PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2,5
2.2
Katarak
Berdasarkan data WHO, katarak merupakan penyebab utama dari kebutaan
dan gangguan penglihatan di seluruh dunia. WHO memperkirakan katarak
menyebabkan buta yang bersifat reversibel lebih dari 17 juta dari 37 juta individu
yang mengalami kebutaan di seluruh dunia dan angka ini diperkirakan mencapai
40 juta individu pada tahun 2020.5
Walaupun katarak dapat disebabkan oleh faktor metabolik, kongenital,
ataupun traumatik, namun katarak yang berhubungan dengan usia yaitu katarak
senilis lah yang mempunyai efek sosioekonomik paling besar. Hal ini disebabkan
oleh prevalensinya yang tinggi.5
Berikut tabel yang memaparkan klasifikasi dan penyebab kekeruhan pada
lensa :
2.3
Katarak Senilis
2.3.1 Definisi
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun.1
2.3.2 Klasifikasi
Secara klinis, katarak senilis dikenal dalam 4 stadium, yakni stadium
insipien, stadium imatur, stadium matur, stadium hipermatur. Berikut pembagian
klinis dari katarak senilis:
Tabel 2.3 Klasifikasi dan gambaran klinis katarak senilis1,2
Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Seluruh
Cairan
Normal
Bisa
Normal
Bisa Berkurang
lensa
Iris
Normal
Bertambah
(air+massa lensa
(air masuk)
keluar)
Bisa
Normal
Bisa Tremulans
Terdorong
Bilik
mata
Normal
Bisa Dangkal
Normal
Bisa Dalam
Sudut bilik
Normal
Bisa Sempit
Normal
Bisa Terbuka
Negatif
Bisa Positif
Negatif
Bisa
depan
mata
Shadow
test
Penyulit
Pseudopositif
-
Glaukoma
Fakomorfik
Uveitis,
Glaucoma
Fakolitik
Gambar 2.3 dari kiri ke kanan : katakak imatur, matur dan hipermatur3
berkas
cahaya
dan
mengurangi
transparansiya.Temuan
tambahan mungkin berupa vesikel di antara serat-serat lensa atau migrasi sel
epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang menyimpang. Setelah usia pertengahan
terjadi proses kondensasi normal dalam nukleus lensa.2 Semakin tua usia lensa,
maka akan semakin meningkat berat dan ketebalannya namun berkurang daya
akomodasinya. Seiring dengan terbentukya lapisan baru lensa secara konsentrik,
teradilah pengerasan lensa (sklerosis lensa). Modifikasi kimiawi dan proses
proteolitik yang terjad pada molekul kristalin menghasilkan pembentukan agregat
protein dengan berat molekul yang besar. Agregat ini dapat menjadi cukup besar
untuk mengubah indeks refraksi lensa yang membuat pemantulan cahaya dan
mengurangi transparansi lensa.5
Modifikasi kimiawi lain yang terjadi yaitu peningkatan pigmentasi. Pada
usia lanjut juga terjadi penurunan konsentrasi glutation dan kalium namun terjadi
peningkatan konsentrasi natrium dan kalsium pada sitoplasma sel yang menyusun
lensa.5
Adapun teori yang dipaparkan pada proses terjadinya katarak pada usia
lanjut yaitu meliputi teori putaran biologik, imunologis, teori mutasi spontan,
teori a free radical dan teori a cross link.1
2.3.5 Diagnosis
10
Snellen.
Secara
umum,
penurunan
ketajaman
penglihatan
11
Katarak Traumatika
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada
lensa atau trauma tumpul pada bola mata. Peluru senapan angina dan petasan
merupakan penyebab tersering. Penyebab lain yang lebih jarang adalahanak
panah, batu, kontusio, pajanan berlebih terhadap panas. Di dunia industri
pengamanan terbaik adalah sepasangkacamatapelindung yang bermutu baik.
Lensa menjadi putih segera setelahmasuknya benda asing karena lubang pada
kapsul lensa menyebabkan aqueous humor dan kadang-kadang vitreus masuk
Pasien sering kali adalah seorang pekerja industri yang pekerjaannya
memukulkan baja ke bajalain. Contohnya, potongan kecil palu baja dapat
menembus kornea dan lensa dengan kecepatan yang sangat tinggi lalu tersangkut
di vitreus atau di dalam retina. kedalam lensa.2
Gambar 2.8 katarak traumatik berbentuk bintang dibagian posterior lensa. Ini
biasanya terjadi karena kontusio okulardan hanya bisa dideteksi melalui pupil
terdilatasi baik2
Katarak Komplikata
Katarak dapat terbentuk akibat efek langsung penyakit intraocular yang
mempengaruhi fisiologi lensa (missal uveitis rekuren yang parah). Katarak
biasanya berawal didaerah subkapsular posterior dan akhirnya mengenai seluruh
struktur lensa. Penyakit-penyakit intraocular yang sering berkaitan dengan
pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau berulang, glaukoma, retinitis
12
Gambar 2.9 katarak titik pungtata. Jenis katarak ini kadang-kadang ditemukan sebagai
komplikasi mata pada diabetes mellitus. Bisa juga kongenital.
