LASERASI PALPEBRA
OLEH :
Disusun Oleh:
Eka Habina
11120171009
Pembimbing
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2020
1
LEMBAR PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.
Mengetahui,
Supervisor Pembimbing
2
BAB I
PENDAHULUAN
laserasi kelopak mata. Trauma masih sering terjadi akibat kecelakaan lalu-lintas,
gigitan binatang, perkelahian dan luka bakar. Banyak mekanisme tumpul dan
penetrasi trauma wajah dapat mengakibatkan hal tersebut, bahkan benda tumpul yang
tampaknya tidak berbahaya di tempat kerja dapat menyebabkan luka kelopak mata.1,2
Laserasi tidak hanya melibatkan kulit, tapi dapat juga mengenai otot palpebra,
margo palpebra dan sistim lakrimal. Laserasi pada bagian medial palpebra dapat
dan sakus lakrimalis. Hal ini menimbulkan gangguan sistim eksresi lakrimal yang
Laserasi palpebra lebih sering ditemui pada pria muda, namun dapat terjadi
pada semua usia. Bahkan pernah ditemukan pada bayi baru lahir setelah operasi sesar.
Dari hasil penelitian di Iran, lokasi yang tersering mengalami laserasi pada kelopak
kanan atas.1
dalam menegakan diagnose. Pada proses pengembalian struktur dan fungsi harus
tetap mengarah pada prinsip-prinsip estetika dasar yang menjadi perhatian utama dari
ahli bedah rekonstruksi. Manajemen yang tepat meliputi: melindungi kornea dan
3
menjaga agar kelopak dapat tertutup dengan tepat, mengeluarkan benda asing,
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Palpebra
Palpebra berkembang dari lipatan kulit yang dapat bergerak oleh karena
adanya otot lurik. Otot-otot tersebut adalah muskulus orbicularis oculi yang
mengelilingi bagian depan mata, dan berfungsi untuk menutup mata. Disamping itu
Palpebra melindungi bola mata dari kekeringan melalui reflex kedip sekitar
20-30 kali/menit dan menyebarkan air mata di permukaan anterior bola mata. Untuk
menghindari gambar yang buram, palpebra umumnya akan berkedip ketika bola mata
dipisahkan oleh gray line. Berikut ini merupakan uraian lapisan palpebra.6,7
Kulit yang merupakan lapisan tipis, yang memiliki vaskularisasi yang baik.
Kelenjar keringat.
5
Modifikasi kelenjar keringat (glandula ciliaris atau glands of Moll) dan
Serat otot lurik muskulus orbicularis oculi, yang secara secara aktif menutup
Serat otot lurik muskulus levator palpebra, yang secara secara aktif
Serat otot polos muskulus levator palpebra yang masuk ke dalam tarsus
Silia (bulu mata) mengarah ke depan pada margo palpebralis. Pada palpebra
superior, sekitar 150 silia tersusun dalam tiga sampai empat baris; pada palpebra
inferior, sekitar 75 silia tersusun dalam dua baris. Sama halnya alis, silia mencegah
6
debu dan keringat masuk ke dalam mata. Septum orbitalis terletak di antara tarsus dan
tepi orbita. Terdapat selaput membranosa pada jaringan ikat palpebra yang melekat
Fissura palpebralis adalah ruang antara palpebra superior dan inferior. Fissura
bagian sudut medial dan lateral di mana palpebra bertemu. Commisura medialis, yang
lebih luas dibanding commisura lateralis, dicirikan dengan bentuk yang lebih kecil,
berisi kelenjar sebacea dan sudoriferous, yang memproduksi sekresi keputihan, yang
dikenal sebagai “sleep dust” atau kotoran mata yang biasanya terkumpul selama
tidur.5
7
Apparatus Lacrimalis
Apparatus lacrimalis terdiri dari dua bagian, yaitu struktur yang mensekresi
superotemporal tulang orbita pada fossa lacrimalis os. frontalis, tidak tampak dan
tidak dapat diraba. Glandula lacrimalis yang dapat diraba biasanya tanda perubahan
glandula lacrimalis menjadi pars orbitalis yang lebih besar (dua pertiga) dan pars
palpebralis yang lebih kecil (sepertiga). Beberapa glandula lacrimalis asesorius kecil
(Krause and Wolfring’s glands) berlokasi di fornix superior dan mensekresi air mata
serosa tambahan.6
Serabut simpatis-nya berasal dari ganglion simpatis cervicalis superior dan mengikuti
Lapisan air mata (Gambar 2) yang membasahi konjunctiva dan cornea terdiri
1. Lapisan lipid (ketebalan sekitar 0.1µm), terletak paling luar, diproduksi oleh
margo palpebralis. Fungsi utama lapisan ini yaitu untuk menstabilkan lapisan air
8
mata. Dengan sifat hidrofobik-nya, lapisan ini mencegah evaporasi terjadi lebih
