Anda di halaman 1dari 18

1.

MONEY
a. Kajian Teori
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 pendapatan asli daerah
adalah sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang
bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah
yang sah. Salah satu fungsi rumah sakit adalah memberikan pelayanan kesehatan
bagi petugas medis maupun non medis. Adapun layanan umum RSUP Dr.
Mohammad Hoesin dijelaskan tentang sumber pendapatan BLU berasal dari :
1) Jasa layanan
Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu
pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
menyebabkan kepemilikan kepada sesuatu, yang dapat berhubungan dengan
suatu produk fisik maupun tidak.(Kotler dan Amstrong (1996) yang dikutip
Arief (2014).
2) Hibah tidak terikat
3) Hasil kerjasama dengan pihak lain

b. Kajian Data
Tabel 2.41
Hasil Observasi Money Pada Lembar Instrumen
NO PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah perawat menginformasikan biaya √
pengobatan kepada klien/keluarga ?
2 Apakah perawat memberitahu petugas √
lain tentang hal yang berhubungan
pembiayaan pasien ?
3 Apakah perawat memberitahu tempat √
transaksi resmi di rumah sakit ?
4 Apakah perawat mengembalikan nota √
pembayaran kepada klien/keluarga ?
5 Apakah semua jenis pelayanan jaminan √
kesehatan dapat digunakan di ruangan
lakitan 1.3
6 Bagaimana cara penyediaan bahan habis pakai di ruangan
lakitan 1.3 ?
7 Bagaimana penyediaan alat/fasilitas ruangan lakitan 1.3 ?
c. Analisa
Berdasarkan hasil kajian situasi pada point money didapatkan hasil :
1) Perawat tidak menginformasikan rincian biaya pengobatan kepada pasien atau
keluarga dikarenakan hal ini merupakan wewenang pihak TU/bagian keuangan
ruangan Lakitan 1.3. Tetapi jika pasien swasta (bayar) perawat menjelaskan
informasi biaya pengobatan pada keluarga pasien.
2) Saat pasien akan pulang, perawat berperan sebagai penghubung antara
keluarga atau penanggung jawab pasien dengan pihak TU/bagian keuangan
ruangan (bagi pasien BPJS, Jamkesmas, Jamsoskes, dan MUBA SEMESTA)
dan juga sebagai penghubung dengan pihak rekam medis (bagi pasien Umum)
mengenai hal yang berhubungan dengan pembiayaan pasien.
3) Perawat berperan sebagai informan untuk menginformasikan tempat transaksi
resmi rumah sakit saat pasien akan pulang.
4) Semua rincian nota pembayaran diserahkan seluruhnya kepada pasien atau
penanggung jawab pasien oleh pihak rekam medis ataupun pihak keuangan
yang berwewenang terhadap pembiayaan pasien.
5) Semua jenis jaminan kesehatan dapat digunakan di ruangan Lakitan 1.3 seperti
jaminan BPJS, MUBA SEMESTA, Jamsoskes, Jamkesmas, dan Umum.
6) Penyediaan bahan habis pakai di ruangan dapat langsung diperoleh melalui
amprahan permintaan barang bagian logistik dan depo farmasi.
7) Penyediaan alat maupun fasilitas ruangan dapat dilakukan melalui prosedur
permintaan barang yang diajukan ke bagian administrasi rumah sakit dan
pengambilan alat/fasilitas di bagian logistik dan depo farmasi.

2. MATERIALS DAN MACHINE


a. Kajian Teori
Standar peralatan keperawatan adalah penetapan peralatan keperawatan yang
meliputi kebutuhan (jumlah, jenis dan spesifikasi) serta pengelolaannya dalam
upaya mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas (Depkes, 2014).
Peralatan yang dimaksud dalam standar ini terdiri dari:

1) Alat Tenun
Merupakan penetapan kebutuhan alat tenun berdasarkan jumlah, jenis dan
spesifikasi menjamin tersedianya alat tenun yang memadai untuk mencapai
pelayanan keperawatan.

