OLEH:
KELOMPOK I
1. ADELIA PRADITA
2. BEKTI ISTIANI
3. DWI PURNAMA SARI
4. ENDRA KURNIAWAN PARINDURI
5. LIZZA WIRMA
6. MERRY SELVIANA
7. RANI AYU PUTRI UTAMI
8. RAYTIAH MARIANI
9. RESI SALSUDA
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kepada Allah SWT atas karunia dan kasih sayang-Nya
sehingga Laporan Akhir Stase Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rawas 1.1
Instalasi Rawat Inap H RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2017 dapat selesai tepat
pada waktunya. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas program profesi ners manajemen
keperawatan.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ns. Eka Yulia Fitri, M.Kep selaku penanggung jawab program profesi stase manajemen
keperawatan.
2. Ibu Mutia Nadra Maulida, S.Kep., Ns., M.Kes., M.Kep selaku pembimbing akademik
program profesi stase manajemen keperawatan yang telah memberikan saran dan masukan
selama penyusunan laporan ini.
3. Ibu Indah Permatasari, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing akademik program profesi
stase manajemen keperawatan yang telah memberikan saran dan masukan selama
penyusunan laporan ini.
4. Ibu Neza Purnamasari, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing akademik program profesi
stase manajemen keperawatan yang telah memberikan saran dan masukan selama
penyusunan laporan ini.
5. Ibu Hj. Warnides, S.Kep., Ns selaku kepala instalasi Rawat Inap Ruang Rawas 1.1 Gedung
H RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
6. Ibu Evi Yuni Mistati, S.Kep., Ns selaku Kepala Ruang Rawat Inap Rawas 1.1 Instalasi
Rawat Inap H RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
7. Staf perawat di ruang rawat inap Rawas 1.1 Instalasi Rawat Inap H RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang atas kesediaannya menerima dan memberikan bimbingan klinik selama
penyusunan dan pelaksanaan praktek Manajemen Keperawatan di ruangan.
Penyusun menyadari dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
ii
Palembang, Desember 2017
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Tujuan Praktik......................................................................................................................3
C. Manfaat Praktik....................................................................................................................3
1. Karakteristik Unit.................................................................................................................7
a. Filosofi Keperawatan........................................................................................................7
iv
g. Model Layanan...............................................................................................................17
a. Karakteristik Pasien........................................................................................................21
a. Flow of Care...................................................................................................................26
b. Manajement Unit.............................................................................................................28
4. Lingkungan Kerja...............................................................................................................63
a. Lingkungan Fisik................................................................................................................63
a. Pendokumentasian Askep...............................................................................................80
8. Patients Safety....................................................................................................................96
a. Keselamatan Pasien.........................................................................................................96
A. Analisa Data......................................................................................................................112
B. Perencanaan......................................................................................................................127
v
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................112
Daftar Pustaka.................................................................................................................................vi
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan mempunyai
daya ungkit yang besar dalam mencapai tujuan pembangunan bidang kesehatan.
Keperawatan sebagai profesi dan perawat sebagai tenaga profesional bertanggung jawab
untuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki
secara mandiri maupun bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain. Pengembangan
karir perawat merupakan suatu perencanaan dan penerapan rencana karir yang dapat
digunakan untuk penempatan perawat pada jenjang yang sesuai dengan keahliannya, serta
menyediakan kesempatan yang lebih baik sesuai dengan kemampuan dan potensi perawat
(Azwir, Ayuningtyas & Riastuti, 2010).
Perawat merupakan sumber daya manusia yang ikut mewarnai pelayanan kesehatan di
rumah sakit, karena selain jumlahnya yang dominan juga merupakan profesi yang
memberikan pelayanan yang konstan dan terus menerus 24 jam kepada pasien setiap hari.
Oleh karena itu pelayanan keperawatan memberi konstribusi dalam menentukan kualitas
pelayanan di rumah sakit. Sehingga setiap upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
rumah sakit harus juga disertai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan
salah satunya dengan peningkatan kinerja perawat (Julianto, 2015).
Sesuai dengan tuntutan profesi keperawatan dan global bahwa setiap perkembangan dan
perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi. Pengembangan keperawatan dimasa depan yang menjadi prioritas
utama adalah manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan dapat diaplikasikan dalam
pelayanan di Rumah Sakit maupun di Komunitas (Julianto, 2015).
1
dari prinsip dan metode yang berkaitan pada instusi yang besar dan organisasi keperawatan
di dalamnya, termasuk setiap unit. Teori ini meliputi pengetahuan tentang misi dan tujuan
dari institusi tetapi dapat memerlukan pengembangan atau perbaikan termasuk misi atau
tujuan devisi keperawatan. Dari pernyataan pengertian yang jelas perawat manajer
mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis untuk pelayanan keperawatan (Mayasari,
2009, dikutip Surianto, Sari & Jurni, 2016).
Kegiatan yang dilakukan adalah menganalisa manajemen keperawatan ruang Rawas 1.1
yang selanjutnya dapat menjadi pertimbangan dalam perubahan manajemen keperawatan
yang lebih baik. Selain itu, mahasiswa juga memperagakan role play kegiatan di ruang
2
Rawas 1.1 seperti menjadi Kepala Ruangan, Ketua Tim dan Perawat Pelaksana. Setelah
program kegiatan tersebut dilakukan maka mahasiswa beserta perawat ruangan melakukan
evaluasi pelaksanaan kegiatan.
B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
Melaksanakan praktik manajemen keperawatan dengan melakukan dasar pengelolaan
unit pelayanan keperawatan di Ruang Rawas 1.1 IRNA H RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang sesuai dengan langkah-langkah dalam manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan kajian situasi di unit pelayanan sebagai dasar untuk menyusun rencana
strategis dan operasional unit yang meliputi data tentang ketenagaan (man), metode
(method),sarana dan prasarana (material), mechine, money.
C. Manfaat Praktik
1. Bagi Mahasiswa
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa dalam menerapkan
praktik manajeman keperawatan di ruang Rawas 1.1 RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang.
2. Bagi ruang Rawas 1.1
Diharapkan program kerja manajemen keperawatan yang direncanakan dapat memberi
manfaat bagi perawat di ruangan dan rumah sakit agar asuhan keperawatan dapat
dilakukan secara optimal yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan.
3
BAB II
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANGAN
4
diresmikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia dan mulai operasional
berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama No. KR.01.06.1.583. Graha
Spesialis tersebut merupakan salah satu pelayanan unggulan RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang.
Pada tanggal 27 Desember 2005 RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang ditetapkan sebagai Badan Layanan Umum (BLU) diatur dengan
permenkes RI No: 1680/Menkes/pek/XII/2005, sedangkan untuk fasilitas
patologi anatomi dan rehabilitas medis akan di tempat kan pada bangunan lain
setelah di renovasi pada tahun 2007, demikian juga pembuatan nya akan di
lengkapi sesuai dengan standar pelayanan.
Seiring dengan perkembangan waktu rumah sakit ini semakin
berkembang baik sarana maupun prasarana. Melalui berbagai persiapan dan
pembinaan serta penilaian dari tim survei komisi gabungan Akreditasi Rumah
Sakit, maka dengan keputusan Menteri Kesehatan sejak tanggal 12 September
2009 enam belas pelayanan di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang telah
memperoleh status terakreditasi. Dan saat ini RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang menjadi Rumah Sakit tipe A dan terakreditasi joint commition
international (JCI) pada bulan Desember 2016, serta menjadi rumah sakit
terbesar dan sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan se-Sumatera Selatan,
Jambi, Bengkulu, Lampung, dan Bangka Belitung.
5
c. Menjalin kemintraan dan melaksanakan sistem rujukan dengan rumah
saakit jejaring
d. Meningkatkan kompetensi, kinerja dan kesejahteraan pegawai
6
c. Pelayanan kesehatan lainnya, seperti pendidikan, penelitian dan
usaha lain dalam bidang kesehatan.
1. Karakteristik Unit
a. Filosofi Keperawatan
1) Manusia adalah individu yang memilki kebutuhan bio psikososial
yang unik, kebutuhan ini harus selalu dipertimbangkan dalam setiap
pemberian asuhan keperawatan.
2) Keperawatan adalah bantuan bagi semua yang membutuhkan dengan
tidak membedakan suku, agama/kepercayaan dan statusnya, di setiap
tempat pelayanan kesehatan.
3) Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama dari
semua anggota tim kesehatan dan pasien/keluarga.
4) Memberikan asuhan keperawatan, perawat menggunakan proses
keperawatan dengan lima tahap untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan pasien/keluarga.
5) Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat, memilki
wewenang melakukan asuhan keperawatan.
7
6) Pendidikan keperawatan berkelanjutan harus dilaksanakan secara
terus-menerus untuk pertumbuhan dan perkembangan staff dalam
pelayanan keperawatan.
8
e. Sifat Kekaryaan Ruang Rawat Rawas 1.1
1) Fokus Telaah
Ruang rawat inap Rawas 1.1 merupakan ruang rawat inap yang
menerima dan melayani pasien dengan gangguan sistem syaraf,
gangguan kulit, pasien dengan pre dan post tindakan pembedahan
dengan kasus seperti, CVD Non Haemoragie, SOL, CVD Haemoragie,
Meningoencephalitis, Tetanus, Tetraparese, Eritroderma, Meningitis,
Encephalitis, Epilepsi, dan Penyakit dalam lainnya. Ruang rawat inap
Rawas 1.1 menerima pasien dewasa mulai dari usia minimal 18 tahun
dengan jenis kelamin Perempuan dan Laki-laki. Ruang Rawas 1.1
terdiri dari 2 kamar kelas II, 5 kamar kelas III, 2 kamar isolasi.
2) Lingkup Garapan
Lingkup garapan di ruang Rawas 1.1 dalam pelayanan meliputi
pemenuhan kebutuhan dasar pasien dan keluarga, penyimpangan dan
pemberian intervensi untuk mengatasi masalah yang muncul baik aktual
maupun potensial.
Elemen – elemen dalam lingkup garapan ruang rawat inap Rawas
1.1 :
a) Pemeliharaan pola – pola normal dari fungsi – fungsi dasar/
kebutuhan dasar manusia
b) Pengelolaan rasa nyeri dan ketidaknyamanan
c) Penanganan masalah psikis (emosional) berkaitan dengan penyakit
dan pengobatan dengan cara menenangkan pasien ketika pasien
mengetahui penyakit yang diderita serta menenangkan keluarga
ketika menghadapi pasien dalam kondisi kritis
d) Peningkatan pengetahuan klien dan keluarga tentang pemeliharaan
kesehatan
e) Memfasilitasi selfcare (perawatan diri) pasien secara mandiri oleh
klien maupun keluarga
9
f) Membantu pasien menghadapi kematian beserta prosesnya agar
dapat meninggal dengan damai dengan cara mengingatkan pasien
untuk berserah diri kepada Tuhan
3) Basis intervensi
Basis intervensi ruangan Rawas 1.1 dalam bidang pelayanan
10
f. Struktur Organisasi Ruangan
STRUKTUR ORGANISASI RUANG RAWAS 1.1
RSUP Dr.MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
Skema 2.1
KA. INSTALASI IRNA H
Hj. WARNIDES, S.Kep., Ns
KEPALA RUANGAN
EVI YUNI MISTATI, S.Kep., Ns
11
1) Uraian Tugas
a) Kepala Ruangan Rawas 1.1
Tabel 2.1 : Uraian Tugas Kepala Ruangan
URAIAN TUGAS
1. Melakukan absensi print finger datang dan pulang
2. Memimpin briefing bersama anggota tim
3. Memimpin timbang terima pasien dan alat inventaris
4. Membina kerja tim dan membagi tugas setiap anggota tim
5. Memberikan pendelegasian tugas kepada ketua tim
6. Memonitor kelengkapan administrasi pasien pulang
7. Merencanakan kebutuhan SDM sesuai dengan panduan
ketenagaan
8. Merencanakan kebutuhan alat medik dan non medik
9. Merencanakan pengembangan staf melalui pendidikan dan
pelatihan
10. Memonitor kelengkapan berkas rekam medis
11. Memonitor pemakaian Bahan Habis Pakai (BHP), alat
medik dan non medik
12. Membuat laporan harian, bulanan, dan semester
13. Melaksanakan orientasi kepada perawat baru dan mahasiswa
praktek
14. Melaksanakan orientasi kepada pasien baru
15. Menata dan merapikan ruangan
16. Melakukan penilaian kinerja staf
17. Melakukan pembinaan dan membuat laporan pembinaan
etik dan disiplin staf
18. Membuat jadwal dinas staf
19. Membuat jadwal dan melakukan DRK
20. Melaksanakan asuhan keperawatan mulai pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan
dokumentasi
21. Melakukan supervisi pelaksanaan asuhan keperawatan oleh
staff meliputi : pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, evaluasi dan dokumentasi
22. Melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan DPJP tentang
asuhan medic
23. Membuat jadwal dan melaksanakan promosi kesehatan
rumah sakit perorangan dan kelompok
24. Mengatasi komplain pasien dan staff
25. Melaporkan proses dan hasil pelayanan kepada kepala
instalasi
26. Melakukan koordinasi dan pelaporan melalui koordinator
mutu dan keselamatan
27. Memimpin rapat ruangan
12
28. Menghadiri rapat instalasi, bidang dan rapat lintas sektoral
29. Penerapan 6 sasaran keselamatan pasien
30. Penerapan K3RS
31. Penerapan PPI
32. Penerapan BHD
33. Mendampingi visite dokter
34. Melaporkan KTD, KNC, KPC, KTC dan sentinel
35. Memantau kegiatan anggota tim terhadap kepatuhan pada
SPO dan SAK
36. Menerima konsultasi asuhan keperawatan
37. Mendokumentasikan kegiatan dalam buku catatan perawat.
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan pimpinan,
terutama dalam peningkatan mutu pelayanan, pendidikan dan
penelitian di RSMH (beban kerja di luar TUPOKSI antara lain :
aktif dalam kepanitiaan, menjalankan standar peningkatan mutu
layanan sesuai dengan akreditasi RS (KARS/JCI) dan Akreditasi
Rumah Sakit Pendidikan (ARSPI).
13
14. Membuat laporan harian
15. Menghadiri rapat instalasi dan rapat lintas sektoral
16. Penerapan 6 sasaran keselamatan pasien
17. Menerapkan dan melakukan monev 6 (enam) indicator
mutu pelayanan keperawatan
18. Melaksanakan penerapan K3RS
19. Melaksanakan penerapan PPI
20. Melaksanakan penerapan BHD
21. Mendampingi visite dokter
22. Melaporkan KTD, KNC, KPC, KTC, sentinel
23. Memantau kegiatan anggota tim terhadap kepatuhan pada
SPO dan SAK
24. Menerima konsultasi asuhan keperawatan
25. Mengikuti kegiatan pelaksanaan DRK setiap bulan
26. Mendokumentasikan kegiatan dalam buku catatan perawat.
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan pimpinan,
terutama dalam peningkatan mutu pelayanan, pendidikan dan
penelitian di RSMH (beban kerja di luar TUPOKSI antara lain :
aktif dalam kepanitiaan, menjalankan standar peningkatan mutu
layanan sesuai dengan akreditasi RS (KARS/JCI) dan
Akreditasi Rumah Sakit Pendidikan (ARSPI).
URAIAN TUGAS
1. Melakukan absensi print finger datang dan pulang
2. Mengikuti apel bulanan setiap tanggal 17 dan upacara
bendera
3. Memimpin briefing bersama anggota tim setiap shift
4. Bersama anggota tim lainnya melakukan timbang terima
pasien dan alat inventaris
5. Menata dan merapikan ruangan
6. Menerima dan melaksanakan pendelegasian tugas dari
ketua tim
7. Menyiapkan formulir pemeriksaan penunjang
8. Menyiapkan alat-alat siap pakai untuk tindakan
keperawatan dan medik
9. Membantu menyiapkan kelengkapan administrasi pasien
pulang
10. Melaksanakan asuhan keperawatan mulai pengkajian,
diagnosis, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan
dokumentasi
11. Melaksanakan orientasi kepada pasien baru
14
12. Melaksanakan promosi kesehatan rumah sakit (PKRS)
perorangan dan kelompok
13. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat
inventaris dan alat habis pakai
14. Membuat laporan harian
15. Menghadiri rapat ruangan dan instalasi
16. Penerapan 6 sasaran keselamatan pasien
17. Melaksanakan penerapan K3RS
18. Melaksanakan penerapan PPI
19. Melaksanakan penerapan BHD
20. Menerapkan 6 (enam) indkator mutu pelayanan
keperawatan
21. Mendampingi visite dokter
22. Melaporkan KTD, KNC, KPC, KTC, sentinel
23. Memantau kegiatan anggota tim terhadap kepatuhan pada
SPO dan SAK
24. Menerima konsultasi asuhan keperawatan
25. Mendokumentasikan kegiatan dalam buku catatan perawat.
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan pimpinan,
terutama dalam peningkatan mutu pelayanan, pendidikan dan
penelitian di RSMH (beban kerja di luar TUPOKSI antara lain :
aktif dalam kepanitiaan, menjalankan standar peningkatan mutu
layanan sesuai dengan akreditasi RS (KARS/JCI) dan
Akreditasi Rumah Sakit Pendidikan (ARSPI).
15
akan dibuat oleh karu. Jumlah jam kerja perawat dalam satu
bulan adalah 160-170 jam.
c) Kepala ruangan membagi pasien untuk masing-masing tim lalu
ketua tim membagi pasien kepada perawat pelaksana. Di Ruang
Rawas 1.1 Karu membagi menjadi 3 tim, yang setiap tim terdiri
dari 2-3 perawat shift pagi, 1 perawat shift sore dan shift malam,
yang merawat 12-13 pasien setiap tim
d) Jika Kepala Ruangan berhalangan karena sakit atau izin
dikarenakan masalah pribadi yang tidak terduga, maka pengganti
Kepala Ruangan adalah Ketua Tim dengan penanggung jawab
Karu Rawas 1.2, sedangkan jika Ketua Tim berhalangan,
tugasnya digantikan oleh anggota tim (perawat pelaksana) yang
paling kompeten sesuai dengan level jenjang karir di antara
anggota tim. Pada saat libur dan shift malam maka yang
menggantikan adalah Perawat Penanggung Jawab. Sedangkan
apabila kepala ruangan mengajukan izin langsung ke kepala
instalasi maka pengganti kepala ruangan adalah kepala ruangan
lain yang satu instalasi seperti Rawas 1.2.
e) Ketua Tim bertanggung jawab atas asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien baik yang diterapkan oleh dirinya
maupun oleh Perawat Pelaksana anggota timnya.
f) Kolaborasi dengan Tim Kesehatan lain dilakukan oleh Perawat
Pelaksana yang mengelola pasien yang bersangkutan diketahui
Ketua Tim. Bila Ketua Tim suatu hari sedang tidak bertugas
maka tanggung jawabnya didelegasikan kepada perawat
penanggung jawab di dalam tim.
g) Perawat pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada
pasien yang menjadi tanggung jawabnya dan
mendokumentasikannya dalam catatan perkembangan pasien
pada status pasien.
16
g. Model Layanan
Model layanan yang diterapkan di ruangan Rawas 1.1 ini adalah
Model Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional (SP2KP).
SP2KP adalah sistem pemberian pelayanan keperawatan profesional yang
merupakan pengembangan dari MPKP (Model Praktek Keperawatan
Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi kerjasama profesional
antara perawat primer (PP) dan perawat asosiet (PA) serta tenaga
kesehatan lainnya (Nursalam, 2016). Metode ini menggunakan tim yang
terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2-3 tim yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu sekelompok kecil yang saling membantu.
Metode penugasan yang diterapkan di Rawas 1.1 adalah metode tim
yang terbagi menjadi tiga tim yang masing-masing tim dipimpin oleh 1
orang ketua tim. Tim I berjumlah 6 orang bertanggung jawab terhadap 12
pasien di kamar 4, kamar 5 bed 1 sampai 3, kamar 8 bed 1 sampai 3. Tim
II berjumlah 6 orang bertanggung jawab terhadap 13 orang pasien di
kamar 2, kamar 5 bed 4 sampai 6, kamar 7 bed 1 sampai 3 dan kamar iso
1. Tim III berjumlah 6 orang bertanggung jawab terhadap 13 orang
pasien di kamar 9, kamar 1 dan iso 2.
Menurut Depkes (2015), 1 orang perawat bertanggung jawab pada 2
orang pasien saja. Tetapi di ruang Rawas 1.1 masih memiliki kendala
karena terbatasnya tenaga perawat, sehingga 1 perawat dapat bertanggung
jawab pada 6-7 pasien.
1) Mekanisme Overan dan Pre-Post conference
a) Overan
Berdoa.
Kepala ruangan memimpin overan pagi
Setiap tim melakukan overan dengan masing-masing tim
yang sama, dengan menggunakan status pasein dan
17
menyampaikan tindakan yang telah dilakukan perawat shift
malam dan tindakan yang akan dilakukan oleh perawat shift
pagi.
Setelah pelaporan kepala ruangan memimpin semua perawat
langsung ke semua kamar pasien (perawat keliling ke tiap
kamar, memperkenalkan diri kepada pasien dan melaporkan
keadaan pasien kepada shift berikutnya).
Pada shift sore dan malam juga hari libur, overan dipimpin
oleh Perawat penanggung jawab shift.
Laporan meliputi: Masalah keperawatan utama, intervensi
keperawatan yang telah dilakukan, sedang dilakukan dan
yang akan dilakukan berikut kolaborasi tindakan medis.
Kepala Ruangan menindaklanjuti masalah-masalah yang
ditemukan.
b) Briefing Tim/pre conference
Katim membagi tugas kepada anggota timnya (PP): Pasien/Kamar,
Tugas (pengkajian s/d pendokumentasian), Implementasi tindakan
keperawatan baik mandiri maupun kolaborasi.
c) Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
Masing-masing tim melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan kesepakatan dan pembagian tugas pre
conference.
Katim mengkoordinir pelaksanaan tindakan-tindakan yang
telah direncanakan baik tindakan mandiri maupun kolaborasi
dengan tim kesehatan lainnya.
Perawat pelaksana melaksanakan tindakan-tindakan yang
telah direncanakan dan membuat dokumentasi asuhan
keperawatan yang dilakukan timnya.
d) Post conference
18
Melakukan overan langsung ke semua kamar pasien (perawat
keliling ke setiap kamar, memperkenalkan diri kepada pasien
dan melaporkan keadaan pasien kepada shift berikutnya).
Laporan meliputi: Masalah keperawatan utama, Intervensi
keperawatan yang telah dilakukan, sedang dilakukan dan
akan dilakukan berikut kolaborasi tindakan medis.
19
dan 1 pintu lainnya menghubungkan ruangan Rawas 1.1 dengan
selasar Rumah Sakit.
c. Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan
perancangan, sehingga blok unit sebaiknya sirkulasinya dibuat
secara linier/lurus (memanjang).
d. Ruang rawat di Rawas 1.1 berada pada satu garis linier dan
memiliki counter perawat yang strategis.
e. Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ke dalam ruanga
20
2. Analisis terhadap Pasien
a. Karakteristik Pasien
Karakteristik pasien yang dirawat di Ruang Rawas 1.1 adalah
pasien dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan, usia lebih dari
18 tahun dengan diagnosis gangguan sistem syaraf, gangguan kulit,
pasien dengan pre dan post tindakan pembedahan. Tabel 2.1
merupakan daftar 10 penyakit terbanyak ruang Rawas 1.1 pada bulan
November 2017
Tabel 2.4
Daftar 10 Penyakit Terbanyak Ruang Rawas 1.1 mulai dari
Agustus- November 2017
No Diagnosa Medis Jumlah Kasus
1 CVD Non Hemoragie 94
2 CVD Haemorragie 50
3 SOL 36
4 CKD 21
5 Meningoencephalitis 10
6 Ca mamae 9
7 KNF 7
8 ICH 6
9 Tetanus 6
10 POST CTR 6
Jumlah 254
Tabel 2.5
Klasifikasi Tingkat Ketergantungan Klien (Berdasarkan Teori Douglas)
21
I. MINIMAL CARE
1. Pasien bisa mandiri/hampir tidak memerlukan bantuan
1. Mampu naik turun tempat tidur.
2. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri.
3. Mampu makan dan minum sendiri.
4. Mampu mandi sendiri/mandi sebagian dengan
bantuan.
5. Mampu membersihkan mulut ( sikat gigi sendiri)
6. Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit
bantuan.
7. Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan.
2. Status psikologis stabil
3. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik.
4. Operasi ringan.
22
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan di penuhi melalui
intravena (infus) atau NG Tube (sonde).
4. Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut.
5. Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian
dan berdandan.
6. Dimandikan perawat / keluarga.
7. Dalam keadaan inkontinensia, pasien
menggunakan kateter.
2. Setelah 24 jam pascaoperasi mayor.
3. Pasien dalam keadaan tidak sadar.
4. Keadaan pasien tidak stabil.
5. Observasi TTV setiap kurang 2 jam.
6. Perawatan luka bakar.
7. Perawatan kolostomi.
8. Menggunakan alat bantu pernafasan.
9. Menggunakan WSD.
10. Irigasi kandung kemih secara terus menerus.
11. Menggunakan alat traksi ( skeletal traksi ).
12. Fraktur atau pasca operasi tulang belakang/leher.
13. Gangguan emosional berat, bingung disorientasi.
Nursalam (2014).
