disusun oleh:
Widya Ayu Putri Maharani
132010101018
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
PENDAHULUAN
Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani dalam beraktivitas. Begitupun sebaliknya,
tingkat kesegaran jasmani seseorang dapat mempengaruhi aktivitasnya setiap saat. Sedangkan
kesegaran jasmani dapat diperoleh dari berolahraga secara rutin dan mengontrol pola makan.
Kadang-kadang dalam kehidupan sehari-hari kita membandingkan bagaimana kesanggupan kita
melakukan aktivitas dengan orang lain. Misalnya ketika menaiki gedung dengan tangga bersama
teman, ada yang merasa sangat lelah dan ada pula yang terlihat biasa saja. Hal ini dipengaruhi
oleh kebugaran jasmani setiap orang. Orang yang sering berolahraga, tubuhnya akan terbiasa
atau beradaptasi sehingga ketika melakukan aktivitas yang berat cadangan kekuatannya lebih
banyak dibandingkan dengan yang jarang berolahraga. Selain itu, orang yang rajin berolahraga
juga memiliki kerja jantung yang baik dan berujung pada lebih rendahnya tekanan darah
dibanding yang jarang berolahraga.
Kebugaran tubuh dan kesehatan jasmani dapat diukur dengan jumlah oksigen yang
dikonsumsi selama berolahraga pada kapisitas maksimum. Jumlah oksigen maksimal dalam
tubuh ini juga dijadikan sebagai ukuran kebugaran tubuh. VO2 max adalah jumlah maksimum
oksigen dalam mililiter, satu dapat digunakan dalam satu menit per kilogram berat
badan. Mereka yang memiliki nilai VO2 max lebih tinggi dapat melaksanakan aktivitas lebih
kuat daripada mereka yang tidak. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa VO2 max dapat
ditingkatkan dengan beraktivitas melebihi intensitas biasanya, yang meningkatkan detak jantung
menjadi antara 65% dan 85% dari maksimum setidaknya selama 20 menit tiga sampai lima kali
seminggu. Selain itu, kesegaran jasmani ini dapat diukur dengan melakukan Tes Harvard
(Harvard Step Test).
Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi atau mendiagnosa
penyakit kardiovaskuler. Tes ini juga baik digunakan dalam penilaian kebugaran, dan
kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin cepat jantung berdaptasi (kembali normal),
semakin baik kebugaran tubuh.
Tes ini juga dapat digunakan untuk menguji ketahanan terhadap kardiovaskuler. Tes ini
menghitung kemampuan untuk berolahraga secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama
tanpa lelah. Subjek (orang yang meelakukan tes) melangkah naik dan turun pada papan setinggi
45 cm. jumlah langkah yaitu 30 langkah permenit dalam 5 menit atau sampai subjek kelelahan.
Kelelahan adalah ketika saat subjek tidak mampu lagi mempertahankan langkahnya dalam 15
detik. Subjek didudukkan dan merupakan akhir dari tes, dan denyut jantungnya kemudian
dihitung dalam 1 sampai 1,5, 2 sampai 2,5, dan 3 sampai 3,5 menit.
Pada praktikum ini, dilakukan Harvard Step Test yang memiliki kelebihan dan
kekurangan tersendiri dalam mengukur kebugaran tubuh dan kesegaran jasmani. Kelebihan dan
kekurangan tes ini adalah sebagai berikut.
Kelebihan Tes Harvard
1. Peralatannya sederhana
2. Mudah untuk dilakukan
3. Dapat dikelola sendiri
Kekurangan Tes Harvard
1. Tingkat stres tinggi
2. Tidak dapat dilakukan untuk anak-anak
3. Dipengaruhi oleh variasi maksimum detak jantung (HR)
Saat melakukan Harvard Step Test, kerja fisik meningkat dan meningkatkan beberapa
fungsi sistem yang ada pada tubuh, salah satunya adalah fungsi kardiovaskultas. Fungsi utama
sistem kardiovaskuler selama kerja fisik adalah menghantar darah ke jaringan yang aktip
termasuk oksigen dan nutrien, dan mengangkut produk metabolit dari jaringan tersebut ke alat
ekskresi. Untuk melakukan tugas tersebut beberapa parameter tubuh mengalami perubahan,
antara lain :
1. Frekuensi denyut jantung
2. Curah jantung
3. Volume sekuncup (Stroke Volume)
4. Arus darah
5. Tekanan darah
Dari beberapa parameter yang dapat dilakukan untuk mengukur perubahan pada tubuh,
frekuensi denyut jantung merupakan salah satu parameter paling sederhana dan mudah diukur
serta cukup informatif untuk faal cardiovaskuler. Pada keadaan istirahat frekuensi denyut jantung
berkisar antara 60 - 80 per menit. Hal ini mudah dideteksi dengan cara palpasi maupun dengan
menggunakan alat seperti pulse meter, cardiac monitoring dan sebagainya. Tempat pengukuran
dapat di arteri radialis, arteri carotis dan pada apeks jantung itu sendiri. Frekuensi denyut jantung
terendah diperoleh pada keadaan istirahat berbaring. Pada posisi duduk sedikit meningkat dan
pada posisi berdiri meningkat lebih tinggi dari posisi duduk. Hal ini disebabkan oleh efek
gravitasi yang mengurangi jumlah arus balik vena ke jantung yang selanjutnya mengurangi
jumlah isi sekuncup. Untuk menjaga agar curah jantung tetap maka frekuensi denyut jantung
meningkat. Sebelum seseorang melakukan kerja fisik, frekuensi denyut jantung pra-kerja
meningkat di atas nilai pada keadaan istirahat. Makin baik kondisi seseorang akan diperoleh
frekuensi denyut jantung yang lebih rendah untuk beban kerja yang sarna. Pada suatu saat
meskipun beban ditambah tetapi frekuensi denyut jantung tetap. Frekuensi denyut jantung pada
keadaan tersebut disebut frekuensi maksimal. Tiap orang mempunyai frekuensi maksimal denyut
jantung yang tampaknya mempunyai hubungan erat dengan faktor usia. (Frekuensi maksimal
denyut jantung =220 - usia dengan standar deviasi 10 denyut).
