LAPORAN PENDAHULUAN
ALI
(Acute Limb Ischemic)
Disusun Oleh:
180070300011026
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
ALI
(Acute Limb Ischemic)
B. Etiologi ALI
Ada beberapa kemungkinan penyebab ALI, berdasarkan keterangan dari
berbagai sumber pustaka diantaranya :
1. Trombosis
Faktor predisposisi terjadinya adalah dehidrasi, hipotensi, malignan,
polisitemia, ataupun status prototrombik inheritan, trauma vaskuler, injuri
Iatrogenik,trombosis pasca pemasangan bypass graft, trauma vaskuler. Gambaran
klinis terjadinya trombosis adalah riwayat nyeri hilang timbul sebelumnya, tidak ada
sumber terjadinya emboli dan menurunnya (tidak ada) nadi perifer pada tungkai
bagian distal.
2. Emboli
Sekitar 80% emboli timbul dari atrium kiri, akibat atrial fibrilasi atau miokard
infark. Kasus lainnya yang juga berakibat timbulnya emboli adalah katup prostetik,
vegetasi katup akibat peradangan pada endokardium, paradoksikal emboli (pada
kasus DVT) dan atrial myxoma. Aneurisma aorta merupakan penyebab dari sekitar
10% keseluruhan kasus yang ada, terjadi pada pembuluh darah yang sehat.
C. Klasifikasi ALI
Ad hoc committee of the Society for Vascular Surgery and the North
American Chapter of the International Society for Cardiovasculer
Surgerymenciptakan suatu klasifikasi untuk oklusi arterial akut. Dikenal tiga kelas
yaitu :
1. Kelas I : Non-threatened extremity; revaskularisasi elektif dapat
diperlukan atau tidak d diperlukan.
2. Kelas II : Threatened extremity; revaskularisasi diindikasikan untuk melindungi
jaringan dari kerusakan.
3. Kelas III : Iskemia telah berkembang menjadi infark dan penyelamatan
ekstremitas
tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan.
Berdasarkan Rutherfort klasifikasi akut Limb Iskemik dapat dikategorikan sebagai
berikut :
1. Kelas I
Perfusi jaringan masih cukup, walaupun terdapat penyempitan arteri, tidak
ada kehilangan sensasi motorik dan sensorik, masih dapat ditangani dengan obat-
obatan pada pemeriksaan doppler signal audible.
2. Kelas II-a
Perfusi jaringan tidak memadai pada aktifitas tertentu. Timbul klaudikasio
intermiten yaitu nyeri pada otot ekstremitas bawah ketika berjalan dan
memaksakan berhenti berjalan, nyeri hilang jika pasien istirahat dan sudah mulai
ada kehilangan sensorik. Harus dilakukan pemeriksaan angiografi segera untuk
mengetahui lokasi oklusi dan penyebab oklusi.
3. Kelas II-b
Perfusi jaringan tidak memadai, ada kelemahan otot ekstremitas dan
kehilangan sensasi pada ekstremitas. Harus dilakukan intervensi selanjutnya seperti
revaskularisasi atau embolektomi.
4. Kelas III
Telah terjadi iskemia berat yang mengakibatkan nekrosis, kerusakan syaraf
yang permanen, irreversible, kelemahan ekstremitas ,kehilangan sensasi
sensorik,kelainan kulit atau gangguan penyembuhan lesi kulit. Intervensi tindakan
yang dilakukan yaitu amputasi.
