FAKOEMULSIFIKASI
Oleh:
Pembimbing:
dr. Bagas Kumoro, Sp. M
FAKOEMULSIFIKASI
Oleh:
Pembimbing:
dr. Bagas Kumoro, Sp. M
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Katarak Kortikal. .................................................................................. 4
Gambar 2 Katarak Imatur...................................................................................... 5
Gambar 3 Katarak Matur ...................................................................................... 6
Gambar 4 Katarak Hipermatur .............................................................................. 6
Gambar 5 Pemeriksaan Iris Shadow ..................................................................... 9
Gambar 6 Langkah-langkah ICCE ...................................................................... 13
Gambar 7 Langkah-langkah konvensional ECCE .............................................. 14
Gambar 8 Teknik Fakoemulsifikasi .................................................................... 16
Gambar 9 Ujung Fakoemulsi .............................................................................. 19
Gambar 10 Zona Tengah Aman .......................................................................... 21
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekeruhan pada lensa yang
terjadi karena hidrasi atau penambahan cairan lensa, denaturasi protein lensa atau
akibat keduanya yang disebabkan oleh berbagai kondisi. Katarak bisa menyebabakan
berbagai komplikasi bahkan sampai terjadinya kebutaan.10
Katarak adalah penyebab utama kebutaan di dunia dimana hampir setengah
dari 45 juta orang mengalami kebutaan dan hampir 90% berasal dari daerah Asia dan
Afrika. Sementara itu, sepertiga dari seluruh kasus kebutaan terjadi di daerah Asia
Tenggara dan diperkirakan setiap menitnya 12 orang mengalami kebutaan di dunia
dan 4 orang diantaranya berasal dari Asia Tenggara. Menurut data Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi katarak di Indonesia pada tahun 2013
sebesar 1.8%, sedangkan di Sumatera Utara prevalensi katarak sebesar 1.4%.13
Pengobatan pada katarak adalah tindakan pembedahan. Setelah pembedahan,
lensa digantikan dengan kacamata afakia, lensa kontak, atau lensa tanam intraokular.
Teknik pembedahan katarak dapat menggunakan teknik Intracapsular Cataract
Extraction (ICCE) dan Extracapsular Cataract Extraction (ECCE). Fakoemulsifikasi
adalah teknik operasi ekstraksi katarak ekstra kapsular dimana setelah dilakukan
pembukaan kapsul anterior dengan kapsuloreksis, nukleus lensa diemulsifikasi dan
selanjutnya diaspirasi melalui probe pada mesin fakoemulsifikasi. Dengan teknologi
canggih dan perbaikan dalam teknik bedah, hasil bias final dan kepuasan pasien
sangat penting untuk menentukan keberhasilan prosedur ini.21
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Katarak
2.1.1 Definisi
Setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang menyebabkan penurunan tajam
penglihatan.11 Kekeruhan pada lensa dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi karena dua-duanya. Biasanya kekeruhan
mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan pada waktu yang lama.
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat
juga akibat kelaianan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.
Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak, seperti glaukoma,
ablasi, uveitis, retinitis pigmentosa bahan toksik khusus (kimia dan fisik). Katarak
dapat berhubungan dengan penyakit intraocular lainnya.1
2.1.2 Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa mengalami katarak
yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan di dalam kehamilan,
keadaan ini disebut sebagai katarak kongenital. Lensa mata mempunyai bagian yang
disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara
nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus
bersifat lembek sedang pada orang tua nukleus ini menjadi keras.1
Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks, dan subkapsularis lensa. Dengan
menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih
padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya
memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada usia 45 tahun
dimana mulai timbul kesukaran melihat dekat (presbiopia). Pada usia 60 tahun
hampir 60% mulai mengalami katarak atau lensa keruh. Katarak biasanya
3
2.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi katarak dapat dibagi berdasarkan lokasi dan maturasinya. Berdasarkan
lokasinya, katarak dapat dibagi menjadi klasifikasi berikut.1
1. Katarak kortikal: adalah kekeruhan pada korteks lensa. Perubahan hidrasi
serta lensa menyebabkan terbentuknya celah-celah dalam pola radial di
sekeliling daerah ekuator. Katarak ini cenderung bilateral, tetapi sering
asimetrik. Derajat gangguan fungsi penglihatan bervariasi, tergantung
seberapa dekat kekeruhan lensa dengan sumbu penglihatan.