Tabel 2.42
Standar Alat di Ruang Rawat Inap
No Nama Barang Ratio Pasien Alat
1 Sprei 1:5
2 StikLaken 1:5
3 Selimut 1:3
4 Sarung bantal 1:5
5 Baju tindakanperawat 1:5
6 Perlak 1:5
7 SarungGuling 1:5
Sumber: DepKes, 2001

2) Alat Keperawatan
Penetapan kebutuhan alat keperawatan baik dari segi jumlah, jenis dan
spesifikasi menjamin tersedianya alat keperawatan yang memadai untuk
mencapai tujuan pelayanan keperawatan :
3)
Tabel 2.43
Standar Alat di Ruang Rawat Inap
4)
No Nama Barang Ratio Pasien alat
1 Stetoskop 2/ruangan
2 Tensi meter 2/ruangan
3 Bak instrumen besar 2/ruangan
4 Bak instrumen kecil 2/ruangan
5 Bengkok 2/ruangan
6 Standar infus 1:2
7 Korentang 2/ruangan
8 Gunting perban 2/ruangan
Sumber: DepKes, 2001

b. Kajian Data Alat Medis dan Non Medis


Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 15 Januari 2018 diperoleh :

Tabel 2.44
Daftar Inventaris Ruang Lakitan 1.3 RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Jumlah
NO Nama Barang Hasil Baik Tidak Ket
Pengkajian
1 Cermin 1 
2 File box 22 
3 Papan informasi 3 
4 Komputer 1 
5 Meja computer 1 
6 Meja kerja kayu 4 
7 Meja counter 1 
nurse station
8 Lemari es 1 
makanan
9 Lemari es obat 1 
10 Locker 3 
11 Wastafel 1 
12 AC 11 
13 Kipas angin 5 
dinding
14 Dispenser 0 
15 Jam dinding 2 
16 Lemari 2 
dokumen
18 Lemari B3 1 
19 Lemari status 1 
pasien
20 Lemari kaca alat 1 
kesehatan
21 Lemari linen 1 
22 Kasur pasien 31 
23 Laken coklat
24 Sarung bantal
coklat
25 Selimut coklat
26 Bantal 33 
29 Helm red code 4 
30 Tabung APAR 2 
31 Gerobak laken 1 
32 Telpon 1 
33 Nurse call 31 
37 Tiang infus 31 
tanpa kaki
38 Torniquite 1 
39 Regulator 25 
oksigen dinding
40 Stetoskop 1 
42 Tensi meter 4 2 2
standing
43 Laringoscope 1 1 0
dewasa
44 Timbangan 1 1 0
BB/TB
45 Termometer 3 3 0
47 Suction portable 1 1 0
+ standar
49 Trolly 1 1 0
emergency
50 Lemari obat 1 1 0
kaca
51 Infus pump 1 1 0
52 Syringe pump 1 1 0
54 Mesin EKG 1 1 0
55 Trolly tindakan 3 3 0
57 Box darah 1 1 0
58 Pispot 13 13 0
59 Rak 1 1
pispot/urinal
60 Urinal 8 8 0
61 Kursi roda 4 4 0
62 Kom mandi 1 1 0
63 Tiang infus 31 31 0
tanpa kaki
64 Tabung oksigen 1 1 0
emergency
66 BSS set 1 1 0
67 Botol handsrub 28 28 0
68 Bed side 1 1 0
monitor
Persentase - 95 %
Sumber: Data observasi Mahasiswa Co Ners Unsri 2018
Jumlah yang
NamaAlatmedis
No Jumlahstandar ada kurang Ket.
/ keperawatan
Baik Rusak
Bed side
1 monitor 31 1 0 30
2 Bed pasien 31 31 0 0  
3 Narkase 31 31 0 0  
4 Infus pump 1 1 0 0  
8 Syring pump 2 1 0 1  
trolly
9 emergency 1 1 0 0  
10 trollyinjeksi/GV 3 3 0 0
11 ECG 1 1 0 0  
Tensimeter
12 standing 3 4 0 0
Laringoscop
13 dewasa 1 Set 0 1 0
Laringoskop
14 anak anak 1 set 1 0 0
14 Brankar 1 1 0 0  
Regulator O2
15 dinding 31 31 0 0
BELUM
Suction pump BERFUNGSI.KONEKTOR
16 dinding 31 0 0 31 SUDAH ADA
17 TiangInfus 31 31 0 0  
Timbangan
18 BB/TB 1/1 1/1 0 0
19 Nierbeken 3 3 0 0
20 Pispot 15 13 0 2
21 Urinal 15 8 0 7
22 Termometer 31 3 0 28
23  DC Shock 1 0 0 1

