HALAMAN JUDUL........................................................................................ 1
DAFTAR ISI......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................3
1.2 Tujuan.....................................................................................................4
1.3 Rumusan Masalah..................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................5
2.1 Anatomi Fisiologi..................................................................................5
2.2 Definisi...................................................................................................6
2.3 Etiologi...................................................................................................7
2.4 Patofisiologi...........................................................................................9
2.5 WOC....................................................................................................12
2.6 Klasifikasi............................................................................................13
2.7 Manifestasi Klinis................................................................................18
2.8. Derajat Psoriasis
2.9 Pemeriksaan Diagnostik.......................................................................19
2.10 Penatalaksanaan.................................................................................23
2.11 Komplikasi.........................................................................................26
2.12 Prognosis............................................................................................27
2.13 Konsep Asuhan Keperawatan............................................................28
BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................... 34
3.1 Pengkajian............................................................................................34
3.2 Analisa Data.........................................................................................37
3.3 Diagnosa Keperawatan........................................................................38
3.4 Interevensi Keperawatan......................................................................38
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 41
4.1 Kesimpulan.......................................................................................... 41
4.2 Penutup................................................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................43
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Psoriasis adalah suatu penyakit inflamasi kulit bersifat kronis residif, dapat
mengenai semua umur yang ditandai dengan plak kemerahan yang ditutupi
oleh sisik yang tebal berwarna putih keperakan dan berbatas tegas. Umumnya
lesi psoriasis berdistribusi secara simetris dengan predileksi terutama di
daerah siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genitalia (Schon
dkk. 2005; Simmon 2007; Gudjonsson dkk. 2012). Gejala fisik yang dapat
dijumpai
berupa
kulit
mudah
teriritasi,
lebih
sensitif,
gatal,
Rumusan Masalah
2.1.
Kulit dalah bagian tubuh paling luar. Segala kotoran, sinar matahari, asap
kendaraan yang menempel, akan berpengaruh. Kulit terdiri atas tiga bagian
utama, yaitu epidermis, dermis, dan hipodermis. Epidermis terdiri dari
stratum korneum yang kaya akan keratin, stratum lucidum, stratum
granulosum yang kaya akan keratohialin, stratum spinosum dan stratum basal
yang mitotik. Dermis terdiri dari serabut-serabut penunjang antara lain
kolagen dan elastin. Sedangkan hipodermis terdiri dari sel-sel lemak, ujung
saraf tepi, pembuluh darah dan pembuluh getah bening. pada kesehatan kulit.
Epidermis tersusun atas lapisan tanduk (lapisan korneum) dan lapisan
Malpighi. Lapisan korneum merupakan lapisan kulit mati, yang dapat
mengelupas dan digantikan oleh sel-sel baru. Lapisan Malpighi terdiri atas
lapisan spinosum dan lapisan germinativum. Lapisan spinosum berfungsi
menahan gesekan dari luar. Lapisan germinativum mengandung sel-sel yang
aktif membelah diri, mengantikan lapisan sel-sel pada lapisan korneum.
Lapisan Malpighi mengandung pigmen melanin yang memberi warna pada
kulit.
Lapisan dermis ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung
saraf, kelenjar keringat, dan kelenjar minyak. Kelenjar keringat menghasilkan
keringat. Banyaknya keringat yang dikeluarkan dapat mencapai 2.000 ml
5
setiap hari, tergantung pada kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu. Keringat
mengandung air, garam, dan urea. Fungsi lain sebagai alat ekskresi adalah
sebgai organ penerima rangsangan, pelindung terhadap kerusakan fisik,
penyinaran, dan bibit penyakit, serta untuk pengaturan suhu tubuh.
Pada suhu lingkungan tinggi (panas), kelenjar keringat menjadi aktif dan
pembuluh kapiler di kulit melebar. Melebarnya pembuluh kapiler akan
memudahkan proses pembuangan air dan sisa metabolisme. Aktifnya kelenjar
keringat mengakibatkan keluarnya keringat ke permukaan kulit dengan cara
penguapan. Penguapan mengakibatkan suhu di permukaan kulit turun
sehingga kita tidak merasakan panas lagi. Sebaliknya, saat suhu lingkungan
rendah, kelenjar keringat tidak aktif dan pembuluh kapiler di kulit
menyempit. Pada keadaan ini darah tidak membuang sisa metabolisme dan
air, akibatnya penguapan sangat berkurang, sehingga suhu tubuh tetap dan
tubuh tidak mengalami kendinginan. Keluarnya keringat dikontrol oleh
hipotalamus.
2.2.
Definisi
Psoriasi adalah suatu penyakit peradangan kronis pada kulit dimana
penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Penyakit
ini secara klinis sifatnya tidak mengancam jiwa dan tidak menular tetapi
karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja sehingga dapat
menurunkan kualitas hidup seseorang bila tidak dirawat dengan baik.
(Effendy, 2005)
Psoriasis penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa
bercak-bercak eritema berbatas tegas di tutupi oleh skuama tebal berlapislapis berwarna putih mengkilat.(Siregar, 2005)
2.3.
