Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN

KEPERAWATAN GERONTIK KATARAK

DISUSUN OLEH :

DELA FITRIANI

NPM.21230051 P

DOSEN : Ns. TITA SEPTI HANDAYANI,S.Kep, MNS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)

UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU

TAHUN 2021

MAKALAH GERONTIK
KATARAK
1) Konsep katarak

Katarak adalah kekeruhan pada lensa atau hilang transparansinya dimana dalam keadaan
normal jernih. Lensa yang transparan atau bening, dipertahankan oleh keseragaman serat,
distribusi dan komposisi protein kristalin dalam lensa. Sifat transparansi lensa ini dapat menurun
oleh karena lensa mengalami perubahan ikatan struktur protein dan inti/nukleus lensa, sehingga
terjadi peningkatan kekeruhan inti lensa. (Khurana Ak, 2007).

Katarak berasal dari kata Yunani Katarraktes, Inggris Cataract, dan Latin cataracta yang
berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air
terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-
duanya.

Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak
mengalami perubahan dalam waktu lama. Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia
lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital atau punyulit penyakit mata lokal
menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak, seperti glaukoma,
ablasi, uveitis, dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan proses intraokular lainnya.

A. Epidemiologi

Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10%


orang Amerika Serikat, dan prevalensi ini meningkat sampai skeitar 50% untuk usia antara 65-74
tahun, dan sampai sekitar 70% pada usia lebih dari 75 tahun. Sebagiab kasus bersifat bilateral,
walaupun kecepatannya pada masing-masing mata jarang sama.

National Health and Nutritional Examination Survey (NHANES) menyatakan bahwa


progresivitas terjadinya katarak terkait dengan usia. Katarak terjadi pada sekitar 12% pasien usia
45-54 tahu, 27% pada usia 55-64 tahun, dan 58% pada usia 65-74 tahun.

Di Indonesia sekitar 47% dari orang yang mengalami kebutaan disebabkan oleh katarak.
Prevalensi usia orang yang mengalami katarak di Indonesia juga lebih muda daripada di negara
barat, yaitu sekitar usia 40-60 tahun, namun seiring dengan bertambahnya usia, prevalensinya
semakin banyak.

B. Etiologi

Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Faktor-faktor yang dapat memicu timbulnya
penyakit katarak, diantaranya adalah sebagai berikut: Penyakit sistemik seperti peradangan dan
metabolik, misalnya diabetes melitus, dislpidemia. Kekurangan vitamin A, B1, B2 dan C.
Riwayat keluarga dengan katarak, Penyakit infeksi atau cedera mata terdahulu, Pembedahan
mata, Pemakaian obat-obatan tertentu (kortikosteroid) dalam jangka panjang , Faktor
lingkungan, seperti trauma, penyinaran, dan sinar ultraviolet. Efek dari merokok dan alkohol
(Gin Djing, 2006 dan Ilyas, 2006).

C. Jenis-jenis Katarak

 Katarak kortikalis

Pada awal pembentukan katarak kortikalis, terjadi perubahan komposisi


ion pada korteks lensa sehingga menyebabkan perubahan hidrasi. Perubahan
hidrasi ini akan menghasilkan celah dengan pola radiasi di sekitar daerah ekuator
dan lama kelamaan akan timbul kekeruhan di kortek lensa. Pengaruhnya pada
fungsi penglihatan tergantung pada kedekatan opasitas dengan aksis visual.Gejala
awalnya biasanya adalah penderita merasa silau saat mencoba memfokuskan
pandangan pada suatu sumber cahaya di malam hari.Selain itu diplopia
monokular juga dapat dikeluhkan penderita. Pemeriksaan menggunakan
biomikroskop slitlamp akan mendapatkan gambaran vakuola dan seperti celah air
disebabkan degenerasi serabut lensa, serta pemisahan lamela korteks anterior atau
posterior oleh air. Gambaran Cortical-spokes seperti baji terlihat di perifer lensa
dengan ujungnya mengarah ke sentral, kekeruhan ini tampak gelap apabila dilihat
menggunakan retroiluminasi. (American Academy Of Ophthalmology 2011-
2012).

