terbukti efektifnya terapi imunosupresif dan imunomodulator pada
psoriasis. Defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu
dari ketiga jenis sel, yakni limfosit T, sel penyaji antigen (dermal), atau
keratinosit. Keratinosit psoriasis membutuhkan stimuli untuk aktivasinya.
Lesi psoriasis matang umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada
dermis yang terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan
limfositik dalam epidermis. Sedangkan pada lesi baru umumnya lebih
banyak didominasi oleh limfosit T CD8. Sel Langerhans juga berperan
pada imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya proliferasi epidermis diawali
dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel
Langerhans. Pada psoriasis pembentukan epidermis (turn over time) lebih
cepat, hanya 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari.
Nickoloff (1998) berkesimpulan bahwa psoriasis merupakan penyakit
autoimun. Lebih 90% kasus dapat mengalami remisi setelah diobati
dengan imunosupresif (Gudjonsson, 2008).

2) Faktor genetik
Faktor genetik juga terkait dengan kejadian psoriasis. Alasan utama yang
mendukung hal ini adalah penelitian yang menunjukkan peningkatan

insiden psoriasis pada keluarga penderita psoriasis, peningkatan insiden


psoriasis yang terjadi pada anak dengan satu atau kedua orangtua yang
terkena, tingginya angka psoriasis pada kembar monozigot, dan
kemungkinan letak lokus pada beberapa kromosom. Faktor genetik sangat
berperan, dimana bila orang tuanya tidak menderita psoriasis, resiko untuk
mendapat psoriasis 12%, sedangkan jika salah seorang orang tuanya
menderita psoriasis resikonya mencapai 34-39 % (Gudjonnson, 2008). Hal
lain yang menyokong adanya faktor genetik ialah bahwa psoriasis
berkaitan dengan HLA (Idmgarut, 2009). Berdasarkan awitan penyakit
dikenal dua tipe :

Psoriasis tipe I dengan awitan dini bersifat familal dan berhubungan


dengan HLA-B13, B17, Bw57, dan Cw6

Psoriasis tipe II dengan awitan lambat bersifat nonfamilial dan


berhubungan dengan HLA-B27 dan Cw2 dan Psoriasis Pustulosa
berkorelasi

dengan

HLA-B27.

Psoriasis

merupakan

kelainan

multifaktorial dimana faktor genetik dan lingkungan memegang


peranan penting
Menurut Lui (2011), beberapa faktor faktor yang dapat mencetuskan
psoriasis, antara lain :
1. Trauma
Dilaporkan bahwa berbagai tipe trauma kulit dapat menimbulkan psoriasis.
Trauma pada epidermis maupun dermis seperti bekas garukan, bekas luka,
dan lain-lain dapat menimbulkan lesi psoriasis pada tempat tersebut
(fenomena Koebner).
2. Infeksi
Sekitar 54 % anak-anak dilaporkan terjadi eksaserbasi psoriasis dalam 2-3
minggu setelah infeksi saluran pernapasan atas. Infeksi fokal yang
mempunyai hubungan erat dengan salah satu bentuk psoriasis ialah
Psoriasis Gutata, sedangkan hubungannya dengan Psoriasis Vulgaris tidak
jelas dan pernah di laporkan kasus-kasus Psoriasis Gutata yang sembuh
setelah diadakan tonsilektomi. Streptococcus pyogenes telah diisolasi

sebanyak 26 % pada Psoriasis Gutata Akut, 14 % pada pasien Psoriasis


Plak, dan 16 % pada pasien Psoriasis Kronik
3. Stres
Dalam

penyelidikan

klinik,

perburukan oleh karena stres.

sekitar

30-40

kasus

terjadi

Stres bisa merangsang kekambuhan

psoriasis dan cepat menjalar bila kondisi pasien tidak stabil. Pada anakanak, eksaserbasi yang dihubungkan dengan stres terjadi lebih dari 90 %.
Stres psikis merupakan faktor pencetus utama. Tidak ditemukan gangguan
kepribadian pada penderita psoriasis. Adanya kemungkinan bahwa stres
psikologis dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan menerima
terapi.
4. Alkohol
Umumnya dipercaya bahwa alkohol berefek memperberat psoriasis tetapi
pendapat ini belum dikonfirmasi dan kepercayaan ini muncul berdasarkan
observasi pecandu alkohol yang menderita psoriasis. Peminum berat yang
telah sampai pada level yang membahayakan kesehatan sering ditemukan
pada pasien psorasis berat laki-laki dibandingkan penderita psorasis
lainnya. Kemungkinan alkohol yang berlebihan dapat mengurangi
kemampuan pengobatan dan juga adanya gejala stres menyebabkan
parahnya penyakit kulit.
5. Faktor endokrin : Puncak insiden psoriasis pada waktu pubertas dan
menopause. Pada waktu kehamilan umumnya membaik, sedangkan pada
masa pasca partus memburuk.
2.4.

Patofisiologi
Mekanisme imun yang diperantai oleh sel memainkan peranan penting
dalam perkembangan psoriasis. Aktivasi imun yang diperantai oleh sel T
inflamator pada kulit membutuhkan dua sinyal sel T yang dimediasi oleh
interaksi sel-sel antara permukaan protein dengan APC (antigen-presenting
cells), seperti sel dendritik dan makrofag. Sinyal pertama merupakan
interaksi antara reseptor sel T dengan antigen yang diperkenalkan oleh APC,

sedangkan sinyal kedua (disebut sebagai konstimulasi) diperantai oleh


berbagai interaksi permukaan (Grove, 2009).
Ketika sel T diaktivasi, sel tersebut bermigrasi dari nodus limfa dan aliran
darah ke kulit dan mensekresikan berbagai sitokin, terutama interferon- dan
interleukin-2, yang menginduksi perubahan patologis yang dikenal sebagai
psoriasis. Keratinosit lokal dan neutrofil menginduksi dihasilkannya sitokin
lain, seperti TNF- ( tumor necrosis factor-) dan IL-8 (interleukin-8).
Sebagai akibat dari produksi dan aktivasi sel T patogenik, sel epidermis.
psoriasis berproliferasi pada laju 7x lebih cepat daripada sel epidermal
normal. Proliferasi sel epidermal rupanya meningkat juga pada kulit normal
pasien yang beresiko psoriasis. Proses ini menyebabkan pertumbuhan kulit
lebih cepat dan masa pertukaran kulit menjadi lebih pendek dari normal, dari
28 hari menjadi 3-4 hari. Stratum granulosum tidak terbentuk dan didalam
stratum korneum terjadi parakeratosis (Djuanda, 2006).

Gambar 2.2: Perbedaan kulit normal dengan kulit psoriasis.

Pembelahan sel pada stratum basale terjadi setiap 1.5 hari, dan migrasi
keratinosit ke stratum corneum terjadi kira-kira dalam 4 hari. Karena sel-sel
mencapai

permukaan

dengan

sangat

cepat,

sel-sel

tersebut

tidak

berdiferensiasi dan berkembang dengan sempurna. Stratum corneum tidak


terkeratinisasi secara sempurna dan sel-sel epidermal berkembang dan
menumpuk dengan abnormal dan menjadi berskuama. Epidermis pada lesi
psoriasis tiga hingga lima kali lebih tebal dari normal. Pembuluh darah dalam
stratum papilare dermis terdilatasi dan sel-sel inflamasi, seperti neutrofil,
menginfiltrasi epidermis (Peters, 2000). Pada psoriasis terjadi peningkatan
mitosis sel epidermis sehingga terjadi hiperplasia, juga terjadi penebalan dan
10

pelebaran kapiler sehingga tampak lesi eritematous. Pendarahan terjadi akibat


dari rupture kapiler ketika skuama dikerok (Siregar, 1996).
Genetik merupakan komponen yang berpengaruh secara signifikan pada
psoriasis.

Studi

terhadap antigen

histokompatibilitas

pada

pasien

psoriasis mengindikasikan hubungan yang signifikan, terutama HLA-Cw6,


yakni psoriasis kemungkinan berkembang 9-15 kali lebih tinggi apabila
terdapat hubungan keluarga. Iklim, stres, alkohol, merokok, infeksi, trauma,
dan obat-obatan tertentu dapat memperburuk psoriasis pada 80% pasien,
sedangkan 90% pasien memburuk pada cuaca dingin. Lesi psoriasis dapat
berkembang pada daerah luka (seperti bekas menggosok, pengambilan darah,
gigitan serangga, operasi) pada kulit yang nampak normal (respon Koebner).
Litium karbonat, inhibitor ACE, tetrasiklin, serta interferon dilaporkan dapat
memperparah psoriasis

2.5.