Etiologi
Penyebab psoriasis adalah auto imun, terdapat predisposisi genetik tetapi
secara pasti diturunkannya tidak diketahui (Gudjonsson, 2008). Psoriasis
2) Faktor genetik
Faktor genetik juga terkait dengan kejadian psoriasis. Alasan utama yang
mendukung hal ini adalah penelitian yang menunjukkan peningkatan
dengan
HLA-B27.
Psoriasis
merupakan
kelainan
penyelidikan
klinik,
sekitar
30-40
kasus
terjadi
psoriasis dan cepat menjalar bila kondisi pasien tidak stabil. Pada anakanak, eksaserbasi yang dihubungkan dengan stres terjadi lebih dari 90 %.
Stres psikis merupakan faktor pencetus utama. Tidak ditemukan gangguan
kepribadian pada penderita psoriasis. Adanya kemungkinan bahwa stres
psikologis dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan menerima
terapi.
4. Alkohol
Umumnya dipercaya bahwa alkohol berefek memperberat psoriasis tetapi
pendapat ini belum dikonfirmasi dan kepercayaan ini muncul berdasarkan
observasi pecandu alkohol yang menderita psoriasis. Peminum berat yang
telah sampai pada level yang membahayakan kesehatan sering ditemukan
pada pasien psorasis berat laki-laki dibandingkan penderita psorasis
lainnya. Kemungkinan alkohol yang berlebihan dapat mengurangi
kemampuan pengobatan dan juga adanya gejala stres menyebabkan
parahnya penyakit kulit.
5. Faktor endokrin : Puncak insiden psoriasis pada waktu pubertas dan
menopause. Pada waktu kehamilan umumnya membaik, sedangkan pada
masa pasca partus memburuk.
2.4.
Patofisiologi
Mekanisme imun yang diperantai oleh sel memainkan peranan penting
dalam perkembangan psoriasis. Aktivasi imun yang diperantai oleh sel T
inflamator pada kulit membutuhkan dua sinyal sel T yang dimediasi oleh
interaksi sel-sel antara permukaan protein dengan APC (antigen-presenting
cells), seperti sel dendritik dan makrofag. Sinyal pertama merupakan
interaksi antara reseptor sel T dengan antigen yang diperkenalkan oleh APC,
Pembelahan sel pada stratum basale terjadi setiap 1.5 hari, dan migrasi
keratinosit ke stratum corneum terjadi kira-kira dalam 4 hari. Karena sel-sel
mencapai
permukaan
dengan
sangat
cepat,
sel-sel
tersebut
tidak
Studi
terhadap antigen
histokompatibilitas
pada
pasien
2.5.
WOC
11
2.6.
Klasifikasi
Psoriasis dibagi menjadi beberapa macam sesuai dengan gejala yang di
timbulkan.
1. Plak Psoriasis ( Psoriasis Vulgaris )
Plak psoriasis, atau psoriasis vulgaris, merupakan jenis yang paling
umum terjadi pada hampir 80% pasien psoriasis. Lesi klasik psoriasis
biasanya berupa plak berwarna kemerahan berbentuk oval atau bulat, yang
berbatas tegas, dengan berskuama tebal berlapis yang berwarna keputihan
pada permukaan lesi. Lesi biasanya terdistribusi secara simetris pada
ekstensor ekstremitas, terutama di siku dan lutut, kulit kepala,
lumbosakral, bokong dan genital. Predileksi pada daerah lain termasuk
umbilikus dan intergluteal (Lui, 2011).
12
4 bulan dan dapat hilang spontan, tetapi kadang dapat sampai lebih dari
setahun. Sebagian besar dapat kambuh dalam 3-5 tahun. (Lui, 2011).
4.
13
5. Psoriasis Eritroderma
Tipe psoriasis ini sangat berbahaya, seluruh kulit penderita menjadi
merah matang dan bersisik, fungsi perlindungan kulit hilang, sehingga
penderita mudah terkena infeksi. Faktor presipitasi termasuk penggunaan
kortikosteroid sistemik, pemakaian kortikosteroid topikal yang berlebihan,
terapi topikal yang mengiritasi, komplikasi fototerapi, tekanan emosional
yang berat, penyakit terdahulu seperti infeksi. Biasanya lesi yang khas
untuk psoriasis tidak tampak lagi karena terdapat eritema dan skuama tebal
universal. Ada kalanya lesi psoriasis masih tampak samar-samar, yakni
lebih eritematosa dan kulitnya lebih meninggi Hanya 1-2% dari orang
yang menderita psoriasis memiliki psoriasis eritroderma. Manifestasi klinis
dapat berupa kemerahan yang luas, gatal, nyeri dan ketidaknyamanan
(Djuanda, 2010).
14
7. Psoriasis Seboroik
Psoriasis seboroik merupakan kelainan kulit berupa perdangan
superfisial dengan papuloskuamosa yang kronik dengan tempat predileksi
di daerah-daerah seboroik yakni daerah yang kaya akan kelenjar sebasea,
seperti pada kulit kepala, alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga,
15
Manifestasi Klinis
Perjalanan penyakit sangat bervariasi, dapat timbul tiba-tiba dan
berlangsung singkat selama beberapa hari/akut atau menetap selama beberapa
bulan atau tahun/kronik. Kekambuhan dapat timbul secara mingguan maupun
bulanan,sedangkan pada yang stabil kekambuhan jarang terjadi. Pada yang
sering kambuh, penyakitnya biasanya lebih berat dibandungan dengan yang
stabil sehingga memerlukan pengobatan lebih intensif (Djuanda, 2010).