3. Lapisan mucin (ketebalan sekitar 0.8µm), terletak paling dalam, disekresi olah
membantu stabilisasi lapisan air mata. Lapisan ini mencegah lapisan aquos
membentuk lapisan yang tidak rata pada cornea dan memastikan lapisan aquos
9
(dikutip dari kepustakaan 6)
protein spesifik air mata yang memberikan sifat antimikroba pada air mata.6
secara progresif dari lateral ke medial termasuk palpebra yang menutup secara
canaliculus lacrimalis communis lalu ke saccus lacrimalis. Dari saccus lacrimalis, air
10
medius di bawah concha nasalis inferior (Gambar 4). Sebuah flap dari membrane
mukosa, valvula Hasner, mencegah reflux retrograde dari isi cavum nasi dan
B. Epidemiologi
Laserasi palpebra dapat terjadi pada setiap usia dan juga pada bayi baru lahir
setelah proses kelahiran melalui operasi cesarean. Dari sebuah studi di Iran, laki-laki
lebih sering mengalami trauma pada mata akibat benda yang mengenai mata dan
kebanyakan berumur sekitar 29 tahun. Meskipun tidak ada kebutaan yang terjadi
akibat laserasi palpebra, outcome visual berhubungan dengan derajat insidensi trauma
11
C. Etiopatogenesis
Trauma palpebra dapat terjadi pada setiap trauma wajah. Berikut merupakan
Laserasi sistem canalicular merupakan hasil dari trauma langsung atau tidak
dengan benda, seperti kaca, penggantu baju, pisau, gigitan anjing, cakaran kucing,
kuku jari, atau benda tajam lainnya. Trauma tidak langsung timbul akibat trauma
tumpul pada adnexa oculi dari beberapa mekanisme seperti pukulan pada wajah,
lengan posterior ligamentum canthus medialis. Ligamentum ini sering terputus akibat
trauma dan harus diperbaiki untuk mengembalikan posisi anatomis dan fungsi
palpebra.9
Laserasi dan kerusakan canthus medialis (seperti gigitan anjing atau serpihan
lacrimalis biasanya disebabkan oleh luka bakar dan kimia. Trauma pada saccus
craniofacial yang berat (seperti tendangan kuda atau kecelakaan lalu lintas).
12
Dacryocystitis merupakan sequele yang umum terjadi, yang hanya dapat ditangani
D. Klasifikasi
sebagai berikut.6
1. Trauma mekanik
a. Trauma palpebra
c. Laserasi konjunctiva
e. Erosi cornea
2. Trauma kimia
3. Trauma fisik
a. Luka bakar
c. Keratoconjunctivitis ultraviolet
retinopathy)
13
E. Diagnosis
1. Anamnesis
penglihatan terjadi secara progresif atau tiba-tiba. Benda asing intraocular harus
dicurigai jika ada riwayat menempa, menggerinda, atau ledakan, dan pemeriksaan
radiologis yang sesuai harus dilakukan. Trauma pada anak dengan riwayat yang tidak
sesuai dengan jenis perlukaan mendukung kecurigaan terhadap tindak kekerasan pada
anak.2
2. Pemeriksaan Fisis
penglihatan. Jika hilangnya penglihatan sangat berat, maka diperiksa light projection,
diskriminasi dua titik, dan adanya defek aferen pupil. Pemeriksaan motilitas ocular
dan sensasi kulit periorbital, dan palpasi untuk melihat defek pada sekeliling tulang
orbita. Adanya enophthalmus dapat diperiksa dengan melihat profil cornea dari atas
suprasilia. Jika slit lamp tidak tersedia di ruang gawat darurat, penlight, loupe, atau
direct ophthalmoscope yang diatur pada +10 (black numbers) dapat digunakan untuk
memeriksa perlukaan lainnya pada permukaan tarsus palpebra dan segmen anterior.2
14
Permukaan cornea diperiksa untuk melihat adanya benda asing, luka, dan
asing, atau laserasi. Kedalaman dan kejelasan bilik mata depan juga harus
diperhatikan. Ukuran, bentuk, dan reflex cahaya pupil harus dibandingkan antara kiri
dan kanan untuk memastikan jika defek aferen pupil ada pada mata yang mengalami
trauma. Bola mata yang lunak, penglihatan hanya dapat melihat pergerakan tangan
(atau lebih buruk), defek aferen pupil, atau perdarahan vitreus mengindikasikan
adanya ruptur bola mata. Jika bola mata tidak rusak, palpebra, konjunctiva
palpebralis, dan fornix dapat diperiksa lebih mendalam, termasuk inspeksi dengan
eversi palpebra superior. Oftalmoskopi direk dan indirek digunakan untuk melihat
lensa, vitreus, papil N.II, dan retina. Dokumentasi pemeriksaan berguna untuk tujuan
medikolegal pada semua kasus trauma eksternal. Pada semua kasus trauma okuli,
Trauma palpebra dapat dibagi menjadi trauma tumpul dan trauma penetrasi.