Tabel 2.6
Perkiraan jumlah perawaat di ruang Rawas 1.1 bulan November 2017 Rumah Sakit Dr Mohammad Hoesin
Palembang
Jumlah Kebutuhan
Klasifikasi Perawat Ket
Hari Min. Par. Total Jumlah
ke care Care Care klien Pagi Sore Malam P+S+M
1 0 21 11 32 9,63 6,45 4,3 20,38
2 2 26 6 34 9,52 5,98 3,94 19,44
3 4 22 4 30 8,06 5,06 3,28 16,4
4 4 21 5 30 8,15 5,21 3,38 16,74
5 1 25 6 32 9,08 5,69 3,77 18,54
6 1 26 6 33 9,35 5,84 3,87 19,06
23
7 2 23 9 34 9,79 6,43 4,24 20,46
8 2 22 6 30 8,44 5,38 3,54 17,36
9 3 21 9 33 9,42 6,27 4,11 19,8
10 1 23 7 31 8,9 5,69 3,77 18,36
11 2 28 3 33 8,98 5,38 3,54 17,9
12 4 29 3 36 9,59 5,81 3,78 19,18
13 4 27 7 38 10,49 6,71 4,38 21,58
14 4 22 9 35 9,86 6,56 4,28 20,7
15 3 25 7 35 9,78 6,27 4,11 20,16
16 2 24 11 37 10,78 7,18 4,74 22,7
17 4 19 11 34 9,77 6,71 4,38 20,86
18 2 25 8 35 9,97 6,43 4,24 20,64
19 2 22 8 32 9,16 5,98 3,94 19,08
20 0 26 8 34 9,9 6,3 4,2 20,4
21 3 27 6 36 9,96 6,27 4,11 20,34
22 3 26 7 36 10,05 6,42 4,21 20,68
23 0 25 10 35 10,35 6,75 4,5 21,6
24 3 25 7 35 9,78 6,27 4,11 20,16
25 1 24 10 35 10,25 6,74 4,47 21,46
26 1 24 11 36 10,61 7,04 4,67 22,32
27 2 25 10 37 10,69 7,03 4,64 22,36
28 3 22 10 35 10,05 6,72 4,41 21,18
29 1 24 10 35 10,25 6,74 4,47 21,46
30 1 24 10 35 10,25 6,74 4,47 21,46
JLH 65 723 235 1023 290,86 188,05 123,85 602,76
Rata 2,708333 30,125 9,7916667 42,625 12,1192 7,83542 5,160417 25,115
24
3. Analisa Unit Layanan Keperawatan
a. Flow of Care
Tabel 2.7
Perbandingan Penerimaan Pasien Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal Aktual
1. Kepala ruangan menerima 1. Perawat menerima informasi untuk
informasi pasien baru dan menerima pasien baru dari rawat inap IGD,
25
memberitahu PP Poli, Stroke Unit, Ruang Transit.
4. Cek kembali persiapan 4. TU rawat inap IGD dan poli akan melihat
ruangan dan beritahukan pada SIMRS terkait tempat tidur yang kosong.
unit awal pasien masuk bahwa
ruangan telah siap menerima 5. Perawat IGD, Poli, Stroke Unit, Ruang
pasien. Transit mengonfirmasi kepada perawat
jaga di Rawas 1.1 akan ketersediaan tempat
5. Perawat irna menerima pasien tidur kosong dan memberitahukan rencana
dari IGD/ Poliklinik dan pasien masuk.
memperkenalkan diri.
6. Serah terima pasien dan rekam 6. Setelah dilakukan konfirmasi, perawat jaga
medis dari IGD atau Poli ruang Rawas 1.1 menyiapkan tempat tidur
pasien degan memasang linen, bantal,
7. Melengkapi RM dan mengisi selimut, tiang infus.
buku register pasien baru dan
melapor kedokter jaga bangsal 7. Perawat IGD, Poli, Stroke Unit, Ruang
Transit mengonfirmasi kepada perawat
8. Bila pasien dapat berdiri, atau jaga di Rawas 1.1 untuk mengirim pasien
timbang berat badan sebelum
penderita dibaringkan. 8. Pasien diterima oleh perawat di ruangan.
Perawat memeriksa kelengkapan status
transfer, kim, gelang pasien, serta
9. Pengkajian data melalui pemeriksaan yang telah dilakukan (Hasil
anamnese dan pemeriksaan Rontgen, dll).
fisik.
9. Perawat mengantar pasien dan keluarga ke
10. Pasien dan keluarga diberi ruangan dan tempat tidurnya.
penjelasan tentang tata tertib
yang berlaku di Rumah Sakit 10. Perawat mengobservasi dan melakukan
serta orientasi keadaan pengkajian kondisi pasien secara umum
ruangan/fasilitas yang ada.
11. Perawat mengorientasikan pasien tentang
keadaan ruangan perawat pasien, tata
tertib, fungsi gelang, cuci tangan dan
11. Memasang gelang identitas pasien safety.
pasien ditangan pasien (SOP:
26
Pemasangan gelang identitas 12. Perawat melaporkan dengan dokter jaga
pasien). dan mempersiapkan/merencanakan
tindakan yang akan dilakukan.
12. Mengambil obat ke farmasi 13. Perawat melakukan tindakan keperawatan
sesuai dengan perencanaan yang dilakukan.
b. Manajement Unit
1) Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan dalam tahunan, bulanan, dan harian
mengacu kepada perencanaan yang dibuat oleh pihak manajemen rumah
sakit berdasarkan hasil monitoring ke ruang rawat inap Rawas 1.1.
Kelompok
No Jumlah
Umur
20 – 29 Tahun 9 orang
1.
30 – 39 Tahun 6 orang
2.
40 – 49 Tahun 1 orang
3.
TOTAL 16 orang
27
Tabel 2.9
Distribusi Pegawai Ruang Rawas 1.1 Berdasarkan Jumlah Tenaga
Perawat
Jumlah Tenaga
No. Jumlah
Perawat
1. Kepala Ruangan 1 orang
2. Ketua Tim 3 orang
3. Perawat Pelaksana 12 Orang
Tabel 2.10
Distribusi Pegawai Ruang Rawas 1.1 Berdasarkan Pendidikan
No.
Pendidikan Jumlah
2. S1 Keperawatan 1 orang
3. D3 Keperawatan 7 orang
4. D4 Keperawatan -
Total 16 orang
Tabel 2.11
Distribusi Pegawai Ruang Rawas 1.1 Berdasarkan Masa Kerja
No.
Masa Kerja Jumlah
1. < 2 tahun 7 orang
2. 2 – 5 tahun 3 orang
3. 6 – 10 tahun 5 orang
4. 11 – 15 tahun - orang
5. 16 – 20 tahun - orang
6. 21 – 25 tahun - orang
7. >26 tahun 1 orang
Total 16 orang
28
Tabel 2.12
Distribusi Pegawai Ruang Rawas 1.1 Berdasarkan Status Kepegawaian
Total 16 orang
29
Ppi 2015
Perawatan Luka 2016
Service Axcellent 2012
Instruktur Klinik 2013
Btcls 2009
Permata, S.Kep.,
Workshop Akreditasi 2014
Ners
Pre Analitik Dan
2016
Plebotomy
Penggunaan
2016
Glucosameter
Stroke Management 2013
Clinical Pathway 2012
Bhd 2006
Ppi 2016
Perawatan Luka 2017
Service Axcellent
Juniarti Lestari, 2012
(Komunikasi)
S.Kep., Ners Btcls 2014 -
Acls 2013
Pre Analitik Dan
2016
Plebotomy
Stroke Management 2015
Palliative Care 2016
Yovi
Nofriansyah,Ske Ppi 2017 -
p Ners
Meyla Bhd 2015 -
Wulandari, K3 2015
Patient Safety 2015
S.Kep.
Ppi 2015
Penatalaksanaan
2014
Nyeri
Service Axcellen 2012
Ppgd 2011
Workshop Akreditasi 2014
Rekonstituasi Injeksi 2016
Kering
30
Pre Analitik Dan
2015
Plebotomy
Penggunaan
2015
Glucosemeter
Bhd 2016
K3 2015
Patient Safety 2015
Dian Ayu Ppi 2013
Liztiah, AMK Service Axcellent 2012 -
Workshop Akreditasi 2012
Rekontruksi Injeksi
2015
Kering
Stroke Management 2016
Bhd 2014
K3 2014
Patient Safety 2014
Deasy Kurnia Ppi 2014
Perawatan Luka 2013
Ningsih, AMK -
Service Axcellen 2014
Ppgd 2008
Penggunaan
2016
Glucosemeter
Palliative Care 2017
Multi Prima, K3 2015 -
AMK Patient Safety 2015
Ppi 2013
Service Axcellen 2012
Ppgd 2011
Workshop Akreditasi 2014
Rekonstitusi Injeksi
2015
Kering
Pre Analitik Dan
2015
Plebotomy
Penggunaan
2016
Glucosameter
Stroke Management 2016
Pelat Reaksi Alergi 2016
31
Transfusi
Bhd 2016
K3 2015
Asyuti, AMK Patient Safety 2015
Ppi 2016
Perawatan Luka 2013
Service Axcellen 2012
K3 2017
Patient Safety 2017
Rahmat Ppi 2017
Perawatan Luka 2016
Kurniawan,
Btcls 2013 -
S.Kep., Ners Aplikasi Nanda, Nic,
2015
Noc
Triage Dan Transfer
2014
Pasien
Bhd 2016
Ulfa Taskiro, Patient Safety 2016
S.Kep., Ners Ppi 2016 -
Pre Analitik Dan
2016
Plebotomy
Penggunaaan
2016
Glucosameter
Stroke Management 2016
Bhd 2016
Riska Tiara K3 2017
Permata, AMK Patient Safety 2016 -
Ppi 2016
Btclas 2014
Resi Andriyani, Bhd 2017 -
S.Kep., Ners K3 2017
Patient Safety 2017
Ppi 2017
Perawatan Luka 2016
Btcls 2011
Rekonstitusi Injeksi 2016
Kering
32
Pre Analitik Dan
2016
Plebotomy
Penggunaan
2016
Glucosameter
Stroke Management 2016
Palliative Care 2017
Sintayul Pratiwi, Ppi 2017
AMK Ppgd 2016 -
Stroke Management 2016
33
sehingga fungsi manajer kasus dan konselor keperawatan belum berjalan
dapat berjalan baik.
34
4) Pengaturan Staf
1. Pengaturan Jadwal Dinas
Periode Tanggal : 01 s/d 15 desember 2017
Evi Yuni
20
1 Mistati, Skep 197206011993032000 III.d Ners F F F C P P P P F F P P P P P Ka Ruangan
Thn
Ners
TIM 1
Dian Ayu
2 198503062008012004 II.d D3 6 Thn F P F P P P P P P F P P P P M Ka Tim
Liztiah, AMK
Fadilah
3 Agustia, Skep 900819002083201705 BLU Ners 1 Thn P P M M F F P P S S M M F F P 89
Ners
Deasy Kurnia
4 861201001025201201 BLU D3 8 Thn P P S S M M F F P P S S M M F 96
Ningsih, AMK
Sintayul
5 900724001302201605 BLU D3 0 Thn M M F F P P S S M M F F S S S 89
Pratiwi, AMK
68,Cuti
Rahmatul
6 910416001262201000 BLU D3 1 Thn P P S S M M CUTI TAHUNAN TMT 7/12/17 tahunan
Fitri, Amk
7/12/17
Eva Nilam
7 Permata, Skep III b Ners Tugas belajar
Ners
TIM 2
8 Asyuti, AMK 198605122010121001 II.c D3 4 Thn M M F F P P S S M M F F P P P Ka Tim 2
9 Rahmat 199110172014021001 II.c Ners 2 Thn F F P P S S M M CUTI TAHUNAN TMT Cuti Tahunan
Kurniawan,
9/12/17 7/12/17
SKep.Ns
Resi
10 Andriyani, 870407002057201605 BLU Ners 0 Thn P P S S M M F F P P S S M M F 96
SKep.Ns
Multi Prima,
11 199101302014022004 II.c D3 2 Thn S S M M F F P F S S M M F F S 82
AMK
Opi Yolanda,
12 891102001139201201 BLU D3 5 Thn F P P F S S M1 M1 F F P P S S M 86
AMK
TIM 3
Juniarti
13 Lestari, SKep 198506072008012000 III b Ners 8 Thn F P F P P P P P P F P P M M F Ka Tim 3
Ns
Meyla
S1
14 Wulandari, 890530001116201201 BLU 3 Thn F F P P S S M M F F P P S S M 96
Kep
SKep
Nanda Yuesti,
15 931112001277201601 BLU D3 1 Thn M M F F P P S S M M F F P P S 89
AMK
Ulfa Taskiro,
16 900409002016201601 BLU Ners 1 Thn Cuti melahirkan
SKep.Ns
Riska Tiara P,
17 940310001274201601 BLU D3 1 Thn S S M M F F F P S S M M F F P 82
AMKep
Yovi
18 Nofriansyah, BLU Ners 0 Thn S1 S1 P P P F P P P P S S F P P 91
Skep Ners
SUB TOTAL Pagi 6 6 5 6 7 5 6 6 6 6 5 6 4 5 6
Siang 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Malam 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Libur 4 4 5 3 3 5 3 3 3 3 4 3 4 3 3
Cuti 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2
Evi Yuni
20
1 Mistati, Skep 197206011993032000 III.d Ners F F P P P P P F F F F P P P F F Ka Ruangan
Thn
Ners
TIM 1
Dian Ayu
2 198503062008012004 II.d D3 6 Thn M F P P P P P F P P P P P P F F Ka Tim
Liztiah, AMK
Fadilah
3 Agustia, Skep 900819002083201705 BLU Ners 1 Thn P S S M M F F P F M2 M2 F F S S S 89
Ners
Deasy Kurnia
4 861201001025201201 BLU D3 8 Thn F P P M3 M3 F F P P S S M M F F 89
Ningsih, AMK P
Sintayul
5 900724001302201605 BLU D3 0 Thn S M M F F P P S S M M F F P P 96
Pratiwi, AMK S2
Rahmatul
6 910416001262201000 BLU D3 1 Thn CUTI TAHUNAN S S M M F F S S M M 68
Fitri, Amk F
Eva Nilam
7 Permata, Skep III b Ners Tugas belajar
Ners
TIM 2
8 Asyuti, AMK 198605122010121001 II.c D3 4 Thn P P P P P P P P F M M F F P P P1 Ka Tim 2
Rahmat
CUTI
9 Kurniawan, 199110172014021001 II.c Ners 2 Thn CUTI TAHUNAN P M TAHUNAN
SKep.Ns
Resi
10 Andriyani, 870407002057201605 BLU Ners 0 Thn F S S M M F F S S S S M M F F P 89
SKep.Ns
Multi Prima,
11 199101302014022004 II.c D3 2 Thn S M M F F S S M M F F P P S S 99
AMK M1
Opi Yolanda, F
12 891102001139201201 BLU D3 5 Thn M F F S S M M F F P P S S M M 92
AMK
TIM 3
Juniarti
13 Lestari, SKep 198506072008012000 III b Ners 8 Thn F F P P CUTI TAHUNAN TMT 21/12/2017 Ka Tim 3
Ns
Meyla
S1
14 Wulandari, 890530001116201201 BLU 3 Thn M F F F P M1 M1 F P S S M M F F P1 85
Kep
SKep
Nanda Yuesti, F
15 931112001277201601 BLU D3 1 Thn P P F S2 S2 M M F F P P S S M M 92
AMK
Ulfa Taskiro,
16 900409002016201601 BLU Ners 1 Thn CUTI MELAHIRKAN TMT 29/9/2017 P
SKep.Ns P
Riska Tiara P, M
17 940310001274201601 BLU D3 1 Thn S M M F S S S M M F F F P S S 99
AMKep
18 Yovi BLU Ners 0 Thn P S S S F P P S S F P P F P P 92
Nofriansyah, S
Skep Ners
SUB TOTAL Pagi 4 3 5 3 4 5 5 4 3 4 5 5 4 5 6 5
Siang 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Malam 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Libur 3 4 3 4 3 2 2 4 5 3 3 3 4 3 4 4
Cuti 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1
2. Pelaksanaan Operan
Tabel 2.14
Perbandingan Timbang Terima (Operan) Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal Aktual
Timbang terima adalah kegiatan Berdasarkan hasil observasi,
menyampaikan dan menerima sesuatu kegiatan timbangan terima di ruang
laporan yang terkait dengan keadaan klien. Rawas 1.1 dilakukan pada setiap
pergantian shift, diikuti oleh semua
Tujuan: perawat yang bertugas, dan
1. Menyampaikan kondisi atau keadaan dilaksanakan di nurse station.
secara umum klien (data fokus).
1. Menyampaikan hal yang sudah/belum
dilakukan dalam asuhan keperawatan. Seteleh membahas di nurse station,
2. Menyampaikan hal-hal yang perlu perawat juga berkeliling ke kamar
ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya. pasien dan melakukan penyerahan
3. dinas. Pelaksanaan timbang terima
Pelaksanaan: meliputi penyampaian keadaan
1. Masing-masing kelompok dinas telah umum pasien, keluahan pasien dan
hadir dan lengkap keluarga, rencana intervensi
2. Kelompok dinas yang akan keperawatan hari ini, rencana
mengoperkan/menyerahkan telah tindakan medis hari ini, rencana
mempersiapkan hal-hal yang akan pasien masuk, pasien dengan
disampaikan kebutuhan khusus, informasi umum
3. Ketua tim/kepala jaga yang akan yang perlu diketahui, ketka
mengoperkan/menyerahkan terdapat sesuatu yang kurang jelas,
menyampaikan: perawat yang menerima informasi
a. Keadaan umum pasien diberikan kesempatan untuk
b. Tindak lanjut untuk kelompok dinas bertanya. Saat ini, kebijakan RS
yang menerima operan tidak memperkenankan perawat
c. Rencana intervensi untuk kelompok melakukan operan dengan
dinas yang menerima operan menggunakan buku khusus. Setiap
4. Teknik penyampaian pada poin 3 perawat yang melakukan overan
dilakukan dengan sistematis, jelas, menggunakan status pasien
singkat, akurat, dan tidak terburu-buru langsung.
4. Kedua kelompok dinas bersama-sama
melihat kondisi pasien secara langsung
5. Kelompok dinas yang mengoperkan
memberi kesempatan kepada kelompok
yang menerima operan untuk
mengajukan pertanyaan atau
mengklarifikasi
6. Kelompok dinas yang mengoperkan
menyerahkan seluruh berkas catatan
perawatan pasien kepada kelompok yang
menerima operan
7. Kegiatan operan termasuk juga operan
alat-alat dan inventaris ruangan
3. Ronde Keperawatan
Tabel 2.15
Perbandingan Ronde Keperawatan Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal Aktual
Ronde keperawatan adalah Kegiatan yang Berdasarkan hasil observasi,
bertujuan untuk mengatasi masalah penilaian tidak dapat dilakukan
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh karena pelaksanaan ronde
perawat dan melibatkan pasien serta keluarga keperawatan belum dapat
untuk membahas dan melaksanakan asuhan dijalankan sebagaimana fungsinya.
keperawatan. Hal ini dipengaruhi oleh
keterbatasan tenaga perawat,
Tujuan: termasuk di dalamnya perawat
Menyelesaikan masalah pasien melalui konselor dan manajer kasus.
pendekatan berfikir kritis.
Pelaksanaan:
A. Fase Persiapan
1. Membuat Satuan Acara Kegiatan ronde
keperawatan dalam bentuk tertulis
2. Mempersiapkan tempat yang cukup sesuai
jumlah peserta ronde dan mengatur
lingkungan fisik untuk ronde keperawatan
sehingga mudah dilihat dan didengar oleh
peserta
3 Memiliki data lengkap mengenai kondisi
pasien yang akan dilakukan ronde
keperawatan
4 Telah meminta ijin kepada pasien/ keluarga
pasien untuk kegiatan ronde keperawatan
terhadap pasien
5 Menyiapkan alat yang diperlukan
6 Semua komponen hadir (Kepala ruangan,
perawat primer, konselor keperawatan,
perawat pelaksana)
B. Fase Pelaksanaan
Di Ruang Perawat/ Nurse Station
1. Kepala ruangan membuka kegiatan ronde
dengan mengucapkan salam
2. Kepala ruangan menjelaskan tentang
kegiatan, waktu, tujuan ronde keperawatan
3. Kepala ruangam menjelaskan tentang hasil
yang diharapkan dari hasil ronde
keperawatan
4. Ketua tim menjelaskan secara umum
kondisi pasien (data fokus, diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, catatan
perkembangan, masalah yang belum dapat
diatasi)
5. Ketua tim mengajak peserta ronde
keperawatan menuju ruangan pasien
6. Ketua tim mengucapkan salam,
memvalidasi kontrak untuk ronde
keperawatan dan menanyakan kondisi
kepada pasien
7. Perawat pelaksana mereview masalah
yang dikeluhkan pasien, tindakan
keperawatan dan medis yang sudah
dilakukan serta perkembangan kondisi
pasien
8. Memberikan kesempatan untuk bertanya
dan berdiskusi pada peserta yang lain,
keluarga/pasien
9. Memberikan pujian pada pasien/keluarga
atas kerjasamanya dalam melaksanakan
kegiatan ronde keperawatan
C. Fase Evaluasi
Di Ruang Perawat/Nurse Station
1. Kepala ruangan mereview hasil diskusi
yang terjadi di ruangan pasien
2. 17 Kepala ruangan menyimpulkan hasil
kegiatan ronde keperawatan
3. Kepala ruangan memberikan pujian
kepada peserta
4. Kepala ruangan memaparkan kembali
rencana tindak lanjut untuk pasien tersebut
5. Kepala ruangan menutup kegiatan ronde
keperawatan
Ideal Aktual
Pre post conference merupakan pertemuan tim Berdasarkan hasil observasi,
yang dilakukan setiap hari yang dilakukan kegiatan timbangan terima di
sebelum (pre) atau setelah (post) melakukan ruang Rawas 1.1 dilakukan
operan dinas sore atau malam sesuai dengan pada setiap pergantian shift,
jadwal dinas perawat pelaksana. diikuti oleh semua perawat
yang bertugas, dan
Tujuan: dilaksanakan di nurse station.
a. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-
masalah pasien. Pre conference dipimpin oleh
b. Merencanakan asuhan dan merencanakan Kepala Ruangan/Ketua TIM,
evaluasi hasil dilanjutkan dengan doa
c. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di bersama yang dipimpin oleh
lapangan. salah satu perawat yang
d. Mempersiapkan kesempatan untuk berdiskusi bertugas, kemudian
tentang keadaan penyampaian informasi
b. pasien. mengenai keadaan umum
pasien, keluahan pasien dan
Pelaksanaan: keluarga, rencana intervensi
A. Pre Conference keperawatan hari ini, rencana
1. Semua anggota tim telah hadir dan lengkap tindakan medis hari ini,
2. Ketua tim menyampaikan: rencana pasien masuk, pasien
a. Keadaan umum pasien dengan kebutuhan khusus,
b. Keluhan pasien kemudian motivasi oleh kepala
c. Hasil pemeriksaan diagnostik dan ruangan dan saling berjabat
laboratorium terbaru (jika ada) tangan sebagai ucapan selamat
d. Masalah/diagnosa keperawatan bertugas.
e. Rencana intervensi keperawatan hari ini
f. Rencana tindakan medis hari ini
3. Memberi penugasan kepada anggota tim
jika ada pasien baru
4. Memberi kesempatan kepada anggota tim
untuk bertanya
5. Menyampaikan hal-hal penting dan
memberi penekanan kepada anggota untuk
memperhatikan hal tersebut
6. Membahas pasien-pasien yang memerlukan
perhatian khusus atau dengan kasus
tertentu yang menjadi prioritas dalam
perawatan hari ini
7. Menanyakan kesiapan anggota tim dalam
bertugas dan mengucapkan selamat
bertugas kepada semua anggota tim
8. Semua anggota tim menyepakati hasil
pertemuan
Pelaksanaan Post Conference Berdasarkan hasil observasi
selama 3 hari di Ruang Rawat
1. Semua anggota tim telah hadir dan lengkap
Inap H Rawas 1.1, kegiatan
2. Menanyakan hasil dari kegiatan yang sudah
post conference termasuk ke
dilaksanakan anggota tim terkait dengan
dalam kegiatan pre conference.
asuhan keperawatan
3. Mengevaluasi tentang kelengkapan
dokumentasi asuhan keperawatan,
pelaksanaan program dan administrasi pasien
4. Mengevaluasi hambatan yang dialami setiap
anggota tim
5. Memberi umpan balik kepada anggota tentang
pelaksanaan yang telah dilakukan
6. Memberikan pujian akan apa yang telah
dilaksanakan dengan baik
7. Mengucapkan terima kasih atas kerjasama
anggota tim
8. Semua anggota tim menyepakati hasil
pertemuan
a.
Panduan perawat pelaksanaan dalam Hal-hal yang disampaikan pada
melaksanakan konferensi pre-post conference
Adapun panduan bagi PP dalam melakukan berdasarkan observasi yang
konferensi adalah sebagai berikut: (Ratna Sitorus, telah dilakukan meliputi,
2006). jumlah pasien dan jenis
1. Konferensi dilakukan setiap hari segera penyakit, rencana keperawatan,
setelah dilakukan pergantian dinas pagi atau keluhan utama pasien beserta
sore sesuai dengan jadwal perawatan complain keluarga, rencana
pelaksana. tindakan medis, hasil
2. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana laboratorium terbaru termasuk
dan PA dalam timnya masing – masing. nilai kritis, perubahan terapi
3. Penyampaian perkembangan dan masalah medis, tingkat kesadaran
klien berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan pasien, terkait dengan
kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas pelayanan seperti: kehadiran
malam. dokter yang dikonsulkan,
mengingatkan kembali
Hal-hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana kunjungan dokter yang
meliputi : bertanggungjawab terhadap
pasien, tanggungjawab anggota
1. Keluhan utama klien
TIM terhadap pasiennya,
2. Keluhan klien
kedisiplinan perawat. Pada saat
3. TTV dan kesadaran
pre-post conference tidak
4. Hasil pemeriksaan laboraturium atau
pernah disampaikan terkait
diagnostic terbaru.
TTV pasien.
