LAPORAN KASUS
Identitas
Nama
: Ny. K
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 73 tahun
Alamat
: Rawa Sari
Pekerjaan
: Pensiunan PNS
Tgi. Pemeriksaan
: 28 Oktober 2014
Anamnesa
Keluhan Utama
Penglihatan pada mata kiri buram secara perlahan sejak 6 bulan yang lalu
dan tidak disertai mata merah
Keluhan Tambahan :
Mata kanan juga mengalami keluhan serupa namun tidak separah pada
mata kiri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan penglihatan mata kiri semakin menurun selama 2
bulan terakhir ini. Penglihatan buram/kabur timbul secara tiba tiba dan
semakin lama semakin menurun. Pasien mengatakan bahwa jika dia
melihat suatu benda terlihat pandangan
matanya.
Pasien mengaku tidak memiliki keluhan melihat seperti ada benda yang
Pasien mengaku tidak memiliki keluhan melihat seperti ada kabut atau
kepala disangkal.
Pasien merupakan penderita diabetes melitus sejak berusia 40 tahun.
Pasien menggunakan obat antidiabetes metformin sebagai pengobatan
diabetes melitusnya. Dan juga pasien mengatakan gula darah terakhirnya
148 mg/dl .
Pasien juga mempunyai riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan
terkontrol.
Pasien menyangkal mempunyai riwayat pemakaian obat tetes mata atau
Pemeriksaan Fisik :
Keadaaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
TD
: 135/90 mmHg
2
N
RR
S
Kepala
: 84x/m
: 18 x/m
: Afebris
: Normocephal, tidak terdapat deformitas
Hidung
Mulut
Leher
Thoraks
Jantung : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru : Suara napas dasar vesikuler (+), rhonki (-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-)
STATUS OFTALMOLOGIKUS
Keterangan
1. Visus
Tajam Penglihatan
Koreksi
Addisi
Distansia pupil
Kacamata lama
2. Kedudukan bola mata
Eksoftalmus
Endoftalmus
Deviasi
Gerakan bola mata
3. Supra Silia
Warna
Letak
OD
OS
0,6 f
-
0,2 f
60/58
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Baik ke segala arah
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Baik ke segala arah
Hitam
Simetris
Hitam
Simetris
Keterangan
OD
4. Palpebra Superior dan Inferior
Edema
Tidak ada
Nyeri tekan
Tidak ada
Ektropion
Tidak ada
Entropion
Tidak ada
Blefarospasme
Tidak ada
Trikiasis
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Fissura Palpebra
11 mm
OS
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
11 mm
3
Hordeolum
Tidak ada
Kalazion
Tidak ada
Ptosis
Tidak ada
5. Konjungtiva Tarsal Superior dan Inferior
Hiperemis
Tidak ada
Folikel
Tidak ada
Papil
Tidak ada
Sikatriks
Tidak ada
Anemia
Tidak ada
Kemosis
Tidak ada
6. Konjungtiva Bulbi
Injeksi konjungtiva
Tidak ada
Injeksi siliar
Tidak ada
Perdarahan
Tidak ada
subkonjungtiva
Pterigium
Pinguekula
Nevus Pigmentosus
Kista Dermoid
Keterangan
7. Sistem lakrimal
Punctum Lakrimal
Tes anel
8. Sklera
Warna
Ikterik
9. Kornea
Kejernihan
Permukaan
Ukuran
Sensibilitas
Infiltrat
Ulkus
Perforasi
Arkus Senilis
Edema
Tes Placido
10. Bilik Mata Depan
Kedalaman
Kejernihan
Hifema
Hipopion
Efek Tyndall
11. Iris
Warna
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
OD
OS
Terbuka
Tidak dilakukan
Terbuka
Tidak dilakukan
Putih
-
Putih
-
Jernih
Licin
12 mm
Baik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Regular
Jernih
Licin
12 mm
Baik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Regular
Dalam
Jernih
Tidak ada
Tidak ada
-
Dalam
Jernih
Tidak ada
Tidak ada
-
Coklat
Coklat
4
Kripte
Bentuk
Sinekia
Koloboma
Keterangan
12. Pupil
Letak
Bentuk
Ukuran
Refleks cahaya langsung
Refleks cahaya tidak
langsung
13. Lensa
Kejernihan
Letak
Shadow tes
14. Badan kaca
Kejernihan
15. Fundus Okuli
Reflex Fundus
1. Papil
Bentuk
Batas
Warna
2. Makula lutea
Refleks
Edema
3. Retina
Perdarahan
CD Ratio
Ratio AV
Sikatriks
Eksudat
16. Palpasi
Nyeri tekan
Massa tumor
Tensi Okuli
Non Contact Tonometri
Tonometri Schiotz (5,5 g)
Keterangan
17. Kampus Visi
Tes Konfrontasi
Jelas
Bulat
Tidak ada
Tidak ada
Jelas
Bulat
Tidak ada
Tidak ada
OD
OS
Di Tengah
Bulat
3 mm
Positif
Positif
Di Tengah
Bulat
3 mm
Positif
Positif
Jernih
Di tengah
Negatif
Jernih
Di tengah
Negatif
Jernih
Jernih
Bulat
Tegas
Kuning kemerahan
Bulat
Tegas
Kuning kemerahan
Tidak terlihat
Tidak terlihat
Tidak terlihat
Tidak terlihat
+
0,3
1:3
Tidak ada
+
+
0,3
1:3
Tidak ada
+
Tidak ada
Tidak ada
Normal per palpasi
16,1
5,0 17,3
OD
Tidak ada
Tidak ada
Normal per palpasi
13,2
5,5 15,9
OS
Resume :
Pasien
Penglihatan pada mata kiri buram secara perlahan sejak 6 bulan terakhir
dan tidak disertai dengan mata merah. Pandangan buram mulai memburuk
sejak 2 bulan terakhir. Selain itu pasien juga mengatakan mata kanannya
buram namun tidak seberat jika dibandingkan dengan mata kiri.