Dalam sumber pustaka lain Acute Limb Ischemic (ALI) juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan terminologi, yaitu :
1. Onset
a. Acute : kurang dari 14 hari
b. Acute on cronic : perburukan tanda dan gejala kurang dari 14 hari
c. Cronic iskemic stable : lebih dari 14 hari
2. Severity
a. Incomplete : tidak dapat ditangani
b. Complete : dapat ditangani
c. Irreversible : tidak dapat kembali ke kondisi normal
D. Manifestasi ALI
Secara umum manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada kasus ALI merupakan
tanda dan gejala yang sangat khas dengan sebutan istilah “6P” yang terdiri dari:
1. Pain (nyeri)
2. Parasthesia (tidak mampu merasakan sentuhan pada ekstremitas),
3. Paralysis (kehilangan sensasi motorik pada ekstremitas),
4. Pallor (pucat),
5. Pulseless (menurunnya/tidak adanya denyut nadi),
6. Perishingly cold /Poikilothermia (dingin pada ekstremitas).
Adapun manifestasi klinik pada ALI yang dikatagorikan berdasarkan penyebabnya
terdiri dari :
1. Trombus
Terjadi dalam beberapa jam sampai berhari hari, ada klaudikasio, ada
riwayat aterosklerotik kronik, ekstremitas yang terkena tampak sianotik dan lebam,
pulsasi pada kolateral ekstremitas tidak ada, dapat terdiagnosa dengan angiografi
dan dilakukan tindakan bypass atau pemberian obat - obatan seperti fibrinolitik
2. Embolus
Tanda dan gejala muncul secara tiba - tiba dalam beberapa menit, tidak
terdapat klaudikasio ada riwayat atrial fibrilasi, ekstremitas yang terkena tampak
kekuningan
E. Patofisiologi
Berdasarkan beberapa sumber pustaka, penulis dapat mengambil
kesimpulan mengenai patofisiologi ALI. Pada dasarnya, trombus yang mengalami
penyumbatan pada arteri dalam kasus ALI ini, merupakan salah satu bentuk
patogenesis yang kemungkinan ditimbulkan oleh beberapa faktor resiko dan faktor
predisposisi yang cukup komleks, seperti usia, gaya hidup tidak sehat (merokok,
tidak pernah olahraga dan pola makan tinggi kolesterol) dapat meningkatkan resiko
terjadinya ALI, sedangkan patogenesis yang sifatnya predisposisi seperti
penyakit rheumatoid hearth disease juga dapat menimbulkan ALI.
Pada awalnya tungkai tampak pucat, tetapi setelah 6-12 jam akan terjadi
vasodilatasi yang disebabkan oleh hipoksia dari otot polos vaskular. Kapiler akan
terisi kembali oleh darah teroksigenasi yang stagnan, yang memunculkan
penampakan mottled (yang masih hilang bila ditekan). Bila tindakan pemulihan
aliran darah arteri tidak dikerjakan, kapiler akan ruptur dan akan menampakkan
kulit yang kebiruan yang menunjukkan iskemia irreversibel. Nyeri terasa hebat dan
seringkali resisten terhadap analgetik. Adanya nyeri pada ekstremitas dan nyeri
tekan dengan penampakan sindrom kompartemen menunjukkan tanda nekrosis
otot dan keadaan kritikal (yang kadangkala irreversibel). Defisit neurologis motor
sensorik seperti paralisis otot dan parastesia mengindikasikan iskemia otot dan
saraf yang masih berpotensi untuk tindakan penyelamatan invasif (urgent). Tanda-
tanda diatas sangat khas untuk kejadian sumbatan arteri akut yang tanpa disertai
kolateral. Bila oklusi akut terjadi pada keadaan yang sebelumnya telah mengalami
sumbatan kronik, maka tanda yang dihasilkan biasanya lebih ringan oleh karena
telah terbentuk kolateral. Adanya gejala klaudikasio intermitenpada ekstremitas
yang sama dapat menunjukkan pasien telah mengalami oklusi kronik sebelumnya.
Keadaan akut yang menyertai proses kronik umumnya disebabkan trombosis.
Perjalanan ALI yang cukup kompleks ini, dapat menimbulkan beberapa
masalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan suatu masalah
keperawatan yang kompleks pula, diantaranya gangguan perfusi jaringan, gangguan
rasa nyaman nyeri, intoleransi aktivitas, cemas, resiko tinggi perdarahan dan resiko
tinggi cedera serta banyak lagi yang satu sama lain saling berhubungan dan perlu
segera ditangani.