15
Trauma Tumpul
Ecchymosis dan edema merupakan tanda klinis tersering pada trauma tumpul.
Trauma Penetrasi
orbicularis oculi. Adanya lemak orbita pada luka berarti septum orbita telah
terganggu. Benda asing superficial atau profunda harus dicari dengan teliti sebelum
Palpebra yang memiliki banyak vaskularisasi dan textur jaringan yang longgar
terpotong, atau avulsi seluruh palpebra akibat benda tumpul seringnya melibatkan
semua lapisan.6
Trauma pada canthus medialis atau lateralis biasanya merupakan hasil traksi
tendon canthus medialis atau lateralis. Anamnesis yang cermat pada riwayat penyakit
pasien seringnya mengonfirmasi bahwa objek atau jari bertautan dengan jaringan
16
lunak palpebra pada bagian tengah palpebra, dilanjutkan dengan traksi horizontal
pada palpebra. Oleh karena itu, laserasi daerah canthus medialis memerlukan evaluasi
yang hati-hati. Pemeriksa dapat menilai integritas dan tendon canthus medialis atau
F. Penatalaksanaan
halnya dengan laserasi kulit lainnya. Jaringan parut dapat dihindari dengan mengikuti
prinsip dasar plastic repair, yaitu debridement luka konservatif, penggunaan needle
luka. Adanya prolaps lemak orbita pada palpebra superior merupakan indikasi
17
dilakukannya eksplorasi levator. Laserasi pada muskulus levator palpebra atau
mungkin. Lagophthalmus dan tambatan ke rima orbitalis superior umum terjadi bila
septum orbital tidak digabungkan dengan hati-hati pada perbaikan palpebra. Laserasi
septum orbita tidak boleh dijahit. Penutupan yang cermat pada kulit palpebra dan
muskulus orbicularis dilakukan secara adekuat pada seluruh kasus untuk menghindari
tepat dan tekanan jahitan yang kritis untuk meminimalisasi takik pada margo
paling baik ditangani dengan wool pads atau kompres dingin. Berbagai teknik telah
digunakan, tetapi prinsip paling penting yaitu perkiraaan tarsus harus dilakukan
18
Penutupan margo palpebralis dapat dilakukan dengan menempatkan 2 atau 3
jahitan untuk menyatukan garis silia, plana glandula Meibom, dan (bisa juga) gray
line. Setiap dokter memiliki perbedaan dalam menentukan apakan tarsus atau margo
palpebralis yang akan dijahit pertama kali. Menempatkan margo palpebralis dan
penutupan tarsus dalam suatu jajaran anatomis yang tepat merupakan tujuan
penanganan, dan berbagai teknik dapat diterima. Untuk menghindari disrupsi epitel
Penutupan margo palpebralis harus memberikan hasil eversi sedang pada tepi luka.
