Anda di halaman 1dari 25

Modul Keperawatan Medikal bedah

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GANGGUAN SISTEM SENSORIS

A. PENDAHULUAN

Nah sekarang selamat berjumpa di pembelajaran system sensori: pendengaran dan,


modul ini akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan
Sistem persyarafan. Sebagai perawat pelaksana, Anda harus mengetahui tentang sistem
persyarafan dan gangguan yang mungkin terjadi yang dialami oleh pasien yang Anda
rawat di pelayanan kesehatan baik Rumah Sakit, Puskesmas, atau Klinik klinik kesehatan
yang lain. Oleh sebab itu sangat relevan Anda mempelajari modul ini sebagai bekal
pengetahuan Anda dalam memberikan Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistem persyarafan.
Setelah Anda mempelajari materi dalam bab ini dengan sungguh-sungguh, di akhir
proses pembelajaran, Anda diharapkan akan dapat menjelaskan: Bagaimana
melaksanakan
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem persyarafan.
Agar Anda dapat memahami modul ini dengan mudah, maka bab ini dibagi menjadi
dua (2) Topik, yaitu :
Topik 1 : Asuhan Keperawatan Pasien
Topik 2 : Asuhan Keperawatan Pasien
Topik 3 : Asuhan Keperawatan Pasien
Topik 4 : Asuhan Keperawatan Pasien
Topik 5 : Asuhan Keperawatan Pasien
Topik 6 : Asuhan Keperawatan Pasien
Topik 7 : Asuhan Keperawatan Pasien

B. REVIEW ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SENSORIS: PENDENGARAN


Materi Topik ini berfokus pada penjelasan tentang anatomi fisiologi sistem sensoris:
pendengaran

1
Modul Keperawatan Medikal bedah

Topik 1
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Peradangan pada Telinga (Otitis Media)

1. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah selesai mempejari materi pembelajaran yang diuraikan pada Topik 3 ini, Anda
diharapkan akan mampu memahami asuhan keperawatan pasien dengan peradangan pada
telinga (otitis media)

2. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah selesai mempejari materi pembelajaran yang diuraikan pada Topik 3 ini, Anda
diharapkan akan dapat :
a. Menjelaskan pengertian pengertian otitis media
b. Menjelaskan penyebab otitis media
c. Menjelaskan Faktor resiko terjadinya otitis media
d. Menjelaskan gejala otitis media
e. Menjelaskan Pengkajian keperawatan pada pasien otitis media
f. Menjelaskan diagnosa keperawatan pada pasien otitis media
g. Menjelaskan rencana tindakan keperawatan pada pasien otitis media
h. Menentukan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien otitis media
3. Pokok-Pokok Materi
Adapun pokok-pokok materi yang akan Anda pelajari pada Topik 2 ini adalah:
a. Pengertian pengertian otitis media
b. Penyebab otitis media
c. Faktor resiko terjadinya otitis media
d. Gejala otitis media
e. Pengkajian keperawatan pada pasien otitis media
f. Diagnosa keperawatan pada pasien otitis media
g. Rencana tindakan keperawatan pada pasien otitis media
h. Evaluasi tindakan keperawatan pada pasien otitis media

URAIAN MATERI PEMBELAJARAN


1. Pengertian
Nah, menurut Anda apa definisi otitis media? Jawaban Anda coba direnungkan,
setelah Anda mendapatkan jawaban, coba jawaban Anda bandingkan dengan pengertian
otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah termasuk tuba
eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Bagaimana jawaban Anda setelah
dibandingkan. Otitis media terbagi menjadi 2 yaitu otitis media akut dan otitis media kronik.

