A. PENDAHULUAN
1
Modul Keperawatan Medikal bedah
Topik 1
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Peradangan pada Telinga (Otitis Media)
2
Modul Keperawatan Medikal bedah
1) Otitis media kronik adalah peradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur
tulang di dalam kavum timpani, Otitis media kronik sendiri adalah kondisi
yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan
oleh episode berulang otitis media akut yang tak tertangani. Sering berhubungan
dengan perforasi menetap membrane timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak
hanya mengakibatkan kerusakan membrane timpani tetapi juga dapat
menghancurkan osikulus dan hampir selalu melibatkan mastoid. Sebelum
penemuan antibiotic, infeksi mastoid merupakan infeksi yang mengancam jiwa.
Sekarang, penggunaan antibiotic yang bijaksana pada otitis media akut telah
menyebabkan mastoiditis koalesens akut menjadi jarang.. Otitis media sering
dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun.
2) Otitis media akut adalah keadaan dimana terdapatnya cairan di dalam telinga
tengah dengan tanda dan gejala infeksi. Otitis media akut Adalah peradangan
akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah, yang disebabkan oleh
bakteri atau virus. Otitis media akut bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling
sering ditemukan pada anak-anak terutama usia 3 bulan – 3 tahun.
2. P enyebab
Otitis media disebabkan oleh : Streptococcus, Stapilococcus, Diplococcus
pneumonie, Hemopilus influens, Gram Positif : S. Pyogenes, S. Albus, Gram Negatif :
Proteus spp, Psedomonas spp, E. Coli, Kuman anaerob : Alergi, diabetes melitus, TBC
paru.
Proses terjadinya atau patofisiologi otitis media pada umumnya otitis
media dari
nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, kecuali pada kasus yang relatif
jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran timpani.
Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba
eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi
limfoid pada submukosa. Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh
terkumpulnya cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya
telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung
dari nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri
akan menentukan progresivitas penyakit.
3. Gejala
Berdasarkan patofisiologi diatas maka gejala yang muncul pada otitis
media akut adalah gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan
bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral
pada orang dewasa. Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa
tonjolan tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic
(pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah dengan insulator balon
yang dikaitkan ke otoskop), dapat mengalami perforasi. Otorrhea, bila terjadi rupture
membrane tymphani Keluhan nyeri telinga (otalgia), Sakit telinga yang berat dan
3
Modul Keperawatan Medikal bedah
4. Asuhan Keperawatan
Nah, setelah Anda belajar tentang konsep dari otitis media, selanjutnya Anda
belajar tentang proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, penyusunan
diagnosa keperawatan, penyusunan rencana tindakan dan penentuan evaluasi.
Pengkajian keperawatan pada pasien otitis media meliputi pengumpulan
data yang
terdiri dari :
a) Identitas Pasien, b) Riwayat adanya kelainan nyeri, c) Riwayat infeksi saluran nafas
atas yang berulang, d) Riwayat alergi. Sedangkan pengkajian fisik meliputi antara lain
: a) Nyeri telinga, b) Perasaan penuh dan penurunan pendengaran, c) Suhu tubuh
Meningkat,
d) Malaise, e) Nausea Vomiting, f) Vertigo, g) Ortore, h) Pemeriksaan dengan
otoskop tentang stadium. Pengkajian psikososial meiputi : a) Nyeri otore
4
Modul Keperawatan Medikal bedah
Langkah yang terakhir dalam asuhan keperawatan pada pasien otitis media
adalah evaluasi, dimana evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi
keperawatan sehubungan dengan keluhan dan pemeriksaan fisik menunjukkan hasil
yang normal. Intervensi dikatakan efektif bila tingkah laku pasien sesuai dengan
5
Modul Keperawatan Medikal bedah
Ringkasan
Otitis media merupakan peradangan pada telinga tengah Otitis media terbagi
menjadi 2 yaitu otitis media akut dan otitis media kronik. Proses terjadinya atau
patofisiologi otitis media pada umumnya dari infeksi nasofaring yang kemudian
menyebar telinga tengah. diagnosa otitis dapat ditegakkan melalui anamnese yaitu
otore terus-menerus/kumat- kumatan lebih dari 6-8 minggu, pendengaran menurun
(tuli). Untuk meyakinkan maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu fato
radiologi mastoid. Untuk mencegah terjadinya komplikasi yang serius maka
diperlukan pengobatan dengan memberikan antibiotik tetes dan pembersihan pada
sekret dengan memberikan tetes telinga. Diagnosa keperawatan utama yang muncul
pada pasien ini adalah Nyeri berhungan dengan proses inflamasi pada jaringan
telinga tengah.
Tes 1
6
Modul Keperawatan Medikal bedah
D. Iodine
4) Salah satu obat tetes yang dipakai pada pasien otitis adalah ....
A. Kloramphenikol
B. Dexametason
C. Kalmetason
D. Betadine cair
Bagaimana jawaban Anda? Tentunya ke sepuluh soal tadi sudah selesai Anda
7
Modul Keperawatan Medikal bedah
kerjakan. Jika belum, cobalah pelajari kembali materi yang masih kurang Anda
pamahami dan jangan lupa kerjakan soal formatif yang belum selesai Anda kerjakan.
Apabila semua soal formatif sudah selesai Anda kerjakan, periksalah jawaban Anda
dengan menggunakan kunci jawaban yang disediakan pada bagian akhir bab ini.
Bagaimana hasil jawaban Anda? Semoga semua jawaban Anda benar. Nah,
selamat atas keberhasilan Anda. Apabila belum sepenuhnya berhasil atau belum
mencapai 80% benar, sebaiknya Anda pelajari kembali materi pembelajaran Topik 1
terutama materi pembelajaran yang belum Anda pahami. Setelah itu, cobalah
kerjakan kembali soal formatif Topik 1. Semoga kali ini Anda dapat menyelesaikan
dengan benar.
Bagaimana? Apabila memang Anda telah berhasil menyelesiakan semua soal
formatif
dengan benar atau setidak-tidaknya 80% benar, Anda diperkenankan untuk
mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada Topik 3. Selamat belajar dan
sukses mempelajari materi pembelajaran Topik 3.
Topik 2
8
Modul Keperawatan Medikal bedah
A. Definisi
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan
atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut
terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita.
Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular,
system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk
memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem
system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita
merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap
lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk
linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita
vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu
gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata. (Lumban Tobing. S.M, 2003)
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala,
penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau
bergerak naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi
efiaty dan Nurbaiti, 2002).
B. Etiologi
1. Otologi 24-61% kasus
a) Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
b) Meniere Desease
c) Parese N VIII Uni/bilateral
d) Otitis Media
2. Neurologik 23-30% kasus
a) Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum
b) Ataksia karena neuropati
c) Gangguan visus
d) Gangguan serebelum
e) Gangguan sirkulasi LCS
f) Multiple sklerosis
g) Vertigo servikal
3. Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler
a) Tekanan darah naik turun
b) Aritmia kordis
c) Penyakit koroner
d) Infeksi
e) < glikemia
9
Modul Keperawatan Medikal bedah
C. Manifestasi
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-
kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa
kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi
lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata
merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan
tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke
tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi
hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya
vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali
pasien merasa cemas.
Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan
melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi
oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes
ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :
1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri
atau lingkungan
2. Merasakan mual yang luar biasa
3. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
4. Gerakan mata yang abnormal
5. Tiba - tiba muncul keringat dingin
6. Telinga sering terasa berdenging
7. Mengalami kesulitan bicara
8. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar
9. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan
D. Komplikasi
1. Cidera fisik Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
10
Modul Keperawatan Medikal bedah
2. Kelemahan otot Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas.
Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu
lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.
E. Pemeriksaan Penunjang
Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk
pemeriksaan diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo
antara lain:
1. Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan mata
b) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c) Pemeriksaan neurologik d) Pemeriksaan otologik
e) Pemeriksaan fisik umum
2. Pemeriksaan khusus
a) ENG
b) Audiometri dan BAEP
c) Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan
a) Radiologik dan Imaging
b) EEG, EMG
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :
a) Anti kolinergik Sulfas Atropin : 0,4 mg/im Scopolamin : 0,6 mg IV bisa
diulang tiap 3 jam b) Simpatomimetika Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30
menit
c) Menghambat aktivitas nukleus vestibuler Golongan antihistamin
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring
diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
b) Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan
subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya
neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir
pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau jari
yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring dengan
kedua mata ditutup.
c) Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan
terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental
disertai fiksasi visual yang kuat.
11
Modul Keperawatan Medikal bedah
d) Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah
dehidrasi.
e) Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut
yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau
kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan
berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang
meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan
vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan
bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo menghilang
setelah beberapa hari.
f) Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda.
Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk
gangguan vestibular akut.
G. Asuhan Keperawatan
a) Aktivitas / Istirahat Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata,
kesulitan membaca, insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala,
sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena
perubahan cuaca.
b) Sirkulasi Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat,
wajah tampak kemerahan
c) Integritas Ego
Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan,
keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan
selama sakit kepala, mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
d) Makanan dan cairan Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat,
bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog,
MSG (pada migrain), mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat
badan
e) Neurosensoris
Pusing, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru
terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual, sensitif
terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan
progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada pola bicara/pola pikir, mudah
terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam, papiledema.
f) Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan
otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada
daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional / perilaku
tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang,
frigiditas vokal.
12
Modul Keperawatan Medikal bedah
g) Keamanan Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara
berjalan, parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan
sinus).
h) Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan
penyakit
i) Penyuluhan/ Pembelajaran Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada
keluarga, penggunaan alkohol/obat lain termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone,
menopause.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)
b. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
c. Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
d. Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
e. Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat
3. Intervensi Keperawatan
a) Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah risiko
jatuh dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya
2) Klien dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh
Intervensi:
1) Kaji tingkat energi yang dimiliki klien
2) Berikan terapi ringan untuk mempertahankan kesimbangan
3) Ajarkan penggunaan alat-alat alternatif dan atau alat-alat bantu untuk aktivitas
klien
4) Berikan pengobatan nyeri (pusing) sebelum aktivitas
Topik 3
Asuhan Keperawatan Tonsilitis
A. DEFINISI
13
Modul Keperawatan Medikal bedah
Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Radang
tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada
faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis.
B. ETIOLOGI
Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut di
bawah ini yaitu :
C. PROSES PATOLOGI
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan
menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem
limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan
terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat
menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan
dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada
tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam
tinggi bau mulut serta otalgia.
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah :
1. nyeri tenggorok
2. nyeri telan
3. sulit menelan
4. demam
5. mual
6. anoreksia
7. kelenjar limfa leher membengkak
8. faring hiperemis
9. edema faring
10. pembesaran tonsil
11. tonsil hiperemia
12. mulut berbau
13. otalgia ( sakit di telinga )
14. malaise
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
14
Modul Keperawatan Medikal bedah
H. FOKUS PENGKAJIAN
1. keluhan utama
sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll
2. riwayat penyakit sekarang : serangan, karakteristik, insiden, perkembangan,
efek terapi dll
3. riwayat kesehatan lalu
riwayat kelahiran
riwayat imunisasi
penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis media )
riwayat hospitalisasi
4. pengkajian umum
usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll
5. pernafasan
kesulitan bernafas, batuk
ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
T0 : bila sudah dioperasi
15
Modul Keperawatan Medikal bedah
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada tonsilitis akut adalah :
J. FOKUS INTERVENSI
1. DP : hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada tonsil
Intervensi :
Pantau suhu tubuh anak ( derajat dan pola ), perhatikan menggigil atau tidak
Pantau suhu lingkungan
Batasi penggunaan linen, pakaian yang dikenakan klien
Berikan kompres hangat
Berikan cairan yang banyak ( 1500 – 2000 cc/hari )
Kolaborasi pemberian antipiretik
2. DP : nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil
Intervensi :
Pantau nyeri klien(skala, intensitas, kedalaman, frekuensi )
Kaji TTV
Berikan posisi yang nyaman
Berikan tehnik relaksasi dengan tarik nafas panjang melalui hidung dan
mengeluarkannya pelan – pelan melalui mulut
Berikan tehnik distraksi untuk mengalihkan perhatian anak
Kolaborasi pemberian analgetik
3. DP : resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan adanya anoreksia
16
Modul Keperawatan Medikal bedah
Intervensi :
Kaji conjungtiva, sclera, turgor kulit
Timbang BB tiap hari
Berikan makanan dalam keadaan hangat
Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi seringsajikan makanan dalam bentuk
yang menarik
Tingkatkan kenyamanan lingkungan saat makan
Kolaborasi pemberian vitamin penambah nafsu makan
4. DP : intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
Intervensi :
Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
Observasi adanya kelelahan dalam melakukan aktifitas
Monitor TTV sebelum, selama dan sesudah melakukan aktifitas
Berikan lingkungan yang tenang
Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi klien
5. DP : gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya obstruksi
pada tuba eustakii
Intervensi :
Kaji ulang gangguan pendengaran yang dialami klien
Lakukan irigasi telinga
Berbicaralah dengan jelas dan pelan
Gunakan papan tulis / kertas untuk berkomunikasi jika terdapat kesulitan dalam
berkomunikasi
Kolaborasi pemeriksaan audiometri
Kolaborasi pemberian tetes telinga
Topik 4
Asuhan Keperawatan Faringitis
1. Pengertian
17
Modul Keperawatan Medikal bedah
2. Epidemiologi
Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin, tetapi
frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak. Faringitis akut jarang ditemukan
pada usia dibawah 1 tahun. Insedensi meningkat dan mencapai puncaknya pada usia
4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa nak- anak dan kehidupan
dewasa. Kematian akibat faringitis jarang terjadi, tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari
komplikasi penyakit ini.
3. Etilogi
Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh
virus, termasuk virus penyebabnya common cold, flu, adenovirus. Bakteri yang
menyebabkan faringitis adalah streptokokus grup A, pneumukokus, dan basilus
influenza. Faringitis juga bisa timbul akibat iritasi debu kering, meroko, alergi, trauma
tenggorok (misalnya akibat tindakan intubsi), penyakit refluks asam lambung, jamur,
menelan racun, tumor.
Setelah bakteri atau virus mencapai sistemik maka gejala – gelaja sistemik akan
muncul :
1) Lesu dan lemah, nyeri pada sendi – sendi otot, tidak nafsu makan dan nyeri pada
telinga
2) Peningkatan jumlah sel darah putih
18
Modul Keperawatan Medikal bedah
6. Klasifikasi
Berdasarkan lama berlangsungnya
a. Faringitis akut, adalah radang tenggorokan yang disebabkan oleh virus dan
bakteri yaitu streptkokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil
masih berwarna merah, malaise, nyeri tenggerokan dan kadang disertai demam
dan batuk. Faringitis ini terjadi masih baru, belum berlangsung lama.
b. Faringitis kronik, radang tenggorokan yang sudah berlangsung dalam waktu yang
lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang
menjanggal ditenggerokan. Faringitis kronik umumnya terjadi pada individu
dewasa yang bekerja atau tinggal dalam lingkunga yang berdebu, menggunakan
suara yang berlebihan, menderita batuk kronik, dan kebiasaaan mengkomsumsi
alkohol dan tembakau.faringitis kronik dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Faringitis hipertropi ditandai dengan penebalan umum dan kogesti
membrane mukosa.
2. Faringitis atrpi kemungkinan merupakan tahap lanjut dari jenis pertama
(membrane tipis, keputihan ,licin, dan pada waktunya berkerut).
3. Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan folikel limpe pada dinding
faring.
Berdasarkan agen penyebab :
1. Faringitis virus
2. Faringitis bakteri
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemerikasaan seroligis
b. Pemerikasaaan sputum untuk mengetahui basil tahan asam
c. Foto torak untuk melihat adanya tuberkolosis paru.
d. Biopsy jaringan untuk mengetahui proses keganasasn serta mencari basil
tahan asam keganasan dijaringan
8. Tindakan pengobatan.
a. Untuk faringitis virus penanganan dilakukan dengan memberikan aspirin atau
asetaminofen cairan dan istiraha baring. Kmpikasi seperti sinutitis atau
pneumonia biasanya disebabkan oleh bakteri Karena danya nekrosis epitel
yang disebabkan oleh virus sehingga untuk mengatasi komplikasi ini
dicadangkan untuk menggunakan antibiotika.
b. Untuk feringitis bakteri paling bail diobati dengan pemberian penisilin G
sebanyak 200.000-250.000 unit, 3-4 kali sehari selama 10 hari, pemberian obat
ini biasanya akan menghasilkan respon klinis yang cepat dengan terjadinya
suhu badan dalam waktu 24 jam. eritromisin atau klindamisin merupakan obat
alin dengan hasil memuaskan jika penderita alergi terhadap penisilin. Jika
19
Modul Keperawatan Medikal bedah
penderita menderita nyeri tenggerokan yang sangat hebat, selain terapi obat
pemberian kompres panas atau dingin pada leher dapat membantu
meringankan nyeri. Berkumur-kumur dengan larutan garam hangat dapat pula
meringankan gejala nyeri tenggorokan dan hal ini dapat disarankan pada anak-
anak yang lebih besar untuk dapat bekerja sama.
B. Diagnosa Keperawatan.
1. Nyeri b/d inflamasi pada tenggorokan.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d secret yang kental ditandai dengan
kesulitan dalam bernafas.
3. Ketidakseimbangan nutrisi b/d kesulitan menelan
20
Modul Keperawatan Medikal bedah
21
Modul Keperawatan Medikal bedah
Daftar pustaka
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah Vol. 2. Edisi 8. Jakarta : EGC
Carpanito, Lynda Jual. 2002. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta
: ECG
Mansjoer, Arif. Et al. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Jilib 1. Edisi 3. Jakarta
Media Aesculapius FKUI
22
Modul Keperawatan Medikal bedah
23
Modul Keperawatan Medikal bedah
24
Modul Keperawatan Medikal bedah
25