4
1. Katarak insipien: kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju
korteks anterior dan posterior. Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.
Kekeruhan ini dapat menyebabkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu
yang lama.
2. Katarak intumesen: kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa
yang degeneratif menyerap air. Katarak intumesen biasanya terjadi pada
katark yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada
keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan
daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan
slit lamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.
3. Katarak imatur: sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah
volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa degeneratif.
Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil,
sehingga terjadi glaukoma sekunder.
4. Katarak matur: pada katarak matur kekeruhan lensa telah mengenai seluruh
masa lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang
menyeluruh. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang makin lama akan
6
mengakibatkan kalsifikasi lensa. Tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang
keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.
2.1.5 Patofisiologi
Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun demikian, pada
lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang
menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein
lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat.
Temuan tambahan mungkin berupa vesikel di antara serat-serat lensa atau migrasi sel
epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang menyimpang. Sejumlah faktor yang diduga
turut berperan dalam terbentuknya katarak, antara lain kerusakan oksidatif (dari
proses radikal bebas), sinar ultraviolet, dan malnutrisi.2
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.
Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling
bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela. Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel
(zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya
dapat menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan 23 bertambahnya usia dan tidak ada
pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.6
8
2.1.6 Diagnosis
Diagnosis katarak dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang dilakukan pada pasien
Anamnesis
- Tajam penglihatan menurun (kabur) akibat makin tebal kekeruhan lensa.
Penderita akan melihat seperti kaca yang buram, dapat melihat bentuk namun
tidak bisa melihat detail.
-Silau akibat gangguan pembiasan cahaya
-Coloured halos. Pemecahan cahaya putih menjadi spektrum warna akibat
adanya droplet air pada lensa
-Unocular polyopia. Melihat bayangan ganda akibat refraksi lensa yang
iregular sehingga menghasilkan indeks refraksi yang bervariasi.
-Gangguan penglihatan warna. Lensa yang bertambah kuning atau kecoklatan
akan menyebabkan gangguan diskriminasi warna, terutama spektrum cahaya
biru.
- Kekeruhan yang berada di sentral dari lensa, penderita akan merasakan lebih
kabur dibandingkan kekruhan perifer.
Pemeriksaan Fisik
-Tajam penglihatan. Menurun bervariasi tergantung lokasi dan tingkat
maturitas dari kataral. Mulai dari 6/9 hingga light perception (+). Tidak
membaik dengan pinhole. Pada stadium insipien dan imatur bisa dicoba
koreksi dengan lensa kaca mata yang terbaik.
- Segmen anterior dengan senter ditemukan kekeruhan lensa. Leukokoria
yaitu pupil berwarna putih pada katarak matur.
- Tes iris shadow (bayanga iris pada lensa), saat sinar datang secara obliq
yang diarahkan pada iris terbentuk bayangan dari margin kiri yang
terbentuk pada lensa yang keruh dan selama masih ada bagian korteks yang
jernih. Ketika lensa transparan atau benar-benar buram tidak terbentuk iris
9
2.1.7 Komplikasi
1. Fakoanafilaktik uveitis dapat terjadi pada katarak hipermatur dimana terjadi
kebocoran mikro sehingga protein lensa keluar ke BMD dan bertindak sebagai
antigen dan menginduksi reaksi antigen-antibodi yang seterusnya menyebabkan
uveitis.
2. Glaukoma lens induced dapat terjadi melalui mekanisme yang berbeda:
10
2.1.8 Tatalaksana
Pada dasarnya pengobatan katarak dilakukan dengan pembedahan. Namun
tindakan non pembedahan tertentu juga dapat dilakukan untuk mensupport keadaan
pasien hingga operasi dilakukan.
2.1.8.1 Tindakan Nonbedah
1. Pengobatan penyebab katarak. Pada katarak yang didapat, pemeriksaan secara
menyeluruh harus dilakukan untuk mengetahui penyebab katarak. Pengobatan
penyebab penyakit seringkali dapat menghentikan perkembangan dan bahkan
pada tahap awal dapat menyebabkan regresi perubahan katarak sehingga dapat
menunda perawatan bedah. Seperti misalnya:
Kontrol ketat terhadap diabetes mellitus ketika ditemukan
11
1. Peningkatan visual. Sejauh ini merupakan indikasi yang paling umum. Kapan
operasi harus disarankan untuk perbaikan visual bervariasi dari orang ke orang
12
tergantung pada kebutuhan visual individu. Jadi, seorang individu harus dioperasi
katarak ketika tajam penglihatan penderita telah mengganggu pekerjaan sehari-
hari dan tidak dapat dikoreksi dengan kacamata.