METODOLOGI
Cara kerja
1. Lakukan pemanasan ringan selama 5 menit sebelum mulai.
2. Naracoba berdiri menghadap bangku sambil mendengarkan detakan metronome
berfrekuensi 80x/menit.
3. Pada detakan 1, naracoba menempatkan salah satu kaki (dominan) di atas bangku.
4. Pada detakan ke-2, kaki yang lain naik ke atas bangku sehingg naracoba telah
berdiri tegak diats bangku.
5. Pada detakan ke-3, kaki yang pertama naik diturunkan.
6. Pada detakan ke-4, kaki kedua diturunkan sehingga naracoba telah kembali di atas
lantai.
7. Tepat pada detakan berikutnya (ke-5) kaki yang pertama kembali naik ke atas
bangku, demikian seterusnya.
8. Siklus tersebut diulang terus menerus sampai naracoba tidak kuat lagi, maksimal
selama 3 menit. Catat waktu berapa lama naracoba bertahan (arloji/stopwatch).
9. Segera setelah itu naracoba disuruh duduk. Segera hitung dan catat frekuansi
denyut nadi selama 30 detik sebanyak 3x, yaitu : dari 1-1. 30 (N1), dan 2-2.3
(N2), dan 3-3.30 (N3) setelah duduk.
Alat dan bahan
1. Bangku Harvard/ bangku modifikasi (17 Inci)
2. Pengukur waktu (arloji/stopwatch)
3. Metronome ketukan 80x/menit
Hitung indeks kesanggupan dengan cara berikut ;
Cara lambat :
lama naik turun ( detik ) x 100
indeks kesanggupan :
2 x (N 1+ N 2+ N 3)
Nilai secara spesifik dapat dilihat pada tabel, dengan menggunakan perhitungan rata-rata
N 1+ N 2+ N 2
Heart Rate dalam 3 menit penghitungan (N1/N2/N3) 3
HASIL
NADI PADA MENIT
USIA TB BB KETERANGAN
NO. NAMA (th) (cm)
KE- (kali/menit)
(kg)
0 1 2 3
- Tidak merokok
- RPD: -
Elisa Fadia 10
1. 19 157,5 49,5 140 124 124 - Olahraga: Badminton (jarang)
L. 4
- Makan sebelum pengukuran: Roti 1 bu
sebelum pengukuran
- Tidak merokok
- RPD: gastritis
Belum sembuh
- Olahraga: lari (jarang)
2. Anzil Aziza 20 151 49 74 128 114 110
12 menit
- Makan sebelum pengukuran: apel 1 bua
piring, telur, sayur genggam 4 jam se
pengukuran
3. - Tidak merokok
- RPD: -
Astri Mutia
19 155,5 51 86 74 64 86 - Olahraga: -
Saraswati
- Makan sebelum pengukuran: nasi pir
tart sepotong 3 jam sebelum pengukura
4. - Tidak merokok
- RPD: -
Deuxy Ilma
19 154 40 76 108 104 104 - Olahraga: -
W
Makan sebelum pengukuran: ice cream co
biscuit kacang 10 buah
5 - Tidak merokok
Alivia - RPD: -
19 155 53 78 120 94 68
Octaviana - Olahraga: -
Makan sebelum pengukuran: nasi 1 p
6 - Tidak merokok
- RPD: asma
Izza
18 154 50 82 98 98 88 Sudah sembuh
Mumtazati
- Olahraga: -
Makan sebelum pengukuran: nasi 1/2
7. - Perokok pasif
Denaneer - RPD: TB Paru
19 153 46 92 56 72 76 Sudah sembuh
Rahmadatu - Olahraga: -
Makan sebelum pengukuran: nasi 1/2
JAWABAN
N 1+N 2+ N 2
1. Dengan menggunakan rumus rata-rata 3
100+80+88
3
hasilnya adalah: 89,33 dan masih dalam batas baik menurut tabel.
2. VO2 max= 15 x HR max / HR rest
VO2 max= 15 x (220-21) / 92
VO2 max= 15 x 199 / 92
VO2 max= 32,45
KESIMPULAN
Bedasarkan hasil praktikum ini, tingkat kebugaran jasmani seseorang dapat diukur
dengan menggunakan Harvard Step Test. Semakin sering seseorang melakukan latihan
kebugaran jasmani dengan melakukan berbagai macam jenis olahraga, maka jantung akan lebih
mudah beradaptasi untuk bekerja lebih cepat. Selain itu, tes ini dapat digunakan untuk mengukur
VO2 max seseorang sebagai parameter derajat kebugaran jasmani seseorang.
Harvard Step Test ini dianggap kurang maksimum, atau standar yang dipakai pada rumus
ini merupakan standar dari luar negeri dimana orang barat dominan memiliki kapasitas kerja
lebih dibandingkan kita orang Indonesia, misalnya karena faktor pemenuhan gizi atau perbedaan
pola hidup dalam pekerjaan sehari-hari, akan tetapi meski dianggap kurang maksimum, tes ini
sudah cukup mewakili hasil pengukuran kebugaran jasmani.