Penglihatan buram digambarkan oleh pasien seperti ada yang menghalangi
pada bagian tengah. Pasien mengatakan bahwa dia 3 minggu yang lalu
melakukan operasi katarak pada mata kanannya. Namun sampai saat ini
penglihatan pasien masih buram. Dan 2 tahun yang lalu pasien dioperasi
katarak pada mata kirinya, namun sampai saat ini penglihatan pasien
masih buram. Penglihatan seperti ada benda yang berterbangan mengikuti
arah gerak mata atau berasap atau berkabut maupun mata terasa silau jika
terkena cahaya disangkal oleh pasien. Pasien juga menyangkal adanya
nyeri, mata merah dan sakit pada mata. Pasien mempunyai riwayat
diabetes melitus sejak berusia 40 tahun dengan DM terkontrol dan pasien
juga mempunyai riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dengan
hipertensi terkontrol.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan, pada mata kanan (OD) visus 0,6 f,
mata kiri (OS) 0,2 f. Tidak terdapat kekeruhan pada lensa. Dari
pemeriksaan funduskopi didapatkan refleks fundus (+), bentuk papil bulat
dengan batas tegas dan berwarna kuning kemerahan, CD ratio 0.3, AV
ratio 1:3, Perdarahan (+), Eksudat(+). Pada pasien tidak didapatkan adanya
penurunan luas lapang pandang.
Diagnosis :
Retinopati Diabetes Non-Proliferatif ODS
Pseudofakia ODS
Diagnosis Banding :
Retinopati Diabetes Proliferatif
Planning :
Pemeriksaan Penunjang :
o Pemeriksaan Foto Fundus digital
o Pemeriksaan Angiografi fluoresein
o Pemeriksaan Optical Coherence Tomography
o Pemeriksaan Ocular Ultrasonography
o Pemeriksaan Laboratorium Darah :
Penatalaksanaan :
o Non Farmakologi :
Prognosis :
Okuli Dekstra
Okuli Sinistra
Ad Vitam
: Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Ad Fungsitionam
: Dubia ad malam
Dubia ad malam
Ad Sanationam
: Dubia ad malam
Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI RETINA
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan, dan
multi lapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata,
mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya (Ilyas, 2013) ..
Retina atau selaput jala , merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan koroid dan terdiri atas 10
lapisan dari luar ke dalam, yaitu : Ilyas, 2013)
1. Lapisan epitel pigmen retina
2. Lapisan fotoreseptor, merupakan lapisan terluar pada retina yang terdiri
atas sel batang yang mempunyai bentuk ramping dan sel kerucut.
3. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
4. Lapisan nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan sel
batang.Ketiga lapisan di atas merupakan lapisan yang avaskular dan
mendapat metabolisme dari kapiler koroid.
5. Lapisan pleksiform luar, merupakan lapisan aselular dan merupakan
tempat sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
6. Lapisan nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal, sel
Muller. Lapisan ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
7. Lapisan pleksiform dalam, merupakan lapisan aselular dan sebagai tempat
sinaps sel bipolar, sel amkrin dengan sel ganglion.
8. Lapisan sel ganglion merupakan lapisan badan sel daripada neuron kedua.
9. Lapisan serabut saraf, merupakan lapisan akson sel ganglion menuju ke
arah saraf optik. Di dalam lapisan lapisan ini terletak sebagian besar
pembuluh darah retina.
10. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan
badan kaca.
10
biru yang lebih pendek, yang dapat diserap oleh foto pigmen di sel-sel kerucut
biru mata, sehingga terjadi pengaktifan sel-sel tersebut (Sherwood, 2001)
Penglihatan warna diperankan oleh sel kerucut yang mempunyai pigmen
terutama
cis
aldehida
A2.
Penglihatan
warna
merupakan
kemampuan
membedakan gelombang sinar yang berbeda. Warna ini terlihat akibat gelombang
elektromagnetnya mempunyai panjang gelombang yang terletak antara 440-700
(Ilyas, 2013). Warna primer yaitu warna dasar yang dapat memberikan jenis
warna yang terlihat dengan campuran ukuran tertentu.
Pada sel kerucut terdapat 3 macam pigmen yang dapat membedakan warna
dasar merah, hijau dan biru, yaitu :
mulai dari ungu sampai merah. Untuk dapat melihat normal, ketiga pigmen sel
kerucut harus bekerja dengan baik. Jika salah satu pigmen mengalami kelainan
atau tidak ada, maka terjadi buta warna. Warna komplemen ialah warna yang bila
dicampur dengan warna primer akan berwarna putih. Putih adalah campuran
semua panjang gelombang cahaya, sedangkan hitam tidak ada cahaya. Gelombang
elektromagnet yang diterima pigmen akan diteruskan rangsangannya pada korteks
pusat penglihatan warna di otak. Bila panjang gelombang terletak di antara kedua
pigmen maka akan terjadi penggabungan warna (Ilyas, 2013).
RETINOPATI DIABETIK
Pendahuluan :
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik degeneratif tersering
dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di dunia. World Health
Organization (WHO) melaporkan bahwa Indonesia berada di urutan keempat
negara yang jumlah penyandang DM terbanyak. Jumlah ini akan mencapai 21,3
juta pada tahun 2030. Retinopati adalah salah satu komplikasi mikrovaskular DM
yang merupakan penyebab utama kebutaan pada orang dewasa. Penelitian
epidemiologis di Amerika, Australia, Eropa, dan Asia melaporkan bahwa jumlah
12
penderita retinopati DM akan meningkat dari 100,8 juta pada tahun 2010 menjadi
154,9 juta pada tahun 2030 dengan 30% di antaranya terancam mengalami
kebutaan.The DiabCare Asia 2008 Study melibatkan 1785 penderita DM pada 18
pusat kesehatan primer dan sekunder di Indonesia dan melaporkan bahwa 42%
penderita DM mengalami komplikasi retinopati, dan 6,4% di antaranya
merupakan retinopati DM proliferatif. (Ratna Sitompul, 2011)
Lama waktu terjadinya retinopati pada diabetes mellitus tipe 1 sangat
bervariasi. Menurut Wisconsin Epidemiologic Study of Diabetic Retinopathy
(WESDR) angka kejadian retinopati pada 3 tahun pertama adalah 8 % dan akan
terus meningkat dengan bertambahnya waktu, dimana kira-kira 25 % dalam 5
tahun, 60 % dalam 10 tahun dan 80 % dalam 15 tahun. Untuk angka prevalensi
PDR 0 % dalam 3 tahun dan akan meningkat menjadi 25 % dalam 15 tahun.
Retinopati diabetika dapat mengakibatkan kebutaan. Menurut WESDR 3,6%
penderita diabetes mellitus usia muda ( tipe 1) mengalami kebutaan, sedangkan
untuk penderita usia yang lebih tua (tipe 2) 1,6% mengalami kebutaan. Meskipun
angka kebutaan akibat diabetes mellitus tipe 1 relatif lebih banyak, namun karena
angka kejadian diabetes mellitus tipe 2 jauh lebih besar maka jumlah kebutaan
akibat diabetes mellitus tipe 2 jauh lebih banyak. (Martiningsih, 2008)
Definisi :
Penyakit mata diabetes mungkin termasuk: (National Eye institute, 2012)
penyebab utama kebutaan pada orang dewasa di Amerika. Hal ini disebabkan oleh
13
perubahan dalam pembuluh darah retina. Pada beberapa orang dengan retinopati
diabetik, pembuluh darah dapat membengkak dan terjadi kebocoran cairan. Pada
orang lain, pembuluh darah baru yang abnormal tumbuh pada permukaan retina.