2. Kadang beberapa pasien merasa nyaman walaupun terjadi penurunan
penglihatan. Namun tindakan operasi perlu dilakukan karena adanya alasan
medis yang menimbulkan komplikasi terkait lensa misalnya glaukoma
fakomorfik/fakolitik serta fakoanafilaktik.
3. Indikasi kosmetik. Terkadang pasien dengan katarak matur bersikeras untuk
melakukan ekstraksi katarak walaupun tidak memberikan hasil penglihatan yang
lebih baik karena berkaitan dengan retina atau penyakit saraf optik.10
Pembedahan dengan ekstraksi katarak yaitu dengan mengangkat lensa
katarak. Pengangkatan lensa dapat dilakukan dengan intrakapsular yaitu
mengeluarkan lensa bersama dengan kapsul lensa atau ekstrakapsular yaitu
mengeluarkan isi lensa (korteks dan nucleus) melalui kapsul anterior yang robek
(kapsulotomi anterior) dengan meninggalkan kapsul posterior. Tindakan bedah ini
dianggap lebih baik karena mengurangi beberapa penyulit. 1
2.2 Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi adalah teknik operasi ekstraksi katarak ekstra kapsular
dimana setelah dilakukan pembukaan kapsul anterior dengan kapsuloreksis, nukleus
lensa diemulsifikasi dan selanjutnya diaspirasi melalui probe pada mesin
fakoemulsifikasi. Teknik operasi ini menggunakan gelombang ultrasonik dan hanya
perlu membuat luka irisan sekitar 1.8-3.0 milimeter saja. Dengan alat ini lensa
dipecah dalam beberapa bagian, yang selanjutnya dihisap dengan alat. Kemudian
diteruskan dengan pemasangan lensa tanam (Foldable Intra Oculer Lens)15,16,19
16
yang disebut “chopper” digunakan dari posisi sebelah kiri untuk membantu dengan
memotong nukleus ke dalam potongan-potongan yang lebih kecil.19,20
Katarak biasanya terbagi menjadi dua atau empat bagian dan masingmasing
bagian akan diemulsi dan disedot keluar oleh penghisap. Emulsifikasi nukleus
memudahkan dalam aspirasi partikel. Setelah menghapus semua lensa pusat nukleus
yang keras dengan fakoemulsifikasi, lensa luar korteks yang lebih lembut dihapus
hanya dengan dihisap.19,28 Irrigation-aspiration probe atau sistem bimanual
digunakan untuk membuang area masalah selaput yang tersisa, sementara
meninggalkan kapsul posterior utuh. Seperti prosedur ekstraksi katarak lainnya,
implan lensa intraokular (IOL) ditempatkan ke dalam kapsul lensa yang tersisa.
Sayatan harus diperbesar untuk menanamkan PMMA IOL.19,20
Untuk menanamkan foldable IOL, sayatan tidak perlu diperbesar. Foldable
IOL terbuat dari silikon atau daya akrilik yang dilipat baik menggunakan dudukan
maupun perangkat penyisipan yang disediakan bersama dengan IOL. IOL kemudian
dimasukkan dan ditempatkan dalam ruang posterior dalam kantong kapsuler (in-the-
bag implantation). Karena memerlukan sayatan yang kecil jahitannya pun hanya
diperlukan sedikit atau bahkan tidak memerlukan jahitan sama sekali, dan waktu
pemulihan yang diperlukan pasien biasanya lebih sedikit jika menggunakan foldable
IOL.19,20
2.2.1 Fakomachine
Mesin ini terdiri dari console, pedal kaki, handpiece, dan koneksinya.
2.2.1.1 Console
Konsol terdiri dari komputer yang mengontrol semua fungsi mesin.
Pengaturan untuk berbagai parameter, misalnya daya, vakum dan laju aliran.