Salep antibiotik kemudian diberikan pada jaringan palpebra yang telah diperbaiki.2,10
Jika perbaikan primer tidak tercapai dalam 24 jam, edema dapat menunda
penutupan. Luka harus dibersihkan secara mendalam dan diberikan antibiotik. Setelah
Rekonstruksi palpebra dilakukan pada defek yang timbul akibat reseksi tumor,
kelainan kongenital, dan juga defek traumatik. Pilihan prosedur operasi tergantung
pada usia pasien, kondisi palpebra, ukuran dan posisi defek, serta pengalaman dan
19
e. Kepentingan kosmetik maksimal dan simetris
tidak keduanya, digunakan graft; salah satu lapisan harus menyediakan suplai
darah (pedicle flap). Graft ditempatkan pada graft yang memiliki angka
penutupan langsung jika prosedur ini tidak mengubah margo palpebralis. Jika defek
palpebra atau ectropion. Untuk menghindari tekanan secara vertikal ini diperlukan
20
Jika defek terlalu besar untuk ditutup secara primer, beberapa teknik
transposisi flap kulit lokal dapat digunakan. Flap yang sering digunakan yaitu bentuk
terbaik yang cocok dan estetik tetapi memerlukan perencanaan untuk meminimalkan
deformitas sekunder. Meskipun prosedur skin graft secara umum mudah dilakukan,
tetapi tekstur, kontur, dan kosmetik akhir dengan flap memberikan hasil yang lebih
baik. Defek palpebra superior pada lamella anterior paling baik diperbaiki dengan
full-thickness skin graft dari palpebra superior kontralateral. Skin graft preaurikular
atau postaurikular dapat digunakan tapi dengan ketebalan yang lebih besar dapat
membatasi mobilitas palpebra superior. Defek palpebra inferio paling baik ditangani
dengan skin graft preaurikular atau postaurikular. Jika kulit tidak tersedia dari
palpebra superior atau area auricular, full -thickness graft dapat diperoleh dari fossa
dengan penutupan langsung jika teknik ini tidak mengambil tekanan yang terlalu
besar pada luka. Penutupan langsung biasanya dilakukan pada defek yang berukuran
≤ 33% pada margo palpebralis; jika melibatkan area yang lebih besar, graft dari
jaringan yang lebih jauh mungkin diperlukan. Dokter dapat memotong bagian
21
superior tendon canthus lateral untuk memungkinkan mobilisasi medial sekitar 3-5
mm dari margo palpebralis lateral yang tersisa, menghindari ductules lacrimalis pada
sepertiga lateral margo palpebralis. Pengangkatan atau destruksi ductules ini dapat
tegang dan menonjol karena traksi, tetapi akan relaksasi kembali setelah beberapa
minggu.10
diinsisi dan semicircular skin flap dibuat di bawah porsio lateral suprasilia dan
palpebra superior melalui flap yang dimajukan dari belakang margo palpebralis
memberikan hasil yang lebih tebal dan immobile pada palpebra superior. Sebagai
pilihan lainnya, free tarsokonjunctival graft yang diambil dari palpebra superior
kontralateral dapat diposisikan dan ditutup dengan skin-muscle flap jika kulit
22
Gambar 6. Langkah Rekonstruksi Defek Palpebra Superior
penutupan primer. Selain itu, crus inferior tendon canthus lateral dapat dibebaskan
sehingga terdapat tambahan mobilisasi medial sekitar dari margo palpebralis yang
tersisa.10
23
b. Defek Sedang Palpebra Inferior
palpebra superior dapat digunakan untuk rekonstruksi defek sedang pada palpebra
inferior. Flap yang paling sering digunakan pada kasus-kasus seperti ini yaitu
diambil dari dari sisi dalam palpebra superior dapat ditransplantasikan ke defek
palpebra inferior untuk rekonstruksi lamella posterior palpebra. Ketika graft tarsus
diambil, 4-5 mm tinggi tepi tarsus dipreservasi untuk mencegah distorsi pada donor
berbagai tipe. Cheek elevation mungkin diperlukan sehingga traksi vertikal pada
palpebra dan ectropion dapat dihindari. Tarsokonjunctival flap yang diambil dari
palpebra superior dan full-thickness skin graft juga dapat menjadi pilihan
palpebra inferior. Rekonstruksi lamella anterior kemudian dibuat dengan skin flap
atau, pada kebanyakan kasus, free skin graft diambil dari area preaurikular atau
