Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN INDIVIDU

SATUAN ACARA EDUKASI


PENGENALAN DAN CARA PERAWATAN PADA PASIEN
SYSTEMIC LUPUS ERITEMATOUS (SLE)

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Penugasan Individu Departemen Keperawatan Medikal


di Ruang 26 IPD RSUD dr Saiful Anwar Malang

Disusun Oleh:
AGUS TRIONO
NIM. 180070300011043

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
Satuan Acara Edukasi
PENGENALAN DAN CARA PERAWATAN PADA PASIEN
SYSTEMIC LUPUS ERITEMATOUS (SLE)

a. Topik
֊ Pengenalan dan cara perawatan pada pasien Systemic Lupus Eritematous (SLE)

b. Sasaran dan target


֊ Sasaran : Keluarga Tn. S (Ny. R)
֊ Target : Ny. R

c. Materi
֊ Terlampir

d. Metoda
֊ Diskusi

e. Media dan Alat


֊ Leaflet
֊ Gambar

f. Waktu dan Tempat


֊ Hari/tanggal : Selasa/ 4 Juni 2019
֊ Waktu : 10.00 WIB
֊ Tempat : Ruang Edukasi R. 26 Infeksi RSSA

g. Tujuan edukasi
֊ Setelah dilakukan edukasi diharapkan klien paham tentang perawatan pasien stroke

h. Pelaksanaan: Satuan Acara Edukasi SLE

TINDAKAN AKTIVITAS IMPLEMENTASI


STEP 1: Perawat Prinsip Edukasi yaitu menggunakan OARS (Open, Affirmasi,
Establishing Reflection, Summary)
memperkenalkan diri
Trust Perawat memperkenalkan diri dan menyebutkan profil

Perawat: “Selamat siang Bu, perkenalkan nama saya


perawat Agus. Dengan Ibu siapa?”
Pasien : “Saya Bu R Pak,
Perawat : “Bu. R, bagaimana kabar Ibu hari ini? Sudah
bertemu dengan Dokter yang merawat ya
Bapak S ya Bu?”
TINDAKAN AKTIVITAS IMPLEMENTASI
Pasien: “Kabar baik Pak, Alhamdulillah sudah bertemu
dengan dokter Pak, kata Dokter kondisi
Bapak saat ini masih kurang stabil, dan perlu
perawatan intensif”.
Perawat menjelaskan Perawat: “Kurang stabil seperti apa Bu yang
perannya disampaikan oleh Dokter? Saya dan teman-
teman dirawat inap ini akan berusaha
membantu permasalahan atau kesulitan
yang Ibu alami untuk meningkatkan
kesehatan Ibu dan juga Bapak”.
Pasien: “Iya Pak, sebenarnya saya juga kurang
mengerti dibagian mana kurang stabilnya
tersebut, hanya saya kurang paham dengan
penyakit SLE yang diderita suami saya ini
Pak”.
Informed consent dan Melakukan kontrak waktu dan tempat
kontrak Perawat: “Iya Ibu, ini saya ada beberapa menit
sebelum pergantian shift, kira-kira sekitar 20
menit, bagaimana kalau kita berdiskusi
tentang masalah yang Ibu nyatakan belum
mengerti tadi?”
Pasien : ”Iya Mas, saya sangat setuju, karena masalah
ini saya jadi kebingungan”
Menciptakan interaksi Perawat: “Ibu R kalau ada yang menjadi beban pikiran
yang “trust-honest” bisa disampaikan, silahkan Ibu ceritakan
apa saja yang dikeluhkan, dalam diskusi ini
Ibu R tenang saja, akan dijaga
kerahasiaannya.”
Pasien : “Iya Mas, terimakasih banyak, tapi saya
harap keluarga saya, terlebih suami saya
jangan sampai tahu”
STEP 2: Menyusun list Perawat: “Baik Bu, Suami ibu sudah menderita SLE
Assess masalah yang akan berapa lama bu?”
Patient’s dijadikan topik Pasien : “Sudah 5 tahun sepertinya, dan sejak saat itu
Needs edukasi sering keluar masuk rumah sakit,”
TINDAKAN AKTIVITAS IMPLEMENTASI
Perawat: “Selama 5 tahun tersebut apakah ada
keluhan dari ibu? Mungkin tentang
bagaimana cara merawat Bapak atau
sebagainya?”
Pasien : “Saya rasa masalahnya saya kurang paham
penyakit SLE itu bagaimana Pak,
bagaimana cara merawat pasien SLE saya
juga bingung”
Perawat: “Saya bantu mencatat ya Ibu, Selain itu,
apakah ada permasalahan lain Ibu?”
Pasien : “Iya mas, saya takut dengar gossip dari
tetangga yang bilang kalau penyakit yang
diderita suami saya ini menular, apakah itu
benar ya Pak?”
Perawat: “Baik Ibu, apakah ada hal lain lagi Ibu yang
menjadi permasalahan?
Pasien : “Kemudian masalah pengobatan Pak,apakah
orang dengan SLE itu perlu untuk minum
obat seumur hidup”
Perawat: “Baik Ibu, apakah ada hal lain lagi Ibu yang
menjadi permasalahan?
Pasien : “Sudah mas, saya rasa sudah cukup””