Pengaturan ini mewakili maksimum tingkat parameter yang akan dicapai, kontrol
linier lebih lanjut adalah dengan pedal kaki. Mesin yang lebih baru memiliki panel
multi-mode, di mana beberapa pengaturan dari semua variabel, seperti yang
disyaratkan oleh ahli bedah yang berbeda dapat dimasukkan. Dokter bedah yang
18
sama mungkin ingin mengubah semua variabel selama operasi dan parameter ini juga
bisa dimasukkan dan bisa dikembalikan dengan menyentuh tombol memori saja.
Pengaturan untuk jenis katarak yang berbeda juga bisa dimasukkan ke dalam
memori. Di beberapa mesin, memori dapat diaktifkan dengan saklar kaki sehingga
ahli bedah bisa melanjutkan operasi tanpa harus melihat konsol.8
2.2.1.2 Handpiece
Ada dua jenis handpiece yaitu handpiece phaco dan handpiece irigasi aspirasi.
Handpiece phaco berisi kristal piezoelektrik kristal, yang bersentuhan dengan ujung.
Ujungnya ditutupi oleh silikon lengan. Cairan infus mengalir di antara ujung dan
lengan pendingin. Ada dua bukaan di lengan yang berfungsi sebagai jalur
pengeluaran cairan yang harus dijaga tetap tegak lurus dengan ujung bevel. Proksimal
bagian ujung tangan terhubung ke konsol dengan kabel listrik. Ada dua koneksi yang
lain yaitu untuk tubing irigasi dan untuk menghubungkan sistem aspirasi.8
2.2.1.3 Pedal kaki
Kontrol pedal kaki merupakan aspek paling penting dari phaco. Melalui pedal kaki
masing-masing mesin mungkin memilik desain yang berbeda, pada dasarnya terdiri
dari bagian tengah utama dan tendangan samping. Bagian utama dari pedal kaki
mengontrol infus, aspirasi dan kekuatan phaco. Fungsi sidekick paling penting dari
pedal kaki adalah refluks. Saat menendang saklar samping, laju aliran aspirasi
terbalik dan bahan disedot dikeluarkan ke AC. Karena ini bukan fungsi yang
berkelanjutan, untuk refluks selanjutnya saklar perlu ditendang lagi. Aspirasi yang
tidak disengaja dari jaringan yang salah (iris, kapsul) dapat dilepaskan oleh fungsi ini
terutama oleh pemula.8
2.2.2 Fakodinamic
Fungsi dasar dari fakomesin ada dua, yaitu daya ultrasonik untuk emulsifikasi
dan irigasi-aspirasi yang aman untuk menyedot (suction) bahan yang diemulsi.
Sistem irigasi aspirasi dan parameternya dimana saling bergantung disebut dengan
fluidics.5
19
Daya fako diproduksi oleh getaran ultrasonik kristal Quartz di bagian tangan.
Terdapat 2-6 kristal, 6 kristal memberi lebih banyak tenaga dan kekuatan.
Frekuensinya setiap mesin bervariasi mulai dari 29-60 Hz. Frekuensi yang semakin
tinggi memberi hasil pemotongan yang lebih baik, namun menghasilkan panas yang
lebih banyak, hal ini tidak terlalu berpengaruh pada hasil operasi. Daya pada setiap
mesin bervariasi dari panjang dorongan dan gerakan mondar-mandir ujungnya dari
2/1000-6/1000 inci. Mekanisme emulsifikasi adalah kombinasi dari aksi pemboman
dari ujung (Jack-hammer) dan fenomena kavitasi yang disebabkan oleh pergerakan
ujung ke belakang dengan kecepatan tinggi. Jack-hammer membutuhkan nukleus
lensa terfiksasi selama penghancuran, atau fragmen nukleus ditahan oleh vakum
selama proses fako-aspirasi. Tindakan ini berlangsung selama proses penggalian.