WOC

11

2.6.

Klasifikasi
Psoriasis dibagi menjadi beberapa macam sesuai dengan gejala yang di
timbulkan.
1. Plak Psoriasis ( Psoriasis Vulgaris )
Plak psoriasis, atau psoriasis vulgaris, merupakan jenis yang paling
umum terjadi pada hampir 80% pasien psoriasis. Lesi klasik psoriasis
biasanya berupa plak berwarna kemerahan berbentuk oval atau bulat, yang
berbatas tegas, dengan berskuama tebal berlapis yang berwarna keputihan
pada permukaan lesi. Lesi biasanya terdistribusi secara simetris pada
ekstensor ekstremitas, terutama di siku dan lutut, kulit kepala,
lumbosakral, bokong dan genital. Predileksi pada daerah lain termasuk
umbilikus dan intergluteal (Lui, 2011).

Gambar 2.3: Psoriasis Plak

Pada banyak kasus psoriaris di kepala tampak seperti ketombe pada


kulit kepala, psoriasis kulit kepala disebut psoriasis plak. Psoriasis kulit
kepala memberikan ketidaknyamanan fisik seperti gatal tak tertahankan,
dengan lesi yang timbul dan mengelupas seperti ketombe, membuat kulit
kepala meradang dan bengkak (Djuanda, 2010).
2. Psoriasis Gutata (Guttate)
Bentuk ini sering timbul pada anak dan dewasa muda, biasanya
timbul mendadak, seringkali setelah infeksi streptokokus. Infeksi
streptokokus pada tenggorokan dapat mengawali 1 sampai 2 minggu atau
bersamaan dengan onset berkembangnya lesi. Lesi papular, bulat, atau
oval, berdiameter 0.5-1cm, di atasnya terdapat skuama putih, tersebar
simetris di badan dan ekstremitas proksimal,kadang di muka, telinga, dan
skalp, jarang di telapak tangan dan kaki. Lesi biasanya bertahan selama 3-

12

4 bulan dan dapat hilang spontan, tetapi kadang dapat sampai lebih dari
setahun. Sebagian besar dapat kambuh dalam 3-5 tahun. (Lui, 2011).

Gambar 2.4: Psoriasis Guttate

3. Psoriasis Inversa (Psoriasis Fleksural)


Lesi psoriasis berupa plak eritematosa, berbatas tegas dan mengkilat
yang terdapat di daerah lipatan, seperti aksila, lipatan payudara, lipatan
paha, bokong, telinga, leher dan glans penis. Skuama biasanya sedikit atau
tidak ada. Pada pasien obesitas atau diabetes dapat mengenai lipatan
sempit seperti interdigitalis dan subaurikuler, berupa lesi satelit dan
maserasi. Infeksi, friksi dan panas dapat menginduksi psoriasis tipe ini.
Hampir terjadi sampai 2 - 6% dari orang yang menderita psoriasis
memiliki psoriasis inversa (Farlex, 2012)

Gambar 2.5: Psoriasis Inverse

4.

Psoriasis Pustulosa/ Pustular


Kasus Psoriasis Pustular terutama banyak ditemui pada orang

dewasa. Karakteristik dari penderita psoriasis pustular ini adalah


timbulnya Pustules putih (blisters of noninfectious pus) yang dikelilingi
oleh kulit merah. Ditandai dengan pustul putih kekuningan, terasa nyeri,
dengan dasar eritematosa. Terdapat 2 bentuk psoriasis pustulosa, bentuk
lokalisata dan generalisata. Bentuk lokalisata contohnya psoriasis
pustulosa palo-plantar (barber). Sedangkan bentuk generalisata contohnya

13

psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch). Pus ini meliputi


kumpulan dari sel darah putih yang bukan merupakan suatu infeksi dan
juga tidak menular. Psoriasis ini, bisa terkumpul dalam daerah tertentu
pada tubuh, contohnya, pada tangan dan kaki. Psoriasis Pustular juga dapat
ditemukan menutupi hampir seluruh tubuh, dengan kecenderungan
membentuk suatu siklus - reddening yang diikuti oleh pembentukan
pustules dan scaling. Hal ini ditandai dengan benjolan diisi cairan pada
kulit yang gatal dan merah, dapat menyebar di seluruh tubuh atau lokal
hanya pada telapak tangan, jari kaki tangan dan telapak kaki (Grove,2008).

Gambar 2.6: Psoriasis Pustular

5. Psoriasis Eritroderma
Tipe psoriasis ini sangat berbahaya, seluruh kulit penderita menjadi
merah matang dan bersisik, fungsi perlindungan kulit hilang, sehingga
penderita mudah terkena infeksi. Faktor presipitasi termasuk penggunaan
kortikosteroid sistemik, pemakaian kortikosteroid topikal yang berlebihan,
terapi topikal yang mengiritasi, komplikasi fototerapi, tekanan emosional
yang berat, penyakit terdahulu seperti infeksi. Biasanya lesi yang khas
untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama tebal
universal. Ada kalanya lesi psoriasis masih tampak samar-samar, yakni
lebih eritematosa dan kulitnya lebih meninggi Hanya 1-2% dari orang
yang menderita psoriasis memiliki psoriasis eritroderma. Manifestasi klinis
dapat berupa kemerahan yang luas, gatal, nyeri dan ketidaknyamanan
(Djuanda, 2010).

14

Gambar 2.7: Psoriasis Eritroderma

Jangan meremehkan psoriasis eritroderma karena infeksi yang fatal


dan mengancam nyawa juga. Hal ini dapat menutupi seluruh tubuh Anda
dengan ruam merah yang dapat mengelupas, gatal atau rasa terbakar yang
terus menerus. Peradangan kulit yang ekstrim dan pengelupasan kulit akan
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mengatur suhu dan melakukan
fungsi lainnya (Grove, 2008).
6. Psoriasis Eksudativa
Bentuk ini sangat jarang. Biasanya bentuk kelainan kulit tampak
kering, tetapi pada bentuk ini kelainannya eksudatif seperti dermatitis akut
(Lui, 2011).
6. Artritis Psoriatik
Poliartritis dan menyerang sendi-sendi kecil, terutama interfalang
distal. Timbul dengan peradangan sendi, sehingga sendi terasa nyeri,
membengkak dan kaku, sama persis seperti gejala rematik. Pada tahap ini,
penderita harus segera ditolong agar sendi-sendinya tidak sampai terjadi
kropos (Lui, 2011).

Gambar 2.8: Psoriasis Arthritis

7. Psoriasis Seboroik
Psoriasis seboroik merupakan kelainan kulit berupa perdangan
superfisial dengan papuloskuamosa yang kronik dengan tempat predileksi
di daerah-daerah seboroik yakni daerah yang kaya akan kelenjar sebasea,
seperti pada kulit kepala, alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga,
15

dada, axilla, umbilikus, selangkangan, dan glutea. Pada dermatitis seboroik


kelainan kulit yang berupa eritem, edema, serta skuama yang kering atau
berminyak dan berwarna kuning kecoklatan dalam berbagai ukuran
disertai adanya krusta (Lui, 2011).
Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara
psoriasis dan dermatitis seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi
agak berminyak dan agak lunak (Djuanda, 2010).
2.7.