5. Masalah keperawatan
6. Rencana keperawatan hari ini.
7. Perubahan keadaan terapi medis.
8. Rencana medis.
5. Discharge Planning
Tabel 2.16
Perbandingan Discharge Planning Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal Aktual
Discharge Planning adalah suatu proses Berdasarkan hasil wawancara dan
yang dinamis dan sistematis dari observasi, perencanaan discharge
penilaian, persiapan, serta koordinasi yang planning dilakukan oleh perawat
dilakukan untuk memberikan kemudahan dengan ditanda-tangani oleh dokter
pengawasan pelayanan kesehatan dan penanggungjawab pasien, baik ketua
pelayanan sosial sebelum dan sesudah tim maupun perawat pelaksana di awal
pulang. Perencanaan pulang merupakan pasien masuk ruang rawat inap Rawas
proses yang dinamis, agar tim kesehatan 1.1. Discharge planning diawali sejak
mendapatkan kesempatan yang cukup pasien datang dirawat inap sampai
untuk menyiapkan pasien melakukan pasien pulang. Pelaksaan tahap
keperawatan mandiri di rumah (Nursalam, pengkajian hingga pasien pulang
2016). dilakukan dengan berkolaborasi
Adapun tujuan discharge planning bersama tim medis yang professional
menurut Nursalam (2016) adalah sebagai untuk kesehatan pasien.
berikut:
Kegiatan mengedukasi pasien dan
a. Menyiapkan pasien dan keluarga keluarga pasien dari awal pasien
secara fisik, psikologis, dan social dirawat inap hingga pasien pulang
b. Meningkatkan kemandirian pasien dan sesuai dengan kebutuhan perawatan
keluarga pasien dilakukan secara umum kepada
c. Meningkatkan keperawatan yang keluarga pasien saja, dan tidak semua
berkelanjutan pada pasien lembar discharge planning terisi dari
d. Membantu rujukan pasien pada sistem awal pasien masuk.
pelayanan yang lain Hal penunjang keefektifan discharge
e. Membantu pasien dan keluarga planning seperti leaflet belum
memiliki pengetahuan dan ditemukan saat obervasi sebagai
keterampilan serta sikap dalam bentuk edukasi kepada pasien/keluarga
memperbaiki serta mempertahankan pasien
status kesehatan pasien.
f. Melaksanakan rentang keperawatan
antara rumah sakit dan masyarakat.
Skema 2. 3
Keadaan pasien:Planning
Discharge
Klien dan
pemeriksaan
penunjang lainnya
Tingkat
ketergantungan pasien
Persiapan Pulang
Gizi
Aktivitas dan
Perawatan diri
Monitor (sebagai
program service
safety) oleh keluarga
dan petugas
Tabel 2.17
Perbandingan Pengelolaan Pasien Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal Aktual
1. Pendekatan proses Keperawatan: 1. Assesment pengkajian pasien di
Asuhan keperawatan adalah metode ruang Rawas 1.1 dilakukan pada saat
ilmiah yang digunakan secara pasien masuk ruangan, menanyakan
sistematis untuk mengkaji dan keluhan utama, menentukan
mendiagnosa status kesehatan klien, diagnosa, intervensi dilakukan dan
merumuskan tujuan yang hendak dievaluasi secara berkala sampai
dicapai, menentukan intervensi, pasien keluar ruangan. Namun,
mengevaluasi mutu asuhan yang terdapat ketidaksesuaian antara
dilakukan terhadap klien (Potter & tindakan keperawatan yang tertera di
Perry, 2005) lembar tindakan keperawatan dengan
data yang tertera di SOAP
Perencanaan alat di rawat inap Rawas 1.1 dilakukan setiap akhir tahun
dengan mengajukan proposal kepada RS dengan menginventaris alat-alat yang
sudah ada, yang belum ada, yang dibutuhkan, serta alat yang sudah ada tapi
rusak. Diruang Rawas 1.1 terdapat buku inventaris yang diisi sesuai dengan
kebutuhan ruangan. Berikut daftar inventaris alat di rawat inap Rawas 1.1
Tabel 2.18
Daftar Inventaris Alat Kesehatan/Keperawatan di Rawas 1.1
N Nama Alat Jumlah
o
1. Bed pasien 2 crank 38
2. Kasur pasien 38
3. Brankar 2
4. Restule 2
5. Infus pump 4
6. Syring pump 2
7. Trolly emergency 1
8. Trolly injeksi 3
9. ECG 1
10. Tensi meter standing/duduk 2/2
11. Laryngoscope 1
12. Bak Instrumen B/S/K 1/2/1
13. Stetoskop 1
14. Regulator O2 39
15. Refleks hummer 2
16. Suction portable 1
17. Tiang infus 48
18. Urinal 6
19. Timbangan BB dewasa 1
20. Pispot 3
21. Bed side monitor 4
22. Oksigen dinding 38
23. Mini pen light 1
24. Kulkas obat 1
25. Pengukur suhu kulkas obat 1
26. Lampu baca rontgen 1
27. Apar 1
28. Kipas angin 18
29. Laken 38
30. Selimut 38
31. Bantal 38
32. Loker penitipan barang pasien 2
33. Lemari laken 2
34. Lemari status 1
35. Nebulizer 3
36. Air raksa 2
37. Tongue spatel 2
38. Box instrumen steril/non steril ½
39. Tensi meter digital 1
40. Bak instrumen dengan tutup 2
41. Bak instrumen tanpa tutup 2
b) Pengelolaan alat medis
Alat medis tidak diperbolehkan menumpuk di ruang perawatan sehingga
ditarik ke pusat sterilisasi alat RSMH. Bila memerlukan alat bersih maupun
steril, petugas kesehatan mengajukan permintaan kebutuhan terhadap alat
tersebut ke pusat CSSD Rumah Sakit dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Pengolahan alat kotor/habis pakai tidak diperkenankan melakukan sterilisasi di
ruangan, petugas wajib mengembalikan alat ke CSSD untuk dilakukan
sterilisasi alat.
c) Pengelolaan linen
Pengelolaan linen dilakukan di tempat laundry Rumah Sakit dr. Mohammad
Hoesin Palembang. Linen kotor ditempatkan pada keranjang kotor yang ada di
gudang untuk diantar ke laundry oleh petugas kebersihan (pekarya), linen bersih
ditempatkan di lemari yang berada di sebelah ruang kepala ruangan.
d) Logistik
Penggunaan bahan habis pakai disediakan oleh pihak logistik. Dari pihak
logistik menyerahkan langsung ke perawat yaang bertugas pada saat shift
tersebut dengan disertai tanda terima.
e) Pengaturan obat
Pengaturan obat dikelola langsung oleh pihak farmasi. Farmasi langsung ke
ruangan tindakan untuk menyediakan kebutuhan obat pasien selama 1 hari,
pihak farmasi datang setiap pagi dan berlanjut selama pasien dirawat diruang
Rawas 1.1. Obat di letakkan pada lemari obat yang masing-masing dituliskan
nama pasien. pada setiap obat dan cairan infus diberi label sesuai identitas
pasien.
f) Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3)
Pengaturan bahan berbahaya dan berbahaya (B3) dikelola langsumg oleh
pramubakti. Bahan berbahaya dan beracun (B3) disimpan di gudang dalam
lemari yang terdiri dari lima loker. Loker pertama tidak terisi (kosong), loker
kedua berisi 9 handrab dan 5 handwash, loker ketiga berisi 3 buah stela, 2 buah
porsteks, 1 buah teraklin, 1 buah visal, 1 buah superpel dan detergen. Loker
empat berisi 2 buah baycline, 1 buah super pel, 2 buah pembersih kaca dan
loker lima berisi terminal. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan
untuk penempatan handrub dan handwash sudah sesuai dengan tempat
berdasarkan karakteriktik dari dari bahan tersebut, untuk penempatan stela,
porstek, teraklin, visal, superpel dan detergen tidak sesuai dengan karakteristik
bahan-bahan tersebut. Untuk penempatan baycline, super pel, pembersih kaca
tidak sesuai dengan tempat berdasarkan karakteristik dari bahan tersebut. dan
terminal bukan bahan berbahaya dan beracun dan penempatannya tidak tepat
jika disimpan lemari penyimpanan bahan berbahaya dan beracun. Dan
ditemukan satu buah korek dan satu buah rokok didalam lemari bahan
berbahaya dan beracun.
3) Kajian sumber daya money
Sistem gaji di berikan sesuai dengan gaji PNS bagi yang PNS yaitu
setiap awal bulan. Jumlah yang diberikan sesuai standar pemerintah. Pegawai
BLU sesuai dengan UMR Provinsi Sumatera selatan. Remunisasi diberikan
sesuai dengan kinerja pagawai dan akan dikurangi pada pegawai yang tidak
mampu menyelesaikan jumlah beban kerja yang diberikan. Sumber pendapatan
ruangan dari RKP Rumah Sakit (Tindakan dari visit dokter).
4) Kepuasan Kerja Perawat
Berdasarkan hasil pengisian instrument tingkat kepuasan kerja perawat,
100% perawat mengatakan puas atas pekerjaan dan feedback yang didapatkan.
4. Lingkungan Kerja
a. Lingkungan Fisik
1) Gambaran Ruangan
Ruangan Rawas 1.1 terdiri dari 1 ruang tindakan, 1 ruang kepala
ruangan, 1 ruang perawat,1 ners station, 1 ruangan yang terdiri dari dua
bagian yaitu tempat penitipan barang keluarga pasien dan ruangan
penyimpanan alat dan bahan medis seperti masker, handscoon, kasa,
hipavic, dermafic dan lain-lain serta form pemeriksaan penunjang pasien, 1
toilet untuk pegawai, 1 toilet di ruangan perawatan kelas 2, 4 toilet untuk
umum dan 9 ruangan perawatan. Kapasitas tempat tidur di ruang Rawas 1.1
berjumlah 38 bed.
Ruang perawatan 1, 2 dan 5 merupakan ruang perawatan perempuan
kelas 3. Ruang perawatan 4 dan 9 merupakan ruangan perawatan laki-laki
kelas 3. Ruang perawatan 7 merupakan ruang perawatan perempuan kelas
2. Ruang perawatan 8 merupakan ruang perawatan laki-laki kelas 2. Ruang
perawatan 6 merupakan ruang perawatan isolasi. Ruang perawatan 1,2, 4,
5, 7, 8 dan 9 merupakan ruang perawatan dengan pasien non infeksi.
Sedangkan ruang perawatan 6 merupakan ruang perawatan pasien isolasi
dimana idealnya digunakan untuk pasien tetanus. Namun pada
kenyataannya ruang isolasi masih digunakan untuk pasien Morbus Hansen.
2) Letak Ruangan
Ruang rawas terletak di zona H. Adapun batas-batas ruang rawat rawas
antara lain sebagai berikut :
a) Timur : Gedung kelingi
b) Barat : Gedung Selincah
c) Utara : Rawas 1.2
d) Selatan: Gedung Rambang
3) Kondisi pencahayaan
Pencahayaan di ruang Rawas 1.1 kamar 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8 dan 9
pencahayaannya sudah baik, sedangkan kamar 6 pencahayaannya redup
dikarenakan ruangan tersebut di design untuk pasien dengan diagnosa
tetanus dimana tidak memerlukan pencahayaan yang terang. Pencahayaan
di ruang ners station, perawat, ruangan kepala ruangan, ruangan tindakan
dan toilet pencahayaannya sudah cukup baik. Namun di ruangan
penyimpanan alat dan penitipan barang tidak terdapat sumber pencahayaan.
4) Ventilasi dan Sirkulasi Udara
Masing masing ruang rawat memiliki 4-6 buah jendela yang dapat
dibuka dan ditutup. Jendela berukuran ± 1x0,5 m. Selain itu ditiap ruangan
rawat terdapat 2-3 buah kipas angin yang berfungsi dengan baik.
b. Gaya kepemimpinan
Gillies (1996, dalam Nursalam, 2016) menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan dapat diidentifikasi berdasarkan perilaku pemimpin itu sendiri.
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun-tahun
dalam kehidupannya. Oleh karena itu, kepribadian seseorang akan
mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan. Berdasarkan instrumen
penilaian kecenderungan gaya kepemimpinan, didapatkan hasil bahwa kepala
ruangan Ruang Rawas 1.1 kecenderungan gaya kepemimpinan yaitu
demokratis.
Gaya kepemimpinan demokratis merupakan kepemimpinan yang
menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuasaan posisi
dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk
menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam
penerapannya. Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka (Nursalam,
2016).
c. Supervisi
Supervisi merupakan salah satu bentuk kegiatan manajemen
keperawatan dan merupakan cara yang tepat untuk menjaga mutu pelayanan
keperawatan. Supervisi teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah
mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama (Nursalam, 2016).
Berdasarkan hasil wawancara kepala ruangan ruang Rawas 1.1, kepala
ruangan melakukan supervisi setiap setiap hari. Ketua tim melakukan
supervisi setiap hari. Penilaian hasil supervisi dilakukan setiap bulan oleh
kepala ruangan dan setiap minggu oleh ketua tim yang dilakukan secara
langsung atau melalui pemeriksaan logbook masing-masing perawat. Apabila
ditemukan kesalahan maka kepala ruangan atau ketua tim akan langsung
menegur perawat yang bersangkutan. Pendokumentasian hasil supervisi yang
dilakukan disampaikan secara lisan saat timbang terima dilakukan dan secara
tertulis.
d. Komunikasi
Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktivitas manager
keperawatan dan sebagai bagian yang selalu ada dalam proses manajemen
keperawatan bergantung pada posisi manajer dalam struktur organisasi
(Nursalam, 2016). Berdasarkan hasil wawancara kepala ruangan ruang Rawas
1.1, kepala ruangan membuka akses komunikasi setiap saat baik secara
langsung maupun tidak langsung yaitu melalui telepon dan sosial media
kepada semua staf ruang Rawas 1.1.
e. Delegasi
Pendelegasian dapat diartikan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan
melalui orang lain atau dapat juga diartikan sebagai pelimpahan suatu tugas
kepada seseorang atau kelompok dalam menyelesaikan tujuan organisasi
(Marquis dan Huston, 1998 dikutip Nursalam, 2016). Berdasarkan hasil
wawancara kepala ruangan ruang Rawas 1.1, kepala ruangan mendelegasikan
tugas berdasarkan kemampuan staf yang dinilai berdasarkan hasil observasi
kinerja. Kepala ruangan mendelegasikan kepada ketua tim yang berperan
sebagai pelaksana dan sebagai penanggung jawab yaitu kepala ruangan Rawas
1.2. Dalam mendelegasikan suatu tugas, kepala ruangan menyeleksi tugas
yang akan didelegasi, kemudian kepala ruangan menyeleksi orang yang tepat
berdasarkan kemampuan staf yang dinilai berdasarkan hasil observasi kinerja,
selanjutnya kepala ruangan memberikan arahan dan motivasi kepada staf
terkait tugas yang didelegasikan tersebut.
f. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi
kontribusi pada tingkat komitmen seseorang (Nursalam, 2016). Motivasi
adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan,
memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja
(Mangkunegara, 2000 dikutip Nursalam, 2016). Berdasarkan hasil wawancara
kepala ruangan ruang Rawas 1.1, kepala ruangan memberikan motivasi
kepada staf setiap briefing pagi berupa masukan dan semangat. Selain itu,
kepala ruangan juga memberikan motivasi melalui sosial media misalnya grup
WA staf Ruang Rawas 1.1.
g. Konflik
Marquis dan Huston (1998, dikutip Nursalam, 2016) mendefinisikan
konflik sebagai masalah internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibat dari
perbedaan pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan dari dua orang atau lebih.
Berdasarkan hasil wawancara kepala ruangan ruang Rawas 1.1, dalam
menyelesaikan konflik, kepala ruangan akan memanggil satu per satu perawat
yang mengalami konflik dan meminta kedua pihak menceritakan konflik yang
dialami secara terpisah. Setelah kepala ruangan menerima dua cerita dari 2
perawat yang konflik, kepala ruangan menemukan kedua perawat yang
konflik tersebut untuk membicarakan masalah yang terjadi secara bersama,
kedua pihak yang terlibat menentukan tujuan bersama dan bekerja sama
dalam mencapai suatu tujuan. Kepala ruangan berperan sebagai mediator
dalam menyelesaikan konflik. Kepala ruangan akan membantu menyelesaikan
konflik yang terjadi.
Berdasarkan hasil wawawacara tersebut, strategi penyelesaian konflik
yang digunakan kepala ruangan yaitu kolaborasi. Dalam kolaborasi, kedua
pihak yang terlibat menentukan tujuan bersama dan bekerja sama dalam
mencapai suatu tujuan. Oleh karena keduanya yakin akan tercapainya suatu
tujuan yang telah ditetapkan. Strategi ini merupakan strategi win-win solution
(Nursalam, 2016).
1) Kajian Teori
2) Kajian Data
3) Analisa
2) Kajian Data
= 746
121
= 6,16 hari
1) Kajian Teori
2) Kajian Data
Berdasarkan hasil pengumpulan data, kajian data TOI di Ruang
Rawas 1.1 periode November 2017 sebagai berikut:
(Jumlah tempat tidur x periode) – Hari Perawatan)
121
= 0,96 hari
3) Analisa
TOI (Turn Over Interval) di ruang Rawas 1.1 RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang periode November 2017 menunjukkan waktu rata-
rata satu tempat tidur kosong yaitu 0,96 hari. Hal ini tidak selaras
dengan standar Depkes RI tahun 2005 bahwa rata-rata satu tempat tidur
kosong yaitu selama 1-3 hari.
Tabel 2.20
Efisiensi Ruang Rawat Inap di Ruang Rawas 1.1
Periode November 2017
No Indikator Hasil
1. BOR 89,73 %
2. ALOS 6,16 Hari
3. TOI 0,97 Hari
Over Interval) di ruang Rawas 1.1 RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
pemakaian tempat tidur yaitu 89,73% dan waktu rata-rata satu tempat tidur
kosong yaitu 0,96 hari. Hal ini tidak selaras dengan standar dari Depkse RI
tahun 2005 yang berarti berpotensi atau beresiko untuk terjadinya infeksi
nosokomial.
PPI atau Pencegahan dan pengendalian infeksi adalah upaya untuk
satunya infeksi yang berasal dari bed pasien. Tingginya angka pemakaian
tempat tidur dan singkatnya waktu rata-rata tempat tidur kosong dapat
c. Infeksi Nosokomial
sebagai berikut:
Palembang yaitu 0 %.
Intravenous
Cabule Infection
Rate =
3 x 24 jam dirawat di rumah sakit kecuali infeksi kulit karena sebab-
sebab lain yang tidak didahului oleh pemberian infus atau suntikan
lain. Infeksi ini ditandai dengan rasa panas, pengerasan dan
kemerahan (kalor, tumor, dan rubor) dengan atau tanpa nanah (pus)
pada daerah bekas tusukan jarum dalam waktu 3 x 24 jam atau
kurang dari waktu tersebut bila infus terpasang. Rumus yang
digunakan untuk mengukur Angka kejadian infeksi karena jarum
(AIKJ) adalah:
= 0
x 100%
6
= 0%
No Jenis Komplain
1. DPJP belum datang
2. Kasus penempatan pasien Morbus Hansen
3. Komplain kebersihan ruangan, pergantian linen dan pemeriksaan infus
yang bermasalah
Jenis komplain berulang
1. Pemeriksaan infus yang macet dan cairan infus habis
2. Kebersihan ruangan
3. Penggantian linen
a. Pendokumentasian Askep
Dari 36 status pasien yang diobservasi oleh Co-Ners UNSRI dengan
rincian dari 12 status pasien tim I, 13 status pasein tim II dan 13 dari status
tim III. Pendokumentasian askep terdapat terisi lengkap, mulai dari
pengkajian awal masuk pasien, penegakan diagnosa, rencana keperawatan,
dan catatan keperawatan secara rutin tiap shift dengan rincian per tim, Tim I
(12 orang), Tim II (13 orang), Tim III (13 orang).
Berdasarkan hasil observasi standar instrumen asuhan keperawatan
didapatkan hasil
1. Pengkajian Keperawatan
Kelengkapan pengkajian keperawatan terhadap pasien 87,47% dengan
rincian, yaitu:
a) Tim I (87,5%)
b) Tim 2 (85,41%) dan
c) Tim 3 (89,5%).
2. Diagnosa Keperawatan
Kelengkapan penegakan dan perumusan diagnosa keperawatan
mencapai 86% dengan rincian, yaitu:
a) Tim I (83,3%),
b) Tim 2 (88,8%) dan
c) Tim 3 (86,1%).
3. Intervensi Keperawatan
Kelengkapan perencaan di status pasien mencapai 87,9% dengan
rincian, yaitu:
a) Tim I (87,5)
b) Tim 2 (87,5%) dan
c) Tim 3 (88%).
4. Implementasi Keperawatan
Kelengkapan pendokumentasian tindakan keperawatan mencapai
77,08% dengan rincian per tim, yaitu:
a) Tim I (79,16%)
b) Tim 2 (75%) dan
c) Tim 3 (77,08%).
5. Evaluasi Keperawatan
Kelengkapan pendokumentasian evaluasi keperawatan mencapai
84,7% dengan rincian per tim, yaitu:
a) Tim I (83,3%)
b) Tim II (87,5%) dan
c) Tim III (83,3%).
6. Catatan Perkembangan Asuhan Keperawatan
Kelengkapan pendokumentasian catatan asuhan keperawatan mencapai
100% dengan rincian per tim, yaitu:
a) Tim I (100%)
b) Tim II (100%) dan
c) Tim III (100%).
Tabel 2.22
Perbandingan Pengelolaan Pasien Berdasarkan Ideal dan Aktual
Ideal Aktual
Tabel 2.23
Perbandingan Standar Prosedur Operasional Pemasangan Kateter
Ideal Aktual
1. Pastikan seluruh alat tersedia. Berdasarkan hasil observasi di ruang Rawas
2. Lakukan identifikasi pasien. 1.1 dari 18 orang perawat di ruang Rawas 1.1
3. Pasien perempuan dianjurkan untuk hampir seluruh perawat secara sistemik tidak
membersihkan bagian uretra dan bagian menggunakan handscoon steril. Hanya ada
dalam labia dengan air bersih sebelum satu perawat yang menggunakan handscoon
pemasangan kateter. steril, inisial perawat tersebut Perawat “T”
4. Pasien laki-laki dianjurkan untuk
membuka kulupnya dan dibersihkan
dengan air kepala penis dan kulupnya.
5. Lakukan kebersihan tangan kemudian
mengenakan sarung tangan steril.
6. Gunakan kateter yang kecil.
7. Bagi petugas yang bertangan kanan
dominan berdiri di sebelah kanan pasien
dan sebaliknya.
8. Untuk pasien perempuan. Dengan tangan
yang tidak dominan, pisahkan labia lalu
bersihkan daerah uretra dengan air DTT
sebanyak 2 kali.
9. Untuk pasien laki-laki, tarik lup dan dan
pegang kepala penis dengan tangan yang
tidak dominan, kemudian bersihkan
kepala penis dan uretra dengan cunam
dan kasa yang telah direndam povidon
iodin 10%sebanyak 2 kali.
10.Pada waktu pemasangan kateter lurus,
genggam kateter sekitar 5 cm dari ujung
kateter dengan tangan dominan dan taruh
ujung lainnya pada tempat pengumpulan
urine.
11. Untuk pasien perempuan, masukkan
kateter dengan hati-hati kira-kira 18-22
cm atau sampai urine mengalir, pada
anak-anak masukkan kira-kira 3 cm.
12.Untuk pasien laki-laki, masukkan kateter
dengan hati-hati kira-kira 18-22 cm atau
sampai urin mengalir. Pada anak-anak
masukkan hanya kira-kira 5-8 cm
13.Pada saat memakai, masukkan lagi
sekitar 5 cm setelah urin ke luar, pompa
balon, tarik secara hati-hati agar
penolakan terasa.
14.Lepaskan kateter indwelling pada paha
untuk perempuan atau bawah abdomen
untuk laki-laki dan ujung kateter
dihubungkan ke tabung pengumpulan
urin.
15.Untuk kateter lurus, biarkan urin keluar
dengan perlahan ke dalam kantong
pengumpulan lalu cabut kateter.
16.Tempelkan etiket tertulis tanggal, bulan,
tahun pemasangan tindakan.di ujung
kateter.
17.Beritahu pasien bahwa tindakan sudah
selesai.
18.Bereskan alat.
19.Buka sarung tangan.
20.Lakukan kebersihan tangan.
21.Lakukan pencatatan tindakan.
Tabel 2.24
Perbandingan Standar Prosedur Operasional Pemasangan Infus
Ideal Aktual
1. Lakukan kebersihan tangan sesuai SPO Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh
kebersihan tangan. mahasiswa co-ners di ruang Rawas 1.1. Hasil
2. Ucapkan salam dan sebutkan nama dari pemasangan infus dengan 2 sampel.
petugas. Tindakan yang telah dilakukan oleh perawat
3. Identifikasi pasien. telah memenuhi SOP. Hal ini menunjukkan
4. Jelaskan tujuan, prosedur tindakan dan bahwa tindakan keperawatan pemasangan
lakukan informed consent. infus pada pasien di ruangan rawas 1.1 telah
5. Jaga privasi pasien. terlaksana baik. Kekurangan dari tindakan
6. Pasang underpad dibawah anggota pemasangan infus ini ialah tidak dipasangnya
tubuh yang akan dipasang infus. underpad dibawah anggota tubuh yang akan
7. Botol cairan infus yang telah disiapkan dipasang infus. Menurut perawat alasan tidak
(tuliskan jika ada obat dicampurkan dan dilakukannya pemasangan underpad dibawah
buat keterangan urutan kolf/botol dan anggotta tubuh yang akan di infus
jumlah tetesan yang ditentukan) dikarenakan defisiensi waktu dimana jumlah
digantungkan pada tiang infus. perawat yang sedikit tidak seimbang dengan
8. Tusukkan infus set kedalam botol infus jumlah pasien yang ada.
dalam keadaan di klem
9. Isi tabung tetesan kurang lebih 1/3 nya
atau sesuai dengan garis/ukuran yang
tersedia.
10. Cairan dialirkan sampai keluar
sehingga udara tidak ada dalam selang
saluran infus dengan cara membuka
klem, selanjutnya di klem kembali.
11. Lindungi ujung infus set agar tetap
steril.
12. Pilih vena yang akan ditusuk.
13. Lakukan kebersihan tangan.
14. Pasang sarung tangan bersih.
15. Lengan atas pasien di bendung dengan
tourniquet kurang lebih 10-12 cm di
atas area tusukan.
16. Pada bayi gunakan daerah kepala yang
sudah dicukur sebelumnya sebagai
pilihan terakhir jika ditempat lain sudah
tidak ada.
17. Daerah permukaan kulit di disenfeksi
dengan alcohol swab. Jika area kulit
sangat kotor, bersihkan area kulit
dengan sabun dan air terlebih
dahulu,kemuadian di disenfeksi.
Lakukan gerakan memutar keluar saat
melakukan desenfeksi.
18. Setelah alkohol kering, IV cateheter
ditusukkan ke vena dengan lubang
jarum menghadap ke atas.