 Katarak nuklearis
Jenis katarak ini biasanya berkembang lambat dan terjadi bilateral,
meskipun bisa asimetris.Gejala yang paling menonjol dari katarak jenis ini adalah
kabur melihat jauh daripada melihat dekat.Katarak jenis ini sedikit berwarna
kekuningan dan menyebabkan kekeruhan di sentral. (Vaughan, 2008; American
Academy of Ophthalmology, 2013).

 Katarak subkapsularis posterior

Katarak tipe ini terletak pada lapisan korteks posterior dan biasanya selalu
aksial. Pada tahap awal biasanya katarak subkapsularis posterior ini masih terlihat
halus pada pemeriksaan slit lamp di lapisan korteks posterior., tetapi pada tahap
lebih lanjut terlihat kekeruhan granular dan seperti plak pada korteks subkapsular
posterior. Gejala yang timbul dapat berupa silau, diplopia monokular dan lebih
kabur melihat dekat dibandingkan melihat jauh. (American Academy Of
Ophthalmology 2011-2012).

 Katarak terkait usia (katarak senilis)

Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai.


Satusatunya gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin
kabur.

D. Patofisiologi

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada
korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan.
Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna, nampak
seperti kristal salju pada jendela.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.


Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalamui
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.

E. Manifestasi Klinik

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien


melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan fungsional
sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi, temuan
objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga
retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya
akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus
pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang
normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi
bertahap selama bertahun-tahun , dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa
koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan.

Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk


menghindari silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah.
Misalnya, ada yang mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak akan
langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak lebar atau kaca
mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari
(Smeltzer, 2001).

F. Komplikasi

1. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi


maka gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan
resikoterjadinya glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan
pengangkatan dengan satu instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel
(virektomi). Pemasanagan lensa intraocular sesegera mungkin tidak bias dilakukan
pada kondisi ini.

2. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca
operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil
mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan
pembedahan.

3. Endoftalmitis. Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius, namun jarang terjadi.

2) Konsep Lansia

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah
suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur mengakibatkan perubahan
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar tubuh.

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006).
Keperawatan Gerontik adalah Suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada
ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psikososio-spritual dan kultural yang
holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.

A. Batasan Lansia

1. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut .


a) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
b) Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
c) Usia sangat tua (very old) adalah usia> 90 tahun.

2. Depkes RI (2005) dibagi tiga kategori,


a) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
b) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
c) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas
dengan masalah kesehatan.

3. Batasan Usia lansia era baru,menurut WHO


a) Setengah baya : 66- 79 tahun,
b) Orang tua : 80- 99 tahun,
c) Orang tua berusia panjang

B. Ciri-ciri Lansia

 Lansia merupakan periode kemunduran.

Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis.Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.
Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan,
maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia
yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan
lebih lama terjadi.

 Lansia memiliki status kelompok minoritas.

Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia
yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat
menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada
orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.

 Menua membutuhkan perubahan peran.

Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami


kemunduran dalam segala hal.Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan
atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.Misalnya
lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya
masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.

 Penyesuaian yang buruk pada lansia.

Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung


mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk.Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian
diri lansia menjadi buruk pula.Contoh : lansia yang tinggal bersama keluarga
sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola
pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari
lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.

C. Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di
dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia merupakan istilah
tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua (tahap
penuaan). Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga
tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan).
Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh,
jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional.Pada manusia, penuaan
dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah,
paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya.
Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap
berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain.
Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan teori, namun
para ahli pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan pada faktor
genetik.