2
Modul Keperawatan Medikal bedah

1) Otitis media kronik adalah peradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur
tulang di dalam kavum timpani, Otitis media kronik sendiri adalah kondisi
yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan
oleh episode berulang otitis media akut yang tak tertangani. Sering berhubungan
dengan perforasi menetap membrane timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak
hanya mengakibatkan kerusakan membrane timpani tetapi juga dapat
menghancurkan osikulus dan hampir selalu melibatkan mastoid. Sebelum
penemuan antibiotic, infeksi mastoid merupakan infeksi yang mengancam jiwa.
Sekarang, penggunaan antibiotic yang bijaksana pada otitis media akut telah
menyebabkan mastoiditis koalesens akut menjadi jarang.. Otitis media sering
dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun.
2) Otitis media akut adalah keadaan dimana terdapatnya cairan di dalam telinga
tengah dengan tanda dan gejala infeksi. Otitis media akut Adalah peradangan
akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah, yang disebabkan oleh
bakteri atau virus. Otitis media akut bisa terjadi pada semua usia, tetapi paling
sering ditemukan pada anak-anak terutama usia 3 bulan – 3 tahun.

2. P enyebab
Otitis media disebabkan oleh : Streptococcus, Stapilococcus, Diplococcus
pneumonie, Hemopilus influens, Gram Positif : S. Pyogenes, S. Albus, Gram Negatif :
Proteus spp, Psedomonas spp, E. Coli, Kuman anaerob : Alergi, diabetes melitus, TBC
paru.
Proses terjadinya atau patofisiologi otitis media pada umumnya otitis
media dari
nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, kecuali pada kasus yang relatif
jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran timpani.
Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba
eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi
limfoid pada submukosa. Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh
terkumpulnya cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya
telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung
dari nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri
akan menentukan progresivitas penyakit.

3. Gejala
Berdasarkan patofisiologi diatas maka gejala yang muncul pada otitis
media akut adalah gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan
bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral
pada orang dewasa. Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa
tonjolan tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic
(pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah dengan insulator balon
yang dikaitkan ke otoskop), dapat mengalami perforasi. Otorrhea, bila terjadi rupture
membrane tymphani Keluhan nyeri telinga (otalgia), Sakit telinga yang berat dan

3
Modul Keperawatan Medikal bedah

menetap, Terjadi gangguan pendengaran yang bersifat sementara, Pada anak-anak


bisa mengalami muntah, diare dan demam sampai 40,5ºC, Gendang telinga
mengalami peradangan dan menonjol, Demam, Anoreksia. Sedangkan Otitis Media
Kronik muncul gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan
pendengaran dan terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang berbau busuk.
Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post
aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri
biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik membrane timpani
memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa
putih di belakang membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui
lubang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli
otoskopi. Hasil audiometric pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan
kehilangan pendengaran konduktif atau campuran.
Penegakkan diagnosa otitis dapat dilakukan dengan anamnese yaitu otore
terus-
menerus/kumat-kumatan lebih dari 6-8 minggu, pendengaran menurun (tuli). Untuk
meyakinkan maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu fato radiologi
mastoid, audiogram untuk melihat ketulian.
Nah, otitis media perlu dilakukan pengobatan dan perawatan yang serius karena
untuk
menghindari komplikasi,kompllikasi otitis media adalah : Meningitis, Abses
ekstradural, Abses otak
Untuk menghindari komplikasi dan dampak yang lebih serius maka diperlukan
pengobatan. Pengobatan otitis antara lain : 1) Anti biotik : Ampisilin / Amoksilin, (3-4
X 500 mg oral) atau klidomisin (3 X 150 – 300 mg oral) Per hari selama 5 –7 hari, 2)
Pengobatan sumber infeksi di rongga hidung dan sekitarnya, 3) Perawatan pada
otitis dengan perhidoral
3% dan tetes telinga (Kloranphenikol 1- 2%), 4) Pengobatan alergi bila ada riwayat, 4)
Pada stadium kering di lakukan miringoplastik.