19. Bila berhasildarah akan keluar maka
tourniquet dilepaskkan, klem infus set
dilonggarkan untuk melihat kelancaran
cairan atau tetesan.
20. Bila tetesan lancar, tutup area tusukan
dengan transparan film,pangkal jarum
difiksasi dengann plester, kemudian
tetesan diatur sesuai dengan yang
ditentukan atau order dokter.
21. Lepas sarung tangan.
22. Lakukan kebersihan tangan.
23. Angota tubuh yang terpasang infus
posisinya diatur agar jarum infus tidak
bergerak atau berubah posisinya, bila
perlu gunakan spalk.
24. Tulis tanggal dan jam pemasangan
infus di dekat tusukan selang infus
diganti maksimal 3x24 jam.
25. Rapikan pasien dan bantu mengatur
posisi pasien agar nyaman.
26. Bersihkan dan rapikan alat.
27. Evaluasi respon pasien.
28. Terminasi
29. Buang sampah sesuai dengan SPO
pemilihan sampah.
30. Lakukan kebersihan tangan.
31. Dokumentasikan tindakan dan hasil.
Tabel 2.25
Perbandingan Standar Prosedur Operasional Perawatan Luka dekubitus
Ideal Aktual
1. Lakukan kebersihan tangan sesuai SPO Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh
kebersihan tangan. mahasiswa co-ners di ruang Rawas 1.1. hasil
2. Ucapkan salam dan sebutkan nama dari perawatan luka dekubitus dengan 2
petugas. sampel. Tindakan yang telah dilakukan oleh
3. Identifikasi pasien. perawat telah memenuhi SOP. Hal ini
4. Jelaskan tujuan, prosedur tindakan dan menunjukkan bahwa tindakan keperawatan
lakukan informed consent. perawatan luka dekubitus pada pasien di
5. Jaga privasi pasien. ruangan rawas 1.1 telah terlaksana baik.
6. Seperangkat alat instrument didekatkan
pada pasien.
7. Lakukan kebersihan tangan.
8. Pasang APD : Perawat menggunakan
masker dan schort plastik.
9. Pasang underpad/alas di daerah yang
akkan diganti balutannya.
10. Buka balutan dan buang balutan lama
ke tempat sampah yang telah
disediakan.
11. Bersihkan luka dengan kassa steril
yang telah dibasahi dengan NaCl 0,9%
kemudian buang bagia-bagian yang
kotor atau jaringan nekrotik dengan
gunting jaringan.
12. Bila menggunakan obat agen topical
(bila diresepkan pasien):
a. pertahankan sarung tangan steril.
Oleskan sejumlah kecil salep pada
telapak tangan.
b. tidak memerlukan salep yang terlalu
banyak.
c. ratakan obat dengan menggosok
telapak tangan kuat-kuat membuat salep
lebih mudah dioleskan.
d. oleskan salep dengan tipis secara
merata diatas luka nekrotik.
e. basahi kassa balutan dengan cairan
NaCl 0.9% dan tempelkan langsung
pada luka.
f. tutup kassa yang basah dengan satu
lapis kassa kering dan plester dengan
baik mencegah bakteri masuk kedalam
balutan yang lembap.
13. Bila menggunakan alat septik :
a. luka dalam : berikan salep antiseptic pada
tangan dengan sarung tangan dominan dan
oleskan secara merata salep disekitar luka
b. salep antiseptic menyebabkan iritasi
jaringan minimal. Semua permukaan luka
harus tertutup untuk mengontrol
pertumbuhan bakteri secara efektif.
c. pasang bantalan kassa steril di atas luka
dan plester dengan kuat.
14. bila menggunakan hydrogel :
a. tutup permukaan luka dengan hydrogel
menggunakan aplikator steril atau sarung
tangan.
b. mempertahankan kelembapan luka
sambil mengabsorpsi kelebihan drainage.
c. pasang kassa steril diatas gel untuk
menutupi luka.
15. ubah posisi klien dengan nyaman (lurus,
miring kanan, miring kiri setiap 2 jam).
16. rapikan pasien dan bantu mengatur
posisi pasien agar nyaman.
17. bereskan dan rapikan alat.
18. evaluasi respon pasien.
19. terminasi
20. buang sampah sesuai SPO
21. Lakukan kebersihan tangan
23. dokumentasikan tindakan dan hasil.
Tabel 2.26
Perbandingan Standar Prosedur Operasional Pengambilan Sampel Darah
Ideal Aktual
1. Lakukan kebersihan cuci tangan Berdasarkan observasi yang dilakukan
2. Beri salam terapeutik oleh mahasiswa co-ners di ruang
3. Lakukan identifikasi pasien Rawas 1.1. hasil dari pengambilan
4. Klien diberi penjelasan tentang tindakan sampel darah dengan 4 sampel.
yang akan dilakukan Tindakan yang telah dilakukan oleh
5. Pasang sampiran perawat telah memenuhi SOP. Hal ini
6. Cuci tangan dan pasang sarung tangan menunjukkan bahwa tindakan
disposable. Siapkan spuit dan beri label keperawatan pengambilan sampel
pada spuit dan vacutainer darah pada pasien di ruangan rawas
7. Letakan tangan klien dimeja tempat tidur 1.1 telah terlaksana baik.
dengan posisi tangan lurus menghadap
keatas
8. Pasang torniquet ± 10 cm di atas vena
yang akan ditusuk dan jangan terlalu
kencang
9. Klien disuruh untuk mengepal dan
menekuk tangan beberapa kali untuk
mengisi pembuluh darah
10. Pastikan area vena yang akan ditusuk
11. Bersihkan area yang akan ditusuk dengan
alkohol swab 70%, kulit yang sudah
dibersihkan jangan disentuh lagi
12. Vena ditusuk pelan-pelan dengan sudut
30-450 dengan lobang jarum mengarah
keatas
13. Bila jarum sudah berhasil masuk vena
tarik spuit pelan-pelan
14. Bila darah sudah masuk buka kepalan
tangan
15. Bila darah dirasa cukup lepaskan
torniquet
16. Minta klien menekan area yang ditusuk
dengan alkohol swab selama 1-2 menit
17. Masukkan darah ke tabung vacutainer
dan homogenkan dengan cara membolak-
balikkan vacutainer
18. Beri plester diatas alkohol swab
19. Beritahu tindakan sudah selesai
20. Buang sampah sesuai jenisnya (medis,
non medis dan benda tajam)
21. Kirim darah ke laboratorium
22. Lepaskan sarung tangan dan buang
kesampah medis
23. Cuci tangan
24. Dokumentasikan tindakan
8. Patients Safety
a. Keselamatan Pasien
1) Kajian Teori
Rumah sakit sebagai instansi pelayanan kesehatan yang
berhubunganlangsung dengan pasien harus mengutamakan pelayanan
kesehatan yang aman,bermutu, antidiskriminasi dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasiensesuai dengan standar pelayanan rumah
sakit (Undang-Undang tentang Kesehatan dan Rumah Sakit Pasal 29 UU
No.44/2009).
Pasien sebagai pengguna pelayanankesehatan berhak memperoleh
keamanan dan keselamatan dirinya selama dalamperawatan di rumah sakit
(Undang-Undang tentang Kesehatan dan Rumah Sakit Pasal 32 UU
No.44/2009).Keselamatan pasien menjadi isu global dan merupakan
prioritas utama untuk dilaksanakan terkait denganisu mutu dan citra Rumah
Sakit (Depkes, 2013).
Menurut DepKes RI (2013) Patient safety (keselamatan pasien)
Rumah Sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman. Hal ini termasuk : assesment resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini
mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya dilakukan.
Tujuan adanya patient safety di Rumah sakit adalah agar terciptanya
budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas
rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak
diharapkan (KTD) di rumah sakit dan terlaksananya program – program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
Adapun enam sasaran patient safety adalah: melakukan identifikasi
pasien secara tepat, meningkatkan komunikasi yang efektif, meningkatkan
keamanan penggunaan obat yang membutuhkan perhatian, mengurangi
resiko salah lokasi, salah pasien dan tindakan operasi, mengurangi resiko
infeksi dan mengurangi resiko pasien cedera karena jatuh.
a) Kajian Teori
Identifikasi adalah pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan
tentang bukti-bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan
mempersamakan keterangan tersebut dengan individu seseorang (Depkes RI,
2012). Ketepatan identifikasi pasien menjadi hal yang penting, bahkan
berhubungan dengan keselamatan pasien. Kesalahan karena keliru
merupakan hal yang amat tabu dan sangat berat hukumnya. Kesalahan
karena keliru pasien dapat terjadi dalam semua aspek diagnosis dan
pengobatan. Perlu proses kolaboratif untuk memperbaiki proses identifikasi
untuk mengurangi kesalahan identifikasi pasien. Tidak semua pasien rumah
sakit dapat mengungkapkan identitas secara lengkap dan benar. Beberapa
keadaan pasien seperti pasien dalam keadaan terbius, mengalami
disorientasi, tidak sadar sepenuhnya, bertukar tempat tidur atau kamar
disorientasi, tidak sadar sepenuhnya, bertukar tempat tidur atau kamar atau
lokasi dalam rumah sakit atau kondisi lain dapat menyebabkan kesalahan
dalam identifikasi pasien. Proses identifikasi pasien perlu dilakukan sejak
awal masuk rumah sakit dan saat di ruang rawat inap, perawat melakukan
identifikasi pada saat sebelum diberikan tindakan atau terapi. Misalnya pada
saat akan memberikan obat, pemberian produk darah, mengambil darah dan
spesimen lain
Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan identifikasi pasien yang
nantinya bisa berakibat fatal jika pasien menerima prosedur medis yang
tidak sesuai dengan kondisi pasien seperti salah pemberian obat, salah
pengambilan darah bahkan salah tindakan medis. Penyusunan kebijakan dan
atau prosedur ini harus dikerjakan untuk berbagai pihak agar hasilnya
dipastikan dapat mengatasi semua permasalahan identifikasi yang mungkin
terjadi.
Ketepatan identifikasi pasien dilakukan dengan memasang gelang
identifikasi pada pergelangan tangan semua pasien yang dirawat. Syarat
gelang identifikasi :
a. Nama pasien harus dituliskan dengan minimal 2 kata
b. Harus dicantumkan nomor rekam medis pasien
c. Harus dicantumkan tanggal lahir pasien
d. Warna gelang
Biru : pasien laki-laki
Merah muda : pasien perempuan
Merah : alergi
Kuning : Resiko jatuh
b) Kajian Data
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di ruangan Rawas 1.1
selama 4 hari dari tanggal 4 s/d 7 desember 2017 didapatkan hasil tentang
pasien safety dengan masalah identifikasi pasien pada item pemberian
gelang identitas pasien sudah dilakukan semuanya sehingga semua pasien
memakai gelang identitas. Pemberian gelang identitas untuk pasien wanita
berwarna merah muda (pink) dan pasien laki-laki berwarna biru. Pada saat
akan memberikan obat atau melakukan tindakan kepada pasien, semua
perawat memeriksa identitas pasien.
Pemasangan gelang identifikasi dilakukan oleh perawat ruang Rawas
1.1 pada saat pertama kali pasien masuk untuk dirawat inap. Ketika gelang
akan dipasangkan, perawat menjelaskan fungsi gelang kepada pasien dan
keluarga. Apabila pasien berasal dari ruang rawat intensive, perawat
mengecek terlebih dahulu apakah pasien menggunakan gelang identifikasi
atau tidak, gelang apa saja yang telah terpasang dan menanyakan kembali
kepada pasien dan keluarga apakah sudah mengetahui fungsi dari gelang
tersebut.
Jika pada gelang identifikasi terpasang tanda berwarna merah, perawat
akan menanyakan langsung kepada pasien dan keluarga apakah ada alergi
makanan ataupun obat-obatan, lalu perawat mencocokkan dengan status
pasien dan selanjutkan akan melakukan operan kepada perawat shift
berikutnya bahwa pasien tersebut memiliki riwayat alergi.
Jika pada gelang identifikasi terpasang tanda berwarna kuning, maka
perawat akan mengingatkan kepada pasien dan keluarga bahwa pasien
tersebut memiliki resiko jatuh, diharapkan keluarga tidak meninggalkan
pasien sendirian, aktivitas pasien sebaiknya dibantu dan pagar tempat tidur
harus selalu terpasang.
Pasien rawat inap yang telah selesai masa perawatannya maka
dilakukan pelepasan gelang identitas pasien.
b) Kajian Data
Setelah dilakukan observasi di ruangan Rawas 1.1 selama 4 hari
dari tanggal 4 Desember 2017 s/d 7 Desember 2017 didapatkan hasil
tentang pasien safety dengan masalah resiko infeksi nasokomial yang
menunjukan bahwa semua perawat telah melakukan cuci tangan 6
langkah 5 moment ditempat yang telah disediakan. Pada pasien, setelah
dilakukan observasi pada setiap pasien di ruang rawat inap Rawas 1.1,
baik pasien maupun keluarga tidak pernah melakukan cuci tangan 6
langkah setelah kontak maupun sebelum kontak dengan pasien. Pasien
dan keluarga pasien juga mengatakan penyuluhan dan edukasi mengenai
cuci tangan 6 langkah dilakukan hanya satu kali ketika memasuki dan
dirawat di Rawas 1.1. Akan tetapi re-edukasi terhadap pasien atau
keluarga pasien mengenai cuci tangan masih kurang terlaksana dengan
baik.
Mengenai penggunaan handscoon, handscoon digunakan secara
benar pada saat melakukan tindakan invasive dan akan menyentuh
dengan cairan tubuh pasien. Di ruangan Rawas 1.1 pemakaian
Handscoon selalu dilakukan pada tiap tindakan yang berhubungan
dengan pasien seperti GV, pemasangan IVFD, kateter, NGT dan
prosedur invasive lainnya. Perawat juga mengganti handscoon yang
sudah dipakai.
Mengenai pemilihan sampah, kotak sampah di ruang tindakan Rawas
1.1 dibagi berdasarkan 3 kriteria yaitu :
- Kotak sampah kuning untuk sampah infeksius
- Kotak sampah hijau untuk sampah non infeksius
- Kotak sampah container untuk sampah benda tajam seperti nal, ampul
dan vial.
Pemilihan sampah biasanya hanya disosialisasikan oleh perawat
kepada keluarga pasien pada saat pertama masuk saja dan jarang
disosialisasikan ulang. Baik pasien dan keluarga masih saja tidak dapat
membedakan sampah infeksius dan non-infeksius Perawat hanya menegur
pasien atau keluarga ketika mereka hendak membuang sampah yang diduga
berupa cairan tubuh pasien agar membuang di tempat sampah kuning.
6) Risiko Jatuh
a) Kajian Teori
Risiko adalah kemungkinan, bahaya, kerugian, akibat kurang
menyenangkandari sesuatu perbuatan, usaha, dan sebagainya (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2013). Menurut Soehatman Ramli (2012), risiko
merupakan kombinasi darikemungkinan dan keparahan dari suatu kejadian.
Besarnya risiko ditentukan oleh berbagai faktor, seperti besarnya paparan,
lokasi, pengguna, kuantiti serta kerentananunsur yang terlibat.
Falls atau pasien jatuh merupakan insiden di RS yang sering terjadi
dan dapat mengakibatkan cedera serius dan kematian.Pasien jatuh
merupakan adverse event kedua terbanyak dalam institusi perawatan
kesehatan setelah kesalahan pengobatan/medication erors (AHRQ).Insiden
pasien jatuh tidak hanyaberdampak kepada fisik pasien tetapi juga dampak
keuangan yang ditanggungpasien dan rumah sakit (RS).
Penilaian resiko jatuh menggunakan skala Morse untuk pasien dewasa
dan skala Humpty Dumpty untuk pasien anak - anak. Penilaian meliputi
berbagai aspek seperti riwayat jatuh, menggunaan alat bantu jalan, kebiasaan
berjalan, kebiasaan berkemih, penyakit dan obat yang dikonsumsi, dan lain -
lain. Penilaian terhadap resiko jatuh diharapkan dapat mengurangi resiko
jatuh dan meningkatkan kewaspadaan terhadap pasien beresiko jatuh.
Dengan mengenali resiko jatuh maka akan dapat diprediksi resiko
jatuh seseorang, dan dilakukan tindakan pencegahan yang sesuai. Oleh
karena itu, memahami resiko jatuh, melakukan tindakan pencegahan, dan
penanganan pasien jatuh, merupakan langkah yang harus dilakukan untuk
menurunkan resiko jatuh dan cidera pada pasien yang dirawat.
b) Kajian Data
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di ruangan Rawas
1.1 selama 4 hari dari tanggal 4 Desember 2017 s/d 7 Desember 2017
didapatkan hasil tentang patient safety yang menunjukkan bahwa adanya
pasien yang tidak menggunakan klip kuning pada gelang identitas, namun
saat observasi terdapat pasien yang tirah baring dan berdasarkan pernyataan
4 orang perawat mengungkapkan bahwa memang pasien hanya dikaji pada
saat awal masuk dan belum dilakukan pengkajian ulang sehingga klip
kuning tidak terpasang sesuai dengan kondisi pasien. Ruangan rawat inap
Rawas 1.1 telah dilengkapi hand rail di kamar mandi untuk mengurangi
resiko pasien terjatuh saat di kamar mandi. Dapat dilihat bahwa ruang Rawas
1.1. juga memiliki penerangan yang baik di setiap kamar, lantai kamar tidak
licin, semua side rail tempat tidur berfungsi dengan baik, dan tidak ada kabel
listrik yang menghalangi jalan. Setiap bed terpasang nursing call yang
digunakan pasien dan keluarga untuk memberitahukan perawat jika pasien
memerlukan bantuan, namun nursing call di ruang rawas 1.1 tidak berfungsi
dengan baik sehingga perawat sulit mengidentifikasi kamar atau ruangan
mana yang membutuhkan bantuan, misalnya pasien terjatuh di kamar mandi
namun karena nursing call tidak berfungsi dengan baik, waktu untuk
mengidentifikasi kejadian tersebut akan lebih lama sehingga memperburuk
keadaan pasien.
Menurut Nursalam (2016) Penerapan parameter pengukuran
keselamatan pasien yang bisa digunakan di rumah sakit yaitu
1. Angka kejadian jatuh
Dari data periode November 2017 didapatkan bahwa 100% pasien
tidak mengalami jatuh selama dilakukan perawatan oleh perawat di
ruang rawat inap Rawas 1.1. meskipun sebagian pasien mempunyai
resiko jatuh, akan tetapi dari hasil tabulasi data menunjukkan tidak ada
pasien yang mengalami jatuh.
2. Kesalahan pengobatan (Medication error)
Kejadian kesalahan pemberian obat yang meliputi tidak tepat obat,
tidak tepat cara pemberian, tidak tepat dosis, tidak tepat pasien, tidak
tepat waktu pemberian dan tidak waspada terhadap efek pemberian obat
tidak terjadi selama periode November 2017, pemberian obat dilakukan
secara benar sesuai indikasi yang diberikan oleh dokter. Angka Kejadian
Tidak Diinginkan (KTD) dalam pemberian obat periode November
2017 adalah 0 %. Angka Kejadian Nyaris Cidera (KNC) dalam
pemberian obat periode November adalah 0 %.
36 100%
A. Analisa Data
Analisa SWOT merupakan salah satu teknik dalam menganalisis
ruangan sekaligus merumuskan strategi yang dapat memaksimalkan strength
(kekuatan) dan oppurtunity (peluang) dan secara bersamaan dapat
meminimalkan weakness (kelemahan) dan threats (ancaman). Jadi, analisis
SWOT membandingkan antara faktor luaran (Peluangh dan Ancaman)
dengan faktor dalaman (Kekuatan dan Kelemahan) (TIM Manajemen
keperawatan, 2015).
Berdasarkan hasil kegiatan pengumpulan data di Ruang Rawas 1.1
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, maka analisa SWOT pada tiga
unsur manajemen keperawatan yakni ketenagaan (man), metode (method) dan
sarana dan prasarana (material) pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1
Analisa SWOT
S-W
3. Status ketenagakerjaan pegawai di 0,2 3 0,6 3,6 – 3,5 =
Ruang Rawas 1.1 0,1
PNS : 7 orang
BLU : 10 orang
TOTAL 1 14 3,6
Weakness
1. Kurangnya jumlah tenaga 0,5 4 2
keperawatan
2. Keberadaan manajer dan konselor 0,5 3 1,5
belum ada di Ruang Rawas 1.1
1 7 3,5
TOTAL
Oppurtunity
1. Ruang Rawas 1.1 digunakan 0,3 4 1,2
sebagai lahan praktik mahasiswa
D3, profesi Ners, dan kedokteran.
2. Adanya kebijakan rumah sakit 0,2 4 0,8
untuk meningkat pendidikan bagi
pegawai. O–T
3. Adanya penilaian sistem kerja 0,1 3 0,3 3,7 – 3,6 =
oleh Karu setiap bulan yang dapat 0,1
meningkatkan sistem reward
perawat.
4. Adanya program pelatihan yang 0,2 4 0,8
diberikan kepada perawat sebagai
pengembangan diri.
5. Adanya program akreditasi rumah 0,2 3 0,6
sakit dari pemerintah dimana
MAKP merupakan salah satu
penilaian
TOTAL 1 18 3,7
Threat
1. Beban kerja perawat yang lebih 0,3 4 1,2
dapat mengancam pasien memilih
pelayanan kesehatan dirumah
sakit lain.
2. Persaingan rumah sakit semakin 0,3 4 1,2
kuat.
3. Semakin tinggi kesadaran
masyarakat akan pentingnya 0,2 3 0,6
kesehatan.
4. Semakin tinggi kesadaran
masyarakat akan hukum jika ada 0,2 3 0,6
kelalaian dalam pemberian
pelayanan kesehatan.
TOTAL 1 14 3,6
2. Material and Machine
a. Internal factor
Strength
1. Tersedianya handrub di setiap pintu
0.1 4 0.4 S–W=
ruang rawat dan bed pasien 3 – 2,3 =
0,7
2. Tersedianya alat komunikasi antar
0.1 2 0.2
pasien dan perawat (nursing call)
3. Akses ke toilet mudah dan bersih serta
0.05 3 0.15
dilengkapi hand rail di kamar mandi
untuk mengurangi resiko pasien
terjatuh saat di kamar mandi
0.1 3 0.3
4. Jumlah laken tersedia cukup
5. Kapasitas tempat tidur yaitu 38 tempat 0.05 4 0.2
tidur dan 38 narkase.
6. Nurse station dalam letak yang 0.05 3 0.15
strategis
7. Ventilasi pada setiap ruangan baik dan 0.1 3 0.3
lancer
8. Terdapat oksigen center per bed di
0.1 3 0.3
setiap kamar
9. Pengaturan pencahayaan disetiap 0.1 3 0.3
kamar pasien baik
10. Privasi pasien maksimal dengan 0.1 3 0.3
adanya sampiran disetiap bed
11. Nilai ALOS ideal 0.1 3 0.3
1 3
TOTAL
Weakness
1. Kurangnya assesment 0.1 3 0.3
pasien resiko jatuh sehingga
ketidakefektifan penggunaan clip
resiko jatuh 0.1 2 0.2
2. alat komunikasi antar pasien
dan perawat (nursing call) tidak
berfungsi dengan baik 0.1 2 0.2
3. terdapat crank (engkol) bed
pasien kamar 5 bed 4 yang tidak
berfungsi dengan baik 0.1 1 0.1
4. tidak adanya jam di setiap
kamar pasien 0.1 2 0.2
5. nilai BOR dan TOI tidak
ideal 0,2 3 0,6
6. penyusunan B3 belum sesuai dengan
standar
0,1 3 0,3
7. kurangnya edukasi kepada pasien dan
keluarga mengenai pentingnya 6
langkah cuci tangan 1 2.3
TOTAL
Opportunity
1. Adanya pengadaan alat sekali pakai
0.3 4 1.2 O–T=
2. Adanya pengadaan alat steril 0.2 3 0.6 3.3 – 2.4 =
0.9
3. Adanya dokumentasi pengambilan dan
0.3 3 0.9
peminjaman alat
4. Adanya pengajuan proposal pengadaan
0.2 3 0.6
sarana dan prasarana secara berkala
setiap tahunnya kepada pihak RSUP
M. HOESIN 1 3.3
TOTAL
Threat
1. Birokrasi yang panjang dalam
0.4 3 1.2
tindak lanjut proposal pengadaan
sarana dan prasarana.
TOTAL
3. METODE
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Ruangan memiliki visi, misi, dan 0,1 4 0,4 S-W =
motto sebagai acuan melaksanakan 3,4-2,4 = 1
kegiatan pelayanan
2. Supervisi dilakukan kepala ruangan 0,1 3 0,3
setiap hari
3. Mempunyai standar asuhan 0,1 4 0,4
keperawatan
4. Mempunyai protap setiap tindakan 0,1 4 0,4
5. Terlaksananya komunikasi yang
adekuat: kepala ruangan, perawat dan 0,1 3 0,3
tim kesehatan lainnya
6. Ada 3 tim dalam metode tim di 0,1 4 0,4
ruangan
7. Terdapat pengaturan jadwal dinas 0,1 3 0,3
pagi, siang, dan malam
8. Jadwal dinas disusun oleh kepala 0,1 3 0,3
ruangan dan kepala ruangan
memberikan kesempatan kepada katim
dan perawat untuk mengajukan
request jadwal dinas
9. Hasil analisis kepuasan pasien bahwa 0,2 3 0,6
91,6% pasien menyatakan puas
dengan pelayanan perawat dan 8,3%
menyatakan sangat puas
TOTAL 1 3,4
Weakness
1. Pelaksanaan model MPKP sudah 0,3 2 0,6
dilaksanakan tetapi memiliki kendala
karena terbatasnya tenaga perawat,
sehingga 1 perawat dapat bertanggung
jawab pada 6-7 pasien.
2. Pelaksanaan pemasangan kateter yang 0,3 2 0,6
belum sesuai SOP
3. Belum terlaksananya ronde 0,1 3 0,3
keperawatan
4. Perawat tidak melakukan pengukuran 0,1 3 0,3
vital sign pada pasien baru masuk
(menggunakan data dari transfer
internal)
5. Setiap tim hanya merawat pasien yang 0,2 3 0,6
termasuk dalam timnya saja.
