Anda di halaman 1dari 33

REFERAT

FAKOEMULSIFIKASI

Oleh:

Anzil Aziza 192011101031


Vera Asmita Fitriani 192011101019

Pembimbing:
dr. Bagas Kumoro, Sp. M

LAB/ KSM ILMU KESEHATAN MATA RSD dr. SOEBANDI


FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS JEMBER
2019
REFERAT

FAKOEMULSIFIKASI

Oleh:

Anzil Aziza 192011101031


Vera Asmita Fitriani 192011101019

Disusun untuk Melaksanakan Tugas Kepaniteraan Klinik Madya


KSM Ilmu Kesehatan Mata
RSD dr. Soebandi Jember

Pembimbing:
dr. Bagas Kumoro, Sp. M

LAB/ KSM ILMU KESEHATAN MATA RSD dr. SOEBANDI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
2019

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 2
2.1 Katarak.................................................................................................. 2
2.1.1 Definisi ...................................................................................... 2
2.1.2 Etiologi ...................................................................................... 2
2.1.3 Manifestasi Klinis ..................................................................... 2
2.1.4 Klasifikasi.................................................................................. 3
2.1.5 Patofisiologi .............................................................................. 7
2.1.6 Diagnosis ................................................................................... 8
2.1.7. Komplikasi ............................................................................... 9
2.1.8 Tatalaksana .............................................................................. 10
2.1.8.1 Tindakan nonbedah ....................................................... 10
2.1.8.2 Tindakan pembedahan .................................................. 11
2.1.8.3 Teknik Pembedahan ...................................................... 12
2.1.8.4 Edukasi pasca operasi katarak ....................................... 15
2.2 Fakoemulsifikasi ................................................................................. 15
2.2.1 Fakomachine .............................................................................. 17
2.2.2 Fakodinamik .............................................................................. 18
2.2.3 Komplikasi Fakoemulsifikasi .................................................... 22
2.2.4 Indikasi Fakoemulsifikasi .......................................................... 24
2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Fakoemulsifikasi ........................... 24
BAB 3. KESIMPULAN .................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 27

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1 Katarak Kortikal. .................................................................................. 4
Gambar 2 Katarak Imatur...................................................................................... 5
Gambar 3 Katarak Matur ...................................................................................... 6
Gambar 4 Katarak Hipermatur .............................................................................. 6
Gambar 5 Pemeriksaan Iris Shadow ..................................................................... 9
Gambar 6 Langkah-langkah ICCE ...................................................................... 13
Gambar 7 Langkah-langkah konvensional ECCE .............................................. 14
Gambar 8 Teknik Fakoemulsifikasi .................................................................... 16
Gambar 9 Ujung Fakoemulsi .............................................................................. 19
Gambar 10 Zona Tengah Aman .......................................................................... 21

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekeruhan pada lensa yang
terjadi karena hidrasi atau penambahan cairan lensa, denaturasi protein lensa atau
akibat keduanya yang disebabkan oleh berbagai kondisi. Katarak bisa menyebabakan
berbagai komplikasi bahkan sampai terjadinya kebutaan.10
Katarak adalah penyebab utama kebutaan di dunia dimana hampir setengah
dari 45 juta orang mengalami kebutaan dan hampir 90% berasal dari daerah Asia dan
Afrika. Sementara itu, sepertiga dari seluruh kasus kebutaan terjadi di daerah Asia
Tenggara dan diperkirakan setiap menitnya 12 orang mengalami kebutaan di dunia
dan 4 orang diantaranya berasal dari Asia Tenggara. Menurut data Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi katarak di Indonesia pada tahun 2013
sebesar 1.8%, sedangkan di Sumatera Utara prevalensi katarak sebesar 1.4%.13
Pengobatan pada katarak adalah tindakan pembedahan. Setelah pembedahan,
lensa digantikan dengan kacamata afakia, lensa kontak, atau lensa tanam intraokular.
Teknik pembedahan katarak dapat menggunakan teknik Intracapsular Cataract
Extraction (ICCE) dan Extracapsular Cataract Extraction (ECCE). Fakoemulsifikasi
adalah teknik operasi ekstraksi katarak ekstra kapsular dimana setelah dilakukan
pembukaan kapsul anterior dengan kapsuloreksis, nukleus lensa diemulsifikasi dan
selanjutnya diaspirasi melalui probe pada mesin fakoemulsifikasi. Dengan teknologi
canggih dan perbaikan dalam teknik bedah, hasil bias final dan kepuasan pasien
sangat penting untuk menentukan keberhasilan prosedur ini.21
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Katarak
2.1.1 Definisi
Setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang menyebabkan penurunan tajam
penglihatan.11 Kekeruhan pada lensa dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi karena dua-duanya. Biasanya kekeruhan
mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan pada waktu yang lama.
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat
juga akibat kelaianan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.
Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak, seperti glaukoma,
ablasi, uveitis, retinitis pigmentosa bahan toksik khusus (kimia dan fisik). Katarak
dapat berhubungan dengan penyakit intraocular lainnya.1

2.1.2 Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa mengalami katarak
yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan di dalam kehamilan,
keadaan ini disebut sebagai katarak kongenital. Lensa mata mempunyai bagian yang
disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara
nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus
bersifat lembek sedang pada orang tua nukleus ini menjadi keras.1
Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks, dan subkapsularis lensa. Dengan
menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih
padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya
memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada usia 45 tahun
dimana mulai timbul kesukaran melihat dekat (presbiopia). Pada usia 60 tahun
hampir 60% mulai mengalami katarak atau lensa keruh. Katarak biasanya
3

berkembang pada kedua mata akan tetapi progresivitasnya berbeda. Kadang-kadang


penglihatan pada satu mata nyata berbeda dengan mata yang sebelahnya.
Perkembangan katarak untuk menjadi berat memakan waktu dalam bulan hingga
tahun.9
Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat. Faktor
lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa seperti diabetes
melitus, obat tertentu, sinar ultraviolet B dari cahaya matahari, efek racun dari
merokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E, dan radang menahun di dalam bola
mata. Obat tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak seperti betametason,
klorokuin, klorpromazin, kortison, ergotamin, indometasin, medrison, neostigmin,
pilokarpin dan beberapa obat lainnya. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti
diabetes melitus dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan lensa yang akan
menimbulkan katarak komplikata.9

