Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

SISTEM KARDIOVASKULER

Pembimbing : Dr. dr. Busjra M. Nur., MSc.

KELOMPOK 2
Agung Yusup Maulana 2018730111
Alvita Shabilla Chintami 2018730113
Anggie Kharissa Mihadie 2018730114
Arninda Zahra 2018730115
Dhea Charientania Eryanti 2018730118
Fairuz Isni Salsabila 2018730121
Indah Wisnu Sekarwangi 2018730126
Shahfinaz Humaeratul Althaf 2018730140
Sholahuddin Al Fatih 2018730141

Zainadine Zakaria 2018730149

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018– 2019
Tes Peningkatan Tekanan Darah dengan Pendinginan (Cold Pressor Test)

I. Tujuan Praktikum:
Tujuan Instruksional Umum:
1. Melakukan tes peningkatan TD dengan pendinginan (Cold-pressor test).
2. Menilai hasil Cold-pressor test seseorang.
Tujuan Perilaku Khusus:
1. Memberikan rangsang pendinginan pada tangan selama satu menit.
2. Mengukur TD arteri brakialis selama perangsangan sub 1.
3. Menetapkan waktu pemulihan TD arteri brakialis.
4. Menggolongkan orang percobaan dalam golongan hiperreaktor atau hiporeaktor.

II. Kerangka Teori:


Tekanan darah pada pembuluh darah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor dasar
yang memengaruhinya adalah cardiac output (CO), total tahanan perifer pembuluh darah di
arteriola, volume darah, dan viskositas darah. Dengan faktor tersebut, tubuh kita melakukan
kontrol agar tekanan darah menjadi normal dan stabil. Pengaturan pembuluh darah yang bekerja
dalam mengontrol tekanan darah yaitu pengaturan lokal, saraf, dan hormonal. Kontrol lokal
(intrinsik) adalah perubahan-perubahan di dalam suatu jaringan yang mengubah jari-jari
pembuluh sehingga aliran darah ke jaringan tersebut berubah melalui efek terhadap otot polos
arteriol jaringan. Kontrol lokal sangat penting bagi otot rangka dan jantung, dan bagi otak.
Pengaruh-pengaruh lokal dapat bersifat kimiawi atau fisis.
Perubahan temperatur lingkungan menjadi dingin merupakan salah satu contoh
pengaruh fisik lokal pada otot, sehingga tekanan darah dapat berubah. Bila pada pendinginan
tekanan sistolik naik lebih besar dari 20 mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 15 mmHg
dibandingkan dengan tekanan basal, maka OP tergolong hiperreaktor. Bila kenaikan tekanan
darah OP masih di bawah angka-angka tersebut, OP tergolong hiporeaktor.

III. Alat dan Bahan:


 Sfigmomanometer dan stetoskop

 Stopwatch
 Wadah berisi air + es

 Termometer kimia

IV. Prosedur kerja:


1. Suruhlah orang percobaan (OP) berbaring terlentang dengan tenang selama 10 menit (pada
tatacara yang baru OP seharusnya berbaring selama 20 menit).
2. Selama menunggu, pasanglah manset stigmomanometer pada lengan kanan atas OP.
3. Setelah OP berbaring 10 menit, tetapkanlah tekanan darahnya setiap menit sampai terdapat
hasil yang sama (tekanan basal) 3 kali berturut-turut (selisih hasil 3 kali pengukuran ≤ 5
mmHg).
4. Tanpa membuka manset suruhlah OP memasukkan tangan kirinya ke dalam wadah berisi
air es (4◦C) sampai pergelangan tangan.
5. Pada detik 30 dan detik ke 60 pendinginan, tetapkanlah tekanan sistolik dan diastoliknya.
6. Catat hasil pengukuran tekanan darah OP selama pendinginan.
 Bila pada pendinginan tekanan sistolik dan atau tekanan diastolic naik ≥ 15 mmHg, maka
OP termasuk golongan hiperreaktor.
 Bila kenaikan tekanan darah OP masih di bawah angka-angka tersebut di atas, maka OP
termasuk golongan hiporeaktor.
7. Suruhlah OP segera mengeluarkan tangan kirinya dari es dan tetapkanlah tekanan sistolik
dan diastoliknya tiap menit sampai kembali ke tekanan darah basal.
8. Bila anda mengalami kesulitan untuk mengukur tekanan darah OP pada detik ke 30 dan 60
pendinginan, pengukuran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
 Ukur tekanan darah sistolik OP saja pada detik ke 30 dan 60 pendinginan. Suruhlah OP
segera mengeluarkan tangan kirinya dari es dan tetapkanlah tekanan sistolik dan
diastoliknya tiap menit sampai kembali ke tekanan darah basal. Setelah tekanan darah
OP kembali ke tekanan darah basal, suruhlah OP kembali memasukan tangan kirinya ke
dalam air es lagi, dan kali ini ukurlah tekana darah diastolic OP saja pada detik ke 30 dan
60 pendinginan.