13
2.3.7 Tatalaksana
Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan
jika tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu
pekerjaan sehari-hari, bila katarak ini menimbulkan penyulit seperti glaukoma
dan uveitis. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu
kehidupan sosial atau atas indikasi medis lainnya.1
Indikasi yang paling sering dari operasi katarak ialah indikasi sosial yaitu
pasien menginginkan operasi untuk memperbaiki penglihatannya. Apabila pasien
memiliki katarak bilateral dengan fungsi penglihatan yang signifikan maka
operasi dilakukan pertama pada mata dengan katarak yang lebih berat. Indikasi
medis dari operasi katarak antara lain glaukoma fakolitik, glaukoma fakomorfik,
uveitis fakoantigenik, dan dislokasi lensa ke kamera okuli anterior. Tambahan
indikasi dari operasi katarak yaitu apabila lensa sudah keruh seluruhnya sehingga
tidak dapat dinilai fundus dan dapat mengganggu diagnosis dan manajemen
penyakit mata lain misalkan retinopati diabetik dan glaukoma.5
Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengangkat lensa yang
katarak. Dapat dilakukan dengan intrakapsular yaitu mengeluarkan lensa bersama
dengan kapsul lensa, atau ekstrakapsular yaitu mengeluarkan isi lensa (korteks
dan nukleus) dengan meninggalkan kapsul posterior.1
Metode operasi yang umum dipilih untuk katarak dewasa atauanak-anak
adalah dengan ECCE (extra capsular cataract extraction). Penanaman lensa
intraokular merupakan bagian dari prosedur ini. Insisi dibuat pada limbus atau
kornea perifer, bagian superior atau temporal. Dibuat sebuah saluran pada kapsul
anterior dan nukeus serta korteks lensanya diangkat. Kemudian lensa intraokular
ditempatkan pada kantung kapsular yang sudah kosong, disangga oleh kaspul
posterior yang masih utuh, tetapi prosedur ini memerlukan insisi yang relative
besar.2
Fakoemulsifikasi saat ini ialah teknik ECCE yang paling sering digunakan.
Teknik ini menggunakan vibraor ultrasonik genggam untuk menghanurkan
nukleus yang keras hingga substansi nukleus dan korteks dapat diaspirasimelalui
insisi berukuran 3 mm. Ukuran insisi tersebut cukup intuk memasukkan lensa
intraokular yang dapat dilipat. Jika digunakan lensa yang tidak dapat dilipat insisi
dilebarkan hingga 5 mm. Keuntungan yang didapat dari bedah insisi kecil ini
adalah kondisi intraoperasi yang lebih terkendali, menghindari penjahitan,
14
perbaikan luka lebih cepat dengan derajat distorsi kornea yang lebih rendah dan
mengurangi derajat peradangan intraokular pasa operasi. Namun teknik
fakoemulsifikasi menimbulkan ririko yang lebih besar terjadinya pergeseran
materi nukleus ke posterior melalui suatu robekan kapsul posterior. Kejadian ini
membutuhkan tindakan bedah vitreoretina yang kompleks. Setelah tindakan
bedah katarak ekstrakapsular apapun, mungkin terjadi kekeruhan sekunder pada
kapsular posterior yang memerlukan disisi dengan menggunakan laser
YAG:neodymium.2
BAB III
ILUSTRASI KASUS
I. Identitas Pasien
Nama
: Tn. AH
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 51 tahun
Suku/Bangsa
: Betawi
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Satpam
Pendidikan
: SMA
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 10 September 2014 di
Poli Mata RSUP Fatmawati.
Keluhan Utama
Pandangan mata kanan terhalang asap
Keluhan Tambahan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datng ke poliklinik mata RSUP Fatmawati karena mata kanan seperti
terhalang asap sejak 5 bulan yang lalu. Pasien juga merasa pandangannya semakin
menurun dibandingkan sebelum muncul pandangan terhalang asap. Kedua mata
tidak merah, tidak pegal, tidak nyeri, tidak ada penglihatan ganda. Pasien merasa
pandangannya lebih enak kalau berada ditempat yang tidak terlalu terang. Pasien
sulit berkendara di malam hari saat melihat cahaya kendaraan lain yang datang dari
depan. Pasien merasa pandangannya ini sudah mengganggu pekerjaanya.