2.1.3 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis dari katarak dapat beragam sesuai dengan tingkat
maturasinya. Adapaun gejala yang umumnya dirasakan oleh pasien katarak antara
lain adanya gangguan penglihatan, melihat area keabuan atau seperti melihat kabut
atau asap, penglihatan berbayang, penglihatan kabur, kilatan cahaya atau rasa silau,
diplopia monoakular, gangguan penglihatan warna, melihat halo disekeliling sinar.12

2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi katarak dapat dibagi berdasarkan lokasi dan maturasinya. Berdasarkan
lokasinya, katarak dapat dibagi menjadi klasifikasi berikut.1
1. Katarak kortikal: adalah kekeruhan pada korteks lensa. Perubahan hidrasi
serta lensa menyebabkan terbentuknya celah-celah dalam pola radial di
sekeliling daerah ekuator. Katarak ini cenderung bilateral, tetapi sering
asimetrik. Derajat gangguan fungsi penglihatan bervariasi, tergantung
seberapa dekat kekeruhan lensa dengan sumbu penglihatan.
4

Gambar 1. Katarak kortikal3


2. Katarak nuklear: proses kondensasi normal dalam nucleus lensa mneybabkan
terjadinya sklerosis nuklear setelah usia pertengahan. Gejala yang paling dini
mungkin berupa membaiknya penglihatan dekat tanpa kacamata (penglihatan
kedua). Ini merupakan akibat meningkatnya kekuatan focus lensa bagian
sentral, menyebabkan refraksi bergeser ke miopia. Gejala-gejala lain dapat
berupa diskriminasi warna yang buruk atau diplopia monokular. Sebagian
besar katarak nuklear adalah bilateral, tetapi bisa asimetrik.
3. Katarak subkapsular: terdapat pada korteks di dekat kapsul posterior bagian
sentral. Di awal perkembangannya, katarak ini cenderung menimbulkan
gangguan penglihatan karena adanya keterlibatan sumbu penglihatan. Gejala-
gejala yang umum, antara lain “glare” dan penurunan penglihatan pada
kondisi pencahayaan yang terang. Kekeruhan lensa di sini dapat timbul akibat
trauma, penggunaan kortikosteroid (topikal atau sistemik), peradangan, atau
pajanan radiasi pengion.
Sedangkan klasifikasi katarak berdasarkan maturasi kortek, dibagi menjadi 3,
seperti di bawah ini.2
5

1. Katarak insipien: kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju
korteks anterior dan posterior. Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.
Kekeruhan ini dapat menyebabkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu
yang lama.
2. Katarak intumesen: kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa
yang degeneratif menyerap air. Katarak intumesen biasanya terjadi pada
katark yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada
keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan
daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan
slit lamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
3. Katarak imatur: sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah
volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa degeneratif.
Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,
sehingga terjadi glaukoma sekunder.

Gambar 2. Katarak imatur3

4. Katarak matur: pada katarak matur kekeruhan lensa telah mengenai seluruh
masa lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang
menyeluruh. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang makin lama akan
6

mengakibatkan kalsifikasi lensa. Tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang
keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.

Gambar 3. Katarak matur3

5. Katarak hipermatur: katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat


menjadi keras atau lember dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar
dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning, dan
kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa.

Gambar 4. Katarak hipermatur4


7

2.1.5 Patofisiologi
Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun demikian, pada
lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang
menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein
lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat.
Temuan tambahan mungkin berupa vesikel di antara serat-serat lensa atau migrasi sel
epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang menyimpang. Sejumlah faktor yang diduga
turut berperan dalam terbentuknya katarak, antara lain kerusakan oksidatif (dari
proses radikal bebas), sinar ultraviolet, dan malnutrisi.2
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel
(zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya
dapat menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan 23 bertambahnya usia dan tidak ada
pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.6
8

2.1.6 Diagnosis
Diagnosis katarak dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang dilakukan pada pasien
 Anamnesis
- Tajam penglihatan menurun (kabur) akibat makin tebal kekeruhan lensa.
Penderita akan melihat seperti kaca yang buram, dapat melihat bentuk namun
tidak bisa melihat detail.
-Silau akibat gangguan pembiasan cahaya
-Coloured halos. Pemecahan cahaya putih menjadi spektrum warna akibat
adanya droplet air pada lensa
-Unocular polyopia. Melihat bayangan ganda akibat refraksi lensa yang
iregular sehingga menghasilkan indeks refraksi yang bervariasi.
-Gangguan penglihatan warna. Lensa yang bertambah kuning atau kecoklatan
akan menyebabkan gangguan diskriminasi warna, terutama spektrum cahaya
biru.
- Kekeruhan yang berada di sentral dari lensa, penderita akan merasakan lebih
kabur dibandingkan kekruhan perifer.
 Pemeriksaan Fisik
-Tajam penglihatan. Menurun bervariasi tergantung lokasi dan tingkat
maturitas dari kataral. Mulai dari 6/9 hingga light perception (+). Tidak
membaik dengan pinhole. Pada stadium insipien dan imatur bisa dicoba
koreksi dengan lensa kaca mata yang terbaik.
- Segmen anterior dengan senter ditemukan kekeruhan lensa. Leukokoria
yaitu pupil berwarna putih pada katarak matur.
- Tes iris shadow (bayanga iris pada lensa), saat sinar datang secara obliq
yang diarahkan pada iris terbentuk bayangan dari margin kiri yang
terbentuk pada lensa yang keruh dan selama masih ada bagian korteks yang
jernih. Ketika lensa transparan atau benar-benar buram tidak terbentuk iris
9

shadow. Pada katarak imatur menunjukkan hasil positif sedangakan pada


katarak matur menunjukkan hasil negatif.