konjunctiva dari palpebra superior melewati pupil untuk beberapa minggu. Pedikel
konjunctiva yang telah memiliki vaskularisasi kemudian dilepas sesuai waktu yang
telah diperhitungkan. Flap rotasional dari pipi (Mustardé procedure) dapat bekerja
24
dengan baik pada perbaikan defek lamella anterior yang besar, tetapi diperlukan
durum, atau Hughes flap untuk penggantian lamella posterior. Mustardé flap dan
berbentuk bulat. Dokter dapat mengurangi masalah ini dengan membuat insisi yang
sangat tinggi ke arah ujung lateral suprasilia di mana insisi keluar dari commisura
lateralis. Free tarsokonjunctival autograft dari palpebra superior ditutup dengan skin
flap yang memiliki vaskularisasi juga telah digunakan untuk memperbaikin defek
yang besar. Prosedur tipe ini memiliki kelebihan yaitu hanya memerlukan satu tahap
25
Gambar 7. Langkah Rekonstruksi Palpebra Inferior
dini lebih diperlukan karena jaringan menjadi lebih sulit untuk diidentifikasi dan
menggunakan mikroskop. Stent dari bahan silicon yang berbentuk cincin dimasukkan
ke dalam canaliculus menggunakan alat khusus (Gambar 8). Stent ini kemudian
26
dibiarkan in situ selama 3-4 bulan dan kemudian dibuka. Perbaikan bedah pada
Gambar 8. Penanganan Bedah pada Avulsi Palpebra dan Avulsi Apparatus Lacrimalis
G. Komplikasi
karena prosedur penutupan luka yang tidak sesuai. Terlalu tegangnya ikatan yang
takik pada palpebra yang kemudian, meskipun jarang, dapat menjadi jalan keluar dan
drainase infeksi pada luka. Setelah proses penyembuhan luka berakhir dengan
27
terbentuknya sikatriks, jika penutupan luka tidak tepat, maka dapat menyebabkan
cicatricial ectropion. Selain itu, komplikasi yang dapat terjadi yaitu epiphora di mana
masuk ke ductus nasolacrimalis. Stent juga dapat mengalami prolaps melalui punctum
lacrimalis, yang mengundang perhatian pasien dan anggota keluarga lainnya. Ketika
metode eyed pigtail probe digunakan, jahitan dapat berputa dan menyebabkan iritasi
konjunctiva. Punctum lacrimalis dapat terkikis akibat bahan stent yang digunakan
stent. Iritasi hidung dan epistaxis dapat terjadi saat stent melewati hidung. Meskipun
perbaikan dilakukan dengan segera, epiphora chronic tetap dapat timbul. Palpebra
H. Prognosis
Dengan pemahaman anatomi palpebra yang baik, manajemen luka yang tepat,
dan perbaikan primer yang teliti, prognosis laserasi palpebra ini baik sekali dalam hal
mikroskopis pada laserasi canaliculus yang berat dengan intubasi silicon pada
apparatus lacrimalis.9,13
28
BAB III
KESIMPULAN
Trauma mata merupakan penyebab umum kebutaan unilateral pada anak dan
dewasa muda Trauma oculi dapat dibagi menjadi trauma tajam, trauma tumpul,
trauma kimia, trauma termal, trauma fisik, extra ocular foreign body, dan trauma
utama dari kasus Corpus Alienum adalah ekstraksi benda asing untuk menghilangkan
DAFTAR PUSTAKA
29
1. Khurana, AK. Comprehensive Ophthalmology, 4th edition. New Delhi: New Age
International (P) Ltd., Publishers; 2007. Chapter 17. Ocular Injuries. p401-2,407.
Ophthalmology, 17th edition. USA: The McGraw Hill Companies; 2007. Chapter
4. Naik, MN., Kelapure, A., Rath, S., Honavar, SG. Management of Canalicular
5. Graaf, Vd. Human Anatomy, 6th edition. USA: The McGraw Hill Companies;
6. Lang, GK. Ophthalmology, A Pocket Textbook Atlas, 2nd edition. New York:
7. Sundaram, V., Barsam, A., Alwitry, A., Khaw, PT. Oxford Specialty Training:
8. Tabatabaei, A., Kasaei, A., Nikdel, M., Shoar, S., Esmaeili, S., Mafi, M., et al.
30
9. Mawn, LA. 2012. Canalicular Lacrimation, [online], Medscape. Dari [Agustus
2020].
Section 7: Orbit, Eyelid, and Lacrimal System. San Fransisco: AAO; 2011.
87.
11. Burroughs, JR., Soparkar, CNS., Patrinely, JR. 7 Tips for Traumatic Eyelid
http://www.revophth.com/content/d/plastic_pointers/i/1341/c/25686/ [Agustus
2020].
7.
13. Probst, LE., Tsai, JH., Goodman, G., editor. Ophthalmology Cinical and Surgical
31