Manifestasi Klinis
Perjalanan penyakit sangat bervariasi, dapat timbul tiba-tiba dan
berlangsung singkat selama beberapa hari/akut atau menetap selama beberapa
bulan atau tahun/kronik. Kekambuhan dapat timbul secara mingguan maupun
bulanan,sedangkan pada yang stabil kekambuhan jarang terjadi. Pada yang
sering kambuh, penyakitnya biasanya lebih berat dibandungan dengan yang
stabil sehingga memerlukan pengobatan lebih intensif (Djuanda, 2010).
Proses patologis penyakit ini merupakan gabungan dari hiperproliferasi
epidermis dan akumulasi sel-sel radang. Waktu transmit epidermis sangat
berkurang dari normal, yaiu 8-10 minggu, menjadi hanya beberapa hari. Juga
terdapat peningkatan vaskularisasi pada dermis bagian atas (Graham, 2005).
Kulit penderita psoriasis awalnya tampak seperti bintik merah yang makin
melebar dan ditumbuhi sisik lebar putih berlapis-lapis. Tumbuhnya tidak
selalu di seluruh bagian kulit tubuh, kadang-kadang hanya timbul pada
tempat-tempat tertentu saja, karena pergantian sel-sel kulit bagian lainnya
berjalan normal. Lesi kulit yang pertama kali timbul biasanya pada tempattempat yang mudah terkena trauma antara lain : siku, lutut, sakrum, kepala
dan genitalia, berupa makula eritematus dengan batas jelas, tertutup skuama
tebal dan transparan yang lepas pada bagian tetapi dan lekat di bagian tengah.
Skuama ini selalu menunjukkan gambaran menebal yang konstan dan
perlekatannya kendor.Bentuk yang paling sering dijumpai adalah bentuk
makula yaitu berupa bercak yang dapat bulat atau oval dengan diameter satu
sampai beberapa sentimeter. Bentuk ini akan statis dalam jangka waktu yang
lama yang apabila terjadi eksaserbasi dapat memberikan perubahan bentuk

16

klinik yang bermacam-macam antara lain : bentuk anular, gyrata folikularis,


gutara dan punktata.
Psoriasis pada kulit kepala dapat menyerupai ketombe, dapat disertai
dengan atau tanpa rasa gatal. Selain itu psoriasis dapat menyerang kuku
dimana permukaan kuku menjadi keruh, kekuning-kuningan dan terdapat
cekungan-cekungan/pitting atau titik-titik/punctate, menebal dan terdapat
hiperkeratosis subungual sehingga kuku terangkat dari dasarnya. Dalam hal
ini kuku tangan lebih sering diserang daripada kuku kaki. Psoriasis dapat
menyerang mukosa dan sendi-sendi terutama sendi kecil, pada sendi distal
infterfalang.
Vlek phernomena (phenomena bercak lilin) yaitu bila skuama psoriasis
dikerok akan terlihat warna keruh seperti kerokan lilin. Bila skuama
dilepaskan, di bawahnya terlihat bintik-bintik perdarahan yang berasal dari
kapiler di atas papila dermis (tanda Auspitz). Koebner phenomena terjadi bila
pada kulit yang masih normal terkena trauma maka akan timbul lesi baru
yang bersifat sama dengan lesi yang telah ada. Reaksi tersebut timbul 7-14
hari setelah trauma (Djuanda, 2010).

Gambar 2.9. Pitting nail

2.8.

Gambar 2.10. Auspitz sign

Derajat Keparahan Psoriasis


Ada beberapa metode khusus yang digunakan untuk menilai derajat
keparahan psoriasis terutama psoriasis vulgaris yaitu dengan menggunakan
Psoriasis Area and Severity Index (PASI) score; Body Surface Area (BSA)
score; secara subjektif; dengan tidak mengukur dari kualitas hidup dan pola
hidup pasien; serta dengan peralatan objektif untuk mengukur keparahan
psoriasis sekarang sedang dalam tahap perkembangan (contoh: korneometri
dan ultrasonografi) (Sugianto, 2011).

17

Skor PASI adalah metode yang paling sering digunakan dalam uji klinis.
Metode ini praktis dan cepat, namun memiliki variabilitas yang tinggi. Skor
PASI berkisar antara 0,0-72,0 dengan peningkatan sebesar 0,1 unit. Metode ini
pertama kali diperkenalkan oleh Fredriksson dan Pettersson
Ada 4 area tubuh yang diperiksa yaitu kepala leher, ekstremitas atas,
truncus, dan ekstremitas bawah. Langkah pertama ditentukan berdasar
cakupan area dan lesi yang terlihat akan didapatkan nilai A1 A4.
Karakteristik lesi yang harus diperiksa adalah adanya eritema (merah terang,
merah tetapi tidak terlalu gelap, sangat merah, merah tua), indurasi atau
ketebalan(1=0,25mm ; 2=0,5mm ; 3=1mm ; 4=1,25mm), dan scaling (1=lesi
datar ; 2=lesi tipis kasar ; 3=lesi tebal kasar ; 4=lesi sangat tebal dan sangat
kasar). Pada setiap bagian tubuh yang berbeda mempunyai perbedaan kualitas
dari lesi, skor PASI digunakan terpisah untuk menilai setiap bagian (Shikiar,
2006).
Langkah kedua, mengalikan setiap subtotal dari jumlah setiap bagian pada
area permukaan tubuh (A1x0,1 untuk kepala, A2x0,2 untuk ekstremitas atas,
A3x0,3 untuk bagian truncus, dan A4x0,4 untuk ekstremitas bawah) untuk
mendapatkan nilai B1 B4. Langkah ketiga, menentukan derajat dari setiap
bagian tubuh yang terkena lesi dengan satuan % (kepala leher 10%,
ekstremitas atas 20%, truncus 30%, dan ekstremitas bawah 40%.) dan skor 0
6, kemudian masing-masing skor dikalikan dengan setiap nilai B dengan hasil
C1 C4. Langkah terakhir yaitu dengan menjumlahkan nilai C1 C4 akan
didapatkan skor PASI.
C1 + C2 + C3 + C4 = skor PASI
Psoriasis ringan : 0 7
Psoriasis sedang : 8 12
Psoriasis berat : > 12
Pada metode BSA lebih mudah dilakukan. Dengan klasifikasi derajat
psoriasis ringan jika lesi mengenai sampai 3% dari seluruh permukaan tubuh,
psoriasis sedang jika lesi mengenail 3 10% permukaan tubuh, dan psoriasis
berat jika mengenai lebih dari 10% permukaan tubuh (Sugianto, 2011)
Pemeriksaan Diagnostik

2.9.

Diagnosis

dilakukan

berdasarkan

penemuan

lesi

psoriasis

pada

pemeriksaan fisik. Riwayat medis pasien psoriasis seharusnya meliputi


informasi mengenai onset dan durasi lesi, adanya riwayat keluarga psoriasis,

18

adanya faktor pemicu, adanya faktor terapi antipsoriasis terdahulu (jika


ada) yang dilengkapi dengan data efek samping penggunaan obat, paparan
terhadap senyawa kimia dan toksin, serta riwayat alergi (makanan, obat, dan
lingkungan). Biopsi kulit terhadap lesi juga berguna dalam mengkonfirmasi
diagnosa.
Diagnosis psoriasis dilakukan berdasarkan beberapa pemeriksaan antara
lain;
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Kulit
Dari autoanamnesis pasien Psoriasis Vulgaris mengeluh adanya
bercak kemerahan yang menonjol pada kulit dengan pinggiran merah,
tertutup dengan sisik keperakan, dengan ukuran yang bervariasi, makin
melebar, bisa pecah dan menimbulkan nyeri, bisa juga timbul gatal-gatal
(Lui, 2011). Pada stadium penyembuhan, sering eritema yang di tengah
menghilang dan hanya terdapat di pingir (Djuanda, 2006). Skuama
berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika (mica-like scale),
serta transparan. Plak eritematous yang tebal menandakan adanya
hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, pelebaran pembuluh darah dan
inflamasi (Grove, 2009). Tempat predileksi pada ekstremitas bagian
ekstensor terutama (siku, lutut, lumbosakral), daerah intertigo (lipat paha,
perineum, aksila), skalp, perbatasan skalp dengan muka, telapak kaki dan
tangan, tungkai atas dan bawah, umbilikus, serta kuku (Gudjonnson,
2008).

Gambar 1.11. Bentuk Lesi Psoriasis dengan Skuama Putih Tebal Berlapis

Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner


(isomorfik) (Grove, 2009). Fenomena tetesan lilin dan Auspitz
merupakan gambaran khas pada lesi psoriasis dan merupakan nilai
diagnostik, kecuali pada psoriasis inversa (psoriasis pustular) dan
19

digunakan untuk membandingkan psoriasis dengan penyakit kulit yang


mempunyai morfologi yang sama, sedangkan Kobner tidak khas, karena
didapati pula pada penyakit lain, misalnya liken planus, liken nitidus,
veruka plana juvenilis, pitiriasis rubra pilaris, dan penyakit Darier
(Gudjonnson, 2008). Fenomena Kobner didapatkan insiden yang
bervariasi antara 38-76 % pada pasien psoriasis (Lui, 2011). Dua puluh
lima sampai lima puluh persen penderita psoriasis yang lama juga dapat
menyebabkan kelainan pada kuku, berupa pitting nail atau nail pit pada
lempeng kuku berupa lekukan-lekukan miliar (Grove, 2009). Perubahan
pada kuku terdiri dari onikolosis (terlepasnya seluruh atau sebagian kuku
dari matriksnya), hiperkeratosis subungual (bagian distalnya terangkat
karena terdapat lapisan tanduk di bawahnya), oil spots subungual, dan
koilonikia (spooning of nail plate) (Grove, 2009).