Proses patologis penyakit ini merupakan gabungan dari hiperproliferasi
epidermis dan akumulasi sel-sel radang. Waktu transmit epidermis sangat
berkurang dari normal, yaiu 8-10 minggu, menjadi hanya beberapa hari. Juga
terdapat peningkatan vaskularisasi pada dermis bagian atas (Graham, 2005).
Kulit penderita psoriasis awalnya tampak seperti bintik merah yang makin
melebar dan ditumbuhi sisik lebar putih berlapis-lapis. Tumbuhnya tidak
selalu di seluruh bagian kulit tubuh, kadang-kadang hanya timbul pada
tempat-tempat tertentu saja, karena pergantian sel-sel kulit bagian lainnya
berjalan normal. Lesi kulit yang pertama kali timbul biasanya pada tempattempat yang mudah terkena trauma antara lain : siku, lutut, sakrum, kepala
dan genitalia, berupa makula eritematus dengan batas jelas, tertutup skuama
tebal dan transparan yang lepas pada bagian tetapi dan lekat di bagian tengah.
Skuama ini selalu menunjukkan gambaran menebal yang konstan dan
perlekatannya kendor.Bentuk yang paling sering dijumpai adalah bentuk
makula yaitu berupa bercak yang dapat bulat atau oval dengan diameter satu
sampai beberapa sentimeter. Bentuk ini akan statis dalam jangka waktu yang
lama yang apabila terjadi eksaserbasi dapat memberikan perubahan bentuk
16
2.8.
17
Skor PASI adalah metode yang paling sering digunakan dalam uji klinis.
Metode ini praktis dan cepat, namun memiliki variabilitas yang tinggi. Skor
PASI berkisar antara 0,0-72,0 dengan peningkatan sebesar 0,1 unit. Metode ini
pertama kali diperkenalkan oleh Fredriksson dan Pettersson
Ada 4 area tubuh yang diperiksa yaitu kepala leher, ekstremitas atas,
truncus, dan ekstremitas bawah. Langkah pertama ditentukan berdasar
cakupan area dan lesi yang terlihat akan didapatkan nilai A1 A4.
Karakteristik lesi yang harus diperiksa adalah adanya eritema (merah terang,
merah tetapi tidak terlalu gelap, sangat merah, merah tua), indurasi atau
ketebalan(1=0,25mm ; 2=0,5mm ; 3=1mm ; 4=1,25mm), dan scaling (1=lesi
datar ; 2=lesi tipis kasar ; 3=lesi tebal kasar ; 4=lesi sangat tebal dan sangat
kasar). Pada setiap bagian tubuh yang berbeda mempunyai perbedaan kualitas
dari lesi, skor PASI digunakan terpisah untuk menilai setiap bagian (Shikiar,
2006).
Langkah kedua, mengalikan setiap subtotal dari jumlah setiap bagian pada
area permukaan tubuh (A1x0,1 untuk kepala, A2x0,2 untuk ekstremitas atas,
A3x0,3 untuk bagian truncus, dan A4x0,4 untuk ekstremitas bawah) untuk
mendapatkan nilai B1 B4. Langkah ketiga, menentukan derajat dari setiap
bagian tubuh yang terkena lesi dengan satuan % (kepala leher 10%,
ekstremitas atas 20%, truncus 30%, dan ekstremitas bawah 40%.) dan skor 0
6, kemudian masing-masing skor dikalikan dengan setiap nilai B dengan hasil
C1 C4. Langkah terakhir yaitu dengan menjumlahkan nilai C1 C4 akan
didapatkan skor PASI.
C1 + C2 + C3 + C4 = skor PASI
Psoriasis ringan : 0 7
Psoriasis sedang : 8 12
Psoriasis berat : > 12
Pada metode BSA lebih mudah dilakukan. Dengan klasifikasi derajat
psoriasis ringan jika lesi mengenai sampai 3% dari seluruh permukaan tubuh,
psoriasis sedang jika lesi mengenail 3 10% permukaan tubuh, dan psoriasis
berat jika mengenai lebih dari 10% permukaan tubuh (Sugianto, 2011)
Pemeriksaan Diagnostik
2.9.
Diagnosis
dilakukan
berdasarkan
penemuan
lesi
psoriasis
pada
18
Gambar 1.11. Bentuk Lesi Psoriasis dengan Skuama Putih Tebal Berlapis
Pemeriksaan Histopatologi
Meningkatnya ketebalan epidermis, adanya nukleus di atas stratum
basale, dan keratin yang tebal berhubungan dengan turn over epidermis
yang meningkat. Karena epidermis terus membelah, lapisan ini tidak
berdiferensiasi dengan sempurna menjadi terkeratinisasi. Sel-sel ini
mudah terlepas dan menampakkan pembuluh darah di bawahnya. Hal
ini secara klinis dikenal sebagai Auspitz sign. Plak psoriasis dapat
diumpamakan sebagai tembok batu bata yang terburu-buru dibangun,
20
spongiform
kecil)
dalam
stratum
korneum,
penebalan
Pemeriksaan
laboratorium
yang
dilakukan
bertujuan
21
2.10.
