Anda di halaman 1dari 9

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

ASUHAN KEPERAWATAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK


SEKOLAH (6-12 TAHUN)
Industri vs harga diri rendah

Disusun Oleh:

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PERAWAT SPESIALIS JIWA


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2018

Laporan pendahuluan
Asuhan keperawatan pada perkembangan psikososial anak usia sekolah (6-12 tahun)
Industri vs harga diri rendah

1. Keluhan Utama
Anak bisa membedakan khayal dan kenyataan, anak gemar membaca, mendengar cerita
bersifat kritis.

2. Pengertian
Perkembangan kemampuan psikososial anak usia sekolah (6-12 tahun) adalah
kemampuan menghasilkan karya, berinteraksi, dan berprestasi dalam belajar berdasarkan
kemampuan diri sendiri. Pencapaian kemampuan ini akan membuat anak bangga terhadap
dirinya. Hambatan atau kegagalan dalam mencapai kemampuan ini menyebabkan anak
merasa rendah diri sehingga pada masa dewasa, anak dapat mengalami hambatan dalam
bersosialisasi (keliat et.al, 2011). Dalam istilah freudian periode perkembangan
psikososial ini digambarkan sebagai periode laten. Tenaga anak disalurkanm ke dalam
pembelajaran keterampilan tertentu, bermain aktif, dan memperoleh pengetahuan.
Erikson (1963) menguraikan hal ini sebagai suatu masa untuk perkembangan kerajinan.
Pada usia ini, anak belajar untuk bekerja dengan orang lain, hubungan sosial menjadi
menonjol, dan terjadi rasa persaingan. Aturan-aturan dipelajari dan anak menginginkan
dan mengembangkan keberhasilan. Banyak pembelajaran terjadi melalui guru dan teman
sebaya daripada terutama melalui keluarga (stolte, 2004). Plaget (1975) menguraikan
tahap ini sebagai masa operasional konkret. Proses berpikir meningkat menjadi kompleks
dan logis. Anak ini dapat memilah dan mengelola fakta-fakta. Pemecahan masalah tetap
konkret dan merefleksikan pengalaman anak itu sendiri. Akan tetapi, pikiran menjadi
kurang berpusat pada diri sendiri dan anak ini dapat mempertimbangkan pandangan orang
lain (stolte, 2004).

Anak usia sekolah dikenal dengan fase berkarya vs rasa rendah diri,kemampuan
menghasilkan karya, berinteraksi, dan berprestasi dalam belajar berdasarkan kemampuan
diri sendiri. Pencapaian kemampuan ini akan membuat anak bangga terhadap
dirinya.masa ini berada diantara usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai memasuki dunia
sekolah yang lebih formal, pada anak usia sekolah tumbuh rasa kemandirian anak, anak
ingin terlibat dalam tugas yang dapat dilakukan sampai selesai, erik erikson (1950 dalam
wong, 2009). Anak usia sekolah memiliki ciri-ciri mempunyai rasa bersaing, senang
berkelompok dengan teman sebaya, berperan dalam kegiatan kelompok, menyelesaikan
tugas (sekolah atau rumah ) yang diberikan (keliat, helena & farida, 2011). Pada tahap ini
anak berusaha untuk merebut perhatian dan penghargaan atas karyanya. Anak belajar
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan padanya, rasa tanggung jawab mulai timbul,
dan ia mulai senang untuk belajar bersama. Anak-anak memperoleh kepuasan yang sangat
besar dari perilaku mandiri dalam menggali dan memanipulasi lingkungannya termasuk
sekolah dan interaksi dengan teman sebaya. Hambatan atau kegagalan dalam
mencapaikemampuan tugas perkembangan di atas dapat menyebabkan anak merasa
rendah diri sehingga pada masa dewasa, anak dapat mengalami hambatan dalam
bersosialisasi (keliat,helena, & farida, 2011).
Menurut keliat et.al (2011) karakteristik perilaku anak usia sekolah (produktif), antara
lain :menyelesaikan tugas (sekolah dan rumah) yang diberikan ; mempunyai rasa bersaing
(kompetisi) ; senang berkelompok dengan teman sebaya dan mempunyai sahabat karib ;
berperan dalam kegiatan kelompok. Sedangkan penyimpangan perkembangan (harga diri
rendah), antara lain : tidak mau mengerjakan tugas sekolah ; membangkang pada orang
tua untuk mengerjakan tugas ; tidak ada kemauan untuk bersaing dan terkesan malas ;
tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok ; memisahkan diri dari teman sepermainan
dan teman sekolah. Batasan karakteristik (subyektifitas) :mengenali keberdayaan,
menjelaskan bahwa stressor dapat ditangani, memiliki kesadaran adanya kemungkinan
perubahan lingkungan. (obyektifitas) mencari pengetahuan mengenai strategi baru,
mencari dukungan social, menggunakan strategi berfokus pada masalah, menggunakan
sumber spiritual.