TOTAL 1 2,4
Opportunity
1. Adanya kebijakan RS tentang 0,2 4 0,8 O-T =
pelaksanaan MPKP 3,2-2 = 1,2
2. Adanya kebijakan dari rumah sakit 0,1 3 0,3
yang memberikan kesempatan pada
kepala ruangan untuk mengelola
ruangan
3. Adanya dukungan dari pihak rumah 0,1 3 0,3
sakit untuk meningkatkan reward
perawat berdasarkan hasil laporan
perawat/log book setiap bulannya
4. Adanya dukungan dari pihak rumah 0,3 4 1,2
sakit untuk melakukan pelatihan pada
perawat di ruangan Rawas 1.1 yang
ditunjuk oleh Kepala Ruangan
5. Adanya program akreditasi rumah 0,2 3 0,6
sakit menuju RS international yang
menuntut perawat menjadi lebih baik
dengan memperhatikan Hak dan
Kewajiban Pasien, 6 sasaran
keselamatan pasien, Etika
berkomunikasi dengan pasien serta
program lainnya
6. Adanya mahasiswa PSIK praktik 0,1 3 0,3
manajemen (menjalankan roleplay)
TOTAL 1 3,2
Treathened
1. Adanya tuntutan 0,4 2 0,8
masyarakat yang ingin pelayanan yang
berkualitas.
2. Kebebasan akan informasi
membuat orang dengan mudah
menyebarkan berita ketidakpuasan 0,6 2 1,2
akan pelayanan keperawatan yang
diterimanya 1 2
TOTAL
4. Dokumentasi Keperawatan
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
1. Standar Prosedur Operasional 0,4 4 1,6 S-W
pemasangan infus, pengambilan 3,4-
sampel darah serta perawatan luka 3,0=0,4
decubitus yang sudah terlaksana sesuai
dengan SPO
2. Adanya sistem pendokumentasian 0,3 3 0,9
keperawatan (Pengkajian, Lembar
Diagnosa Keperawatan, Intervensi
Keperawatan, Implementasi
Keperawatan dan Catatan Terintegrasi)
3. Adanya kerja sama yang baik antara 0,3 3 0,9
Kepala Ruangan, ketua tim, perawat
pelaksana dan mahasiswa.
Total 1 3,4
Weakness
1. Pelaksanaan pemasangan kateter yg 0,3 3 0,9
belum sesuai dengan SPO
2. Perumusan masalah keperawatan yang 0,7 3 2,1
sama dengan sebelumnya
Total 1 3
Threatened
1. Tingkat kesadaran masyarakat (pasien
dan keluarga) akan tanggung jawab 0,4 1 0,4
dan tanggung gugat
2. Adanya penilaian akreditasi rumah
sakit terhadap sistem 0,6 2 1,2
pendokumentasian yang dapat
mempengaruhi kinerja perawat
Total 1 1,6
5. Discharge Planning
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength
0,4 4 1,6
1. Tersedianya fasilitas format
S-W = 4-
discharge planning 1,05 =
0,6 4 2,4 2,95
2. Perawat mampu berkolaborasi dengan
tim medis lain untuk memberikan
perencanaan perawatan kesehatan
pasien di rumah kepada
pasien/keluarga
TOTAL 1 8 4
Weakness
TOTAL 1 7 3,6
Treath
1. Adanya tuntutan masyarakat untuk 0,3 1 0,3
mendapatkan pelayanan yang optimal
2. Persaingan antar rumah sakit semakin
ketat 0,3 3 0,9
3. Makin tingginya kesadaran
masyarakat terahdap pentingnya 0,4 1 0,4
kesehatan
TOTAL 1 5 1,6
6. Hand Over
a. Internal Faktor (IFAS)
Strengh
0,1 3 0,3 S-W =
1. Masing- masing kelompok dinas
3,2- 1= 2,2
hadir, kepala ruangan yang
memimpin kegiatan timbang terima
2. Kelompok dinas yang akan yang
0,1 3 0,3
mengoperkan/ menyerahkan telah
mempersiapkan hal-hal yang akan
disampaikan
3. Masing-masing ketua tim/ kepala
0,2 3 0,6
jaga menyampaikan operan yang
akan disampaikan pada kelompok
timnya mengenai: (keadaan umum
pasien, tindakan lanjut untuk
kelompok dinas yang menerima
operan, rencana intervensi untuk
kelompok yang menerima operan
serta operan alat-alat dan inventaris
ruangan)
4. Adanya kemauan perawat untuk 0,1 3 0,3
melakukan timbang terima
5. Timbang terima sudah dilakukan 0,2 3 0,6
secara rutin dan baik
6. Kelompok dinas yang mengoperkan 0,2 4 0,8
menyerahkan seluruh berkas catatan
perawatan pasien kepada kelompok
yang menerima operan
7. Adanya buku khusus untuk 0,1 3 0,3
melaporkan timbang terima
TOTAL 1 3,2
Weakness
Opportunity
TOTAL 1 10 3,3
Treath
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari 0,4 2 0,8
masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan keperawatan yang
professional
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat 0,6 3 1,8
tentang tanggung jawab dan tanggung
gugat perawat sebagai pemberian
asuhan keperawatan.
TOTAL 1 5 2,6
Tabel 3.2
O
10
7
UBAH STRATEGI PROGRESIF
6
5
W
S
--10 --9 --8 --7 --6 --5 --4 --3 --2 --1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
--1
--2
--3
--4
--5
STRATEGI BERTAHAN DIVERSIFIKASI
--6
STRATEGI
--7
--8
--9
--10
Keterangan
T
Discharge Planning Metode MPKP
Dokumentasi keperawatan
Material machine
Interpretasi Data
No. Masalah Sub Masalah Target Uraian kegiatan Waktu Sasaran Penanggung Yang
jawab terkait
1. Pelaksanaan Tindakan Perawat yang 1. Koordinasikan 13 Kepala Raytiah Kepala
pemasangan pemasangan kateter melakukan dengan kepala desember ruangan, Mariani dan ruangan
kateter belum tidak menggunakan pemasangan kateter ruangan dan 2017 ketua TIM, Rani Ayu ruang rawas
terlaksana sarung tangan steril perawat. perawat dan Putri 1.1 dan staf
sesuai SPO 2. Kaji hambatan Mahasiswa
pelaksanaan
pemasangan
kateter
3. Implementasi
penilaian
pemasangan
kateter
4. Mengalakukan
evaluasi
5. Melakukan
pendokumentasia
n
2. Belum Belum tersedianya Terlaksananya ronde 1. Koordinasikan dengan 19 Kepala Adelia Kepala
terlaksanaanya perawat konsulen keperawatan kepala ruangan dan desember ruangan, Pradita ruangan
ronde perawat. 2017 perawat dan Raytiah ruang rawas
keperawatan 2. Mengkaji masalah mahasiswa Mariani 1.1
yang ditemukan.
3. Implementasi kasus
yang ditemukan
3. Perumusan Perumusan masalah Diharapkan perawat Penyediaan NCP 20 Kepala Endra Kepala
masalah keperawatan yang dapat merumuskan (Nursing Care Plan) Desember ruangan, Kurniawan ruangan
keperawatan sama dari awal pasien masalah untuk mempermudah 2017 perawat dan Parinduri ruang rawas
yang tetap masuk keperawatan sesuai perawat dalam mahasiswa 1.1
sama dengan kondisi pasien merumuskan masalah
sebelumnya keperawatan
3. Pelaksaaan 1. Sebagian besar Diharapkan pasien 1. Koordinasi kepala 1. 14 Pasien dan Bekti istiani Kepala
patient safety pasien dan dan keluarga ruangan, KATIM dan Desembe keluarga dan Resi ruangan
masih kurang keluarga belum pasien : perawat pelaksana r 2017 pasien salsuda rawas 1.1
pengontrolan tepat 1. Mampu 2. Penyuluhan kepada tentang
dan ketepatan mendemonstrasik mendemonstrasik pasien dan keluarga cuci
an cuci tangan an cuci tangan tentang cuci tangan tangan
2. Sebagian besar dengan benar yang benar 2. 15
keluarga belum 2. Mampu 3. Penyuluhan kepada Desembe
mampu mendemonstrasik pasien dan keluarga r 2017
melakukan an cara merawat tentang perawatan tentang
perawatan luka luka yang benar luka perawata
4. Re-edukasi keluarga n luka
setiap pagi hari
mengenai cuci tangan
dan perawatan luka
5. Laporan evaluasi
4. Penataan 1. Penyusunan B3 1. Penyusunan B3 1. Edukasi pramubakti 12 1. Pramubakt 1. Merry 1. Kepala
sarana dan belum sesuai sesuai dengan untuk menyusun B3 Desember i Selviana ruangan
prasarana dengan standar standar sesuai dengan standar 2017 2. Perawat Rawas 1.1
2. Penataan tempat 2. Penataan tempat 2. Melakukan penataan 2. Kepala
penyimpanan alat penyimpanan alat alat dsn pemberian ruangan
belum rapi label pada alat Rawas 1.1
TANGGAL PJ
NO KEGIATAN
4 5 6 7 8 9 11 12 13 14 15 16 18 19 20 21 22 23
1. Pembuatan KELOMPOK
instrumen CO-NERS
pengkajian UNSRI
2. Melakukan kajian KELOMPOK
situasi pada unit CO-NERS
pelayanan Rawas UNSRI
1.1
a. Wawancara
instrumen
manajemen
keperawatan
b. Penghitungan
tenaga kerja
perawat
berdasarkan
beban kerja
c. Perhitungan
tingkat kepuasan
pasien diruangan
d. Perhitungan
instrument
standar asuhan
keperawatan di
ruangan
e. Perhitungan
analisis tindakan
keperawatan
f. Perhitungan
angka
ketergantungan
pasien
g. Perhitungan
kepuasan kerja
perawat
3. Presentasi hasil KELOMPOK
analisa situasi dan CO-NERS
POA UNSRI
6. a. Edukasi Merry
pramubakti Selviana
untuk
menyusun B3
sesuai standar
b. Penataan
tempat
penyimpanan
alat
: telah dilaksanakan
: akan dilaksanakan
BAB IV
Mahasiswa program profesi Ners angkatan tahun 2017 telah melakukan praktek
manajemen keperawatan selama 3 minggu, yaitu dari tanggal 4 Desember s.d. tanggal 23
Desember 2017 di Ruang Rawat Inap Rawas 1.1 RSUP dr. Mohammad Hosein
Palembang, dengan berpedoman pada POA (planning of action) yang telah dipaparkan
saat seminar awal analisa situasi, telah dilakukan implementasi manajemen keperawatan
yaitu :
135
Presentasi disampaikan oleh :
a. Resi salsuda, S. Kep sebagai Moderator
b. Lizza wirma , S. Kep sebagai Pemateri 1
c. Merry selviana, S. Kep sebagai Pemateri II
d. Rani Ayu Putri, S.Kep sebagai Operator Media
e. Adelia Pradita, S. Kep sebagai Penyanggah
f. Raytiah Mariani, S. Kep sebagai Penyanggah
g. Endra Kurniawan Parinduri, S. Kep sebagai Penyanggah
h. Bekti Istiani, S.Kep sebagai penyanggah
i. Dwi Purnama Sari, S. Kep sebagai Penyanggah
136
melihat langsung keadaan kliennya dan perawat mengetahui kondisi klien yang
menjadi tanggung jawabnya secara komprehensif serta melaporkan keadaan pasien
kepada shift berikutnya.
137
dengan pelaksanaan asuhan keperawatan. Roleplay ronde keperawatan ini
dilaksanakan di kamar 1 bed 3 Ruang Rawas 1.1 pukul 11.00 – 11.45 WIB dengan
mengangkat kasus SOL Medulla Spinalis, Ca Mammae dan Efusi Pleura. Roleplay
dilakukan oleh mahasiswa Coners UNSRI dengan posisi peran sebagai berikut:
1. Resi Salsuda, S.Kep sebagai Kepala Ruangan
2. Adelia Pradita, S.Kep sebagai Ketua TIM
3. Perawat Pelaksana:
a. Bekti Istiani, S.Kep
b. Dwi Purnama Sari, S.Kep
c. Endra Kurniawan Parinduri, S.Kep
d. Lizza Wirma, S.Kep
e. Merry Selviana, S.Kep
f. Rani Ayu Putri Utami, S.Kep
g. Raytiah Mariani, S.Kep
4. Ibu Hj. Warnides, S.Kep., Ns sebagai konselor
5. Ibu Evi Yuni Mistati, S.Kep., Ns sebagai pembimbing dan supervisor
138
terhadap pasien konfirmasi ulang sehari
sebelum ronde keperawatan
dilakukan.
139
Penjelasan hasil pengkajian,
Pengkajian pemeriksaan penunjang,
keperawatan, analisa data, masalah
meliputi: Identitas keperawatan, diagnosa
Pasien, Status keperawatan, dan intervensi
Kesehatan saat yang telah dilaksanakan.
Ini, Riwayat
Biologis, Riwayat
Kesehatan Keluarga,
Aspek Psikososial,
Pengkajian
Fisik (Head to
Toe), Pemeriksaan
Penunjang dan
Terapi saat ini.
Memamparkan
masalah
keperawatan
berdasarkan
analisa data
keperawatan yang
telah dirumuskan.
Memaparkan
diagnosa keperawatan
yang telah
dirumuskan.
Memaparkan
intervensi yang telah
dilaksanakan dan
rencana tindak lanjut
pasien
11. 25 - Kepala ruangan dan ketua - Peran perawat konselor atau
tim dan anggota ronde pembimbing yang mewakili
140
lainnya mendiskusikan terapi dapat terealisasi, meliputi :
farmakologis dan memberikan justifikasi
nonfarmakologis yang dapat mengenai tindakan
diberikan untuk mengatasi keperawatan yang telah
masalah keperawatan pasien dan akan dilakukan.
yaitu nyeri. Memberikan reinforcement
- Perawat konselor dan positif, dan diskusi
pembimbing memberi saran dengan peserta lain
mengenai kondisi pasien dalam memberikan saran
- Terapi nonfarmakologis yang
di edukasi untuk pasien dan
keluarga yang kompres
hangat dan hand massage.
- Perawat memberi
kesempatan keluarga pasien
untuk bertanya dan
berdiskusi dengan perserta
lain mengenai kondisi pasien.
- Perawat memberikan pujian
pada pasien dan keluarga
atas kerjasama dalam
melaksanakan kegiatan ronde
keperawatan.
11.35 - Kepala ruangan - Peran kepala ruangan untuk
menyampaikan kesimpulan menyampaikan kesimpulan dan
mengenai jalannya menutup kegiatan ronde
ronde Keperawatan keperawatan di kamar
- Menutup kegiatan ronde pasien terealisasi.
keperawatan di kamar pasien
11.45 Fase Evaluasi (di ruang KARU) Kegiatan ronde keperawatan
- Kepala ruangan me- berlangsung selama kurang
review hasil diskusi yang lebih 45 menit, mahasiswa Co
terjadi di kamar pasien Ners kembali ke ruangan
141
- Kepala ruangan untuk me- Review hasil kegiatan
menyimpulkan hasil kegiatan ronde keperawatan dan rencana
ronde keperawatan tindak lanjut intervensi
- Kepala ruangan pasien, diskusi selesai,
memberikan pujian kepada kepala ruangan menutup
peserta ronde kegiatan ronde keperawatan.
- Kepala ruangan
memaparkan kembali
rencana tindak lanjut untuk
pasien tersebut
- Kepala ruangan
menutup kegiatan ronde
keperawatan
Pendokumentasian kegiatan Saran yang diberikan mengenai data
ronde keperawatan pengkajian yang lebih dikaji
mendalam sehingga masalah
Setelah kegiatan ronde keperawatan yang muncul lebih
keperawatan selesai, pengawas banyak.
klinik memberi reinforcement
positif terhadap jalannya
kegiatan, memberikan masukan
dan memberikan motivasi untuk
dapat mengaplikasikan kegiatan
ronde keperawatan dengan lebih
baik.
Pendidikan kesehatan tentang cuci tangan yang baik dan benar dilakukan
pada tanggal 14 Desember 2017 di seluruh kamar atau ruang perawatan yang
dihadiri oleh seluruh Co-Ners yang dinas di ruangan Rawas 1.1. peserta
penyuluhan terdiri dari pasien, keluarga yang menunggu dan kerabat yang
142
membesuk. Penyuluhan menggunakan metode ceramah dan demonstrasi dengan
menggunakan media leafleat. Respon peserta penyuluhan cukup antusias
dibuktikan dari peserta penyuluhan dapat mempraktikan cara mencuci tangan yang
baik dan benar.
143
3. Lembar discharge planning sudah diisi dan dibubuhi tanda tangan petugas
kesehatan.
4. Edukasi pasien pulang dilakukan oleh perawat yang sedang bertugas kepada
keluarga, didahului oleh dokter yang telah visite untuk memberikan informasi
tentang kondisi pasien dan acc pulang.
5. Media tambahan leaflet disediakan di nurse station.
Pelaksaan dirasa belum optimal. Hal ini juga terjadi karena fokus saat
pelaksanaan terbagi dengan tindakan keperawatan yang harus dilakukan ketika
dinas.
144
BAB V
1. Kesimpulan
Praktek manajemen keperawatan oleh Mahasiswa program profesi Ners
angkatan tahun 2017 yang berlangsung selama 3 minggu yang dimulai dari tanggal 4
Desember s.d. tanggal 23 Desember 2017 di Ruang Rawat Inap Rawas 1.1 RSUP dr.
Mohammad Hoesin Palembang telah dilakukan beberapa kegiatan meliputi analisa
kajian situasi ruang yang berfokus pada beberapa aspek yaitu Man, Method,
Material Machine dan Money. Selanjutnya kajian dianalisa menggunakan
metode SWOT, dilanjutkan dengan membuat POA (Planning of Action), melakukan
setiap rencana implementasi POA dan mengevaluasi kegiatan yang telah
dilaksanakan.
Kajian situasi yang telah dilakukan memperoleh beberapa masalah yang
akan diperbaiki selama kegiatan praktik manajemen keperawatan. Setelah dilakukan
pemaparan terhadap kajian situasi ruangan, mahasiswa co-ners meminta bimbingan
baik berupa perbaikan maupun izin kegiatan rencana yang akan dilakukan.
Kegiatan praktik manajemen keperawatan juga berupa ronde keperawatan,
pre dan post conference serta overan (timbang terima) yang melibatkan ketua
tim, perawat pelaksana, serta Co Ners. Selain itu, mahasiswa co-ners juga dilibatkan
dalam bermain peran sebagai kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengajarkan kepada mahasiswa tentang fungsi dan
peran dalam sebuah organisasi dalam Rumah Sakit. Selain itu,
pengaplikasian kegiatan keperawatan ini guna tercapainya pemberian asuhan
keperawatan yang berkualitas.
2. Saran
1. Rumah Sakit
Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit untuk melakukan evaluasi berkala
guna meningkatkan sarana dan prasarana yang dapat menunjang pemberian
asuhan keperawatan yang berkualitas.
145
2. Kepala Ruangan
Diharapkan agar kepala ruangan mengevaluasi berkala pemberian asuhan
keperawatan yang telah dilakukan perawat guna mengurangi adanya kesalahan
infomasi, kurangnya informasi, serta informasi yang kurang tepat.
3. Perawat
Diharapkan perawat ruangan agar tetap terbuka, cermat dan teliti
dalam pemberian asuhan keperawatan yang profesional
4. Ruang Rawas 1.1
a. Masalah kurangnya tenaga keperawatan dapat ditindak lanjuti dengan
perencanaan penambahan tenaga keperawatan oleh kepala ruangan.
b. Diharapkan kepada perawat ruang rawas 1.1 untuk meningatkan pelaksanaan
discharge planning pada pasien.
c. Diharapkan semua perawat di ruang Rawas 1.1 lebih cermat dalam
melakukan anamnesa pasien resiko jatuh dan pemberian klip serta tanda
resiko jatuh.
d. Diharapkan semua perawat menjaga dan mengobservasi penggunaan alat-alat
medis dan non-medis untuk membantu keberlangsungan kegiatan asuhan
keperawatan.
146
DAFTAR PUSTAKA
Azwir, Ayuningtyas, D, Riastuti. (2010). Pengembangan pola karir perawat klinik rumah
sakit umum daerah tarakan jakarta pusat tahun 2008. Jurnal Manajemen Pelayanan
Kesehatan. 13(1): 16-22
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial: Problematika Dan Pengendaliannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Darliana, Devi. (2012). Discharge Planning dalam Keperawatan. Idea Nursing Journal (3)2
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2001). Standar Manajemen Pelayanan
Keperawatan dan Kebidanan di Sarana Kesehatan. Jakarta: Depkes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Kebijakan Obat Nasional. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Indikator Kinerja Rumah Sakit. Jakarta:
Depkes RI
Depkes RI. (2001). Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Indikator menuju Indonesia Sehat
2010. Jakarta.
Julianto, Mito. (2015). Peran dan fungsi manajemen keperawatan dalam manajemen konflik.
Fatmawati Hospital Journal.1-9
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit. Jakarta: Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Rencana Strategi Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta: Kemenkes RI
vi
Rizki, dkk. (2017). Stase Keperawatan Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat Inap
Sitorus Ratna, Yulia. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit:
penataan struktur & proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan di ruang
rawat. Jakarta: EGC.
Surianto, Sari, N. P. P & Jurni. (2016). Hubungan kepemimpinan kepala ruangan dan
lingkungan kerja dengan kepuasan kerja perawat di pavilium catelia rsud undata.
Jurnal Kesehatan Tadulako. 2(1): 13-22
TIM Manajemen Keperawatan. (2015). Manajemen Keperawatan Buku Panduan
Praktik Klinik. Universitas Srwijaya : Program Studi IlmU Keperawatan.
vii
viii
LAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. N
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI PADA DIAGNOSIS SOL
MEDULLA SPINALIS, CA MAMAE DAN EFUSI PLEURA (DI RUANG RAWAS 1.1
KAMAR 1.3 RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
Topik : Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah Keperawatan Nyeri pada
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi, yaitu nyeri.
b. Tujuan Khusus
1) Menjustifikasi masalah yang belum teratasi
2) Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat dan tim kesehatan
lainnya
3) Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien
4) Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien
2. Sasaran
Pasien Ny. N umur 41 tahun yang dirawat di kelas III No. tempat tidur 3 Ruang
Rawas 1.1 RSUP DR. Mohammad Hoesin Palembang
3. Materi
a. Teori Asuhan Keperawatan pasien dengan Sol Medulla Spinalis, Ca Mamae dan
Efusi Pleura.
b. Masalah-masalah yang muncul pada pasien dengan Sol Medulla Spinalis, Ca
Mamae dan Efusi Pleura serta intervensi keperawatan pada pasien dengan Sol
Medulla Spinalis, Ca Mamae dan Efusi Pleura dengan masalah keperawatan nyeri.
4. Metode
Diskusi
5. Media
a. Dokumen/ status pasien
b. Sarana diskusi: kertas dan bulpen
c. Materi yang disampaikan secara lisan
10
Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Kegiatan Tempat
pasien
3 hari Pra Praronde Penanggung - Ruang
sebelum ronde 1. Menentukan kasus dan jawab: Rawas 1.1
ronde topik Kepala RSUP DR.
2. Menentukan tim ronde ruangan dan Mohammad
3. Menentukan literatur tim Hoesin
4. Membuat proposal Palembang
5. Mempersiapkan pasien
dengan pemberian
informed consent
5 menit Ronde Pembukaan Kepala - Nurse
(Nurse 1. Salam pembuka ruangan station
Station) 2. Memperkenalkan tim
ronde
3. Menjelaskan tujuan
ronde
4. Mengenalkan masalah
pasien secara singkat
30 Penyajian masalah Perawat Mendengarkan Nurse
menit 1. Memberi salam dan Pelaksana station
memperkenalkan
pasien dan keluarga
kepada tim ronde
2. Menjelaskan riwayat
penyakit dan
keperawatan pasien
3. Menjelaskan masalah
pasien dan rencana
tindakan yang telah
dilaksanakan dan serta
menetapkan prioritas
yang perlu
didiskusikan
11
tersebut di bed pasien
3. Pemberian justifikasi
oleh perawat primer
atau konselor atau
kepla ruang tentang
masalah pasien
10 Pasca 1. Melanjutkan diskusi Kepala - Nurse
menit ronde dan masukkan dari tim ruangan, station
(Nurse 2. Menyimpulkan untuk ketua tim,
station) menentukan tindakan perawat
keperawatan pada pelaksana,
masalah prioritas yang konselor
telah ditetapkan
3. Merekomendasikan
intervensi keperawatan
4. Penutup
7. Kriteria Evaluasi:
a. Struktur:
1) Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Rawas 1.1 RSUP DR. Mohammad
Hoesin Palembang
2) Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan
3) Persiapan dilakukan sebelumnya
b. Proses
1) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
2) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan
c. Hasil
1) Pasien puas dengan hasil kegiatan
2) Masalah pasien dapat teratasi
3) Perawat dapat:
Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis
Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
Meningkatkan kemampuan justifikasi
Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
8. Pengorganisasian
a. Kepala ruangan : Resi Salsuda
b. Ketua tim : Adelia Pradita
c. Perawat Pelaksana: Raytiah Mariani
Lizza Wirma
Merry Selviana
12
Endra Kurniawan Parinduri
Bekti Istiani
Dwi Purnamasari
Rani Ayu Putri Utami
d. Konselor : Hj. Wardines, S.Kep., Ns
e. Pembimbing : Evi Yuni Mistati, S.Kep., Ns
f. Supervisor : Evi Yuni Mistati, S.Kep., Ns
13
TUMOR MEDULA SPINALIS
A. DEFINISI
Tumor Medula Spinalis adalah massa pertumbuhan jaringan yang baru di dalam
Medula spinalis, bisa bersifat jinak (benigna) atau ganas (maligna). (Satyanegara, 2010)
Tumor medula spinalis merupakan tumor dapat terjadi pada semua kelompok
usia, tetapi jarang di jumpai sebelum usia 10 tahun (Muttakin, Arif, 2008).
Tumor Medula spinalis tidak hanya menderita akibat pertumbuhan tumornya saja
tapi juga akibat kompresi yang disebabkan oleh tumor. (Price, 2006 : 1190)
Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang
atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala – gejala karena keterlibatan medula
spinalis atau akar – akar saraf. Tumor medula spinalis primer merupakan seperenam
tumor otak dan mempunyai prognosis yang lebih baik karena sekitar 60% adalah jinak.