1.
Penatalaksanaan
Terapi Non Farmakologi
Penyakit kronik seperti psoriasis tidak dapat sembuh total, pengobatan
secara farmakologi dilakukan untuk mengurangi gejala (rasa gatal,
kemerahan) yang timbul akibat psoriasis. Terapi Non Farmakologi
dilakukan untuk mencegah kemungkinan munculnya penyakit lain karena
psoriasis seperti diabetes, depresi, dan penyakit jantung. Orang dengan
psoriasis disarankan untuk melakukan gaya hidup yang sehat seperti :
Sebisa
mungkin
tidak
mengkonsumsi
alkohol,
jika
perlu
Menghindari stress
b. Sistemik
Lini
kedua,
meliputi
Siklosporin,
Metotreksat,Takrolimus,
Diberikan
untuk
pengobatan
psoriasis
pustulosa
23
Presentase
0%
5-20%
Kriteria
Tidak ada perubahan
Perubahan minimal : skuama dan atau eritema
20-50%
berkurang
Perubahan tampak jelas : semua plak mulai
50-95%
95%
24
tersisa hiperpigmentasi.
Efek samping fototerapi antara lain; kulit memerah, terasa gatal, tampak
membengkak, kulit melepuh (Gudjonnson, 2008).
5. Kombinasi terapi
Jika monoterapi dengan agen sistemmik tidak memberikan hasil
optimal, kombinasi terapi sistemik dengan metode lain mungkin dapat
memberikan manfaat. Kombinasi yang dapat dilakukan meliputi :
Acitretin + UV-B
Metotreksat + UV-B
PUVA + UV-B
Metotreksat + siklosporin
Rotasi terapi melibatkan penggunaan regimen biologi untuk
terapi
masuk
dalam
periode
pemeliiharaan
dengan
Komplikasi
Menurut Corwin (2009), komplikasi dari psoriasis adalah :
1. Infeksi kulit yang parah dapat terjadi
2. Artritis deformans yang mirip dengan artritis rematoid, disebut artritis
psoriatika, timbul pada sekitar 30-40% pasien psoriasis. Bila berat
psoriais dapat menjadi penyakit yang melemahkan
3. Berdampak pada penuruan harga diri pasien yang menimbulkanstres
psikologis, ansietas, depresi dan marah
Menurut Siregar (2004 : 95), komplikasi psoriasis adalah sebagai berikut :
1. Dapat menyerang sendi, menimbulkan arthritis psoriasis.
25
2.12.1 Pengkajian
1. Data demografi
Insiden psoriasis pada pria agak lebih banyak dari pada wanita,
psoriasis dapat terjadi pada semua usia, tetapi umumnya pada orang
dewasa muda. Onset penyakit ini umumnya kurang pada usia yang
sangat muda dan orang tua.Dua kelompok usia yang terbanyak adalah
pada usia antara 20 30 tahun dan yang lebih sedikit pada usia antara
50 60 tahun. Psoriasis lebih banyak dijumpai pada daerah dingin dan
lebih banyak terjadi pada musim hujan.
2. Keluhan utama
26
27
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Gangguan rasa nyaman:
gatal
(00214)
berhubungan
dengan
gejala penyakit: adanya
lesi eritema dan skuama
NOC
NIC
NOC :
NIC :
a. Sleep Deprivation
Pruritus
b. Comfort, Readines
Management
for Enchanced
1. Anjurkan
pasien
c. Setelah dilakukan
untuk
menjaga
tindakan
kebersihan pakaian,
keperawatan selama
alat mandi, tempat
. gangguan rasa
tidur dan sisir.
nyaman pasien
2. Anjurkan
untuk
teratasi dengan
membersihkan
kriteria hasil:
kepala atau rambut
28
d. Status lingkungan
yang nyaman
e. Mengontrol nyeri
f. Kualitas tidur dan
istirahat adekuat
g. Respon terhadap
pengobatan
h. Status kenyamanan
meningkat
2.
3.
NOC :
Tissue Integrity : Skin and
Mucous Membranes
Wound Healing : primer
dan sekunder
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
selama..
kerusakan integritas kulit
pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
a. Perfusi
jaringan
normal
b. Tidak ada tandatanda infeksi
c. Menunjukkan
pemahaman dalam
proses
perbaikan
kulit
d. Mampu melindungi
kulit
dan
mempertahankan
kelembaban
kulit
dan perawatan alami
e. Menunjukkan
terjadinya
proses
penyembuhan luka
minimal
2x
seminggu
3. Anjurkan untuk tidak
menggaruk daerah
yang gatal tetapi
diusap
4. Kolaborasi
medis
untuk
pemberian
obat untuk mengatasi
gatal.
1.
2.
3.
4.
5.