STEP 3: Mengarahkan klien Perawat: “Ada 3 masalah ya Ibu, Dari masalah-


Setting untuk menentukan masalah tadi, mana yang menurut Ibu paling
Priorities topik yang dinilai perlu ingin segera diatasi?”
And Time untuk segera diatasi Pasien : “Yang masalah apa yang harus dilakukan
Frame oleh pasien dengan SLE dirumah saja Pak,
Saya takut penyakit suami saya semakin
parah dan nanti orang-orang disekitar
rumah takut tertular.”
TINDAKAN AKTIVITAS IMPLEMENTASI
Menyusun deadline Perawat: “Baik Ibu, untuk masalah tersebut ibu
pencapaian inginnya dapat melakukan perawatan
dengan benar selama berapa lama bu?”
Pasien : “Semoga saat persiapan pulang saya sudah
mengetahui apa yang perlu dipersiapkan
untuk merawat suami saya ya Pak, biasanya
kalau kondisinya baik 7 hari ya baru
diperbolehkan pulang”
STEP 4: Memberikan edukasi Metode diskusi dan demonstrasi
Delivering kepada klien Media Leaflet
The mengenai topik yang Perawat: “Baik Ibu, saya akan berusaha membantu ibu
Education telah diseIbuati dalam berdiskusi, kira-kira apa yang ibu
Contents ketahui tentang SLE?”
Pasien : “Saya hanya tahu kalau SLE itu penyakit
karena daya tahan tubuh menyerang tubuh
itu sendiri”
Perawat: “Sudah benar Ibu,penyakit SLE itu
merupakan penyakit autoimmune yang
mana dibagi menjadi dua, yang satu disebut
lupus menyerang hanya pada bagian kulit,
dan yang satunya disebut SLE menyerang
pada kulit, persendian dan beberapa organ
dalam yang penting, yang paling banyak
adalah jantung dan ginjalyang mana dibagi
menjadi dua, yang satu disebut lupus
menyerang hanya pada bagian kulit, dan
yang satunya disebut SLE menyerang pada
kulit, persendian dan beberapa organ dalam
yang penting, yang paling banyak adalah
jantung dan ginjal”
Pasien : ”Apakah menular Pak?”
Perawat :“Penyakit ini bukan merupakan penyakit
menular seperti hepatits. Sampai saat ini
penyebabnya masih belum dapat
diidentifikasi dengan tepat, banyak leteratur
TINDAKAN AKTIVITAS IMPLEMENTASI
yang menyebutkan salah satu faktor
risikonya adalah keturunan. Bisa juga
dikarenakan paparan sinar matahari,
merokok, dan gaya hidup tidak sehat”
Pasien : “Ohh, baik Pak, saya paham, kemudian yang
perlu dilakukan oleh orang yang terkena
lupus agar gejalanya tidak terlalu parah
bagaimana ya Pak?
Perawat, : “Beberapa yang perlu dilakukan agar
penyakit tersebut tidak menjadi semakin
parah adalah 1) tidak merokok, 2) Lindungi
kulit dari sinar matahari, 3) mengenakan
pakaian yang melindungi tangan dan kaki
agar tetap hangat, 4) Berolahraga secara
teratur, namun kalau pada saat sakit
disarankan untuk istirahat, 5) makan dan
minum yang sehat, dimana mengandung
sedikit lemak.”
Pasien : ”Oh begitu ya Pak, saya paham sekarang,
terima kasih banyak ya Pak”
Perawat memberi Perawat: “Sama-sama Ibu, Mungkin ada yang Ibu