16
Pasien menyangkal melihat adanya pelangi disekitar lampu, sakit kepala, mual,
muntah juga tidak ada.
Riwayat trauma disekitar bola mata tidak ada, riwayat mata merah dan nyeri
sebelum keluhan mata terhalang asap tidak ada. Riwayat minum obat atau
pemakaian oat tetes mata tidak ada.
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 84 kali / menit
Suhu
: 36.6 oC
Pernapasan
: 18 kali / menit
BB
: 58 kg
TB
: 165 cm
Kepala
: Normocephali
THT
Mulut
Leher
Thoraks
Jantung
Paru
Abdomen
Ekstremitas
Status Oftalmologi
Pemeriksaan kamar terang
Visus
OD
OS
Ortoposisi
Ortoposisi
Eksoftalmus
Enoftalmus
Edema
Spasme
Hiperemis
Benjolan
Ulkus
Fistel
Hordeolum
Kalazion
Ptosis
Palpebra superior
18
Palpebra inferior
Edema
Hiperemis
Benjolan
Ulkus
Fistel
Hordeolum
Kalazion
Edema
Hiperemis
Ektropion
Entropion
Sekret
Benjolan
Trikiasis
Madarosis
Poliosis
Ulkus
Fistel
Edema
Hiperemis
Ektropion
Entropion
Sekret
Benjolan
Trikiasis
Madarosis
Poliosis
Ulkus
19
Fistel
Edema
Hiperemis
Benjolan
Fistel
Edema
Hiperemis
Sekret
Epikantus
Kemosis
Hiperemis
Anemis
Folikel
Papil
Litiasis
Simblefaron
Kemosis
Hiperemis
Anemis
Folikel
Papil
Litiasis
Punctum Lakrimalis
20
Simblefaron
Hiperemis
Folikel
Simblefaron
Kemosis
Pterigium
Pinguekula
Flikten
Simblefaron
Injeksi konjungtiva
Injeksi silier
Injeksi episklera
Perdarahan
Jernih
Jernih
Edema
Ulkus
Flikten
Makula
Leukoma
Leukoma adheren
Stafiloma
Neovaskularisasi
Pigmen iris
Bekas jahitan
Konjungtiva bulbi
subkonjungtiva
Kornea
Kejernihan
21
Tes fluoresein
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tes sensibilitas
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Arkus senilis
Bekas jahitan
Episkleritis
Skleritis
7/7,5
7/7,5
OD
OS
Jernih
Jernih
Keratik presipitat
Infiltrat
Kedalaman
Dalam
Dalam
Kejernihan
Jernih
Jernih
Flare
Sel
Hipopion
Hifema
Coklat tua
Coklat tua
Normal
Normal
Limbus kornea
Sklera
Tekanan intraokuler
Tonometri Schiotz
Kornea
Kejernihan
Iris
Warna
Gambaran radier
Eksudat
22
Atrofi
Sinekia anterior
Sinekia
Sinekia posterior
Iris bombe
Iris tremulans
Bentuk
Bulat
Bulat
Besar
3 mm
3 mm
Regularitas
Baik
Baik
Sentral
Sentral
cahaya
Kejernihan
Keruh
Keruh ringan
Shadow test
Refleks kaca
Pigmen iris
Luksasi
Subluksasi
Kejernihan
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Perdarahan
Sulit dinilai
Sulit dinilai
anterior
perifer
Pupil
Isokoria
Letak
Refleks
langsung
langsung
Lensa
Corpus vitreus
23
Funduskopi
Refleks fundus
Menurun
Menurun
Warna
Tidak pucat
Tidak pucat
Bentuk
bulat
bulat
Batas
tegas
tegas
C/D ratio
0,3
0,3
A/V ratio
2/3
2/3
Papil
Retina
Makula lutea
Menurun
Menurun
Gambar funduskopi
Normal
Normal
IV. Resume
Tn. AH, 51 tahun dating dengan keluhan pandangan mata kanan terhalang asap
sejak 5 bulan lalu. Pandangan lebih enak di tempatyang tidak terlalu terang. Sulit
membawa kendaraan di malam hari. Pandangan terhalang asap sudah mengganggu
24
pekerjaannya. Riwayat trauma, kencing manis, alergi, mata merah berulang dan
pemakaian obat jangka panjang termasuk obat tetes disangkal, minum jamujamuan disangkal.