Adapun bentuk skematik patofisologi ALI dapat dilihat pada skema dibawah
ini
F. Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis mempunyai 2 tujuan utama : menanyakan gejala yang muncul pada
ekstremitas yang berhubungan dengan keparahan dari iskemia anggota gerak dan mengkaji
informasi terdahulu, menyinggung etiologi, diagnosis banding, dan kehadiran penyakit yang
signifikan secara berbarengan. Pengkajian sebaiknya dilakukan pada fase pra koroner,
pembuluh darah serebral, dan pembuluh darah sambungan (revaskularisasi). Pengkajian
umum yang sebaiknya dilakukan yaitu mengenai pengkajian riwayat yang jelas mengenai
kemungkinan penyebab dari iskemik pada tungkai, derajat iskemik, termasuk penjadwalan
untuk bedah umum ataupun bedah vascular bila kondisi memungkinkan.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada ALI yang disebutkan beberapa sumber pustaka adalah
dengan membandingkan masing-masing ekstremitas dengan area yang terkena ALI, yaitu :
a. Pulsasi
Apakah defisit pulsasi bersifat baru atau lama mungkin sulit ditentukan pada pasien
penyakit arteri perifer (PAD) tanpa suatu riwayat dari gejala sebelumnya, pulsasi radialis,
dorsalis pedis mungkin normal pada kasus mikro embolisme yang mengarah pada disrupsi
(penghancuran) plak aterosklerotik atau emboli kolestrol.
b. Lokasi
Tempat yang paling sering terjadinya oklusi emboli arterial adalah arteri femoralis,
namun juga dapat di temukan pada arteri aksila, poplitea iliaka dan bifurkasio aorta.
A. Pemeriksaan Diagnostik
Berdasarkan beberapa literatur yang dipelajari, salah satunya Price & Wilson (2006)
menjelaskan beberapa prosedur diagnostik yang dilakukan pada kasus penyakit arteri oklusif
atau dalam perkembangannya menjadi ALI terdiri dari :
1. Preoperative arteriogram (angiografi)
Suatu prosedur menggunakan teknik komputer yang dipakai untuk memantau sirkulasi
darah arteri. Hasil gambaran akan memperlihatkan bentuk arteri. Dalam pemeriksaanya
menggunakan kontras zat warna radiopaak sehingga arteri tampak lebihjelas.
1. Doppler vaskuler
Studi doppler pada pembuluh darah (vaskuler) menggunakan ultrasound sebagai
medium pemeriksaan. Sonde doppler berisi kristal piezoelektrik yang memancarkan
gelombang ultrasound dalam frekuensi tertentu. Ketika diletakkan diatas segmen arteri atau
vena, sinarnya mengenai sel darah merah bergantian menyebar balik atau dipantulkan
sesuai arah dan kecepatan pergerakan sel yang divisualisasikan dengan warna dan
gelombang suara untuk menentukan arteri atau vena
.
1. MSCT
Prosedur diagnostik ini dalam bidang vaskuler memberikan gambaran langsung
dinding pembuluh darah sehingga dapat dengan jelas dibedakan antara pembuluh darah
yang mengalami oklusi atau tidak melalui gambaran 2 warna khas pencitraan radiografi
(hitam dan putih).1. MSCT
Prosedur diagnostik ini dalam bidang vaskuler memberikan gambaran langsung
dinding pembuluh darah sehingga dapat dengan jelas dibedakan antara pembuluh darah
yang mengalami oklusi atau tidak melalui gambaran 2 warna khas pencitraan radiografi
(hitam dan putih).
1. Elektrokardiografi (EKG)
Suatu pencatatan aktivitas listrik jantung yang dapat merekan irama jantung pada
pasien. Prosedur diagnostik ini dilakukan sebagai prosedur kontrol dalam memantau
aktivitas jantung terutama pada pasien dengan gangguan jantung dan pembuluh darah,
salah satunya ALI yang mana penyebab awal ALI adalah trombus yang lepas yang
diakibatkan oleh riwayat penyakit infeksi jantung salah satunya rheumatoid heart
diseases sehingga terjadi gangguan katup terutama mitral yang memicu timbul atrial
fibrilasi.