Retina adalah jaringan peka cahaya di belakang mata. Sebuah retina yang sehat
diperlukan untuk penglihatan yang baik. Jika memiliki retinopati diabetik, pada
awalnya tidak mungkin melihat perubahan pada penglihatan. Tapi seiring waktu,
retinopati diabetes dapat menjadi lebih buruk dan menyebabkan kehilangan
penglihatan. Retinopati diabetik biasanya mempengaruhi kedua mata. (National
Eye Institute, 2012)
Retinopati Diabetes merupakan salah satu komplikasi penyakit diabetes.
Komplikasi tersebut berupa kerusakan pada bagian retina mata yang akan
berdampak langsung pada terganggunya penglihatan penderita dan apabila
terlambat ditangani akan menyebabkan penderita mengalami kebutaan permanen.
Gejala yang ditunjukkan oleh penderita retinopati diabetik antara lain
mikroneurisma, hemorrhages, hard exudates, soft exudates dan neovascularisasi.
Gejala-gejala tersebut pada suatu intensitas tertentu dapat menjadi indikator fase
(tingkat keparahan) retinopati diabetes. Secara umum fase tersebut dibagi dalam
tiga fase, yaitu non-proliferative diabetic retinopathy (NPDR) proliferative
diabetic retinopathy (PDR) serta macular edema (ME) (Dillak, 2011).
Epidemiologi :
Faktor Risiko :
Faktor risiko retinopati diabetes meliputi : (American Optometri Association,
2014)
Ras. Hispanik dan Afrika Amerika berada pada risiko lebih besar untuk
mengembangkan retinopati diabetik.
Kondisi Medis. Orang dengan kondisi medis lainnya seperti tekanan darah
tinggi dan kolesterol tinggi memiliki risiko lebih besar.
Wanita
hamil.
Hamil
mempunyai
risiko
lebih
tinggi
untuk
15
Microaneurisma:
Tanda klinis awal retinopati diabetes. Mikroaneurisma, merupakan
penonjolan dinding kapiler karena hilangnya perisit terutama pembuluh
darah vena dengan bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak dekat
pembuluh darah terutama polus anterior dan pada lapisan retina
superfisial. Karena terkadang pembuluh darah ini terlihat sangat kecil
maka untuk melihat ada atau tidaknya dapat dilakukan dengan bantuan
16
Edema retina dan Hard Eksudat: Disebabkan oleh kerusakan sawar darahretina, memungkinkan kebocoran protein serum, lipid, dan protein dari
pembuluh darah. Hard eksudat, merupakan infiltrasi lipid ke dalam retina.
Gambarannya yaitu bentuk iregular dan kekuning kuningan. Eksudat ini
dapat muncul dan hilang dalam beberapa mimggu. Pada mulanya tampak
pada gambaran angiografi flurosein sebagai kebocoran fluoresein diluar
pembuluh darah. Kelainan ini terutama terdiri atas bahan bahan lipid dan
terutama banyak ditemukan pada keadaan hiperlipoproteinemia.
17
Cotton-wool spots: lapisan serat saraf infark dari oklusi arteriol prekapiler;
mereka sering dibatasi oleh mikroaneurisma dan hiperpermeabilitas
vaskular Soft eksudat, sering disebut cotton wool patches. Pada
pemeriksaan oftalmoskop akan terlihat bercak berwarna kuning bersifat
difus dan berwarna putih.
Venous Loop dan Venous Beading: sering terjadi berdekatan dengan daerah
nonperfusion. Keadaan ini mencerminkan peningkatan iskemia retina, dan
terjadinya kedaan tersebut adalah prediktor yang paling signifikan dari
pengembangan menjadi proliferatif retinopati diabetik (PDR).
Traksi ablasio retina: Biasanya muncul tented up, bergerak, dan cekung
edema makula
Klasifikasi
Retinopati diabetik merupakan komplikasi umum dari diabetes yang
mempengaruhi pembuluh darah kecil di lapisan belakang mata, Lapisan ini
disebut retina. Retina membantu untuk mengubah apa yang mata lihat ke dalam
pesan yang berjalan di sepanjang pemandangan saraf ke otak. Sebuah retina yang
sehat diperlukan untuk penglihatan yang baik. Retinopati diabetik dapat
menyebabkan pembuluh darah di retina bocor atau tersumbat dan merusak
penglihatan. Pada tahap awal, diabetic retinopathy tidak akan mempengaruhi
penglihatan, tetapi jika perubahan bertambah buruk, akhirnya penglihatan itu
akan terpengaruh.
Retinopati diabetik dapat di bagi menjadi : (Riordan-Eva, 2009)
19
Makulopati :
Edema makula diabetes terjadi di mana pembuluh darah retina
bocor dan dapat mempengaruhi bagian dari retina yang disebut makula.