24 Oksimetri 1 1 0 0
25 Lampu x viewer 1 1 0 0
26 Restolle 3 3 0 0  

c. Kajian Situasi Ruangan


Tabel 2.45
Hasil Pengkajian Situasi Ruangan Lakitan 1.3
Nomor Kamar Hasil Pengkajian
Kamar 1 Kamar 1 merupakan kamar yang melayani pasien
kelas III Umum, BPJS, Jamsoskes, Jamkesmas
dan Muba Semesta yang terdiri dari 5 tempat
tidur untuk pasien anak-anak perempusn dengan
fasilitas 5 kursi (tiap bed 1 kursi), 5 lemari pasien
(tiap bed 1 lemari pasien), 3 regulator oksigen
dinding, tetapi tidak ada regulator oksigen
dinding pada bed 1 dan bed 5, 1 air conditioner
(AC) dalam keadaan baik, terdapat 4 handscrub
dalam keadaan terisi, tetapi tidak ada handscrub
pada bed 4. Terdapat kamar mandi dan tidak
terdapat kotak sampah. Kondisi pencahayaan
baik adanya sinar matahari masuk langsung
ruangan dan 8 lampu kecil dan 2 lampu neon
panjang dalam keadaan baik. Kondisi ventilasi
dan sirkulasi baik dengan adanya ventilasi dan 6
jendela yang dapat dibuka dan ditutup.
Kamar 2 Kamar 2 merupakan kamar yang melayani pasien
kelas III Umum, BPJS, Jamsoskes, Jamkesmas
dan Muba Semesta yang terdiri dari 5 tempat
tidur untuk pasien anak-anak laki-laki dengan
fasilitas 5 kursi (tiap bed 1 kursi), 5 lemari pasien
(tiap bed 1 lemari pasien), 3 regulator oksigen
dinding tetapi regulator oksigen dinding tidak
ada di bed 1 dan bed 2, 1 AC (air conditioner)
dalam keadaan baik, terdapat 4 handscrub dalam
keadaan terisi. Terdapat kamar mandi di luar
ruangan kamar 2 dan tidak teradapat kotak
sampah. Kondisi pencahayaan baik dengan
adanya sinar matahari masuk langsung ruangan
dan 8 lampu kecil neon dan 2 lampu panjang
neon. Kondisi ventilasi dan sirkulasi baik dengan
adanya ventilasi dan 4 jendela yang dapat dibuka
dan ditutup
Kamar 3 Kamar 3 merupakan kamar yang melayani pasien
kelas III Umum, BPJS, Jamsoskes, Jamkesmas
dan Muba Semesta yang terdiri dari 6 tempat
tidur untuk pasien laki-laki dewasa dengan
fasilitas 6 kursi (tiap bed 1 kursi), 6 lemari pasien
(tiap bed 1 lemari pasien), 6 regulator oksigen
dinding, tetapi , 1 AC (air conditioer) dalam
keadaan baik, terdapat 5 handscrub dalam
keadaan terisi. Terdapat kamar mandi dan tidak
terdapat kotak sampah. Kondisi pencahayaan
baik dengan adanya sinar matahari masuk
langsung ruangan dan 4 lampu neon. Kondisi
ventilasi dan sirkulasi baik dengan adanya
ventilasi dan 6 jendela yang dapat dibuka dan
ditutup
Kamar 4 Kamar 4 merupakan kamar yang melayani pasien
kelas III Umum, BPJS, Jamsoskes, Jamkesmas
dan Muba Semesta yang terdiri dari 7 tempat
tidur untuk pasien laki-laki dewasa dengan
fasilitas 7 kursi (tiap bed 1 kursi), 7 lemari pasien