3. Proses terjadinya
3.1 Predisposisi dan presipitasi
3.1.1 Faktor predisposisi
a. Biologis
 Riwayat pre natal, intra natal, post natal
 Riwayat imunisasi lengkap
 Riwayat status gizi baik
 Tidak ada riwayat penyakit fisik kronis/cacat
 Tidak ada riwayat trauma kepala
 Tidak ada riwayat genetik gangguan jiwa

b. Psikologis
 Intelengensi: normal
 Sudah dapat mengidentifikasi peran gender
 Sudah dapat mengidentifikasi peran di keluarga
 Pencapaian 8 aspek perkembangan: kognitif, bahasa, komunikasi, moral,
emosi, spiritual

c. Sosial budaya
 Dukungan keluarga dalam stimulasi tumbang
 Anak yang diinginkan
 Tidak ada labeling negativ dari keluarga
 Tidak ada kekerasan fisik, verbal & emosi
 Dilibatkan dalam mengambil keputusan sederhana
 Keluarga menstimulasi terbentuknya kemampuan berkarya anak
 Belajar benar-salah
 Dilibatkan dalam kegiatan ibadah

3.1.2 Faktor presipitasi


a. Nature
Biologi
a) Bb & TB sesuai usia
b) Keluhan fisik saat ini
c) Status nutrisi
d) Suka olah raga
e) Gangguan tidur saat ini
f) Belajar keterampilan fisik baru

Psikologis:
a) Mendapatkan bimbingan PR
b) Kesempatan cerita pengalaman
c) Kesempatan cerita perasaan
d) Kesempatan bertanya

Sosial:
a) Kesempatan bermain sebaya
b) Kesempatan ikut kompetisi
c) Mengembangkan bakat & hobi
d) Kesempatan bantu orang lain
e) Diterima & di sayangi keluarga
f) Mendapat feedback positif dari lingkungan (keluarga, guru, teman)

b. Origin
Internal: kreatifitas tinggi, percaya diri, perasaan bersaing
Eksternal: pola asuh & stimulasi dari keluarga baik, masyarakat menerima &
mendukung keberadaanya

c. Timing
a) Waktu terjadinya stimulasi diberikan usia 6-12 th
b) Lamanya stressor terjadi: optimal
c) Frekuensi: optimal

d. Number
Jumlah dan kualitas stressor: tidak berlebihan, stimulus tumbang optimal (bio-
psikososio spiritual)

3.2 Penilaian stressor


3.2.1 Motorik kasar dan halus
a. Lompat tali atau karet
b. Permainan engklek
c. Menangkap dan melempar bola
d. Menulis tulisan sambung
e. Menggunting kertas dengan mengikuti pola yang sudah ada
f. Menggambar atau melukis dengan pencil warna
3.2.2 Kognitif
a. Menerima nasehat dari orang lain
b. Menerima perbedaan pendapat
c. Kritis terhadap informasi
d. Menceritakan kelebihan diri
e. Berpikir dirinya orang yang sehat dan menyenangkan
f. Menyebutkan bentuk benda dan fungsinya
g. Menjawab pertanyaan sebab akibat
h. Menjawab soal penjumlahan