Jika terjadi kebocoran cairan dan mempengaruhi pusat makula, maka akan
mempengaruhi
penglihatan
seseorang.
Keadaan
ini
menyebabkan
20
Retinopati Proliferatif
Pada beberapa orang, retinopati diabetik berkembang setelah
beberapa tahun ke bentuk yang lebih serius yang disebut retinopati
proliferatif. Dalam bentuk ini, pembuluh darah sangat rusak dan terjadi
iskemia retina. Sebagai kompensasi, pembuluh darah baru mulai tumbuh
di retina. Pembuluh darah baru tersebut lemah dan dapat terjadi kebocoran
cairan, sehingga menghalangi penglihatan, yang dapat menyebabkan
terjadinya
darah baru juga dapat menyebabkan jaringan parut untuk tumbuh. Setelah
jaringan parut menyusut, dapat mendistorsi retina atau menariknya keluar
dari tempatnya, sehingga akan terjadi suatu kondisi yang disebut ablasi
retina. (American Diabetes Association, 2013)
Retinopati diabetik proliferatif merupakan komplikasi mata yang
paling berat pada diabetes melitus. Iskemia retina yang progresif akan
merangsang pembentukan pembuluh pembuluh halus baru yang
menyebabkan kebocoran protein protein serum dalam jumlah besar.
Retinopati diabetik proliferatif gejala awal ditandai oleh adanya pembuluh
pembuluh baru pada diskus optikus (NVD) atau dibagian retina manapun
(NVE). Ciri yang berisiko tinggi ditandai oleh pembuluh darah baru pada
diskus optikus yang meluas lebih dari sepertiga diameter diskus,
sembarang pembuluh darah baru pada diskus optikus yang disertai
perdarahan vitreus, atau pembuluh darah baru di bagian retina manapun
yang besarnya lebih dari setengah diameters diskus dan disertai perdarahan
vitreus. Pembuluh pembuluh darah yang baru tersebut berproliferasi ke
permukaan posterior vitreus dan akan menimbul saat vitreus mulai
berkontraksi menjauhi retina. Jika pembuluh tersebut berdarah maka
perdarahan vitreus yang masif dapat menyebabkan penurunan penglihatan
mendadak.
21
22
Diagnosis :
Deteksi dini retinopati DM di pelayanan kesehatan primer dilakukan
melalui pemeriksaan funduskopi direk dan indirek. Dengan fundus photography
dapat dilakukan dokumentasi kelainan retina.(Ratna Sitompul, 2011).
Metode diagnostik terkini yang disetujui oleh American Academy of
Ophthalmology (AAO) adalah fundus photography. Keunggulan pemeriksaan
tersebut adalah mudah dilaksanakan, interpretasi dapat dilakukan oleh dokter
umum terlatih sehingga mampu laksana di pelayanan kesehatan primer.
Selanjutnya, retinopati DM dikelompokkan sesuai dengan standar Early
Treatment Diabetic Retinopathy Study (ETDRS) yang tampak pada Tabel 1.14 Di
pelayanan
primer
pemeriksaan
fundus
photography
berperanan
sebagai
23
Intraretinal
microvascular
abnormalities (IRMA)
Derajat 4
Venous beading
Retinopati DM non-proliferatif derajat
sedang-berat yang ditandai oleh:
Perdarahan derajat sedang-berat
Mikroaneurisma
Derajat 5
IRMA
Retinopati
ditandai
DM
oleh
proliferatif
neovaskularisasi
yang
dan
perdarahan vitreous.
Klasifikasi retinopati diabetes menurut Bagian Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/Rumah Sakit Dr.Cipto Mangunkusumo, yaitu :
Jika fundus pada mata kiri tidak sama beratnya dengan mata kanan maka
digolongkan pada derajat yang lebih berat.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan Funduskopi Direk :
Pemeriksaan funduskopi direk bermanfaat untuk menilai saraf optik,
retina, makula dan pembuluh darah di kutub posterior mata. Sebelum pemeriksaan
dilakukan, pasien diminta untuk melepaskan kaca mata atau lensa kontak,
kemudian mata yang akan diperiksa ditetesi midriatikum. Pemeriksa harus
menyampaikan kepada pasien bahwa ia akan merasa silau dan kurang nyaman
setelah ditetesi obat tersebut. Risiko glaukoma akut sudut tertutup merupakan
kontraindikasi pemberian midriatikum. Pemeriksaan funduskopi direk dilakukan
di ruangan yang cukup gelap. Pasien duduk berhadapan sama tinggi dengan
pemeriksa dan diminta untuk memakukan (fiksasi) pandangannya pada satu titik
jauh. Pemeriksa kemudian mengatur oftalmoskop pada 0 dioptri dan ukuran
apertur yang sesuai. Mata kanan pasien diperiksa dengan mata kanan pemeriksa
dan oftalmoskop dipegang di tangan kanan. Mula-mula pemeriksaan dilakukan
pada jarak 50 cm untuk menilai refleks retina yang berwarna merah jingga dan
koroid. Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan pada jarak 2-3 cm dengan mengikuti
pembuluh darah ke arah medial untuk menilai tampilan tepi dan warna diskus
optik, dan melihat cup-disc ratio. Diskus optik yang normal berbatas tegas, disc
berwarna merah muda dengan cup berwarna kuning, sedangkan cup-disc ratio
<0,3. Pasien lalu diminta melihat ke delapan arah mata angin untuk menilai retina.