D. Teori proses menua

 Teori – teori biologi


(a) Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory) Menurut teori ini menua
telah terprogram secara genetik untuk spesies – spesies tertentu. Menua terjadi
sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul – molekul /
DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang
khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan
fungsional sel).
(b) Pemakaian dan rusak Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh
lelah (rusak)
(c) Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory) Di dalam proses
metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh
tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah dan sakit.
(d) Teori“immunology slow virus” (immunology slow virus theory) Sistem
immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam
tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
(e) Teori stress Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh.Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
(f) Teori radikal bebas Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein.Radikal bebas ini dapat
menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
(g) Teori rantai silang Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan
ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya
elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.
(h) Teori program Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.

 Teori kejiwaan social


a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory) Lansia mengalami penurunan jumlah
kegiatan yang dapat dilakukannya.Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.
b) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari
usia pertengahan ke lanjut usia
c) Kepribadian berlanjut (continuity theory) Dasar kepribadian atau tingkah laku
tidak berubah pada lansia.Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas.Pada
teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia
sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
d) Teori pembebasan (disengagement theory) Teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi
kehilangan ganda (triple loss), seperti’ Kehilangan peran, Hambatan kontak sosial
dan Berkurangnya kontak komitmen

E. Faktor yang mempengaruhi Penuaan

Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologi. bila seseorang mengalami
penuaan fisiologis (fisiological aging), diharapkan mereka dapat tua dalam keadaan sehat.
Penuaan ini sesuai dengan kronologis usia dipengaruhi oleh faktor endogen. Perubahan
ini dimulai dari sel jaringan organ sistem pada tubuh.Sedangkan faktor lain yang juga
berpengaruh pada proses penuaan adalah faktor eksogen seperti lingkungan, sosial
budaya, dan gaya hidup. Mungkin pula terjadi perubahan degeneratif yang timbul karena
stress yang dialami individu. (Azizah & Lilik, 2011). Yang termasuk faktor lingkungan
antara lain pencemaran lingkungan akibat kendaraan bermotor, pabrik, bahan kimia,
bising, kondisi lingkungan yang tidak bersih, kebiasaan menggunakan obat dan jamu
tanpa kontrol, radiasi sinar matahari, makanan berbahan kimia, infeksi virus, bakteri dan
mikroorganisme lain. Faktor endogen meliputi genetik, organik dan imunitas. Faktor
organik yang dapat ditemui adalah penurunan hormone pertumbuhan, penurunan hormon
testosteron, peningkatan prolaktin, penurunan melatonin, perubahan folicel stimulating
hormon dan luteinizing hormone (Stanley & beare, 2007). Menurut Wahyudi Nugroho
(2008), faktor yang mempengaruhi penuaan adalah hereditas (keturunan),
nutrisi/makanan, status kesehatann, pengalaman hidup, lingkungan dan stress.

Konsep Asuhan Keperawatan


I. Pengkajian Fokus

Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang
penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama pasien
dirawat di rumah sakit.

 Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.

 Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
b. Riwayat kesehatan dahulu Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk
menemukan masalah primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan
kabur, pandangan ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus
menemukan apakah masalahnya hanya mengenai satu mata atau dua mata dan
berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat
penting. Apakah pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata,
penyakit apa yang terakhir diderita pasien.
c. Riwayat kesehatan sekarang Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien.
Apakah ia mengenakan kacamata atau lensa kontak? apakah pasien mengalami
kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam
membaca atau menonton televisi? bagaimana dengan masalah membedakan
warna atau masalah dengan penglihatan lateral atau perifer?
d. Riwayat kesehatan keluarga Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat
pertama atau kakek-nenek.

 Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan
pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002).
Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa
dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan
katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait
usia biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak
terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang
menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain deposisi
pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris
menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005).