V. Hasil Praktikum dan Kesimpulan:


Praktikum ini dilakukan oleh 2 OP.
1. Agung
Tekanan darah sebelum dilakukan pendinginan di bak air es. (3x berturut-turut).
 110/80 mmHg.
 110/80 mmHg.
 110/80 mmHg.
Tekanan darah saat dilakukan pendinginan di bak air es. (2x saat detik ke 30 dan detik ke
60).
 120/90 mmHg.
 120/90 mmHg.
Tekanan darah setelah tangan kiri dikeluarkan dari rendaman es. (cek hingga tekanan darah
stabil).
 120/80 mmHg.

2. Shahfinaz
Tekanan darah sebelum dilakukan pendinginan di bak air es. (3x berturut-turut).
 110/60 mmHg.
 110/70 mmHg.
 110/70 mmHg.
Tekanan darah saat dilakukan pendinginan di bak air es. (2x saat detik ke 30 dan detik ke
60).
 120/80 mmHg.
 130/90 mmHg.
Tekanan darah setelah tangan kiri dikeluarkan dari rendaman es. (cek hingga tekanan darah
stabil).
 120/80 mmHg.

Kesimpulan:

Teori = Bila pada pendinginan tekanan sistolik dan atau tekanan diastolik naik ≥ 15 mmHg,
maka OP termasuk golongan hiperreaktor. Bila kenaikan TD OP masih di bawah angka-angka
tersebut di atas maka OP termasuk golongan hiporeaktor. (Kasagi F; Akahoshi M; Shimaoka
K. Relation between cold pressor test and development of hypertension based on 28-year follow
up. Hypertension. 1995;25:71-76). Kenyataan statistik menunjukkan bahwa golongan
hiperreaktor lebih besar kemungkinannya untuk menjadi penderita hipertensi di kemudian hari
daripada golongan hiporeaktor.

Pada OP 1 (Agung) = Hiporeaktor, karena kenaikan TD-nya masih di bawah angka 15 mmHg.

Pada OP 2 (Shahfinaz) = Hiperreaktor, karena kenaikan TD-nya 20 mmHg (≥ 15 mmHg).


Tes Kesanggupan Kardiovaskuler: The YMCA Three-Minutes Step Test

I. Tujuan Praktikum:
1. Melaksanakan tes kesanggupan kardiovaskuler (YMCA Three-Minutes Step Test)
2. Menilai kesanggupan kardiovaskuler seseorang.

II. Kerangka Teori:


Saat berolahraga, terjadi peningkatan metabolisme dalam tubuh. Hal ini memengaruhi
tekanan darah, dan termasuk sebagai pengaruh lokal kimiawi. Tekanan sistolik dan diastolic
dalam keadaan istirahat dan dalam keadaan setelah beraktivitas (olahraga) akan berbeda karena
saat olahraga terjadi aliran balik vena. Efek aktivitas otot rangka selama berolahraga adalah
salah satu cara untuk mengalirkan simpanan darah di vena ke jantung. Penakanan vena
eksternal ini menurunkan kapasitas vena dan meningkatkan tekanan vena. Peningkatan
aktivitas otot mendorong lebih banyak darah keluar dari vena dan masuk ke jantung.
Pada percobaan kali ini, digunakan parameter waktu lama kerja dan frekuensi denyut
nadi. Dengan faktor itu dapat dihitung indeks kesanggupan badan, yang dibedakan antara
kesanggupan kurang sampai kesanggupan amat baik.