Gambar 5. Pemeriksaan Iris Shadow11


- Refleks fundus menggunakan oftalmoskopi dengan pupil dilatasi,
didapatkan hasil yang berwarna jingga akan menjadi gelap (refleks fundus
negatif pada katarak matur).
- Slit Lamp Biomikroskopi, dapat dievaluasi luas, tebal dan lokasi kekeruhan
lensa, kekerasan nukleus. Kekerasan nukleus penting dalam mengatur
parameter mesin pada ekstraksi katarak menggunakan metode PE.
- Tonometri untuk menilai TIO
- USG untuk menilai retroorbital.

2.1.7 Komplikasi
1. Fakoanafilaktik uveitis dapat terjadi pada katarak hipermatur dimana terjadi
kebocoran mikro sehingga protein lensa keluar ke BMD dan bertindak sebagai
antigen dan menginduksi reaksi antigen-antibodi yang seterusnya menyebabkan
uveitis.
2. Glaukoma lens induced dapat terjadi melalui mekanisme yang berbeda:
10

 Katarak imatur menyebabkan glaukoma fakomorfik. Kandungan air lensa


meningkat dan menyebabkan pertambahan ukuran lensa. Lensa kemudian
maju ke depan dan menimbulkan pupillary block dan menutup sudut
iridokornea. Terapi adalah ekstraksi lensa bila tekanan intraocular sudah
terkendali secara medis.
 Katarak hipermatur menyebabkan glaukoma fakolitik. Kebocoran mikro
pada kapsul lensa anterior menyebabkan lolosnya protein lensa yang
mencair masuk ke BMD. Ini akan menimbulkan reaksi inflamasi di bilik
anterior, trabekular meshwork menjadi udem dan terobstruksi oleh
protein lensa yang seterusnya menyebabkan kenaikan yang akut pada
tekanan intraokular. Ekstrasi lensa adalah terapi definitif setelah tekanan
intraokular sudah ditangani secara teratur dan terapi intensif steroid
topical sudah menurunkan inflamasi intraokular.
 Subluksasi atau dislokasi lensa. Ini boleh terjadi disebabkan oleh
degenerasi zonules pada stadium hipermatur.12

2.1.8 Tatalaksana
Pada dasarnya pengobatan katarak dilakukan dengan pembedahan. Namun
tindakan non pembedahan tertentu juga dapat dilakukan untuk mensupport keadaan
pasien hingga operasi dilakukan.
2.1.8.1 Tindakan Nonbedah
1. Pengobatan penyebab katarak. Pada katarak yang didapat, pemeriksaan secara
menyeluruh harus dilakukan untuk mengetahui penyebab katarak. Pengobatan
penyebab penyakit seringkali dapat menghentikan perkembangan dan bahkan
pada tahap awal dapat menyebabkan regresi perubahan katarak sehingga dapat
menunda perawatan bedah. Seperti misalnya:
 Kontrol ketat terhadap diabetes mellitus ketika ditemukan
11

 Menghentikan konsumsi obat kataraktogenik seperti kortikosteroid,


fenotiazen, dan miotik kuat dapat menunda atau mencegah
katarktogenesis.
 Menghindari paparan sinar X dapat menunda atau mencegah pembentukan
katarak
 Pengobatan dini dan memadai dari penyakit mata seperti uveitis dapat
mencegah terjadinya katarak komplikata.
2. Tindakan untuk menunda perkembangan katarak. Garam iodida kalsium dan
kalium pada tahap awal katarak terutama pada katarak senilis dapat menunda
perkembangan katarak. Selain itu vitamin E dan aspirin juga dapat menunda
kataraktogenesis.
3. Tindakan peningkatan daya penglihatan pada katarak insipien dan katarak imatur.
 Kacamata refraksi dapat berubah dengan cepat pada penderita katarak,
sehingga perlu dilakukan koreksi secara berkala.
 Pengaturan penerangan. Pasien dengan kekeruhan daerah tepi ( area pupil
masih jernih) dapat diinstrukkan untuk mendapatkan pencahayaan yang
terang
 Sebaliknya, pada kekeruhan sentral, cahaya ditempatkan di samping dan
sedikit di belakang kepala pasien akan memberikan hasil terbaik.
 Penggunaan kacamata gelap pada pasien dengan kekeruhan sentral sangat
bernilai dan nyaman saat dipakai di luar ruangan.
 Midriasis. Pasien dengan katarak aksial kecil, sering mendapat manfaat
dari dilatasi papiler. Ini memungkinkan lensa paraxial yang jernih untuk
berpartisipasi dalam transmisi cahaya, pembentukan gambar dan fokus.10
2.1.8.2 Tindakan Pembedahan
Indikasi dilakukan pembedahan :

1. Peningkatan visual. Sejauh ini merupakan indikasi yang paling umum. Kapan
operasi harus disarankan untuk perbaikan visual bervariasi dari orang ke orang
12

tergantung pada kebutuhan visual individu. Jadi, seorang individu harus dioperasi
katarak ketika tajam penglihatan penderita telah mengganggu pekerjaan sehari-
hari dan tidak dapat dikoreksi dengan kacamata.
2. Kadang beberapa pasien merasa nyaman walaupun terjadi penurunan
penglihatan. Namun tindakan operasi perlu dilakukan karena adanya alasan
medis yang menimbulkan komplikasi terkait lensa misalnya glaukoma
fakomorfik/fakolitik serta fakoanafilaktik.
3. Indikasi kosmetik. Terkadang pasien dengan katarak matur bersikeras untuk
melakukan ekstraksi katarak walaupun tidak memberikan hasil penglihatan yang
lebih baik karena berkaitan dengan retina atau penyakit saraf optik.10
Pembedahan dengan ekstraksi katarak yaitu dengan mengangkat lensa
katarak. Pengangkatan lensa dapat dilakukan dengan intrakapsular yaitu
mengeluarkan lensa bersama dengan kapsul lensa atau ekstrakapsular yaitu
mengeluarkan isi lensa (korteks dan nucleus) melalui kapsul anterior yang robek
(kapsulotomi anterior) dengan meninggalkan kapsul posterior. Tindakan bedah ini
dianggap lebih baik karena mengurangi beberapa penyulit. 1

