Anda di halaman 1dari 61

MAKALAH

MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL JIWA


(MPKP JIWA)

Disusun Oleh kelompok 15:

Runsia 21230162P
Leti Citralia 21230155P
Hospito 21230064P
Ayut Riani 21230154P
Sindri
Alwaliyu

KEPERAWATAN JIWA II
Ns. Dilfera Hermiati, S.Kep., MKM

UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU


S1 KEPERAWATAN KONVERSI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MKKP Jiwa ”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai penyakit ini, serta
mengetahui tentang jalan penyakit “MKKP Jiwa”. Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah
“Keperawatan Jiwa II”.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Terima kasih kepada Ns. Dilfera Hermiati,S.Kep.,MKM selaku dosen
pengajar , yang telah membimbing dalam proses penyelesaian makalah ini.
Makalah ini menurut kami masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan. Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua yang membacanya.

Bengkulu , Desember 2022

Penulis

ii
A. Konsep MPKP di Rumah Sakit Jiwa
Di rumah sakit jiwa telah dikembangkan MPKP dengan memodifikasi MPKP yang telah
dikembangkan di rumah sakit umum. Beberapa modifikasi yang dilakukan meliputi 3 jenis yaitu:
1. MPKP Transisi
MPKP dasar yang tenaga perawatnya masih ada yang berlatar belakang pendidikan SPK,
namun Kepala Ruangan dan Ketua Timnya minimal dari D3 Keperawatan
2. MPKP Pemula
MPKP dasar yang semua tenaganya minimal D3 Keperawatan.
3. MPKP Profesional dibagi 3 tingkatan yaitu
 MPKP I
MPKP dengan tenaga perawat pelaksana minimal D3 keperawatan tetapi Kepala
Ruangan (Karu) dan Ketua Tim (Katim) mempunyai pendidikan minimal S1
Keperawatan.
 MPKP II
MPKP Intermediate dengan tenaga minimal D3 Keperawatan dan mayoritas Sarjana
Ners keperawatan, sudah memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa.
 MPKP III
MPKP Advance yang semua tenaga minimal Sarjana Ners keperawatan, sudah
memiliki tenaga spesialis keperawatan jiwa dan doktor keperawatan yang bekerja di
area keperawatan jiwa.

B. Pilar MPKP
Pilar-pilar professional diaplikasikan dalam bentuk aktivitas-aktivitas pelayanan
professional yang dipaparkan dalam bentuk 4 modul. Modul-modul tersebut adalah:
 Modul I : Management Approach
 Modul II : Compensatory Reward
 Modul III : Professional Relationship
 Modul IV : Patient Care Delivery

1
C. Perencanaan di Ruang MPKP
Kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi,
filosofi dan kebijakan. Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah perencanaan
jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan harian, bulanan dan tahunan.

1. Visi di Ruang MPKP


Visi adalah pernyataan singkat yang menyatakan mengapa organisasi itu dibentuk serta
tujuan organisasi tersebut. Visi perlu dirumuskan sebagai landasan perencanaan organisasi.
Contoh visi di Ruang MPKP RSMM Bogor adalah “Mengoptimalkan kemampuan hidup klien
gangguan jiwa sesuai dengan kemampuannya dengan melibatkan keluarga.”

2. Misi Di Ruang MPKP


Misi adalah pernyataan yang menjelaskan tujuan organisasi dalam mencapai visi yang
telah ditetapkan. Contoh misi di Ruang MPKP di RSMM Bogor adalah “Memberikan pelayanan
prima secara holistik meliputi bio, psiko, sosio dan spiritual dengan pendekatan keilmuan
keperawatan kesehatan jiwa yang professional.”

3. Filosofi di Ruang MPKP


Filosofi adalah seperangkat nilai-nilai yang mengakar dan menjadi rujukan semua
kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan dan arahan seluruh perencanaan jangka panjang.
Nilai-nilai dalam filosofi dapat lebih dari satu.
Beberapa contoh pernyataan filosofi :
Individu memiliki harkat dan martabat
Individu mempunyai tujuan tumbuh dan berkembang
Setiap individu memiliki potensi berubah
Setiap orang berfungsi holistik (berinteraksi dan bereaksi terhadap lingkungan)

4. Kebijakan di ruang MPKP


Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam pengambilan
keputusan. Contoh kebijakan di ruang MPKP RSMM Bogor:
“Kepala Ruangan MPKP dipilih melalui fit and proper test”

2
5. Rencana Jangka Pendek di Ruang MPKP
Rencana jangka pendek yang diterapkan di ruang MPKP terdiri dari rencana harian,
bulanan dan tahunan.
a. Rencana Harian
Rencana harian adalah kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan
perannya masing-masing, yang dibuat pada setiap shift. Isi kegiatan disesuaikan dengan
peran dan fungsi perawat. Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan dan
dilengkapi pada saat operan dan pre conference.
 Rencana Harian Kepala Ruangan
Isi rencana harian Kepala Ruangan meliputi:
- Asuhan keperawatan,
- Supervisi Katim dan Perawat pelaksana
- Supervisi tenaga selain perawat dan kerja sama dengan unit lain yang
terkait. Contoh Rencana Harian Kepala Ruangan dapat dilihat pada Tabel I.1.

Tabel I.1. Rencana Harian Kepala Ruangan


Nama : Ruangan : Tangga l:
Jumlah perawat: Jumlah pasien :
Waktu Kegiatan Keterangan
07.00 Operan
Pre conference (jika jumlah tim lebih dari 1),
mengecek SDM dan sarana prasarana.
08.00 Mengecek kebutuhan pasien (pemeriksaan, kondisi dll)
09.00 Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien
yang memerlukan perhatian khusus
10.00 Melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana
Perawat 1........................................(nama)
……………………………………(tindakan)
Perawat 2........................................(nama)
……………………………………(tindakan)
Perawat 3........................................(nama)

3
……………………………………(tindakan)
11.00 Hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat
terstruktur/insidentil
12.00 Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan
yang belum teratasi
Ishoma
13.00 Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan
keperawatan untuk sore, malam dan esok hari sesuai
tingkat ketergantungan pasien
Mengobservasi post conference
14.00 Operan

 Rencana Harian Ketua Tim


Isi rencana harian ketua tim adalah:
- Penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang menjadi tanggung
jawabnya
- Melakukan supervisi perawat pelaksana
- Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain.
- Alokasi pasien sesuai perawat yang dinas
Contoh Rencana Harian Ketua Tim dapat dilihat pada Tabel I.2.

Tabel I.2. Rencana Harian Ketua Tim


Nama Perawat: Ruangan: Tanggal:
Nama pasien :
1. 4.
2. 5.
3. 6.
Waktu Kegiatan Keterangan
07.00 Operan
Pre conference (jika jumlah anggota tim lebih dari 1
orang)

4
Membimbing makan dan memberi obat pasien
08.00 Pasien 1…...................................(tindakan)
Pasien 2…...................................(tindakan)
Pasien 3….....................................(tindakan)
09.00 Supervisi perawat (dapat diatur sesuai kondisi dan
kebutuhan)
Perawat 1......................................(nama)
…………………………………..(tindakan)
Perawat 2......................................(nama)
.......................................................(tindakan)
10.00 Memimpin Terapi Aktivitas Kelompok
11.00 Pasien 1…...................................(tindakan)
Pasien 2…...................................(tindakan)
Pasin 3…......................................(tindakan)
12.00 Membimbing makan dan memberi obat pasien
Ishoma
13.00 Post conference dan menulis dokumentasi
Memeriksa kelengkapan dokumentasi askep
Alokasi pasien sesuai dengan perawat yang dinas
14.00 Operan

 Rencana Harian Perawat Pelaksana


Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah
pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shif sore
dan malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim maka perawat tersebut
berperan sebagai ketua tim dan perawat pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre dan
post conference.
Contoh Rencana Harian Perawat Pelaksana dapat dilihat pada Tabel I.3.

5
Tabel I.3. Rencana Harian Perawat Pelaksana
Nama perawat : Ruangan : Tanggal:
Nama pasien :
1. 4.
2. 5.
3. 6.
Waktu Kegiatan Ket
07.00 14.00 21.00 Operan
Pre conference (jika 1 tim lebih dari 1 orang)
Membimbing makan dan memberikan obat (dinas
pagi)
08.00 15.00 22.00 Pasien 1….......................................(tindakan)
Pasien 2….......................................(tindakan)
Pasien 3….......................................(tindakan)
09.00 16.00 23.00 Pasien 4….......................................(tindakan)
Pasien 5….......................................(tindakan)
Pasien 6….......................................(tindakan)
10.00 17.00 24.00 Pasien 1….......................................(tindakan)
Pasien 2….......................................(tindakan)
Pasien 3….......................................(tindakan)
11.00 18.00 05.00 Pasien 4….......................................(tindakan)
Pasien 5….......................................(tindakan)
Pasien 6….......................................(tindakan)
12.00 19.00 Membimbing makan dan memberi obat pasien
Istirahat
13.00 20.00 06.00 Post Conference (jika tim lebih dari satu orang) dan
dokumentasi askep
14.00 21.00 07.00 Operan

6
 Penilaian Rencana Harian Perawat
Untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan melalui observasi
menggunakan instrumen jurnal rencana harian (Tabel I.4). Setiap Ketua Tim
mempunyai instrumen dan mengisinya setiap hari. Pada akhir bulan dapat dihitung
presentasi pembuatan rencana harian masing-masing perawat.

Tabel I.4. Dokumentasi Pembuatan Rencana Harian (RH) Perawat


Bulan :
No Nama Perawat 1 2 3 4 5 6 7 30 Jml %
1 Ali    0     0   9 100
2 Adi -     0      9 90
3 Ani   0     0    9 100
4 Ami 0    0     0  8 100
5 Aki -    0       9 90
6 Bona 0    -     0  8 88,9
7 Buni   0     0    9 100
8 Buri    0     0   9 100
Keterangan ( ) Perawat membuat rencana harian
(-) Perawat tidak membuat rencana harian
(0) Perawat libur
Presentasi RH = Jumlah RH yg dibuat x 100%
Jumlah hari dinas pd bulan tersebut

b. Rencana Bulanan
 Rencana Bulanan Karu
Setiap akhir bulan Kepala Ruangan melakukan evaluasi hasil keempat pilar atau nilai
MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut kepala ruangan akan membuat rrencana
tindak lanjut dalan rangka peningkatan kualitas hasil. Kegiatan yang mencakup
rencana bulanan karu adalah:
- Membuat jadual dan memimpin case conference

7
- Membuat jadual dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
- Membuat jadual dinas
- Membuat jadual petugas TAK
- Membuat jadual dan memimpin rapat bulanan perawat
- Melakukan jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan
- Membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana
- Melakukan audit dokumentasi
- Membuat laporan bulanan
Contoh Rencana Bulanan Kepala Ruangan dapat dilihat pada Tabel I.5.

Tabel I.5. Rencana Bulanan Kepala Ruangan

RENCANA KEGIATAN BULANAN KEPALA RUANGAN MPKP


Bulan :
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
1 2 3 4 5 6 7
Rapat Rgn Supervisi Audit dok Supervisi Audit dok Penkes Klp
LapBul Katim PA Klg
8 9 10 11 12 13 14
Rapat Supervisi Audit dok Supervisi Audit dok Case Conf
koord Katim PA
15 16 17 18 19 20 21
Supervisi Audit dok Supervisi Audit dok Penkes Klp
Katim PA Klg
22 23 24 25 26 27 28
Menyusun Supervisi Audit dok Supervisi Audit dok Case Conf
jadwal Katim PA
Dinas
29 30 31
Rapat Supervisi Audit dok
Koord Katim

8
Mengetahui
Kepala
Ruangan

 Rencana Bulanan Ketua Tim


Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan yang
dilakukan ditimnya. Kegiatan-egiatan yang mencakup rencana bulanan katim adalah:
- Mempresentasikan kasus dalam case conference
- Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga
- Melakukan supervisi perawat pelaksana
Contoh Rencana Bulanan Ketua Tim dapat dilihat pada Tabel I.6.