Mikroaneurisma, eksudat, perdarahan, dan neovaskularisasi merupakan tanda
utama retinopati DM. Terakhir, pasien diminta melihat langsung ke cahaya
oftalmoskop agar pemeriksa dapat menilai makula. Edema makula dan eksudat
adalah tanda khas makulopati diabetikum. (Ratna Sitompul, 2011)
Pencitraan :
Optical coherence tomography merupakan modalitas pencitraan sayatlintang lanjut yang digunakan untuk mengamati dan menilai struktur
intraokular. OCT adalah teknik pencitraan diagnostik medis yang
memanfaatkan fotonik (photonics) dan serat optik untuk mendapatkan
gambar dan karakterisasi jaringan mata. Alat ini tidak kontak langsung
25
Angiografi Fluoresein.
Kemampuan fotografi bayanngan fundus dapat sangat ditingkatkan
dengan fuoresein, merupakan suatu pewarna yang molekul molekulnya
memancarkan cahaya hijau bila dirangsang dengan cahaya biru. Bila
difoto, pewarna ini akan menonjolkan secara detil gambaran vaskularisasi
dan anatomi fundus. Angiografi fluoresein sudah menjadi keharusan
untukdiagnosis dan evaluasi pada banyak keadaan retina. Karena dapat
menggambarkan daerah abnormal denga baik maka teknik pencitraan ini
merupakan pemandu penting untuk perencanaan pengobatan penyakit
vaskular retina.
Angiografi fluoresin bermanfaat untuk menentukan kelainan
mikrovaskular pada retinopati diabetik. Defek pengisian yang besar pada
jalinan kapiler non perfusi kapiler- akan menunjukkan luas iskemia retina
dan biasanya lebih jelas pada daerah mid perifer. Kebocoran fluoresein
yang disertai dengan edema retina akan memberikan gambaran petaloid
edema makula kistoid atau mungkin gambaran difus. Pemeriksaan ini
dapat membantu menentukan prognosis serta luas dan penempatan terapi
laser. Mata dengan edema makula dan iskemia yang bermakna mempunyai
prognosis penglihatan yang lebih buruk baik dengan atau tanpa terapi laser
dibandingkan mata edema dengan perfusi yang relatif. (Riordan-Eva,
2009)
Skrinning :
Deteksi dan terapi retinopati diabetik sejak dini penting dilakukan.
Kelainan kelainan yang mudah terdeteksi timbul sebelum penglihatan
terganggu. Skrinning retinopati diabetik harus dilakukan dalam 3 tahun sejak
diagnosis diabetes tipe I, pada saat diagnosis diabetes tipe II, dan selanjtnya
setahun sekali pada keduanya. Metode skrinning yang efektif dan sensitif
digunakan ialah dengan fotografi fundus digital. Midriasis diperlukan untuk
mendapatkan foto yang berkualitas baik, terutama bila terdapat katarak.
26
Glaukoma. Pembuluh darah baru dapat tumbuh di bagian depan mata dan
mengganggu aliran normal cairan dari mata, menyebabkan tekanan dalam
mata meningkat (glaukoma). Tekanan ini dapat merusak saraf yang
membawa gambar dari mata ke otak (saraf optik)
Penatalaksanaan :
Tata laksana retinopati DM dilakukan berdasarkan tingkat keparahan
penyakit.