Status Oftalmologi :
OD
OS
Visus
Lensa
Funduskopi
V. Diagnosis Kerja
-
Katarak komplikata
Persiapan operasi :
Rontgen thoraks
VIII. Penatalaksanaan
Phacoemulsifikasi + IOL OD
Catarlent 6 x1 gtt ODS
Konsul persiapan operasi ke dokter Penyakit Dalam dan Kardiologi
IX. Prognosis
OD
OS
Ad vitam
Ad visam
Ad vitam
Ad visam
: ad Bonam
: ad Bonam
: ad Bonam
: ad Bonam
25
BAB IV
PENGKAJIAN MASALAH
Pada mata kiri visus masih bisa dikoreksi hingga 5/5, kemungkinan
katarak senilis mata kiri berada di stadium insipien. Pada pasien ini direncanakan untuk
dilakukan slit lamp untuk memperjelas posisi katarak dan retinometri karena pada
pasien katarak imatur, perlu dilakukan untuk menilai prognosis setelah operasi nanti.
Untuk saat ini pasien diberi catarlent, untuk menghambat progresifitas dari katarak
pada lensa mata kanan maupun kiri.
Pada pasien tidak ada keluhan nyeri pada mata, sakit kepala, mual dan muntah
serta tidak ada gangguan lapang pandang pada pemeriksaan oftalmologi. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya glaukoma kronik atau glaukoma sekunder
26
akibat penyakit katarak pada pasien, pada pasien juga tidak ditemukan peningkatan TIO
dan perbesaran cup disk ratio sehingga diagnosis glaukoma dapat disingkirkan.
Operasi katarak dapat direncanakan untuk pasien ini atas indikasi sosial untuk
memperbaiki penglihatan pasien yaitu Fakoemulsifikasi +IOL. Mata kanan lebih
didahulukan karena dari tajam penglihatan dan kekeruhan lensa, mata kanan lebih
buruk dari pada mata kiri. Penatalaksanaan katarak senilis imatur yaitu dengan dilkukan
pembedahan ekstraksi lensa dengan penanaman lensa intraokular okuli dextra. Teknik
ekstraksi lensa yang baik dilakukan pada pasien ini yaitu fakoemulsifikasi, karena
selain insisi yang dilakukan kecil sehingga insiden terjadinya astigmat berkurang dan
edema dapat terlokalisasi, rehabilitasi pasca bedahnya cepat, waktu operasi yang relatif
labih cepat, tekanan intraokuler yang terkontrol sehingga prolaps iris, perdarahan
ekspulsif jarang terjadi. Tetapi teknik ini memiliki kerugian berupa dapat terjadinya
katarak sekunder.
.
27
BAB V
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Katarak dapat mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Penuaan merupakan penyebab
umum katarak. Namun faktor lain yang juga dapat terlibat dalam pembentukan
katarak, yaitu: toksin, trauma, merokok, penyakit sistemik (seperti diabetes
mellitus), dan herediter.
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia diatas 50
tahun . Katarak senilis merupakan hasil dari proses penuaan normal yang
mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh. penyebabnya sampai sekarang
tidak diketahui secara pasti. Namun, terdapat beberapa konsep penuaan seperti
teori putaran biologik, teori imunologis, teori mutasi spontan, teori A free
radical, dan teori A-cross link. Katarak senilis dapat diklasifikasikan
berdasarkan beberapa kriteria. Secara klinis, katarak senilis dikenal dalam 4
stadium, yakni stadium insipien, stadium imatur, stadium matur, stadium
hipermatur.
Selain katarak senilis juga terdapat katarak traumatika, komplikata dan
penyakit sistemik. Dibedakan berdasarkan penyebabnya dan masing-masing
jenis katarak terkadang memperlihatkan bentuk khusus dari kataraknya.
Indikasi pembedahan pada katarak terdiri dari indikasi medis yaitu
adanya penyulit seperti glaukoma ataupun indikasi sosial yaitu permintaan
pasien bahwa penglihatannya sudah mengganggu pekerjaan sehari-hari.
Pada pasien disimpulkan diagnosa kerja pasien katarak senilis imatur
OD dan katarak senilis insipien OS. Diagnosis ditegakan berdasarkan gejala
yang dialami pasien dan pemeriksaan oftalmologi. Tatalaksana yang diberikan
pada pasien ini adalah pembedahan dengan teknik fakoemulsifikasi dan
pemasangan IOL. Prognosis pasien ini adalah baik.
28
DAFTAR PUSTAKA
29