(tiap bed 1 lemari pasien), 7 regulator oksigen
dinding, 1 AC (air conditioner) dalam keadaan
baik, terdapat 7 handscrub dalam keadaan terisi.
Terdapat kamar mandi dan tidak terdapat kotak
sampah. Kondisi pencahayaan baik dengan
adanya sinar matahari masuk langsung ruangan
dan 2 lampu neon panjang dan 8 lampu neon
kecil. Kondisi ventilasi dan sirkulasi baik dengan
adanya ventilasi dan 4 jendela yang dapat dibuka
dan ditutup
Kamar 5 Kamar 5 merupakan kamar yang melayani pasien
kelas III Umum, BPJS, Jamsoskes, Jamkesmas
dan Muba Semesta yang terdiri dari 8 tempat
tidur untuk pasien dewasa perempuan dengan
fasilitas 8 kursi (tiap bed 1 kursi), 8 lemari pasien
(tiap bed 1 lemari pasien), 8 regulator oksigen
dinding, 2 kipas angin dan 1 AC (air conditioner)
dalam keadaan baik, terdapat 8 handscrub dalam
keadaan terisi. Terdapat kamar mandi dan tidak
terdapat kotak sampah. Kondisi pencahayaan
kurang baik dengan tidak adanya sinar matahari
masuk langsung ruangan dan 3 lampu neon
panjang dan 6 lampu neon kecil. Kondisi
ventilasi dan sirkulasi kurang baik dengan tidak
adanya ventilasi atau jendela yang dapat dibuka
dan ditutup
Nurse Station Luas ruang nurse station sudah sesuai standar. Di
ruang Lakitan 1.3 hanya mempunyai satu nurse
station untuk melayani 30 tempat tidur (semua
pasien). Lemari tempat arsip dan status pasien
sudah cukup tertata dengan rapi di lemari dan
mudah dijangkau dari nurse station. Telah
tersedia alat untuk komunikasi berupa telepon
dan nurse call. Pencahayaan diruang nurse
station sudah memenuhi standar. Terdapat toilet
khusus untuk perawat dan staff.
Ruang Linen Tersedia 2 lemari untuk tempat linen bersih dan
tersusun rapi. Terdapat 1 trolly linen. 1 kipas
anagin. 1 lemari bahan berbahaya dan beracun. 1
box kantong infeksi dan non-infeksi. 1 box spill
kit B3 mercury. Terdapat 2 lampu panjang. Pada
ruangan linen tidak terdapat ventilasi.
Toilet Tersedia 5 toilet untuk pasien di ruang Lakitan
1.3, akses menuju toilet mudah, toilet
menggunakan kloset duduk. Pada tiap toilet telah
tersedia handrail. Di tiap toilet belum disediakan
tissue, ada ember untuk penampungan air dan
tempat untuk sabun. Lantai pada toilet tidak licin.
Pintu toilet berfungsi dengan baik mudah dibuka
dan ditutup. Kunci pintu toilet fleksible mudah
untuk dibuka dan pada tiap toilet sudah ada nurse
call yang mudah digapai oleh pasien bila sewaktu
– waktu terjadi keadaan darurat atau bencana.
Tersedia juga toilet khusus untuk perawat dan
staff di nurse station. Tersedia juga toilet khusus
untuk kepala ruangan.
Sumber: Data observasi Mahasiswa Co Ners Unsri 2017