NIC :
Pruritus
Management
Kaji tingkat
kerusakan kulit
Anjurkan klien untuk
mengenakan pakaian
longgar
Jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan
kering
Jauhkan lesi dari dari
manipulasi dan
kontaminasi
Kolaborasi
pemberian obat
topical
NIC :
Infection
Control
(Kontrol infeksi)
1. Bersihkan
lingkungan setelah
dipakai pasien lain
2. Pertahankan teknik
isolasi
3. Batasi pengunjung
bila perlu
29
factor
yang 4. Instruksikan pada
mempengaruhi penularan
pengunjung untuk
serta penatalaksanaannya,
mencuci tangan saat
c. Menunjukkan
berkunjung
dan
kemampuan
untuk
setelah berkunjung
mencegah
timbulnya
meninggalkan
infeksi
pasien
d. Jumlah leukosit dalam 5. Cuci tangan setiap
batas normal
sebelum
dan
e. Menunjukkan
perilaku
sesudah
tindakan
hidup sehat
keperawatan
6. Gunakan
baju,
sarung
tangan
sebagai
alat
pelindung
7. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
8. Tingktkan
intake
nutrisi
9. Berikan
terapi
antibiotik bila perlu
Infection Protection
(proteksi
terhadap
infeksi)
1. Monitor tanda dan
gejala
infeksi
sistemik dan lokal
2. Monitor
hitung
granulosit, WBC
3. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap
kemerahan, panas,
drainase
4. Dorong
masukan
cairan
5. Instruksikan pasien
untuk
minum
antibiotik
sesuai
resep
6. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
30
4.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
NIC :
Body Image
Enhancement
Kaji pola koping dan
tingkat harga diri
klien
Kaji kesiapan klien
dalam perawatan dan
libatkan klien dalam
mengambil
keputusan tentang
perawatan
Dorong klien untuk
mengungkapkan
perasaannya tentang
fisiknya
Jelaskan tentang
pengobatan,
perawatan, kemajuan
dan prognosis
penyakit
Ajarkan klien untuk
merawat dirinya.
Dorong klien untuk
meningkatkan
aktivitas sosialnya.
Defisiensi
pengetahuan NOC :
NIC :
(00126)
berhubungan a. Kowlwdge : disease
Teaching : disease
dengan
kekurangan
process
Process
informasi tentang proses b. Kowledge : health
1. Berikan penilaian
penyakit
Behavior
tentang
tingkat
Kriteria Hasil :
pengetahuan
a. Pasien dan keluarga
pasien
tentang
menyatakan pemahaman
proses
penyakit
tentang penyakit, kondisi,
yang spesifik
prognosis dan program
2. Gambarkan tanda
pengobatan
dan gejala yang
b. Pasien dan keluarga
biasa muncul pada
mampu melaksanakan
penyakit, dengan
prosedur yang dijelaskan
cara yang tepat
secara benar
3. Gambarkan proses
c. Pasien dan keluarga
penyakit, dengan
mampu menjelaskan
cara yang tepat
kembali apa yang
4. Identifikasi
dijelaskan perawat/tim
kemungkinan
31
kesehatan lainnya.
penyebab, dengna
cara yang tepat
5. Sediakan informasi
pada
pasien
tentang
kondisi,
dengan cara yang
tepat
6. Diskusikan pilihan
terapi
atau
penanganan
7. Instruksikan pasien
mengenai
tanda
dan gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat
2.12.4. Evaluasi
1. Rasa nyaman terpenuhi
2. Kerusakan integritas kulit dapat teratasi
3. Citra tubuh positif
4. Klien menunjukkan pemahaman yang baik terhadap penyakitnya
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Tn. G umur 29 tahun berobat ke poli kulit Rumah Sakit Dr. Soetomo pada
hari senin tanggal 9 Mei 2016 pukul 10.00 WIB dengan keluhan muncul bercakbercak merah yang menonjol pada kulit dengan pinggiran merah pada punggung,
dada, kedua lutut dan tungkai bawah kanan dan kiri, kedua tangan dan lengan
bawah kanan dan kiri, sejak bulan Februari 2016 (3 bulan yang lalu). Bercak
merah awalnya muncul pada daerah dada dan punggung. Pasien menyadarinya
32
saat pasien menggaruk lesi karena gatal dan lesi bertambah luas akibat digaruk
serta muncul rasa gatal dan lesi serupa di tempat lainnya. Awalnya hanya sedikit
kemerahan, lama kelamaan menjadi kemerahan yang ditutupi selaput putih yang
susah dibersihkan. Bercak-bercak merah berdiameter 1 2 cm dengan jumlah
cukup banyak. Sebelumnya pasien sering berobat ke Puskesmas Mulyorejo dan
Keluhan ini dirasakan tidak sembuh-sembuh walaupun pasien sering ke
Puskesmas. Sehingga pasien merasa malu dengan penyakitnya dan pasien jarang
keluar rumah maupun bersosialisasi dengan tetangga. Saat dilakukan pemeriksaan
pasien kurang kooperatif dan pasien tampak malu. TTV TD 110/70 mmhg, RR 20
kali/menit, Nadi 82 kali/menit, Suhu 36,5 C.