2. Echokardiografi
Merupakan prosedur pemeriksaan menggunakan gelombang ultrasonik sebagai
media pemeriksaan yang dapat memberikan informasi penting mengenai struktur dan
gerakan ruang jantung, katup dan setiap dinding bagian jantung. Hal ini jelas untuk
memberikan data penunjang terutama pada pasien dengan penyakit jantung dan pembuluh
darah salah satunya ALI sehingga dapat diperoleh penyebab utama trombus pada ALI ini
dapat lepas apakah dari penyakit jantung atau tidak.
A. Penatalaksanaan
1. Kecepatan adalah penanganan yang utama pada pasien dengan Acute Limb Ischaemia,
dalam 6 jam kondisi ini akan menuju kerusakan jaringan secara menetap, kecuali bila segera
di revaskularisasi
2. Akut Limb Iskemik yang disebabkan oleh emboli di lakukan pengobatan dengan warparin
atau embolektomi sedangkan yang disebabkanoleh trombus angiografi dan dilakukan
tindakan bypass atau pemberian obat-obatan seperti fibrinolitik.
3. Pasien dengan ALI umumnya dalam klinis yang tidak stabil. Perhatikan saat kritis, saat yang
tepat untuk melakukan prosedur CPR. Berikan oksigen 100%, pasang akses intravena,
berikan terapi cairan dalam dosis minimal (1 liter NaCl untuk 8 jam, kecuali bila pasien
dehidrasi, pemberian sebaiknya sedikit lebih cepat). Ambil sampel laboratorium untuk
pemeriksaan hitung jenis sel, ureum, kreatinin, elektrolit, GDS (bila disertai dengan DM),
enzim jantung, bekuan darah dan proses pembekuan, dan penanganannya. Bila
memungkinkan pemeriksaan trombofilia, dan profil lipid juga dibutuhkan.
4. Lakukan foto thoraks dan rekam irama jantung. Dan jika ditemukan pasien dalam kondisi
aritmia, segera bantu dengan monitor fungsi kerja jantung. Lakukan pemasangan kateter
urin jika pasien dalam kondisi dehidrasi dan perlu untuk dimonitor nilai keseimbangan
cairannya. Kolabarasi pemberian opium untuk anastesi jika keluhan nyeri hebat ada
5. Terapi :
a. Preoperative antikoagulan dengan IV heparin
b. Resusitasi cairan, koreksi asidosis sistemik, inotropik support
c. Terapi pembedahan diindikasikan untuk iskemia yang mengancam ekstremitas
A. Komplikasi ALI
1. Hiperkalemia
2. Sindrom kompartemen (nyeri saat flexi/extensi, kelemahan otot,tidak mampu respon
terhadap stimulasi sentuhan, pucat, nadi lemah/tidak teraba). Pembengkakan jaringan
dalam kaitannya dengan reperfusi menyebabkan peningkatan pada tekanan intra
compartment ttekanan, penurunan aliran kapiler, iskemia, dan kematian jaringan otot
(pada>30 mmHg). Penanganannya adalah dengan dilakukannya fasciotomy. Terapi
trombolitik, akan menurunkan risikocompartment syndrome dengan reperfusi anggota
gerak secara berangsur-angsur.
3. Asidosis metabolik
4. Edema ekstremitas
5. Disritmia
DAFTAR PUSTAKA
D Marie Et al. 2017. 2016 AHA/ACC Guideline on the Management of Patients With Lower Extremity
Peripheral Artery Disease: Executive Summary A Report of the American College of
Cardiology/American Heart Association Task Force on Clinical Practice Guidelines. AHA
Journal
Fowkes FG, Rudan D, Rudan I, et al. Comparison of global estimates of prevalence and risk factors for
peripheral artery disease in 2000 and 2010: a systematic review and analysis. Lancet.