3.2.3 Bahasa
a. Perkenalan diri dan cerita pengalaman yang disenangi
b. Menceritakan kembali cerita pendek
c. Mengisi teka-teki silang

3.2.4 Emosi dan kepribadian


a. Berani mengekspresikan perasaan
b. Menyampaikan perasaan marah, senang, takut sedih.
c. Menyampaikan pendapat dan keinginan
d. Mengatasi masalah yang sedang dihadapi
e. Puas dengan keberhasilan yang dicapai
f. Menceritakan kebaikan yang pernah dilakukan.
g. Mengungkapkan kesalahan
h. Menyelesaikan tugas dan tanggung jawab

3.2.5 Moral dan spiritual


a. Menepati janji pada kelompok
b. Melakukan kewajiban dan menepati janji
c. Mengikuti peraturan
d. Mengikuti kegiatan keagamaan
e. Melakukan doa secara rutin
f. Membaca kitab suci.

3.2.6 Psikososial
a. Permainan dalam kelompok
b. Mengerkajakan tugas kelompok
c. Permainan dengan gotong royong dan tolong menolong.
d. Bermain dan bercerita dengan teman akbar
e. Tanggung jawab tugas kelompok
f. Menghargai hak orang lain yang berdeda dengan diri sendiri

3.3 Sumber koping


3.3.1 personal ability
a) Tahu kemampuan/ kelebihan diri
b) Tahu pencapaian tugas sekolah/rumah
c) Dapat menerima tugas yg diberikan
d) Dapat menilai keberhasilan dirinya
e) Dapat menggunakan fasilitas alat yang diberikan kepadanya
3.3.2 social support
a) Caregiver
b) Kemampuan caregiver dalam menstimulasi
c) Keberadaan kelompok anak usia sekolah
d) Keberadaan kader kesehatan jiwa

3.3.3 material asset


a) Ada jaminan kesehatan,Asuransi, JKM, JKD/SKTM, BPJS
b) Penghasilan keluarga mencukupi kebutuhan
c) Keluarga punya tabungan
d) Keluarga punya asset pribadi
e) Punya akses pelayanan kesehatan (PKM, klinik, bidan, dokter)
f) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

3.3.4 positive belief


a) Percaya dengan pelayanan kesehatan
b) Persepsi yang baik terhadap tenaga kesehatan
c) Selalu menggunakan pelayanan kesehatan
d) Keyakinan agama yang berhubungan dengan kesehatan
e) Keyakinan budaya klien & keluarga yang berhubungan dengan kesehatan

3.4 Mekanisme koping


3.4.1 Adaptif
a) Berteman dengan sesama jenis & mempunyai teman bermain tetap/sahabat
karib
b) Ikut berperan serta dalam kegiatan kelompok
c) Berinteraksi secara baik dengan orang tua
d) Dapat mengendalikan keinginan/dorongan yang kuat
e) Berkompetisi dengan teman/saudara sebaya
f) Berusaha menyelesaikan tugas rumah/sekolah yang diberikan
g) Mengetahui nilai mata uang
h) Melakukan hobi
i) Berpikir bahwa dirinya adalah orang yang menyenangkan dan sehat

3.4.2 Destruktif
a) Tidak mau mengerjakan tugas sekolah/rumah
b) Membangkang orang tua untuk mengerjakan tugas
c) Tidak ada kemauan untuk bersaing dan terkesan malas
d) Tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok
e) Memisahkan diri dengan teman sepermainan dan teman sekolah

4. Pohon diagnosa keperawatan

Perkembangan industri (produktif) anak optimal


Kesiapan peningkatan perkembangan anak usia sekolah

Pengetahuan keluarga efektif status nutrisi anak baik

Diagnosa Data yang telah ditemukan


Kesiapan peningkatan Anak mempunyai teman akrab, mampu bersaing,
perkembangan anak usia sekolah senang berfantasi, senang kegiatan fisik,
menyelesaikan pekerjaan rumah dan sekolah
Pengetahuan keluarga efektif Keluarga mendukung stimulasi perkembangan
anak usia sekolah, keluarga mencari informasi
tentang tumbang normal nak sekolah
Status nutrisi baik BB dan TD sesuai tumbang anak usia sekolah
Perkembangan industri (produktif) Mau mengikuti aturan, mampu membaca, menulis,
anak optimal berhitung. Mampu lompat, lari, baris-berbaris.
Menyebutkan sebab akibat, menyebutkan bentuk
benda dan fungsinya, mampu bercerita