2.1.8.3 Teknik Pembedahan


1. Intracapsular Cataract Extraction (ICCE)
Dalam teknik ini, seluruh lensa katarak bersama dengan kapsul yang utuh
diangkat. Oleh karena itu, zonula yang lemah dan terdegenerasi adalah prasyarat
untuk metode ini. ICCE telah bertahan dan telah digunakan secara luas selama
sekitar 100 tahun di dunia (1880-1980). Namun selama 35 tahun terakhir telah
hampir seluruhnya digantikan oleh teknik ekstrakapsular. Satu-satunya indikasi
ICCE adalah adanya subluksasi dan dislokasi lensa. 10
13

Gambar 6. Langkah-langkah ICCE10

2. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE)


Dalam teknik ini, sebagian besar kapsul anterior, epitel, nukleus dan korteks
dihilangkan namun meninggalkan kapsul posterior secara utuh. Saat ini, teknik
ekstraksi katarak ekstrasapsular adalah operasi pilihan untuk hampir semua jenis
katarak kecuali dikontraindikasikan. Kontraindikasi absolut untuk ECCE adalah
lensa yang subluksasi atau dislokasi. Teknik ECCE terdiri dari konvensional
ECCE, SICS, dan Fakoemulsifikasi.
14

Gambar 7. Langkah-langkah konvensional ECCE10

Kelebihan teknik ECCE dibandingkan ICCE antara lain:


 ECCE adalah operasi universal dan dapat dilakukan pada semua usia,
kecuali bila zonula tidak utuh, sedangkan ICCE tidak dapat dilakukan di
bawah 40 tahun.
 IOL dapat ditanamkan setelah ECCE, sementara itu tidak dapat
ditanamkan setelah ICCE.
 Insiden komplikasi pasca operasi seperti endophthalmitis, edema makula
cistoid dan ablasi retina jauh lebih sedikit setelah ECCE dibandingkan
dengan setelah ICCE.
 Astigmatisma pasca operasi lebih sedikit dengan teknik ECCE, karena
sayatan lebih kecil.
 Insiden rubeosis sekunder pada penderita diabetes berkurang setelah
ECCE.10
15

2.1.8.4 Edukasi pasien pasca operasi katarak


Setelah melakukan tindakan operasi katarak, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain ialah:
 Menjaga kebersihan mata
 Pada mata yang dioperasi dibalut dengan menggunakan verban atau eyeshield
selama 1 minggu. Kemudian menggunakan obat tetes mata sesuai petunjuk,
jangan sampai terkena air, jangan digosok, jangan menunduk (sujud atau ruku
pada waktu sholat) dan jangan berbaring pada sisi mata yang dioperasi
 Jangan mengangkat benda atau beban yang berat
 Periksa atau kontrol pada hari 1, 3, 7, dan 30 hari setelah operasi
 Bila ada keluhan nyeri, bengkak, berair, atau kotoran berlebih segera kontrol
di puskesmas atau rumah sakit.12

2.2 Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi adalah teknik operasi ekstraksi katarak ekstra kapsular
dimana setelah dilakukan pembukaan kapsul anterior dengan kapsuloreksis, nukleus
lensa diemulsifikasi dan selanjutnya diaspirasi melalui probe pada mesin
fakoemulsifikasi. Teknik operasi ini menggunakan gelombang ultrasonik dan hanya
perlu membuat luka irisan sekitar 1.8-3.0 milimeter saja. Dengan alat ini lensa
dipecah dalam beberapa bagian, yang selanjutnya dihisap dengan alat. Kemudian
diteruskan dengan pemasangan lensa tanam (Foldable Intra Oculer Lens)15,16,19
16

Gambar 8. Teknik Fakoemulsifikasi17


Keuntungan menggunakan teknik ini adalah luka irisan minimal, resiko
infeksi kecil, tanpa jahitan, penyembuhan lebih cepat sehingga pasien lebih nyaman.
Dengan teknik ini seberapapun derajat ketipisan katarak operasi dapat dilakukan
tanpa harus menunggu matang. Kendalanya adalah biaya untuk operasi
fakoemulsifikasi ini relatif mahal. Operasi dilakukan dengan bius lokal dan
membutuhkan waktu antara 20-30 menit. Pasien tidak perlu rawat inap sesudah
dilakukan operasi dan boleh beraktifitas seperti biasa.16,18
Teknik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan
katarak senilis. Teknik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan keuntungan
insisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler,
meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat
dimasukkan melalui insisi kecil.18
Operasi mata fakoemulsifikasi melibatkan penggunaan mesin dengan
dinamika fluida mikroprosesor yang dikendalikan. Hal ini dapat berdasarkan pada
prinsip peristaltik atau sebuah pompa tipe venturi. Probe fakoemulsifikasi adalah
sebuah handpiece ultrasonik dengan titanium atau jarum baja. Ujung jarum bergetar
pada frekuensi ultrasonik untuk memahat dan mengemulsi katarak saat pompa
aspirasi partikel melalui ujung. Dalam beberapa teknik, alat berupa baja halus kedua
17