2013;382:1329–40.
Creager MA, Belkin M, Bluth EI, et al. 2012 ACCF/AHA/ACR/ SCAI/SIR/STS/SVM/SVN/SVS key data
elements and definitions for peripheral atherosclerotic vascular disease: a report of the
American College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on
Clinical Data Standards (Writing Committee to develop Clinical Data Standards for
Peripheral Atherosclerotic Vascular Disease). Circulation. 2012;125:395–467.
Rutherford RB, Baker JD, Ernst C, et al. Recommended standards for reports dealing with lower
extremity ischemia: revised version. J Vasc Surg. 1997;26:517–38.
Potter, P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan Praktik.Edisi
4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC.2005
LAPORAN INDIVIDU
Disusun Oleh:
180070300011026
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
A. Identitas Klien
Nama : Ny. P No. RM : 10621xxx
D. Kesehatan Terdahulu
1. Penyakit yg pernah dialami:
a. Kecelakaan (jenis & waktu) : Klien tidak pernah mengalami kecelakaan
sebelumnya.
b. Operasi (jenis & waktu) : Klien tidak pernah dioperasi sebelumnya.................................
c. Penyakit:
Kronis : Hipertensi, Heart Failure dan CAD sejak tahun 2014.
d. Akut : ALI
e. Terakhir masuki RS :
-
Tidak ada alergi obat, makanan ...... Tidak ada ......... Tidak ada
( ) Polio ( ) Campak
4. Kebiasaan:
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
5. Obat-obatan yg digunakan:
Jenis Lamanya Dosis
insulin buatan yang digunakan untuk membantu kontrol gula darah pada pasien
diabetes, baik diabetes tipe satu maupun tipe dua. Insulin adalah hormon alami
dalam tubuh manusia yang berfungsi untuk menahan sel-sel tubuh agar dapat
memasukkan glukosa dan memecahnya menjadi energi.
atorvastin tablet 4 hari 0-40mg
obat yang digunakan untuk menurunkan kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida,
serta meningkatkan jumlah kolesterol baik (HDL) di dalam darah. Jika kolesterol
dalam darah tetap terjaga dalam nilai normal, maka akan menurunkan risiko stroke
dan serangan jantung.
ASA tablet 4 hari 1x80 mg
Anak klien mengatakan bahwa dia tidak mengetahui secara pasti apakah terdapat anggota
keluarga (orang tua klien) yang menderita penyakit diabet atau tidak.
GENOGRAM
Suami
klien
meninggal
karena
komplikasi
jantung
dan lain2
( suami
perokok )
Keterangan:
: Perempuan : Menikah
E. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
hari.
Ventilasi anak klien mengatakan sirkulasi udara baik Cukup, punya jendela &
ventilasi.
F. Pola Aktifitas-Latihan
Rumah Rumah Sakit
H. Pola Eliminasi
Jenis Rumah Rumah Sakit
BAB
Warna dan bau Warna kuning, baukhas Warna kuning, bau khas.
BAK
I. Pola Tidur-Istirahat
Rumah Rumah Sakit
Tidur siang
N. Pola Komunikasi
1. Bicara : ( √) Normal ( )Bahasa utama: Jawa
( ) Tidak jelas ( )Bahasa daerah: Jawa
Klien dalam kondisi tidak sadar, hanya sesekali bergumam dan mengeluarkan
satu dua kata yang tidak di mengerti. Sumber informasi saat pengkajian diperoleh dari isteri.
3. Kehidupan keluarga
a. Adat istiadat yg dianut: Adat Jawa
b. Pantangan & agama yg dianut: Tidak ada
c. Penghasilan keluarga: ( ) < Rp. 250.000 ( ) Rp. 1 juta – 1.5 juta
( ) Rp. 250.000 – 500.000 ( ) Rp. 1.5 juta – 2 juta
( ) Rp. 500.000 – 1 juta ( v) > 2 juta
O. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: (v) tidak ada ( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan : (v) perhatian ( v) sentuhan ( ) lain-lain, seperti
Tinggi badan: 155 cm Berat Badan : 65kg. IMT : 24,22 ( Kategori normal )
2. Kepala & Leher
a. Kepala:
Bentuk kepala lonjong. Tidak ada massa. rambut warna hitam dan terdapat uban
disebagian kepala. Wajah bulat simetris, rambut tampak tidak kotor/ tidak berketombe.
