Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau lebih 25% berat
badan orang dewasa dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi sangat kompleks.
Secara mikroskopis didalam hati manusia terdapat 50.000-100.000 lobuli, setiap lobulus
berbentuk heksagonal yang terdiri atas sel hati berbentuk kubus yang tersusun radial
mengelilingi vena sentralis. Hati terdiri atas bermacam-macam sel, salah satunya yaitu hepatosit.
Hepatosit meliputi kurang lebih 60% sel hati, sedangkan sisanya terdiri dari sel-sel
epithelial system empedu dalam jumlah yang bermakna dan sel-sel parenkimal yang termasuk di
dalamnya endotelium, sel kuffper dan sel stellata yang berbentuk seperti bintang.
Sel ini sendiri berfungsi memproduksi albumin serum, fibrinogen dan faktor pembekuan
darah kecuali faktor III dan IV. Selain itu, hati juga mempunyai peranan dalam sintesis
lipoprotein, ceruloplasmin, transferin, komplemen, dan glikoprotein. Hepatosit juga
memproduksi protein dan enzim intraselular termasuk transaminase. Enzim yang dihasilkan oleh
hepatosit yaitu Alanine Aminotransferase (ALT) atau Serum Glutamic Pyruvic Transaminase
(SGPT), dan Aspartate Aminotransferase (AST) atau Serum Glutamic Oksaloasetat
Transaminase (SGOT). Enzim tersebut akan keluar dari hepatosit jika terdapat peradangan atau
kerusakan pada sel tersebut. Kedua enzim ini dapat meningkat karena adanya gangguan fungsi
hati, dan penanda kerusakan sel lainnya, yang salah satu penyebabnya adalah proses infeksi yang
disebabkan oleh virus.

LATAR BELAKANG
SGOT-SGPT merupakan dua enzim transaminase yang dihasilkan terutama oleh sel-sel
hati. Bila sel-sel hati rusak, misalnya pada kasus hepatitis atau sirosis, biasanya kadar kedua
enzim ini meningkat. Oleh karena itu, lewat hasil tes laboratorium, keduanya dianggap memberi
gambaran adanya gangguan pada hati.
Rusaknya sel-sel otot juga dapat menyebabkan kenaikan SGOT-SGPT yang dipicu oleh
beberapa hal, misalnya aktivitas fisik yang berat, luka, atau trauma.
Dibandingkan dengan SGOT, SGPT lebih spesifik menunjukkan adanya gangguan pada
sel hati, karena SGPT hanya sedikit saja diproduksi oleh sel nonliver. Pada umunya, faktor
nonliver tidak meningikatkan SGOT-SGPT secara drastis. Peningkatan yang terjadi tidak sampai
100% di atas BAN. Misalnya, jika BAN kadar SGPT adalah 65 unit/liter (u/l), kenaikan akibat
cedera otot lazimnya tak sampai dua kali lipat. Jika kadarnya melampaui dua kali lipat, maka
perlu diwaspadai adanya gangguan yang lebih berat dan berasal dari rusaknya sel hati.
SGOT
SGOT atau juga dinamakan AST (Aspartat aminotransferase) merupakan enzim yang
dijumpai dalam otot jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi sedang dijumpai pada otot
rangka, ginjal dan pankreas. Konsentrasi rendah dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi
cedera seluler, kemudian dalam jumlah banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi. Pada infark
jantung, SGOT/AST akan meningkat setelah 10 jam dan mencapai puncaknya 24-48 jam setelah
terjadinya infark. SGOT/AST akan normal kembali setelah 4-6 hari jika tidak terjadi infark
tambahan. Kadar SGOT/AST biasanya dibandingkan dengan kadar enzim jantung lainnya,
seperti CK (creatin kinase), atau dengan LDH (lactat dehydrogenase). Pada penyakit hati,
kadarnya akan meningkat 10 kali lebih dan akan tetap demikian dalam waktu yang lama.
SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, semi
otomatis menggunakan fotometer atau spektrofotometer, atau secara otomatis menggunakan
chemistry analyzer. Nilai rujukan untuk SGOT/AST adalah :
Laki-laki : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L
Masalah Klinis
Kondisi yang meningkatkan kadar SGOT/AST:
Peningkatan tinggi (>5 kali nilai normal): kerusakan hepatoseluler akut, infark
miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa
Peningkatan sedang (3-5 kali nilai normal): obstruksi saluran empedu, aritmia jantung,
gagal jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau primer), distrophia muscularis
Peningkatan ringan (sampai 3 kali normal): perikarditis, sirosis, infark paru, delirium
tremeus, cerebrovascular accident (CVA)
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Injeksi per intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST
Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar
SGOT/AST
Hemolisis sampel darah
Obat-obatan dapat meningkatkan kadar SGOT/AST: antibiotik (ampisilin, karbenisilin,
klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin,
polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), narkotika (kodein,
morfin, meperidin), antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin), metramisin,
preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indosin), isoniazid
(INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. dan Salisilat dapat menyebabkan kadar
serum positif atau negatif palsu.
DAFTAR PUSTAKA
Frances K. Widmann, alih bahasa : S. Boedina Kresno dkk., Tinjauan Klinis Atas Hasil

Pemeriksaan Laboratorium, edisi 9, cetakan ke-1, EGC, Jakarta, 1992.

Joyce LeFever Kee, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik, EGC, Jakarta, 2007.

Ronald A. Sacher & Richard A. McPherson, alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi Wulandari,

editor : Huriawati Hartanto, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 11,

EGC, Jakarta, 2004.

The Royal College of Pathologists of Australasia, Manual of Use and Interpretation of

Pathology Test, Griffin Press Ltd., Netley, Australia, 1990.

Anda mungkin juga menyukai