4. Asuhan Keperawatan
Nah, setelah Anda belajar tentang konsep dari otitis media, selanjutnya Anda
belajar tentang proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, penyusunan
diagnosa keperawatan, penyusunan rencana tindakan dan penentuan evaluasi.
Pengkajian keperawatan pada pasien otitis media meliputi pengumpulan
data yang
terdiri dari :
a) Identitas Pasien, b) Riwayat adanya kelainan nyeri, c) Riwayat infeksi saluran nafas
atas yang berulang, d) Riwayat alergi. Sedangkan pengkajian fisik meliputi antara lain
: a) Nyeri telinga, b) Perasaan penuh dan penurunan pendengaran, c) Suhu tubuh
Meningkat,
d) Malaise, e) Nausea Vomiting, f) Vertigo, g) Ortore, h) Pemeriksaan dengan
otoskop tentang stadium. Pengkajian psikososial meiputi : a) Nyeri otore

4
Modul Keperawatan Medikal bedah

berpengaruh pada interaksi, b) Aktifitas terbatas, c) Takut menghadapi tindakan


pembedahan.
Pemeriksaan penunjang untuk melihat dampak dari adanya otitis media
meliputi : a) Tes Audiometri : pendengaran menurun, b) X ray : terhadap kondisi
patologi

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


Setelah diagnosa keperawatan tersusun, maka intervensi keperawatan
berdasarkan diagnosa keperawatan meliputi :
a. Nyeri berhungan dengan proses inflamasi pada jaringan telinga tengah, Tujuan :
Penurunan rasa nyeri. Intervensi : Kaji tingkat intensitas klien & mekanisme
koping pasien, Berikan analgetik sesuai indikasi, Alihkan perhatian pasien
dengan menggunakan teknik – teknik relaksasi : distraksi, imajinasi terbimbing.
b. Perubahan sensori / persepsi Auditorius berhungan dengan Gangguan
penghantaran
bunyi pada organ pendengaran. Tujuan : Memperbaiki Komunikasi. Intervensi :
mengurangi kegaduhan pada lingkungan klien, Memandang klien ketika sedang
berbicara, Berbicara jelas dan tegas pada klien tanpa perlu berteriak,
Memberikan pencahayaan yang memadai bila klien bergantung pada gerab
bibir, Menggunakan tanda-tanda nonverbal (mis. Ekspresi wajah, menunjuk,
atau gerakan tubuh) dan bentuk komunikasi lainnya, Instruksikan kepada
keluarga atau orang terdekat klien tentang bagaimana teknik komunikasi yang
efektif sehingga mereka dapat saling berinteraksi dengan klien. Bila klien
menginginkan dapat digunakan alat bantu pendengaran.
c. Gangguan Body Image berhubungan dengan paralysis nervus fasialis. Intervensi :
Kaji tingkat kecemasan dan mekanisme koping klien terlebih
dahuluBeritahukan pada klien kemungkinan terjadinya fasial palsy akibat tindak
lanjut dari penyakit tersebut, Informasikan bahwa keadaan ini biasanya hanya
bersifat sementara dan akan hilang dengan pengobatan yang teratur dan
rutin.
d. Ancietas berhungan dengan prosedur pembedahan ; miringoplasty /
mastoidektomi.
Intervensi : Kaji tingkat kecemasan klien dan anjurkan klien untuk
mengungkapkan kecemasan serta keprihatinannya mengenai pembedahan,
Informasi mengenai pembedahan dan lingkungan ruang operasi penting untuk
diketahui klien sebelum pembedahan, Mendiskusikan harapan pasca operatif
dapat membantu mengurangi ansietas mengenai hal – hal yang tidak diketahui
pasien.

Langkah yang terakhir dalam asuhan keperawatan pada pasien otitis media
adalah evaluasi, dimana evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi
keperawatan sehubungan dengan keluhan dan pemeriksaan fisik menunjukkan hasil
yang normal. Intervensi dikatakan efektif bila tingkah laku pasien sesuai dengan

5
Modul Keperawatan Medikal bedah

tujuan yang ditetapkan. Dalam evaluasi, perawat melakukan pengkajian ulang


tentang keluhan dan terapi yang diberikan pada pasien serta perilaku pasien setelah
melakukan implementasi dari intervensi. Evaluasi menggunakan observasi, mengukur
dan wawancara dengan pasien.