0
3.1. Pengkajian
1. Identitas
Nama
: Tn. G
Umur
: 29 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Karyawan swasta
Alamat
: Mulyorejo
Dx Medis
: Psoriasis Vulgaris
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh muncul bercak-bercak merah gatal yang menonjol
pada kulit dengan pinggiran merah pada kedua lutut dan tungkai bawah
kanan dan kiri, siku, serta kedua tangan dan lengan bawah kanan dan
kiri, dan bokong.
b. Riwayat penyakit dahulu
Adanya faktor pemicu berupa stress dan kelelahan, pasien mempunyai
alergi terhadap debu.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh muncul bercak-bercak merah yang menonjol pada
kulit dengan pinggiran merah pada kedua lutut dan tungkai bawah
kanan dan kiri, kedua tangan dan lengan bawah kanan dan kiri, dan
siku, sejak bulan Februari 2016 (3 bulan yang lalu). Bercak merah
awalnya muncul pada daerah dada dan punggung. Pasien menyadarinya
33
saat pasien menggaruk lesi karena gatal dan lesi bertambah luas akibat
digaruk serta muncul rasa gatal dan lesi serupa di tempat lainnya.
Awalnya hanya sedikit kemerahan, lama kelamaan menjadi kemerahan
yang ditutupi selaput putih yang susah dibersihkan. Bercak-bercak
merah berdiameter 1 2 cm dengan jumlah cukup banyak. Sebelumnya
pasien sering berobat ke Puskesmas Mulyorejo dan Keluhan ini
dirasakan tidak sembuh-sembuh walaupun pasien sering ke Puskesmas.
d. Riwayat penyakit keluarga
Anggota keluarga tidak ada yang menderita psoriasis
e. Riwayat psikososial
Pasien mengatakan merasa malu dengan penyakitnya dan pasien jarang
keluar rumah maupun bersosialisasi dengan tetangga. Saat dilakukan
pemeriksaan pasien kurang kooperatif dan pasien tampak malu. Pasien
terlihat sering menutupi area lesi
3. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum:Baik
2) TTV:
a. TD: 110/70 mmhg
b. RR: 20x/menit
c. Nadi: 82x/menit
d. Suhu: 36, 5C
3) Kesadaran: Composmentis
4) Head to toe
a. Kepala
Kepala kotor, bentuk kepala simetris,tidak ada lesi, tidakada massa.
b. Leher
Bentuk leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran vena jugularis.
c. Mulut
Tidak ditemukan karies gigi, lidah kotor, membran mukosa kering,
tidak ada pembesaran kelenjar ludah.
d. Dada
1) Inspeksi:
Bentuk dada simetris, RR 20x/menit, adanya bercak- bercak merah,
bercak merah diameter 1-2 cm dengan jumlah banyak, adanya rasa
gatal, tampak ada lesi.
2) Palpasi
Pergerakan dada simetris, terabanya fokal fremitus
3) Perkusi
34
Suara redup
4) Auskultasi
Suara nafas tambahan tidak ada, Suara jantung S1 dan S2 tunggal
normal.
e. Abdomen
1) Inspeksi:
Tidak ada lesi, distensi abdomen tidak ada, bentuk abdomen simetris.
2) Palpasi:
Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
kelenjar limpa.
3) Perkusi
Suara timpani
4) Auskultasi
BisingUsus 14x/menit,
f. Ekstermitas
Bercak-bercak merah gatal yang menonjol pada kulit dengan pinggiran
merah pada kedua lutut dan tungkai bawah kanan dan kiri, siku, serta
kedua tangan dan lengan bawah kanan dan kiri, dan bokong. Tonus otot
baik, pasien terlihat lemah, tidak ada kram otot, tidak ada edema
g. Integumen
Adanya bercak- bercak merah, bercak merah diameter 1-2 cm dengan
3.2.
NO
.
1.
ETIOLOGI
MASALAH
DS:
Pasien mengeluh bercak
merah yang gatal
DO:
1. Pasien tampak sering
menggaruk Bercakbercak merah yang
menonjol pada kulit
dengan pinggiran merah
pada kedua lutut dan
tungkai bawah kanan dan
kiri, siku, serta kedua
tangan dan lengan bawah
kanan dan kiri, dan
bokong
2. Pasien sering mengeluh
gatal
3. Pasien tampak tidak
rileks ketika rasa gatal
Gejala penyakit:
adanya lesi
eritema dan
skuama
Gangguan rasa
nyaman: gatal
(00214)
35
2.
3.
datang
DS:
Pasien mengatakan bercak
merah bertambah luas akibat
digaruk.
DO:
1. Bercak-bercak
merah
yang menonjol pada kulit
dengan pinggiran merah
pada kedua lutut dan
tungkai bawah kanan dan
kiri, siku, serta kedua
tangan dan lengan bawah
kanan dan kiri, dan
bokong.
2. Bercak-bercak
merah
berdiameter 1 2 cm
dengan jumlah cukup
banyak.
DS:
Pasien merasa malu dengan
penyakitnya
dan
pasien
jarang keluar rumah maupun
bersosialisasi
dengan
tetangga.