Pergerakan ujung secara cepat ke belakang meninggalkan area yang berongga
menyebabkan cairan di sekitarnya memasuki rongga tersebut. Gerakan maju dari
ujung juga membuat gelombang cairan yang dapat menghancurkan material lensa
yang lebih lembut.5
Sudut dari ujung bervariasi mulai 0-60o. Ujung dengan sudut 60o, 45o, 30o,
15o, dan 0o tersedia. Semakin besar sudut, semakin rendah daya pegangnya namun
daya potongnya semakin besar. Ujung 60o menghasilkan pemotongan lebih baik dan
daya pegang lebih rendah.5
linier. Mode bedah dayanya bervariasi dari 0 sampai maksimum yang ditetapkan pada
panel, dengan menggerakkan pedal kaki. Hal yang susah adalah ketika nukleus tidak
beraturan, para ahli bedah memilih menggunakan mode linier sehingga dapat
mengontrol daya sesuai dengan kekerasan katarak. Mesin-mesin sekarang sudah
memiliki perangkat lunak yang memiliki denyutan ratusan hingga ribuan yang
disebut mode Hyperpulse. Durasi waktu menyala dan mati juga dapat ditentukan oleh
operator yang disebut siklus Duty yang dapat mengurangi panas.5
Fluidics dari mesin mengacu pada fungsi terintegrasi yang dilakukan oleh
sistem infus dan aspirasi dimana AC stabil dipertahankan. Salah satu keuntungan
utama yang dimiliki phaco dibandingkan pembedahan katarak konvensional adalah
dilakukan di ruang tertutup. Mempertahankan kedalaman ruang yang stabil adalah
sangat vital penting untuk menghindari kerusakan untuk semua struktur intra okular
terutama kornea, iris dan kapsul posterior.5
a. Sistem infus
Sistem infus terdiri dari sebuah botol, yang tingginya memberikan gradien untuk
aliran. Tabung dari botol dijalankan melalui klep yang dikontrol oleh pedal kaki. 2
kaki ketinggian botol sesuai dengan sekitar 44 mmHg (2 kaki = 60 cm = 600 mm
kolom air, 600 / 13,6 = 44 mmHg). Tinggi botol 3 ± 1 ft mempertahankan TIO aman
dengan cairan yang cukup memasuki mata. Meningkatkan tinggi botol terlalu banyak
dapat memiliki efek yang tidak diinginkan karena fakta bahwa AC memiliki volume
yang tetap dan mengisi kelebihan hasil cairan dalam stres zonular yang menyebabkan
ketidak nyamanan pasien. Juga banyak cairan dapat menyebabkan fluktuasi lensa
diafragma iris yang dihasilkan dalam iritasi pada iris dan miosis. Masalah lain dalam
menaikkan botol tinggi mungkin berulang prolaps iris, terutama jika pupil dan luka
besar.
b. Sistem aspirasi
Sistem aspirasi dengan bantuan komputer membuat fakoemulsifikasi cepat
dan aman. Dua fungsi dari sistem aspirasi adalah membilas bagian anterior
dan membuat lubang untuk emulsifikasi atau menghancurkan nukleus.
21
c. Sistem venturi
Efek venturi: Pergerakan cepat gas terkompresi menciptakan gaya isap
negatif, misalnya ruang hampa udara, di dalam ruang tertutup. Di sebuah
Sistem venturi, prinsip ini digunakan untuk membuat ruang hampa dalam
kaset (ruang tertutup). Vakum ini kemudian langsung ditransmisikan ke alat
genggam. Proses ini dikendalikan oleh pedal kaki. Dalam sistem venturi
hanya tingkat vakum yang dapat dikontrol dan bukan laju aliran, yang
merupakan jumlah cairan yang ditarik dari ruang anterior per detik.
d. Sistem peristaltik
Dalam pompa peristaltik, rotasi roller oleh pompa menjepit tabung silikon
yang lembut, menciptakan tekanan negatif dengan memeras cairan keluar dari
tabung. Semakin cepat rol berputar, semakin banyak cairan yang ditarik. Laju
aliran dan ruang hampa dapat diatur secara independen dalam sistem
peristaltik.