Tabel I.6. Rencana Bulanan Ketua Tim


RENCANA KEGIATAN BULANAN KETUA TIM MPKP
Bulan :
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
1 2 3 4 5 6 7
Rapat Supervisi Supervisi Supervisi Supervisi Case Conf
Ruangan PA PA PA PA Penkes Klg
8 9 10 11 12 13 14
Alokasi Supervisi Supervisi Supervisi Supervisi Case Conf
pasien PA PA PA PA Penkes Klg
15 16 17 18 19 20 21
Alokasi Supervisi Supervisi Supervisi Supervisi Case Conf
pasien PA PA PA PA Penkes Klg
22 23 24 25 26 27 28
Menyusun Supervisi Supervisi Supervisi Supervisi Case Conf
jadwal PA PA PA PA Penkes Klg

9
dinas Tim
29 30 31
Menyusun Koordinasi Menyusun
Laporan dg Katim Laporan
Tim menyusun Bulanan
Lap Bln
Ketua Tim Kepala Ruangan

( ……………………..) ( ………………………)

c. Rencana Tahunan
Setiap akhir tahun kepala ruangan melakukan evalusi hasil kegiatan dalam satu tahun
yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan
berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup:
 Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses kegiatan
(aktivitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional) serta evaluasi
mutu pelayanan
 Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim.
 Penyegaran terkait dengan materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah
pencapaiannya. Ini bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP
bahkan meningkatkannnya di masa mendatang
 Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karir perawat
(pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk melanjutkan
pendidikan formal, membuat jadual untuk mengikuti pelatihan-pelatihan.

D. Pengorganisasian di Ruang MPKP


Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP menggunakan pendekatan
Sistem Penugasan Modifikasi Keperawatan Tim-Primer. Secara vertikal ada Kepala Ruangan,
Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana. Setiap Tim bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.
Pengorganisasian di Ruang MPKP terdiri dari:

10
 Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu organisasi (Sutopo,
2000). Pada pengertian stuktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan
menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan
atau dikoordinasikan. Struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi pekerjaan
 Daftar Dinas Ruangan
Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penanggung jawab dinas/shift.
 Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama perawat dalam
tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi perawat saat menjalankan dinas di tiap shift.

1. Struktur Organisasi Ruang MPKP


Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem penugasan Tim-primer
keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh Kepala Ruangan yang membawahi dua atau lebih
Ketua Tim. Ketua Tim berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa Perawat
Pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok pasien.
Struktur Organisasi tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan (Bagan 1.1).

Bagan 1.1. Struktur Organisasi Ruangan MPKP


KEPALA RUANGAN

TIM I TIM II

KETUA TIM KETUA TIM

ANGGOTA TIM ANGGOTA TIM

8 – 10 Klien 8 – 10 Klien

11
2. Mekanisme Pelaksanaan Pengorganisasian di Ruang MPKP
a. Kepala ruangan membagi perawat yang ada menjadi 2 Tim dan tiap tim diketuai
masing-masing oleh seorang ketua Tim yang terpilih melalui test.
b. Kepala Ruangan bekerja sama dengan Ketua Tim mengatur jadwal dinas (pagi, sore,
malam)
c. Kepala Ruangan membagi klien untuk masing-masing Tim.
d. Apabila suatu ketika satu Tim kekurangan Perawat Pelaksana karena kondisi tertentu,
Kepala Ruangan dapat memindahkan perawat pelaksana dari tim lain ke Tim yang
mengalami kekurangan anggota
e. Ketua Tim menunjuk penanggung jawab shift sore, malam, dan pagi apabila karena
sesuatu hal kepala ruangan sedang tidak bertugas. Untuk itu yang dipilih adalah
perawat yang paling kompeten dari perawat yang ada. Sebagai pengganti Kepala
Ruangan adalah Ketua Tim, sedangkan jika Ketua Tim berhalangan, tugasnya
digantikan oleh anggota tim (perawat pelaksana) yang paling kompeten di antara
anggota tim.
f. Ketua Tim menetapkan perawat pelaksana untuk masing-masing pasien.
g. Ketua Tim mengendalikan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien baik yang
diterapkan oleh dirinya maupun oleh Perawat Pelaksana anggota Timnya
h. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan Jiwa lain dilakukan oleh Ketua Tim. Bila Ketua
Tim karena suatu hal tidak sedang bertugas maka tanggung jawabnya didelegasikan
kepada perawat paling ekspert yang ada di dalam tim
i. Masing-masing Tim memiliki Buku Komunikasi
j. Perawat Pelaksana melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien yang menjadi
tanggung jawabnya
Pelaksanaan struktur organisasi dapat di observasi dengan menggunakan instrumen pada Tabel
I.7:
Tabel I.7. Evaluasi Kegiatan Menyusun Struktur Organisasi
No Aspek yang di Nilai Dilakukan Tidak dilakukan Keterangan
01 Menggambarkan
kedudukan kepala
ruangan

12
02 Adanya posisi tim I
dan II
03 Gambaran jumlah
perawat pelaksana
04 Jumlah pasien yang
dikelola
Keterangan :
Nilai Aktivitas Penyusunan Struktur Organisasi:
Dilakukan 1
Jumlah nilai yg dilakukan x 100%
Tidak dilakukan 0

3. Uraian Tugas (Job Deskripsi) Personil di MPKP


a. Kepala Ruangan
1) Management Approach:
a) Perencanaan
 Menyusun visi
 Menyusun misi
 Menyusun filosofi
 Menyusun Rencana Jangka Pendek: Harian, Bulanan, Tahunan
b) Pengorganisasian
 Menyusun struktur organisasi
 Menyusun jadwal dinas
 Membuat daftar alokasi pasien
c) Pengarahan
 Memimpin operan
 Menciptakan iklim motivasi
 Mengatur pendelegasian
 Melakukan supervisi
d) Pengendalian
 Mengevaluasi indikator mutu
 Melakukan audit dokumentasi

13
 Melakukan survey kepuasan pasien, keluarga, perawat, dan tenaga kesehatan
lainnya
 Melakukan survey masalah kesehatan/keperawatan
2) Compensatory reward
a) Melakukan penilaian kinerja ketua Tim dan Perawat Pelaksana
b) Merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf
3) Professional relationship
a) Memimpin rapat keperawatan
b) Memimpin konferensi kasus
c) Melakukan rapat timkesehatan
d) Melakukan kolaborasi dengan dokter
4) Pasien care delivery
a) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
konsep diri; harga diri rendah
b) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien risiko perilaku kekerasan
c) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Isolasi sosial
d) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien gangguan
persepsi sensori: halusinasi
e) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien gangguan proses piker:
waham
f) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien risiko bunuh diri
g) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien defisit perawatan diri

b. Ketua Tim
1) Management Approach
a) Perencanaan
 Menyusun rencana jangka pendek (Rencana Harian, Rencana Bulanan)
b) Pengorganisasian
 Menyusun jadwal dinas bersama Kepala Ruangan
 Membagi alokasi pasien kepada Perawat Pelaksana
c) Pengarahan

14
 Memimpin pre conference
 Memimpin post conference
 Menciptakan iklim motivasi di timnya
 Mengatur pendelegasian dalam timnya
 Melaksanakan supervisi kepada anggota timnya
d) Pengendalian
 Mengobservasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien yang dilakukan
oleh Perawat Pelaksana
 Memberikan umpan balik pada Perawat Pelaksana
2) Compensatory Reward
a) Menilai kinerja perawat pelaksana
3) Professional Relationship
a) Melaksanakan konfrensi kasus
b) Melakukan kolaborasi dengan dokter
4) Patient Care Delivery
a) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien gangguan konsep diri
harga diri rendah
b) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien risiko perilaku kekerasan
c) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Isolasi sosial
d) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien gangguan
persepsi sensori: halusinasi
e) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien gangguan proses piker:
waham
f) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien risiko bunuh diri
g) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien defisit perawatan diri

c. Perawat pelaksana
1) Perencanaan
a) Menyusun rencana jangka pendek (Rencana Harian,)
2) Patient Care Delivery
a) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien gangguan konsep diri

15
harga diri rendah
b) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien risiko perilaku kekerasan
c) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Isolasi sosial
d) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien gangguan
persepsi sensori: halusinasi
e) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien gangguan proses pikir:
waham
f) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien risiko bunuh diri
g) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien defisit perawatan diri

4. Daftar Dinas Ruangan


Daftar dinas disusun berdasarkan Tim, dibuat dalam 1 minggu sehingga perawat sudah
mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan dinas. Pembuatan jadual dinas
perawat dilakukan oleh kepala ruangan pada hari terakhir minggu tersebut untuk jadwal dinas
pada minggu yang selanjutnya bekerja sama dengan Ketua Tim. Setiap tim mempunyai anggota
yang berdinas pada pagi, sore dan malam, dan yang lepas dari dinas ( libur ) malam hari dan
yang libur. Contoh Daftar Dinas seminggu dapat dilihat pada tabel I.8.

Tabel I.8. Daftar Dinas Ruangan Disusun Berdasarkan Tim


No Nama Petugas Sn Sl Rb Km Jm Sb M Sn
1 2 3 4 5 6 7 8

1 Karu P P P P P P L P
Tim I
2 Katim P P P P P P L P
3 PA. A M M M M - L P P
4 PA. B P P P P L S P S
5 PA. C S L S S S S S L
6 PA .D S* S* S* L M* M* M* M
7 PA. E P S L S S S S S*
Tim II
8 Katim P P P P P P L P

16
9 PA. F S S S S* L P P P
10 PA G M* M* M* M* - L P P
11 PA H P P P P P L S S
13 PA I P P P L S* S* S* S
14 PA.J S S S L M M M M*
 Pagi 7 6 6 5 4 4 4 6
 Sore 4 3 4 3 3 5 4 4
 Malam 2 2 2 2 2 2 2 2
Keterangan:
P: Pagi S : Sore M : Malam L: Libur * : Penanggung jawab

Daftar dinas dapat dievaluasi dengan menggunakan instrumen pada table I.9.
Tabel I.9. Evaluasi Kegiatan Penyusunan Daftar Dinas Ruangan MPKP
No Aspek yang dinilai Dilakukan Tidak dilakukan Ket
01 Menggunakan format
yang disediakan
02 Tercantum nama-nama
perawat per Tim
03 Tergambar adanya
penanggung jawab
harian
04 Susunan dinas pership,
pagi, sore dan malam
05 Jadual dibuat untuk
satu bulan
Keterangan : Nilai Aktivitas Penyusunan Daftar
Dilakukan : I Dinas: Jumlah nilai x 100%
Tidak dilakukan : 0 5

17
5. Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar sejumlah pasien yang menjadi tanggung jawab tiap Tim
selama 24 jam. Setiap pasien mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total selama
dirawat dan juga setiap shift dinas. Dalam daftar pasien tidak perlu mencantumkan diagnosa dan
alamat agar kerahasiaan pasien terjaga. Daftar pasien dapat juga menggambarkan tanggung
jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah
keperawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan
lain dan keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan perawatan pasien. Daftar
pasien di ruangan diisi oleh Ketua Tim sebelum operan dengan dinas berikutnya dan dapat
dimodifikasi sesuai kebutuhan. Contoh daftar pasien dapat dilihat pada Tabel I.10.