yang disebut “chopper” digunakan dari posisi sebelah kiri untuk membantu dengan
memotong nukleus ke dalam potongan-potongan yang lebih kecil.19,20
Katarak biasanya terbagi menjadi dua atau empat bagian dan masingmasing
bagian akan diemulsi dan disedot keluar oleh penghisap. Emulsifikasi nukleus
memudahkan dalam aspirasi partikel. Setelah menghapus semua lensa pusat nukleus
yang keras dengan fakoemulsifikasi, lensa luar korteks yang lebih lembut dihapus
hanya dengan dihisap.19,28 Irrigation-aspiration probe atau sistem bimanual
digunakan untuk membuang area masalah selaput yang tersisa, sementara
meninggalkan kapsul posterior utuh. Seperti prosedur ekstraksi katarak lainnya,
implan lensa intraokular (IOL) ditempatkan ke dalam kapsul lensa yang tersisa.
Sayatan harus diperbesar untuk menanamkan PMMA IOL.19,20
Untuk menanamkan foldable IOL, sayatan tidak perlu diperbesar. Foldable
IOL terbuat dari silikon atau daya akrilik yang dilipat baik menggunakan dudukan
maupun perangkat penyisipan yang disediakan bersama dengan IOL. IOL kemudian
dimasukkan dan ditempatkan dalam ruang posterior dalam kantong kapsuler (in-the-
bag implantation). Karena memerlukan sayatan yang kecil jahitannya pun hanya
diperlukan sedikit atau bahkan tidak memerlukan jahitan sama sekali, dan waktu
pemulihan yang diperlukan pasien biasanya lebih sedikit jika menggunakan foldable
IOL.19,20

2.2.1 Fakomachine
Mesin ini terdiri dari console, pedal kaki, handpiece, dan koneksinya.
2.2.1.1 Console
Konsol terdiri dari komputer yang mengontrol semua fungsi mesin.
Pengaturan untuk berbagai parameter, misalnya daya, vakum dan laju aliran.
Pengaturan ini mewakili maksimum tingkat parameter yang akan dicapai, kontrol
linier lebih lanjut adalah dengan pedal kaki. Mesin yang lebih baru memiliki panel
multi-mode, di mana beberapa pengaturan dari semua variabel, seperti yang
disyaratkan oleh ahli bedah yang berbeda dapat dimasukkan. Dokter bedah yang
18

sama mungkin ingin mengubah semua variabel selama operasi dan parameter ini juga
bisa dimasukkan dan bisa dikembalikan dengan menyentuh tombol memori saja.
Pengaturan untuk jenis katarak yang berbeda juga bisa dimasukkan ke dalam
memori. Di beberapa mesin, memori dapat diaktifkan dengan saklar kaki sehingga
ahli bedah bisa melanjutkan operasi tanpa harus melihat konsol.8
2.2.1.2 Handpiece
Ada dua jenis handpiece yaitu handpiece phaco dan handpiece irigasi aspirasi.
Handpiece phaco berisi kristal piezoelektrik kristal, yang bersentuhan dengan ujung.
Ujungnya ditutupi oleh silikon lengan. Cairan infus mengalir di antara ujung dan
lengan pendingin. Ada dua bukaan di lengan yang berfungsi sebagai jalur
pengeluaran cairan yang harus dijaga tetap tegak lurus dengan ujung bevel. Proksimal
bagian ujung tangan terhubung ke konsol dengan kabel listrik. Ada dua koneksi yang
lain yaitu untuk tubing irigasi dan untuk menghubungkan sistem aspirasi.8
2.2.1.3 Pedal kaki
Kontrol pedal kaki merupakan aspek paling penting dari phaco. Melalui pedal kaki
masing-masing mesin mungkin memilik desain yang berbeda, pada dasarnya terdiri
dari bagian tengah utama dan tendangan samping. Bagian utama dari pedal kaki
mengontrol infus, aspirasi dan kekuatan phaco. Fungsi sidekick paling penting dari
pedal kaki adalah refluks. Saat menendang saklar samping, laju aliran aspirasi
terbalik dan bahan disedot dikeluarkan ke AC. Karena ini bukan fungsi yang
berkelanjutan, untuk refluks selanjutnya saklar perlu ditendang lagi. Aspirasi yang
tidak disengaja dari jaringan yang salah (iris, kapsul) dapat dilepaskan oleh fungsi ini
terutama oleh pemula.8

2.2.2 Fakodinamic
Fungsi dasar dari fakomesin ada dua, yaitu daya ultrasonik untuk emulsifikasi
dan irigasi-aspirasi yang aman untuk menyedot (suction) bahan yang diemulsi.
Sistem irigasi aspirasi dan parameternya dimana saling bergantung disebut dengan
fluidics.5
19

Daya fako diproduksi oleh getaran ultrasonik kristal Quartz di bagian tangan.
Terdapat 2-6 kristal, 6 kristal memberi lebih banyak tenaga dan kekuatan.
Frekuensinya setiap mesin bervariasi mulai dari 29-60 Hz. Frekuensi yang semakin
tinggi memberi hasil pemotongan yang lebih baik, namun menghasilkan panas yang
lebih banyak, hal ini tidak terlalu berpengaruh pada hasil operasi. Daya pada setiap
mesin bervariasi dari panjang dorongan dan gerakan mondar-mandir ujungnya dari
2/1000-6/1000 inci. Mekanisme emulsifikasi adalah kombinasi dari aksi pemboman
dari ujung (Jack-hammer) dan fenomena kavitasi yang disebabkan oleh pergerakan
ujung ke belakang dengan kecepatan tinggi. Jack-hammer membutuhkan nukleus
lensa terfiksasi selama penghancuran, atau fragmen nukleus ditahan oleh vakum
selama proses fako-aspirasi. Tindakan ini berlangsung selama proses penggalian.
Pergerakan ujung secara cepat ke belakang meninggalkan area yang berongga
menyebabkan cairan di sekitarnya memasuki rongga tersebut. Gerakan maju dari
ujung juga membuat gelombang cairan yang dapat menghancurkan material lensa
yang lebih lembut.5
Sudut dari ujung bervariasi mulai 0-60o. Ujung dengan sudut 60o, 45o, 30o,
15o, dan 0o tersedia. Semakin besar sudut, semakin rendah daya pegangnya namun
daya potongnya semakin besar. Ujung 60o menghasilkan pemotongan lebih baik dan
daya pegang lebih rendah.5