 Perubahan pola fungsi


Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai
berikut :
a) Persepsi tehadap kesehatan Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara
kesehatan, adakah kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien
mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
b) Pola aktifitas dan latihan Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan
aktifitas atau perawatan diri, dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2=
perlu bantuan orang lain, 3= perlu bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/
tidak mampu. Skor dapat dinilai melalui :

Aktifitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/Berdandan
Eliminasi
Mobilisasi ditempat
tidur
Pindah
Ambulasi
Naik tangga
Belanja
Memasak
Merapikan rumah
c) Pola istirahat tidur Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur
seperti insomnia atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.
d) Pola nutrisi metabolik Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada
anjuran diet apa yang telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan
setelah sakit mengalami perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah,
adakah penurunan berat badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir.
e) Pola eliminasi Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan
atau kesulitan. Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB
kaji bentuk, warna, bau dan frekuensi.
f) Pola kognitif perseptual Status mental pasien atau tingkat kesadaran,
kemampuan bicara, mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien
berinteraksi. Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
g) Pola konsep diri Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya
seperti harga diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran
akan dirinya.
h) Pola koping Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima
dan menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga
setelah sakit.
i) Pola seksual reproduksi Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi
terakhir dan adakah masalh saat menstruasi.
j) Pola peran hubungan Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja,
sistem pendukung dalam menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan keluarga
selama pasien dirawat di rumah sakit.
k) Pola nilai dan kepercayaan Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan atas sakit yang diderita.

 Pemeriksaan Diagnostik
Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu snellen,
keratometri, pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka Ascan ultrasound
(echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik,
khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel
endotel 2000 sel/mm3 , pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan
fakoemulsifikasi dan implantasi IOL (Smeltzer, 2001).