kesempatan kepada tanyakan?”
klien untuk Pasien : “Saya rasa sudah cukup itu saja Mas”
menyampaikan Perawat: “Kalau begitu. Bagaimana Ibu bisa diulangi
feedback lagi apa saja yang telah kita diskusikan tadi?
Pasien : “Penyakit SLE itu merupakan penyakit
autoimmune yang sudah menjalar dan
menyerang bagian organ dalam, dan yang
paling banyak adalah jantug dan ginjal,
kemudian penyakit ini masih belum
diketahui penyebabnya, namun salah satu
faktor risiko nya adalah keturunan dan gaya
hidup yang tidak sehat, dan ada beberapa
cara yang dapat dilakukan agar gejala SLE
tidak terlalu berat, antara lain; 1) tidak
TINDAKAN AKTIVITAS IMPLEMENTASI
merokok, 2) Lindungi kulit dari sinar
matahari, 3) mengenakan pakaian yang
melindungi tangan dan kaki agar tetap
hangat, 4) Berolahraga secara teratur,
namun kalau pada saat sakit disarankan
untuk istirahat, 5) makan dan minum yang
sehat, dimana mengandung sedikit lemak”.
Perawat: “Bagus sekali Ibu. Nanti tinggal direview
ulang ya.”
Pasien : “Siap Pak sekali lagi terima kasih banyak”.
STEP 5: Perawat Perawat: “Kira-kira apakah akan ada hambatan saat
Evaluation- mengevaluasi mempraktikkan di rumah nanti Ibu?”
Re implementasi materi Pasien: “Sepertinya tidak ada Pak, mungkin hanya
Evaluation- edukasi oleh klien saya perlu pendekatan cara memberi
Follow Up tahukan cara-cara tersebut pada suami
Strategies saya”
Perawat melakukan Perawat: “Syukurlah kalau begitu. Kalau misalkan
rencana tindak lanjut BaIbu perlu bantuan untuk berbicara
atau modifikasi dengan istri kami siap membantu, karena
pembelajaran memang lebih baik ada dukungan dari
keluarga, ini ada leaflet kalau misalkan nanti
Ibu R lupa apa yang sudah kita diskusikan.
Selanjutnya nanti coba kita evaluasi lagi ya
Ibu, mungkin sesaat sebelum pulang nanti.”
Pasien: “Baik Pak, semoga lancar tidak ada masalah,
dan saya bisa mengingat”
Terminasi sesi Perawat : “Saya mengulangi ya Ibu beberapa hal yang
edukasi telah kita diskusikan terkait penyuntikan
insulin. Yaitu: Beberapa yang perlu
dilakukan agar penyakit tersebut tidak
menjadi semakin parah adalah 1) tidak
merokok, 2) Lindungi kulit dari sinar
matahari, 3) mengenakan pakaian yang
melindungi tangan dan kaki agar tetap
hangat, 4) Berolahraga secara teratur,
TINDAKAN AKTIVITAS IMPLEMENTASI
namun kalau pada saat sakit disarankan
untuk istirahat, 5) makan dan minum yang
sehat, dimana mengandung sedikit lemak.”.
Pasien : “Terima kasih banyak Pak, sangat jelas sekali”
Perawat: “Sama-sama Ibu, semoga bisa membantu,
Baik Ibu, saya rasa diskusi kita cukup ya Ibu,
kalau misalkan dirasa nanti ada hal yang
perlu didiskusikan lagi kami perawat di
ruang rawat inap siap membantu.”
Pasien : “Aamiin, terima kasih banyak do’anya Pak”
Perawat: “Sama-sama Bu.”
LAMPIRAN:

PENGENALAN DAN CARA PERAWATAN PADA PASIEN


SYSTEMIC LUPUS ERITEMATOUS (SLE)

1. Pengertian penyakit SLE


Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah penyakit reumatik autoimun yang
ditandai dengan adanya inflamasi tersebar luas, yang dapat mempengaruhi setiap
organ atau sistem dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi
autoantibodi dan kompleks imun sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan
(Sudoyo, Aru dkk, 2009).

2. Faktor resiko terjadinya penyakit SLE


Faktor Resiko dari SLE menurut Isbagio (2009), adalah sebagai berikut :
a. Faktor Genetik
Faktor keturunan ini frekuensinya 20 kali lebih sering dalam keluarga
dimana terdapat anggota keluarga dengan penyakit tersebut. Penemuan terakhir
menyebutkan tentang gen dari kromosom 1. Hanya 10% dari penderita yang
memiliki kerabat (orang tua maupun saudara kandung) yang telah maupun akan
menderita lupus. Statistik menunjukkan bahwa hanya sekitar 5% anak dari
penderita lupus yang akan menderita penyakit ini.
 Jenis kelamin, frekuensi pada wanita dewasa 8 kali lebih sering daripada pria
dewasa
 Umur, biasanya lebih sering terjadi pada usia 20-40 tahun
 Etnik, yaitu pada populasi orang kulit putih di Amerika Utara terdapat hubungan
antara SLE dan gen HLA kelas II.
 Indeks tinggi pada kembar monozigotik (25%) versus kembar dizigotik (1-3%)
 Faktor keturunan mempunyai risiko yang meningkat untuk penderita SLE, dan
hingga 20% pada kerabat tingkat pertama yang secara klinis tidak terkena dapat
menunjukkan autoantibody. Pada beberapa pasien SLE (sekitar 6%) mengalami
defisiensi komponen komplemen yg diturunkan. Kekurangan komplemen akan
mengganggu pembersihan komplek imun dari sirkulasi dan memudahkan
deposisi jaringan, yang menimbulkan jejas jaringan.
Faktor genetik memegang peranan pada banyak penderita lupus dengan
resiko yang meningkat pada saudara kandung dan kembar monozigot. Studi lain
mengenai faktor genetik ini yaitu studi yang berhubungan dengan HLA (Human
Leucocyte Antigens) yang mendukung konsep bahwa gen MHC (Major
Histocompatibility Complex) mengatur produksi autoantibodi spesifik. Penderita
lupus (kira-kira 6%) mewarisi defisiensi komponen komplemen, seperti C2,C4,
atau C1q dan imunoglobulin (IgA), atau kecenderungan jenis fenotip HLA (-DR2
dan -DR3). Faktor imunopatogenik yang berperan dalam LES bersifat multipel,
kompleks dan interaktif. Kekurangan komplemen dapat merusak pelepasan
sirkulasi kompleks imun oleh sistem fagositosit mononuklear, sehingga membantu
terjadinya deposisi jaringan. Defisiensi C1q menyebabkan fagositis gagal
membersihkan sel apoptosis, sehingga komponen nuklear akan menimbulkan
respon imun.

b. Faktor Lingkungan
- Faktor lingkungan sangat berperan sebagai pemicu Lupus, misalnya : infeksi,
stress, makanan, antibiotik (khususnya kelompok sulfa dan penisilin), cahaya
ultra violet (matahari) dan penggunaan obat – obat tertentu. Sinar matahari
adalah salah satu kondisi yang dapat memperburuk gejala Lupus. Diduga oleh
para dokter bahwa sinar matahari memiliki banyak ekstrogen sehingga
mempermudah terjadinya reaksi autoimmune. Tetapi bukan berarti bahwa
penderita hanya bisa keluar pada malam hari. Pasien Lupus bisa saja keluar
rumah sebelum pukul 09.00 atau sesudah pukul 16.00 dan disarankan agar
memakai krim pelindung dari sengatan matahari. Teriknya sinar matahari di
negara tropis seperti Indonesia, merupakan faktor pencetus kekambuhan bagi
para pasien yang peka terhadap sinar matahari dapat menimbulkan bercak-
bercak kemerahan di bagian muka. Kepekaan terhadap sinar matahari
(photosensitivity) sebagai reaksi kulit yang tidak normal terhadap sinar
matahari.
c. Faktor hormon
- Meningkatnya gejala penyakit ini pada masa sebelum menstruasi atau selama
kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormon (terutama estrogen) mungkin
berperan dalam timbulnya penyakit ini sedangkan hormon androgen
mengurangi risiko terjadinya SLE.
d. Sinar UV
- Sinar ultra violet mengurangi supresi imun sehingga terapi menjadi kurang
efektif, sehingga SLE kambuh atau bertambah berat. Ini disebabkan sel kulit
mengeluarkan sitokin dan prostaglandin sehingga terjadi inflamasi di tempat
tersebut maupun secara sistemik melalui peredaran pembuluh darah.
e. Sistem Imunitas
- Pada pasien SLE terdapat hiperaktivitas sel B atau intoleransi terhadap sel T.
f. Obat – obatan
 Obat yang pasti menyebabkan lupus, yaitu :
- Klorpromazin
- Metildopa
- Hidralasin
- Prokainamid
- Soniazid.
 Obat yang mungkin dapat menyebabkan lupus, yaitu :
- Dilantin
- Penisilinamin
- Kuinidin
g. Infeksi
- Pasien SLE cenderung mudah mendapat infeksi dan terkadang penyakit ini
kambuh setelah infeksi. Misal disebabkan oleh agen infeksius seperti virus,
bakteri (virus Epstein Barr, Streptokokus, klebsiella)
h. Stres
i. Zat kimia :
 Merkuri
 Silikon
j. Silika debu dan merokok dapat meningkatkan risiko mengembangkan SLE
k. Makanan
- Makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE akibat
senyawa kimia yang dikandungnya (Smeltzer & Bare, 2006).