Gambar 9. Ujung fakoemulsi5


Semua mesin memberikan daya 0-100% dan daya yang dibutuhkan
dapat dipilah dari panel dikomputer. Ada berbagai mode, yaitu panel bedah atau
20

linier. Mode bedah dayanya bervariasi dari 0 sampai maksimum yang ditetapkan pada
panel, dengan menggerakkan pedal kaki. Hal yang susah adalah ketika nukleus tidak
beraturan, para ahli bedah memilih menggunakan mode linier sehingga dapat
mengontrol daya sesuai dengan kekerasan katarak. Mesin-mesin sekarang sudah
memiliki perangkat lunak yang memiliki denyutan ratusan hingga ribuan yang
disebut mode Hyperpulse. Durasi waktu menyala dan mati juga dapat ditentukan oleh
operator yang disebut siklus Duty yang dapat mengurangi panas.5
Fluidics dari mesin mengacu pada fungsi terintegrasi yang dilakukan oleh
sistem infus dan aspirasi dimana AC stabil dipertahankan. Salah satu keuntungan
utama yang dimiliki phaco dibandingkan pembedahan katarak konvensional adalah
dilakukan di ruang tertutup. Mempertahankan kedalaman ruang yang stabil adalah
sangat vital penting untuk menghindari kerusakan untuk semua struktur intra okular
terutama kornea, iris dan kapsul posterior.5
a. Sistem infus
Sistem infus terdiri dari sebuah botol, yang tingginya memberikan gradien untuk
aliran. Tabung dari botol dijalankan melalui klep yang dikontrol oleh pedal kaki. 2
kaki ketinggian botol sesuai dengan sekitar 44 mmHg (2 kaki = 60 cm = 600 mm
kolom air, 600 / 13,6 = 44 mmHg). Tinggi botol 3 ± 1 ft mempertahankan TIO aman
dengan cairan yang cukup memasuki mata. Meningkatkan tinggi botol terlalu banyak
dapat memiliki efek yang tidak diinginkan karena fakta bahwa AC memiliki volume
yang tetap dan mengisi kelebihan hasil cairan dalam stres zonular yang menyebabkan
ketidak nyamanan pasien. Juga banyak cairan dapat menyebabkan fluktuasi lensa
diafragma iris yang dihasilkan dalam iritasi pada iris dan miosis. Masalah lain dalam
menaikkan botol tinggi mungkin berulang prolaps iris, terutama jika pupil dan luka
besar.
b. Sistem aspirasi
Sistem aspirasi dengan bantuan komputer membuat fakoemulsifikasi cepat
dan aman. Dua fungsi dari sistem aspirasi adalah membilas bagian anterior
dan membuat lubang untuk emulsifikasi atau menghancurkan nukleus.
21

c. Sistem venturi
Efek venturi: Pergerakan cepat gas terkompresi menciptakan gaya isap
negatif, misalnya ruang hampa udara, di dalam ruang tertutup. Di sebuah
Sistem venturi, prinsip ini digunakan untuk membuat ruang hampa dalam
kaset (ruang tertutup). Vakum ini kemudian langsung ditransmisikan ke alat
genggam. Proses ini dikendalikan oleh pedal kaki. Dalam sistem venturi
hanya tingkat vakum yang dapat dikontrol dan bukan laju aliran, yang
merupakan jumlah cairan yang ditarik dari ruang anterior per detik.
d. Sistem peristaltik
Dalam pompa peristaltik, rotasi roller oleh pompa menjepit tabung silikon
yang lembut, menciptakan tekanan negatif dengan memeras cairan keluar dari
tabung. Semakin cepat rol berputar, semakin banyak cairan yang ditarik. Laju
aliran dan ruang hampa dapat diatur secara independen dalam sistem
peristaltik.
Zona tengah aman digunakan untuk membuat aspirasi yang aman. Ini adalah
sebuah area dalam margin CCC yang dibatasi secara vertikal oleh kornea di bagian
atas dan kapsul posterior berlawanan arah. Semua aspirasi, nukir, epinuklir atau
kortikal harus dilakukan di sini. Pada myopia, sindrom stres zonular dan vitrektomi
zona tengah amannya meningkat, sedangkan pada hipermetropi, pupil kecil, dan CCC
kecil zona tengah amannya lebih kecil.7

Gambar 10. Zona tengah aman5


22

Tekanan positif karena infus dan tekanan negatif dibuat oleh pompa aspirasi
bertanggung jawab atas pembuatan gradien tekanan di ujung. Ini pada gilirannya
menyebabkan arus dari lubang infus ke ujung fako. Aspek penting lainnya adalah
ukuran dan lokasi potongan-potongan. Terlihat bahwa potongan-potonngan kecil
cenderung mudah masuk ke arus.7
Sebuah tabung silikon menghubungkan sistem aspirasi dengan pegangan
tangan kedua jenis pompa. Selain itu, diperlukan lubang bor tebal yang lebar agar rol
efektif dalam pompa peristaltik. Sementara rolnya berputar, tidak ada penyumbatan
dan tidak ada keruntuhan tabung. Saat oklusi terjadi, vakum menumpuk, roller
berhenti dan tekanan negatif dihasilkan dalam seluruh sistem. Ini menyebabkan
tubing runtuh. Properti tabung runtuh (merusak di bawah tekanan) adalah kepatuhan
tabung. Setelah oklusi berhenti, ada tekanan negatif yang dilepaskan dan pipa
kembali mengembang ke ukuran aslinya. Cairan diambil dari AC untuk mengisi
volume tambahan ini (inilah yang menyebabkan lonjakan).8
Penarikan tiba-tiba cairan dari AC setelah oklusi istirahat disebut sentakan
(surge). Melampaui batas tertentu dapat menyebabkan runtuhnya ruang,
membahayakan struktur vital mata dan membuat operasi penuh dengan komplikasi.
Bahkan modifikasi diperkenalkan selama periode waktu telah diambil untuk
mengelola lonjakan ini dan dengan demikian melakukan operasi phaco bebas dari
komplikasi. Untuk mempertahankan volume dan TIO yang konstan AC, inflow, mis.
infus harus sama dengan outflow, yang merupakan jumlah aspirasi oleh pompa dan
kebocoran luka. Untuk botol yang diberikan ketinggian inflow konstan dan demikian
juga kebocorannya.8

