BLEPHAROCHALASIS
OLEH :
10542050413
PEMBIMBING:
2019
1
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 10542050413
Pembimbing,
KATA PENGANTAR
2
AssalamualaikumWr. Wb.
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan laporan kasus ini dapat
dan tepat pada waktunya, sebagai salah satu syarat untuk dalam menyelesaikan
sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam kepada dr. Rahasia
Taufik, Sp. M (K). Selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu
dengan tekun dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi
kata, penulis berharap agar referat ini dapat memberi manfaat kepada semua
orang.
Penulis
BAB I
3
PENDAHULUAN
Blefarokalasis berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari blepharon dan
jaringan interseluler.2
Pertama kali dijelaskan oleh Beers pada tahun 1807, namun istilah
Blefarokalasis dibedakan menjadi bentuk hipertropi dan atropi.3 Sejak saat itu
tipis, dan terdapat lekukan vena. Palpebra seperti ini digambarkan oleh Fuchs
Penentuan waktu dilakukan operasi ditunggu saat fase inaktif hingga 6 bulan.
BAB II
4
TINJAUAN PUSTAKA
1. Struktur
levator palpebra. Muskulus orbikularis okuli pada kelopak mata atas dan
saat menutup mata. Pada saat membuka mata, terjadi relaksasi dari
dari kulit, kelenjar Moll dan Zeis, muskulus orbikularis okuli dan levator
5
Gambar 1. Anatomi Palpebra potongan sagittal
2. Inervasi
nervus okulomotoris. Otot polos pada palpebra dan okuler diaktivasi oleh
Britannica, 2007).
3. Fisiologi Mengedip
6
a. Refleks Mengedip
kornea.
b. Ritme Mengedip
7
Pada keadaan terbangun, mata mengedip secara reguler dengan
interval dua sampai sepuluh detik dengan lama kedip selama 0,3-0,4
dengan status mental dan juga diregulasi oleh proses kognitif. Kara
8
B. DEFINISI
C. EPIDEMIOLOGI
biasanya selama masa kanak-kanak dan masa remaja, dengan rata-rata usia
presentasi 11 tahun.5
9
sering selama masa remaja atau dewasa diikuti oleh serangan yang
D. ETIOLOGI
autosomal dominant yang dicatat dalam genetik suatu keluarga. Kondisi ini
beberapa hari, diikuti oleh kelemahan, atrofi, kerutan dan pigmen perubahan
menyebabkan banyak cacat kosmetik dan orang yang terkena terlihat berusia
10
prematur. Sekitar 10% dari kasus mungkin reduplikasi selaput lendir atas
infeksi traktus respiratory atas, sengatan lebah, demam, stres, trauma minor
E. PATOFISIOLOGI
postinflamasi.5
11
perivaskular yang telah dilaporkan pada pemeriksaan histologis jaringan
idiopatik ini terbatas pada kelopak mata juga masih belum diketahui.3
F. MANIFESTASI KLINIK
Pasien mengeluhkan bengkak pada kelopak mata atas baik pada satu
maupun kedua mata tanpa nyeri, diikuti penipisan kulit. Kasus ini biasa
aktif penyakit ini. Manifestasi klinis lain yang dapat ditemukan adalah
palpebra.5
ditandai dengan kulit yang berubah warna, lembek dan longgar, disebut tahap
atonia ptosis. Di tahap ketiga, ada adalah relaksasi lebih lanjut dari jaringan
12
Gambar 2 Bilateral blepharochalasis
Gejala sisa dari tahap aktif merupakan fase atropi dari blefarokalasis yang
terdiri dari5:
obstruksi visual
4. Telangektase subkutan
6. Blepharoptosis
7. Malposisi palpebra
8. Blepharofimosis
13
9. Atropi lemak medial sehingga terjadi psuedoepichantus
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
hilangnya serat elastic kolagen di dermis. Selain itu juga didapatkan sel
inflamasi perivaskular berupa limfosit, sel plasma, sel mast, histiosit, dan
eosinofil.8
H. DIAGNOSIS
berulang tanpa disertai nyeri. Selain itu juga ditanyakan usia saat pertama kali
alergi, keluarga yang menderita keluhan serupa, dan adanya penyakit lain.8
14
Pemeriksaan fisik akan didapatkan edem nonerythematous pada
I. PENATALAKSANAAN
mast sel stabilizer, dan kompres dingin dalam mengurangi gejala serangan
karena bila tidak demikian operasi dapat gagal dan terjadi edema palpebra
postoperative.3,5
15
Blepharoptosis bagian atas dikoreksi dengan memperbaiki dehisense
Atropi lemak dan defek sulcus superior dapat diatasi dengan teknik
grafting termasuk reposisi lemak orbita, grafting lemak dermis, dan transfer
16
Gambar 5 Perioperatif blepharoplasty pada bilateral palpebra superior, tampak
Gambar 6 Postoperatif
memanfaatkan laser. Metode ini mulai digunakan sejak satu decade yang
17
postooperatif. Hasil penggunaan laser ini menunjukkan hasil dengan
metode konvensional.11
J. PROGNOSIS
Namun, episode ulangan dapat muncul kembali secara tak terduga setelah
18
BAB III
KESIMPULAN
palpebra.
2. Etiologi hinggi kini belum jelas, dihubungkan dengan pengaruh hormonal,
penipisan kulit.
4. Penatalaksanaan berupa pembedahan yaitu blepharoplasty baik konvensional
DAFTAR PUSTAKA
19
1. Bergin DJ, McCord CD, Berger T, Friedberg H, Waterhouse W.
Blepharochalasis. British Journal of Ophtalmology, 1988. 72, page : 863-67.
4. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. 2009. Jakarta :
EGC. Hal. 82
10. Roberts TL. Laser Blepharoplasty and Laser Resurfacing of The Periorbital
Area. Abstract. Clin Plast Surg. 1998. 25,1, page : 95-108.
20
11. Anonim. Laser Eyelid Surgery (Blepharoplasty). DocShopcom. 2011. [Online]
diakses tanggal 27 Februari 2019,
http://www.docshop.com/education/cosmetic/face/eyelid-surgery/laser
21