III. Alat dan Bahan:


 Bangku setinggi 12 inci.

 Metronom (frekuensi 96x/menit)

 Stopwatch

IV. Prosedur kerja:


1. Lakukan tes kesanggupan kardiovaskuler ini minimal pada 3 OP.
2. Suruh OP berdiri menghadap bangku yang sesuai sambi l mendengarkan detakan
metronome dengan frekuensi 96x/menit.
3. Suruh OP menempatkan salah satu kakinya di bangku. Tepat pada detakan waktu
metronome.
4. Pada detakan berikutnya (dianggap sebagai detakan kedua), kaiki lainnya dinaikkan ke
bangku sehingga OP berdiri tegak di atas bangku.
5. Pada detakkan ke-3, kaki yang pertama kali naik diturunkan.
6. Pada detakkan ke-4, kaki yang masih di atas bangku diturunkan pula sehingga OP berdiri
tegak lagi di depan bangku.
7. Siklus tersebut diulang terus menerus selama 3 menit.
8. Sesegera setelah itu, OP disuruh duduk, dan dalam waktu kurang dari 5 detik langsung
hitung & catat frekuensi denyut nadinya selama 1 menit, dan catat hasilnya.
9. Tentukan indeks kesanggupan kardiovaskular OP dengan memasukkan frekuensi denyut
nadi OP selama 1 menit setelah tes ke tabel YMCA-1 dan tabel YMCA-2 di bawah.

Tabel YMCA-1. Frekuensi denyut nadi OP selama 1 menit setelah tes (kali/menit)
untuk Wanita.
Usia (tahun)
18-25 26-35 36-45 46-55 56-65
>65
Excellent 72-83 72-86 74-87 76-93 74-92 73-86
Good 88-97 91-97 93-101 96-102 97-103 93-100
Above Average 100-106 103-110 104-109 106-113 106-111 104-114
Average 110-116 112-118 111-117 117-120 113-117 117-121
Below Average 118-124 121-127 120-127 121-126 119-127 123-127
Poor 128-137 129-135 130-138 127-133 129-136 129-134
Very Poor 141-155 141-154 143-152 138-152 142-151 135-151

Tabel YMCA-2. Frekuensi denyut nadi OP selama 1 menit setelah tes (kali/menit)
untuk Pria.

Usia (tahun) 18-25 26-35 36-45 46-55 56-65


>65
Excellent 70-78 73-39 72-81 78-84 72-82 72-86
Good 82-88 83-88 86-94 89-96 89-97 89-95
Above Average 91-97 91-97 98-102 99-103 98-101 97-102
Average 101-104 101-106 105-111 109-115 105-111 104-113
Below Average 107-114 109-116 113-118 118-121 113-118 114-119
Poor 118-126 119-126 120-128 124-130 122-128 122-128
Very Poor 131-164 130-164 132-168 135-158 131-150 133-152

Catatan : Jika frekuensi denyut nadi OP tidak tertulis pada tabel di atas, bulatkan ke
kategori di atasnya.

V. Hasil Praktikum dan Kesimpulan

Nama (18-25) Jenis Kelamin Frekuensi Denyut Nadi Keterangan


Agung L 105 Below average
Anggie P 127 Below average
Arninda P 134 Poor
Dhea P 114 Average
Fairuz P 111 Average
Indah P 108 Average
Shahfinaz P 106 Above average
Sholah L 106 Below average

Praktikum di atas memberikan gambaran hasil percobaan pada 8 OP, yaitu:

1. Pada wanita = 1 OP mendapatkan hasil poor, 1 OP mendapatkan hasil below average, 3


OP mendapatkan hasil average, 1 OP mendapatkan hasil above average.
2. Pada pria = 2 OP mendapatkan hasil below average.

Hasil tes di atas dapat dipengaruhi oleh banyak faktor lain selain kesanggupan kardiovaskuler,
seperti emosi, kelelahan, olahraga sebelum tes, istirahat, frekuensi denyut nadi maksimal yang
berbeda dari rata-rata populasi, dan kesalahan penghitungan.

Anda mungkin juga menyukai