2.2.3 Komplikasi Fakoemulsifikasi


Terdapat banyak komplikasi yang bisa terjadi dari operasi katarak dan
komplikasi ini dibagi dalam:
a. Intraoperasi
23

Selama fakoemulsifikasi, ruangan anterior mungkin akan menjadi dangkal karena


pemasukan yang tidak adekuat dari keseimbangan solution garam kedalam
ruangan anterior, kebocoran akibat insisi yang terlalu lebar, tekanan luar 15 bola
mata, tekanan positif pada vitreus, perdarahan pada suprachoroidal.1
b. Pasca operasi
Komplikasi selama pasca operasi dibagi dalam Early Complication Post
Operation dan Late Complication Post Operation meliputi : a) Hilangnya vitreous
yaitu jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel
vitreous dapat masuk kedalam bilik anterior, yang merupakan resiko terjadinya
glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan
dengan satu instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (vitrektomi).1 b)
Endoftalmitis yaitu peradangan di bagian dalam mata, termasuk rongga sentral
mata yang berisi cairan vitreus. Peradangan juga mempengaruhi jaringan
sekitarnya yang bertanggung jawab untuk penglihatan. Dalam kebanyakan kasus,
peradangan dipicu oleh infeksi bakteri, jamur, virus atau parasit.25 c) Ablasio
retina. Adalah terpisah atau terlepasnya retina dari jaringan penyokong
dibwahnya. Penyebabnya adalah retina merupakan selaput transparan di mata
bagian belakang yang mengolah gambar yang difokuskan di retina oleh kornea
dan lensa. Ablasio retina bisa bermula pada suatu area yang kecil, biasanya
akibat robekan pada retina. Jika tidak segera diobati, seluruh retina dapat ikut
terlepas. Ketika retina terlepas, maka retina terpisah dari lapisan yang mensuplai
darah ke retina. Jika tidak dilekatkan kembali, maka dapat terjadi kerusakan
menetap pada retina akibat kekurangan darah. d) Edema macular sistoid. CME
16 adalah pembentukan ruang kista yang berisi cairan antara lapisan outer
plexiform dan lapisan inner nuclear retina yang dihasilkan dari terganggunya
sawar darah retina pada makula. Efek pada fungsi penglihatan tergantung pada
derajat keparahannya. CME dapat menyebabkan penglihatan kabur atau
terganggu. e) edema kornea permanen. Kornea berfungsi sebagai media
pembiasan kuat, memberikan kontribusi bagi kekuatan focus maksimum dari
24

mata. Kornea disimpan transparan untuk kejelasan visi maksimum dengan


memasok oksigen dari air mata dan pemompaan air dari lapisan endotelium.
Ketika ada hidrasi yang berlebihan atau akumulasi cairan di bagian kornea, maka
hal itu menyebabkan pembengkakan kornea masalah mata yang umum disebut
sebagai edema kornea.26

2.2.4 Indikasi Fakoemulsifikasi


Indikasi pembedahan katarak dengan menggunakan teknik fakoemulsifikasi
adalah sebagai berikut:
a. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit endotel,
b. Pada pemeriksaan dijumpai bilik mata yang dalam,
c. Pupil pasien dapat dilebarkan hingga 7 mm.
Sedangkan kontraindikasi untuk dilakukannya teknik fakoemulsifikasi
adalah:
a. Dijumpai adanya tanda-tanda infeksi,
b. Adanya luksasi atau subluksasi lensa.27

2.2.5 Keuntungan dan Kelemahan Fakoemulsifikasi


Secara teori operasi katarak dengan teknik Fakoemulsifikasi mengalami
perkembangan yang cepat dan telah mencapai taraf bedah refraktif oleh karena
mempunyai beberapa kelebihan yaitu rehabilitasi visus yang cepat, komplikasi
setelah operasi yang ringan, astigmat akibat operasi yang minimal dan penyembuhan
luka yang cepat. 27
Kelebihan penggunaan teknik fakoemulsifikasi pada operasi katarak menurut
Kanski dan Bowling dalam Clinical Ophtalmology A Systemic Approach adalah
sebagai berikut: 27
a. Kinder cut, pemotongan yang lebih nyaman untuk pasien.
b. Smaller incision, insisi terdahulu biasanya 2,7 mm, dengan MICS hanya 1.8 mm.
Implikasinya adalah insisi tersebut terlalu kecil untuk dapat menyebabkan kornea
25