 Diagnosa Keperawatan
 Pre Operasi
a. Cemas (ansietas) berhubungan dengan kerusakan sensori dan kurangnya
pemahaman mengenai tindakan operasi yang akan dilakukan.
b. Resiko Cedera berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
c. Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/ perubahan status organ indera.
 Post Operasi
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
b. Gangguan sensori perceptual : penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori / status organ indera.
c. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan pasca operasi.
d. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kehilangan penglihatan
perifer sementara dan persepsi sekunder terhadap pembedahan mata.
e. Cemas (ansietas) berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
f. Diagnosa Psikososial : Kurang pengetahuan berhubungan dengan
keterbatasan sumber informasi.
 Fokus Intervensi & Rasional
 Pre Operasi
A. Diagnosa keperawatan : cemas (ansietas) berhubungan dengan
kerusakan sensori dan kurangnya pemahaman mengenai tindakan operasi
yang akan dilakukan.
Tujuan : menurunkan stress emosional, ketakutan dan depresi, penenmaan
pembedahan dan pemahaman instruksi. Kriteria hasil: mengucapkan
pemahaman mengenai informasi.
Rencana tindakan :
1) Kaji derajat dan durasi gangguan visual. Dorong percakapan untuk
mengetahui keprihatinan pasien, perasaan, dan tingkat pemahaman. Jawab
pertanyaan, beri dukungan dan bantu pasien dengan metode koping.
Rasional : informasi dapat menghilangkan ketakutan yang tidak
diketahui.Mekanisme koping dapat membantu pasien berkompromi
dengan kegusaran, ketakutan, depresi, tegang, keputusasaan, kemarahan
dan penolakan
2) Orientasikan pasien pada lingkungan yang baru.
Rasional: pengenalan terhadap lingkungan membantu mengurangi ansietas
dan meningkatkan keamanan.
3) Jelaskan rutinitas persiapan operasi dan tindakan operasi yang akan
dilakukan Rasional: Pasien yang telah mendapat banyak informasi akan
lebih mudah menerima pemahaman dan mematuhi instruksi.
4) Jelaskan intervensi sedetil-detilnya. Perkenalkan diri anda pada setiap
interaksi, terjemahkan setiap suara asing, pergunakan sentuhan untuk
membantu komunikasi verbal.
Rasional: Pasien yang mengalami gangguan visual bergantung pada
masukan indera yang lain untuk mendapatkan informasi.
5) Dorong untuk menjalankan kebiasaan hidup sehari-hari bila mampu.
Pasan makanan yang bisa dimakan dengan tangan bagi mereka yang tak
dapat melihat dengan baik atau tidak memiliki keterampilan koping untuk
mempergunakan peralatan makan.
Rasional: Perawatan diri dan kemandirian akan meningkatkan rasa sehat.
6) Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti daiam perawatan
pasien. Rasional: Pasien mungkin tak mampu melakukan semua tugas
sehubungan dengan penanganan dan perawatan diri.
7) Dorong partisipasi dalam aktivitas sosial dan pengalihan bila
memungkinkan Rasional: Isolasi sosial dan waktu luang yang terlalu lama
dapat menimbulkan perasaan negative.
B. Resiko Cedera berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan cedera dapat
dicegah.
Kriteria hasil : Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk
menurunkan faktor resiko dan melindungi diri dari cedera
Rencana tindakan :
1) Bantu pasien ketika mampu melakukan ambulasi, pre operasi sampai
stabil, dan mencapai penglihatan dan keterampilan koping yang memadai.
Gunakan teknik bimbingan penglihatan.
Rasional : Menurunkan resiko jatuh atau cedera ketika langkah
sempoyongan atau tidak mempunyai keterampilan koping untuk
kerusakan penglihatan.
2) Bantu pasien menata lingkungan. Jangan mengubah penataan meja
kursi tanpa orientasi terlebih dahulu.
Rasoinal : Memfasilitasi kemandirian dan menurunkan resiko cedera.
3) Orientasikan pasien pada ruangan.
Rasional : Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan.
4) Bahas perlunya penggunaan persisai metal atau kacamata bila
diperintahkan Rasional : Tameng logam atau kacamata melindungi mata
terhadap cedera.
5) Gunakan prosedur yang memadai ketika memberikan obat mata.
Rasional : Cedera dapat terjadi bila wadah obat menyentuh mata.
C. Gangguan sensori persepsi: penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/ perubahan status organ indera.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat
meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.
Kriteria hasil : Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan, mengidentifikasi atau memperbaiki potensial bahaya dalam
lingkungan.
Rencana tindakan :
1) Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata
terlibat. Rasional : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi,
sebab kehilangan penglihatan terjadi secara lambat dan progresif. Bila
bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda. Tetapi biasanya
hanya satu mata diperbaiki per prosedur
2) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain disekitarnya.
Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan,
menurunkan cemas dan disorientasi pasca operasi.
3) Observasi tanda dan gejala disorientasi. Pertahankan pagar tempat tidur
sampai benar-benar sembuh.
Rasional : Terbangun dalam lingkungan tidak dikenal dan mengalami
keterbatasan penglihatan dapat mengakibatkan bingung pada orang tua.
Meningkatkan resiko jatuh bila bingung/tidak tahu ukuran tempat tidur.
4) Pendekatan dari sisi yang tidak dioperasi, bicara dan menyentuh sering,
dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.
Rasional : Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan
menurunkan bingung.
5) Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata
dimana dapat terjadi bila menggunakan obat teles mata.
Rasional : Gangguan penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah
tetesan mata tetapi secara bertahap menurun dengan penggunaan.
6) Ingatkan pasien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya
memperbesar ± 25%, penglihatan perifer hilang, dan buta titik mungkin
ada. Rasional : Perubahan ketajaman dan kedalaman persepsi dapat
menyebabkan bingunng penglihatan/ meningkatkan resiko cedera sampai
pasien belajar untuk mengkompensasi.