Tidak terdapat luka atau jejas di daerah kepala.
b. Mata:
Bentuk mata bulat, tidak nampak perdarahan pada kedua kelopak mata, reaksi kedua pupil
kiri dan kanan terhadap cahaya (+), terdapat kotoran mata pada tepi mata, fungsi
penglihatan tidak terkaji
c. Hidung:
Bentuk lancip. Pembengkakan (-), Perdarahan (-). Sinus (-), nampak klien bereaksi ketika di
dekatkan dengan bau minyak kayu putih. Sedang Terpasang NGT Pada Hidung bagian kiri.
e. Telinga:
Bentuk daun telinga normal, massa (-), antara daun telinga kanan dan kiri besarnya sama,
simetris, tidak nampak secret. Fungsi pendengaran tidak terkaji.
f. Leher:
Kekakuan (-). Massa (-), Vena jugularis tidak tampak. Nyeri (-). Nyeri tekan (-). Trakea
terletak ditengah. Keterbatasan gerak (+).
- - -
- - - -
- - - -
6. Abdomen
Inspeksi: distenden (-), tidak terdapat pembesaran
Palpasi: kekakuan (-),lemas (+), nyeri tekan (-), tidak terasa pembesaran hati (hepar), lien
tidak teraba, ballotement (-).
Perkusi: Timpani
Auskultasi : bising usus (+), 10x/menit
7. Genetalia & Anus
Inspeksi: tidak tidak terdapat luka, terpasang DC dengan warna urine kuning pekat,
produksi urine ± 50 cc. Nampak rambut tumbuh disekitar genitalia dalam kondisi bersih,
persebaran merata.
Palpasi: tidak terkaji
8. Ekstermitas
Ekstermitas Atas:
a. Kanan
Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada edema, tidak ada luka,kekuatan otot 0, akral hangat
(+) pucat (-), CRT < 2 dtk.
b. Kiri
Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada edema, tidak ada luka, kekuatan otot 1, terpasang
infuse Nacl 0,9% 10 tpm.
Ekstermitas Bawah:
a. Kanan
Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat edema di kaki kanan, tidak ada luka atau fraktur,
kekuatan otot 0, akral teraba hangat.
b. Kiri
Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat edema di kaki kiri, akral dingin dan klien merasa
tebal pada telapak kaki, saat pengkajian kaki tidak nyeri karena klien di tempat tidur
Kekuatan otot atas & bawah:
5 5
5 5
9. Sistem Neuorologi
֊ Kesadaran pasien sopor GCS 456
֊ Reflek fisiologis : refleks patela normal, reflek otot bisep trisep normal
֊ Reflek patologis : refleks babinski (-), kaku kuduk (-)
֊ Pemeriksaan 12 saraf cranial :
a. N. I ( Nervus Olfactory ) : Klien mampu bereaksi menjauh dari sumber bau, ketika
didekatkan dengan aroma minyak kayu putih yang keras di dekat hidungnya.
b. N. II ( Nervus Optik/vision ) Pada inspeksi, tidak nampak tanda – tanda adanya
katarak, inflamasi ataupun tanda konjungtivitis. Test ketajaman penglihatan dengan
Snellen,s chart dan test lapang pandang tidak dilakukan karena klien dalam kondisi
penurunan kesadaran.
c. N. III ( Nervus Oculomotor ) : Ketika di beri rangsangan cahaya, kedua pupil nampak
kontriksi. Ukuran kedua pupil sama ( 3 mm/ 3 mm).
d. N. IV ( Nervus Trochlear ) : Pada syaraf ini, tidak dapat dilakukan pemeriksaan
karena kondisi klien dalam keadaan penurunan kesadaran.