melengkung dengan abnormal, dan menyebabkan astigmatisme (efek samping


yang biasa terjadi pada operasi katarak) serta kecilnya insisi tersebut juga sangat
menekan resiko terhadap terjadinya infeksi.
c. Easy to operate, karena sedikit sekali cairan yang mungkin keluar dari insisi
mikro tersebut maka tekanan pada mata cenderung stabil, sehingga memudahkan
para dokter melakukan tindakan operasi.
d. Heals faster, setelah 1-2 hari tindakan, pasien sudah bisa kembali beraktivitas.
Rasa tidak nyaman setelah operasi, hilang dalam 3 hari.27
Tujuan dari teknik operasi ini adalah agar penderita katarak dapat
memperoleh tajam penglihatan terbaik tanpa koreksi dengan cara membuat sayatan
sekecil mungkin untuk mengurangi induksi astigmatisme pasca operasi. Prosedur ini
efisien, terutama jika operasi yang lancar umumnya dikaitkan dengan hasil
penglihatan yang baik. Insiden CME pada teknik fakoemulsifikasi yang mengalami
komplikasi intra operatif lebih rendah karena konstruksi insisi luka yang kecil dan
stabilitas yang lebih besar dibandingkan dengan teknik bedah katarak lain.
Kelemahan fakoemulsifikasi diantaranya mesin yang mahal, learning curve lebih
lama, dan biaya pembedahan yang tinggi.27
BAB 3. KESIMPULAN

Fakoemulsifikasi adalah teknik operasi ekstraksi katarak ekstra kapsular dimana


lensa diemulsifikasi dan selanjutnya diaspirasi melalui probe pada mesin
fakoemulsifikasi kemudian diteruskan dengan pemasangan lensa tanam (Foldable
Intra Oculer Lens). Keuntungan menggunakan teknik ini adalah luka irisan minimal,
resiko infeksi kecil, tanpa jahitan, penyembuhan lebih cepat sehingga pasien lebih
nyaman. Namun kendalanya adalah biaya untuk operasi fakoemulsifikasi ini relatif
mahal.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Ilyas, S. & Rahayu, S. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

[2] Eva, P. R. 2010. Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.

[3] Illyas, S. 2001. Atlas Mata Klinik. Jakarta : Sagung Seto.

[4] Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. 2007. Ilmu Penyakit Mata edisi
kedua. Jakarta : Sagung Seto.

[5] Azad, R. & Verma, L. 2010. A Guide to Phacoemulsification. India : All India
Ophtalmologucal Society.

[6] Eva, P. R. & Augsburger, J. J. 2018. Vaughan & Asbury’s General


Ophthalmology. New York : Mc Graw Hill Education.

[7] Fishkind, W. J. 2013. The Phaco Machine: Analysis New Technology. Lippincott
Williams & Wilkins. 24 (1): 41-46.

[8] Agarwal, A., Agarwal, A., & Jacob, S. 2012. Phacoemulsification Fourth Edition.
India: Jaypee-Highlights Medical Publishers.

[9] Budiono, Saleh, Moestidjah, & Eddyanto. 2013. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata.
Surabaya : Airlangga University Press.

[10] A. Khurana. 2007. Comprehensif Ophthalmology 4th edition. New Age


International.

[11] Mita, M. E. dan Yudistiro, A. F. 2018. Ilmu Kesehatan Mata Oftalmologi.

[12] Medical Mini Notes. 2018. Ophthalmology. Makasar.

[13] Gunawan, H. 2018. Evaluasi Tajam Penglihatan Menggunakan Formula SRK/T


pada Pasien Katarak Senilis yang Dilakukan Tindakan Fakoemulsifikasi.
Thesis.Universitas Sumatera Utara.

[14] Kemenkes RI-Balitbang.2013. Riset Kesehatan Dasar : RISKESDAS. Jakarta:


Balitbang Kemenkes RI
28

[15] Mamalis N. 2000. Incision Widht After Phacoemulsification with Foldable


Intraocular Lens Implantation. J Cataract Refract Surg.26: 237-41

[16] Eyetec net. Keratometry (B and L Type). 2014. Ophthalmic Technician :


Ophthalmic Assistant Basic Training Course.

[17] Harvard Health Publications. Harvard Medical School. 2007. Cataract Surgery-
Cataract: Eye Care. Diakses dari http://www.aolhealth.com/eyecare/learn-
about-it/cataract/cataract-surgery

[18] Popiela G, Markuszewska J, Chelstowska J, Szalinski M. 2004. Analysis of


Phacoemulsification During Mastering of the Method. Klin Oczna.

[19] Istiantoro, S. dan J. A. Hutauruk. 2004. Kalkulasi power IOL dalam:Transisi


menuju fakoemulsifikasi. Granit: Jakarta, 183-200.

[20] American Academy of Ophthalmology. 2017. Refractive Surgery. In Basic and


Clinic Science Course.

[21] Hope-Ross M dan D. Mooney. 1988. Introcular lens power calculation. Eye
(Lond). 2(4):367-9

[22] Agarwal, S., Agarwal, A., & Agarwal A. 2004. Phacoemulsification Volume 1
Third Edition. London: A Martin Dunitz Book.

[23] Balitbang Kemenkes RI. 2015. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI.Ganong WF.Review of Medical Physiology. 22nd ed. Singapore:
McGrawHill.

[24] Ilyas, Sidarta. 2009. Dasar-Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata
edisi ketiga. Jakarta: FK UI.

[25] Kelkar, A. S., Kelkar, J. A., Barve, P. M., Mulay, A., Sharma, S., dan Amoaku,
W. 2016. Post-clear Corneal Phacoemulsification Endophthalmitis: Profile and
Magement Outcomes at a Tertiary Eye Care Center in Western India. Journal
of Ophthalmic Inflammation and Infection. 6: 48-56.

[26] Carifi, G., Miller, M. H., Pitsas, C., Zygoura. V., Deshmukh, R. R., Kopsachilis,
N., dan Maurino, V. 2015. Complications and Outcomes of
Phacoemulsification Cataract Surgery Complicated by Anterior Capsule Tear.
Elsevier. 159(3): 463-469.
29

[27] Purba D.M., Hutauruk J.A., Riyanto S.B., Istiantoro D.V., dan Manurung F.M.
2010. A sampai Z Seputar Fakoemulsifikasi. Jakarta: Info JEC. p. 17-51.

Anda mungkin juga menyukai