3. Tanda dan gejala penyakit SLE


Manifestasi Klinis ditinjau dari :
a. Sistemik
 Kelelahan
 Lesu
 Demam
 Anoreksia
 Mual
 Penurunan berat badan
b. Muskuloskeletal
 Artralgia/myalgia
 Poliartritis non-erosif
 Deformitas tangan
 Miopati/myositis
 Nekrosis iskemik tulang
c. Kulit
 Fotosensitifitas
 Ruam malar
 Ulkus mulut
 Alopesia
 Ruam discoid
 Vaskulitis
 Ruam lain: makulopapular, urtikaria, bula, lupus kutaneus subakut
d. Hematologi
 Anemia (penyakit kronis)
 Lekopenia (< 4000/m3)
 Limfopenia ( < 1500/m3)
 Trombositopenia ( < 100.000/m3)
 Splenomegali
 Limfadenopati
 Anemia hemolitik
e. Neurologi
 Disfungsi kognitif
 Gangguan mood
 Nyeri kepala
 Kejang
 Mono- atau polineuropati
 Stroke atau TIA
 Acute confusional state atau gangguan gerak
 Meningitis aseptik, mielopati
f. Kardiopulmonar
 Pleuritis, Perikarditis, Efusi
 Miokarditis, Endokarditis
 Pneumonitis lupus
 Penyakit arteri coroner
 Fibrosis interstisial
 Hipertensi pulmonal, ARDS, perdarahan
g. Ginjal
 Proteinuria > 500 mg/24 jam, Cetakan seluler
 Sindroma nefrotik
 Gagal ginjal stadium akhir
h. Gastrointestinal dan Hepar
 Tidak spesifik (anoreksia, mual, nyeri ringan, diare)
 Enzim hati abnormal
 Vaskulitis
i. Trombosis
 Vena
 Arteri
j. Mata
 Sindroma sikka
 Konjungtvitis/episkleritis
 Vaskulitis retina

4. Pencegahan penyakit SLE


Untuk mencegah kambuhnya SLE, penderita Lupus disarankan melakukan hal-
hal sebagai berikut:
 Menghindari stress dan trauma fisik.
 Menghindari merokok
 Menghindari perubahan cuaca karena akan mempengaruhi proses inflamasi.
 Melakukan istirahat yang cukup. Kelelahan dan aktivitas fisik yang berlebih bisa
memicu kambuhnya SLE.
 Menghindari infeksi. Pasien SLE cenderung mudah mendapat infeksi, dan
kadang-kadang penyakit ini kambuh setelah infeksi.
 Menghindari paparan sinar matahari, khususnya pukul 09.00-15.00 karena
pasien SLE cenderung sensitive terhadap sinar ultraviolet. Kulit yang terkena
sinar matahari dapat menimbulkan kelainan kulit seperti timbulnya bercak
kemerahan yang menonjol/ menebal.
 Menghindari obat-obatan yang mengandung hormon estrogen, seperti pil KB/
kontrasepsi (Robert, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. 2012. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku Brunner and Suddarth;
Jakarta: Penerbit Kedokteran EGC.

Isbagio H, Albar Z, Kasjmir YI, et al. Lupus Eritematosus Sistemik. Dalam: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, et al, editor. 2012. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi kelima.
Jakarta: Interna Publishing ; 2565-2579.

Khanna S, Pal H, Panday RM, Handa R. 2010. The Relationship Between Disease Activity
and Quality of Life in Systemic Lupus Erythematosus. Available from:
http://rheumatology.oxfordjournals.org/content/43/12/1536.full.

Leveno, Kenneth J. 2013. Obstetri Williams:Panduan Ringkas Ed 21; Jakarta: Penerbit


Kedokteran EGC.

Matulessy, Tirza G. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien
Lupus Eritematosus Sistemik ( LES ) ( Tesis ). Jakarta ( Indonesia ) : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Robert Eisenberg. 2009. SLE - Rituximab in lupus. WEB:


http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC165056.

Sutcliffe N, Clarke AE, Levinton C, Frost C, Gordon C, Isenberg DA. 2011. Associates of health
status in patients with systemic lupus erythematosus. Available from :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10555890

Anda mungkin juga menyukai