 Post Operasi
A. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas
drainase purulen, eritema, dan demam.
Rencana tindakan :
1) Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum menyentuh/mengobati
mata.
Rasional : Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah
kontamenasi area operasi.
2) Gunakan/tunjukkan teknik yang tepat untuk membersihkan mata dari
dalam dengan kapas basah/bola kapas untuk tiap usapan, ganti balutan dan
masukkan lensa kontak bila menggunakan.
Rasional : Teknik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan
kontaminasi silang.
3) Tekankan pentingnya tidak menyentuh/menggaruk mata yang dioperasi.
Rasional : Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi.
4) Observasi/diskusikan tanda terjadinya infeksi, contoh : kemerahan,
kelopak bengkak, drainase purulen.
Rasional : Infeksi mata terjadi 2 sampai 3 hari setelah prosedur dan
memerlukan upaya intervensi.
5) Berikan obat sesuai indikasi. Antibiotic (topical, parenteral,
subkonjungtiva) dan steroid.
Rasional : Sediaan topical digunakan secara profilaksis, dimana terapi
lebih agresif diperlukan bila terjadi infeksi. Steroid digunakan untuk
menurunkan inflamasi.
B. Gangguan sensori perceptual : penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori / status organ indera.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan dapat
meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.
Kriteria hasil : Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan, mengidentifikasi atau memperbaiki potensial bahaya dalam
lingkungan.
Rencana tindakan :
1) Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu atau kedua mata
terlibat. Rasional : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi,
sebab kehilangan penglihatan terjadi secara lambat dan progresif. Bila
bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang berbeda. Tetapi biasanya
hanya satu mata diperbaiki per prosedur
2) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang lain disekitarnya.
Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan kekeluargaan,
menurunkan cemas dan disorientasi pasca operasi.
3) Observasi tanda dan gejala disorientasi.
Rasional : Berada dalam lingkungan baru dengan mengalami keterbatasan
penglihatan dapat mengakibatkan bingung.
4) Pertahankan pagar tempat tidur sampai benar-benar sembuh dan
penglihatan bisa digunakan dengan maksimal.
Rasional : Meningkatkan resiko jatuh bila bingung/tidak terbiasa dengan
keadaan di rumah sakit.
5) Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata
dimana dapat terjadi bila menggunakan obat teles mata.
Rasional : Gangguan penglihatan/ iritasi dapat berakhir 1-2 jam setelah
tetesan mata tetapi secara bertahap menurun dengan penggunaan.
6) Ingatkan pasien untuk menggunakan kacamata katarak yang tujuannya
memperbesar ±25%, penglihatan perifer hilang, dan buta titik mungkin
ada. Rasional : Perubahan ketajaman dapat menyebabkan gangguan
penglihatan/ meningkatkan resiko cedera sampai pasien belajar untuk
mengkompensasi.
C. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan tindakan operasi
yang akan dilakukan.
Tujuan : Mendemonstrasikan berkurangnya ketidaknyamanan mata.
Kriteria hasil : Menyangkal ketidaknyamanan mata, tak ada merintih,
ekspresi wajah rileks.
Rencana tindakan :
1) Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri, misalnya
terus-menerus, sakit, menusuk, terbakar. Buat rentang intesitas pada skala
0-10. Rasional : Memberikan informasi untuk membantu dalam
menentukan pilihan/ keefektifan intervensi.
2) Berikan analgesik resep sesuai pesanan dan mengevaluasi keefektifan.
Beri tahu dokter bila nyeri mata menetap atau memburuk setelah
pemberian pengobatan.
Rasional : Analgesik memblokir jaras nyeri. Ketidaknyamanan mata berat
menandakan perkembangan komplikasi dan perlunya perhatian medis
segera. Ketidaknyamanan ringan diperkirakan
3) Berikan anti inflamasi dan agen anti infeksi oftalmik yang diresepkan.
Rasional : Untuk menurunkan bengkak dan mencegah infeksi.
4) Berikan kompres dingin sesuai pesanan dengan menggunakan teknik