Progresivitas
retinopati
terutama
dicegah
dengan
melakukan
27
dan
lainnya
harus
dikendalikan
dan
diperhatikan.
merupakan
antibodi
yang
dirancang
untuk
mengikat
dan
Terapi laser
Terapi laser sering membantu dalam mengobati retinopati diabetes. Untuk
mengurangi edema makula, laser difokuskan pada retina yang rusak untuk
menutup kebocoran pembuluh retina. Pada terapi laser fotokoagulasi,
dengan cara membuat luka bakar kecil di retina dengan laser khusus. Luka
bakar ini menutup pembuluh darah dan menghentikan mereka dari tumbuh
dan bocor. Menghasilkan bekas luka laser yang kecil yang akan
28
laser
dapat
sangat
mengurangi
kemungkinan
gangguan
Vitrectomy
Ketika retina sudah terlepas atau banyak darah telah bocor ke mata,
maka terapi laser fotokoagulasi tidak lagi berguna. Pilihan berikutnya
adalah vitrectomy. Vitrectomy adalah operasi untuk mengeluarkan jaringan
parut dan cairan berawan dari dalam mata. Semakin dini operasi terjadi,
semakin besar kemungkinan itu adalah untuk menjadi berhasil. Tujuan dari
operasi ini adalah untuk menghilangkan darah dari mata, biasanya bekerja.
Melekatkan kembali retina ke mata jauh lebih sulit dan bekerja hanya
sekitar setengah kasus. (American diabetes Association, 2013)
Vitrektomi dapat membersihkan vitreus dan mengatasi traksi
vitreoretina. Vitrektomi dini diindikasikan untuk diabetes tipe I dengan
perdarahan vitreus luas dan proliferasi aktif yang berat dan kapanpun
penglihatan mata sebelahnya menjadi buruk. Jika tidak terdapat indikasi
seperti diatas maka vitrektomi dapat ditunda sampai setahun karena
perdarahan vitreus akan bersih secara spontan pada 20% mata. Vitrektomi
pada retinopati diabetik proliferatif dengan perdarahan vitreus minimal
hanya bermanfaat untuk mata yang sebelumnya sudah dilakukan
fotokoagulasi laser pan-retinadan memiliki pembuluh pembuluh darah
baru yang telah mengalami fibrosis. (Riordan-Eva,2009)
Vitrectomy dapat direkomendasikan untuk retinopati diabetik
proliferatif . Selama prosedur bedah mikro ini yang dilakukan di ruang
operasi, vitreous darah-diisi dihapus dan diganti dengan solusi yang jelas.
29
Dokter mata mungkin menunggu beberapa bulan sampai satu tahun untuk
melihat apakah darah akan jelas/hilang dengan sendirinya sebelum
dilakukan operasi. Selain vitrectomy , perbaikan retina mungkin
diperlukan jika jaringan parut telah terpisah retina dari bagian belakang
mata. Kehilangan penglihatan berat atau bahkan kebutaan dapat terjadi
jika operasi tidak dilakukan untuk menempelkan kembali retina (Gardner,
2014)
Terapi pada mata tergantung dari lokasi dan keparahan retinopatinya.
Pengobatan untuk pasien retinopati diabetik non proliferatif tanpa edema makula
yaitu dengan pengobatan terhadap hiperglikemia dan penyakit sistemik lainnya.
Pada pasien, mata dengan edema makula diabetik yang belum bermakna klinis
dilakukan pemantauan secara ketat tanpa dilakukan terapi laser. Sedangkan
dilakukan terapi laser argon focal terhadap titik titik kebocoran retina pada
pasien yang secara klinis menunjukkan edema bermakna yang dapat memperkecil
risiko penurunan penglihatan dan mmeningkatkan fungsi penglihatan. (RiordanEva, 2009) .
Penatalaksanaan retinopati diabetik dibuat berdasarkan pada tingkat
kelainan penyakitnya. Salah satu cara adalah dengan menggunakan terapi
fotokoagulasi laser. Fotokoagulasi laser telah memberikan hasil yang baik pada
retinopati diabetik yang disertai clinically significant macular edema (CSME),
neovaskularisasi pada retina dan pada penderita dengan resiko tinggi proliferative
disease. Dengan fotokoagulasi laser, progesifitas retinopati diabetic dapat
diturunkan secara efektif yaitu sekitar 90%, sehingga kehilangan tajam
penglihatan yang berat dapat dihindari. Terdapat tiga metode fotokoagulasi laser
pada retinopati diabetik. Pertama adalah Scatter (panretinal) yang dapat
memperlambat perkembangan serta meregresi neovaskularisasi pada diskus
optikus dan permukaan retina. Kedua ,fotokoagulasi fokal yang ditujukan
langsung pada kebocoran di fundus posterior retina untuk mengurangi edema
makula. Ketiga adalah fotokoagulasi grid, yang ditujukan pada daerah edema
yang terjadi akibat kebocoran kapiler yang difus. (Tappang, 2014)
30
31
BAB III
ANALISA KASUS
Subyektif (S)
Pasien wanita, Ny.K, berusia 73 tahun datang ke Poli Mata RSPAD Gatot
Soebroto Jakarta, dengan keluhan penglihatan mata kiri buram secara perlahan
sejak 6 bulan terakhir dan tidak disertai dengan mata merah.. Dari keluhan utama
pasien ini dapat diketahui bahwa kelainan pada pasien termasuk dalam kelompok
penyakit mata tenang dengan penurunan visus perlahan. Karena pada pasien tidak
didapatkan keluhan mata merah dan penurunan visus secara mendadak. Dari
keluhan utama pada pasien dapat diambil hipotesis awal berupa penyakit karena
kelainan refraksi, katarak, glaukoma dan kelainan pada retina dan makula.