Sumber : http://medicastore.com/penyakit/689/Tumor_Medula_Spinalis.html
14
Sumber : http : //cancerresearchchuk.orng
Sumber : https://bimaariotejo.files.wordpress.com/2009/07/81.jpg
15
C. KLASIFIKASI
1. Klasifikasi tumor medulla spinalis berdasarkan asal dan sifat selnya
a. Tumor medula spinalis primer
Tumor medula spinalis primer dapat bersifat jinak maupun ganas. Tumor primer
yang bersifat ganas contohnya astrositoma, neuroblastoma dan kordoma
sedangkan yang bersifat jinak contonhya neurinoma, glioma dan ependimona
(neoplasma yang timbul pada kanalis sentralis medula spinalis).
b. Tumor medula spinalis primer
Tumor medula spinalis sekunder selalu bersifat ganas karena merupakan
metastatis dari proses keganasan di tempat lain seperti kanker paru-paru, kanker
payudara, kelenjar prostat, ginjal, kelenjar tiroid atau limfoma.
2. Klasifikasi tumor berdasarkan lokasi tumor terhadap dura dan medula spinalis (Price,
2006 : 1190)
a. Tumor ekstradural
Tumor ekstradural pada umumnya berasal dari kolumna vertebralis atau dari
dalam ruang ekstradural. Tumor ekstradural terutama merupakan metastasis dari
lesi primer di payudara, prostat, tiroid, paru-paru, ginjal dan lambung. (Price,
2006 : 1192)
b. Tumor intardural
Tumor intradural dibagi menjadi :
1) Tumor ekstramedular
Tumor ekstramedular terletak antara dura dan medulla spinalis. Tumor ini
biasanya neurofibroma atau meningioma (tumor pada meningen).
Neurofibroma berasal dari radiks saraf dorsal. Kadang-kadang neurofibroma
tumbuh menyerupai jam pasir yang meluas kedalam ruang ekstradural.
Sebagian kecil neurofibroma mengalami perubahan sarkomatosa dan menjadi
infasis atau bermetastasis. Meningioma pada umunya melekat tidak begitu
erat pada dura, kemungkinan berasal dari membran araknoid, dan sekitar
90% dijumpai di regio toraksika. Tumor ini lebih sering terjadi pada wanita
usia separuh baya. Tempat tersering tumor ini adalah sisi posterolateral
medula spinalis. Lesi medula spinalis ektramedular menyebabkan kompresi
medula spinalis dan radiks saraf pada segmen yang terkena. (Price, 2006 :
1193)
2) Tumor Intramedular
16
Tumor intramedular berasal dari medulla spinalis itu sendiri. Struktur
histologi tumor intramedular pada dasarnya sama dengan tumor intrakranial.
Lebih dari 95% tumor ini adalah glioma. Berbeda dengan tumor intrakranial,
tumor intra medular cenderung lebih jinak secara histologis. Sekitar 50% dari
tumor intramedular adalah ependimoma, 45% persenya adalah atrositoma
dan sisanya adalah ologidendroglioma dan hemangioblastoma. Ependimoma
dapat terjadi pada semua tingkat medula spinalis tetapi paling sering pada
konus medularis kauda ekuina. Tumor-tumor intramedular ini tumbuh ke
bagian tengah medula spinalis dan merusak serabut-serabut yang menyilang
serta neuron-neuron substansia grisea. (Price, 2006 : 1193).
Macam-macam tumor medula spinalis berdasarkan lokasinya dapat dilihat
pada Tabel 1
17
Chondroblastoma Ependymoma, tipe Astrocytoma
myxopapillary
Chondroma Ependymoma
Epidermoid
Hemangioma Ganglioglioma
Lipoma
Lipoma Hemangioblastoma
Meningioma
Lymphoma Hemangioma
Neurofibroma
Meningioma Lipoma
Paraganglioma
Metastasis Medulloblastoma
Schwanoma
Neuroblastoma Neuroblastoma
Neurofibroma Neurofibroma
Osteoblastoma Oligodendroglioma
Osteochondroma Teratoma
Osteosarcoma
Sarcoma
Vertebral
hemangioma
18
muntah serta artrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. (Price, 2006 :
1191)
b. Tumor daerah servikal (Price, 2006 : 1191)
Lesi daerah servikal menimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik.
- Lesi servikalis bagian atas disebabkan oleh kompresi suplai darah ke kornu
anterior melalui arteria spinalis anterior sehingga kelemahan dan atrofi
gelang bahu dan lengan.
- Tumor servikalis yang lebih rendah (C5, C6, C7) dapat menyebabkan
hilangnya refleks tendon ektremitas atas (biseps brakioradialis, trisep).
- Defisit sensorik membentang sepanjang tepi radial lengan bawah dan ibu jari
pada kompresi C6, melibatkan jari tengah dan jari telunjuk pada lesi C7
menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk dan jari tengah.
c. Tumor daerah thorakal
Pada lesi daerah thorakal seringkali terjadi kelemahan spastik yang timbul
perlahan pada ekstremitas bagian bawah dan mengalami parestesia. Pasien dapat
mengeluh nyeri dan perasaan terjepit dan tertekan pada dada serta abdomen
akibat gangguan intrathorakal dan intraabdominal. Pada lesi thorakal bagian
bawah refleks perut bagian bawah dan tanda beevor (umbilikus menonjol apabila
penderita pada posis terlentang mengangkat kepala melawan suatu tahanan) dapat
menghilang. (Price, 2006 : 1191)
d. Tumor di daerah lumbosakral (Price, 2006 : 1992)
Kompresi medula spinalis lumbal bagian atas menyebabkan fleksi panggul dan
spastisitas tungkai bawah.
- Lesi pada lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sakral bagian atas
menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum betis dan kaki serta
kehilngan refkleks pergelangan kaki.
- Hilangnya sensasi daerah perianal dan genitalia, gangguan kontrol usus dan
kandung kemih merupakan tanda khas lesi yang mengenai daerah sakral
bagian bawah.
e. Tumor kauda equina
Lesi kauda ekuina menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tanda
– tanda khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau perineum, yang
kadang-kadang menjalar ke tungkai. (Price, 2006 : 1192)
D. ETIOLOGI
19
1. Tumor Medula Spinalis Primer
Penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum diketahui secara pasti.
Beberapa penyebab yang mungkin dan hingga saat ini masih dalam tahap penelitian
adalah virus, faktor genetik, dan bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogenik.
2. Tumor Medula Spinalis Sekunder
Adapun tumor sekunder (metastasis) disebabkan oleh sel-sel kanker yang menyebar
dari bagian tubuh lain melalui aliran darah yang kemudian menembus dinding
pembuluh darah, melekat pada jaringan medula spinalis yang normal dan
membentuk jaringan tumor baru di daerah tersebut.
E. PATHOFISIOLOGI
Kondisi patofisiologi akibat tumor medula spinalis disebabkan oleh kerusakan
infiltrasi, pergeseran dan dekompresi medula spinalis dan cairan serebrospinal. Derajad
gejala tergantung dari tingkat dekompresi dan kecepatan perkembangan, adaptasi bisa
terjadi dengan tumor yang tumbuh lamban, 85 % tumor medula spinalis jinak. Terutama
tumor neoplasma baik yang timbul ekstramedula atau intra medula. Tumor sekunder atau
tumor metastase dapat juga mengganggu medula spinalis dan lapisannya serta ruas
tulang belakang Tumor ekstramedular dari tepi tumor intramedural pada awalnya
menyebabkan nyeri akar sarat subyektif. Dengan pertumbuhan tumor bisa muncul defisit
motorik dan sensorik yang berhubungan dengan tingkat akar dan medula spinalis yang
terserang. Karena tumor membesar terjadilah penekanan pada medula spinalis. Sejalan
dengan itu pasien kehilangan fungsi semua motor dan sensori dibawah lesi/tumor. Tumor
medula spinalis, yang dimulai dari medula spinalis, sering menimbulkan gejala seperti
pada sentral medula spinalis, termasuk hilang rasa nyeri segmental dan fungsi
temperatur. Tambahan pula fungsi sel-sel tanduk anterior seringkali hilang, terutama
pada tangan. Seluruh jalur sentral yang dekat benda kelabu menjadi disfungsi. Hilangnya
rasanyeri dan sensori suhu dan kelemahan motorik berlangsung sedikit demi sedikit,
bertambah berat dan menurun. Motorik cauda dan fungsi sensorik yang terakhir akan
hilang, termasuk hilang fungsi eliminasi fecal dan urine.
F. PATHWAY
Kelainan kongenital
20
dari kanalis spinalis
resiko tinggicidera
Resiko cidera
gangguan
Gangguaninkontinensia
inkontinensia paralisis anggota kehilangan sesoris
urin
urine gerak bawah anggota gerak bawah
Gangguan
mobilitas fisik
G. MANIFESTASI KLINIS
1. Tumor Ekstradural (Price, 2006 : 1192)
a. Gejala pertama umumnya berupa nyeri yang menetap dan terbatas pada daerah
tumor. Diikuti oleh nyeri yang menjalar menurut pola dermatom.
b. Nyeri setempat ini paling hebat terjadi pada malam hari dan menjadi lebih hebat
oleh gerakan tulang belakang.
21
c. Nyeri radikuler diperberat oleh batuk dan mengejan.
d. Nyeri dapat berlangsung selama beberapa hari atau bulan sebelum keterlibatan
medula spinalis.
e. Fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali.
f. Kelemahan spastik dan hilangnya sensasi getar.
g. Parestesi dan defisit sensorik akan berkembang cepat menjadi paraplegia yang
ireverssibel.
h. Gangguan BAB dan BAK.
2. Tumor Intradural
a. Tumor Ekstramedular (Price, 2006 : 1193)
- Nyeri mula-mula di punggung dan kemudian disepanjang radiks spinal.
- Nyeri diperberat oleh gerakan, batuk, bersin atau mengedan dan paling berat
terjadi pada malam hari.
- Defisit sensorik
- Parestesia
- Ataksia
- Jika tumor terletak anterior dapat menyebabkan defisit sensorik ringan serta
gangguan motorik yang hebat.
b. Tumor Intramedular (Price, 2006 : 1193)
- Hilangnya sensasi nyeri dan suhu bilateral yang meluas diseluruh segmen
yang terkena, yang pada giliranya menyebabkan kerusakan pada kulit perifer.
- Bila lesinya besar terjadi sensasi raba, gerak, posisi dan getar.
- Defisit sensasi nyeri dan suhu.
- Kelemahan yang disertai atrofi dan fasikulasi
- Nyeri tumpul, impotensi pada pria dan gangguan spinter pada kedua jenis
kelamin
Berdasarkan lokasi tumor, gejala yang muncul adalah seperti yang terihat dalam
Tabel 2 di bawah ini.
22
adalah nyeri servikalis posterior yang disertai dengan hiperestesia
dalam dermatom vertebra servikalis kedua (C2). Setiap aktivitas
yang meningkatkan TIK (misal ; batuk, mengedan, mengangkat
barang, atau bersin) dapat memperburuk nyeri. Gejala tambahan
adalah gangguan sensorik dan motorik pada tangan dengan pasien
yang melaporkan kesulitan menulis atau memasang kancing.
Perluasan tumor menyebabkan kuadriplegia spastik dan hilangnya
sensasi secara bermakna. Gejala-gejala lainnya adalah pusing,
disartria, disfagia, nistagmus, kesulitan bernafas, mual dan muntah,
serta atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. Temuan
neurologik tidak selalu timbul tetapi dapat mencakup hiperrefleksia,
rigiditas nuchal, gaya berjalan spastik, palsi N.IX hingga N.XI, dan
kelemahan ekstremitas.
Servikal Menimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik mirip lesi radikular
yang melibatkan bahu dan lengan dan mungkin juga menyerang
tangan. Keterlibatan tangan pada lesi servikalis bagian atas (misal,
diatas C4) diduga disebabkan oleh kompresi suplai darah ke kornu
anterior melalui arteria spinalis anterior. Pada umumnya terdapat
kelemahan dan atrofi gelang bahu dan lengan. Tumor servikalis yang
lebih rendah (C5, C6, C7) dapat menyebabkan hilangnya refleks
tendon ekstremitas atas (biseps, brakioradialis, triseps). Defisit
sensorik membentang sepanjang tepi radial lengan bawah dan ibu
jari pada kompresi C6, melibatkan jari tengah dan jari telunjuk pada
lesi C7, dan lesi C7 menyebabkan hilangnya sensorik jari telunjuk
dan jari tengah.
Torakal Seringkali dengan kelemahan spastik yang timbul perlahan pada
ekstremitas bagian bawah dan kemudian mengalami parestesia.
Pasien dapat mengeluh nyeri dan perasaan terjepit dan tertekan pada
dada dan abdomen, yang mungkin dikacaukan dengan nyeri akibat
gangguan intratorakal dan intraabdominal. Pada lesi torakal bagian
bawah, refleks perut bagian bawah dan tanda Beevor (umbilikus
menonjol apabila penderita pada posisi telentang mengangkat kepala
melawan suatu tahanan) dapat menghilang.
Lumbosakral Suatu situasi diagnostik yang rumit timbul pada kasus tumor yang
23
melibatkan daerah lumbal dan sakral karena dekatnya letak segmen
lumbal bagian bawah, segmen sakral, dan radiks saraf desendens dari
tingkat medula spinalis yang lebih tinggi. Kompresi medula spinalis
lumbal bagian atas tidak mempengaruhi refleks perut, namun
menghilangkan refleks kremaster dan mungkin menyebabkan
kelemahan fleksi panggul dan spastisitas tungkai bawah. Juga terjadi
kehilangan refleks lutut dan refleks pergelangan kaki dan tanda
Babinski bilateral. Nyeri umumnya dialihkan keselangkangan. Lesi
yang melibatkan lumbal bagian bawah dan segmen-segmen sakral
bagian atas menyebabkan kelemahan dan atrofi otot-otot perineum,
betis dan kaki, serta kehilangan refleks pergelangan kaki. Hilangnya
sensasi daerah perianal dan genitalia yang disertai gangguan kontrol
usus dan kandung kemih merupakan tanda khas lesi yang mengenai
daerah sakral bagian bawah.
Kauda Menyebabkan gejala-gejala sfingter dini dan impotensi. Tnda-tanda
Ekuina khas lainnya adalah nyeri tumpul pada sakrum atau perineum, yang
kadang-kadang menjalar ke tungkai. Paralisis flaksid terjadi sesuai
dengan radiks saraf yang terkena dan terkadang asimetris.
H. KOMPLIKASI
1. Kerusakan serabut-serabut neuron
2. Hilangnya sensasi nyeri (keadaan parah)
3. Perdarahan metastasis
4. Kekauan, kelemahan
5. Gangguan koordinasi
6. Menyebabkan kesulitan berkemih atau hilangnya pengendalian terhadap kandung
kemih atau sembelit.
7. Komplikasi pembedahan :
a. Pasien dengan tumor yang ganas memiliki resiko defisit neurologis yang besar
selama tindakan operasi.
24
b. Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering terjadi pada anak-anak
dibanding orang dewasa. Deformitas pada tulang belakang tersebut dapat
menyebabkan kompresi medula spinalis.
c. Setelah pembedahan tumor medula spinalis pada servikal, dapat terjadi obstruksi
foramen Luschka sehingga menyebabkan hidrosefalus.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Selain dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis tumor medula spinalis dapat
ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan penunjang seperti di bawah ini.
1. Laboratorium
Cairan spinal (CSF) dapat menunjukkan peningkatan protein dan xantokhrom,
dan kadang-kadang ditemukan sel keganasan. Dalam mengambil dan memperoleh
cairan spinal dari pasien dengan tumor medula spinalis harus berhati-hati karena blok
sebagian dapat berubah menjadi blok komplit cairan spinal dan menyebabkan
paralisis yang komplit.
2. Foto Polos Vertebrae
Foto polos seluruh tulang belakang 67-85% abnormal. Kemungkinan
ditemukan erosi pedikel (defek menyerupai “mata burung hantu” pada tulang
belakang lumbosakral AP) atau pelebaran, fraktur kompresi patologis, scalloping
badan vertebra, sklerosis, perubahan osteoblastik (mungkin terajdi mieloma, Ca
prostat, hodgkin, dan biasanya Ca payudara.
3. CT-scan
CT-scan dapat memberikan informasi mengenai lokasi tumor, bahkan
terkadang dapat memberikan informasi mengenai tipe tumor. Pemeriksaan ini juga
dapat membantu dokter mendeteksi adanya edema, perdarahan dan keadaan lain yang
berhubungan. CT-scan juga dapat membantu dokter mengevaluasi hasil terapi dan
melihat progresifitas tumor.
4. MRI
Pemeriksaan ini dapat membedakan jaringan sehat dan jaringan yang
mengalami kelainan secara akurat. MRI juga dapat memperlihatkan gambar tumor
yang letaknya berada di dekat tulang lebih jelas dibandingkan dengan CT-scan.
5. Radiologi
25
Modalitas utama dalam pemeriksaan radiologis untuk mediagnosis semua tipe
tumor medula spinalis adalah MRI. Alat ini dapat menunjukkan gambaran ruang dan
kontras pada struktur medula spinalis dimana gambaran ini tidak dapat dilihat dengan
pemeriksaan yang lain.
Tumor pada pembungkus saraf dapat menyebabkan pembesaran foramen
intervertebralis. Lesi intra medular yang memanjang dapat menyebabkan erosi atau
tampak berlekuk-lekuk (scalloping) pada bagian posterior korpus vertebra serta
pelebaran jarak interpendikular.
Mielografi selalu digabungkan dengan pemeriksaan CT. tumor intradural-
ekstramedular memberikan gambaran filling defect yang berbentuk bulat pada
pemeriksaan myelogram. Lesi intramedular menyebabkan pelebaran fokal pada
bayangan medula spinalis.
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular maupun
ekstramedular adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan
tumor secara total dengan menyelamatkan fungsi neurologis secara maksimal.
Kebanyakan tumor intradural-ekstramedular dapat direseksi secara total dengan
gangguan neurologis yang minimal atau bahkan tidak ada post operatif. Tumor-tumor
yang mempunyai pola pertumbuhan yang cepat dan agresif secara histologis dan tidak
secara total dihilangkan melalui operasi dapat diterapi dengan terapi radiasi post operasi.1
Terapi yang dapat dilakukan pada tumor medulla spinalis adalah :
1. Deksamethason : 100 mg (mengurangi nyeri pada 85 % kasus, mungkin juga
menghasilkan perbaikan neurologis).
2. Penatalaksanaan berdasar evaluasi radiografik
a. Bila tidak ada massa epidural : rawat tumor primer (misalnya dengan sistemik
kemoterapi); terapi radiasi lokal pada lesi bertulang; analgesik untuk nyeri.
b. Bila ada lesi epidural, lakukan bedah atau radiasi (biasanya 3000-4000 cGy pada
10x perawatan dengan perluasan dua level di atas dan di bawah lesi); radiasi
biasanya seefektif seperti laminektomi dengan komplikasi yang lebih sedikit.
3. Penatalaksanaan darurat (pembedahan/ radiasi) berdasarkan derajat blok dan
kecepatan deteriorasi
a. bila > 80 % blok komplit atau perburukan yang cepat: penatalaksanaan sesegera
mungkin (bila merawat dengan radiasi, teruskan deksamethason keesokan harinya
26
dengan 24 mg IV setiap 6 jam selama 2 hari, lalu diturunkan (tappering) selama
radiasi, selama 2 minggu.
b. bila < 80 % blok: perawatan rutin (untuk radiasi, lanjutkan deksamethason 4 mg
selama 6 jam, diturunkan (tappering) selama perawatan sesuai toleransi.
4. Radiasi
Terapi radiasi direkomendasikan umtuk tumor intramedular yang tidak dapat
diangkat dengan sempurna. Dosisnya antara 45 dan 54 Gy.
5. Pembedahan
Tumor biasanya diangkat dengan sedikit jaringan sekelilingnya dengan teknik
myelotomy. Aspirasi ultrasonik, laser, dan mikroskop digunakan pada pembedahan
tumor medula spinalis.
Indikasi pembedahan :
a. Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis (pertimbangkan biopsi bila lesi
dapat dijangkau). Catatan: lesi seperti abses epidural dapat terjadi pada pasien
dengan riwayat tumor dan dapat disalahartikan sebagai metastase.
b. Medula spinalis yang tidak stabil (unstable spinal).
c. Kegagalan radiasi (percobaan radiasi biasanya selama 48 jam, kecuali signifikan
atau terdapat deteriorasi yang cepat); biasanya terjadi dengan tumor yang
radioresisten seperti karsinoma sel ginjal atau melanoma.
d. Rekurensi (kekambuhan kembali) setelah radiasi maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Satyanegara. 2010. Ilmu Bedah Saraf. Edisi IV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
27
28
TUMOR OTAK ATAU SOL
1. Defnisi
Tumor otak atau tumor intracranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (space
occupying lesion atau space taking lision)yang timbul didalam rongga tengkorak baik
didalam kompartemen supratentotrial maupun infratentotrial.
Klasifikasi tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan jenis tumor
- Jinak : acoustic neuroma,meningiima,pituitary adenoma,astrocytoma
(grade I)
- Malignant : Astrocytoma ( grade 2,3,4),oligodendroglioma,apendymoma
2. Berdasarkan lokasi
Tumor intadural
- Ekstramedular : cleurofibroma,meningioma
- Intramedular :
oligodendroglima,hemangiolastoma,apendymoma,astrocytoma
Tumor ekstradural
- Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid,
paru-paru, ginjal dan lambung.
2. Etiologi
Penyebab tumor hinga saat ini masih belum diketahui secara pasti,walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan.Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau,yaitu :
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meninioma,astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga.Sklerosis tuberose atau penyakit sturge- weber yang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertmbuhan baru,memperlihatkan faktor familial yang
jelas.Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma
2. Sisa-sisa sel embrional( Embrioic cell rest )
Banguanan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh.Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggi dalam tubuh,menjadi ganas
dan merusak banguan di sekitarnya.Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma,teratoma intrakanial dan kordoma
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi,namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma.Pernah dilaporkan bahwa meningoma terjadi setelah timbulnya suatu
radiasi
29
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binantang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma,tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsiogen sudah lama dan luas dilakukan.Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone,nitroso-ethyl-urea.Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan
pada hewan.
3. Manifestasi klinis
Menurut lokasi tumor :
1. Lobus frontalis: Gangguan mental/gangguan kepribadian ringan :
depresi,bingung,tingkah laku aneh,sulit memberi argumentasi /menilai benar atau
tidak,hemiparesis,ataksia dan gangguan bicara.
2. Kortek presentalis posterior : Kelemahan/Kelumpuhan pada otot-otot wajah,lidah
dan jari.
3. Lobus parasentralis : Kelemahan pada ekstremitas bawah
4. Lobus oksipital : kejang,ganguan penglihatan
5. Lobus temporalis
Tinitus,halusinasi pendengaran,afasia sensorik,kelumpuhan otot wajah
6. Lobus parietalis : Hilang fungsi sensorik,kortikalis,gangguan lokalisasi
sensorik,gangguan penglihatan
7. Cerebulum : Papil oedema,nyeri kepala,gangguan motorik,hiperekstremitas
sendi,hipotonia.
Tanda-tanda gejala umum :
1. Nyeri kepala berat pada pagi hari , makin tambah bila batuk,dan membungkuk
2. Kejang
3. Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial :
Pandangan kabur,mual,muntah,penurunan fungsi pendengaran,perubahan tanda-
tanda vital,afasia
4. Perubahan kepribadia
5. Gangguan memori dan alam perasa
Trias Klasik :
1. Nyeri kepala
2. Papil oedema
3. Muntah
4. Pemeriksaan penunjang
1. Arterigrafi atau ventricolugam ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem
ventrikel dan cisterna.
30
2. CT-SCAN ; dasar dalam menentukan diagnose
3. Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,
penebalan dan klasifikasi ; posisi kelenjar pinelal yang mengapur ; dan posisi
selatursika
4. Sidik otak radioaktif ; memperlihakan daerah –daerah akumlasi abnormal darin
zat radioaktif,Tumor otak mengakibatkan keruskan sawar darah otak yang
menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif
5. Elektroensefalogram (EEG) ; memberi informasi mengenai perubahan kepekaan
neuron
6. Ekoensefalogram ; memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra
serebral
5. Penatalaksanaan
Penanganan yang dilakukan trgantug dari keadaan tumor tersebut , apakah masih bisa
dioperasi (operable) ataupun in operable.Sebelum dilakukan pembedahan ,persiapan
pre operasi harus dilakukan seperti pemeriksaan laboratium lengkap,tes fungsi
hati,ginjal,EKG,dan lain - lain.
1. Tindakan operatif dilakukan pada keadaan berikut,antara lain :
a. Emergensi,misalnya pasien dengan penurunan kesadaran.
b. Elektif (di rencanakan),misalnya pada penderita tumor otak stadium dini.
2. Tindakan operatif dengan radioterapi dan kemoterapi temozolomide dilakukan
pada kasus anaplasticoligodendroglioma ( grade III). Untuk kasus Maligant
glioma dilanjutkan dengan interstitial radioterapi/brachytherapy dengan radoaktif
irridium 192 atau iodine-125 langsung ke tumor stereotactic radiotherapy dan
radiosurgery (Linac dan gamma knife) dilakukan hanya terbatas pada lesi-lesi
dengan diameter tidak lebih dari 3-4 cm dan sangat potensial unuk malignant
glioma yan berada jauh di dalam otak.Pada tumr degan metastase tunggal di
otak,di lakukan tindakan operatif terhadap tumornya tetapi disertai dengana whole
brain radiotherapy (WBRT) ataupun dengan stereotactic radio surgery
(SRS).selain itu,dilanjutkan lagi dengan kemoterapi,seperti pada tumor small cell
lung carcinoma,germ cell tumor ataupun pada breast cancer.
3. Paliatif ; dilakukan pada kasus-kasus yang tidak mungkin lagi operasi.
7. Discharge planning
31
1. Konsultasikan tentang tindakan (pembedahan, kemoterapi, radiasi)
2. Terapi hormne
3. Konsultasikan perawatan yang harus dilakukan selama dirumah serta larangan
yang harus dilakukan serta lakukan gaya hidup yang sehat.