Berikut adalah standar dari Permenkes R.I Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Persyaratan Teknis Pembangunan dan Prasarana Rumah Sakit.
Tabel 2.46
Perbandingan Situasi Ruangan Ideal dan Aktual
Ideal Aktual
Ruang Perawatan

 Ukuran ruangan rawat inap Ukuran per kamar kelas III
tergantung kelas perawatan kamar 2, 3, 5 dan 6 (6 tempat
dan jumlah tempat tidur. tidur) adalah m2dan kelas III
kamar 1 dan 4 (3 tempat tidur)
adalah m2

 Jarak antar tempat tidur 2,4 Jarak antar tempat tidur 1,2 m
m atau antar tepi tempat dan antar tepi tempat tidur 88
tidur minimal 1,5 m. cm

 Bahan bangunan yang Bahan bangunan sesuai standar
digunakan tidak boleh
memiliki tingkat porositas
yang tinggi.
 Antar tempat tidur yang 
Tidak terdapat tirai antar
dibatasi oleh tirai maka rel tempat tidur di semua kamar
harus dibenamkan/ pasien
menempel di plafon, dan
sebaiknya bahan tirai non
porosif.
 Setiap tempat tidur 
Stop kontak yang telah
disediakan minimal 2 (dua) disediakan sudah sesuai
stop kontak dan tidak boleh
ada percabangan/
sambungan langsung tanpa
pengamanan arus.

 Harus disediakan Setiap bed sudah disediakan
outlet oksigen. outlet oksigen

 Ruangan harus dijamin Disetiap kamar pasien
terjadinya pertukaran udara memiliki ventilasisebagai jalur
baik alami maupun pertukaran udara
mekanik. Untuk ventilasi
mekanik minimal total
pertukaran udara 6 kali per
jam, untuk ventilasi alami
harus lebih dari nilai

tersebut. Di kamar pasien memiliki
 Ruangan perawatan pasien jendela yang cukup besar yang
harus memiliki bukaan dapat dibuka dan ditutup untuk
jendela yang aman untuk kebutuhan pencahayaan dan
kebutuhan pencahayaan dan sirkulasi udara.

ventilasi alami. Penerangan pada siang hari
 Ruangan harus melalui jendela, dan
mengoptimalkan penerangan tambahan
pencahayaan alami. menggunakan lampu
Pencahayaan buatan dengan flourescent. Kamar pasien
intensitas cahaya 250 lux kelas III (kamar 2, 3, 5 dan 6)
untuk penerangan, dan 50 terdiri dari 4 lampu flourescent
lux untuk tidur. sedangkan kelas III (1 dan 4)
terdiri dari 2 lampu
flourescent.

 Ruang perawatan harus Pada masing-masing tempat
menyediakan nurse call tidur pasien telah dilengkapi
untuk masing-masing dengan nurse call yang
tempat tidur yang terhubung langsung terhubung ke nurse
ke nurse station. station.