DO:
- Saat dilakukan pemeriksaan
pasien kurang kooperatif
dan pasien tampak malu
- Pasien
terlihat
sering
menutupi area lesi
Perubahan
morfologik dan
kerusakan sel
epidermis
Perubahan fungsi
tubuh
Kerusakan
integritas
(00046)
kulit
Gangguan citra
tubuh (00118)
Interevensi Keperawatan
NO.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
NOC
NIC
36
1.
NOC :
1. Sleep Deprivation
2. Comfort, Readines
for Enchanced
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama .
gangguan rasa nyaman
pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
4. Status
lingkungan
yang
nyaman
5. Mengontrol
nyeri
6. Kualitas
tidur dan
istirahat
adekuat
7. Respon
terhadap
pengobatan
8. Status
kenyamana
n meningkat
NIC :
Pruritus
Management
1.Anjurkan pasien untuk
menjaga kebersihan
pakaian, alat mandi,
tempat tidur dan sisir.
2.Anjurkan untuk
membersihkan kepala
atau rambut minimal
2x seminggu
3.Anjurkan untuk tidak
menggaruk daerah
yang gatal tetapi
diusap
4.Kolaborasi medis untuk
pemberian obat untuk
mengatasi gatal.
2.
NOC :
Tissue Integrity : Skin and
Mucous Membranes
Wound Healing : primer
dan sekunder
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan
selama..
kerusakan integritas kulit
pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
1. Perfusi
jaringan
normal
2. Tidak ada tandatanda infeksi
3. Menunjukkan
pemahaman dalam
proses
perbaikan
kulit
4. Mampu melindungi
kulit
dan
mempertahankan
NIC :
Pruritus
Management
Kaji tingkat
kerusakan kulit
Anjurkan klien
untuk mengenakan
pakaian longgar
Jaga kebersihan
kulit agar tetap
bersih dan kering
Jauhkan lesi dari
dari manipulasi dan
kontaminasi
Kolaborasi
pemberian obat
topical
1.
2.
3.
4.
5.
37
kelembaban
kulit
dan perawatan alami
5. Menunjukkan
terjadinya
proses
penyembuhan luka
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
NIC :
Body Image
Enhancement
Kaji pola koping dan
tingkat harga diri
klien
Kaji kesiapan klien
dalam perawatan dan
libatkan klien dalam
mengambil
keputusan tentang
perawatan
Dorong klien untuk
mengungkapkan
perasaannya tentang
fisiknya
Jelaskan tentang
pengobatan,
perawatan, kemajuan
dan prognosis
penyakit
Ajarkan klien untuk
merawat dirinya.
Dorong klien untuk
meningkatkan
aktivitas sosialnya.
3.5. Evaluasi
1. Rasa nyaman terpenuhi
2. Kerusakan integritas kulit dapat teratasi
3. Citra tubuh positif
38
BAB 4
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Psoriasis penyakit kulit kronik residif dengan lesi yang khas berupa
bercak-bercak eritema berbatas tegas di tutupi oleh skuama tebal berlapislapis berwarna putih mengkilat.(Siregar, 2005). Penyebab psoriasis adalah
autoimun, terdapat predisposisi genetik tetapi secara pasti diturunkannya
tidak diketahui. Psoriasis tampaknya merupakan suatu penyakit keturunan
dan juga berhubungan dengan kekebalan dan respon peradangan. Selain
autoimun ada beberapa factor yang dapat menyebabkan psoriasis, yaitu
trauma, infeksi, stress, alkohol, dan endokrin.
Psoriasisi ini terbagi menjadi beberapa macam sesuai dengan gejala
yang ditimbulkan, yaitu plak psoriasis (psoriasis vulgaris), Psoriasis Gutata
(Guttate), Psoriasis Inversa, Psoriasis pustulosa/pustular, Psoriasis
eritroderma, Psoriasis eksudativa, dan Psoriasis seboroik. Tanda dan gejala
39
yang sering ditemukan pada kasus psoriasis ini adalah kulit penderita
psoriasis awalnya tampak seperti bintik merah yang makin melebar dan
ditumbuhi sisik lebar putih berlapis-lapis (tumbuhnya tidak selalu di
seluruh bagian kulit tubuh), lesi kulit yang pertama kali timbul biasanya
pada tempat-tempat yang mudah terkena trauma antara lain : siku, lutut,
sakrum, kepala dan genitalia, berupa makula eritematus dengan batas jelas,
tertutup skwama tebal dan transparan yang lepas pada bagian tetapi dan
lekat di bagian tengah. Bentuk yang paling sering dijumpai adalah bentuk
makula yaitu berupa bercak yang dapat bulat atau oval dengan diameter
satu sampai beberapa sentimeter. Psoriasis pada kulit kepala dapat
menyerupai ketombe. Penyakit psoriasis dapat disertai dengan atau tanpa
rasa gatal.