e. N. V ( Nervus Trigeminal ) ; Untuk pemeriksaan fungsi sensorik dilakukan dengan
menyentuhkan kapas lembut yang steril ke kornea atau sentuhan agak keras ke
kelopak mata, nampak reaksi mata klien berkedip. Nampak klien bereaksi, ketika
wajahnya di beri sentuhan dengan ujung sisir.
f. N. VI ( Nervus Abducens ) : Tidak dilakukan karena klien mengalami penurunan
kesadaran.
g. N. VII ( Nervus Facial ) : Tidak dilakukan karena klien mengalami penurunan
kesadaran.
h. N. VIII ( Nervus Vestibulocochlear/Acoustic ) : Klien tidak memberikan respon ketika
memanggil namanya di dekat telinga kiri dan kanan.
i. N. IX ( Nervus Glossopharyngeal ) dan N. X ( Nervus Vagus ) : terdapat reflex gag
ketika menyentuh bagian pharynx dengan spatel lidah. Klien tidak bisa dilakukan
pengkajian respon menelan karena klien sedang dalam kondisi penurunan
kesadaran dan sedang terpasang NGT.
j. N. XI ( Nervus spinal accessory ) : Tidak dilakukan pengkajian, karena kondisi klien
dalam kondisi penurunan kesadaran.
k. N. XII ( Nervus Hypoglossal ) : Tidak dilakukan pengkajian, karena kondisi klien
dalam kondisi penurunan kesadaran
10. Kulit & Kuku
Kulit:
Warna sawo matang, kulit lembab, tidak kering turgor kulit kembali dalam < 2 detik.
Kuku:
Kuku klien bersih dan tidak panjang, tidak pucat, CRT < 2 detik
Terapi
Atorvastin 0-40 obat yang digunakan untuk menurunkan kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida,
serta meningkatkan jumlah kolesterol baik (HDL) di dalam darah.
ASA 1x 80 obat pengencer darah untuk mencegah penggumpalan darah
Cilostazol 2x 100 obat golongan antiplatelet dan vasodilator yang digunakan untuk mengatasi
klaudikasio intermiten, yakni kondisi yang menyebabkan sakit pada tungkai ketika berjalan
karena pembuluh darah mengalami penyempitan
Lisinopril 1x 20 obat dengan fungsi untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi). .
Amlodipin 5 mg – 0 -0 mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Klien mengalami sumbatan arteri sehingga akral kaki kirinya dingin dan terasa tebal. Hal ini
berakibat pada gangguan sirkulasi perifer klien, sehingga klien mengalami hambatan mobilitas
fisik dan risiko jatuh. klien menjadi sangat tergantung pada bantuan orang lain dalam melakukan
aktivitas pemenuhan ADL.
U. Perencanaan Pulang
ANALISA DATA
No Masalah
Data Etiologi
. keperawatan
a.poplitea
↓
2 S: DM Kecemasan
- Klien mengatakan
bingung kenapa Viskositas darah meningkat
setelah diberi obat
kaki kirinya juga masih
terasa dingin dan Terbentuk plak atherosklerosis
bertambah tebal
- Klien dan anak kilien
mengatakan khawatir Ruptur plaq
soal pembayaran RS
karena saat ini klien
masih umum baru Emboli
Kurang pengetahuan
Kecemasan
5. DS : - Klien mengatakan DM Defisit
ingin selalu segar Perawatan Diri
(mandi )
DO : Viskositas darah meningkat
- Kesadaran CM
- GCS : 456
Terbentuk plak atherosklerosis
- Klien nampak dibantu
Kelemahan Fisik
dalam semua
pemenuhan ↓
kebutuhan dasar,
Penyumbatan pembuluh darah
personal hygiene,
eliminasi, makan.