Ringkasan

Otitis media merupakan peradangan pada telinga tengah Otitis media terbagi
menjadi 2 yaitu otitis media akut dan otitis media kronik. Proses terjadinya atau
patofisiologi otitis media pada umumnya dari infeksi nasofaring yang kemudian
menyebar telinga tengah. diagnosa otitis dapat ditegakkan melalui anamnese yaitu
otore terus-menerus/kumat- kumatan lebih dari 6-8 minggu, pendengaran menurun
(tuli). Untuk meyakinkan maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu fato
radiologi mastoid. Untuk mencegah terjadinya komplikasi yang serius maka
diperlukan pengobatan dengan memberikan antibiotik tetes dan pembersihan pada
sekret dengan memberikan tetes telinga. Diagnosa keperawatan utama yang muncul
pada pasien ini adalah Nyeri berhungan dengan proses inflamasi pada jaringan
telinga tengah.

Tes 1

Pilihlah satu jawaban yang


paling tepat!
1) Otitis media merupakan peradangan pada ....
A. Semua bagian telinga
B. Telinga dalam
C. Telinga tengah
D. Telinga luar

2) Penyebab terbanyak dari otitis media adalah ….


A. Infeksi pada nasofaring
B. Penggunaan earphone
C. Mengkorek telinga
D. Kemasukan air
3) Salah satu cairan yang dipergunakan untuk membersihkan sekret pada otitis
media adalah ….
A. Betadin
B. Perhidrol
C. Alkohol

6
Modul Keperawatan Medikal bedah

D. Iodine
4) Salah satu obat tetes yang dipakai pada pasien otitis adalah ....
A. Kloramphenikol
B. Dexametason
C. Kalmetason
D. Betadine cair

5) Pemeriksaan audiometri bertujuan untuk melihat ....


A. Membedakan otitis akut dan kronik
B. Memastikan adanya otitis
C. Stadium otitis
D. Ketulian
6) Diagnosa keperawatan utama pada pasien otitis media adalah ….
A. Body image
B. Ketulian
C. Ansietas
D. Nyeri
7) Salah satu intervensi dari diagnosa keperawatan utama pada pasien otitis adalah
A. Ukur tingkat ketulian
B. Jelaskan penyebab
C. kaji tingkat nyeri
D. Berikan obat tetes

8) Salah satu ciri dari otitis media akut adalah....


A. Biasanya ditemukan pada anak usia 3 bulan-3 tahun
B. Adanya infeksi pada nasofaring
C. Banyak sekret yang keluar
D. Nyeri yang hebat

9) Komplikasi dari otitis adalah ….


A. Meningitis
B. Kejang
C. Batuk
D. Tuli
10) Obat pilihan untuk otitis adalah ….
A. Analgesik
B. Antibiotik
C. Antipiretik
D. Antiemetik

Bagaimana jawaban Anda? Tentunya ke sepuluh soal tadi sudah selesai Anda

7
Modul Keperawatan Medikal bedah

kerjakan. Jika belum, cobalah pelajari kembali materi yang masih kurang Anda
pamahami dan jangan lupa kerjakan soal formatif yang belum selesai Anda kerjakan.
Apabila semua soal formatif sudah selesai Anda kerjakan, periksalah jawaban Anda
dengan menggunakan kunci jawaban yang disediakan pada bagian akhir bab ini.
Bagaimana hasil jawaban Anda? Semoga semua jawaban Anda benar. Nah,
selamat atas keberhasilan Anda. Apabila belum sepenuhnya berhasil atau belum
mencapai 80% benar, sebaiknya Anda pelajari kembali materi pembelajaran Topik 1
terutama materi pembelajaran yang belum Anda pahami. Setelah itu, cobalah
kerjakan kembali soal formatif Topik 1. Semoga kali ini Anda dapat menyelesaikan
dengan benar.
Bagaimana? Apabila memang Anda telah berhasil menyelesiakan semua soal
formatif
dengan benar atau setidak-tidaknya 80% benar, Anda diperkenankan untuk
mempelajari materi pembelajaran yang diuraikan pada Topik 3. Selamat belajar dan
sukses mempelajari materi pembelajaran Topik 3.