 Di setiap ruangan perawatan Di ruang Lakitan 1.3 kamar
harus disediakan kamar mandi berada di luar ruang
mandi. Kamar mandi ini perawatan. Terdiri dari 6
mengikuti persyaratan kamar mandi dengan kloset
kamar mandi aksesibilitas. duduk untuk semua pasien.
(Permenkes R.I, 2016) Akses menuju kamar mandi
mudah linier dengan kamar
pasien.
Nurse Station
 Luas ruangan pos perawat  Luas ruang nurse stationsudah
minimal 8 m2 atau 3-5 m2 per sesuai standar. Di ruang lakitan
perawat, disesuaikan dengan 1.3 hanya mempunyai satu pos
kebutuhan. Satu pos perawat perawat yang melayani 30
melayani maksimal 25 tempat tidur.
tempat tidur.
 Luas ruangan harus dapat  Lemari tempat arsip dan status
mengakomodasi lemari arsip pasien sudah tertata dengan
dan lemari obat. rapi di lemari dan dapat
dijangkau dari nurse station.
 Disediakan instalasi untuk  Telah tersedia alat untuk
alat komunikasi. komunikasi berupa telepon dan
nurse call
 Disediakan fasilitas  Disetiap masing-masing kamar
desinfeksi tangan pasien telah disediakan
(handsrub). handscrub.
 Kondisi pencahayaan baik
 Ruangan harus dengan adanya sinar matahari
mengoptimalkan masuk langsung ruangan dan
pencahayaan alami. Untuk lampu neon.
pencahayaan buatan dengan
intensitas cahaya 200 lux
untuk penerangan
(Permenkes R.I, 2016)
Ruang Linen Bersih
 Disediakan lemari atau rak  Tersedia lemari untuk tempat
(Permenkes R.I, 2016) linen bersih dan tersusun rapi
Toilet  Di ruang Lakitan 1.3 toilet
 Toilet atau kamar mandi tidak terdapat rambu/simbol
umum yang aksesibel harus disable pada bagian luar toilet
dilengkapi dengan tampilan
rambu/simbol "disabel" pada
bagian luarnya.
 Toilet atau kamar kecil  Toilet di ruang Lakitan 1.3
umum harus memiliki ruang luas dan akses menuju toilet
gerak yang cukup untuk mudah
masuk dan keluar pengguna
kursi roda.
 Ketinggian tempat duduk  Toilet di ruang Lakitan 1.3
kloset harus sesuai dengan menggunakan kloset duduk
ketinggian pengguna kursi
roda sekitar (45 - 50 cm)
 Toilet atau kamar kecil  Pada tiap toilet telah tersedia
umum harus dilengkapi handrail
dengan pegangan rambat
(handrail) yang memiliki
posisi dan ketinggian
disesuaikan dengan
pengguna kursi roda dan
penyandang cacat yang lain.
Pegangan disarankan
memiliki bentuk siku-siku
mengarah ke atas untuk
membantu pergerakan
pengguna kursi roda.  Di tiap toilet belum disediakan
 Letak kertas tissu, air, kran tissue, ada ember untuk
air atau pancuran (shower) penampungan air dan tempat
dan perlengkapan- untuk sabun
perlengkapan seperti tempat
sabun dan pengering tangan
harus dipasang sedemikian
hingga mudah digunakan
oleh orang yang memiliki
keterbatasan keterbatasan
fisik dan bisa dijangkau
pengguna kursi roda.  Lantai toilet tidak licin
 Permukaan lantai harus tidak
licin dan tidak boleh
menyebabkan genangan.  Pintu toilet berfungsi dengan
 Pintu harus mudah dibuka baik mudah dibuka dan ditutup
dan ditutup untuk
memudahkan pengguna kursi
roda.  Kunci pintu toilet fleksible
 Kunci-kunci toilet atau mudah untuk dibuka
grendel dapat dibuka dari
luar jika terjadi kondisi  Pada tiap toilet sudah terdapat
darurat. tombol emergency yang mudah
 Pada tempat-tempat yang digapai oleh pasien bila
mudah dicapai, seperti pada sewaktu – waktu terjadi
daerah pintu masuk, keadaan darurat atau bencana
dianjurkan untuk
menyediakan tombol bunyi
darurat (emergency sound
button) bila sewaktu-waktu
terjadi sesuatu yang tidak
diharapkan (Permenkes R.I,
2016)

d. Analisa
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan inventaris di ruang Lakitan 1.3
semua peralatan medis tersedia dengan kondisi baik yaitu sebesar 95%. Alat-alat
tenun seperti tempat tidur tertata dengan baik, bantal, laken, selimut, baju pasien
dan sarung bantal tersimpan di tempat khusus penyimpanan dan tertata dengan
baik. Penggantian laken (bed making) dilakukan setiap pagi. Adapun pencucian
alat tenun dilakukan oleh laundry rumah sakit. Apabila ada alat-alat baik medis
maupun non medis yang rusak akan diperbaiki, adanya pengajuan proposal
pengadaan sarana-prasarana jika dibutuhkan.
Pengelolahan alat pencatatan dan pelaporan seperti buku operan pasien tim I
dan II, buku visite, buku ekspedisi, buku pemeriksaan penunjang, buku injeksi,
buku operan alat dan oksigen, jadwal dinas juga tertata dengan rapi. Alat
instrument steril seperti alat-alat untuk perawatan luka yang habis pakai dibawa
ke ruang pensterilan khusus (CSSD), setelah dilakukan checklist nama-nama alat
yang akan disterilkan. Untuk penggunaan instrument steril juga didistribusikan
dari ruangan sterilisasi alat sesuai dengan kebutuhan.
Obat disimpan di lemari kaca obat sesuai dengan nomor bed dan nama pasien,
peralatan bahan beracun berbahaya (B3) tersimpan dengan baik dalam lemari B3.
Akan tetapi, dari 30 bed yang tersedia terdapat 8 bed yang tidak memiliki tiang
infus serta 2 bed yang tidak memiliki regulator O 2 di dinding. Selain itu, dari 30
bed yang tersediayaitu ada 7 bed yang tidak tersedia handscrub. Adapun, tabung
oksigen emergency dan tabung O2 transport yang ada tidak dapat digunakan
karena isi tabung oksigen kosong.

