Anda di halaman 1dari 3

Penelitian ini merupakan penelitian tentang hubungan penyakit kusta dengan tingkat

depresi pasien di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Kabupaten Mojokerto menggunakan jenis
penelitian analitik observasional dengan desain cross ssectional. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan telah diperoleh data yang dicamtumkan dalam bentuk tabel dan gambar di Hasil
Penelitian Bab 4. Populasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien kusta
yang melakukan pengobatan rawat jalan di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Kabupaten
Mojokerto pada bulan April 2017. Metode pengambilan sampel yang dilakukan yaitu setiap
sampel yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu
tertentu sehingga jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
dengan pengisian kuesioner dengan teknik wawancara serta memberikan penjelasan singkat
kepada responden. Pada penelitian ini digunakan instrumen berupa kuesioner Hamilton
Depression Rating Scale (HADS) yang terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing
kelompok dirinci dengan gejala-gejala yang lebih spesifik.
Pada tabel 4.1.5, distribusi tingkat depresi menurut umur menunjukkan bahwa responden
terbanyak mengalami tidak mengalami depresi adalah pada umur 57-69 tahun. Dimana usia
tersebut merupakan kelompok golongan lansia (Depkes RI,2009). Hasil penelitian ini terdapat
perbedaan dengan teori yang dikemukakan oleh Kaplan dan Shadock yaitu lansia merupakan
tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Hal ini karena pada proses penuaan akan
terjadi berbagai perubahan dimulai dari perubahan fungsi fisik, kognitif sampai perubahan
psikososial yang akan mempermudah terjadinya depresi pada lansia. Bertambahnya usia maka
secara alamiah juga akan mempengaruhi terjadi penurunan kemampuan seperti fungsi
perawatan diri sendiri, berinteraksi dengan orang lain disekitar dan semakin bergantung
dengan yang lain (Rinajumita,2011). Hal ini mungkin disebabkan karena adanya dukungan
keluarga yang baik bagi para lansia, dimana dukungan keluarga sangat penting bagi lansia
seperti dukungan emosional, dukungan psikologis, dukungan sosial sehinggan penekaan
terhadap stress yang akan berkembang menjadi depresi akan berkurang (Santoso & Ismail,
2009).
Pada tabel 4.1.1, distribusi tingkat depresi menurut jenis kelamin menunjukkan dari 60
responden yang diteliti ternyata laki-laki lebih banyak tidak menderita depresi yaitu sebesar
26,7% menyatakan bahwa laki-laki banyak yang tidak mengalami depresi dibandingkan
perempuan. Hal ini menunjukkan jika laki-laki memiliki coping mechanism yang lebih baik
untuk menghadapi masalah-masalah dalam sehari-hari yang dapat menyebabkan kecenderungan
akan depresinya. Perempuan cenderung lebih mudah terkena stres karena fluktuasi hormon saat
menstruasi, saat post partum, dan saat menoupose yang bepengaruh terhadap keseimbangan
kimiawi otak sehingga menimbulkan kecemasan (McLean, 2011). Salah satu faktor yang
menyebabkan wanita lebih rentan mengalami kecemasan dipengaruhi estrogen dan progesterone
(Christensen, 2005).
Pada Tabel 4.1.7, distribusi tingkat depresi menurut pekerjaan menunjukkan bahwa
orang yang sakit kusta yang memiliki pekerjaan tidak memiliki depresi. Menurut teori aktifitas
menyatakan bahwa pada orang yang bekerja adalah mereka yang aktif dan ikut banyak kegiatan
sosial. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wong & Almeida (2012) bahwa status pekerjaan
berhubungan depresi. Dimana seseorang yang masih bekerja memiliki resiko rendah
terhadap depresi karena waktu mereka lebih banyak dihabiskan untuk bekerja diluar rumah
setiap harinya, bertemu dan bersosialisai dengan lingkungan sosial. Dan di hari libur mereka
lebih banyak beraktivitas bersama keluarga, sehingga faktor pemicu depresi akibat penyakitnya
akan berkurang.

DAFTAR PUSTAKA :
McLean, C.P., A Asnaani, B. T. Litz, dan S. G. Hofmann. 2011. Gender differences in
anxiety disorders: prevalence, course of illness, comorbidity and burden of illness. Psychiatr Res.
45(8): 1027–1035.
Christensen, J., M.J. Kjeldsen., H. Andersen., M.L Friis, and P. Sidenius. 2005. Gender
Differences in Epilepsy. Epilepsia, 46 (6): 956-960.
Rinajumita. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian lansia
wilayah kerja puskesmas Lampasi Kecamatan Payakumbuh Utara. Program Studi Ilmu
Keperawatan FK Universitas Andalas. Dikutip dari:
http://repository.unand.ac.id/16884/1/FAKTORFAKTOR_YANG_BERHUBUNGAN_DENGA
N _KEMANDIRIAN_LANSIA.Pdf. pada tanggal 14 Desember 2017.
Kaplan, H.I, B.Sadock., Grebb J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Psikiatri
Klinis. Edisi 2. Terjemahan Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara.
Santoso, H & Ismail, A. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia: Uraian
Medisdan Pedagogis-Pastoral. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Anda mungkin juga menyukai