Topik 2

8
Modul Keperawatan Medikal bedah

Asuhan Keperawatan Vertigo

A. Definisi
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan
atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut
terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita.
Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular,
system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk
memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem
system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita
merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap
lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk
linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita
vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu
gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata. (Lumban Tobing. S.M, 2003)

Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala,
penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau
bergerak naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi
efiaty dan Nurbaiti, 2002).

B. Etiologi
1. Otologi 24-61% kasus
a) Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
b) Meniere Desease
c) Parese N VIII Uni/bilateral
d) Otitis Media
2. Neurologik 23-30% kasus
a) Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum
b) Ataksia karena neuropati
c) Gangguan visus
d) Gangguan serebelum
e) Gangguan sirkulasi LCS
f) Multiple sklerosis
g) Vertigo servikal
3. Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler
a) Tekanan darah naik turun
b) Aritmia kordis
c) Penyakit koroner
d) Infeksi
e) < glikemia

9
Modul Keperawatan Medikal bedah

f) Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,


4. Psikiatrik > 50% kasus
a) Depresi
b) Fobia
c) Anxietas
d) Psikosomatis
5. Fisiologik Melihat turun dari ketinggian.

C. Manifestasi
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-
kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa
kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi
lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata
merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan
tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke
tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi
hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya
vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali
pasien merasa cemas.
Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan
melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi
oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes
ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :
1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri
atau lingkungan
2. Merasakan mual yang luar biasa
3. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
4. Gerakan mata yang abnormal
5. Tiba - tiba muncul keringat dingin
6. Telinga sering terasa berdenging
7. Mengalami kesulitan bicara
8. Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar
9. Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan

D. Komplikasi
1. Cidera fisik Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.

10
Modul Keperawatan Medikal bedah

2. Kelemahan otot Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas.
Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu
lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan otot.

E. Pemeriksaan Penunjang
Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk
pemeriksaan diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo
antara lain:
1. Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan mata
b) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c) Pemeriksaan neurologik d) Pemeriksaan otologik
e) Pemeriksaan fisik umum
2. Pemeriksaan khusus
a) ENG
b) Audiometri dan BAEP
c) Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan
a) Radiologik dan Imaging
b) EEG, EMG

F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :
a) Anti kolinergik Sulfas Atropin : 0,4 mg/im Scopolamin : 0,6 mg IV bisa
diulang tiap 3 jam b) Simpatomimetika Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30
menit
c) Menghambat aktivitas nukleus vestibuler Golongan antihistamin

2. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring
diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
b) Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan
subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya
neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa dengan memfiksir
pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau jari
yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring dengan
kedua mata ditutup.
c) Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan
terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental
disertai fiksasi visual yang kuat.

11
Modul Keperawatan Medikal bedah

d) Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah
dehidrasi.
e) Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut
yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau
kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan
berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang
meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan
vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan
bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo menghilang
setelah beberapa hari.
f) Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda.
Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk
gangguan vestibular akut.

G. Asuhan Keperawatan
a) Aktivitas / Istirahat Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata,
kesulitan membaca, insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala,
sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena
perubahan cuaca.
b) Sirkulasi Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat,
wajah tampak kemerahan
c) Integritas Ego
Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan,
keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan
selama sakit kepala, mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
d) Makanan dan cairan Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat,
bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog,
MSG (pada migrain), mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), penurunan berat
badan
e) Neurosensoris
Pusing, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru
terjadi, trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual, sensitif
terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan
progresif/paralysis satu sisi tempore, perubahan pada pola bicara/pola pikir, mudah
terangsang, peka terhadap stimulus, penurunan refleks tendon dalam, papiledema.
f) Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan
otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada
daerah wajah, fokus menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional / perilaku
tak terarah seperti menangis, gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang,
frigiditas vokal.