Zona tengah aman digunakan untuk membuat aspirasi yang aman. Ini adalah
sebuah area dalam margin CCC yang dibatasi secara vertikal oleh kornea di bagian
atas dan kapsul posterior berlawanan arah. Semua aspirasi, nukir, epinuklir atau
kortikal harus dilakukan di sini. Pada myopia, sindrom stres zonular dan vitrektomi
zona tengah amannya meningkat, sedangkan pada hipermetropi, pupil kecil, dan CCC
kecil zona tengah amannya lebih kecil.7
Tekanan positif karena infus dan tekanan negatif dibuat oleh pompa aspirasi
bertanggung jawab atas pembuatan gradien tekanan di ujung. Ini pada gilirannya
menyebabkan arus dari lubang infus ke ujung fako. Aspek penting lainnya adalah
ukuran dan lokasi potongan-potongan. Terlihat bahwa potongan-potonngan kecil
cenderung mudah masuk ke arus.7
Sebuah tabung silikon menghubungkan sistem aspirasi dengan pegangan
tangan kedua jenis pompa. Selain itu, diperlukan lubang bor tebal yang lebar agar rol
efektif dalam pompa peristaltik. Sementara rolnya berputar, tidak ada penyumbatan
dan tidak ada keruntuhan tabung. Saat oklusi terjadi, vakum menumpuk, roller
berhenti dan tekanan negatif dihasilkan dalam seluruh sistem. Ini menyebabkan
tubing runtuh. Properti tabung runtuh (merusak di bawah tekanan) adalah kepatuhan
tabung. Setelah oklusi berhenti, ada tekanan negatif yang dilepaskan dan pipa
kembali mengembang ke ukuran aslinya. Cairan diambil dari AC untuk mengisi
volume tambahan ini (inilah yang menyebabkan lonjakan).8
Penarikan tiba-tiba cairan dari AC setelah oklusi istirahat disebut sentakan
(surge). Melampaui batas tertentu dapat menyebabkan runtuhnya ruang,
membahayakan struktur vital mata dan membuat operasi penuh dengan komplikasi.
Bahkan modifikasi diperkenalkan selama periode waktu telah diambil untuk
mengelola lonjakan ini dan dengan demikian melakukan operasi phaco bebas dari
komplikasi. Untuk mempertahankan volume dan TIO yang konstan AC, inflow, mis.
infus harus sama dengan outflow, yang merupakan jumlah aspirasi oleh pompa dan
kebocoran luka. Untuk botol yang diberikan ketinggian inflow konstan dan demikian
juga kebocorannya.8
[1] Ilyas, S. & Rahayu, S. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
[2] Eva, P. R. 2010. Oftalmologi Umum Vaughan & Asbury. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
[4] Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. 2007. Ilmu Penyakit Mata edisi
kedua. Jakarta : Sagung Seto.
[5] Azad, R. & Verma, L. 2010. A Guide to Phacoemulsification. India : All India
Ophtalmologucal Society.
[7] Fishkind, W. J. 2013. The Phaco Machine: Analysis New Technology. Lippincott
Williams & Wilkins. 24 (1): 41-46.
[8] Agarwal, A., Agarwal, A., & Jacob, S. 2012. Phacoemulsification Fourth Edition.
India: Jaypee-Highlights Medical Publishers.
[9] Budiono, Saleh, Moestidjah, & Eddyanto. 2013. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata.
Surabaya : Airlangga University Press.
[17] Harvard Health Publications. Harvard Medical School. 2007. Cataract Surgery-
Cataract: Eye Care. Diakses dari http://www.aolhealth.com/eyecare/learn-
about-it/cataract/cataract-surgery
[21] Hope-Ross M dan D. Mooney. 1988. Introcular lens power calculation. Eye
(Lond). 2(4):367-9
[22] Agarwal, S., Agarwal, A., & Agarwal A. 2004. Phacoemulsification Volume 1
Third Edition. London: A Martin Dunitz Book.
[23] Balitbang Kemenkes RI. 2015. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI.Ganong WF.Review of Medical Physiology. 22nd ed. Singapore:
McGrawHill.
[24] Ilyas, Sidarta. 2009. Dasar-Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata
edisi ketiga. Jakarta: FK UI.
[25] Kelkar, A. S., Kelkar, J. A., Barve, P. M., Mulay, A., Sharma, S., dan Amoaku,
W. 2016. Post-clear Corneal Phacoemulsification Endophthalmitis: Profile and
Magement Outcomes at a Tertiary Eye Care Center in Western India. Journal
of Ophthalmic Inflammation and Infection. 6: 48-56.
[26] Carifi, G., Miller, M. H., Pitsas, C., Zygoura. V., Deshmukh, R. R., Kopsachilis,
N., dan Maurino, V. 2015. Complications and Outcomes of
Phacoemulsification Cataract Surgery Complicated by Anterior Capsule Tear.
Elsevier. 159(3): 463-469.
29
[27] Purba D.M., Hutauruk J.A., Riyanto S.B., Istiantoro D.V., dan Manurung F.M.
2010. A sampai Z Seputar Fakoemulsifikasi. Jakarta: Info JEC. p. 17-51.