Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DENGAN

PENYALAHGUNAAN NAPZA

DI SUSUN OLEH :

Ganding Nofta
F0H018003

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Makalah Asuhan Keperawatan dengan judul “Asuhan
Keperawatan Keluarga Dengan Penyalahgunaan NAPZA“. Penyusunan Makalah
Asuhan Keperawtaan ini diajukan untuk memenuhi tugas Keperawatan Keluarga.

Penuli sampaikan terima kasih kepada Bapak Samwilson Selamet, SKM,


M.Pd, M.Kes, selaku dosen yang telah memberikan bimbingan. Kelompok
memahami sepenuhnya bahwa Makalah Asuhan Keperawatan ini tidak luput dari
kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
demi perbaikan di masa mendatang. Semoga Makalah Asuhan Keperawatan ini
dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca untuk melakukan hal yang lebih
baik lagi dan semoga Makalah ini bisa bermanfaat.

Bengkulu, 4 September 2020

Ganding Nofta
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................6
C. Tujuan...........................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
A. Pengertian NAPZA.......................................................................................7
B. Kategori NAPZA..........................................................................................7
C. Etiologi Penyalahgunaan Napza...................................................................8
D. Prinsip penatalaksanaan Keperawatan........................................................15
BAB III KASUS....................................................................................................20
A. Pengkajian...................................................................................................21
B. Rencana Keperawatan.................................................................................26
C. Implementasi Keperawatan.........................................................................28
BAB IV PENUTUP...............................................................................................30
A. Kesimpulan.................................................................................................31
B. Saran...........................................................................................................31
DAFTAR PUSTKA...............................................................................................31
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyalahgunaan Napza dari tahun ketahun semakin meningkat.


Permasalahan penyalahgunaan Napza mempunyai dimensi yang luas dan
komplikasi baik dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa maupun
psikososial (ekonomi, politik, sosial budaya, kriminalitas, kerusuhan
massal dan sebagainya). Penyalahgunaan Napza dipengaruhi banyak
faktor. Keluarga merupakan salah satu faktor risiko terhadap
penyalahgunaan Napza pada remaja. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui
adanya hubungan antara fungsi keluarga yaitu fungsi kebersamaan, fungsi
fleksibilitas, fungsi komunikasi dan fungsi agama dengan kejadian
penyalahgunaan Napza pada remaja. Metodologi Penelitian: Jenis
penelitian ini adalah observasional dengan rancangan case control study
(kasus-kontrol), menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan focus
group discussion (FGD). Subjek kasus dalam penelitian ini adalah remaja
yang menyalahgunakan Napza dan masih berkonsultasi ke Rumah Sakit
Jiwa Tampan Pekanbaru, kontrol diambil yaitu remaja yang tidak
menyalahgunakan Napza dengan besar sampel 32 kasus dan 32 kontrol.
Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil:
Analisis multivariat menunjukkan proporsi remaja yang menyalahgunakan
Napza lebih besar pada remaja yang mempunyai fungsi kebersamaan yang
rendah dalam keluarga (p<0.05 OR=6,04 dan 95% dan CI=1.77-20.5),
remaja yang mempunyai fungsi fleksibilitas yang rendah dalam keluarga
(p<0.05. OR=5.31: 95% CI=1.48-18.9) dan fungsi komunikasi yang
rendah dalam keluarga (p<0.05 OR=3.97 dan 95% CI=1.11-14.1).
Kesimpulan: Fungsi keluarga berhubungan dengan kejadian
penyalahgunaan Napza pada remaja. Remaja yang menyalahgunakan
Napza mempunyai fungsi kebersamaan, fungsi fleksibilitas dan fungsi
komunikasi yang rendah dalam keluarga, sedangkan fungsi agama tidak
berhubungan dengan kejadian penyalahgunaan Napza pada remaja.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari NAPZA itu sendiri ?


2. Apa penyebab dari penyalahgunaan NAPZA ?
3. Bagaimana cara pendekatan keluarga dengan mengatasi remaja dengan
NAPZA ?

C. Tujuan

Untuk mengetahui Bagaimana cara pendekatan keluarga dalam mengatasi


remaja dengan drug abuse.
BAB II

PEMBAHASAN

D. Pengertian NAPZA

Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat atau bahan


berbahaya. Narkotika juga dikenal dengan istilah NAPZA yaitu Narkotika,
Psikotropika dan Zat adiktif lainnya. Semua istilah ini mengacu pada
sekelompok zat yang umumnya mempunyai resiko kecanduan.
Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam
tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama saraf pusat/otak sehingga jika
disalah gunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi
social.
Pada awalnya zat-zat ini digunakan untuk tujuan medis seperti penghilang
rasa sakit. Namun belakangan ini banyak orang yang menggunakan zat-zat ini
secara tetap, bukan untuk tujuan medis atau digunakan tanpa mengukuti dosis
yang seharusnya maka disebut penyalahgunaan NAPZA (Drug Abuse). Oleh
sebab itu pemerintah memberlakukan Undang-Undang untuk penyalah gunaan
narkoba yaitu UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU No. 22
Tahun 1997 tentang Narkotika.

B. Kategori NAPZA

Berdasarkan jenisnya NAPZA digolongkan menjadi kategori :


1. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
2. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semin sintetis yang menyebabkan pengaruh
bagi penggunanya.
Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan
semangat, halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang
menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya.

3. Alkohol
Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari
bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara
fermentasi dan distilasi atau fermentasi tanpa distilasi, baik dengan cara
memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan
lain atau tidak, maupun memproses dengan cara mencampur konsentrat
dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman yang mengandung
etanol.

4. Zat adiktif lain


Zat adiktif lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika
yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan. Klasifikasi
NAPZA Menurut Efek pada Pemakai di antaranya : Stimulan (zat yang
merangsang sistem saraf pusat), Depresan (Menekan sistem saraf pusat),
Halusinogen (Mengeubah daya persepsi halusinasi).

E. Etiologi Penyalahgunaan Napza

Pada setiap kasus, ada penyebab yang khas mengapa seseorang


menyalahgunakan Napza dan ketergantungan. Hal ini berarti penyebab
seseorang terjebak dalam perilaku ini merupakan sesuatu yang unik dan tidak
dapat disamakan begitu saja dengan kasus lainnya. Namun beberapa penelitian
terdapat beberapa faktor yang berperan pada penyalahgunaan Napza.
Diantaranya :
1. Faktor Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian tim UNIKA Atma Jaya dan Perguruan
Tinggi Kepolisian Jakarta Tahun 1995, terdapat beberapa tipe keluarga
yang beresiko tinggi anggota keluarganya (terutama anaknya yang remaja)
terlibat penyalahgunaan Napza yaitu :
a. Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orang tua) mengalami
ketergantungan Napza.
b. Keluarga dengan managemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari
pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu
(misalnya, ayah bilang ya, ibu bilang tidak).
c. Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya
penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik
dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak,
maupun antar saudara.
d. Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Disini peran orang tua sangat
dominan, dengan anak yang hanya sekedar harus menuruti apa kata
orang tua, dengan alasan sopan santun, adat istiadat, atau demi
kemajuan dan masa depan anak itu sendiri tanpa diberi kesempatan
untuk berdialog dan menyatakan ketidak setujuannya.
e. Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya
mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai
dalam banyak hal.
f. Keluarga yang neurosis yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan
alasan yang kurang kuat, mudah cemas, dan curiga serta sering
berlebihan dalam menanggapi sesuatu.

2. Faktor Kepribadian
Kepribadian penyalahgunaan Napza juga turut berperan dalam
perilaku ini. Para remaja biasaya penyalahguna Napza memiliki konsep
diri yang negative dan harga diri yang rendah.
Perkembangan emosi yang terhambat dengan ditandai oleh
ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas,
pasif agresif dan cendrung depresi juga turut mempengaruhi.
Selain itu kemampuan remaja untuk memecahkan masalahnya secara
adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan
masalah dengan melarikan diri. Hal ini juga berkaitan dengan mudahnya
menyalahkan lingkungan dan lebih melihat faktor-faktor diluar dirinya
yang menentukan segala sesuatu. Dalam hal ini, kepribadian yang
dependen dan tidak mandiri memainkan peranan penting dalam
memandang Napza sebagai satu-satunya pemecahan masalah yang
dihadapi. Sangat wajar bila dalam usianya remaja membutuhkan
pengakuan dari lingkungan sebagai bagian pencarian identitas dirinya.
Namun jika ia memiliki kepribadian yang tidak mandiri dan menganggap
segala sesuatunya harus diperoleh dari lingkungan, akan sangat
memudahkan kelompok teman sebaya untuk mempengaruhinya
menyalahgunakan Napza. Di sinilah sebenarnya peran keluarga dalam
meningkatkan harga diri dan kemandirian pada anak remajanya.

3. Faktor kelompok teman sebaya (per group)


Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok yaitu
cara teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi
seseorang agar berperilaku seperti kelompok itu. Tekanan kelompok
dialami oleh semua orang bukan hanya remaja, karena pada kenyataannya
semua orang ingin disukai dan tidak ada yang mau dikucilkan. Kegagalan
untuk memenuhi tekanan dari kelompok teman sebaya, seperti berinteraksi
dengan kelompok teman yang lebih popular, mencapai prestasi dalam
bidang olah raga, social dan akademik, dapat menyebabkan frustasi dan
mencari kelompok lain yang dapat menerimanya. Sebaliknya keberhasilan
dari kelompok teman sebaya yang memiliki perilaku dan norma yang
mendukung penyalahgunaan Napza dapat muncul.

4. Faktor Kesempatan
Ketersediaan Napza dan kemudahan memperolehnya juga dapat
dikatakan sebagai pemicu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar
narkotika internasional, menyebabkan zat-zat ini dengan mudah diperoleh.
Bahkan beberapa media massa melansir bahwa para penjual narkotika
menjual barang dagangannya di sekolah-sekolah, termasuk sampai di SD.
Penegakan hukum yang belum sepenuhnya berhasil tentunya dengan
berbagai kendalanya juga turut menyuburkan usaha penjualan Napza
Indonesia. Akhirnya, dari beberapa faktor yang sudah diuraikan, tidak ada
faktor yang satu-satunya berperan dalam setiap kasus penyalahgunaan
Napza. Ada faktor yang memberikan kesempatan dan ada faktor pemicu.
Biasanya, semua faktor itu berperan. Karena itu penanganannya pun harus
melibatkan berbagai pihak, termasuk keterlibatan aktif orang tua.

5. Ciri-Ciri Pengguna Napza


1. Fisik
a. Berat badan turun drastis.
b. Buang air besar dan kecil kurang lancar.
c. Mata cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman.
d. Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.
e. Tangan penuh dengan bintik-bintik merah seperti bekas gigitan
nyamuk dan ada tanda bekas luka sayatan. Goresan dan perubahan
warna kulit ditempat bekas suntikan.
2. Emosi
a. Bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukan sikap
membangkang.
b. Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau
berbicara kasar terhadap anggota keluarga atau orang disekitarnya.
c. Nafsu makan tidak menentu.
d. Sangat sensitive dan mudah bosan.

3. Perilaku
a. Bicara cedal atau pelo.
b. Jalan sempoyongan.
c. Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas
rutinnya.
d. Mengalami jantung berdebar-debar.
e. Menyalami nyeri kepala.
f. Mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi.
g. Mengeluarkan air mata berlebihan.
h. Mengeluarkan keringat berlebihan.
i. Menunjukan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga.
j. Selalu kehabisan uang.
k. Sering batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat
gejala “putus zat”.
l. Sering bohong dan ingkar janji dengan berbagai alasan.
m. Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi
tanpa pamit dan pulang lewat tengah malam.
n. Sering mengalami mimpi buruk.
o. Sering menguap.
p. Cenderung menarik diri.
q. Mencuri uang.
r. Takut air.

6. Gejala Sakaw
1. Bola mata mengecil.
2. Hidung dan mata berair.
3. Bersin-bersin.
4. Menguap.
5. Banyak keringat.
6. Mual-mual.
7. Muntah.
8. Diare.
9. Nyeri tulang dan persendian.

7. Overdosis
Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami
keracunan akibat obat. OD sering terjadi bila menggunakan narkoba
dalam jumlah banyak dengan rentang waktu terlalu singkat, biasanya
digunakan secar bersamaan antara putaw, pil, heroin digunakan
bersama alcohol. Atau menelan obat tidur seperti golongan
barbiturate (luminal) atau obat penenang (valium, xanax, mogadon).
Ciri-ciri overdosis :
1. Tidak ada respon.
2. Tidur mendengkur.
3. Bibir dan kuku membiru.
4. Tubuh dingin dan kulit lembab.
5. Kejang-kejang.
6. Adanya riwayat pemakaian morfin/heroin terdapat tanda bekas
jarum suntik.
7. Frekuensi pernafasan < 12 kali/menit.
8. Penurunan kesadaran.

8. Akibat Penyalahgunaan Napza


Terdapat 3 aspek akibat langsung penyalahgunaan Napza yang
berujung pada menguatnya ketergantungan. Secara fisik : pengguna
Napza akan mengubah metabolism tubuh seseorang. Hal ini terlihat
dari peningkatan dosis yang semakin lama semakin besar dan gejala
putus obat, keduanya menyebabkan seseorang berusaha terus-
menerus mengkonsumsi Napza.
Secara psikis : berkaitan dengan berubahnya beberapa fungsi
mental, seperti rasa bersalah, malu dan perasaan nyaman yang timbul
dari mengkonsumsi Napza. Cara yang kemudian ditempuh untuk
beradaptasi adalah dengan mengkonsumsi lagi Napza.
Secara social : dampak social yang memperkuat pemakaian
Napza. Proses ini biasanya diawali dengan perpecahan di dalam
kelompok social terdekat seperti keluarga (lihat faktor penyebab
keluarga), sehingga muncul konflik dengan orang tua, teman-teman,
pihak sekolah atau pekerjaan. Perasaan dikucilkan pihak-pihak ini
kemudian menyebabkan si penyalahguna bergabung dengan
kelompok orang-orang serupa, yaitu para penyalahguna NAPZA juga.
Semua akibat ini berujung pada meningkatkannya perilaku
penyalahgunaan NAPZA.

9. Peran Keluarga dalam Mencegah Terjadinya Penyalahgunaan


Narkoba
Pencegahan penyalahgunaan Narkoba adalah upaya yang
dilakukan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh atau penyebab
baik secara langsung atau tidak langsung. Dengan tujuan agar
seseorang atau sekelompok masyarakat mengubah keyakinan, sikap,
dan perilakunya sehingga tidak memakai narkoba atau berhenti
memakai narkoba. Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama
dalam membentuk dan mempengaruhi keyakinan, sikap dan perilaku
seseorang terhadap pengguna narkoba. Langkah-langkah yang dapat
dilakukan diantaranya :
1. Bangun keluarga harmonis.
2. Mendengarkan secara aktif.
3. Orang tua sebagai teladan
4. Kembangkan kemampuan anak tolak narkoba
5. Dukung kegiatan anak yang sehat dan kreatif
6. Buat kesepakatan tentang norma dan peraturan
Yang penting untuk dihindari :

1. Menghakimi atau menuduh .


2. Merasa benar sendiri.
3. Terlalu banyak member nasehat atau ceramah.
4. Sikap seolah-olah mengetahui semua jawaban.
5. Mengkritik atau mencela
6. Menganggap enteng semua persoalan anak. Hindari kata-kata
negative ; harus, jangan, tidak boleh. Gunakan kalimat terbuka
7. Penanggulangan Masalah NAPZA, Seperti ; Pencegahan,
Pengobatan, dan Rehabilitasi

F. Prinsip penatalaksanaan Keperawatan

a. Prinsip Biopsikososiospiritual ( Struart Sundeen )


Biologis :
Tindakan biologis dikenal dengan detoksifikasi yang bertujuan untuk
1. Memberikan asuhan yang aman dalam “ withdrawl “ (proses
penghentian) bagi klien pengguna NAPZA.
2. Memberikan asuhan yang humanistik dan memelihara martabat klien.
3. Memberikan terapi yang sesuai. Setelah detoksifikasi tercapai,
mempertahankan kondisi bebas dari zat adiktif, dimana terapi
farmakologis harus diunjang oleh terapi yang lainnya.
Psikologis :
Bersama klien mengevaluasi pengalaman yang lalu dan
mengidentifikasikan aspek positifnya untuk dipakai mengatasi kegagalan.
Sosial :
1. Konseling Keluarga
2. Terapi Kelompok
3. Self help group
b. Prinsip Community Therapeutik ( Ana Keliat )
Pada tempat ini klien dilatih untuk merubah perilaku kearah yang
positif, sehingga mampu menyesuaikan dengan kehidupan di masyarakat.
Hal ini dapat dilakukan bila klien diberi kesempatan mengungkapkan
masalah pribadi dan lingkungan. community teraupetik melakukan
intervensi untuk mengatasinya.
Beberapa metode yang dilakukan :
1. Slogan yang berisi norma atau nilai ke arah positif.
2. Pertemuan pagi (moorning Meeting) yang diikuti oleh seluruh staf dan
klien untuk membahas masalah individu, interaksi antar klien dan
kelompok.
3. “Talking to “ : metode yang digunakan untuk saling memperingatkan
dengan cara yang ramah sampai yanng keras.
4. Learning experience yaitu pemberian tugas yang bersifat membangun
untuk merubah perilaku negatif.
5. Pertemuan kelompok
6. Pertemuan Umum ( general meeting ).
c. Prinsip Prestasi ( Yosep )

P Prayer 1. Pemberian ceramah agama


( religious ) 2. Menyediakan bacaan buku-buku agama yang
memotivasi hidup.
3. Kolaborasi dalam Psychoreligius terapy.
4. Menjelaskan prinsip-prinsip kesuksesan hidup
menurut konsep agama yang diyakini.
5. Menjelaskan tanggung jawab yang harus
dipukul apabila melanggar norma agama.
6. Menjelaskan kisah-kisah orang saleh yang
diridoi tuhan sebagai suri tauladan.
7. Diskusi keagamaan, pengajian, seminar
keagamaan.
R Reconciliation 1. Diskusi dengan keluarga
of family 2. Mengajarkan komunikasi assertif pada
keluarga
3. Melibatkan anggota keluarga dalam terapi.
4. Penyuluhan tentang proses, dampak dan
penatalaksanaan adiksi.
5. Motivasi keluarga untuk membantu klien
mampu jujur bila sugestinya datang.
6. Diskusikan upaya keluarga membantu klien
mengurangi sugesti.
7. Bantu suasana mendukung keakraban
dirumah.
8. Identifikasi penerimaan keluarga terhadap
masalah.
9. Bantu menerima masalah.
10. Identifikasi harapan untuk sembuh total.
11. Diskusikan arti kesembuhan
12. Identifikasi pola asuh dalam keluarga
13. Bantu keluarga latihan mengucapkan kata-kata
yang menghargai dan mendukung klien untuk
berhenti.
14. Bantu menyembunyikan klien dari
penggunaan zat.
15. Bantu memutuskan hubungan dengan
pengguna zat.
16. Diskusikan untuk menghargai usaha klien
tidak berhubungan lagi dengan pengguna zat.
DSb
E Environment 1. Menghindari orang yang adiksi.
Condusif 2. Menjauhi tempat-tempat yang berkaitan
dengan adiksi.
3. Mencari lingkungan pergaulan baru.
4. Mencari teman dekat dengan kemampuan
prestasi yang tinggi.
5. Hijrah menuju tempat tinggal yang lebih
kondusif untuk maju.
6. Bergaul dengan orang-orang yang berprestasi.
7. Bantu mengidentifikasikan teman bukan
pengguna zat.
8. Beri dukungan akan harapan bergaul lebih
banyak dengan bukan pengguna zat. Dsb
S Say No! (don’’t 1. Tidak pernah mencoba ( bagi yang belum
Try) terkena )
2. Belajar mengungkapkan kata-kata tidak
3. Belajar berfikir positif dan bersikap optimis
4. Bantu klien menilai faktor negatif bila kontak
dengan sesama pengguna zat.
5. Bantu klien mengakhiri hubungan dengan
teman pengedar.
6. Bantu klien menghindari penggunaan zat lain.
Dsb
T Time 1. Membuat jadwal kegiatan harian
Management 2. Mencatat kegiatan harian
3. Melakukan evaluasi kegiatan harian setiap
menjelang tidur.
4. Memberikan kegiatan secara bertahap sesuai
dengan kebutuhan pasien.
5. Memberikan reinforcement prestasi yang
dicapai pasien
6. Mengikutsertakan klien dalam kegiatan
pertemuan kelompok setiap pagi : diberi tugas
membacaberita yang aktual, serta dibahas
bersama klien lain.
7. Mengikutsertakan dan membuat jadwal pada
jam-jam tertentu.
8. Mengikutsertakan klien pada seminar dengan
topik-topik tertentu seperti AIDS, dampak zat
adiktif, cara hidup sehat. Dsb
A Activity of 1. Membuat target prestasi ahrian.
Dynamic 2. Meniru orang-orang sukses dalam
menghabiskan waktu setiap hari.
3. Menjelaskan kiat-kiat mengusir kemalasan
4. Diskusikan cara mengalihkan pikiran dari
sugesti ingin menggunakan zat dengan
menciptakan sugesti yang lebih positif
5. Identifikasi potensi/hobi/aktivitas yang
menyenangkan.
6. Diskusikan manfaat aktivitas.
7. Bantu merencanakan aktivitas ( susun jadwal )
8. Motivasi untuk melakukan aktivitas masalah
dengan memulai segera.
9. Motivasi untuk mengatsi bosan dengan
selingan istirahat saat beraktivitas. Dsb.
S Subject for 1. Membuat perencanaan tahunan
Future 2. Mencari, mengidentifikasi tokoh idola yang
dikagumi klien
3. Mempelajari riwayat hidup orang-orang sukses
4. Latihan menggunakan kata-kata, “ingin hidup
sehat “, masa depan penting,”masih ada
harapan”.Dsb
I Information of 1. Menunjukkan angka-angka statistik korban
impact drug NAPZA.
abuse 2. Menunjukkan hasil-hasil penelitian pengaruh
NAPZA terhadap timbulnya penyakit kronis.
3. Menjelaskan hubungan antara
prestasi,kekayaan,kedudukan,kebahagian
dengan perilaku masa lalu.
4. Menjelaskan bahwa banyak prestasi yang
dicapai orang lain yang tidak mengggunakan
NAPZA.Dsb

BAB III

KASUS
Anak A berusia 16thn, SMA kelas 1 anak dari Tn. M dan ny. P
merupakan anak yang riang, ceria, sopan terhadap guru. awalnya anak berprestasi
sering mendapatkan pengghargaan atas prestasinya. Tetapi belakangan ini
prestasinya menurun drastis, hal ini disebabkan oleh terpengaruh pergaulan bebas
diluar sekolahnya. Selain itu pertengkaran antara kedua orang tuanya menjadi
anak tidak betah dirumah. Sehingga anak tersebut menggunakan napza tanpa
sepengetahuan orang tuanya, akhirnya anak itu menjadi pecandu narkoba. Setelah
anak A menggunakan napza jenis ganja, sikap anak A berubah, menjadi sering
bolos sekolah, pemarah, malas serta sering bertengkar sama teman-temannya
disekolah.

setalah Tn. M mengetahui anaknya menjadi pecandu narkoba dari teman


sebaya dan mendapatkan narkoba jenis ganja dikamarnya. Maka Tn. M(42 thun)
dan Ny. P(39) menyanyakan alasan anaknya menggunakan napza jenis ganja.
Anak itu menyatakan kepada orang tuanya bahwa dia tidak senang karena orang
tuanya sering bertengkar, tidak dapat perhatian dari kedua orang tuanya, terus
disekolahnya tidak memiliki banyak teman, sering di ejek teman-teman
disekolahnya dan dibilang kutu buku. Menyebabkan anak A sering menyendiri
dan mencari pergaulan diluar sekolah. Hal ini fisik anak Tn. A kurus, pucat,
lemas, malas makan. Setelah dinasehati kedua orang tuanya, anak A
menyeesaliperbuatnnya, dan mengatakan ingin berubah.

A. Pengkajian

I. Data umum
1. Nama Kepala Keluarga Tn. M
2. Alamat : Jalan Parit H. Husin
3. Komposisi Kelarga

Jenis Umur Pendidikan


No Nama Hubungan dengan KK
Kelamin
1. Tn. M L Kepala Kelarga 42 thn S1
Meninggal Sekolah
2. Kk.I L Ayah Kandung
rakyat
Meninggal Sekolah
3. Nn.S P Ibu Kandng
rakyat
4. Ny.P P Istri 39 thn S1
5. An.A L Anak Kandung 16 thn SMA
Meninggal Sekolah
6. Kk. B L Ayah Mertua
rakyat
60 thn Sekolah
7. Nn. R P Ibu Mertua
rakyat

Genogram

Kk.I Nn.S Kk.B Nn.R

Tn.M Ny.P

An.A

Ket. genogram :
: Meninggal

: Garis Perkawinan

: Garis Keturunan

4. Tipe keluarga : Nuklear family ( bapak ibu dan 1 anak )


5. Suku bangsa : melayu
6. Agama : islam
7. Status social ekonomi keluarga : Tn.M mengatakan gaji blanan sebesar
7 juta dan Ny.K 4 juta.
8. Aktivitas rekreasi keluarga : Tn.M mengatakan tidak memiliki banyak
waktu luang untuk mengajak Ny. P dan An.a jalan-jalan.

II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
- Tahap perkembangan remaja pada anak An.A yang berumur 16 thn
2. Tahap perkembangan kelarga yang belm terpenuhi
- Tn.M mengatakan sudah cukup dengan satu anak.
3. Riwayat keluarga inti Tn.M : hipertensi
- Ny.P : hipertensi
- An. A : kecanduan NAPZA jenis ganja
4. Riwayat keluarga sebelumnya :keluarga Tn.M tidak ada yang
mengkonsumsi NAPZA.
III. Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Denah rumah

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Ny.P mengatakan kebanyakan tetangga hanya mengurusi masalah
keluarga masing-masing. Keluarga Tn.M cenderung tertutup dan
jarang berinteraksi dikarenakan kesibukan masing-masing anggota
keluarga.
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga ini tinggal diperumahan elit, Tn.M mengatakan kenbdaraan
yang digunakan untuk bekerja adalah mobil pribadi, jarak tempat kerja
dengan rumah 10 km, jarak layanan kesehatan 2 km, jarak layanan
keamanan 2 km, keluarga tidak pernah berpindah tempat tinggal.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ny.P mengatakan tidak ada kebiasaan rutin untuk berkmpul dengan
anggota keluarga selanjutnya.
5. Sistem pendukung keluarga
Ny.P mengatakan pertolongan pertama saat sakit yang dilakukan
keluarga adalah ke dokter pribadi.

IV. Struktur Kelarga


1. Pola komnikasi keluarga Tn.M dan Ny.P mengatakan setiap ada
masalah selalu terjadi pertengkaran terlebih dahulu sebelum
mengambil keputusan.
2. Struktur kekuatan keluarga Tn.M mengatakan belm pernah terjadi
masalah keuangan.
3. Struktur peran Tn.m : Kepala keluarga mencari nafkah,pelindung
,pendidikan,anggota masyarakat
Ny.P wanita karir,pengasuh,pendidik, anggota masyarakat.
An.A : pelajar,anggota masyarakat
4. Nilai atau norma budaya : Tn.m mengatakan keluarga ini sudah tidak
terlalu mengikuti budaya.
V. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif : Tn.M mengatakan anggota keluarga mereka memiliki
kesibukan masing-masing.
2. Fungsi sosialisasi : Ny,P mengatakan hubungan keluarga dan tetangga
lebih bersifat individualism.
3. Fungsi keperawatan kesehatan Ny.P mengatakan untuk beberapa
penyakit keluarga memanfaatkan dokter pribadi ntuk pertolongan
pertama dan jika tidak ada perubahan penyakit tersebut membawa
anggota keluarga ke rumah sakit.
VI. Stress dan koping keluarga
1. Kemampuan kelarga berespon terhadap masalah.
Tn.M mengatakan keluarga mampu merespon masalah pada kelarga
untuk menyelesaikan meskipun sering terjadi pertengkaran antara
Tn.M dan Ny.P
2. Strategi koping
Tn.M mengatakan sering bertengkaran dengan Ny.P sering bertengkar
untk menyelesaikan masalah
3. Strategi disfungsional
Tidak ada

VII. Harapan keluarga


Tn.M mengatakan harapan keluarga untuk kesehatan adalah keluarga
berharap agar An. A segera pulih dari ketergantungan NAPZZA jenis
ganja dan dapat beraktivitas seperti sediakala.

VIII. Analisa data


Data subjektif
- Tn.M dan Ny.P mengatakan dulunya An.A adalah pribadi yang ceria
dan sopan serta sering mendapatkan penghargaan.
- Tn.M dan Ny.P menyatakan belakangan ini An.A prestasinya menurun
dan sering menyendiri.
- Tn.M mengatakan sering bertengkar dengan Ny,P untuk
menyelesaikan masalah
Data Objektif

- An.A mengatakan tidak senang karena orang tua nya sering


bertengkar.
- An.A mengatakan kurang perhatian dari kedua orang tuanya.
- An. A mengatakan disekolahn ya tidak memiliki banyak teman
- An.A mengatakan sering diejek teman sekolahnya
- An.A mengatakan sering dikatakan kutu buku.
- An. A menggunakan NAPZA jenis ganja sejak 3 bulan yang lalu.
- Menarik diri pada An.A dari keluarga Tn.M

Perubahan fisik yang tampak pada An.A

- Kurus
- Pucat
- Lemas
- Malas makan

G. Rencana Keperawatan

Diagnose Tujuan / SMART Evaluasi


Rencana Tindakan
Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar
A. Koping Setelah - Klien Secara - Klien 1. Bina hubungan
individu dilakukan menaati verbal mengat saling percaya,
tidak terapi terapi akan kontrak dengan
efektif kesehatan untuk sudah klien.
akibat diharapkan menghil mengik 2. Kaji
akibat menaati dan angkan uti pengetahuan
pengguna melaksanak ketergan terapi. klien tentang
an an terapi. tungan - Klien NAPZA.
NAPZA NAPZA mengat 3. Beri penjelasan
pada ganja. akan klien tentang :
An.A dari - Klien akan - Dampak
mengura berusah NAPZA bagi
keluarga
ngi/berh a kesehatan.
Tn.M b/d
enti meruba - Anjurkan
kurangnya
menggu h pola klien untuk
perhatian
nakan hidupn kooperatif
dari
NAPZA ya dalam
keluarga
ganja mengikuti
An.A
terapi.
B. Menarik Klien tidak - Klien Secara - Klien - Bina
diri akibat HDR mau verbal mengat hubungan
pengguna berintera akan saling
an ksi mau percaya,kontra
NAPZA dengan berko k dengan
pada orang munika klien.
An.A dari lain si - Menjadi
keluarga - Klien dengan pendengar
Tn.M b/d mampu orang yang baik buat
harga diri berkomu lain klien.
rendah. nikasi - Klien
dengan mengat
baik pada akan
orang ingin
lain kembal
i
keseko
lah dan
bertem
u
dengan
teman-
teman
sekola
h.

H. Implementasi Keperawatan

TANGGA
DIAGNOSA
L DAN IMPLEMENTASI/DAR EVALUASI/SOAP
KEPERAWATAN
WAKTU
1. Koping individu 23 januari D: S:
tidak efektif 2008 - Ds : Tn.M mengatakan - An.A mengatakan
akibat Pukul : sering bertengkar ingin sembuh dari
penggunaan 09.00 dengan Ny,P untuk ketergantungan
NAPZA pada menyelesaikan NAPZA ganja.
An.A dari masalah - Keluarga
keluarga Tn.M - Do : An.A mengatakan mengatakan akan
b/d kurangnya tidak senang karena mensupport An.A
perhatian dari orang tua nya sering untuk sembuh
keluarga An.A bertengkar. Dario
- An.A mengatakan ketergantungan
kurang perhatian dari NAPZA ganja
kedua orang tuanya. O:
A: - An. A dapat
- Memberikan motivasi menentukan
kepada keluarga untuk dampak positif
memberikan support dan negative
kepada An.A penggnaan
- Berikan support NAPZA.
kepada An.A untuk A:
meningktkan koping Masalah teratasi
An.A sebagian
R: P:
- Keluarga mensupport - Dilanjutkan oleh
kepada An.A untuk keluarga.
sembuh dari
ketergantungan
NAPZA ganja.
- Perawat memberikan
spporrt pada An. A
dengan menjadi teman
yang kooperatif
terhadap An.A dalam
meningkatkkan
koping.

2. Menarik 14 mei 2009 Ds : S;


diri akibat Pukul 07.30 - Tn.M dan Ny.P - An.A mengatakan
penggunaan menyatakan mau berinteraksi
NAPZA pada belakangan ini An.A dengan orang lain.
An.A dari prestasinya menurun - Keluarga
keluarga Tn.M dan sering mengatakan akan
b/d harga diri menyendiri. lebih perhatian
rendah Do : dan member
- An.A mengatakan dukungan kepada
sering diejek teman An.A ntuk sembuh
sekolahnya dari ketergantngan
- An.A mengatakan NAPZA ganja.
sering dikatakan kutu O:
buku. - An. A bias
- An. A menggunakan menjelaskan
NAPZA jenis ganja pentingnya
sejak 3 bulan yang berinteraksi
lalu. dengan orang lain.
- Menarik diri pada - Keluarga dapat
An.A dari keluarga menjelaskan
Tn.M pentingnya
A: perhatian dan
- Beri dukungan pada dukungan kepada
An.A untuk anak a untuk
berinteraksi dengan mempercepat
orang lain prooses
- Motivasi keluarga penyembuhan.
untuk memberikan A:
dukungan kepada - Masalah
An.A teratasi
R: sebagian
- Anak mau P:
berinteraksi dengan Dilanjutkan oleh
perawat keluarga.
- Anak merasa
diperhatikan orang tua
dan mendapatkan
dukungan dari orang
tua

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Proporsi penyalahguna NAPZA dikalangan remaja sangat besar. Dimana


faktor – faktor yang berhubungan dengan terjadinya penyalahgunaan NAPZA
dikalangan remaja terdiri dari karakteristik jenis kelamin dan umur serta
pengetahuan ; faktor lingkungan dalam keluarga yaitu variabel komunikasi
;serta faktor lingkungan di luar keluarga yaitu variabel pergaulan teman
sebaya dan penggunaan waktu luang.

I. Saran

1. Bagi dinas pendidikan perlu ditingkatkan program penyalahgunaan


NAPZA kepada remaja-remaja yang mulai mengenal lingkungan luar
dengan melibatkan departemen kesehatan,kehakiman dan kepolisian.
2. Memberikan informasi kepada orang tua untuk mencari pemecahan dalam
mencegah terjadinya penyalahgunaan NAPZA.
3. Bagi orang tua perlu lebih ditingkakan pengawasan terhadap anak
terutama pada kegiatan diluarnya.

DAFTAR PUSTKA

E.Doenges, Marilyn. dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : Penerbit.


Buku Kedokteran.
http://dinkes-sulsel.go.id, diakses pada tanggal 5 Maret 2011
http://www.dinsos.pemda-diy.go.id, diakses pada tanggal 5 Maret 2011
http://mentalnursingunpad.multiply.com, diakses pada tanggal 5 Maret 2011

http://perawat online.com, diakses pada tanggal 9 Maret 2011

Singgih D. Gunarsa. 2000. Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga.

Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Sumiati, dkk. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien Penyalahgunaan dan


Ketergantungan NAPZA. Jakarta : Trans Info Media.
Wirawan Sarwono, Salito. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta : CV. Rajawali.
Yatim,D.I. dkk., (eds). 1986. Keperibadian Keluarga dan Narkotika: Tinjauan
Sosial. Bandung : Accan.

Anda mungkin juga menyukai