A. OUTPUT
Efisiensi Ruang Rawat
1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
a. Kajian Teori
BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah presentase pemakaian tempat tidur pada
satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal
adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus: (jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)

b. Kajian Data
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang kami lakukan, Kajian Data
BOR di Ruang Lakitan 1.3 periode April 2017 sebagai berikut :
BOR =(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)
= 761 x 100 % = 84,5 %
30x30
Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata persentase
pemakaian tempat tidur (BOR) ruang Lakitan 1.3 RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang yakni 84,5%.
c. Analisa

BOR (Bed Occupancy Rate) di ruang Lakitan 1.3 RSUP Dr.


Mohammad Hoesin Palembang periode April 2017, rata-rata presentase
pemakaian tempat tidur yaitu 84,5 %. Hal ini selaras dengan standar Depkes
R.I (2005) bahwa pemakaian tempat tidur yaitu 60%- 85%, berpotensi untuk
terjadinya peningkatan infeksi nosokomial dan juga akan mengurangi
cadangan tempat tidur bila terjadi KLB.

2. ALOS
a. Kajian Teori

Menurut Depkes RI (2005) ALOS adalah rata-rata lama rawat seorang


pasien.Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga
dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis
tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara
umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus : (jumlah lama dirawat) 
(jumlah pasien keluar (hidup + mati)

b. Kajian Data
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang kami lakukan, Kajian Data ALOS di
Ruang Lakitan 1.3 periode April 2017 sebagai berikut :
ALOS : (jumlah lama dirawat) 
(jumlah pasien keluar (hidup + mati)
: 761 = 8,5 hari
89
Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata lamanya perawatan
seorang pasien (ALOS) ruang Lakitan 1.3 RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang yakni selama 8,5 hari.

c. Analisa
ALOS (Average Length of Stay) di ruang Lakitan 1.3 RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang periode April 2017 menunjukkan lama rata-rata hari
perawatan pasien yaitu selama 8,5 hari. Hal ini selaras dengan standar Depkes R.I
(2005) bahwa lama rata-rata hari perawatan pasien yaitu selama 6-9 hari, namun
membutuhkan perhatian khusus terhadap uapaya dalam peningkatan mutu
pelayanan.

3. TOI
a. Kajian Teori

Menurut Depkes RI (2005), TOI adalah rata-rata hari dimana tempat tidur
tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur
kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus : (jumlah tempat tidur × Periode) − Hari Perawatan) 
(jumlah pasien keluar (hidup + mati)

b. Kajian Data
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang kami lakukan, Kajian Data TOI di
Ruang Lakitan 1.3 periode April 2017 sebagai berikut :

TOI : (jumlah tempat tidur × Periode) − Hari Perawatan) 


(jumlah pasien keluar (hidup + mati)
: (30 x 30)-(761) = 1,6 hari
89
Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa tempat tidur tidak ditempati
(TOI) ruang Lakitan 1.3 RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang selama 1,6
hari.

c. Analisa
TOI (Turn Over Interval) di ruang Lakitan 1.3 RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang periode April 2017 menunjukan waktu rata-rata satu tempat tidur
kosong yaitu selama 2 hari. Hal ini selaras dengan standar Depkes R.I (2005)
bahwa rata-rata satu tempat tidur kosong yaitu selama 1-3 hari yang berarti
bahwa tempat tidur di Ruang Lakitan 1.3 penggunaan dilakukan secara efisien.

Tabel 2.47
Efisiensi Ruang Rawat Inap di Ruang Lakitan 1.3
Periode April 2017
No Indikator Hasil
1 BOR 84,5 %
2 ALOS 8,5 Hari
3 TOI 2 Hari
Sumber : RSUP Dr. Moh. Hoesin 2017

Anda mungkin juga menyukai