- Nampak kelemahan
Penurunan pemenuhan O2 Jaringan
ekstremitas kanan,
atas dan bawah
dengan kekuatan otot
5 5
Hambatan Mobilitas Fisik
5 5 ↓
1 30 Juli 2019 Gangguang perfusi jaringan perifer b/d penurunan suplay O2 jaringan
2 30 Juli 2019 Defisit perawatan diri - Mandi b/d gangguan neuromuskular, ditandai
dengan ketidakmampuan mengakses kamar mandi, ketidak mampuan
menjangkau sumber air, ketidakmampuan mengeringkan tubuh.
Diagnosa Keperawatan No.1 Gangguan perfusi jaringan perifer b/d penurunan suplay O2
jaringan
Tujuan:
Setelah diberikan intervensi keperawatan selama 2x24 jam, sirkulasi darah lancar sehingga
perfusi perifer terpenuhi
No. Indikator 1 2 3 4 5
Tujuan:
- Diberikan intervensi keperawatan selama 1x24 jam kebutuhan perawatan diri pasien
terpenuhi
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Mandi Tidak Seka, dibantu Dibantu Dibantu Mandiri
mampu >1 orang dan keluarga >1 keluarga (1
mandiri perawat orang orang)
Intervensi Keperawatan:
NIC: Self-Care Assistance
No. Indikator 1 2 3 4 5
Intervensi Keperawatan:
NIC Indikator Tindaka Intervensi Keperawatan
No. n Ke-
(NOC)
Perawata 1 1 Arahkan pasien dan keluarga mengenai tindakan pencegahan
n emboli
yang sesuai
perifer
2 Arahkan pasien utuk periksa ke dokter sebelum mengganti
dan sebelum berhenti minum obat
3 Arahkan pasien untuk mempertahankan diit yang konsisten
4 Arahkan pasien untuk tidk memijat atau menekan daerah yang
terkena
5 Arahkan paseien dan keluarga mengenai prosedur diagnostik
IMPLEMENTASI
IMPLEMENTASI
Nama Klien : ny. P ................................................................................................................................ Tanggal Pengkajian : 30 Juli 2019
06.00 Arahkan paseien dan keluarga mengenai prosedur diagnostik pemeriksaan FH Klien bersedia diambil darahnya
iMPLEMENTASI
IMPLEMENTASI
IMPLEMENTASI
1 2 3 4 S 1 2 3 4 S
Keterangan Penilaian :
- : tidak sesuai
+ : sesuai yang diharapkan
S : scoring
Keterangan Skoring :
1 :-
2 : 1+
3 : 2+
4 : 3+
5 : 4+
Juli 2019
1 2 3 4 S 1 2 3 4 S
Keterangan Penilaian :
- : tidak sesuai
+ : sesuai yang diharapkan
S : scoring
Keterangan Skoring :
1. : -
2. : 1+
3. : 2+
4. : 3+
5. : 4+
1 2 3 4 S 1 2 3 4 S
Keterangan Penilaian :
- : tidak sesuai
+ : sesuai yang diharapkan
S : scoring
Keterangan Skoring :
1. : -
2. : 1+
3. : 2+
4. : 3+
5. : 4+
EVALUASI
KU cukup
Tidak ada kemerahan di dorsalis pedis
FH masih kurang dari batas normal
Ptt :
Pasien 11,40 det ( 9,4 – 11,3 )
Kontrol 10, 6
INR 1,10 ( < 1,5 )
APTT :
Pasien 94, 70 det ( 24, 6 – 30,6 )
Kontrol 25,4
Fibrinogen 502, 0 mg /dl ( 154,3 -397,9 )
D- dimer 0,27 (mg/L ( < 0,5)
GDA 165.
No Indikator 1 2 3 4
.
No
Hari/
Dx Tanda
Tanggal/ Evaluasi
Ke tangan
Jam
p
Score
No Indikator
Awl Tgt Akr
1 Mandi 3 4 5
No
Hari/
Dx Tanda
Tanggal/ Evaluasi
Ke tangan
Jam
p
O:
Score
No Indikator
Awl Tgt Akr
1 Manfaat manajemen 2 5 5
penyakit