5. Tindakan keperawatan
5.1 Tindakan generalis
Pendidikan Kesehatan
5.2 Spesialis
TKT (Terapi Kelompok Terapeutik):
Terapi kelompok terapeutik merupakan salah satu jenis dari terapi kelompok yang
memberi kesempatan kepada anggotanya untuk saling berbagi pengalaman, saling
membantu satu dengan lainnya, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah
dan mengantisipasi masalah yang akan dihadapi dengan mengajarkan cara yang
efektif untuk mengendalikan stres. Kelompok terapeutik lebih berfokus pada
hubungan didalam kelompok, interaksi antara anggota kelompok dan
mempertimbangkan isu yang selektif (Townsend, 2009).

Terapi kelompok terapeutik bertujuan untuk menawarkan dukungan kepada pasien


dari seseorang terapis selama periode kekacauan, atau dekompensasi sementara,
memulihkan dan memperkuat pertahanan sementara serta mengintegrasikan
kapasitas yang telah terganggu (Kaplan dkk 1996).

Terapi kelompok terapeutik pada anak usia sekolah bertujuan untuk membantu
anak mengatasi permasalahannya yang diselesaikan bersama dalam kelompok dan
sharing pengalaman dalam memenuhi tugas perkembangan anak, sehingga anak
mampu melampaui tahap-tahap perkembangan anak usia sekolah, dimana anak
dalam hal ini mampu berjuang secara produktif untuk mencapai kompetensi baik
individu maupun dalam kelompok.

Penelitian terapi kelompok terapeutik pada anak usia sekolah telah dilakukan oleh
walter (2010) terhadap perkembangan industri anak usia sekolah di panti sosial
asuhan anak kota bandung, ditemukan hasil adanya peningkatan secara bermakna
terhadap perkembangan industri anak sekolah setelah mendapat terapi kelompok
terapeutik, penelitian ini belum optimal karena penelitian tersebut hanya
dilakukan terhadap anak usia sekolah yang ada di panti tidak melibatkan guru dan
orang tua. Hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa kemampuan
pengetahuan anak usia sekolah meningkat setelah TKT (Istiana, Keliat, & Nuraini,
2010).

Perilaku anak usia sekolah yang memiliki perkembangan normal


(industry/produktif) antara lain, menyelesaikan tugas (sekolah atau rumah)
yangdiberikan, mempunyai rasa bersaing (kompetisi), senang berkelompok
denganteman sebaya dan mempunyai sahabat karib serta berperan dalam kegiata
kelompok (keliat, helena & farida, 2011). Anak-anak memperoleh kepuasan
yangsangat besar dari perilaku mandiri dalam menggali dan
memanipulasilingkungannya dan dari interaksi dengan teman sebayanya.

Periode perkembangan kepribadian ini dapat mengalami kegagalan apabila tahap


sebelumnya belum tercapai dengan sempurna atau jika anak tidak mampu
atautidak dipersiapkan untuk memikul tanggung jawab yang terkait dengan
perkembangan rasa pencapaian akibatnya anak mengalami rasa inferioritas
(wonget.al, 2009).

Daftar Pustaka

Keliat,Budi Dkk.(2011).Manajemen keperawatan Psikososial dan Kader Kesehatan


Jiwa.Jakarta EGC

Stuart,(2009)Principle and Practice of Psychiatric Nursing.9th edition.Mosby

Suliswati Dkk.(2005).Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta EGC


........................(2011).Draf Standard Asuhan Keperawatan Program Pendidikan Kekhususan
Keperwatan Jiwa Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Nurdin, A.E.(2011). Tumbuh kembang Perilaku Manusia. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Stolte, K.M. (2004). Diagnosa Keperawatan Sejahtera (Wellness Nursing Diagnosis).


Cetakan 1. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai