Anda di halaman 1dari 30

INKOMPATIBILITAS ABO

KELOMPOK
5
AJ-2 / B18

THE HIS
GROUP

KONSEP TEORI

PENGERTIAN
Inkompabilitas ABO merupakan suatu
kondisi ketidakcocokan antara golongan
darah. Keadaan ini dapat terjadi karena
kesalahan memberikan tranfusi darah dari
donor ke penerima dan ketidaksesuaian
golongan darah ibu ke janinnya pada
waktu kehamilan (Wagle, 2010).
Inkompatibilitas golongan darah ABO lebih
sering ditemukan di Indonesia dibanding
inkompatibilitas golongan darah lainnya
(Wiknjosastro, 2007).

Inkompatibilitas ABO
kesalahan tranfusi
Disebabkan karena
ketidaksesuaian
golongan darah
antara resipien
dengan pendonor.
Terjadi lethal
tranfusion reaction

Reaksi hemolitik
pada kejadian
inkompatibilitas ABO
dapat terjadi secara
akut dan secara
lambat (Rizky
Adriansyah, 2009).

Inkompatibilitas ABO
Kondisi Kehamilan
(neonatus)
Disebabkan oleh
ketidakcocokan dari
golongan darah ibu
dengan golongan darah
janin, dimana umumnya
ibu bergolongan darah O
dan janinnya bergolongan
darah A, atau B, atau AB.
Terjadi reaksi antibodi Ig
G pada ibu golongan
darah O dengan antigen
dari eritrosit bayi.

ETIOLOGI
1.) Akibat kesalahan tranfusi
Ketidaksesuaian golongan darah pendonor dengan penerima
reaksi penghancuran pada eritrosi pendonor oleh antibodi
penerima (lethal tranfusion reaction).
2.) Akibat kondisi kehamilan (Ibu ke Neonatus)
Reaksi antibodi anti-A dan anti-B (IgG) yang muncul
secara natural dan dapat melewati plasenta
masuk
kedalam peredaran darah janin bertemu dengan
antigen dari eritrosit janin dalam kandungan sel-sel
eritrosit janin akan diselimuti dengan antibodi terjadi
aglutinasi dan hemolisis
Robekan pada membran plasenta ( akibat previa plasenta,
abruptio placenta, trauma, dan amniosentesis) yang
memisahkan darah maternal dengan darah fetal
hemolisis yang berat ketidaksesuaian golongan darah
ibu dan janin

MANIFESTASI KLINIS
Inkompatibilitas ABO kesalahan tranfusi
Gejala umum tidak spesifik
Dapat berupa demam menggigil, nyeri kepala,
nyeri pada panggul, sesak napas, hipotensi,
hiperkalemia, dan urin berwarna kemerahan atau
keabuan (hemoglobinuria).
Pada reaksi hemolitik akut yang terjadi di
intravaskular dapat timbul komplikasi yang berat
berupa disseminated intravascular coagulation
(DIC), gagal ginjal akut (GGA), dan syok (Joyce
Poole, 2001).

Inkompatibilitas ABO Kondisi Kehamilan (neonatus)


Manifestasi terhadap janin bervariasi mulai dari ikterus ringan dan
anemia sampai hidrops fetalis.
Manifestasi yang muncul pada bayi setelah persalinan meliputi:
1) Asfiksia
2) Pucat (oleh karena anemia)
3) Distres pernafasan
4) Jaundice
5) Hipoglikemia
6) Hipertensi pulmonal
7) Edema (hydrops, berhubungan dengan serum albumin yang
rendah)
8) Koagulopati (penurunan platelets dan faktor pembekuan darah)
9) Ikterus mengarah pada Kern ikterus oleh
karenahiperbilirubinemia
(University of Califorrnia, 2004).