Pasien juga mengatakan mata kanan mengalami keluhan serupa namun
tidak seberat mata kiri. Keluhan pasien bertambah buram sejak 2 bulan terakhir
terutama pada mata kirinya. Penglihatan buram pada pasien digambarkan seperti
ada yang menghalangi pada bagian tengah mata. Keluhan penglihatan seperti ada
benda yang berterbangan mengikuti arah gerak mata atau berasap atau berkabut
maupun mata terasa silau jika terkena cahaya disangkal oleh pasien. Keluhan
seperti pasien sering menabrak ketika berjalan juga disangkal.Pasien juga
menyangkal adanya nyeri, mata merah dan sakit pada mata. Dari riwayat penyakit
sekarang pada pasien dapat diketahui
32
Objektif (O)
Pada pemeriksaan fisik ditemukan, pada mata kanan (OD) visus 0,6 f,
mata kiri (OS) 0,2 f. Pada retinopati diabetikum terdapat kerusakan sumbatan
sumbatan pembuluh pembuluh darah kecil. Pada stadium awal (retinopati
nonprliferatif) dapat ditemukan pembuluh darah baru yang berlubang lubang
dan pembuluh darah baru tersebut lebih rapuh sehingga jika terjadi perdarahan
pada retina maka akan mengakibatkan ganggguan pada penglihatan. Pembuluh
darah yang rusak dari retinopati diabetik dapat menyebabkan kehilangan
penglihatan dalam dua cara yaitu Fragile, pembuluh darah abnormal dapat
mengembangkan dan terjadi kebocoran pembuluh darah ke pusat mata yang
nantinya dapat menyebabkan gangguan pada penglihatan berupa penglihatan
buram. Kebocoran cairan ini dapat ke tengah makula, dimana makula merupakan
bagian dari mata yang sangat berpengaruh terhadap tajam penglihatan. Cairan
tersebut dapat membuat makula membengkak dan mengaburkan penglihatan.
Kondisi ini disebut edema makula.
Dari pemeriksaan funduskopi didapatkan refleks fundus (+), bentuk papil
bulat dengan batas tegas dan berwarna kuning kemerahan, C/D ratio 0.3, A/V
ratio 1:3, Perdarahan (+), Eksudat(+). Pada
33
Planning(P)
Pemeriksaan Penunjang :
o Pemeriksaan Foto Fundus digital
o Pemeriksaan Angiografi fluoresein
o Pemeriksaan Optical Coherence Tomography
o Pemeriksaan Ocular Ultrasonography
o Pemeriksaan Laboratorium Darah :
Penatalaksanaan :
o Non Farmakologi :
Prognosis :
Okuli Dekstra
Okuli Sinistra
Ad Vitam
: Dubia ad bonam
Dubia ad bonam
Ad Fungsitionam
: Dubia ad malam
Dubia ad malam
Ad Sanationam
: Dubia ad malam
Dubia ad malam
34
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. 2010. Standards of medical care in diabetes 2010. Diabetes Care.
American
Diabetes
Association.
2013.
Eye
Complications.
http://
Optometri
Association.
2014.
Diabetic
Retinophaty
A.R.
2014.
Diabetic
Retinophaty.
http://emedicine.medscape.com/article/1225122-overview.
[diakses
pada
pp.
89~100
ISSN:
2088-3714.
http://journal.ugm.ac.id
Ilyas, Sidarta. 2013. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ke Empat. Jakarta : FKUI
Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem,Ed 2. Jakarta :
EGC
Martiningsih, W.R., et al. 2008. Penurunan contrast sensitivity pada retinopati
diabetika Nonproliferatif diabetes mellitus tipe 2 dibanding non Diabetes
mellitus. jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/.../96. [ diakses pada
tanggal 9 November 2014]
35
Eye
Institute.
2012.
Diabetic
http://www.nei.nih.gov/health/diabetic/retinopathy.asp.
Retinophaty.
[diakses
pada
2012.
ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/.../312.
36