Disusun Oleh:
Laporan pendahuluan
Asuhan keperawatan pada perkembangan psikososial anak usia sekolah (6-12 tahun)
Industri vs harga diri rendah
1. Keluhan Utama
Anak bisa membedakan khayal dan kenyataan, anak gemar membaca, mendengar cerita
bersifat kritis.
2. Pengertian
Perkembangan kemampuan psikososial anak usia sekolah (6-12 tahun) adalah
kemampuan menghasilkan karya, berinteraksi, dan berprestasi dalam belajar berdasarkan
kemampuan diri sendiri. Pencapaian kemampuan ini akan membuat anak bangga terhadap
dirinya. Hambatan atau kegagalan dalam mencapai kemampuan ini menyebabkan anak
merasa rendah diri sehingga pada masa dewasa, anak dapat mengalami hambatan dalam
bersosialisasi (keliat et.al, 2011). Dalam istilah freudian periode perkembangan
psikososial ini digambarkan sebagai periode laten. Tenaga anak disalurkanm ke dalam
pembelajaran keterampilan tertentu, bermain aktif, dan memperoleh pengetahuan.
Erikson (1963) menguraikan hal ini sebagai suatu masa untuk perkembangan kerajinan.
Pada usia ini, anak belajar untuk bekerja dengan orang lain, hubungan sosial menjadi
menonjol, dan terjadi rasa persaingan. Aturan-aturan dipelajari dan anak menginginkan
dan mengembangkan keberhasilan. Banyak pembelajaran terjadi melalui guru dan teman
sebaya daripada terutama melalui keluarga (stolte, 2004). Plaget (1975) menguraikan
tahap ini sebagai masa operasional konkret. Proses berpikir meningkat menjadi kompleks
dan logis. Anak ini dapat memilah dan mengelola fakta-fakta. Pemecahan masalah tetap
konkret dan merefleksikan pengalaman anak itu sendiri. Akan tetapi, pikiran menjadi
kurang berpusat pada diri sendiri dan anak ini dapat mempertimbangkan pandangan orang
lain (stolte, 2004).
Anak usia sekolah dikenal dengan fase berkarya vs rasa rendah diri,kemampuan
menghasilkan karya, berinteraksi, dan berprestasi dalam belajar berdasarkan kemampuan
diri sendiri. Pencapaian kemampuan ini akan membuat anak bangga terhadap
dirinya.masa ini berada diantara usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai memasuki dunia
sekolah yang lebih formal, pada anak usia sekolah tumbuh rasa kemandirian anak, anak
ingin terlibat dalam tugas yang dapat dilakukan sampai selesai, erik erikson (1950 dalam
wong, 2009). Anak usia sekolah memiliki ciri-ciri mempunyai rasa bersaing, senang
berkelompok dengan teman sebaya, berperan dalam kegiatan kelompok, menyelesaikan
tugas (sekolah atau rumah ) yang diberikan (keliat, helena & farida, 2011). Pada tahap ini
anak berusaha untuk merebut perhatian dan penghargaan atas karyanya. Anak belajar
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan padanya, rasa tanggung jawab mulai timbul,
dan ia mulai senang untuk belajar bersama. Anak-anak memperoleh kepuasan yang sangat
besar dari perilaku mandiri dalam menggali dan memanipulasi lingkungannya termasuk
sekolah dan interaksi dengan teman sebaya. Hambatan atau kegagalan dalam
mencapaikemampuan tugas perkembangan di atas dapat menyebabkan anak merasa
rendah diri sehingga pada masa dewasa, anak dapat mengalami hambatan dalam
bersosialisasi (keliat,helena, & farida, 2011).
Menurut keliat et.al (2011) karakteristik perilaku anak usia sekolah (produktif), antara
lain :menyelesaikan tugas (sekolah dan rumah) yang diberikan ; mempunyai rasa bersaing
(kompetisi) ; senang berkelompok dengan teman sebaya dan mempunyai sahabat karib ;
berperan dalam kegiatan kelompok. Sedangkan penyimpangan perkembangan (harga diri
rendah), antara lain : tidak mau mengerjakan tugas sekolah ; membangkang pada orang
tua untuk mengerjakan tugas ; tidak ada kemauan untuk bersaing dan terkesan malas ;
tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok ; memisahkan diri dari teman sepermainan
dan teman sekolah. Batasan karakteristik (subyektifitas) :mengenali keberdayaan,
menjelaskan bahwa stressor dapat ditangani, memiliki kesadaran adanya kemungkinan
perubahan lingkungan. (obyektifitas) mencari pengetahuan mengenai strategi baru,
mencari dukungan social, menggunakan strategi berfokus pada masalah, menggunakan
sumber spiritual.