WOC

KOMPLIKASI
Inkompatibilitas ABO kesalahan tranfusi
Dalam kasus ini penderita dapat mengalami masalah yang
serius hingga kematian. Penatalaksanaan yang tepat dapat
menyelamatkan jiwa penderita. Komplikasi yang mungkin
muncul pada inkompatibilitas ABO sebagai akibat reaksi
tranfusi adalah gagal ginjal, syok anafilaktik, dan kematian
(Rizky Adriansyah, et.al., 2009).
Inkompatibilitas ABO Kondisi Kehamilan (neonatus)
Apabila janin sampai aterm dilahirkan hidup maka dapat
terjadi ikterus yang dapat mengarah pada ikterus patologis
atau hiperbilirubinemia. Apabila hal ini tidak ditangani
secara tepat dapat menimbulkan kematian atau kelainan
perkembangannya seperti gangguan perkembangaan
mental, tuli, lambat bicara dan lain-lain (Suryo, 2005).

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada inkompatibilitas ABO
kesalahan
tranfusi
1) Pemeriksaan crossmatch ulang antara darah pendonor
dan penerima
2) Direct Antiglobulin Test (DAT)
3) Pemeriksaan serologis rhesus
4) Urinalisis didapatkan adanya hemoglobinuria
5) Pemeriksaan lain untuk mengetahui komplikasi dari
reaksi hemolitik, antara lain:
) Renal function test
) LDH, bilirubin dan haptoglobin
) Status koagulasi (prothrombin time, partial
thromboplastin time, dan fibrinogen)
(Rizky Adriansyah, et.al., 2009).

Pemeriksaan penunjang pada Inkompatibilitas


ABO neonatus, meliputi:
1.) Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan Klinis merujuk pada pemeriksaan klinis
pada ikterus neonatorum karena secara klinis neonatus
akan mengalami ikterus/ hiperbilirubinemia.
Pemeriksaan klinis ikterus dilakukan menggunakan
pencahayaan yang memadai menggunakan metode
Kramer.

Sumber: (Djoko Waspodo et.al.,

2.) Hitung Sel Darah Merah


Pada kasus inkompatibilitas ABO pada neonatus, pemeriksaan sel darah
merah menunjukkan adanya retikulositosis (retikulosit > 4, 6%) dan
mikrosferosit pada hapusan darah tepi (Desiana Dharmayani, et.al., 2009)
3.) Direct Coomb Test (DCT)
Neonatus yang mengalami inkompatibilitas ABO, menunjukkan hasil positif
pada pemeriksaan ini. Tujuan dari pemeriksaan DCT untuk mengetahui
apakah sel darah merah diselubungi oleh IgG atau komplemen.

(Sumber: Armanath Bhide, et.al., 2015)

PENATALAKSANAAN
Inkompatibilitas ABO pada Kesalahan Tranfusi
1) Pemberian tranfusi harus diberhentikan
2) Pemberian cairan intravena dilakukan dengan
hidrasi PZ (3000ml/m2/hari)
3) Untuk pencegahan GGA:
4) Dapat diberikan dopamin dosis rendah 1-5
mcg/kg/menit
5) Diuretik osmotik: manitol (100 ml/kg/hari),
selanjutnya diberikan 30ml/kg/hari atau furosemid
1-2ml/kgBB
6) Jika dijumpai tanda DIC, pertimbangkan untuk
dilakukan tranfusi FFP, kriopresipitat, dan/ atau
trombosit
(Rizky Adriansyah, et.al., 2009).

Inkompatibilitas ABO pada Kondisi Kehamilan


(Neonatus)
1) Tatalaksana pada inkompatibilitas ABO dengan
ikterus fisiologis di rumah adalah:
Anjurkan ibu untuk menyusui bayi secara dini, dan
ASI eksklusif lebih sering minimal tiap 2 jam.
Jika bayi tidak dapat menyusu, ASI eksklusif dapat
diberikan melalui pipa nasogastrik atau dengan
gelas dan sendok
Gendong bayi untuk mendapatkan sinar matahari
pagi selama 30 menit pada pukul 07.00-07.30 WIB,
dalam 3-4 hari (Tunjung Wibowo, 2010)
Pada dasarnya inkompatibilitas ABO dengan ikterus
fisiologis tidak memerlukan penanganan khusus dan
dapat menjalani rawat jalan dengan nasehat untuk
kembali jika ikterik berlangsung lebih dari 2 minggu
(Djoko Waspodo et.al., 2010)

2) Pemberian fototerapi
Fototerapi merupakan terapi yang dilakukan dengan menggunakan
cahaya dari lampu fluorescent khusus dengan intensitas tinggi,
secara umum metode ini efektif untuk mengurangi serum bilirubin
dan mencegah ikterus (Potts and Mandleco, 2007).
Fototerapi diberikan pada bayi yang mengalami ikterus berat,
kemudian tentukan apakah bayi memiliki faktor resiko, seperti:
BBLR, preterm, dan hemolisis. Hentikan fototerapi jika bilirubin
serum berada di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar, akan
tetapi jika bilirubin serum berada pada atau di atas nilai yang
dibutukan terapi sinar, maka lanjutkan fototerapi. Fototerapi
dihentikan jika kadar bilirubin serum kurang dari 13mg/dL.
3)
Pemberian tranfusi albumin
4) Tranfusi tukar (darah)
5) Suplementasi zat gizi
Pemberian suplementasi zat besi elemental diperlukan untuk
mendukung proses eritropoiesis yang efektif. Dosis 6
mg/kgBB/hari.
(Sumber: Risalina Myrtha, 2014)

KONSEP ASKEP

PENGKAJIAN
1) Data Demografi :
Pada inkompatibilitas ABO kesalahan tranfusi, data
pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin,
Pada inkompatibilitas ABO neonatus meliputi data bayi
(nama, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, usia, agama,
suku bangsa, alamat) dan data orang tua (nama, usia,
pendidikan, perkawinan, pekerjaan, alamat, penghasilan,
golongan darah)
2) Keluhan Utama :
Pada inkompatibilitas ABO kesalahan tranfusi, meliputi :
demam, menggigil, nyeri kepala, nyeri pada panggul, sesak napas,
dan urin berwarna kemerahan atau keabuan.
Pada inkompatibilitas ABO neonatus, biasanya bayi dirawat
karena kuning pada wajah dan seluruh tubuh lebih dari 1 hari,
pucat, bengkak, dan sesak napas.

3) Riwayat penyakit sekarang :


Pada inkompatibilitas ABO kesalahan tranfusi :
kronologi tindakan tranfusi yang didapat sampai
waktu muncul reaksi yang dirasakan seperti demam,
menggigil, dll setelah mendapat terapi tranfusi.
Pada inkompatibilitas ABO neonatus : kronologi
munculnya kondisi kuning, sejak kapan, berapa
lama, riwayat tindakan yang diberikan dirumah
samapai MRS.
4) Riwayat Penyakit Dahulu :
Pada inkompatibilitas ABO kesalahan tranfusi :
riwayat penyakit sebelunya yang diderita, indikasi
tranfusi, riwayat MRS.
Pada neonatus meliputi riwayat kehamilan dan
persalinan serta riwayat penyakit penyerta pada ibu.

Pemeriksaan Fisik
Pada inkompatibilitas
ABO
kesalahan tranfusi
meliputi :
A (Airway)
:
Distress pernapasan
B (Breathing) :
RR meningkat
(>20x/menit), sesak
nafas, pernafasan
cuping hidung.
C (Circulation) :
Pasien menggigil,
sianosis, pucat,
hipertermi, hipotensi.

Pada inkompatibilitas neonatus


meliputi :
Kondisi umum
Kesadaran
Pemeriksaan Primary Survey
A (Airway) :
Inkompatibilitas pada kondisi
kehamilan biasanya menyebabkan
asfiksia dan distress pernapasan
B (Breathing) :
Distress pernapasan pada
inkompatibilitas pada
kondisi kehamilan dan sesak napas
pada kondisi kesalahan transfusi
C (Circulation) :
Haemorrhage control (Anemia,
hipotensi,
Hemoglobinuria)

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

Pada inkompatibilitas ABO Kesalahan


Tranfusi :
1) Gangguan perfusi jaringan perifer b.dgangguan
transportasi oksigen
2) Hipertermi b.d peningkatan metabolisme
3) Gangguan perfusi jaringan serebral b.d
gangguan transportasi oksigen di otak.
4) Kelebihan volume cairan b.d penurunan
mekanisme pengaturan urin.
5) Kerusakan integritas kulit b.d gangguan kondisi
metabolic.
6) Risiko perdarahan b.d terjadinya fibrinolisis.