Tabel I.10. Daftar Pasien Ruangan MPKP


Nama Nama Nama PP Pagi Sore Malam
No Pasien Dokter Katim 7/2-06 6/2-06 6/2-06
Tim I
1 Ferri Dr. Citra Hartini Tono Tono Ulfa* Ujang*
2 Zulkifi Dr. Citra Hartini Ujang Tono* Ulfa* Ujang
3 Arman Dr. Akbar Hartini Henny Henny Pustie* Ujang*
4 Bary Dr. Akbar Hartini Ulfa Henny* Ulfa Ujang*
5 Dullah Dr. Pudi Hartini Tito Tito Pustie* Ujang*
6 Achmad Dr. Anton Hartini Pustie Tito* Pustie Ujang*
7 Polan Dr Joni Hartini Hartini Hartini Pustie* Ujang*

No Tim II

Alokasi pasien terhadap perawat yang dinas pagi, sore atau malam dilakukan oleh Ketua
Tim berdasarkan jadwal dinas. Kegiatan ini dilakukan sebelum operan dari dinas pagi ke dinas
sore. Contoh di atas menunjukkan:
 Dinas pagi tanggal 7 Februari 2006 adalah Tono, Henny, Tito, dan Hartini. Tono
merawat Ferri sebagai penanggung jawab dan merawat Zulkifli sebagai perawat asosiet
karena Ujang yang bertanggung jawab sedang dinas malam
 Dinas sore tanggal 6 Februari 2006 adalah Ulfa dan Pustie
 Dinas malam tanggal 6 Februari 2006 adalah Ujang
Daftar pasien dapat di observasi dengan menggunakan instrumen pada Tabel I.11.

18
Tabel I.11. Evaluasi Daftar Pasien MPKP
Tidak
No Aspek yang Dinilai Dilakukan
Dilakukan
1 Tercantum nama pasien tiap tim
2 Tercantum nama Ketua Tim
3 Tergambar nama perawat pelaksana
4 Tergambar perawat asosiet (PA)
5 Tercantum nama dokter yang merawat
6 Tergambar perawat dinas pagi, sore, malam
7 Tercantum tanggal, bulan, dan tahun
Keterangan: Nilai Aktivitas Penyusunan Daftar Pasien:
Dilakukan :1 Tidak dilakukan : 0 Jumlah nilai yang dilakukan x 100%
6

E. Pengarahan Pelayanan Keperawatan di Ruang MPKP


Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Menciptakan budaya motivasi
2. Manajemen waktu: Rencana Harian
3. Komunikasi efektif, melalui kegiatan:
a. Operan antar shift
b. Pre conference tim
c. Post conference tim
4. Manajemen konflik
5. Pendelegasian dan supervisi

1. Menciptakan Budaya Motivasi


Iklim motivasi dapat ditumbuhkan melalui kegiatan berikut (Marquis & Houston, 1998):
 Memberikan harapan yang jelas kepada staf dan mengkomunikasikan harapan
tersebut secara efektif
 Bersikap fair dan konsisten terhadap semua staf
 Membuat keputusan yang bijaksana

19
 Mengembangkan konsep kerja kelompok
 Mengintegrasikan kebutuhan dan keinginan staf dengan kebutuhan dan tujuan organisasi
 Mengenali staf secara pribadi dan membiarkan staf mengetahui bahwa pimpinan
mengetahui keunikan dirinya
 Menghilangkan blok tradisionil antara staf dengan pekerjaan yang telah dikerjakan
 Memberikan tantangan kerja sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri
 Melibatkan staf dalam pengambilan semua keputusan
 Memastikan bahwa staf mengetahui alasan di belakang semua keputusan dan tindakan
 Memberikan kesempatan kepada staf untuk membuat penilaian sesering mungkin
 Menciptakan hubungan saling percaya dan saling tolong dengan staf
 Memberi kesempatan staf untuk mengontrol lingkungan kerjanya
 Menjadi role model bagi staf
 Memberikan reinforcement sesering mungkin

a. Penciptaan Iklim Motivasi di MPKP


Di Ruang MPKP penciptaan iklim motivasi diterapkan dengan cara sebagai berikut:
 Budaya pemberian reinforcement positif
Reinforcement positif adalah upaya menguatkan perilaku positif dengan memberikan
reward. Reward yang diberikan di MPKP adalah pemberian pujian yang tulus. Masing-
masing staf dibudayakan untuk memberikan pujian yang tulus di antara mereka terhadap
kinerja dan penampilan.
 Doa bersama sebelum memulai kegiatan.
Doa bersama dilakukan setiap pergantian dinas. Setelah selesai operan semua staf
berkumpul untuk melakukan ritual doa bersama sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing. Dengan berdoa diharapkan timbul self awareness dan dorongan spiritual.
 Memanggil staf secara periodik untuk mengenal masalah setiap personil secara
mendalam dan membantu penyelesaiannya.
Kepala Ruangan perlu berkomunikasi secara intensif dengan semua staf baik Ketua Tim
maupun perawat pelaksana untuk mempererat hubungan dengan semua staf, memahami
problematika masing-masing sehingga pendekatan kepada staf disesuaikan dengan

20
kepribadian masing-masing. Hal ini diharapkan dapat memacu motivasi staf perawat
yang bekerja di MPKP.
 Manajemen Sumber Daya Manusia melalui penerapan pengembangan jenjang karir dan
kompetensi (Lihat Modul Compensatory Reward)
 Sistem reward yang fair sesuai dengan kinerja (Lihat Modul Compensatory Reward)

b. Evaluasi Aktivitas Menciptakan Iklim Motivasi


Aktivitas menciptakan iklim motivasi dievaluasi oleh Kepala Ruangan dan Ketua Tim
setiap 6 bulan sekali (per semester) dengan menggunakan instrumen self evaluasi pada Tabel
1.12
Tabel I.12. Instrumen Evaluasi Penciptaan Iklim Motivasi
Nama Kepala Ruangan : ……………………
Tanggal : …………………...
Jawablah pernyataan-pernyataan berikt ini dengan memberi tanda  pada kolom sebelah kanan
masing-masing pernyataan pada kolom:
 4: Jika Anda Selalu mengerjakan isi pernyataan
 3: Jika Anda Sering mengerjakan isi pernyataan
 2: Jika Anda Kadang-kadang mengerjakan isi pernyataan
 1: Jika Anda Tidak pernah mengerjakan isi pernyataan

No Kriteria 4 3 2 1
1 Anda memberi harapan yang jelas kepada staf
2 Anda bersikap fair dan konsisten terhadap semua
staf
3 Anda mengembangkan konsep kerja kelompok
4 Anda mengintegrasikan kebutuhan staf dengan
kebutuhan organisasi
5 Anda memberikan tantangan kerja sebagai
kesempatan untuk mengembangkan diri
6 Anda melibatkan staf dalam pengambilan keputusan

21
7 Anda memberikan kesempatan kepada staf menilai
dan mengontrol pekerjaannya
8 Anda menciptakan hubungan saling percaya dan
menolong dengan staf
9 Anda menjadi role model bagi staf
10 Anda memberikan reinforcement (pujian)
Sub total
Total
Total nilai
Nilai = -------------- X 100 Nilai: ……….
56

2. Manajemen Waktu
Dalam MPKP manajemen waktu diterapkan dalam bentuk penerapan rencana kerja harian
yaitu suatu bentuk perencanaan kerja melalui jadwal kerja yang disusun secara berurutan yang
disusun sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Rencana harian dibahas secara detail dalam
Modul Perencanaan.

3. Pendelegasian
Delegasi dilaksanakan di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas oleh Kepala Ruangan
kepada Ketua Tim, Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana. Pendelegasian dilakukan melalui
mekanisme pelimpahan tugas dan wewenang. Pendelegasian tugas ini dilakukan secara
berjenjang. Penerapannya dibagi menjadi 2 jenis yaitu pendelegasian terencana dan
pendelegasian insidentil.
Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi sebagai
konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan di ruang MPKP. Bentuknya adalah:
a. Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Ketua Tim untuk menggantikan tugas
sementara karena alasan tertentu
b. Pendelegasian tugas Kepala Ruangan kepada Penanggung Jawab Shift
c. Pendelegasian Ketua Tim kepada Perawat Pelaksana dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan yang telah direncanakan

22
Pendelegasian insidentil terjadi apabila salah satu personil ruang MPKP berhalangan
hadir maka pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal ini yang mengatur pendelegasian
adalah Kepala Seksi Perawatan, Kepala Ruangan, Ketua Tim atau Penanggung Jawab Shift,
tergantung pada personil yang berhalangan. Mekanismenya sebagai berikut:
a. Bila Kepala Ruangan berhalangan, Kepala Seksi menunjuk salah satu Ketua Tim untuk
menggantikan tugas Kepala Ruangan
b. Bila Ketua Tim berhalangan hadir maka Kepala Ruangan menunjuk salah satu Anggota
Tim (perawat pelaksana) menjalankan tugas Ketua Tim
c. Bila ada perawat pelaksana yang berhalangan hadir sehingga satu tim kekurangan
personil maka Kepala Ruangan/Penanggung Jawab Shift berwenang memindahkan
perawat pelaksana dari tim lain masuk tim yang kekurangan personil tersebut atau Katim
melimpahkan pasien kepada perawat pelaksana yang hadir.

Prinsip-prinsip Pendelegasian Tugas di MPKP


a. Pendelegasian tugas yang terencana harus menggunakan format pendelegasian tugas
b. Personil yang menerima pendelegasian tugas adalah personil yang berkompeten dan
setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya
c. Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal terinci, disertai tertulis
d. Pejabat yang mengatur pendelegasian tugas wajib memonitor pelaksanaan tugas dan
menjadi rujukan bila ada kesulitan yang dihadapi
e. Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah dilaksanakan dan
hasilnya.
Contoh Surat Pendelegasian Tugas terencana dapat dilihat pada Tabel I.13.

Tabel I.13. Surat Pendelegasian Tugas


SURAT PENDELEGASIAN TUGAS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ……………………………
NIP : ……………………………
Unit kerja : ……………………………
Jabatan : …………………………...

23
Menyatakan tidak dapat melaksanakan tugas sebagaipada:
Hari, tanggal : ………………………..
Demi kelancaran pelaksanaan tugas tersebut, saya mendelegasikan pelaksanaan tugas beserta kewenan
Nama: ……………………………..
NIP: ……………………………..
Unit Kerja : …………………………….
Jabatan: …………………………….
Demikian surat pendelegasian ini saya buat dengan sungguh-sungguh.

Jakarta,2006
Yang mendelegasikan tugas
Penerima Delegasi

( ………………………….) ( ……………………)

Evaluasi Penerapan Pendelegasian Tugas


Pendelegasian tugas di MPKP dievaluasi dengan menggunakan instrumen (Tabel 1.14)
yang diisi oleh seluruh staf perawat dengan cara self evaluasi

Tabel 1.14. Instrumen Evaluasi Pelaksanaan Pendelegasian


Petunjuk:
Jawablah pernyataan-pernyataan berikut ini dengan memberi tanda  pada kolom sebelah kanan
masing-masing pernyataan pada kolom skor:
 4: Jika Anda Sangat Setuju terhadap isi pernyataan
 3: Jika Anda Setuju dengan isi pernyataan
 2: Jika Anda Tidak setuju dengan isi pernyataan
 1: Jika Anda Sangat Tidak Setuju terhadap isi pernyataan

24
Skor
No Kriteria
4 3 2 1
1 Pendelegasian dilakukan kepada staf yang memiliki
kompetensi yang dibutuhkan dalam menjalankan
tugas
2 Tugas yang dilimpahkan dijelaskan sebelum
melakukan pendelegasian
3 Selain pelimpahan tugas, kewenangan juga
dilimpahkan
4 Waktu pendelegasian tugas ditentukan
5 Apabila yang melaksanakan tugas mengalami
kesulitan, Kasie, Karu, Katim memberikan arahan
untuk mengatasi masalah
6 Ada evaluasi setelah selesai tugas dilaksanakan
Sub Total
Total skor

Total skor
Nilai = X 100
24

4. Supervisi
Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk menjamin kegiatan
pelayanan di MPKP sesuai dengan standar mutu professional yang telah ditetapkan. Supervisi
dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi baik dalam manajemen maupun asuhan
keperawatan serta menguasasi pilar-pilar profesionalisme yang diterapkan di MPKP. Untuk itu
pengawasan berjenjang dilakukan sebagai berikut:
a. Kepala Seksi Keperawatan atau Konsultan melakukan pengawasan terhadap Kepala
Ruangan, Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana
b. Kepala Ruangan melakukan pengawasan terhadap Ketua Tim dan Perawat Pelaksana
c. Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana

25
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-masing
staf perawat yang disupervisi. Untuk Kepala Ruangan materi supervisi adalah kemampuan
manajerial dan kemampuan dalam asuhan keperawatan. Ketua Tim disupervisi terkait dengan
kemampuan pengelolaan di timnya dan kemampuan asuhan keperawatan. Sedangkan perawat
pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan keperawatan yang dilaksanakan.
Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi staf maka
perlu disusun standar penampilan yang diharapkan dari masing-masing staf yang sudah dipahami
oleh staf dan jadwal pasti dalam supervisi. Contoh jadwal supervisidapat dilihat pada Tabel 1.15

Tabel 1.15. JADWAL SUPERVISI RUANG ………………


No Waktu Supervisor Yang Materi Supervisi
Disupervisi
1 6/3-06 Karu Katim I Memimpin Pre conference
2 6/3-06 Karu Katim II Memimpin Pre conference
3 7/3-06 Katim I PA: Ujang Askep: halusinasi
4 7/3-06 Katim II PA: Paulin Askep: PK

Evaluasi Aktivitas Supervisi


Aktivitas supervisi dievaluasi oleh Kepala Ruangan dan Ketua Tim yang melakukan
supervisi dengan self evaluation. Instrumen dapat dilihat pada Tabel 1.16.

Tabel 1.16. Instrumen Evaluasi Aktivitas Supervisi


Petunjuk:
Jawablah pernyataan-pernyataan berikt ini dengan memberi tanda  pada kolom sebelah kanan
masing-masing pernyataan pada kolom skor:
 4: Jika Anda Sangat Setuju terhadap isi pernyataan
 3: Jika Anda Setuju dengan isi pernyataan
 2: Jika Anda Tidak setuju dengan isi pernyataan
 1: Jika Anda Sangat Tidak Setuju terhadap isi pernyataan

26
Skor
No Kriteria
4 3 2 1
1 Supervisi disusun secara terjadwal
2 Semua staf mengetahui jadwal supervisi yang
dilaksanakan
3 Materi supervisi dipahami oleh supervisor maupun
staf
4 Supervisor mengorientasikan materi supervisi
kepada staf yang disupervisi
5 Supervisor mengkaji kinerja staf sesuai dengan
materi supervisi
6 Supervisor mengidentifikasi pencapaian staf dan
memberikan reinfrocement
7 Supervisor mengidentifikasi aspek kinerja yang
perlu ditingkatkan oleh staf
8 Supervisor memberikan solusi dan role model
bagaimana meningkatkan kinerja staf
9 Supervisor menjelaskan tindak lanjut supervisi yang
telah dilaksanakan
10 Supervisor memberikan reinforcement terhadap
pencapaian keseluruhan staf
Sub Total
Total
Total
Nilai aktivitas supervisi---------------------------100
40

5. Komunikasi Efektif
Beberapa bentuk komunikasi di ruang MPKP
a. Operan yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam. Operan dari
dinas malam ke dinas pagi dan dari dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan ,

27
sedangkan operan dari dinas sore ke dinas malam dipimpin oleh penanggung jawab shift
sore.
b. Pre Conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan
untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh Katim atau Pj Tim. Jika
yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre
conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari Katim
atau PJ tim.
c. Post Conference yaitu komunikasi Katim dan Perawat Pelaksana tentang hasil kegiatan
sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah: hasil
Askep tiap perawat dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin
oleh Katim atau PJ tim.

Tabel 1.17. Pedoman Operan antar Shift

PEDOMAN OPERAN
Waktu Kegiatan : Awal pergantian shift (pukul 07.30, 14.00, 21.00)
Tempat : Nursing Station/Kantor Perawat
Penanggung Jawab : Kepala Ruangan/PJ Shift
Kegiatan :
1. Karu/Pj shift membuka acara dengan salam
2. PJ shift yang mengoperkan menyampaikan:
a. Kondisi/keadaan pasien: Dx keperawatan, Tuk yang sudah
dicapai, tindakan yang sudah dilaksanakan, hasil asuhan
b. Tindak lanjut untuk shift berikutnya
3. Perawat shift berikutnya mengklarifikasi penjelasan yang sudah
disampaikan
4. Karu memimpin ronde ke kamar pasien
5. Karu merangkum informasi operan, memberikan saran tindak lanjut
6. Karu memimpin doa bersama dan menutup acara
7. Bersalaman

28
Tabel 1.18. Pedoman Pre Conference

PEDOMAN PRE CONFERENCE


Waktu Kegiatan : Setelah operan
Tempat : meja masing-masing tim
Penanggung jawab: Ketua Tim/Pj Tim
Kegiatan:
1. Katim/Pj Tim membuka acara
2. Katim/Pj Tim menanyakan rencana harian masing-masing perawat
pelaksana
3. Katim/PJ Tim memberikan masukan dan tindak lanjut terkait dengan
asuhan yang diberikan saat itu
4. Katim/PJ Tim memberikan reinforcement
5. Katim/Pj Tim menutup acara

Tabel 1.19. Pedoman Post conference

PEDOMAN POST CONFERENCE


Waktu Kegiatan : sebelum operan ke dinas berikut
Tempat : meja masing-masing tim
Penanggung jawab: Ketua Tim/Pj Tim
Kegiatan:
1. Katim/Pj Tim membuka acara
2. Katim/Pj Tim menanyakan hasil asuhan masing-masing pasien
3. Katim/Pj Tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan
4. Katim/Pj Tim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang harus dioperkan
kepada perawat shift berikutnya
5. Katim/Pj Tim menutup acara

29
Evaluasi Pelaksanaan Aktivitas Komunikasi di MPKP
Aktivitas komunikasi di MPKP dievaluasi oleh seluruh staf perawat MPKP. Evaluasi
dilakukan tiap bulan dengan menggunakan format sesuai Tabel 1.20.

Tabel 1.20. Instrumen Evaluasi Aktivitas Komunikasi


Petunjuk:
Jawablah pernyataan-pernyataan berikt ini dengan memberi tanda  pada kolom sebelah kanan
masing-masing pernyataan pada kolom skor:
 4: Jika Anda Selalu melaksanakan isi pernyataan
 3: Jika Anda Sering melaksanakan isi pernyataan
 2: Jika Anda Kadang-kadang melaksanakan isi pernyataan
 1: Jika Anda Tidak pernah melaksanakan isi pernyataan
Skor
No Kriteria 4 3 2 1
1 Operan dilaksanakan setiap pergantian dinas
2 Pre conference dilakukan di tiap tim sebelum mulai
dinas
3 Post conference dilakukan setelah selesai
memberikan asuhan di tiap tim
Sub Total
Total
Total Skor
Nilai aktivitas komunikasi---------------------100
12

6. Manajemen Konflik
Upaya mengatasi konflik yang diterapkan di MPKP adalah upaya yang win-win solution.
Suatu upaya berkolaborasi. Untuk itu pembudayaan kolaborasi antar staf menjadi prioritas utama
dalam menyelenggarakan pengelolaan ruangan MPKP.
Pendekatan penyelesaian konflik yang ditempuh adalah dengan pendekatan penyelesaian
masalah (problem solving) yang meliputi:

30
a. Mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dengan melakukan klarifikasi pada
pihak yang berkonflik
b. Mengidentifikasi penyebab timbulnya konflik
c. Mengidentifikasi alternatif-alternatif penyelesaian yang mungkin diterapkan
d. Memilih alternatif penyelesaian terbaik untuk diterapkan
e. Menerapkan solusi pilihan
f. Mengevaluasi peredaan konflik
Bila pendekatan internal yang telah dilakukan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi
belum berhasil maka Kepala Ruangan dapat berkonsultasi dengan Kepala Seksi Perawatan atau
Konsultan.

Evaluasi Penerapan Aktivitas Penyelesaian Konflik


Aktivitas penyelesaian konflik dievaluasi oleh seluruh staf keperawatan MPKP. Evaluasi
dilakukan dengan menggunakan instrumen pada Tabel I.21.

Tabel 1.21. Instrumen Evaluasi Penyelesaian Konflik


Petunjuk:
Jawablah pernyataan-pernyataan berikt ini dengan memberi tanda  pada kolom sebelah kanan
masing-masing pernyataan pada kolom skor:
 4: Jika Anda Sangat Setuju terhadap isi pernyataan
 3: Jika Anda Setuju dengan isi pernyataan
 2: Jika Anda Tidak setuju dengan isi pernyataan
 1: Jika Anda Sangat Tidak Setuju terhadap isi pernyataan
Skor
No Kriteria 4 3 2 1
1 Komunikasi antar perawat terbuka
2 Konflik diungkapkan secara terbuka
3 Staf saling menghargai pendapat yang lain
4 Semua staf saling mencari solusi menyelesaikan
masalah

31
5 Solusi terbaik yang dipilih adalah yang terbaik
untuk semua
6 Bila konflik tidak selesai dikonsultasikan kepada
atasan atau konsultan
Sub Total
Total
Total nilai
Nilai aktivitas mengatasi konflik: ------------------- X 100
24

F. Pengendalian Mutu Pelayanan Keperawatan Di Ruang MPKP


Pada Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) Jiwa kegiatan pengendalian
diterapkan dalam bentuk kegiatan pengukuran:
1. Indikator mutu umum :
a. Penghitungan lama hari rawat ( BOR )
b. Penghitungan rata-rata lama di rawat ( ALOS )
c. Penghitungan lama tempat tidur tidak terisi ( TOI )
2. Indikator mutu rumah sakit jiwa:
a. Penghitungan kasus lari
b. Penghitungan pengekangan
c. Kasus cidera
d. Infeksi nosokomial : Scabies
3. Kondisi Pasien:
a. Audit dokumentasi asuhan keperawatan
b. Survey masalah baru
c. Kepuasan pasien dan keluarga
d. Penilaian kemampuan pasien dan keluarga
4. Kondisi SDM
a. Kepuasan tenaga kesehatan: perawat, dokter
b. Penilaian kinerja perawat

32
1. Penghitungan Tempat Tidur Terpakai ( BOR )
Bed occupancy rate adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur
rumah sakit. Standar internasional BOR dianggap baik adalah 80 – 90 % sedangkan standar
nasional BOR adalah 70 – 80 %.
Rumus penghitungan BOR sbb:

Jumlah hari perawatan


Rumus : x 100 %
Jumlah TT x jumlah hari persatuan waktu

Keterangan:
 Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu hari kali jumlah hari
dalam satu satuan waktu
 Jumlah hari per satuan waktu. Kalau diukur per satu bulan, maka jumlahnya 28 – 31 hari,
tergantung jumlah hari dalam satu bulan tersebut.

2. Penghitungan Rata-rata Lama Rawat (ALOS)


Average Length of Stay (ALOS) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
di samping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosa tertentu yang dijadikan tracer ( yang perlu
pengamatan lebih lanjut ). Secara umum AvLOS yang ideal antara 6 – 9 hari.
Di MPKP pengukuran ALOS dilakukan oleh kepala ruangan yang dibuat setiap bulan
dengan rumus sbb :

Jumlah hari perawatan pasien keluar


Rumus :
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)
Keterangan:
 Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien keluar hidup
atau mati dalam satu periode waktu.
 Jumlah pasien keluar(hidup atau mati): jumlah pasien yang pulang atau meninggal dalam
satu periode waktu.

33
3. Penghitungan TOI (Tempat Tidur Tidak Terisi)
Turn Over Interval (TOI) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat diisi
ke saat terisi berikutnya. Indikator ini dapat memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan
tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1 – 3 hari.
Di MPKP pengukuran TOI dilakukan oleh kepala ruangan yang dibuat setiap bulan
dengan rumus sbb :

(Jumlah TT x hari ) – hari perawatan RS


Rumus :
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)

Keterangan:
 Jumlah TT: jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki
 Hari perawatan: jumlah total hari perawatan pasien yang keluar hidup dan mati
 Jumlah pasien keluar: jumlah pasien yang dimutasikan keluar baik pulang, mutasi
lari, atau meninggal

4. Penghitungan Angka Lari


Angka pelarian adalah jumlah pasien yang meninggalkan rumah sakit tanpa ijin dan tidak
didampingi petugas. Indikator ini dapat menggambarkan tingkat keamanan dan kenyamanan
pasien dalam perawatan di rumah sakit. Idealnya angka lari adalah 0 (zero defect).
Di MPKP pengukuran jumlah angka pasien lari dilakukan oleh kepala ruangan yang
dibuat setiap bulan dengan cara menghitung jumlah pasien yang meninggalkan ruangan tanpa
izin dalam satu periode waktu tertentu (per bulan).

5. Penghitungan Angka Pengekangan/fiksasi


Angka pengekangan ( fiksasi ) adalah jumlah tindakan pembatasan gerak bagi pasien
karena membahayakan bagi diri pasien sendiri,lingkungan dan orang lain. Indikator ini dapat
juga menggambarkan mutu pelayanan yang diberikan pada pasien.
Di MPKP pengukuran angka pengekangan dilakukan oleh kepala ruangan yang dibuat
setiap bulan dengan cara menghitung jumlah pasien yang dilakukan pengekangan fisik baik
isolasi maupun pengikatan dalam satu periode waktu tertentu disertai lama pelaksanaannya.

34
Jumlah pasien dikekang
Angka Pengekangan = --------------------------------- x 100%
Jumlah total pasien

Jumlah waktu pengekangan semua pasien


Rerata pengekangan = x 100%
Jumlah pasien dikekang

Jumlah waktu pengekangan dihitung selama periode waktu tertentu (1 bulan) dengan
menggunakan Tabel 1.22.

Table 1.22. Pengekangan Pasien di Ruang MPKP


Bulan : ………………
No Nama Pasien Tanggal Lama Pengekangan (menit)

Jumlah

6. Penghitungan Angka Cedera


Angka cedera adalah Jumlah pasien yang mengalami luka selama dalam perawatan yang
disebabkan karena tindakan fiksasi, pemukulan dari pasien lain atau petugas, dan karena jatuh.
Indikator ini dapat menggambarkan mutu pelayanan yang diberikan pada pasien. Idealnya
tidak ada kasus pasien dengan cedera artinya 0 (zero defect).

35
Di MPKP pengukuran angka cedera dilakukan oleh kepala ruangan yang dibuat setiap
bulan dengan cara menghitung jumlah pasien yang mengalami cedera atau perlukaan yang tidak
termasuk decubitus selama masa perawatan dalam periode waktu tertentu. (satu bulan).

7. Penghitungan Angka Infeksi Nosokomial


Angka Infeksi nosokomial adalah Jumlah pasien infeksi yang didapat atau muncul selama
dalam perawatan di rumah sakit. Di rumah sakit jiwa angka ini diukur melalui penghitungan
jumlah pasien scabies dalam satu periode waktu tertentu.
Di MPKP pengukuran angka skabies dilakukan oleh kepala ruangan yang dibuat setiap
bulan dengan cara menghitung jumlah pasien yang mengalami scabies dalam satu peride satuan
waktu tertentu (satu bulan).

Tabel 1.23. Rekapitulasi Mutu Umum


Pasien Lari Pengekangan Kasus Cedera Skabies
No Bulan Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Januari
2 Februari
3 Maret
4 April
5 Mei
6 Juni
7 Juli
8 Agustus
9 September
10 Oktober
11 November
12 Desember
Total

36
8. Survey Masalah Keperawatan
Survey masalah keperawatan adalah survey masalah keperawatan dengan standar
NANDA untuk pasien baru/her opname yang dilakukan untuk satu periode waktu tertentu (satu
bulan). Hasil survey masalah didokumentasikan dalam Tabel 1. 24.

Tabel 1. 24. Survey Masalah Keperawatan


Ruangan : ……………….
Periode : ……………….
Jumlah pasien masuk : ……………….
No Masalah Keperawatan Jumlah Persentase Keterangan
1
2
3
4
5

Audit Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Audit dokumentasi adalah kegiatan mengevaluasi dokumen asuhan keperawatan yang
telah dilaksanakan oleh perawat pelaksana. Di MPKP kegiatan audit dilakukan oleh kepala
ruangan, pada status setiap pasien yang telah pulang atau meninggal dan hasil audit di buat
rekapan dalam satu bulan. Pada akhir penilaian dibuat rekapitulasi nilai sebagai laporan hasil
pelaksanaan evaluasi.

Survey Kepuasan
Survey kepuasan yang akan dilakukan di ruang MPKP adalah kepuasan pasien, keluarga,
perawat dan tenaga kesehatan lain. Di MPKP survey kepuasan pasien dilakukan setiap pasien
pulang, diberikan saat selesai menyelesaikan administrasi atau saat mempersiapkan pulang
dengan cara pasien dan keluarga mengisi angket yang disediakan. Survey kepuasan untuk
dilakukan tiap 6 bulan sekali.

37
G. Compensatory Reward
1. Proses Rekruitmen Tenaga Perawat di Ruang MPKP
Rekruitmen di ruang MPKP berfokus pada rekruitmen perawat yang ada di rumah sakit
bukan mencari tenaga perawat baru dari luar rumah sakit.
Dalam menentukan perawat yang diperlukan di ruang MPKP, perlu diketahui kategori
Ruang MPKP yang akan dikembangkan. Ruang MPKP dikategorikan menjadi tiga level, yaitu
level profesional I,II,III, pemula, dan transisi. Untuk level MPKP Profesional I diharapkan karu
dan katim mempunyai latar belakang pendidikan Ners, Sarjana Keperawatan dengan jenjang
karir minimal Perawat Klinik 3 (PK 3), serta seluruh perawat pelaksana minimal mempunyai
latar belakang pendidikan D III Keperawatan dengan jenjang karir minimal Perawat Klinik 2
(PK 2).
MPKP profesional II adalah MPKP yang tenaga perawatnya mayoritas Ners. Bahkan
pada tingkat ini diharapkan sudah ada tenaga perawat spesialis keperawatan jiwa yang berada di
MPKP. Di MPKP profesional III semua tenaga perawat berlatar belakang pendidikan ners,
beberapa perawat spesialis keperawatan jiwa, dan bahkan ada doktor keperawatan yang bekerja
di area MPKP ini.
Untuk level MPKP Pemula diharapkan karu dan katim mempunyai latar belakang
pendidikan minimal D III Keperawatan dengan jenjang karir minimal PK 3, serta seluruh
perawat pelaksana minimal mempunyai latar belakang pendidikan D III Keperawatan dan PK 1
(telah lulus orientasi). Untuk level MPKP Transisi diharapkan kondisinya sama dengan level
pemula, tetapi latar belakang pendidikan perawat pelaksana dapat SPK dengan jenjang karir
minimal PK2.

Proses rekruitmen perawat di ruang MPKP:


1. Seluruh perawat di rumah sakit harus menyepakati level MPKP yang akan dipilih,
disesuaikan dengan sumber daya keperawatan yang ada di rumah sakit tersebut,
diharapkan minimal memilih MPKP level pemula.
2. Setelah level disepakati, maka kepala bidang perawatan melakukan sosialisasi
pembentukan ruang MPKP kepada pimpinan dan para pejabat struktural yang ada di
rumah sakit untuk mendapatkan komitmen dan dukungan.

38
3. Kepala ruangan melakukan sosialisasi kepada semua perawat yang ada di ruangan
tentang pembentukan ruang MPKP disertai kriteria perawat yang dibutuhkan dengan
tujuan merekrut perawat yang memenuhi kriteria. Kepala ruangan memotivasi perawat di
ruangannya yang memenuhi kriteria untuk mendaftarkan diri dengan mengisi formulir
pendaftaran dan biodata.
Sebelum menetapkan proses rekruitmen perlu ditetapkan jumlah perawat yang
dibutuhkan. Jenis tenaga perawat terdiri dari kepala ruangan (karu), perawat primer (PP) sebagai
ketua tim, dan perawat pelaksana. Pengalaman pada pengembangan MPKP di RSMM Bogor
maka perbandingan pasien dengan perawat adalah 1:1 atau 1,7:1, ditambah karu. Kriteria dari
tiap tenaga perawat ditetapkan, dan secara umum perawat berlatar belakang pendidikan minimal
D III Keperawatan.

Adapun kriteria perawat yang akan bekerja di ruang MPKP adalah :


1. Kepala ruangan, kriterianya adalah :
a. Pendidikan minimal S1 Keperawatan, jika belum ada pada masa transisi boleh D III
Keperawatan
b. Pengalaman menjadi kepala ruangan minimal 2 tahun, dan bekerja pada area keperawatan
jiwa minimal 2 tahun.
c. Sehat jasmani dan rohani
d. Pernah mengikuti pelatihan (sertifikat)
 Asuhan keperawatan jiwa
 Standar asuhan keperawatan jiwa/audit keperawatan
 Terapi modalitas keperawatan jiwa/Terapi Aktivitas Kelompok
 Komunikasi keperawatan
 Manajemen keperawatan
 Bimbingan Klinik (untuk RS Pendidikan)
e. Lulus test tulis
f. Lulus wawancara
g. Lulus test presentasi

39
2. Perawat primer, kriterianya adalah:
a. Pendidikan minimal S1 Keperawatan (perawat primer), jika belum ada pada masa transisi
boleh D III keperawatan (perawat primer pemula)
b. Pengalaman kerja di area keperawatan jiwa untuk D III keperawatan minimal 2 tahun dan
S1 keperawatan magang 3 bulan
c. Sehat jasmani dan rohani
d. Pernah mengikuti pelatihan (sertifikat)
 Asuhan keperawatan jiwa
 Standar asuhan keperawatan jiwa/ Audit keperawatan
 Terapi modalitas keperawatan jiwa/ Terapi Aktivitas Kelompok
 Komunikasi keperawatan
 Manajemen keperawatan
e. Lulus test tulis
f. Lulus test wawancara

3. Perawat perawat pelaksana/asosiet, kriterianya dalah :


a. Pendidikan minimal D III Keperawatan
b. Pengalaman kerja di bagian kesehatan jiwa minimal 1 tahun
c. Sehat jasmani dan rohani
d. Pernah mengikuti pelatihan (sertifikat) : asuhan keperawatan jiwa
e. Lulus test tulis
f. Lulus test wawancara

2. Proses seleksi tenaga perawat di ruang MPKP


Proses seleksi perawat di ruang MPKP:
1. Proses seleksi dimulai dari telaah dokumen untuk menetapkan perawat yang memenuhi
syarat menjadi kapala ruangan, perawat primer/ketua tim, dan perawat pelaksana/asosiet.
2. Semua perawat yang memenuhi kriteria dipanggil untuk tes tulis. Hasil tes tulis
menetapkan perawat pelaksana yang memenuhi kriteria dan bakal calon ketua tim dan
kepala ruangan.
3. Perawat yang lulus tes tulis mengikuti tes wawancara.

40
4. Tahap seleksi selanjutnya adalah presentasi yang diikuti oleh perawat yang memenuhi
kriteria karu dan katim untuk memilih kepala ruangan.

Tes tulis dilakukan oleh orang yang independen. Materi yang dites adalah pengetahuan
perawat terkait dengan konsep MPKP (lampiran 3). Tes ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan perawat tentang konsep MPKP. Jumlah yang lulus
disesuaikan dengan kebutuhan perawat di ruang MPKP dengan nilai yang tertinggi.
Wawancara dilakukan oleh tim rumah sakit yang terdiri dari bagian administrasi dan
bidang keperawatan dengan menggunakan panduan wawancara (lampiran 4). Tes wawancara
ditujukan pada bakal calon karu, perawat primer, dan perawat pelaksana. Tujuan wawancara
kepada calon karu dan katim untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka terhadap
konsep manajemen, asuhan keperawatan, kemampuan menyelesaikan konflik, motivasi, dan
disiplin. Wawancara kepada calon perawat pelaksana dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
pengetahuannya terhadap pegelolaan asuhan keperawatan, motivasi, dan disiplin.
Presentasi dilakukan oleh calon karu dan katim. Tim penilai terdiri dari konsultan, bidang
perawatan, Bagian personalia (HRD), pimpinan rumah sakit (lampiran 5). Presentasi berisi visi,
misi, dan program kerja sesuai standar MPKP yang akan dijalankan jika terpilih sebagai karu.
Kemudian semua nilai direkapitulasi (lampiran 6) dan hasilnya dikonsulkan pada pimpinan
rumah sakit untuk menetapkan kepala ruangan. Jika nama dan jumlah perawat telah ditetapkan
sesuai dengan hasil tes maka pimpinan rumah sakit membuat Surat Keputusan (SK) penempatan
perawat yang bekerja di ruang MPKP.
Sebelum perawat bekerja di ruang MPKP, mereka diminta untuk membuat pernyataan
akan kesediaannya bekerja dan mengembangkan ruang MPKP dan menandatanganinya
(lampiran 7). Perawat diberikan penjelasan tentang lingkup kerja dan pengembangan karir.

3. Proses orientasi tenaga perawat di ruang MPKP


Setiap perawat yang akan bekerja di ruang MPKP harus melalui masa orientasi yang
sering disebut pelatihan awal sebelum seseorang bekerja pada unit kerja tertentu. Orientasi
berupa pelatihan tentang informasi budaya kerja MPKP dan informasi umum tentang rumah sakit
(visi, misi, program jangka pendek dan jangka panjang, program mutu, kebijakan dan peraturan).
Kegiatan orientasi menggunakan metode klasikal, praktik lapangan, dan praktik kerja

41
(implementasi). Metode klasikal berlangsung selama 3 hari, praktik lapangan berlangsung
selama 3 hari yang diakhiri dengan presentasi hasil praktik. Praktik kerja (implementasi) di ruang
MPKP dilakukan selama 6 bulan. Kepala Bidang Perawatan, fasilitator lokal, dan fasilitator
nasional membimbing dan mensupervisi implementasi konsep MPKP.
Kegiatan orientasi dilakukan pada perawat baru yang akan bekerja di ruang MPKP. Karu
dan katim membuat rencana orientasi dengan menggunakan metoda on the job training untuk
semua kegiatan MPKP.
Kegiatan MPKP yang akan diorientasikan pada program orientasi adalah:
1. Kepala ruangan
a. Management Approach
1) Perencanaan
 Mengembangkan visi dan misi
 Mempunyai filosofi
 Menetapkan rencana jangka pendek
2) Pengorganisasian
 Membuat struktur organisasi
 Membuat jadual dinas bersama ketua tim
 Membuat daftar pasien bersama ketua tim
3) Pengarahan
 Memimpin operan
 Mengawasi dan mengarahkan kegiatan pre dan post conference
 Memberi motivasi pada tim perawat di ruangan
 Mendelegasikan tugas kepada bawahan dengan jelas
 Memfasilitasi kolaborasi dengan anggota tim kesehatan yang lain dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan
 Mengawasi perawat primer dan perawat pelaksana dalam mengelola pasien melalui
komunikasi langsung
 Memperoleh informasi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan melalui supervisi
dan mendengarkan laporan langsung dari perawat primer
 Melakukan pengawasan tidak langsung:

42
 Mengecek daftar hadir perawat primer, perawat pelaksana, pekarya, dan petugas
TU
 Mengecek kedisiplinan
4) Pengendalian
 Menetapkan indikator mutu
 Melakukan audit dokumen
 Melakukan survey kepuasan terhadap keluarga, perawat, dokter
 Melakukan survey masalah kesehatan/keperawatan
b. Compensatory reward
1) Melakukan rekruitmen tenaga perawat
2) Melakukan seleksi tenaga perawat
3) Melakukan orientasi
4) Melakukan penilaian kinerja
5) Melakukan pengembangan tenaga perawat
c. Hubungan profesional
1) Memimpin rapat keperawatan
2) Mengawasi pelaksanaan konferensi kasus
3) Mengikuti rapat tim kesehatan
4) Mengawasi pelaksanaan visit dokter
d. Asuhan keperawatan
1) Menguasai asuhan keperawatan untuk tujuh masalah keperawatan ( gangguan konsep
diri: harga diri rendah, risiko perilaku kekerasan, isolasi sosial, gangguan persepsi
sensori: halusinasi, gangguan proses pikir: waham, risiko bunuh diri, defisit
perawatan diri).

2. Perawat Primer/Ketua Tim


a. Management Approach
1) Perencanaan
 Membuat rencana jangka pendek (rencana harian timnya)
2) Pengorganisasian
 Membuat jadual dinas bersama kepala ruangan

43
 Membuat daftar pasien bersama kepala ruangan
 Membagi tugas pada perawat pelaksana sesuai dengan kemampuan perawat
pelaksana
 Bekerja sama dengan tim kesehatan jiwa yang lain untuk mengintegrasikan
pelayanan keperawatan dengan pelayanan kesehatan lain
3) Pengarahan
 Memimpin kegiatan ronde keperawatan, konferensi kasus, pre dan posst conference
 Memberikan pengarahan pada perawat pelaksana masing-masing secara individual
 Memberi motivasi kepada perawat pelaksana (terutama perawat dalam timnya)
 Mendelegasikan tugas kepada perawat pelaksana secara jelas
 Mengobservasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien yang dilakukan oleh
perawat pelaksana
 Memberikan umpan balik pada perawat pelaksana
b. Compensatory reward
1) Melakukan orientasi kepada perawat baru
2) Melakukan penilaian kinerja
c. Hubungan profesional
1) Memimpin konferensi kasus
2) Mengikuti visit dokter
d. Asuhan keperawatan
1) Menguasai asuhan keperawatan untuk tujuh masalah keperawatan yaitu gangguan
konsep diri: harga diri rendah, risiko perilaku kekerasan, isolasi sosial, gangguan
persepsi sensori: halusinasi, gangguan proses pikir: waham, risiko bunuh diri, defisit
perawatan diri.

3. Perawat Pelaksana
a. Management Approach
Membuat rencana jangka pendek yaitu rencana harian asuhan keperawatan
 Asuhan keperawatan yaitu gangguan konsep diri: harga diri rendah, risiko perilaku
kekerasan, isolasi sosial, gangguan persepsi sensori: halusinasi, gangguan proses pikir:
waham, risiko bunuh diri, defisit perawatan diri.

44
Selama masa orientasi, dilakukan evaluasi atau penilaian terhadap kinerja perawat dalam
melaksanakan budaya kerja MPKP. Selanjutnya bagi perawat yang telah menjalani masa
orientasi dilakukan penentuan apakah perawat tersebut diterima atau tidak di ruang MPKP.
Penentuan dilakukan oleh pimpinan keperawatan dan fasilitator nasional (konsultan).

4. Penilaian kinerja
Penilaian kinerja di ruang MPKP ditujukan pada kepala ruangan, perawat primer dan
perawat asosiet (lampiran 9). Kemampuan tiap SDM dievaluasi dengan menggunakan supervisi
baik secara langsung (observasi) maupun tidak langsung (melalui dokumentasi). Kinerja kepala
ruangan disupervisi/dievaluasi oleh Kepala Bidang Perawatan dan fasilitator nasional; kinerja
perawat primer disupervisi/dievaluasi oleh Kepala Bidang Perawatan, fasilitator nasional, dan
kepala ruangan; kinerja perawat pelaksana disupervisi/dievaluasi oleh kepala ruangan dan
perawat primer. Kepala Bidang Perawatan bertanggung jawab mengobservasi dan menilai
keberlangsungan seluruh aktivitas di ruang MPKP. Selama melakukan supervisi di ruang MPKP
Kepala Bidang Perawatan didampingi oleh dua orang fasilitator lokal, yaitu satu orang dari
bidang perawatan dan satu orang fasilitator NAD CMHN.

5. Pengembangan tenaga perawat


Pengembangan tenaga perawat merupakan salah satu proses yang berhubungan dengan
manajemen SDM. Tujuan pengembangan tenaga perawat adalah membantu masing-masing
perawat mencapai kinerja sesuai dengan posisinya dan untuk pengakuan/penghargaan terhadap
kemampuan profesional tenaga perawat yang akan memaksimalkan pencapaian jenjang karir.
Bentuk pengembangan tenaga perawat di ruang MPKP adalah Pendidikan Keperawatan
Berkelanjutan (PKB) dan program pengembangan jenjang karir.
Pada tahap awal bekerja di ruang MPKP, perawat mendapat penjelasan tentang proses
pengembangan yang dapat diikuti. Berikut uraian tentang lingkup kerja perawat di ruang MPKP,
yaitu:
1. Kepala ruangan
a. Masa percobaan 3 bulan
b. Setiap tahun dilakukan evaluasi

45
c. Bila dalam waktu 2 tahun berhasil maka akan diusulkan hal-hal berikut sesuai dengan
kebijakan dan kemampuan rumah sakit:
 Melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
 Mengikuti pelatihan sesuai dengan program jenjang karir
 Mendapat sertifikat pengalaman kerja di ruang MPKP
d. Masa kerja karu 2 tahun dan maksimal menjadi karu 2 kali
2. Perawat primer/ketua tim
a. Masa percobaan selama 3 bulan
b. Setiap tahun di evaluasi
c. Bila dalam waktu 2 tahun berhasil dan memenuhi kriteria maka akan diusulkan hal-hal
berikut sesuai dengan kebijakan dan kemampuan rumah sakit:
 Melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
 Magang persiapan menjadi kepala ruangan
 Mengikuti pelatihan sesuai dengan program jenjang karir
 Mendapat sertifikat pengalaman kerja di ruang MPKP
d. Menduduki jabatan sebagai perawat primer selama 2 tahun untuk 1 kali kurun waktu. Jika
tidak ada kesempatan promosi maka kembali menjadi perawat pelaksana tetapi
kemampuan yang baik.
3. Perawat pelaksana
a. Masa percobaan selama 3 bulan
b. Setiap 6 bulan dilakukan evaluasi
c. Jika kompetensi tidak tercapai diberikan kesempatan perbaikan selama 2 bulan
d. Bila lebih dari 8 bulan yang bersangkutan tidak berhasil akan dikembalikan ke bidang
keperawatan
e. Bila dalam 1 tahun berhasil dan memenuhi kriteria diusulkan untuk pelatihan
f. Bila telah menguasai keterampilan merawat 7 macam kasus dipersiapkan magang untuk
persiapan perawat primer/Ketua Tim.

Pendidikan Keperawatan berkelanjutan dapat berupa pendidikan formal, yaitu


peningkatan pendidikan dari D3 keperawatan ke S1 Ners keperawatan, atau S1 Ners
keperawatan ke S2/spesialis keperawatan, dan seterusnya. Selain itu PKB dapat berupa

46
pendidikan informal melalui on the job training dan out the job training. On the job training
yaitu pelatihan/bimbingan secara terus-menerus sambil bekerja, misal: perawat pelaksana dapat
meningkatkan kompetensinya dengan bimbingan Katim dan Karu. Karu dan Katim dapat
meningkatkan kompetensinya dengan bimbingan Kepala Bidang Keperawatan/fasilitator
nasional. Out the job training yaitu pelatihan yang diselenggarakan dalam kurun waktu tertentu
(misalnya pelatihan 4 hari/lebih), perawat harus meninggalkan pekerjaannya sementara.
Pelatihan yang diikuti oleh perawat akan dirancang sesuai dengan pengembangan kemampuan
yang terkait.
Pengembangan jenjang karir adalah pengembangan peran dan tanggung jawab. Seorang
karu yang telah sukses mengembangkan ruang MPKP merupakan aset keperawatan untuk
pengembangan MPKP di ruang rawat lain, artinya menjadi pembaharu. Ia dapat pula berperan
sebagai nara sumber bagi rumah sakit lain yang ingin mengembangkan MPKP. Perawat
primer/katim dapat berkembang menjadi kepala ruangan, dan perawat pelaksana dapat
berkembang menjadi perawat primer/katim.
Sesuai dengan jenjang karir yang dikembangkan oleh PPNI dan Direktorat Keperawatan
Depkes RI maka di RS program pengembangan karir di rumah sakit direncanakan sebagai
berikut:
1. Perawat lulusan DIII keperawatan hanya dapat berkembang mencapai jenjang perawat klinis
2 (PK 2) dan perawat manajer 1 (PM 1)
2. Perawat lulusan S1 Ners keperawatan dapat berkembang sampai jenjang perawat klinis 3 (PK
3), perawat manajer 2 (PM 2), dan perawat pendidik 1 (PP 1)
3. Perawat lulusan S2/Spesialis keperawatan dapat berkembang sampai jenjang PK 5, PM 5, PP
4, dan perawat riset 3 (PR 3)
4. Perawat lulusan S3 keperawatan/kesehatan dapat berkembang sampai jenjang PK 5, PM 5,
PP 5, PR 5 dengan syarat pendidikan sebelumnya adalah bidang keperawatan

Seiring dengan jenjang karir maka ditetapkan pula kriteria perawat yang dapat
menduduki struktur keperawatan, sebagai berikut:
1. Perawat pelaksana dapat dari PK 1 – PK 5

47
2. Katim dapat dari PK 2 –PK 5 dan diharapkan mempunyai kemampuan minimal PM 1 dan PP
1. Katim diharapkan mempunyai kemampuan PM 1 karena katim akan berperan sebagai
pembimbing klinik bagi mahasiswa yang ditempatkan pada timnya
3. Karu dapat dari PK 3 –PK 5 dan diharapkan mempunyai kemampuan minimal PM 2 dan PP
2
4. Kepala seksi keperawatan dapat dari PK 4 –PK 5 dan diharapkan mempunyai kemampuan
minimal PM 4, PP 4, dan PR 2
5. Kepala Bidang Perawatan dapat dari PK 4 – PK 5 dan diharapkan mempunyai kemampuan
minimal PM 4, PP 4, dan PR 2
Direktur keperawatan dapat dari PK 4 – PK 5 dan diharapkan mempunyai kemampuan
minimal PM 5, PP 4, dan PR 2

H. Hubungan Profesional (Professional Relationship)


Di ruang MPKP komunikasi horizontal dapat terjadi antara Ketua Tim, antar perawat
pelaksana, sedangkan komunikasi vertikal antara Kepala Ruangan dan Ketua Tim dan Perawat
Pelaksana dan antara Ketua Tim dan Perawat Pelaksana. Komunikasi diagonal dilakukan antara
perawat dan profesi lain.

1) Rapat Perawat Ruangan


Yang dimaksud dengan rapat tim keperawatan adalah suatu media komunikasi untuk
menyampaikan informasi permasalahan yang ditemukan pada klien, evaluasi hasil kerja secara
keseluruhan, informasi/ peraturan/ perkembangan IPTEK, dan lain-lain. Fokus pembicaraan
adalah membahas hasil-hasil kerja keperawatan selama sebulan untuk semua aktivitas ruang
MPKP (laporan bulanan).

Tujuan/ kegunaan
1. Mengidentifikasi keberhasilan tindakan keperawatan
2. Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang ditemukan
3. Mendiskusikan penyelesaian masalah
4. Menyusun POA bulan berikut
5. Meningkatkan hubungan antara perawat di ruangan

48
Syarat
1. Dipimpin oleh kepala ruangan
2. Peserta rapat adalah seluruh perawat ruangan tanpa mengganggu kegiatan ruangan
3. Waktu : 60 menit
4. Dilakukan setiap awal bulan setelah evaluasi bulan sebelumnya
5. Bahan rapat : isi laporan bulan sebelumnya
6. Dilakukan di ruangan

Langkah-langkah
1. Persiapan
a. Kepala ruangan menjadwalkan rapat keperawatan ruangan dan disepakati oleh semua
perawat yang ada diruangan
b. Menyiapkan bahan untuk rapat sesuai dengan hasil kerja pada bulan sebelumnya yaitu
laporan pada bulan sebelumnya. Masalah yang akan dibahas terkait dengan pilar
profesional MPKP yaitu pendekatan manajemen, compensatory reward, hubugan
profesional, asuhan keperawatan pasien.
2. Pelaksanaan
a. Acara dimulai dengan pembukaan salam oleh kepala ruangan
b. Kepala ruangan menjelaskan tujuan atau agenda rapat keperawatan, lamanya waktu rapat
c. Kepala ruangan membacakan ringkasan laporan bulan sebelumnya tentang permasalahan
yang dihadapi. Memberi pujian atas aspek yang berhasil
d. Kepala ruangan meminta masukan dan tanggapan kepada perawat yang hadir tentang
masalah yang ada
e. Kepala ruangan mendengarkan masukan dan tanggapan dari yang hadir
f. Kepala ruangan beserta perawat yang hadir rapat mencari jalan keluar dan memutuskan
tindakan bersama tindakan yang dilakukan
g. Kepala ruangan menyimpulkan hasil rapat pada pertemuan hari ini
h. Kepala ruangan menyampaikan POA bulan berikutnya, pertemuan berikutnya dan
permasalahan yang akan dibahas.

49
3. Dokumentasi
a. Kepala ruangan melakukan dokumentasi hasil rapat tim dengan dibantu salah satu ketua
tim sebagai notulis rapat.

Bentuk evaluasi
Format pendokumentasian rapat tim keperawatan

2) Konferensi Kasus (Case conference) Keperawatan


Yang dimaksud dengan case conference adalah diskusi kelompok tentang kasus asuhan
keperawatan klien/ keluarga. Dilakukan dua kali per bulan dan kasusnya bergantian antar tim.
Topik atau isi dari kasus yang disampaikan adalah :
1. kasus pasien baru
2. kasus pasien yang tidak ada perkembangan
3. kasus pasien pulang
4. kasus pasien yang meninggal
5. kasus pasien dengan masalah yang jarang ditemukan

Tujuan/ kegunaan
1. Mengenal kasus dan permasalahan
2. Mendiskusikan alternatif penyelesaian masalah asuhan keperawatan
3. Meningkatkan koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan
4. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam menangani kasus

Syarat
1. Dipimpin oleh ketua tim atau kepala ruangan
2. Peserta adalah seluruh perawat ruangan tanpa menganggu kegiatan ruangan
3. Waktu : 30 – 60 menit
4. Dilakukan : 2 kali sebulan atau disesuaikan dengan kondisi dan tingkat urgensi/ sesuai
dengan penjadualan masing-masing tim
5. Bahan : kasus klien dipersiapkan oleh tim yang bertanggung jawab
6. Dilakukan di ruangan

50
Langkah- langkah
1. Persiapan :
a. Masing-masing ketua tim sudah menjadwalkan kegiatan case conference dan sudah
disepakati oleh kedua tim
b. Jadual pelaksanaan case conference sudah terjadual
c. Ketua tim yang akan menyelenggakan case conference pada waktu yang sudah
ditetapkan menyiapkan bahan yang akan disampaikan saat case conference
2. Pelaksanaan :
a. Acara dimulai dengan pembukaan salam oleh ketua tim
b. Ketua tim menyampaikan kasus yang dibahas dan tindakan keperawatan yang sudah
dilakukan
c. Ketua tim meminta masukan kepada perawat tentang permasalahan yang dihadapi
d. Ketua tim menyimpulkan hasil secara keseluruhan dari kegiatan case conference secara
khusus tindak lanjut untuk kasus yang disajikan
e. Ketua tim menyampaikan POA, kontrak pertemuan berikut dan menutup kegiatan
3. Dokumentasi
a. Ketua tim mendokumentasi hasil dari case conference
b. Kepala ruangan menilai kemampuan ketua tim dalam melakukan case conference

Bentuk evaluasi
1. Format case conference
2. Format penilaian kinerja case conference untuk ketua tim

3) Rapat Tim Kesehatan


Yang dimaksud dengan rapat tim kesehatan adalah media komunikasi antara tim
kesehatan (rapat multidisiplin) untuk membahas manajerial ruang MPKP. Fokus pembicaraan
rapat ini adalah membahas hal-hal yang terkait dengan manajerial.

Tujuan/ kegunaan
1. Menyamakan persepsi terhadap informasi yang didapatkan dari masalah yang ditemukan,
khususnya masalah manajerial

51
2. Meningkatkan kesinambungan pemberian pelayanan kesehatan
3. Mengurangi kesalahan informasi antar tim kesehatan
4. Meningkatkan koordinasi antara tim kesehatan

Syarat
1. Dipimpin oleh kepala ruangan
2. Peserta: karu, katim, profesi lain
3. Waktu : 60 menit
4. Dilaksanakan di ruangan
5. Dilakukan : setiap satu bulan sekali
6. Bahan : laporan bulan lalu atau kasus

Langkah-langkah
1. Persiapan
a. Kepala ruangan menjadwalkan rapat tim kesehatan ruang MPKP dan disepakati oleh
semua perawat dan tim kesehatan yang terlibat diruangan
b. Menyiapkan bahan untuk rapat tim kesehatan. Adapun bahan rapat yang digunakan
adalah laporan pada bulan sebelumnya. Masalah yang akan dibahas bisa permasalahan
pasien/ keluarga, perawat dan tim kesehatan lainnya atau kerjasama, sarana dan prasarana
yang terkait dengan pemberian pelayanan kesehatan, ataupun anggaran yang diperlukan.
Bentuknya bisa berupa kebijakan, prosedur tetap, regulasi, koordinasi dan lainnya.
2. Pelaksanaan
a. Acara dimulai dengan pembukaan salam oleh kepala ruangan
b. Kepala ruangan menjelaskan tujuan atau agenda rapat tim kesehatan, lamanya waktu
rapat
c. Kepala ruangan membacakan laporan bulan sebelumnya tentang permasalahan yang
dihadapi
d. Kepala ruangan meminta masukan dan tanggapan kepada perawat dan tim kesehatan lain
yang hadir tentang masalah yang ada
e. Kepala ruangan mendengarkan masukan dan tanggapan dari yang hadir

52
f. Kepala ruangan beserta peserta yang hadir mencari jalan keluar dan memutuskan
tindakan bersama.
g. Kepala ruangan menyimpulkan hasil rapat pada pertemuan hari ini
h. Kepala ruangan menyampaikan pertemuan berikutnya dan permasalahan yang akan
dibahas
3. Dokumentasi
a. Kepala ruangan melakukan dokumentasi hasil rapat tim kesehatan

Bentuk evaluasi
Format dokumentasi rapat tim kesehatan

4) Kolaborasi dengan Dokter


a. Visit dokter
Yang dimaksud dengan visit dokter adalah kunjungan dokter ke ruangan untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan pada pasien, dan ketua tim bertanggung jawab melakukan
kolaborasi serta mendampingi dokter saat melakukan pemeriksaan dan menyampaikan informasi
tentang pasien.

Tujuan/ kegunaan
a. Meningkatkan pemberian pelayanan kesehatan
b. Meningkatkan koordinasi dalam pemberian pelayanan kesehatan
c. Meningkatkan kesinambungan pemberian pelayanan kesehatan

Syarat
a. Penanggung jawab visit dokter adalah ketua tim atau perawat asosiate yang bertanggung
jawab terhadap pasien yang mendapat pendelegasian dari ketua tim
b. Waktu : disesuaikan dengan kondisi pasien dan kesepakatan waktu jam visit
c. Tempat : di ruangan pasien

53
Langkah-langkah
a. Ketua tim atau perawat yang didelegasikan yang menjadi penanggung jawab terhadap klien
atau keluarga menyiapkan data-data yang dibutuhkan
b. Ketua tim memberikan informasi tentang kemajuan dan masalah klien, tindakan yang
dilakukan dan hasilnya kepada dokter
c. Ketua tim mendampingi dokter saat melakukan pemeriksaan dan meminta dokter
memberikan masukan terhadap hasil pemeriksaan
d. Ketua tim mendiskusikan rencana tindakan lanjutan untuk klien
e. Ketua tim mencatatkan hasil pemeriksaan dokter ke dalam catatan keperawatan

Bentuk evaluasi
a. Format visit dokter (lampiran 5)
b. Format kinerja visit dokter untuk ketua tim (lampiran 6)

b. Konsultasi via Telepon


Konsultasi via telepon adalah melaporkan kondisi pasien kepada dokter melalui telepon.
Konsultasi via telepon dilakukan jika menurut perawat kondisi pasien membutuhkan tindakan
kedokteran. Pada saat berkonsultasi mungkin saja dokter memberikan program terapi dokter
berupa tindakan yang dilaksanakan oleh perawat. Untuk ini diperlukan seorang saksi yang ikut
mendengarkan program terapi tersebut.

Tujuan
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan pada kondisi tertentu
2. Memberi pelayanan tim kesehatan jiwa yang segera kepada pasien
3. Melaksanakan pendelegasian via telepon

Syarat
1. Perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien memutuskan bahwa kondisi pasien
membutuhkan tindakan dokter (pagi hari Katim, sore/malam penanggung jawab tim)
2. Waktu: setiap saat diperlukan
3. Tempat: di ruang tempat pasien dirawat

54
Langkah-langkah:
1. Perawat penanggung jawab pasien mengobservasi pasien
2. Perawat menelepon dokter untuk berkonsultasi tentang hasil observasi yang didapatkan
3. Jika dokter memberikan program terapi via telepon, maka satu orang perawat lain ikut
mendengar instruksi sebagai saksi
4. Perawat menulis program terapi dokter pada rekam medik pasien
5. Dokter menuliskan instruksi via telepon dalam waktu 24 jam

I. Manajemen Asuhan Keperawatan (Patient Care Delivery)


Salah satu pilar praktek profesional keperawatan adalah pelayanan keperawatan dengan
menggunakan patient care delivery system di MPKP tertentu. Patient care delivery system yang
diterapkan di MPKP adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.
Berdasarkan survey masalah yang dilakukan di beberapa rumah sakit jiwa ditemukan ada 7
masalah keperawatan utama pasien yang dirawat meliputi:
 Risiko perilaku kekerasan
 Gangguan sensori persepsi: halusinasi
 Isolasi sosial
 Gangguan proses pikir: waham
 Risiko bunuh diri
 Defisit perawatan diri
 Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Berdasarkan hasil survey tersebut maka di MPKP patient care delivery system diterapkan
dalam bentuk:
 Pedoman proses keperawatan
 Pedoman asuhan keperawatan pada 7 kasus
 Pedoman pendidikan kesehatan keluarga

55
1) Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien secara sistematis dan terorganisir. Manajemen asuhan keperawatan
merupakan pengaturan sumber daya dalam menjalankan kegiatan keperawatan dengan
menggunakan metoda proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien atau menyelesaikan
masalah klien (Keliat, 2000). Tiga komponen penting dalam manajemen asuhan keperawatan
yaitu manajemen sumber daya manusia (perawat) dengan menggunakan sistem
pengorganisasian pekerjaan perawat (asuhan keperawatan) dan sistem klasifikasi kebutuhan
klien dalam metoda pemberian asuhan keperawatan yaitu proses keperawatan.

2) Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan penyelesaian masalah yang sistematis dalam
pemberian asuhan keperawatan. Kebutuhan dan masalah klien merupakan titik sentral dalam
proses penyelesaian masalah ini.
Menurut Craven dan Hirnle (2000) proses keperawatan merupakan suatu panduan untuk
memberikan asuhan keperawatan professional, baik untuk individu, kelompok, keluarga dan
komunitas. Berdasarkan prinsip inilah, tim pengembang modul ini menyusun pedoman
pemberian asuhan keperawatan di ruang MPKP yang dapat diterapkan baik pada individu pasien,
kelompok pasien, individu keluarga, dan kelompok keluarga pasien.
Selanjutnya, Craven dan Hirnle (2000) menyatakan bahwa proses keperawatan memiliki
enam fase yaitu: pengkajian, diagnosa, tujuan, rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi.
Pada ruang MPKP tim pengembang modul memasukkan tujuan kedalam fase diagnosa sehingga
proses keperawatan diruang ini terdiri dari lima fase, yaitu; pengkajian, diagnosa, rencana
tindakan, implementasi, dan evaluasi.
Untuk pengkajian telah disusun suatu format beserta panduan pengisian format tersebut.
Rencana keperawatan yang mencakup diagnosa, tujuan dan rencana tindakan keperawatan dibuat
standarnya berdasarkan ketujuh masalah keperawatan utama yang telah disebutkan sebelumnya.
Sedangkan untuk implementasi telah disusun panduan tindakan keperawatan per masalah
keperawatan dengan menetapkan paket tindakan keperawatan pada tiap pertemuan dengan pasien
sebanyak tujuh buah masalah keperawatan. Format evaluasi telah dibuat dan ditujukan untuk
menilai kemampuan pasien setelah diberikan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah

56
keperawatan yang dimiliki.. Format evaluasi untuk perawat juga dibuat untuk menilai
kemampuan perawat dalam memberikan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah
keperawatan pasien.

a. Pedoman Pengkajian
Dalam keperawatan, pengkajian merupakan pengumpulan data subyektif dan obyektif
secara sistematis dengan tujuan membuat penentuan tindakan keperawatan bagi individu,
keluarga dan komunitas (Craven & Hirnle, 2000). Oleh karena itu dibutuhkan suatu format
pengkajian yang dapat menjadi alat bantu perawat dalam pengumpulan data.
Format pengkajian di ruang MPKP meliputi aspek-aspek identitas pasien, alasan masuk,
factor predisposisi, fisik, psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme
koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengethaun, dan aspek medik (lihat lampiran 1).
Format pengkajian ini dibuat agar semua data relevan tentang masalah pasien saat ini, yang
lampau, atau yang potensial didapatkan sehingga diperoleh suatu data dasar yang lengkap.

b. Pedoman Rencana Tindakan Keperawatan


Pedoman rencana keperawatan mencakup perumusan diagnosa, tujuan umum dan khusus,
dan juga rencana tindakan yang telah distandarisasi oleh tim pengembangan ruang MPKP BPKJ
Banda Aceh.
Diagnosa keperawatan yang ditetapkan adalah sebagai berikut:
1. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Isolasi sosial
3. Gangguan sensori persepsi: halusinasi
4. Perubahan proses pikir: waham
5. Resiko Perilaku kekerasan
6. Resiko bunuh diri
7. Defisit perawatan diri

c. Pedoman Tindakan Keperawatan Pada Individu Pasien dan Keluarga


Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan
langsung kepada klien, keluarga, dan komunitas berdasarkan rencana keperawatan yang dibuat.

57
Berdasarkan manajemen asuhan keperawatan maka perlu dilakukan sistem klasifikasi
pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Sistem ini dikembangkan untuk meyakinkan
adanya pelayanan prima yang berfokus pada pelayanan pelanggan. Dengan system ini dikaji
kebutuhan pasien terhadap pelayanan keperawatan dan dirancang pemenuhan kebutuhannya
melalui standar pelayanan dan asuhan keperawatan. Diruang MPKP klien diklasifikasikan
berdasarkan tingkat kebutuhannya terhadap indakan keperawatan. Klasifikasi ini terdiri
dari:perawatan total, parsial, dan mandiri.
Menurut Gillies (1995) rata-rata pasien membutuhkan perawatan sehari selama empat
jam dengan rincian sebagai berikut:
1. Self care: kurang dari 2 jam
2. Minimal care: 2 jam
3. Moderate care: 3,5 jam,
4. Extensive care: 5-6 jam
5. Intensive care: 7 jam

Berdasarlan rincian ini maka ditetapkan tindakan keperawatan diruangan MPKP untuk
pasien dibagi dalam tiga kategori:
1. Keperawatan total: 6 jam
2. Keperawatan parsial: 4 jam
3. Keperawatan mandiri: 2 jam

Jumlah jam untuk tindakan keperawatan diatas dialokasikan untuk tindakan bagi individu
pasien selama 24 jam, tidak termasuk tindakan keperawatan dalam bentuk kelompok dan ADL
pasien.
Semua rincian waktu dan tindakan keperawatan diatas dibuatkan pedoman tindakan dan
jadwal aktivitas per masalah keperawatan per sistem klasifikasi pasien. Diharapkan untuk
selanjutnya perawat di ruamg MPKP memiliki panduan yang jelas dalam pemberian tindakan
keperawatan untuk setiap pasien sesuai masalah keperawatan dan tingkat kebutuhan tindakan
keperawatannya. Pedoman tindakan keperawatan dibuat untuk tindakan kepada pasien baik
secara individual, kelompok, maupun yang terkait dengan aktivitas kehidupansehari-hari (ADL).
Dengan adanya rincian kebutuhan waktu, diharapkan setiap perawat memiliki jadwal kegiatan

58
harian untuk pasien masing-masing sehingga waktu kerja perawat menjadi lebih efektif dan
efisien.
Selanjutnya semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh perawat
didokumentasikan dalam format implementasi dan dievaluasi dengan menggunakan pendekatan
SOAP (subjective, objective, analyses, planning). Disamping itu terkait dengan pendekatan
SOAP setiap kali selesai berinteraksi dengan pasien, perawat memberikan penugasan atau
kegiatan yang terkait dengan tindakan keperawatan yang telah dilakukan sebagai tindak lanjut.
Penugasan atau kegiatan ini dimasukkan kedalam jadwal aktivitas pasien dan diklasifikasikan
apakah tugas tersebut dilakukan secara mandiri (M), dengan bantuan sebagian (B), atau dengan
bantuan total (T). Setiap hari kemampuan melakukan tugas atau aktivitas ini dievaluasi.

d. Pedoman Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


TAK merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk pasien gangguan jiwa.
Pelaksanan terapi ini merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat. Untuk ruang
MPKP pelaksanaan terapi ini merupakan tanggung jawab KATIM. Oleh karena itu, seorang
KATIM mempunya kemampuan untuk melakukan TAK secara tepat dan benar.

e. Pendidikan Kesehatan Keluarga


Pendidikan kesehatan keluarga merupakan program yang diberikan kepada keluarga
pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit jiwa agar mereka mampu merawat pasien di
rumah. Tindakan keperawatan untuk individu keluarga telah terintegrasi dengan tindakan
terhadap pasien (lihat no. 3). Pendidikan kesehatan untuk kelompok keluarga diperlukan untuk
memberdayakan keluarga-keluarga pasien jiwa dalam mengatasi masalah secara bersama-sama.
Isi program disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan keluarga untuk kesembuhan pasien.
Program ini dilaksanakan dalam bentuk pertemuan kelompok besar dan kecil.

59

Anda mungkin juga menyukai