Patofisiologis
33
9. Intervensi keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Ketidakefektifan pola nafas NOC: NIC:
Definisi : inspirasi dan/atau Respiratory status: Airway Management
ekspirasi yang tidak memberi Ventilation Buka jalan nafas, gunakan teknik chi lift atau jaw thrust
ventilasi Respiratory status: Airway bila perlu
Batasan karakteristik: patency Posisikan \pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Perubahan kedalaman Vital sign status Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jlan nafas
pernapasan Kriteria hasil: buatan
Perubahan ekskursi dada Mendemostrasikan batuk Pasang mayo bila perlu
Mengambil posisi tiga titik efektif dan suara nafas yang Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Bradipneu bersih, tidak ada sianosis dan Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Penurunan tekanan ekspirasi dyspneu (mampu
Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
Penurunan ventilasi semenit mengeluarkan
Lakukan suction pada mayo
sputum,mampu bernafas
Penurunan kapasitas vital Berikan bronkodilator bila perlu
dengan mudah, tidak ada
Dispnea Berikan pelembab udara kassa basah Nacl lembab
pursed lips)
Peningkatan diameter anterior- Menunjukkan jalan nafas Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
posterior yang paten (klien tidak Monitro respirasi dan status O2
Pernapasan cuping hidung merasa tercekik, irama nafas,
Ortopneu frekuensi pernafasan dalam OxygenTherapy
Fase ekspirasi memanjang rentang normal, tidak ada Bersihkan mulut,hidung dan sekret trakea
Pernapasan bibir suara nafas abnormal) Pertahankan jalan napas yang paten
Takipnea Tanda tanda vital dalam Atur peralatan oksigenasi
Penggunaan otot aksesorius rentang normal (kanan darah, Monitor aliran oksigen
untuk bernapas nadi, pernafasan) Pertahankan posisi pasien
Faktor yang berhubungan: Observasi adanya tanda hipoventilas
Ansietas Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Posisi tubuh
Deformitas dinding dada Vital Sign Monitor
Keletihan Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
34
Hiperventilasi Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Sindrom hipoventilasi Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
Gangguan muskuloskeletal Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Kerusakan neurologis Monitor TD, nadi RR sebelum,selama,sesudah aktivitas
Imaturitas neurologis Monitor kualitas nadi
Disfungsi neuromuskular Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Obesitas Monitor suara paru
Nyeri Monitor pola pernapasan abnormal
Keletihan otot pernapasan Monitor suhu, warna, dan kelembapan kulit
cedera medula spinalis Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
2 Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC
kurang dari kebutuhan tubuh Nutritional status Nutrision manajement
Definisi: asupan nutrisi tidak cukup Nutrisional status: food Kaji adanya alergi makanan
untuk memenuhi kebutuhan and fluid intake Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
metabolik Nutrisional status: kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Batasan karakteristik : nutrient intake Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Kram abdomen Weight control Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin
Nyeri abdomen Kriteria hasil: c
Menghindari makanan Adanya peningkatan berat Berikan substansi gula
Berat badan 20% atau lebih badan sesuai dengan Yakinkan diet ang dimakan mengandung tinggi serat
dibawah berat badan ideal tujuan untuk mencegah konstipasi
Kerapuhan kapiler Berat badan ideal sesuai Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan
Diare dengan tinggi badan dengan ahli gizi)
Kehilangan rambut Mampu memgidentifikasi Ajarkan pasien bagaimana cara membuat catatan
berlebihan kebutuhan nutrisi makanan harian
Bising usus hiperaktif Tidak ada tanda-tanda Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
Kurang makanan malnutrisi Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Kurang informasi Menunjukan peningkatan Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
35
Kurang minat pada makanan fungsi pengecapan dari dibutuhkan
Penurunan berat badan menelan Nutrion monitoring:
dengan asupan makanan Tidak terjadi penurunan BB pasien dalam batas normal
adekuat berat badan yang berarti Monitor adanya penurunan berat badan
Kesalahan konsepsi Monitor tipe dan jumlah aktifitas yang biasa dilakukan
Kesalahan informasi Monitor interaksi anak atau orang tua
Membrane mukosa pucat Monitor lingkungan selama makan
Ketidakmampuan memakan Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makanan makan
Tonus otot menurun Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
Mengeluh gangguan sensasi Monitor turgor kulit
rasa Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
Mengeluh asupan makanan Monitor mual dan muntah
kurang dari RDA Monitor kadar albumin, total protein, HB, dan kadar HT.
Cepat kenyang setelah Monitor pertumbuhan dan perkembangan
makan Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
Sariawan rongga mulut konjungtiva
Steatorea Monitor kalori dan intake nutrisi
Kelemahan otot pengunyah Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla lidah
Kelemahan otot untuk dan cavitas oral
menelan Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
Faktor - faktor yang
berhubungan:
Faktor biologis
Faktor ekonomi
Ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrient
Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
Ketidakmampuan menelan
makanan
36
Faktor psikologis
37
Masker wajah (misalnya mata sebelum pemberian obat
kurang bercahaya, tampak Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
kacau, gerakan mata terpencar Cek riwayat alergi
atau tetap pada satu fokus Pilih analgetik yang diperlukan atau kombinasi dari
meringis) analgetik ketika pemberian lebih dari satu
Sikap melindungi area nyeri Tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan beratnya
Fokus menyempit (misalnya nyeri
gangguan persepsi nyeri, Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian secara IV, IM,
hambatan proses berfikir, untuk pengobatan nyeri secara teratur
penurunan interaksi dengan Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri
orang dan lingkungan) secara teratur
Indikasi nyeri yang dapat Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik
diamati pertama kali
Perubahan posisi untuk Berikan analgesik tepat pada waktu terutama saat nyeri
menghindari nyeri hebat
Sikap tubuh melindungi Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala.
Dilatasi pupil
Melaporkan nyeri secara verbal
Gangguan tidur
38
kisaran normal 3. Tidak ada perubahan 6. Mmonitor intek dan output
warna kulit dan tidak ada 7. Berikan anti piretik
Batas karakteristik: pusing 8. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
1. Konvulsi 9. Selimuti pasien
2. Kulit kemerahan 10. Lakukan tapid sponge
3. Peningkatan suhu di atas 11. Kolaborasi pemberian cairan intervena
kisaran normal 12. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
4. Kejang
13. Tingkatkan sirkulasi udara
5. Tarkikardi
14. Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya
6. Takipnea
menggigil
7. Kulit terasa hangat
Temperature regulation
Faktor factor yang berhubungan:
1. Anastesia 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
2. Penurunan respirasi 2. Rencanakan monitoring suhu secara kontiyu
3. Dehidrasi 3. Monitor TD, nadi, RR
4. Pemanjanan lingkungan yang 4. Monitor warna dan suhu kulit
panas 5. Monitor tanda – tanda hipertermi
5. Penyakit Hipotermi
6. Pemakaian pakaian yang 1. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
tidak sesuai dengan suhu 2. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan
lingkungan tubuh
7. Peningkatan laju 3. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat
metabolisme panas
8. Medikasi 4. Diskusikan tentang pentingny pengaturan suhu dan
9. Trauma kemungkinan efek negative dari kedingginan
10. Aktivitas berlebihan 5. Beritahu tentang indikasi terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang diperlukan
6. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang
diperlukan
7. Berikan anti piretik jika perlu
Vital sign monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
39
2. Catat adanya fluktuasi dan tekanan darah
3. Monitor kualitas dari nadi
4. Monitor frekuensi dan irama pernafasan
5. Monitor suara paru
6. Monitor pola pernafasan abnormal
7. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
8. Monitor sianosis perifer
9. Monitor adannya cushing triad(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
10. Identifikasi penyebab dari perubahan vita sign.
5 Hambatan komunikasi verbal NOC NIC
Definisi : Penurunan, kelambatan, Anxiety self control Communication Enhancement: Speech Deficit
atau ketiadaan kemampuan untuk Coping Gunakan penerjemah, jika diperlukan
menerima, memproses, mengirim, Sensory Function: hearing Beri satu kalimat simple setiap bertemu, jika diperlukan
dan/atau menggunakan sistem & vision Konsultasikan dengan dokter kebutuhan terapi wicara
simbol Fear self control Dorong pasien untuk berkomunikasi secara pelahan dan
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : untuk mengulangi permintaan
Tidak ada kontak mata Komunikasi : penerimaan, Dengarkan dengan penuh perhatian
Tidak dapat bicara intrepretasi dan ekspresi Berdiri di depan pasien ketika berbicara
Kesulian mengekspresikan pesan Gunakan kartu baca., kertas, pensil, bahasa tubuh,
pikiran secara verbal Lisan, tulisan, dan non gambar, daftar kosakata bahasa asing, komputer dan lain-
(mis;afasia, disfasia, verbal meningkat lain untuk memfasilitasi komunikasi dua arah yang
apraksia, disleksia) Komunikasi ekspresif optimal
Kesulitan menyusun kalimat (kesulitan berbicara): Ajarkan bicara dari esophagus, jika diperlukan
Kesulitan menyusun kata- ekspresi pesan verbal dan Beri anjuran kepada pasien dan keluarga tentang
kata (mis;afonia, dislalia, atau non verbal yang penggunaan alat bantu bicara (misalnya, prostesi
disartria) bermakna trakeoesofagus dan laring buatan)
Kesulitan memahami pola Komunikasi reseptif Berikan pujian positif, jika diperlukan
komunikasi yang biasa (kesulitan mendengar): Anjurkan pada pertemuan kelompok
Kesulitan dalam kehadiran penerimaan komunikasi Anjurkan kunjungan keluarga secara teratur untuk
tertentu dan intrepretasi pesan memberi stimulus komunikasi
40
Kesulitan menggunakan verbal dan/atau non verbal Anjurkan ekspresi diri dengan cara lain dalam
ekspresi wajah Gerakan terkoordinasi: menyampaikan informasi (bahasa isyarat)
Disorientasi orang mampu mengkoordinasi Communication Enhancement : hearing deficit
Disorientasi ruang gerakan dalam Communication enhacement : visual deficit
Disorientasi waktu menggunakan isyarat Anxiety reduction
Tidak bicara Pengolahan informasi Active Listening
Dispnea Mampu mengontrol
Ketidakmampuan bicara respon ketakutan dan
dalam bahasa pemberi kecemasan terhadap
asuhan ketidakmampuan berbicara
Ketidakmampuan Mampu memanajemen
menggunakan ekspresi tubuh kemampuan fisik yang
Ketidakmampuan dimiliki
menggunakan ekspresi wajah Mampu
Ketidaktepatan verbalisasi mengkomunikasikan
Defisit visual parsial kebutuhan dengan
lingkungan sosial
Pelo
Sulit bicara
Gagap
Defisit penglihatan total
Bicara dengan kesulitan
Menolak bicara
Faktor yang berhubungan :
Ketiadaan orang terdekat
Perubahan konsep diri
Perubahan sistem saraf pusat
Defek anatomis
Tumor otak
Harga diri rendah kronik
Perubahan harga diri
Perbedaan budaya
41
Penurunan sirkulasi ke otak
Perbedaan yang berhubungan
dengan usia perkembangan
Gangguan emosi
Kendala lingkungan
Kurang informasi
Hambatan fisik
Kondisi psikologi
Harga diri rendah situasional
Stress
Efek samping obat
Pelemahan sistem
muskuloskeletal
42
sentral vital sign dalam batas - Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatremi dilusi
Asupan melebihi haluaran normal dengan seum Na < 130 mEq/l
Distensi vena jugularis Terbebas dari kelelahan, - Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
Oliguria kecemasan atau memburuk
Ortopnea kebingungan Fluid monitoring
Efusi pleura Menjelaskan indikator - Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan
Refleksi hepatojugularis kelebihan cairan eliminasi
positif - Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
ketidakseimbangan cairan (hipernatremia, terapi
Perubahan tekanan arteri
diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis,
pulmonal
disfungsi hati)
Kongesti pulmonal
- Monitor berat badan
Gelisah - Monitor serum dan elektrolit urine
Perubahan berat jenis urine - Monitor serum dan osmolalitas urine
Bunyi jantung S3 - Monitor BP, HR dan RR
Penambahan berat badan - Monitor tekanan darah ortostatik dan perubahan
dalam waktu sangat singkat irama jantung
Faktor yang berhubungan: - Monitor parameter hemodinamik invasif
- Gangguan mekanisme - Catat secara akurat intake dan output
regulasi - Monitor adanya distensi leher, edema perifer, dan
- Kelebihan asupan cairan penambahan BB
- Kelebihan asupan natrium - Monitor tanda dan gejala dari edema
43
- Prosthesis eksremitas bawah kemampuan otot untuk - Sarankan perubahan dalam gaya berjalan kepada pasien
- Penggunaan alat bantu (mis, bekerja sama secara volunter - Mendorong pasien untuk menggunakan tongkat atau alat
walker, tongkat) untuk melakukan gerakan pembantu berjalan
- Penggunaan kursi roda yang bertujuan - Kunci roda dari kursi roda, tempat tidur, atau brankar
- Anak - Perilaku pencegahan jatuh : selama transfer pasien
- Usia dua tahun atau kurang tindakan individu atau - Tempat artikel mudah dijangkau dari pasien
- Tempat tidur yang terletak pemberi asuhan untuk - Ajarkan pasien bagaimana jatuh untuk meminimalkan
didekat jendela meminimalkan faktor resiko cedera
- Kurangnya yang dapat memicu jatuh - Memantau kemampuan untuk mentransfer dari tempat
penahan/pengekang kereta dilingkungan individu tidur ke kursi dan demikian pula sebaliknya
dorong - Kejadian jatuh : tidak ada - Gunakan teknik yang tepat untuk mentransfer pasien ke
- Kurangnya/longgarnya pagar kejadian jatuh dan dari kursi roda, tempat tidur, toilet, dan
pada tangga - Pengetahuan : pemahaman - Sebagainya
- Kurangnya penghalang tau pencegahan jatuh - Menyediakan toilet ditinggikan untuk memudahkan,
tali pada jendela - Pengetahuan : keselamatan transfer
- Kurang pengawasan orang anak fisik - Menyediakan kursi dari ketinggian yang tepat, dengan
tua - Pengetahuan : keamanan sandaran dan sandaran tangan untuk memudahkan
- Jenis kelamin laki-laki yang pribadi transfer
berusia < 1 tahun - Pelanggaran perlindungan - Menyediakan tempat tidur kasur dengan tepi yang erat
- Bayi yang tidak diawasi saat tingkat kebingungan Akut untuk memudahkan transfer
berada dipermukaan yang - Tingkat Agitas - Gunakan rel sisi panjang yang sesuai dan tinggi untuk
tinggi (mis.,tempat - Komunitas pengendalian mencegat jatuh dari tempat tidur, sesuai kebutuhan
tidur/meja) risiko : Kekerasan - Memberikan pasien tergantung dengan sarana bantuan
- Kognitif - Komunitas tingkat kekerasan pemanggilan (misalnya, bel atau cahaya panggilan)
- Penurunan status mental - Gerakan Terkoordinasi ketika pengasuh tidak hadir
- Lingkungan - Kecenderungan risiko - Membantu ke toilet seringkali, interval dijadwalkan
- Lingkungan yang tidak pelarian untuk kawin - Menandai ambang pintu dan tepi langkah, sesuai
terorganisasi - Kejadian Terjun kebutuhan
- Ruang yang memiliki - Mengasuh keselamatan fisik - Hapus dataran rendah perabotan (misalnya, tumpuan dan
pencahayaan yang redup remaja tabel) yang menimbulkan bahaya tersandung
- Tidak ada meteri yang - Mengasuh : bayi / balita - Hindari kekacauan pada permukaan lantai
antislip dikamar mandi keselamatan fisik - Memberikan pencahayaan yang memadai untuk
44
- Tidak ada materi yang - Perilaku Keselamatan meningkatkan visibilitas
antislip ditempat mandi pribadi - Menyediakan lampu malam di samping tempat tidur
pancuran - Keparahan cedera fisik - Menyediakan pegangan tangan terlihat dan memegang
- Pengekangan - Pengendalian risiko tiang
- Karpet yang tidak - Pengendalian risiko : - Menyediakan lajur anti tergelincir, permukaan lantai
rata/terlipat penggunaan alkohol, narkoba nontrip/tidak tersandung
- Ruang yang tidak dikenal - Pengendahan risiko: - Menyediakan permukaan nonslip/ anti
- Kondisi cuaca (mis, lanta pencahayaan sinar matahari - tergelincir di bak mandi atau pancuran
basah, es) - Deteksi Risiko - Menyediakan kokoh, tinja curam nonslip/ anti tergelincir
- Medikasi - Lingkungan rumah Aman untuk memfasilitasi jangkauan mudah
- Penggunaan alcohol - Aman berkeliaran - Pastikan pasien yang memakai sepatu yang pas,
- Inhibitor enzyme pengubah - Zat penarikan keparahan kencangkan aman, dan memiliki sol tidak mudah
angiotensin - Integritas jaringan : kulit & tergelincir
- Agen anti ansietas membran mukosa - Anjurkan pasien untuk memakai kacamata, sesuai, ketika
- Agens anti hipertensi - Perilaku kepatuhan visi keluar dari tempat tidur
- Deuretik - Mendidik anggota keluarga tentang faktor risiko yang
- Hipnotik berkontribusi terhadap jatuh dan bagaimana mereka
- Narkotik/opiate dapat menurunkan resiko tersebut
- Obat penenang - Sarankan adaptasi rumah untuk meningkatkan
- Antidepresan trisiklik keselamatan
- Fisiologis - Instruksikan keluarga pada pentingnya pegangan tangan
- Sakit akut untuk kamar mandi, tangga, dan trotoar
- Anemia - Sarankan atas kaki yang aman
- Arthritis - Mengembangkan cara untuk pasien untuk berpartisipasi
- Penurunan kekuatan keselamatan dalam kegiatan rekreasi
ekstremitas bawah - Lembaga program latihan rutin fisik yang meliputi
- Diare berjalan
- Kesulitan gaya berjalan - Tanda-tanda posting untuk mengingatkan staf bahwa
- Vertigo saat pasien yang berisiko tinggi untuk jatuh
mengekstensikan leher - Berkolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain untuk
- Masalah kaki meminimalkan efek samping dari obat yang
- Kesulitan mendengar berkontribusi terhadap jatuh (misalnya, hipotensi
45
- Gangguan keseimbangan ortostatik dan kiprah goyah)
- Gangguan mobilitas fisik - Memberikan pengawasan yang ketat dan / atau perangkat
- Inkontinensia menahan (misalnya, bayi kursi dengan sabuk
- Neoplasma (mis., - pengaman) ketika menempatkan bayi / anak-anak muda
Ietih/mobilitas terbatas) pada permukaan ditinggikan (misalnya, meja dan kursi
- Neuropati tinggi)
- Hipotensi ortostatisk
- Kondisi postoperative
- Perubahan gula darah
postprandial
- Deficit proprioseptif
- Ngantuk
- Berkemih yang mendesak
- Penyakit vaskuler
- Kesulitan melihat
46
detik klaudikasi
Warna tidak kembali Mendemonstrasikan kemampuan
ketungkai saat tungkai kognitif yang ditandaai dengan :
diturunkan Berkomunikasi dengan
Kelambatan penyembuhan jelas dan sesuai dengan
luka perifer kemammpuan
Penurunan nadi Menunjukkan perhatian,
Edema konsentrasi dan orientasi
Nyeri ekstremitas Memproses informasi
Bruit femoral Membuat keputusan
Pemendekan jarak total yang dengan benar
ditempuh dalam uji berjalan
enam menit Menunjukkan fungsi sensori
Pemendekan jarak nenas motori cranial yang utuh : tingkat
nyeri yang ditempuh dalam kesadaran membaik, tidak ada
uji berjalan enam menit gerakan-gerakan involunter
Perestesia
Warna kulit pucat
47
Sumber:
48
Lampiran Resume Pasien Pelakasanaan Ronde Keperawatan
A. Identitas
Nama : Ny. N
Umur : 41 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Banyuasin
MRS : 03 Desember 2017
Tanggal Pengkajian : 16 Desember 2016
B. Diagnosis
1. Sol medulla spinalis
2. Ca mamamae bilateral
C. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri di daerah bawah perutnya. Pasien mengatakan kedua
kakinya tidak dapat digerakkan, pasien juga mengatakan sudah 2 hari BAB dengan
frekuensi 3x sehari dengan konsistensi cair dan bercampur darah.
Pengkajian nyeri PQRST:
Provokatif : Nyeri terjadi saat berbaring
Quality : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
Regio : Nyeri pada bagian bawah abdomen sampai anus
Skala : Skala nyeri 8
Timing : Nyeri dirasakan terus menerus
Pengkajian Kekuatan Otot:
5 4
1 1
49
E. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan menderita sakit pada payudaranya (ca mammae) sejak beberapa
tahun yang lalu. Pasien mengatakan tidak pernah di operasi pada bagian payudara yang
sakit.
F. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-Tanda Vital:
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 72x/menit
Pernapasan : 24x/menit
Suhu : 36,80 C
2. Sistem Pernapasan
- Suara paru-paru : Vesikuler
- Batuk : Pasien tidak batuk
- Sputum : Tidak ada sputum
- Nyeri saat bernapas : Tidak ada nyeri saat bernapas
- Hemaptoe : Tidak mengalami hemaptoe.
- Dyspnea : Pasien tidak mengalami dyspnea. RR pasien 24x/menit.
3. Sistem Kardiovaskular
- Suara jantung : S1,S2, tidak ada suara tambahan
- Suara jantung tambahan : tidak ada suara jantung tambahan.
- Capillary Refill Time : < 3 detik.
- Sianosis : Pasien tidak mengalami sianosis
- Akral Hangat
- Nadi : 72x/menit.
4. Sistem Persyarafan
- Tingkat kesadaran : Compos Metis (E4M6V5)
Pemeriksaan nervus
- NI : Pasien dapat mencium aroma dengan baik.
- NII : Pupil bulat isokor.
- N III : Mampu mengangkat kelopak mata keatas, kontriksi
pupil dan gerakan ekstraokuler.
- N IV : Mampu menggerakan mata kebawah
50
- VI : Mampu deviasi mata kelateral mengikuti gerak jari
telunjuk
- NV : Sentuhan di wajah masih terasa.
- N VII : Pasien mampu membuka mulut.
- N VIII : Pasien dapat mendengar dengan baik.
- N IX : Refleks menelan baik.
- NX : Pasien dapat mengucap “AA” dengan jelas
- N XI : Mampu menggerakan bahu dengan stimulus
- N XII : Mampu menjulurkan lidah dan menggerakan dari sisi
kanan ke sisi kiri
- Disorientasi : Tidak mengalami disorientasi.
- Tingkah laku : Tidak terdapat tingkah laku abnormal.
- Riwayat epilepsi : Tidak ada .
- Refleks : Baik, kecuali bagian ekstremitas bawah.
5. Sistem Pencernaan
- Jenis diet : Nasi biasa..
- Nafsu makan : Nafsu makan berkurang, makan hanya ½ piring
- Mual muntah : Mual saat setelah diinjeksi obat.
- Intake cairan : Pasien minum + 2 botol aqua (3000ml/hari).
- BB : 45 kg
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tgl 16 Desember 2017 :
- Sisa Makanan : Negatif (Normal: Negatif)
- Protein : Negatif (Normal: Negatif)
- Lemak : Negatif (Normal: Negatif)
- Karbohidrat : Negatif (Normal: Negatif)
6. Sistem Perkemihan
- Pola rutin :Pasien mengeluh pada saat BAB, BAB
bercampur darah selama 2 hari.
- Penggunaan laxan : Tidak ada penggunaan laxan.
- Colostomy : Tidak menggunakan colostomy.
- Konstipasi : Pasien tidak mengalami konstipasi.
- Diare :Pasien mengatakan diare bercampur darah
pukul 05.00 wib.
- Inkontinensia : Pasien tidak mengalami inkontinensia.
51
- Hematuria : Tidak terdapat darah dalam urin.
- Kateter : Pasien terpasang kateter.
- Urin output : Pasien mengatakan susah untuk BAK
7. Sistem Musculoskeletal
- Gangguan Persendian :Kemampuan pergerakan sendi tidak bebas karena
esktremitas bawah tidak dapat digerakkan.
Pengkajian Kekuatan Otot:
5
4
1 1
- Edema : Tidak ada edema.
8. Sistem Endokrin
- Tiroid tidak membesar
9. Sistem Integumen
- Warna : Sawo matang.
- Integritas : Kulit kering (bersisik)
- Turgor : Turgor kulit elastis
10. Kebersihan Pribadi
Pasien dibersihkan oleh keluarga dengan menggunakan washlap setiap pagi di tempat
tidur. Pasien tampak rapi, bersih dan rambut pasien rapi.
11. Psikososial Spiritual
Saat di RS pasien tidak dapat menjalankan sholat karena kedua ekstremitas tidak
dapat digerakkan dan terasa lemah. Pasien mempunyai motivasi tinggi untuk
sembuh. Pasien berharap agar cepat sembuh dan tidak mengalami sakit yang lain
lagi.
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium tangal 16 Desember 2017
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan
Tinja
Makroskopik
- Warna Cokelat kemerahan
- Konsistensi Lembek
Mikroskopik
- Amoeba Negatif Negatif
- Eritrosit 2-3/Lp Negatif
52
- Leukosit 0-2/Lp Negatif
- Bakteri Positif Negatif
- Jamur Negatif Negatif
- Telur Cacing Negatif Negatif
- Sisa makanan Negatif Negatif
∙ Protein Negatif Negatif
∙ Lemak Negatif Negatif
∙ Karbohidrat Positif Negatif
Darah Samar
H. Terapi
Terapi pada Tanggal 16 Desember 2016 :
IUFD NaCl 0,9% 20 gtt/mnt
Dexamethason 5 mg/8 jam
Paracetamol 500 mg/8 jam
Ceftriaxon 1 gr/12 jam
Ketorolac 30 mg/8 jam
Acetyl systein 200 gr/8 jam
Asam Folat 1 tablet/8 jam
Omeprazole 4 mg/12 jam
Vitamin K 1 ampul/24 jam
I. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intrakranial.
2. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan neuromaskular, nyeri.