Pada inkompatibilitas ABO Kondisi


Kehamilan (Ibu-Neonatus) :
1) Gangguan pertukaran gas b.d gangguan
suplai oksigen dan ketidakseimbangan
ventilas
2) Neonatal jaundice berhubungan dengan
hiperbilirubinemia sekunder umur bayi
kurang dari 7 hari
3) Kerusakan integritas kulit b.d kondisi
gangguan metabolik
4) Intoleransi aktivitas b.dketidakseimbangan
antara suplai oksigen dengan kebutuhan.
5) Kerusakan mobilitas fisik b.dgangguan
metabolisme di otak.

INTERVENSI sesuai
NANDA-NOC & NIC

STUDI KASUS

KASUS
Bayi A putri dari Ny. S lahir pada tanggal 24
April 2016, usia kehamilan 38 minggu. Lahir
melalui operasi sectio caesaria atas indikasi
partus lama. Bayi aterm dengan berat lahir
pasien 2200 gram dengan panjang badan 46
cm. Lahir dengan keadaan tanpa cacat dan
pasien mengalami ikterik di seluruh tubuh.
Perdarahan (-), pucat (-), muntah (-), kejang
(-), demam (-), refleks hisap baik, minum
habis 70 cc, tonus otot baik, BAB dan BAK
normal.

PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 26 April 2016
1) Identitas
Pasien
Nama : Bayi M
Tempat / Tanggal Lahir : Surabaya/ 24 April 2016
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Jl. Mulyorejo Barat Gang 1 No 46
Orang Tua Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Perkawinan : Pertama
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Penghasilan : Rp. 2.000.000,- / bulan
Golongan Darah : O

2) Keluhan Utama :
Dirawat karena kulit tampak kuning sejak lahir, sering
menangis merintih dan sesak nafas.
3) Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien lahir pada tanggal 24 April 2016 pukul 15.15
WIB dengan cara operasi sectio caesaria atas indikasi
partus lama. Pasien terlihat ikterik di seluruh tubuh.
Berat lahir pasien 2200 gram dengan panjang badan
46 cm. Pasien tidak memiliki kelainan bawaan, anus
(+). Tindakan resusitasi yang dilakukan pada pasien
adalah penghisapan lendir dan pemberian oksigen.
APGAR Score 8/9. Minum ASI habis 70 cc. Mekoneum
(+), BAK (+). Pada 26 Maret 2010 pukul 11.15 WIB.
Pasien terlihat sesak nafas, sering menangis merintih,
nafas cuping hidung (+), sianosis (-). Oleh karena itu
pasien dipindahkan ke ruang rawat perinatologi RS
Universitas Airlangga.

4) Riwayat Kehamilan dan Persalinan


Pasien dikandung selama 38 minggu. Selama hamil
ibu pasien rutin kontrol setiap bulan ke bidan.
Selama hamil ibu pasien mengeluh tidak nafsu
makan, sakit gigi, muntah sesudah minum susu,
dan berat badan ibu hanya naik 5 kg. Ibu pasien
tidak pernah sakit selama hamil, tekanan darah
selalu dalam batas normal, riwayat kencing manis
disangkal, dan tidak pernah mengkonsumsi obatobatan dan jamu. Golongan darah ibu adalah O,
tidak tahu rhesus (+) atau (-). Pada kehamilan 38
minggu ketuban pecah, lalu ibu dibawa ke RS
Universitas Airlangga. Karena pembukaan tidak juga
lengkap, dokter kandungan memutuskan untuk
melakukan operasi caesar pada 15,5 jam setelah
ketuban pecah, warna ketuban jernih.

5)

Genogram

ASKEP KASUS

SEKIAN DAN TERIMA


KASIH

Anda mungkin juga menyukai