3. Proses terjadinya
3.1 Predisposisi dan presipitasi
3.1.1 Faktor predisposisi
a. Biologis
Riwayat pre natal, intra natal, post natal
Riwayat imunisasi lengkap
Riwayat status gizi baik
Tidak ada riwayat penyakit fisik kronis/cacat
Tidak ada riwayat trauma kepala
Tidak ada riwayat genetik gangguan jiwa
b. Psikologis
Intelengensi: normal
Sudah dapat mengidentifikasi peran gender
Sudah dapat mengidentifikasi peran di keluarga
Pencapaian 8 aspek perkembangan: kognitif, bahasa, komunikasi, moral,
emosi, spiritual
c. Sosial budaya
Dukungan keluarga dalam stimulasi tumbang
Anak yang diinginkan
Tidak ada labeling negativ dari keluarga
Tidak ada kekerasan fisik, verbal & emosi
Dilibatkan dalam mengambil keputusan sederhana
Keluarga menstimulasi terbentuknya kemampuan berkarya anak
Belajar benar-salah
Dilibatkan dalam kegiatan ibadah
Psikologis:
a) Mendapatkan bimbingan PR
b) Kesempatan cerita pengalaman
c) Kesempatan cerita perasaan
d) Kesempatan bertanya
Sosial:
a) Kesempatan bermain sebaya
b) Kesempatan ikut kompetisi
c) Mengembangkan bakat & hobi
d) Kesempatan bantu orang lain
e) Diterima & di sayangi keluarga
f) Mendapat feedback positif dari lingkungan (keluarga, guru, teman)
b. Origin
Internal: kreatifitas tinggi, percaya diri, perasaan bersaing
Eksternal: pola asuh & stimulasi dari keluarga baik, masyarakat menerima &
mendukung keberadaanya
c. Timing
a) Waktu terjadinya stimulasi diberikan usia 6-12 th
b) Lamanya stressor terjadi: optimal
c) Frekuensi: optimal
d. Number
Jumlah dan kualitas stressor: tidak berlebihan, stimulus tumbang optimal (bio-
psikososio spiritual)
3.2.3 Bahasa
a. Perkenalan diri dan cerita pengalaman yang disenangi
b. Menceritakan kembali cerita pendek
c. Mengisi teka-teki silang
3.2.6 Psikososial
a. Permainan dalam kelompok
b. Mengerkajakan tugas kelompok
c. Permainan dengan gotong royong dan tolong menolong.
d. Bermain dan bercerita dengan teman akbar
e. Tanggung jawab tugas kelompok
f. Menghargai hak orang lain yang berdeda dengan diri sendiri
3.4.2 Destruktif
a) Tidak mau mengerjakan tugas sekolah/rumah
b) Membangkang orang tua untuk mengerjakan tugas
c) Tidak ada kemauan untuk bersaing dan terkesan malas
d) Tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok
e) Memisahkan diri dengan teman sepermainan dan teman sekolah
5. Tindakan keperawatan
5.1 Tindakan generalis
Pendidikan Kesehatan
5.2 Spesialis
TKT (Terapi Kelompok Terapeutik):
Terapi kelompok terapeutik merupakan salah satu jenis dari terapi kelompok yang
memberi kesempatan kepada anggotanya untuk saling berbagi pengalaman, saling
membantu satu dengan lainnya, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah
dan mengantisipasi masalah yang akan dihadapi dengan mengajarkan cara yang
efektif untuk mengendalikan stres. Kelompok terapeutik lebih berfokus pada
hubungan didalam kelompok, interaksi antara anggota kelompok dan
mempertimbangkan isu yang selektif (Townsend, 2009).
Terapi kelompok terapeutik pada anak usia sekolah bertujuan untuk membantu
anak mengatasi permasalahannya yang diselesaikan bersama dalam kelompok dan
sharing pengalaman dalam memenuhi tugas perkembangan anak, sehingga anak
mampu melampaui tahap-tahap perkembangan anak usia sekolah, dimana anak
dalam hal ini mampu berjuang secara produktif untuk mencapai kompetensi baik
individu maupun dalam kelompok.
Penelitian terapi kelompok terapeutik pada anak usia sekolah telah dilakukan oleh
walter (2010) terhadap perkembangan industri anak usia sekolah di panti sosial
asuhan anak kota bandung, ditemukan hasil adanya peningkatan secara bermakna
terhadap perkembangan industri anak sekolah setelah mendapat terapi kelompok
terapeutik, penelitian ini belum optimal karena penelitian tersebut hanya
dilakukan terhadap anak usia sekolah yang ada di panti tidak melibatkan guru dan
orang tua. Hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa kemampuan
pengetahuan anak usia sekolah meningkat setelah TKT (Istiana, Keliat, & Nuraini,
2010).
Daftar Pustaka
Nurdin, A.E.(2011). Tumbuh kembang Perilaku Manusia. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.