Gambar 2 Pitting Nail dan Psoriasis Arthritis

Psoriasis Artritis yang menyebabkan radang pada sendi (Farlex, 2012).


Umumnya bersifat poliartikular, tempat predileksinya pada sendi
interfalangs distal, terbanyak terdapat pada usia 30-50 tahun. Sendi
membesar, kemudian terjadi ankilosis dan lesi kistik subkorteks
(Gudjonnson, 2008).
2.

Pemeriksaan Histopatologi
Meningkatnya ketebalan epidermis, adanya nukleus di atas stratum
basale, dan keratin yang tebal berhubungan dengan turn over epidermis
yang meningkat. Karena epidermis terus membelah, lapisan ini tidak
berdiferensiasi dengan sempurna menjadi terkeratinisasi. Sel-sel ini
mudah terlepas dan menampakkan pembuluh darah di bawahnya. Hal
ini secara klinis dikenal sebagai Auspitz sign. Plak psoriasis dapat
diumpamakan sebagai tembok batu bata yang terburu-buru dibangun,

20

tinggi tetapi mudah diancurkan. Sel-sel polimorfonuklear yang


bermigrasi ke epidermis membentuk pustule steril dalam pustural
psoriasis (paling sering didapatkan pada telapak tangan dan telapak
kaki). Pembuluh darah yang berdilatasi memberikan gambaran eritema
yang intens pada psoriasis (Buxton, 2003).
Psoriasis memberikan gambaran histopatologi, yaitu perpanjangan
(akantosis) reteridges dengan bentuk clubike, perpanjangan papila
dermis, lapisan sel granuler menghilang, parakeratosis, mikro abses
munro (kumpulan netrofil leukosit polimorfonuklear yang menyerupai
pustul

spongiform

kecil)

dalam

stratum

korneum,

penebalan

suprapapiler epidermis (menyebabkan tanda Auspitz), dilatasi kapiler


papila dermis dan pembuluh darah berkelok-kelok, infiltrat inflamasi
limfohistiositik ringan sampai sedang dalam papila dermis atas
(Gudjonnson, 2008).
3. Laboratorium
Tidak ada kelainan laboratorium yang spesifik pada penderita
psoriasis tanpa terkecuali pada psoriasis pustular general serta
eritroderma psoriasis dan pada plak serta psoriasis gutata (Grove,
2009).

Pemeriksaan

laboratorium

yang

dilakukan

bertujuan

menganalisis penyebab psoriasis, seperti pemeriksaan darah rutin, kimia


darah, gula darah, kolesterol, dan asam urat. Bila penyakit tersebar luas,
pada 50 % pasien dijumpai peningkatan asam urat, dimana hal ini
berhubungan dengan luasnya lesi dan aktifnya penyakit. Hal ini
meningkatkan resiko terjadinya Artritis Gout. Laju endapan eritrosit
dapat meningkat terutama terjadi pada fase aktif. Dapat juga ditemukan
peningkatan metabolit asam nukleat pada ekskresi urin. Pada psoriasis
berat, psoriasis pustular general dan eritroderma keseimbangan nitrogen
terganggu terutama penurunan serum albumin. Protein C reaktif,
makroglobulin, level IgA serum dan kompleks imun IgA meningkat,
dimana sampai saat ini peranan pada psoriasis tidak diketahui
(Gudjonnson, 2008).

21

2.10.
1.

Penatalaksanaan
Terapi Non Farmakologi
Penyakit kronik seperti psoriasis tidak dapat sembuh total, pengobatan
secara farmakologi dilakukan untuk mengurangi gejala (rasa gatal,
kemerahan) yang timbul akibat psoriasis. Terapi Non Farmakologi
dilakukan untuk mencegah kemungkinan munculnya penyakit lain karena
psoriasis seperti diabetes, depresi, dan penyakit jantung. Orang dengan
psoriasis disarankan untuk melakukan gaya hidup yang sehat seperti :

Seimbang antara aktivitas fisik reguler dan istirahat.

Menjaga berat badan yang ideal

Sebisa

mungkin

tidak

mengkonsumsi

alkohol,

jika

perlu

mengkonsumsi minuman beralkohol hanya boleh meminum dalam


jumlah yang sedikit. Karena mengkonsumsi banyak alkohol dapat
memperburuk kondisi psoriasis. Yang dapat berarti psoriasis tidak
merespon baik terhadap beberapa pengobatan atau beberapa obat tidak
dapat digunakan.

Menghindari stress

Makan makanan yang sehat seperti buah dan sayur, menghindari


makanan berlemak.

Selain itu, orang dengan psoriasis juga sebisa mungkin menghindari


faktor-faktor pemicu yang diketahui dapat menimbulkan psoriasis pada
dirinya.
2. Terapi Farmakologi
Menurut Grove (2009), terapi farmakologi pada penanganan psoriasis
dibagi menjadi 2 pengobatan yaitu :
a. Topical

Lini pertama, meliputi keratolik, kortikosteroid topikal dan analog


vitamin D.
Kortikosteroid topikal biasanya dipakai yang mempunyai potensi
sedang sampai kuat, untuk pengobatan lesi psoriasis yang soliter.
Vitamin D3 (Calcipotriol) mempunyai efek anti inflamasi dan anti
mitosis. Mempunyai efek antiinflamasi dan menghambat proliferasi
22

keratinosit dengan menghambat pembentukan IL-6. Dipakai untuk


pengobatan psoriasis bentuk plakat, dan dapat menimbulkan iritasi
lokal

Lini kedua, meliputi tar ( batubara), antralin, monografi, antharalin.


Preparat tar seperti liquor carbonis detergent 2-5% dalam salep
dipakai untuk pengobatan psoriasis yang kronis. Diduga mempunyai
efek yang menghambat proliferasi keratinosit. Efeknya akan
meningkat bila dikombinasi dengan asam salisilat 2-5%. Dapat
diberikan dalam jangka lama tanpa iritasi.

b. Sistemik

Lini pertama, meliputi Acitretin

Lini

kedua,

meliputi

Siklosporin,

Metotreksat,Takrolimus,

Mikofenolat Mofetil, Sulfasalazin, Tioguanin, Hidroksiurea.


Methotrexate mempunyai efek menghambat sintesis DNA dan
bersifat anti inflamasi dengan menekan kemotaktik terhadap sel
netrofil.

Diberikan

untuk

pengobatan

psoriasis

pustulosa

generalisata, eritrodermi psoriatik, dan artritis psoriatik. Dosis yang


diberikan adalah 10-12 mg per minggu, atau 5 mg tiap 12 jam
selama periode 36 jam dalam seminggu. Efek samping dapat berupa
gangguan fungsi hati, ginjal, sistem hemopoetik, ulkus peptikum,
dan lain-lain.
3. Terapi Biologi
Pada terapi biologis, agen imunomodulator dirancang untuk
mempengaruhi respon imun merupakan basis terapi penyakit kutan,
seperti psoriasis dan atopik dermatitis. Agen-agen tersebut, yang
diproduksi secara invitro melalui teknologi rekombinan DNA, dibagi
menjadi 3 kategori yakni :
a. Sitokin rekombinan manusia
b. Antibodi monoklonal manusia
c. Reseptor molekular yang dapat mengikat target molekul
Agen biologis yang telah disetujui FDA untuk terapi psoriasis
sedang hingga berat ialah infliksimab, etanercept, alefacept, dan

23

efalizumab. Satu lagi, yakni adalimumab, telah disetujui FDA untuk


terapi psoriasis artritis, tetapi belum disetujui untuk psoriasis.
4. Fotokemoterapi
Fotokemoterapi umumnya terdiri dari terapi dengan sinar ultraviolet
B dan PUVA. Sinar UVB (290-320 nm) terus menjadi salah satu
fotokemoterapi yang penting dalam intervensi psoriasis. Panjang
gelombang UVB yang paling efektif untuk terapi psoriasis ialah 310-313
nm. Hal tersebut telah dibuktikan dari berbagai studi klinik pada pasien
dengan psoriasis tipe plak. Fototerapi UVB juga memberikan hasil yang
lebih efektif ketika ditambahkan dengan terapi sistemik, seperti
metotreksat dan retinoid. UV-A yang dikombinasikan dengan metoksalen
oral (PUVA) merupakan pendekatan fotokemoterapi. Kandidat untuk
terapi PUVA biasanya mengalami psoriasis yang melumpuhkan dengan
tingkat keparahan sedang hingga berat yang tidak memberikan respon
terhadap terapi konvensional baik topikal maupun sistemik. PUVA
sistemik terdiri atas obat oral yang berperan sebagai foto sensitizer seperti
8-metoksipsalen (8-methoxypsoralen).
Dosis Fototerapi untuk psoriasis adalah initial dose increase
sampai Goal dosage OR 95% clearing OR batas max (30)
maintenance ( doses clearing ):
1. Erytema diturunkan 25% - sampai hilang
2. New lesi <5% area tubuh dinaikkan 10% - sampai kembali 95%
clear.
3. Flare ( lesi baru >5% area tubuh) tingkatkan frekuensi terapi.
Respon lesi Psoriasis terhadap terapi :
Tingkat
0
1

Presentase
0%
5-20%

Kriteria
Tidak ada perubahan
Perubahan minimal : skuama dan atau eritema

20-50%

berkurang
Perubahan tampak jelas : semua plak mulai

50-95%

mendatar, skuama dan eritema berkurang


Perubahan berarti : semua plak datar sempurna,

95%

tetapi tepi masih teraba.


Bersih : semua plak mendatar termasuk tepinya ,

24

tersisa hiperpigmentasi.
Efek samping fototerapi antara lain; kulit memerah, terasa gatal, tampak
membengkak, kulit melepuh (Gudjonnson, 2008).
5. Kombinasi terapi
Jika monoterapi dengan agen sistemmik tidak memberikan hasil
optimal, kombinasi terapi sistemik dengan metode lain mungkin dapat
memberikan manfaat. Kombinasi yang dapat dilakukan meliputi :

Acitretin + UV-B

Acitretin + fotokemoterapi menggunakan sinar UV-A (PUVA)

Metotreksat + UV-B

PUVA + UV-B

Metotreksat + siklosporin
Rotasi terapi melibatkan penggunaan regimen biologi untuk

periode tertentu, lalu berganti pada regimen nonbiologi, dan terus


demikian. Salah satu tujuan pendekatan ini adalah untuk meminimalkan
toksisitas obat yang terakumulasi. Urutan terapi meliputi menghilangkan
lesi psoriasis secara cepat dengan terapi agresif seperti siklosporin,
kemudian diikuti oleh periode transisi dengan menggunakan obat-obat
yang lebih aman, seperti acitretin, yang dimulai dengan dosis maksimal.
Selanjutnya,

terapi

masuk

dalam

periode

pemeliiharaan

dengan

menggunakan acitretin pada dosis rendah atau kombinasi dengan UV-B


dan UV-A
2.11.

Komplikasi
Menurut Corwin (2009), komplikasi dari psoriasis adalah :
1. Infeksi kulit yang parah dapat terjadi
2. Artritis deformans yang mirip dengan artritis rematoid, disebut artritis
psoriatika, timbul pada sekitar 30-40% pasien psoriasis. Bila berat
psoriais dapat menjadi penyakit yang melemahkan
3. Berdampak pada penuruan harga diri pasien yang menimbulkanstres
psikologis, ansietas, depresi dan marah
Menurut Siregar (2004 : 95), komplikasi psoriasis adalah sebagai berikut :
1. Dapat menyerang sendi, menimbulkan arthritis psoriasis.
25

2. Psoriasis pustulosa : pada eritema timbul pustule miliar. Jika menyerang


telapak tangan dan kaki serta ujung jari disebut psoriasis pustule tipe
barber. Namun, jika pustule timbul pada lesi psoriasis dna juga kulit
diluar lesi, dan disertai gejala sistemik berupa panas / rasa terbakar
disebut tipe zumbusch.
3. Psoriasis eritrodermia : jika lesi psoriasis terdapat diseluruh tubuh
dengan skuama halus dan gejala konstitusi berupa badan terasa panas
dingin
2.11 Prognosis
Psoriasis adalah penyakit seumur hidup. Sampai saat ini penyakit
ini tidak dapat disembuhkan, tetapi bermacam-macam terapi dapat
menolong mengontrol gejala. Hampir semua orang dengan psoriasis dapat
hidup dengan normal dan tidak menyebabkan kematian. Beberapa terapi
yang paling efektif digunakan untuk mengobati psoriasis berat dapat
menyebabkan meningkatnya risiko morbiditas termasuk kanker kulit,
lymphoma dan liver disease. Tetapi, sebagian besar pengalaman pasien
psoriasis yang memiliki lesi minor terlokalisir, terutama di siku dan lutut
dapat diobati dengan terapi topikal. Psoriasis dapat memburuk sepanjang
waktu tetapi tidak dapat diprediksi kapan muncul, meluas, ataupun
menghilang. Penyakit psoriasis ini bersifat residif sepanjang hidup
penderita. Mengontrol keluhan dan gejala secara tipikal dan memerlukan
terapi seumur hidup (Grove, 2009).
2.12.

Asuhan Keperawatan dengan Psoriasis

2.12.1 Pengkajian
1. Data demografi
Insiden psoriasis pada pria agak lebih banyak dari pada wanita,
psoriasis dapat terjadi pada semua usia, tetapi umumnya pada orang
dewasa muda. Onset penyakit ini umumnya kurang pada usia yang
sangat muda dan orang tua.Dua kelompok usia yang terbanyak adalah
pada usia antara 20 30 tahun dan yang lebih sedikit pada usia antara
50 60 tahun. Psoriasis lebih banyak dijumpai pada daerah dingin dan
lebih banyak terjadi pada musim hujan.
2. Keluhan utama
26

Pasien biasanya mengeluh muncul bercak-bercak merah pada kulit.


Keluhan bersifat residif.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh adanya bercak kemerahan yang menonjol pada kulit
dengan pinggiran merah, tertutup dengan sisik keperakan, dengan
ukuran yang bervariasi, makin melebar, bisa pecah dan menimbulkan
nyeri, dan bisa juga timbul gatal-gatal. Kelainan kulit pada psoriasis
terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan
skuama di atasnya.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya faktor pemicu (stress, trauma), adanya faktor terapi
antipsoriasis terdahulu (jika ada) yang dilengkapi dengan data
pengobatan serta efek samping paparan terhadap riwayat senyawa
kimia dan toksin, serta riwayat alergi (makanan, obat, dan
lingkungan).
5. Riwayat penyakit keluarga
Peningkatan insiden psoriasis pada keluarga penderita psoriasis.
6. Riwayat psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada
bagian muka atau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami
gangguan konsep diri diantaranya perubahan citra tubuh.
7. Keadaan umum
Kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital
TD, Nadi, Suhu, dan RR dalam batas normal.
8. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Kulit kepala terdapat kelainan, biasanya dapat menyerupai ketombe
b. Leher
Lihat bentuk leher simetris atau asimetris, adakah pembesaran
kelenjar tiroid, adakah pembesaran vena jugularis.
c. Mulut
Membran mukosa lembab, tidak ada lesi di mulut, tidak ada
stomatitis atau nyeri di daerah mulut.
d. Abdomen
Kemungkinan penurunan nafsu makan karena malaise.
e. Ekstermitas
Lesi kulit yang pertama kali timbul biasanya pada tempat-tempat
yang mudah terkena trauma , siku dan lutut.
f. Integumen

27

Terdapat bercak kemerahan yang menonjol pada kulit dengan


pinggiran merah, tertutup dengan sisik keperakan, dengan ukuran
yang bervariasi, makin melebar, bisa pecah dan menimbulkan
nyeri, dan bisa juga timbul gatal-gatal. Kelainan kulit pada
psoriasis terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak)
dengan skuama di atasnya. Kuku menjadi keruh, kekuningkuningan dan terdapat cekungan-cekungan/pitting atau titiktitik/punctate, menebal dan terdapat subungual hiper keratosis
sehingga kuku terangkat dari dasarnya.
g. Psikologis
Pada klien dengan psoriasis mengalami perubahan emosi dan
merasa malu karena penyakit yang diderita
2.12.2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Rasa Nyaman: gatal (00214) berhubungan dengan gejala
penyakit: adanya lesi eritema dan skuama
2. Kerusakan integritas kulit (00046) berhubungan dengan perubahan
morfologik dan kerusakan sel epidermis
3. Risiko infeksi (00004) dengan faktor resiko destruksi jaringan kulit
4. Ketidakefektifan proteksi (00043) berhubungan dengan kerusakan kulit,
imune disorder
5. Gangguan citra tubuh (00118) berhubungan dengan perubahan fungsi
tubuh
6. Defiensi pengetahuan (00126) berhubungan dengan kekurangan
informasi tentang proses penyakit
2.12.3. Intervensi
NO.
1.

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Gangguan rasa nyaman:
gatal
(00214)
berhubungan
dengan
gejala penyakit: adanya
lesi eritema dan skuama

NOC

NIC

NOC :
NIC :
a. Sleep Deprivation
Pruritus
b. Comfort, Readines
Management
for Enchanced
1. Anjurkan
pasien
c. Setelah dilakukan
untuk
menjaga
tindakan
kebersihan pakaian,
keperawatan selama
alat mandi, tempat
. gangguan rasa
tidur dan sisir.
nyaman pasien
2. Anjurkan
untuk
teratasi dengan
membersihkan
kriteria hasil:
kepala atau rambut

28

d. Status lingkungan
yang nyaman
e. Mengontrol nyeri
f. Kualitas tidur dan
istirahat adekuat
g. Respon terhadap
pengobatan
h. Status kenyamanan
meningkat
2.

3.

Kerusakan integritas kulit


(00046) dengan faktor
resiko
perubahan
morfologik dan kerusakan
sel epidermis

NOC :
Tissue Integrity : Skin and
Mucous Membranes
Wound Healing : primer
dan sekunder
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
selama..
kerusakan integritas kulit
pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
a. Perfusi
jaringan
normal
b. Tidak ada tandatanda infeksi
c. Menunjukkan
pemahaman dalam
proses
perbaikan
kulit
d. Mampu melindungi
kulit
dan
mempertahankan
kelembaban
kulit
dan perawatan alami
e. Menunjukkan
terjadinya
proses
penyembuhan luka

Risiko infeksi (00004) NOC :


dengan faktor resiko a. Immune Status
destruksi jaringan kulit
b. Knowledge : Infection
control
c. Risk control
Kriteria Hasil :
a. Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
b. Mendeskripsikan proses
penularan
penyakit,

minimal
2x
seminggu
3. Anjurkan untuk tidak
menggaruk daerah
yang gatal tetapi
diusap
4. Kolaborasi
medis
untuk
pemberian
obat untuk mengatasi
gatal.

1.
2.
3.
4.
5.

NIC :
Pruritus
Management
Kaji tingkat
kerusakan kulit
Anjurkan klien untuk
mengenakan pakaian
longgar
Jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan
kering
Jauhkan lesi dari dari
manipulasi dan
kontaminasi
Kolaborasi
pemberian obat
topical

NIC :
Infection
Control
(Kontrol infeksi)
1. Bersihkan
lingkungan setelah
dipakai pasien lain
2. Pertahankan teknik
isolasi
3. Batasi pengunjung
bila perlu

29

factor
yang 4. Instruksikan pada
mempengaruhi penularan
pengunjung untuk
serta penatalaksanaannya,
mencuci tangan saat
c. Menunjukkan
berkunjung
dan
kemampuan
untuk
setelah berkunjung
mencegah
timbulnya
meninggalkan
infeksi
pasien
d. Jumlah leukosit dalam 5. Cuci tangan setiap
batas normal
sebelum
dan
e. Menunjukkan
perilaku
sesudah
tindakan
hidup sehat
keperawatan
6. Gunakan
baju,
sarung
tangan
sebagai
alat
pelindung
7. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
8. Tingktkan
intake
nutrisi
9. Berikan
terapi
antibiotik bila perlu
Infection Protection
(proteksi
terhadap
infeksi)
1. Monitor tanda dan
gejala
infeksi
sistemik dan lokal
2. Monitor
hitung
granulosit, WBC
3. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap
kemerahan, panas,
drainase
4. Dorong
masukan
cairan
5. Instruksikan pasien
untuk
minum
antibiotik
sesuai
resep
6. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi

30

4.

4.

Gangguan citra tubuh NOC:


(00118)
berhubungan
a. Body image
dengan perubahan fungsi
b. Self esteem
tubuh
c. Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
. gangguan body
image
d. Pasien teratasi
dengan
Kriteria hasil:
a. Body image
positif
b. Mampu
mengidentifi
kasi
kekuatan
personal
c. Mendiskripsi
kan secara
faktual
perubahan
fungsi tubuh
d. Mempertaha
nkan
interaksi
sosial

1.
2.

3.

4.

5.
6.

NIC :
Body Image
Enhancement
Kaji pola koping dan
tingkat harga diri
klien
Kaji kesiapan klien
dalam perawatan dan
libatkan klien dalam
mengambil
keputusan tentang
perawatan
Dorong klien untuk
mengungkapkan
perasaannya tentang
fisiknya
Jelaskan tentang
pengobatan,
perawatan, kemajuan
dan prognosis
penyakit
Ajarkan klien untuk
merawat dirinya.
Dorong klien untuk
meningkatkan
aktivitas sosialnya.

Defisiensi
pengetahuan NOC :
NIC :
(00126)
berhubungan a. Kowlwdge : disease
Teaching : disease
dengan
kekurangan
process
Process
informasi tentang proses b. Kowledge : health
1. Berikan penilaian
penyakit
Behavior
tentang
tingkat
Kriteria Hasil :
pengetahuan
a. Pasien dan keluarga
pasien
tentang
menyatakan pemahaman
proses
penyakit
tentang penyakit, kondisi,
yang spesifik
prognosis dan program
2. Gambarkan tanda
pengobatan
dan gejala yang
b. Pasien dan keluarga
biasa muncul pada
mampu melaksanakan
penyakit, dengan
prosedur yang dijelaskan
cara yang tepat
secara benar
3. Gambarkan proses
c. Pasien dan keluarga
penyakit, dengan
mampu menjelaskan
cara yang tepat
kembali apa yang
4. Identifikasi
dijelaskan perawat/tim
kemungkinan

31

kesehatan lainnya.

penyebab, dengna
cara yang tepat
5. Sediakan informasi
pada
pasien
tentang
kondisi,
dengan cara yang
tepat
6. Diskusikan pilihan
terapi
atau
penanganan
7. Instruksikan pasien
mengenai
tanda
dan gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat

2.12.4. Evaluasi
1. Rasa nyaman terpenuhi
2. Kerusakan integritas kulit dapat teratasi
3. Citra tubuh positif
4. Klien menunjukkan pemahaman yang baik terhadap penyakitnya

BAB 3
TINJAUAN KASUS
Tn. G umur 29 tahun berobat ke poli kulit Rumah Sakit Dr. Soetomo pada
hari senin tanggal 9 Mei 2016 pukul 10.00 WIB dengan keluhan muncul bercakbercak merah yang menonjol pada kulit dengan pinggiran merah pada punggung,
dada, kedua lutut dan tungkai bawah kanan dan kiri, kedua tangan dan lengan
bawah kanan dan kiri, sejak bulan Februari 2016 (3 bulan yang lalu). Bercak
merah awalnya muncul pada daerah dada dan punggung. Pasien menyadarinya

32

saat pasien menggaruk lesi karena gatal dan lesi bertambah luas akibat digaruk
serta muncul rasa gatal dan lesi serupa di tempat lainnya. Awalnya hanya sedikit
kemerahan, lama kelamaan menjadi kemerahan yang ditutupi selaput putih yang
susah dibersihkan. Bercak-bercak merah berdiameter 1 2 cm dengan jumlah
cukup banyak. Sebelumnya pasien sering berobat ke Puskesmas Mulyorejo dan
Keluhan ini dirasakan tidak sembuh-sembuh walaupun pasien sering ke
Puskesmas. Sehingga pasien merasa malu dengan penyakitnya dan pasien jarang
keluar rumah maupun bersosialisasi dengan tetangga. Saat dilakukan pemeriksaan
pasien kurang kooperatif dan pasien tampak malu. TTV TD 110/70 mmhg, RR 20
kali/menit, Nadi 82 kali/menit, Suhu 36,5 C.
0

3.1. Pengkajian
1. Identitas
Nama

: Tn. G

Umur

: 29 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

: Karyawan swasta

Alamat

: Mulyorejo

Dx Medis

: Psoriasis Vulgaris

2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh muncul bercak-bercak merah gatal yang menonjol
pada kulit dengan pinggiran merah pada kedua lutut dan tungkai bawah
kanan dan kiri, siku, serta kedua tangan dan lengan bawah kanan dan
kiri, dan bokong.
b. Riwayat penyakit dahulu
Adanya faktor pemicu berupa stress dan kelelahan, pasien mempunyai
alergi terhadap debu.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh muncul bercak-bercak merah yang menonjol pada
kulit dengan pinggiran merah pada kedua lutut dan tungkai bawah
kanan dan kiri, kedua tangan dan lengan bawah kanan dan kiri, dan
siku, sejak bulan Februari 2016 (3 bulan yang lalu). Bercak merah
awalnya muncul pada daerah dada dan punggung. Pasien menyadarinya

33

saat pasien menggaruk lesi karena gatal dan lesi bertambah luas akibat
digaruk serta muncul rasa gatal dan lesi serupa di tempat lainnya.
Awalnya hanya sedikit kemerahan, lama kelamaan menjadi kemerahan
yang ditutupi selaput putih yang susah dibersihkan. Bercak-bercak
merah berdiameter 1 2 cm dengan jumlah cukup banyak. Sebelumnya
pasien sering berobat ke Puskesmas Mulyorejo dan Keluhan ini
dirasakan tidak sembuh-sembuh walaupun pasien sering ke Puskesmas.
d. Riwayat penyakit keluarga
Anggota keluarga tidak ada yang menderita psoriasis
e. Riwayat psikososial
Pasien mengatakan merasa malu dengan penyakitnya dan pasien jarang
keluar rumah maupun bersosialisasi dengan tetangga. Saat dilakukan
pemeriksaan pasien kurang kooperatif dan pasien tampak malu. Pasien
terlihat sering menutupi area lesi
3. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum:Baik
2) TTV:
a. TD: 110/70 mmhg
b. RR: 20x/menit
c. Nadi: 82x/menit
d. Suhu: 36, 5C
3) Kesadaran: Composmentis
4) Head to toe
a. Kepala
Kepala kotor, bentuk kepala simetris,tidak ada lesi, tidakada massa.
b. Leher
Bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis.
c. Mulut
Tidak ditemukan karies gigi, lidah kotor, membran mukosa kering,
tidak ada pembesaran kelenjar ludah.
d. Dada
1) Inspeksi:
Bentuk dada simetris, RR 20x/menit, adanya bercak- bercak merah,
bercak merah diameter 1-2 cm dengan jumlah banyak, adanya rasa
gatal, tampak ada lesi.
2) Palpasi
Pergerakan dada simetris, terabanya fokal fremitus
3) Perkusi

34

Suara redup
4) Auskultasi
Suara nafas tambahan tidak ada, Suara jantung S1 dan S2 tunggal
normal.
e. Abdomen
1) Inspeksi:
Tidak ada lesi, distensi abdomen tidak ada, bentuk abdomen simetris.
2) Palpasi:
Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
kelenjar limpa.
3) Perkusi
Suara timpani
4) Auskultasi
BisingUsus 14x/menit,
f. Ekstermitas
Bercak-bercak merah gatal yang menonjol pada kulit dengan pinggiran
merah pada kedua lutut dan tungkai bawah kanan dan kiri, siku, serta
kedua tangan dan lengan bawah kanan dan kiri, dan bokong. Tonus otot
baik, pasien terlihat lemah, tidak ada kram otot, tidak ada edema
g. Integumen
Adanya bercak- bercak merah, bercak merah diameter 1-2 cm dengan
3.2.
NO
.
1.

jumlah banyak, adanya rasa gatal, tampak ada lesi.


Analisa Data
DATA

ETIOLOGI

MASALAH

DS:
Pasien mengeluh bercak
merah yang gatal
DO:
1. Pasien tampak sering
menggaruk Bercakbercak merah yang
menonjol pada kulit
dengan pinggiran merah
pada kedua lutut dan
tungkai bawah kanan dan
kiri, siku, serta kedua
tangan dan lengan bawah
kanan dan kiri, dan
bokong
2. Pasien sering mengeluh
gatal
3. Pasien tampak tidak
rileks ketika rasa gatal

Gejala penyakit:
adanya lesi
eritema dan
skuama

Gangguan rasa
nyaman: gatal
(00214)

35

2.

3.

datang
DS:
Pasien mengatakan bercak
merah bertambah luas akibat
digaruk.
DO:
1. Bercak-bercak
merah
yang menonjol pada kulit
dengan pinggiran merah
pada kedua lutut dan
tungkai bawah kanan dan
kiri, siku, serta kedua
tangan dan lengan bawah
kanan dan kiri, dan
bokong.
2. Bercak-bercak
merah
berdiameter 1 2 cm
dengan jumlah cukup
banyak.
DS:
Pasien merasa malu dengan
penyakitnya
dan
pasien
jarang keluar rumah maupun
bersosialisasi
dengan
tetangga.
DO:
- Saat dilakukan pemeriksaan
pasien kurang kooperatif
dan pasien tampak malu
- Pasien
terlihat
sering
menutupi area lesi

Perubahan
morfologik dan
kerusakan sel
epidermis

Perubahan fungsi
tubuh

Kerusakan
integritas
(00046)

kulit

Gangguan citra
tubuh (00118)

1.3. Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan rasa nyaman: gatal (00214) berhubungan dengan gejala
penyakit: adanya lesi eritema dan skuama
2. Kerusakan integritas kulit (00046) berhubungan dengan perubahan
morfologik dan kerusakan sel epidermis
3. Gangguan citra tubuh (00118) berhubungan dengan perubahan fungsi
tubuh
3.4.

Interevensi Keperawatan

NO.

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

NOC

NIC

36

1.

Gangguan rasa nyaman:


gatal
(00214)
berhubungan
dengan
gejala penyakit: adanya
lesi eritema dan skuama

NOC :
1. Sleep Deprivation
2. Comfort, Readines
for Enchanced
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama .
gangguan rasa nyaman
pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
4. Status
lingkungan
yang
nyaman
5. Mengontrol
nyeri
6. Kualitas
tidur dan
istirahat
adekuat
7. Respon
terhadap
pengobatan
8. Status
kenyamana
n meningkat

NIC :
Pruritus
Management
1.Anjurkan pasien untuk
menjaga kebersihan
pakaian, alat mandi,
tempat tidur dan sisir.
2.Anjurkan untuk
membersihkan kepala
atau rambut minimal
2x seminggu
3.Anjurkan untuk tidak
menggaruk daerah
yang gatal tetapi
diusap
4.Kolaborasi medis untuk
pemberian obat untuk
mengatasi gatal.

2.

Kerusakan integritas kulit


(00046)
berhubungan
dengan
perubahan
morfologik dan kerusakan
sel epidermis

NOC :
Tissue Integrity : Skin and
Mucous Membranes
Wound Healing : primer
dan sekunder
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
selama..
kerusakan integritas kulit
pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
1. Perfusi
jaringan
normal
2. Tidak ada tandatanda infeksi
3. Menunjukkan
pemahaman dalam
proses
perbaikan
kulit
4. Mampu melindungi
kulit
dan
mempertahankan

NIC :
Pruritus
Management
Kaji tingkat
kerusakan kulit
Anjurkan klien
untuk mengenakan
pakaian longgar
Jaga kebersihan
kulit agar tetap
bersih dan kering
Jauhkan lesi dari
dari manipulasi dan
kontaminasi
Kolaborasi
pemberian obat
topical

1.
2.
3.
4.
5.

37

kelembaban
kulit
dan perawatan alami
5. Menunjukkan
terjadinya
proses
penyembuhan luka
3.

Gangguan citra tubuh NOC:


(00118)
berhubungan
1. Body image
dengan perubahan fungsi
2. Self esteem
tubuh
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama .
gangguan body image
pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
Body image positif
1. Mampu
mengidentifikasi
kekuatan personal
2. Mendiskripsikan
secara faktual
perubahan fungsi
tubuh
3. Mempertahankan
interaksi sosial

1.
2.

3.

4.

5.
6.

NIC :
Body Image
Enhancement
Kaji pola koping dan
tingkat harga diri
klien
Kaji kesiapan klien
dalam perawatan dan
libatkan klien dalam
mengambil
keputusan tentang
perawatan
Dorong klien untuk
mengungkapkan
perasaannya tentang
fisiknya
Jelaskan tentang
pengobatan,
perawatan, kemajuan
dan prognosis
penyakit
Ajarkan klien untuk
merawat dirinya.
Dorong klien untuk
meningkatkan
aktivitas sosialnya.

3.5. Evaluasi
1. Rasa nyaman terpenuhi
2. Kerusakan integritas kulit dapat teratasi
3. Citra tubuh positif

38

BAB 4
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Psoriasis penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa
bercak-bercak eritema berbatas tegas di tutupi oleh skuama tebal berlapislapis berwarna putih mengkilat.(Siregar, 2005). Penyebab psoriasis adalah
autoimun, terdapat predisposisi genetik tetapi secara pasti diturunkannya
tidak diketahui. Psoriasis tampaknya merupakan suatu penyakit keturunan
dan juga berhubungan dengan kekebalan dan respon peradangan. Selain
autoimun ada beberapa factor yang dapat menyebabkan psoriasis, yaitu
trauma, infeksi, stress, alkohol, dan endokrin.
Psoriasisi ini terbagi menjadi beberapa macam sesuai dengan gejala
yang ditimbulkan, yaitu plak psoriasis (psoriasis vulgaris), Psoriasis Gutata
(Guttate), Psoriasis Inversa, Psoriasis pustulosa/pustular, Psoriasis
eritroderma, Psoriasis eksudativa, dan Psoriasis seboroik. Tanda dan gejala

39

yang sering ditemukan pada kasus psoriasis ini adalah kulit penderita
psoriasis awalnya tampak seperti bintik merah yang makin melebar dan
ditumbuhi sisik lebar putih berlapis-lapis (tumbuhnya tidak selalu di
seluruh bagian kulit tubuh), lesi kulit yang pertama kali timbul biasanya
pada tempat-tempat yang mudah terkena trauma antara lain : siku, lutut,
sakrum, kepala dan genitalia, berupa makula eritematus dengan batas jelas,
tertutup skwama tebal dan transparan yang lepas pada bagian tetapi dan
lekat di bagian tengah. Bentuk yang paling sering dijumpai adalah bentuk
makula yaitu berupa bercak yang dapat bulat atau oval dengan diameter
satu sampai beberapa sentimeter. Psoriasis pada kulit kepala dapat
menyerupai ketombe. Penyakit psoriasis dapat disertai dengan atau tanpa
rasa gatal.
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penderita
psoriasis adalah anamnesa riwayat medis pasien, pemeriksaan fisik, dan
biopsy kulit. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mengobati
psoriasis ini dibagai menjadi lima, yaitu terapi non farmakologi, terapi
farmakologi, terapi biologi, fotokemoterapi, dan kombinasi terapi. Terapi
non farmakologi ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan munculnya
penyakit lain, seperti melakukan gaya hidup yang sehat. Terapi
farmakologi pada penanganan psoriasis dibagi menjadi dua, yaitu
pengobatan topical (keratolik, kortikosteroid topical, analog vitamin D,
dll.) dan sistemik (acitretin, siklosporin, dll). Pada terapi biologis, agen
imunomodulator dirancang untuk mempengaruhi respon imun merupakan
basis terapi penyakit kutan, seperti psoriasis dan atopik dermatitis. Agenagen tersebut, yang diproduksi secara invitro melalui teknologi
rekombinan DNA, dibagi menjadi 3 kategori, yaitu sitokin rekombinan
manusia, antibody monoclonal manusia, dan resptor monoklonal manusia.
Fotokemoterapi umumnya terdiri dari terapi dengan sinar ultraviolet B dan
PUVA. Jika monoterapi dengan agen sistemmik tidak memberikan hasil
optimal, kombinasi terapi sistemik dengan metode lain.
4.2.Saran
Setelah penyajian dari makalah asuhan keperawatan psoriasis ini,
diharapkan perawat khususnya mahasiswa perawat dapat menerapakan

40

pengetahuan dan konsep asuhan keperawatan mereka tentang penyakit


psoriasis sehingga bisa di terapkan di tempat bekerja. Semoga
makalah yang kami sajikan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan dapat diaplikasikan sehari-hari. Kritik dan saran
dari

teman-teman

sangat

kami

harapkan

demi

kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Buxton PK. Psoriasis, in: Buxton PK (ed), ABC of Dermatology, 4th ed. BMJ,
2003, Chapter 2. p. 8-12
Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa: Psoriasis, in: Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin, Ed 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. 2006.
p. 189-95
Djuanda A. 2010. In Adi D, kepala editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
Keenam. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Duarsa WN, et al. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit kulit dan
Kelamin RSUP Denpasar. Denpasar: Lab/SMF Ilmu Penyakit Kulitdan
Kelamin.
Farlex

C.

Psoriasis.

Thefreedictinionary.

Available

at:

http://medical-

dictionary.thefreedictionary.com/dict.aspx?word=Psoriasis+vulgaris.htm.
2012 (Accessed: Mei 16, 2016).
Finlay AY, Kelly SE. Psoriasis on Index of Disability. Clin Exp. Dermatol
1987;12:8-11

41

Finlay AY Coles EC. The Effect of Severity Psoriasis on the Quality of Life of
369 Patients . Br J Dermatol 1995;132:236-44.
Finlay AY. Quality of life assessments in dermatology. [internet]. 1998 [cited
2012Feb4]:17(4):291.Availablefrom:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
/98 59917
Ghajarzadeh M, Kheirkhan S, Ghiasi M, Hoseini N. Depression and Quality of
life in psoriasis and psoriatic arthritis patients. Irianian Journal of
Dermatology 2011;14:123-8
Graham R, Brown. 2005. Lecture Notes Dermatology 8th ed. Jakarta: Erlangga
Medical Series
Gudjonsson J. dan Elder J. 2012. Psoriasis Vulgaris. In: Wolff K., Goldsmith L.,
Katz S., Gilchrest B., Paller A., Leffell D. editors Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine8 th ed. New York: McGraw-Hill: 169
193.
Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis : Epidemiology. Clinic in dermatology
2007;25:535-46
Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest

BA,

Paller AS,

Leffell

DJ,

penyunting.

Fitzpatricks

Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York. McGraw-Hill;


2008:169-93
Grove T. The Pathogenesis of Psoriasis: Biochemical Aspects. Joint Vienna
Institutte. Availaible at: http://www.jyi.org/volume4/articles/grove.html.
July 24, 2009 (Accessed: December 17, 2012)
Idmgarut.

Diagnosis

dan

Terapi

Psoriasis,

Available

at:

http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/02/diagnosisdanterapi.htm.
February 02, 2009 (Accessed: December 17, 2012).
Langley R, Krueger G, Griffiths C. Psoriasis: Epidemiology, clinical features, and
quality of life. Ann Rheum Dis 2005:64(Suplemen II):ii18-23.
Lui

H.

Plaque

Psoriasis,

Emedicine.

http://www.emedicine.com/article/topic365.htm.

Available
September

30,

at:
2011

(Accessed: Mei 16, 2016).

42

Jacoeb TNA, Psoriasis Gambaran klinis dan Penilaian Keparahan. Dalam: Tjarta
A, Sularsito A, Kurniati DD, Rihatmaja R, penyunting. Metode Diagnostik
dan Penatalaksanaan Psoriasis dan Dermatitis Seboroik. Jakarta. FK UI.
2003: 1-13.
Peters BP, Weissman FG, Gill MA. Pathophysiology and Treatment of Psoriasis.
Am J Health-Syst Pharm. 2000: 57:645-59.
Rakhesh S.V, DSouza M, Sahai A. Quality of life in psoriasis: A study from south
India. Indian J Dermatol Venereol Leprol 2008;74:600-6.
Shikiar R, Mary KW, Martin MO, Christine ST, Dennis AR. 2006. The validity
and responsiveness of three quality of life measures in the assessment of
psoriasis patients: results of a phase II study. Health and Quality of Life
Outcomes [internet]. Available from: PubMed Central
Siregar RS. 1996. Atlas Berwarna: Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Sugianto YFR, Erdina HDP, Tjut NAJ, Oki S. 2011. Simposium Practical
Management of Psoriasis; 2011Okt 29; Jakarta
Voorhees AS, Fried R. Depression and quality of life in psoriasis. Postgraduate
Medicine 2009;121:154-61

43

Anda mungkin juga menyukai