3. Kerusakan integritas jaringan b.d faktor mekanik (tekanan jaringan mamae)
53
J. Rencana Tindakan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut NOC NIC
Definisi : Pengalaman sensori dan Pain level Pain management
emosional yang tidak Pain control Lakukan pengkajian nyeri secara
menyenangkan yang muncul Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
akibat kerusakan jaringan yang Kriteria hasil : karakteristrik, durasi, frekuensi, kualitas,
aktual atau potensial atau Mampu mengontrol nyeri (tahu dan faktor presipitasi.
digambarkan dalam hal kerusakan penyebab nyeri, mampu menggunakan Observasi reaksi nonverbal dari
sedemikian rupa (international teknik nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan
association fot the study of pain) : mengurangi nyeri, mencari bantuan) Gunakan tehnik komunikasi teraupetik
awitan yang tiba-tiba atau lambat Melaporkan bahwa nyeri berkurang untuk mengetahui pengalaman nyeri
dari intenstitas ringan hingga dengan menggunakan manajemen nyeri pasien
berat dengan akhir yang dapat Mampu mengenali nyeri (skala, Kaji kultur yang mempengaruhi respon
diantisipasi atau prediksi dan intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) nyeri
berlangsung < 6 bulan. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Batasan karakteristik : berkurang. Evaluasi bersama pasien dan tim
Perubahan selera makan kesehatan lain tentang ketidakefektifan
Perubahan tekanan darah kontrol nyeri masa lampau
Perubahan frekuensi jantung Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
Perubahan frekuensi dan menemukan dukungan
pernafasan Kontrol lingkungan yang dapat
Laporan isyarat mempengaruhi nyeri sperti suhu ruangan,
Diaforesis pencahayaan,kebisingan
Perilaku distraksi ( misalnya Kurangi faktor predisposisi
berjalan mondar-mandir Pilih dan lakukan penanganan
mencari orang lain dan atau nyeri(farmakologi, nonfarmakologi dan
aktivitas lain, aktivitas yang interpersonal)
berulang). Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
Mengekspresikan perilaku menentukan intervensi
(misalnya gelisah, merengek, Ajarkan tentang teknik non farmakologi
menangis) Berikan analgetik untuk mengurangi
Masker wajah (misalnya nyeri
mata kurang bercahaya, Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
tampak kacau, gerakan mata Tingkatkan istirahat
terpencar atau tetap pada satu Kolaborasikan dengan dokter jika ada
fokus meringis) tindakan nyeri tidak berhasil
Sikap melindungi area nyeri Monitor penerimaan pasien tentang
Fokus menyempit (misalnya manajemen nyeri.
gangguan persepsi nyeri,
hambatan proses berfikir, Analgesic administration
penurunan interaksi dengan Tentukan lokasi, karakteristrik, kualitas,
orang dan lingkungan) dan derajat nyeri sebelum pemberian
Indikasi nyeri yang dapat obat
diamati Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
Perubahan posisi untuk dosis dan frekuensi
menghindari nyeri Cek riwayat alergi
Sikap tubuh melindungi Pilih analgetik yang diperlukan atau
Dilatasi pupil kombinasi dari analgetik ketika
Melaporkan nyeri secara pemberian lebih dari satu
verbal Tentukan pilihan analgetik tergantung
Gangguan tidur tipe dan beratnya nyeri
Tentukan analgetik pilihan, rute
Faktor yang berhubungan: pemberian secara IV, IM, untuk
Agen cedera fisik ( misalnya pengobatan nyeri secara teratur
biologis, zat kimia, fisik, Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
psikologis). pengobatan nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgetik pertama kali
Berikan analgesik tepat pada waktu
terutama saat nyeri hebat.
Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan
gejala.
2. Hambatan mobilitas fisik b.d NOC NIC
gangguan neuromaskular, nyeri. Joint Movement: active Exercise therapy
Mobility level Monitoring vital sign sebelum dan
Self care: ADLs sesudah latihan dan lihat respon pasien
Transfer performance saat latihan.
Kriteria hasil : Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
Klien meningkat dalam aktivitas fisik rencana ambulasi sesuai dengan
Mengerti tujuan dan peningkatan kebutuhan
mobilitas Bantu klien untuk menggunakan tongkat
Memverbalisasikan perasaan dalam saat berjalan dan cgah terhadap cedera
meningkatkan kekuatan dan kemampuan Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
berpindah lain tentang teknik ambulasi
Memperagakan penggunaan alat Kaji kemampuan pasien dalam
Bantu untuk mobilisasi (walker) mobilisasi
. Latih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
Damping dan bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs ps.
Berikan alat bantu jika klien memerlukan
Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan.
3. Kerusakan jaringan b.d faktor NOC NIC
mekanik (tekanan jaringan Tissue integrity: skin andmucos Pressure ulcer prevention wound care
mamae) Wound healing: primary and secondary Anjurkan pasien untuk menggunakan
Definisi: kerusakan jaringan intention pakaian yang longgar.
membrane mukosa, kornea, Kriteria hasil Jaga kluit agar tetap bersih dan kering
integument atau subkutan Perfusi jaringan normal Mobilisasi pasien (ubah pasien setiap dua
Batasan Karateristik Tidak ada tanda-tanda infeksi jam)
Kerusakan jaringan (mis: kornea, Ketebalan dan tekstur jaringan normal Monitor kuliat akan adanya kemerahan
membrane mukosa, kornea, Menunjukkan pemahaman dalam proses Oleskan lotion atau minyak atau baby oil
integument atau subkutan ) perbaikan kulit dan mencegah terjadinya pada daerah yang tertekan
Faktor yang berhubungan cidera berulang Monitor status nutrisi pasien
Gangguan sirkulasi Menunjukkan terjadinya proses Memandikan pasien dengan sabun dan air
Iritan zat kimia penyembuhan luka hangat
Defisit cairan Observasi luka: lokasi, dimensi,
Kelebihan cairan kedalaman luka, jaringan nekrotik, tand-
Hambatan mobilitas fisik ttanda infeksi local, formasi traktus
Kurang pengetahuan Ajarkan keluarga tentang luka dan
Faktor mekanik (mis: tekanan, perawatan luka
koyakan/robekan, friksal) Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diet
Faktor nutrisi (mis: kekurangan (Tinggi kalori tinggi protein)
atau kelebihan) Cegah kontaminasi feses dan urin
Radiasi Lakukan teknik perawatan luka dengan
Suhu ekterm steril
Berikan posisi yang mengurangi tekanan
pada luka
Hindari kerutan pada tempat tidur
K. Evaluasi
Mengatasi masalah nyeri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
DOKUMENTASI RONDE KEPERAWATAN
Dokumentasi Penerapan Pemasangan Kateter sesuai Standar Prosedur Operasional
PROPOSAL PENYULUHAN
“PENYIMPANAN B3 (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)”
DI RUANG RAWAT INAP RAWAS 1.1 DI RSUP Dr. MOHAMMAD HOESIN
PALEMBANG
OLEH:
a. TOPIK
Penyimpanan B3 (bahan berbahaya dan beracun)
b. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1x30 menit diharapkan pramubakti mampu
menyusun bahan berbahaya dan beracun pada lemari penyimpanan sesuai dengan
standar.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x30 menit diharapkan pramubakti
mampu :
a. Menjelaskan pengertian bahan beracun dan berbahaya
b. Menjelaskan jenis bahan beracun dan berbahaya
c. Menjelaskan syarat penyimpanan B3
d. Mendemonstrasikan penyimpanan serta penyusunan B3 sesuai standar
c. LANDASAN TEORI
1. Definisi
Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun mendefinisikan Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) sebagai zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi,
dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lain.
2. Klasifikasi
Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 menjelaskan secara singkat klasifikasi
B3 sebagai berikut:
1. Explosive
(mudah meledak) adalah bahan yang pada suhu dan tekanan standar (25°C,
760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
merusak lingkungan sekitarnya.
2. Toxic
(beracun) akan menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk
ke
dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.
3. Corrosive
(korosif) mempunyai sifat sebagai berikut:
Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja
Mempunyai pH 2 untuk B3 bersifat asam dan atau pH 12,5 untuk B3
bersifat basa.
4. Irritant
(bersifat iritasi) merupakan padatan maupun cairan yang bila terjadi kontak
secara langsung dan apabila terus menerus kontak dengan kulit atau selaput
lendir dapat menyebabkan peradangan
5. Chronic toxic(toksik kronis):
Carcinogenic
(karsinogen) yaitu sifat bahan penyebab sel kanker
Teratogenic
yaitu sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan
embrio
Mutagenic
yaitu sifat bahan yang dapat menyebabkan perubahan kromosom yang dapat
merubah genetika.
Gambar :Symbol B3
3. Daftar Bahan Berbahaya Beracun (B3) Ruang Rawas 1.1
a) E- care Handrub 500 ml (Mudah terbakar)
b) Softaman Handrub 500 ml (Mudah terbakar,korosif dan iritan)
d. KARAKTERISTIK AUDIENS
Peserta penyuluhan adalah pramubakti Rawas 1.1.
e. PENGORGANISASIAN
Penanggung Jawab : Merry Selviana, S.Kep
Fasilitator : Resi Salsuda, S.Kep
Adelia Pradita
Setting Tempat
Lemari B3
Observer
Pramubakti
Penyaji
f. PROSES PELAKSANAAN
Hari/Tanggal : Jumat, 15 Desember 2017
Waktu : Pukul 10.00-10.30 WIB
Metode : Ceramah
Media : Leaflet
Penyuluhan Cuci Tangan Di Ruang Rawas 1.1 RSUP Dr. Mohamad Hoesin
Palembang
A. TOPIK
6 Langkah Cuci Tangan
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1x30 menit diharapkan pasien dan keluarga
pasien mampu mendemonstrasikan dan menerapkan 6 langkah cuci tangan dengan
benar.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x30 menit diharapkan keluarga pasien
mampu :
a. Menjelaskan pengertian cuci tangan
b. Menjelaskan tujuan cuci tangan
c. Menyebutkan waktu yang tepat untuk mencuci tangan
d. Mendemonstrasikan 6 langkah mencuci tangan dengan tepat
C. LANDASAN TEORI
1. Definisi Cuci Tangan
Cuci tangan adalah proses memindahkan kotoran dari kulit tangan dan kuku
menggunakan sabun dan air bersih atau antiseptic lainnya (WHO,2009). Cuci
tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua
belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan
mengurangi jumlah mikroorganisme sementara (Dahlan dan Umrah, 2013).
Sabun dan deterjen merupakan produk-produk pembersih (berbentuk
batangan, cair, selebaran atau bubuk) yang menurunkan tegangan permukaan
sehingga membantu membuang kotoran, debu dan mikroorganisme sementara dari
kedua belah tangan. Sabun biasa membutuhkan friksi (penggosokan) untuk
membuang mikroorganisme secara mekanik sedangkan sabun antiseptik juga
membunuh atau menghambat pertumbuhan sebagian besar mikroorganisme
(Dahlan dan Umrah, 2013).
Cuci tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan cuci tangan
menggunakan sabun anti microbial, iritasi kulit jauh lebih rendah apabila
menggunakan sabun biasa. Cuci tangan sebaiknya dilakukan sebelum
memeriksa/kontak langsung dengan pasien, sebelum memakai sarung tangan
bedah steril/DTT, setelah kedua tangan terkontaminasi (memegang instrumen
yang kotor dan alat lainnya, menyentuh lendir, darah, kontak yang lama dan
intensif dengan pasien setelah melepas sarung tangan (Dahlan dan Umrah, 2013).
2. Tujuan Mencuci Tangan
Menurut Annamma Jacob, dkk (2014), tujuan dari mencuci tangan adalah sebagai
berikut :
a. Mengangkat kotoran dan mikroorganisme sesaat dari tangan
b. Mengurangi jumlah mikroba dengan berjalannya waktu
c. Mencegah terjadinya infeksi silang.
2) KARAKTERISTIK AUDIENS
Peserta penyuluhan adalah keluarga pasien yang berada di ruang rawat inap
Rawas 1.1.
3) PENGORGANISASIAN
Ketua : Bekti Istiani, S.Kep
Moderator : Dwi Purnama Sari, S.Kep
Fasilitator : Adelia Pradita, S.Kep, Lizza Wirma, S.Kep, Endra Kurniawan P
S,Kep, Merry Selviana, S.Kep
Observer : Raytiah Mariani, S.Kep, Bekti Istiani, S.Kep, Rani Ayu Putri S.Kep
Penyaji : Resi Salsuda, S.Kep
Setting Tempat
Peserta
Observer Penyaji
4) PROSES PELAKSANAAN
Hari/Tanggal : Kamis, 14 Desember 2017
Waktu : Pukul 19.00-19.30 WIB
Metode : Ceramah
Media : Leaflet
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, A.K, Umrah, A,St. 2013. Buku Ajaran Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan.
Malang : Intimedia.
Saputra, Dr.L. 2013. Keterampilan Dasar untuk Perawat dan Bidan. Tangerang Selatan :
Binarupa Aksara Publisher.
Jacob, A, et al. 2014. Buku Ajar Clinical Nursing Procedures. Edisi 2. Tangerang Selatan :
Binarupa Aksara Publisher.
WHO. 2009. Guidelines on Hand Hygiene in Health Care. Library Cataloguing-in
Publication Data
Laporan Hasil Kegiatan Penyuluhan Cuci Tangan Di Ruang Rawas 1.1
RSUP Dr. Mohamad Hoesin Palembang
Pada hari Kamis, 14 Desember 2017 telah dilakukan penyuluhan tentang langkah cuci
tangan. Penyuluhan ini dilakukan di ruang Rawas 1.1 RSUP Mohamad Hoesin Palembang
jam 19.00 WIB – 20.00 WIB yang dihadiri oleh seluruh pasien dan keluarga yang menjaga
pasien di ruang Rawas 1.1. Penyuluhan ini dilakukan dengan media leaflet.
Kegiatan dimulai dengan mempersiapkan peserta duduk dengan nyaman,kemudian
mempersiapkan alat penyuluhan seperti absensi peserta, leaflet, dan alat tulis yang
diperlukan. Adapun uraian kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Fasilitator (Adelia, Merry, Lizza, Endra) bertugas membimbing peserta untuk mengisi
absensi atau daftar hadir di awal acara sebelum penyuluhan dilakukan agar selama
acara penyuluhan, peserta bisa fokus kepada persentator, fasilitator sekaligus menjadi
dokumenter yang mendokumentasikan selama proses acara penyuluhan.
2. Moderator (Dwi) menyebutkan salam, perkenalan anggota kelompok, menyebutkan
asal institusi, kontrak waktu dan tempat, menyebutkan tujuan penyuluhan setelah itu
menjelaskan kepada peserta untuk dapat memperhatikan penyuluhan yang akan
disampaikan oleh presentator atau penyuluh. Setelah selesai pemaparan penyuluhan
maka peserta yang akan bertanya boleh mengangkat tangandan bertanya kepada para
penyuluh.
3. Presentator atau penyuluh (Resi) memberikan penyuluhan melalui media leaflet yang
menjelaskan tentang 6 langkah cuci tangan. Setelah memberikan penyuluhan,
moderator mempersilahkan kepadda peserta untuk bertanya. Ada 2 orang peserta yang
bertanya yang masing-masing dijawab oleh kelompok penyuluh.
4. Observer (Ray, Bekti, Rani) bertugas mengawasi jalannya acara penyuluhan dari awal
sampai akhir dan dilanjutkan dengan pembagian leaflet tentang 6 langkah cuci tangan.
5. Acara ditutup oleh moderator yang sebelumnya melakukan evaluasi subjektif dan
evaluasi objektif kepada peserta dilanjutkan dengan rencana tindak lanjut untuk para
peserta agar dapat menerapkan apa yang telah disampaikan dalam acara penyuluhan
untuk mengatasi dan bagaimana merawat luka baik bagi diri sendiri maupun anggota
keluarga
Hambatan selama proses penyuluhan tidak dirasakan karena peserta sudah terkumpul,
semua alat penyuluhan sudah disiapkan dan masing-masing anggota ikut berperan aktif
selama proses penyuluhan berlangsung.
AYO
CUCI
TANGAN
Cuci tangan adalah proses
membuang kotoran dan debu
secara mekanis dari kulit
kedua belah tangan dengan
memakai sabun dan air.
Apa Tujuan
dari Mencuci
Tangan?
Disusun oleh :
Kelompok 5 dan 6
1. Adelia pradita
2. Dwi purnama sari
3. Endra kurniawan parinduri
4. Bekti istiani
5. Lizza wirma
6. Merry selvianna
7. Rani ayu putri utami
8. Raytiah mariani
9. Resi salsuda
A. TOPIK
Pencegahan Luka Dekubitus
B. TUJUAN
3. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 1x30 menit diharapkan pasien
dan keluarga pasien mampu menerapkan pencegahan luka dekubitus
dengan benar.
4. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 1x30 menit diharapkan keluarga
pasien mampu:
a. Menjelaskan pengertian luka dekubitus
b. Menjelaskan penyebab luka dekubitus
c. Tanda dan gejala luka dekubitus
d. Pencegahan terjadinya luka dekubitus
C. Landasan teori
1. Pengertian luka dekubitus
Luka dekubitus merupakan dampak tekanan yang terlalu lama pada area
permukaan tulang yang menonjol dan mengakibatkan berkurangnya
sirkulasi darah pada area yang tertekan dan lama -kelamaan jaringan
setempat mengalami iskemik, hipoksia dan berkembang menjadi
nekrosis (Barbara, 2005).
2. Penyebab
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya dekubitus dibagi menjadi
dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal:
a. Faktor eksternal
1. Penekanan
2. Gesekan
3. Tenaga yang merobek (sher) dan perlukaan.
b. Faktor internal
1. Usia
2. Status imobilitas dan aktivitas
3. Nutrisi
4. Disfungsi sirkulasi
5. Anemia (Anonim, 2005)
3. Risiko tinggi terjadinya luka dekubitus ditemukan pada :
1. Orang-orang yang tidak dapat bergerak misalnya lumpuh, sangat
lemah, dipasung.
2. Orang-orang yang tidak mampu merasakan nyeri, karena nyeri
merupakan suatu tanda yang secara normal mendorong seseorang
untuk bergerak. Kerusakan saraf misalnya akibat cedera, stroke,
diabetes dan koma bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan
untuk merasakan nyeri.
3. Orang-orang yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) tidak
memiliki lapisan lemak sebagai pelindung dan kulitnya tidak
mengalami pemulihan sempurna karena kekurangan zat-zat gizi yang
penting.
4. Gesekan dan kerusakan lainnya pada lapisan kulit paling luar bisa
menyebabkan terbentuknya luka decubitus (Suriadi, 2004).
5. Komplikasi
Dapat terjadi infeksi sebagai akibat dari kelemahan dan perawatan
di rumah sakit yang berkepanjangan bahkan pada luka dekubitus.
6. Penatalaksanaan
a. Pencegahan luka dekubitus sangatlah penting berupa mengubah
posisi pasien yang tirah baring (paling sedikit 2 jam) dan massase
kulit. Asupan kalori harus dipertahankan tetap tinggi untuk
merangsang fungsi imun dan mempertahankan kesehatan.
b. Massage pada kulit
1. Merubah posisi
a. Pengertian merubah posisi
Merubah posisi merupakan kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan
kesehatannya (Hidayat, 2006). Merubah posisi adalah perubahan
posisi secara berkala setiap 2 jam yaitu pasien dimiringkan ke
arah kanan, setelah 2 jam pasien di terlentangkan, kemudian 2
jam berikutnya pasien dimiringkan ke arah kiri, dan seterusnya
seperti itu (Nuh Huda, 2012).
b. Tujuan merubah posisi
Menurut Potter dan Perry (2005) tujuan merubah posisi yaitu :
1. Mencegah nyeri otot
2. Mengurangi tekanan
3. Mencegah kerusakan syaraf dan pembuluh darah
4. Mencegah kontraktur otot
5. Mempertahankan tonus otot dan reflek
.
c. Manfaat merubah posisi
Menurut Potter dan Perry (2005) manfaat merubah posisi yaitu :
1. Mengurangi resiko dekubitus
2. Agar otot tidak kaku
2. Massase
a. Pengertian massase
Massase adalah suatu pemijatan/ditepuk-tepuk pada bagian tubuh
tertentu dengan tangan atau alat-alat khusus untuk memperbaiki
sirkulasi, metabolisme, melepaskan pelekatan dan melancarkan
peredaran darah sebagai cara pengobatan (Pupung, 2009).
b. Tujuan massase
1. Meningkatkan sirkulasi pada daerah yang di massase.
2. Meningkatkan relaksasi.
3. Menjaga keadaan kondisi kulit (Pupung, 2009)
c. Komponen massase
Ada beberapa komponen dalam melakukan massase, yaitu: arah
gerakan tangan massase, dosis dan frekuensi dari manipulasi yang
diberikan.
1. Arah gerakan massase. Tujuanya adalah untuk mempercepat
aliran darah atau sirkulasi darah venosa ke jantung.
2. Dosis dan frekuensi massase Pada pasien stroke dibutuhkan
waktu sekitar 5-15 menit karena dilakukan di bagian tubuh
tertentu dengan jangka waktu 2 kali sehari yaitu pada waktu
pasien di mandikan dan setelah dimandikan (Pupung, 2009).
d. Efek massase
1. Terhadap kulit
Melonggarkan pelekatan dan menghilangkan penebalan-
penebalan kecil yang terjadi pada jaringan dibawah kulit
Kulit menjadi lunak dan elastic.
Perasaan kulit menjadi sensitive.
2. Efek massase terhadap jaringan
Membantu memperlancar proses penerapan sisa-sisa
pembakaran yang berada dalam jaringan sehingga dengan
adanya manipulasi atau penekanan dan peremasan pada
jaringan maka darah dan sisa-sisa pembakaran yang tidak
diperlukan terperas keluar dari jaringan masuk kedalam
pembuluh vena (Pupung, 2009).
D. KARAKTERISTIK AUDIENS
Peserta penyuluhan adalah keluarga pasien yang berada di ruang rawat
inap Rawas 1..1
E. PENGORGANISASIAN
Ketua : Bekti Istiani, S.Kep
Fasilitator : Resi Salsuda, S.Kep, Adelia Pradita, S.Kep, Lizza Wirma,
S.Kep,
Endra Kurniawan P S,Kep, Merry Selviana, S.Kep
Observer : Endra Kurniawan Parinduri, S.Kep
Penyaji : Bekti Istiani, S.Kep
Setting Tempat
Peserta
Observer Penyaji
F. PROSES PELAKSANAAN
Hari/Tanggal : Jumat, 15 Desember 2017
Waktu : Pukul 10.00-10.30 WIB
Metode : Ceramah
Media : Leaflet
Dokumentasi Operan
Dokumentasi Pre dan Post Conference
Instrument A Penerapan Standar Asuhan Keperawatan (Departemen Kesehatan RI,
2005).
SUB TOTAL
TOTAL
PRESENTASE
3.
SUB TOTAL
TOTAL
PRESENTASE
1.
SUB TOTAL
TOTAL
PRESENTASE
1.
SUB TOTAL
TOTAL
PRESENTASE
Aspek Yang Di Kode berkas rekam medic pasien Ket
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nilai
E. Evaluasi
1. Evaluasi mengacu
pada tujuan.
2. Hasil evaluasi
dicatat.
6. 1.
SUB TOTAL
TOTAL
PRESENTASE
Usia :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan Terakhir :
Lama Di Rawat :
Alamat :
No Karateristik 1 2 3 4
1. Reliability (Keandalan)
a. Perawat mampu menangani masalah keperawatan Anda
dengan tepat dan professional.
b. Perawat memberikan informasi tentang fasilias yang
tersedia, cara penggunaannya dan tata tertib yang
berlaku di RS.
c. Perawat memberitahu dengan jelas tentang hal-hal yang
harus dipenuhi dalam perawatan Anda.
d. Perawat memberitahu dengan jelas tentang hal-hal
yang dilarang dalam perawatan Anda.
e. Ketepatan waktu perawat tiba diruangan ketika Anda
membutuhkan
2. Assurance (Jaminan)
a. Perawat memberi perhatian terhadap keluhan yang
Anda rasakan.
b. Perawat dapat menjawab pertanyaan tentang tindakan
perawatan yang diberikan kepada Anda.
c. Perawat jujur dalam memberikan informasi tentang
keadaan Anda.
d. Perawat selalu memberi salam dan senyum ketika
bertemu ANda.
e. Perawat teliti dan terampil dalam melaksanakan
tindakan keperawatan kepada Anda.
3. Tangibels (kenyataan)
a. Perawat memberi informasi tentang administrasi yang
berlaku bagi pasien rawat inap di RS.
b. Perawat selalu menjaga kebersihan dan kerapihan
ruangan yang Anda tempati.
c. Perawat selalu menjaga kebersihan dan kesiapan alat-
alat kesehatan yang digunakan.
d. Perawat menjaga kebersihan dan kelengkapan fasilitas
kamar mandi dan toilet.
e. Perawat selalu menjaga kerapian dan penampilannya.
4. Empathy (empati)
a. Perawat memberikan informasi kepada Anda tentang
segala tindakan yang akan dilakukan.
b. Perawat mudah ditemui dan dihubungi bila Anda
membutuhkan.
c. Perawat sering melihat dan memeriksa keadaan Anda
seperti mengukur tensi, suhu, nadi, pernapasan dan
cairan infus.
d. Pelayanan yang diberikan perawat tidak memandang
pangkat atau status tapi berdasarkan kondisi Anda.
e. Perawat perhatian dan memberi dukungan moril
terhadap keadaan Anda(menanyakan dan berbincang-
bincang tentang keadaan Anda).
5. Responsiveness (Tanggung jawab)
a. Perawat bersedia menawarkan bantuan kepada Anda
ketika mengalami kesulitan walau tanpadiminta.
b. Perawat segera menangani Anda ketika sampai
diruangan rawat inap.
c. Perawat menyediakan waktu khusus untuk membantu
Anda berjalan, BAB, BAK ganti posisi tidur, dan lain-
lain.
d. Perawat membantu Anda memperoleh obat.
e. Perawat membantu Anda untuk pelaksanaan pelayanan
foto dan laboratorium di RS ini.
Total
Keterangan :
1 = Sangat tidak puas
2 = Tidak puas
3 = Puas
4 = Sangat puas
Tim MPKP (2006). Modul model praktik keperawatan jiwa professional. Keswa
banda aceh & WHO