aseptik. Ajarkan pasien bagaimana memberikan kompres dengan
menggunakan teknik aseptik dalam persiapan pulang. Tekankan
pentingnya mencuci tangan sebelum perawatan mata di rumah.
Rasional : Dingin membantu menurunkan bengkak. Kerusakan jaringan
mempredisposisikan pasien pada invasi bakteri.
D. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kehilangan penglihatan
perifer sementara dan persepsi sekunder terhadap pembedahan mata.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, cedera dapat dicegah.
Kriteria hasil: tidak ada memar kaki, menyangkal jatuh, tidak ada
manifestasi peningkatan intraokular atau perdarahan.
Rencana tindakan :
1) Pertahankan posisi tempat tidur rendah, pagar tempat tidur tinggi, dan
bel pemanggil di samping tempat tidur. Orientasikan ulang pasien
terhadap susunan struktur ruangan. Instruksikan pasien untuk memberi
tanda untuk bantuan bila turun dari tempat tidur sampai mampu ambulasi
tanpa bantuan. Rasional : Beberapa kejadian kehilangan keseimbangan
terjadi bila mata ditutup, khususnya pada lansia.
2) Mulai tindakan-tmdakan untuk mencegah peningkatan tekanan
intraokular : a) Pertahankan kepala tempat tidur tinggi kira- kira 45 derajat
untuk 24 jam pertama.
b) Ingatkan pasien untuk menghindari batuk, bersin, membungkuk dengan
kepala rendah dari panggul, dan mengejan.
Rasional: Peningkatan tekanan intraokular meningkatkan nyeri dan resiko
terhadap kerusakan jahitan yang digunakan pada pembedahan mata.
E. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan sumber
informasi. Tujuan : memenuhi kebutuhan informasi klien.
Kriteria hasil: Menyatakan pemahaman kondisi dan pengobatan,
melakukan prosedur dengan benar dan alasan tindakan.
Rencana tindakan :
1) Kaji informasi tentang kondisi individu dan prognosis.
Rasional: Meningkatkan kerjasama dengan program pascaoperasi.
2) Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
Rasional: Dapat bereaksi silang/ campur dengan obat yang diberikan.
3) Diskusikan kemungkinan efek/ interaksi obat mata dan masalah medis
pasien seperti hipertensi, PPOM. Ajarkan metode yang tepat memasukkan
obat tetes untuk meminimalkan efek sistemik.
Rasional : Tindakan benar dapat membatasi absorbsi dalam sirkulasi
sistemik, meminimalkan masalah interaksi obat dan efek sistemik yang
tidak diinginkan. 4) Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin.
Beritahu untuk melaporkan penglihatan berawan.
Rasional: Pengawasan periodik menurunkan resiko komplikasi serius.
Pada beberapa pasien, kapsula posterior dapat menebal dalam 2 minggu/
beberapa tahun pasca operasi, memerlukan terapi laser untuk
mempeebaiki penglihatan. F. Cemas (ansietas) berhubungan dengan
perubahan status kesehatan.
Tujuan : cemas yang dirasakan pasien hilang.
Kriteria hasil: Tampak rileks melaporkan ansietas menurun, menggunakan
sumber secara efektif
Rencana tindakan :
1) Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman dan pengetahuan kondisi saat
ini. Rasional : Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman
diri, potensial siklus ansietas, dan dapat mempengaruhi uoaya medik.
2) Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan
bahwa pengawasan dan pengobatan dapat mencegah kehilangan
penglihatan tambahan.
Rasional : Menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan/
harapan yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat
pilihan informasi tentang pengobatan.
3) Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan
perasaan. Rasional: Memberikan kesempatan untuk menerima situasi
nyata. Mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah.
4) Identifikasi sumber/ orang yang menolong
Rasional : Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendirian dalam
menghadapi masalah.
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-andriniest-6717-2-babii%28-%29.pdf

http://rsudurm.sumbatimurkab.go.id/wp-content/uploads/2019/11/140685445-MAKALAH-
KATARAK.pdf

http://repository.poltekeskupang.ac.id/1666/1/KTI%20GANGGUAN%20PENGLIHATAN.pdf

Anda mungkin juga menyukai