12
Modul Keperawatan Medikal bedah

g) Keamanan Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara
berjalan, parastesia, paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan
sinus).
h) Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan
penyakit
i) Penyuluhan/ Pembelajaran Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada
keluarga, penggunaan alkohol/obat lain termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone,
menopause.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko jatuh b.d kerusakan keseimbangan (N. VIII)
b. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
c. Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan
d. Gangguan persepsi pendengaran b.d tinitus
e. Koping individu tidak efektif b.d metode koping tidak adekuat

3. Intervensi Keperawatan
a) Resiko jatuh b.d Kerusakan keseimbangan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah risiko
jatuh dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya
2) Klien dapat mengantisipasi resiko terjadinya jatuh
Intervensi:
1) Kaji tingkat energi yang dimiliki klien
2) Berikan terapi ringan untuk mempertahankan kesimbangan
3) Ajarkan penggunaan alat-alat alternatif dan atau alat-alat bantu untuk aktivitas
klien
4) Berikan pengobatan nyeri (pusing) sebelum aktivitas

Topik 3
Asuhan Keperawatan Tonsilitis

A. DEFINISI

13
Modul Keperawatan Medikal bedah

Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Radang
tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada
faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis.

B. ETIOLOGI
Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut di
bawah ini yaitu :

1. Streptokokus Beta Hemolitikus


2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet
infections )

C. PROSES PATOLOGI
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan
menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem
limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan
terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat
menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan
dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada
tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam
tinggi bau mulut serta otalgia.

D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah :
1. nyeri tenggorok
2. nyeri telan
3. sulit menelan
4. demam
5. mual
6. anoreksia
7. kelenjar limfa leher membengkak
8. faring hiperemis
9. edema faring
10. pembesaran tonsil
11. tonsil hiperemia
12. mulut berbau
13. otalgia ( sakit di telinga )
14. malaise
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

14
Modul Keperawatan Medikal bedah

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa


tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. Leukosit : terjadi peningkatan
2. Hemoglobin : terjadi penurunan
3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan baik
adalah :
1. tonsilitis kronis
2. otitis media
G. PENATALAKSANAAN
Penanganan pada klien dengan tonsilitis akut adalah :
1. penatalaksanaan medis
 antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin,
eritromisin dll
 antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
 analgesik
2. penatalaksanaan keperawatan
 kompres dengan air hangat
 istirahat yang cukup
 pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
 kumur dengan air hangat
 pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien

H. FOKUS PENGKAJIAN
1. keluhan utama
sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll
2. riwayat penyakit sekarang : serangan, karakteristik, insiden, perkembangan,
efek terapi dll
3. riwayat kesehatan lalu
 riwayat kelahiran
 riwayat imunisasi
 penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis media )
 riwayat hospitalisasi
4. pengkajian umum
usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll

5. pernafasan
kesulitan bernafas, batuk
ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
 T0 : bila sudah dioperasi

15
Modul Keperawatan Medikal bedah

 T1 : ukuran yang normal ada


 T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
 T3 : pembesaran mencapai garis tengah
 T4 : pembesaran melewati garis tengah
6. nutrisi
sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan
minum, turgor kurang
7. aktifitas / istirahat
anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
8. keamanan / kenyamanan
kecemasan anak terhadap hospitalisasi

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada tonsilitis akut adalah :

1. hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil


2. nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil
3. resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
adanya anoreksia
4. intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
5. gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya obstruksi
pada tuba eustakii

J. FOKUS INTERVENSI
1. DP : hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada tonsil
Intervensi :
 Pantau suhu tubuh anak ( derajat dan pola ), perhatikan menggigil atau tidak
 Pantau suhu lingkungan
 Batasi penggunaan linen, pakaian yang dikenakan klien
 Berikan kompres hangat
 Berikan cairan yang banyak ( 1500 – 2000 cc/hari )
 Kolaborasi pemberian antipiretik
2. DP : nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil
Intervensi :
 Pantau nyeri klien(skala, intensitas, kedalaman, frekuensi )
 Kaji TTV
 Berikan posisi yang nyaman
 Berikan tehnik relaksasi dengan tarik nafas panjang melalui hidung dan
mengeluarkannya pelan – pelan melalui mulut
 Berikan tehnik distraksi untuk mengalihkan perhatian anak
 Kolaborasi pemberian analgetik
3. DP : resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan adanya anoreksia

16
Modul Keperawatan Medikal bedah

Intervensi :
 Kaji conjungtiva, sclera, turgor kulit
 Timbang BB tiap hari
 Berikan makanan dalam keadaan hangat
 Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi seringsajikan makanan dalam bentuk
yang menarik
 Tingkatkan kenyamanan lingkungan saat makan
 Kolaborasi pemberian vitamin penambah nafsu makan
4. DP : intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
Intervensi :
 Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
 Observasi adanya kelelahan dalam melakukan aktifitas
 Monitor TTV sebelum, selama dan sesudah melakukan aktifitas
 Berikan lingkungan yang tenang
 Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi klien
5. DP : gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya obstruksi
pada tuba eustakii
Intervensi :
 Kaji ulang gangguan pendengaran yang dialami klien
 Lakukan irigasi telinga
 Berbicaralah dengan jelas dan pelan
 Gunakan papan tulis / kertas untuk berkomunikasi jika terdapat kesulitan dalam
berkomunikasi
 Kolaborasi pemeriksaan audiometri
 Kolaborasi pemberian tetes telinga

Topik 4
Asuhan Keperawatan Faringitis

1. Pengertian

17
Modul Keperawatan Medikal bedah

a. Faringitis dalam bahasa latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan


yang menyerang tenggerokan atau faring yang disebabkan oleh bakteri dan
virus tertentu. Kadang juga disebut radang tenggerokan.(Wikipedia.com)
b. Faringitis adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus dan bakteri,
yang ditandai oleh adanya nyeri tenggrokan, faring eksudat dan hiperemis,
demam, pembesaran limfonodi leher dan malaise. (Vincent, 2004)
c. Faringitis adalah imflamasi febris yang disebabkan oleh infeksi virus yang tak
terkomplikasi biasanya akan menghilang dalam 3 sampai 10 setelah awitan.

2. Epidemiologi
Faringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin, tetapi
frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak. Faringitis akut jarang ditemukan
pada usia dibawah 1 tahun. Insedensi meningkat dan mencapai puncaknya pada usia
4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa nak- anak dan kehidupan
dewasa. Kematian akibat faringitis jarang terjadi, tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari
komplikasi penyakit ini.

3. Etilogi
Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh
virus, termasuk virus penyebabnya common cold, flu, adenovirus. Bakteri yang
menyebabkan faringitis adalah streptokokus grup A, pneumukokus, dan basilus
influenza. Faringitis juga bisa timbul akibat iritasi debu kering, meroko, alergi, trauma
tenggorok (misalnya akibat tindakan intubsi), penyakit refluks asam lambung, jamur,
menelan racun, tumor.

4. Tanda Dan Gejala


Yang sering muncul pada faring adalah:
1) Nyeri tenggorok dan nyeri menelan
2) Tonsil menjadi berwarna merah danmembengkak
3) Mukosa yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup
oleh selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan pus (nanah).
4) Demam.
5) Pembesaran kelenjar getah bening di leher.

Setelah bakteri atau virus mencapai sistemik maka gejala – gelaja sistemik akan
muncul :
1) Lesu dan lemah, nyeri pada sendi – sendi otot, tidak nafsu makan dan nyeri pada
telinga
2) Peningkatan jumlah sel darah putih

18
Modul Keperawatan Medikal bedah

6. Klasifikasi
Berdasarkan lama berlangsungnya
a. Faringitis akut, adalah radang tenggorokan yang disebabkan oleh virus dan
bakteri yaitu streptkokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil
masih berwarna merah, malaise, nyeri tenggerokan dan kadang disertai demam
dan batuk. Faringitis ini terjadi masih baru, belum berlangsung lama.
b. Faringitis kronik, radang tenggorokan yang sudah berlangsung dalam waktu yang
lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang
menjanggal ditenggerokan. Faringitis kronik umumnya terjadi pada individu
dewasa yang bekerja atau tinggal dalam lingkunga yang berdebu, menggunakan
suara yang berlebihan, menderita batuk kronik, dan kebiasaaan mengkomsumsi
alkohol dan tembakau.faringitis kronik dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Faringitis hipertropi ditandai dengan penebalan umum dan kogesti
membrane mukosa.
2. Faringitis atrpi kemungkinan merupakan tahap lanjut dari jenis pertama
(membrane tipis, keputihan ,licin, dan pada waktunya berkerut).
3. Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan folikel limpe pada dinding
faring.
Berdasarkan agen penyebab :
1. Faringitis virus
2. Faringitis bakteri