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penderita
psoriasis adalah anamnesa riwayat medis pasien, pemeriksaan fisik, dan
biopsy kulit. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mengobati
psoriasis ini dibagai menjadi lima, yaitu terapi non farmakologi, terapi
farmakologi, terapi biologi, fotokemoterapi, dan kombinasi terapi. Terapi
non farmakologi ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan munculnya
penyakit lain, seperti melakukan gaya hidup yang sehat. Terapi
farmakologi pada penanganan psoriasis dibagi menjadi dua, yaitu
pengobatan topical (keratolik, kortikosteroid topical, analog vitamin D,
dll.) dan sistemik (acitretin, siklosporin, dll). Pada terapi biologis, agen
imunomodulator dirancang untuk mempengaruhi respon imun merupakan
basis terapi penyakit kutan, seperti psoriasis dan atopik dermatitis. Agenagen tersebut, yang diproduksi secara invitro melalui teknologi
rekombinan DNA, dibagi menjadi 3 kategori, yaitu sitokin rekombinan
manusia, antibody monoclonal manusia, dan resptor monoklonal manusia.
Fotokemoterapi umumnya terdiri dari terapi dengan sinar ultraviolet B dan
PUVA. Jika monoterapi dengan agen sistemmik tidak memberikan hasil
optimal, kombinasi terapi sistemik dengan metode lain.
4.2.Saran
Setelah penyajian dari makalah asuhan keperawatan psoriasis ini,
diharapkan perawat khususnya mahasiswa perawat dapat menerapakan
40
teman-teman
sangat
kami
harapkan
demi
DAFTAR PUSTAKA
Buxton PK. Psoriasis, in: Buxton PK (ed), ABC of Dermatology, 4th ed. BMJ,
2003, Chapter 2. p. 8-12
Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa: Psoriasis, in: Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin, Ed 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. 2006.
p. 189-95
Djuanda A. 2010. In Adi D, kepala editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
Keenam. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Duarsa WN, et al. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit kulit dan
Kelamin RSUP Denpasar. Denpasar: Lab/SMF Ilmu Penyakit Kulitdan
Kelamin.
Farlex
C.
Psoriasis.
Thefreedictinionary.
Available
at:
http://medical-
dictionary.thefreedictionary.com/dict.aspx?word=Psoriasis+vulgaris.htm.
2012 (Accessed: Mei 16, 2016).
Finlay AY, Kelly SE. Psoriasis on Index of Disability. Clin Exp. Dermatol
1987;12:8-11
41
Finlay AY Coles EC. The Effect of Severity Psoriasis on the Quality of Life of
369 Patients . Br J Dermatol 1995;132:236-44.
Finlay AY. Quality of life assessments in dermatology. [internet]. 1998 [cited
2012Feb4]:17(4):291.Availablefrom:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
/98 59917
Ghajarzadeh M, Kheirkhan S, Ghiasi M, Hoseini N. Depression and Quality of
life in psoriasis and psoriatic arthritis patients. Irianian Journal of
Dermatology 2011;14:123-8
Graham R, Brown. 2005. Lecture Notes Dermatology 8th ed. Jakarta: Erlangga
Medical Series
Gudjonsson J. dan Elder J. 2012. Psoriasis Vulgaris. In: Wolff K., Goldsmith L.,
Katz S., Gilchrest B., Paller A., Leffell D. editors Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine8 th ed. New York: McGraw-Hill: 169
193.
Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis : Epidemiology. Clinic in dermatology
2007;25:535-46
Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest
BA,
Paller AS,
Leffell
DJ,
penyunting.
Fitzpatricks
Diagnosis
dan
Terapi
Psoriasis,
Available
at:
http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/02/diagnosisdanterapi.htm.
February 02, 2009 (Accessed: December 17, 2012).
Langley R, Krueger G, Griffiths C. Psoriasis: Epidemiology, clinical features, and
quality of life. Ann Rheum Dis 2005:64(Suplemen II):ii18-23.
Lui
H.
Plaque
Psoriasis,
Emedicine.
http://www.emedicine.com/article/topic365.htm.
Available
September
30,
at:
2011
42
Jacoeb TNA, Psoriasis Gambaran klinis dan Penilaian Keparahan. Dalam: Tjarta
A, Sularsito A, Kurniati DD, Rihatmaja R, penyunting. Metode Diagnostik
dan Penatalaksanaan Psoriasis dan Dermatitis Seboroik. Jakarta. FK UI.
2003: 1-13.
Peters BP, Weissman FG, Gill MA. Pathophysiology and Treatment of Psoriasis.
Am J Health-Syst Pharm. 2000: 57:645-59.
Rakhesh S.V, DSouza M, Sahai A. Quality of life in psoriasis: A study from south
India. Indian J Dermatol Venereol Leprol 2008;74:600-6.
Shikiar R, Mary KW, Martin MO, Christine ST, Dennis AR. 2006. The validity
and responsiveness of three quality of life measures in the assessment of
psoriasis patients: results of a phase II study. Health and Quality of Life
Outcomes [internet]. Available from: PubMed Central
Siregar RS. 1996. Atlas Berwarna: Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Sugianto YFR, Erdina HDP, Tjut NAJ, Oki S. 2011. Simposium Practical
Management of Psoriasis; 2011Okt 29; Jakarta
Voorhees AS, Fried R. Depression and quality of life in psoriasis. Postgraduate
Medicine 2009;121:154-61
43