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemerikasaan seroligis
b. Pemerikasaaan sputum untuk mengetahui basil tahan asam
c. Foto torak untuk melihat adanya tuberkolosis paru.
d. Biopsy jaringan untuk mengetahui proses keganasasn serta mencari basil
tahan asam keganasan dijaringan

8. Tindakan pengobatan.
a. Untuk faringitis virus penanganan dilakukan dengan memberikan aspirin atau
asetaminofen cairan dan istiraha baring. Kmpikasi seperti sinutitis atau
pneumonia biasanya disebabkan oleh bakteri Karena danya nekrosis epitel
yang disebabkan oleh virus sehingga untuk mengatasi komplikasi ini
dicadangkan untuk menggunakan antibiotika.
b. Untuk feringitis bakteri paling bail diobati dengan pemberian penisilin G
sebanyak 200.000-250.000 unit, 3-4 kali sehari selama 10 hari, pemberian obat
ini biasanya akan menghasilkan respon klinis yang cepat dengan terjadinya
suhu badan dalam waktu 24 jam. eritromisin atau klindamisin merupakan obat
alin dengan hasil memuaskan jika penderita alergi terhadap penisilin. Jika

19
Modul Keperawatan Medikal bedah

penderita menderita nyeri tenggerokan yang sangat hebat, selain terapi obat
pemberian kompres panas atau dingin pada leher dapat membantu
meringankan nyeri. Berkumur-kumur dengan larutan garam hangat dapat pula
meringankan gejala nyeri tenggorokan dan hal ini dapat disarankan pada anak-
anak yang lebih besar untuk dapat bekerja sama.

9. Asuhan keperawatan pada klien faringitis


A. Pengkajian.
1) Biodata
2) Keluhan utama
3) Riwayat kesehatan
4) Riwayat kesehatan masa lau
5) Riwayat kesehatan keluarga
6) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : kemerahan pada faring, adanya pembengkakan didaerah
leher.
b. Palpasi : adanya kenaikan suhu pada bagian leher, adanya nyeri tekan.
c. TTV : suhu tubuh mengalami kenaikan, nadi menungkat dan nafasnya
cepat.

B. Diagnosa Keperawatan.
1. Nyeri b/d inflamasi pada tenggorokan.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d secret yang kental ditandai dengan
kesulitan dalam bernafas.
3. Ketidakseimbangan nutrisi b/d kesulitan menelan

C. Perencanan Keperawatan Dan Rasionalnya. :


1.Nyeri b/d inflamasi pada tenggorokan
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharaphan nyeri klien berkurang
Intervensi :
1) Kaji nyeri, Catat lokasi, karakterhistik, skala dan selidiki serta laporan
perubahan nyeri yang tepat
2) Pantau TTV
3) Berikan analgetik sesuai indikasi
2 . Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d secret yang kental ditandai dengan
kesulitan dalam bernafas

Tujuan : diharapkan pasien dapat bernafas dengan


lancer/efektif.
Intervensi :
1. Identifikasi kualitas atau kedalaman nafas pasien.

20
Modul Keperawatan Medikal bedah

2. Anjurkan untuk minum air hangat.


3. Ajari pasien untuk batuk efektif.
4. Kolaborasi untuk pemberian ekspektoan.

21
Modul Keperawatan Medikal bedah

Daftar pustaka

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah Vol. 2. Edisi 8. Jakarta : EGC

Carpanito, Lynda Jual. 2002. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta
: ECG

Mansjoer, Arif. Et al. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Jilib 1. Edisi 3. Jakarta
Media Aesculapius FKUI

22
Modul Keperawatan Medikal bedah

23
Modul Keperawatan Medikal bedah

24
Modul Keperawatan Medikal bedah

25

Anda mungkin juga menyukai