1 TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk mengetahui kesanggupan kardiovaskuler seseorang
2. Mampu mengetahui alat alat yang di gunakan untuk mengukur dan menganalisa
apakah pasien mengalami gangguan pernafasan atau tidak.
3. Mampu melakukan pengukuran fungsi paru dengan menggunakan alat spirometer
4. Mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan spirometer
1.2. PELAKSANAAN
Waktu : Selasa, 28 April 2020
Tempat: -
PEMBAHASAN
a. Bagaimana hubungan antara pendinginan dengan tekanan darah?
- Ketika dalam posisi berbaring terlentang, darah dapat kembali ke jantung secara
mudah. Gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena arah peredaran
tersebut horizontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi dan tidak terlalu
memompa. Hal ini terlihat bahwa selama kerja pada posisi berdiri, isi sekncup
meningkat secara linier. Isi sekuncup dalam posisi berbaring mencapai nilai
maksimal sedangkan pada posisi kerja hanya terdapat sedikit peningkatan, dan
nilai ini sama dengan nilai maksimal yang diperoleh pada waktu kerja dengan
posisi berdiri. Makin besar intensitas kerja (melebihi 85% dari kapasitas kerja)
makin sedikit isi sekuncup, disebablan memendeknya waktu pengisapan diastole
akibat frekuensi denyut jantung yang meningkat. (1)
- Selain itu, terdapat factor lain seperti reseptor volume atrium kiri dan
osmoreseptor hipotalamus dalam keseimbangan air dan garam di tubuh;
kemoreseptor yang terletak di arteri karotis dan aorta yang meningkatkan aktivitas
pernafasan untuk membawa banyak O2 dan mengeluarkan CO2; respons
kardiovaskular berkaitan dengan perilaku danemois yang diperantarai oleh jalur
korteks serebrumhipotalamus; control hipotlamus atas arteriol kulit untuk
pengaturan suhu didahulukan daripada control kadiovaskular atau pembuluh yang
sama untuk tujuan pengaturan tekanan darah; perubahan kardiovaskular mencolok
sebagai respon olahraga.(2)
Selain factor yang ada di atas, terdapat pula factor-faktor berikut ini :
- Usia
Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan
oksigen selama pertumbuhan. Usia seseorang sangat berpengaruh terhadap denyut
nadi, denyut nadi maksimum pada orang lanjut usia sangat menurun (penurunan
50% dari usia remaja pada usia 80 tahun). Hal ini disebabkan berkurangnya massa
otot, dan daya maksimum otot yang dicapai sangat berkurang 2. Pada anak umur
5 tahun denyut nadi istirahat antara 96-100 denyut permenit, pada usia 10 tahun
mencapai 80-90 denyut permenit, dan pada orang dewasa mencapai 60-100
denyut permenit (Sandi, 2013).
- Jenis Kelamin
Denyut nadi pada wanita lebih tinggi apabila dibandingkan dengan laki-
laki. Pada laki-laki dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128
denyut per menit, pada wanita 138 denyut per menit. Karena denyut nadi
berhubungan dengan curah jantung. Pada laki laki ruang ventrikel nya lebih besar
sehingga menyebabkan darah yang keluar dari jantung semakin banyak sehingga
volume yang dikeluarkan semakin banyak walaupun dalam frekuensi yang lebih
sedikit disbanding perempuan
- Indeks Massa Tubuh (IMT)
Denyut nadi juga dipengaruhi oleh berat badan dengan perbandingan
berbanding lurus, sedangakan berat badan berkaitan dengan IMT. Makin tinggi
berat badan semakin tinggi IMT, begitu sebaliknya makin rendah berat badan
IMT semakin rendah. Sehingga makin tinggi IMT denyut nadi istirahat semakin
tinggi karena pada orang yang lebih besar maka kebutuhan oksigen meningkat.
- Aktifitas Fisik
Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko kelebihan berat badan.
Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang
lebih tinggi karena pada saat aktivitas fisik maka kebutuhan metabolime
meningkat sehingga kebutuhan oksigen meningkat dan kemoreseptor pada tubuh
akan memberitahu pada batang otak untuk mengeluarkan saraf simpatis dan
menyebabkan frekuensi denyut nadi meningkat tetapi jika intensitas latihan di
tingkatkan maka otot jantung akan lebih regang sehingga saat misalkan beberapa
kali denyutan jantung, darah sudah bisa memenuhi seluruh tubuh.
c. Bagaimana hasil pemeriksaan dibandingkan dengan teori pada point no. a dan b ?
Terdapat kolerasi antara hasil dengan teori. Karena sudah dijelaskan di
atas bahwa ketika muncul sebuah stimulus berupa suhu, akan mengaktifkan
reseptor yang kemudian dilanjutkan ke jalur eferen-pusat integrasi-jalur eferen-
organ efektor. Hal ini sama terjadi pada kasus disini. Aktivitas saraf
vasokonstriktor akan meningkat menyebabkan curah jantung ikut meningkat,
resistensi perifer total, serta menaikkan tekanan darah kembali ke normal.(2)
PEMBAHASAN
a. Bagaimana hubungan antara naik turun bangku dengan denyut nadi ?
Tidak hanya curah jantung yang meningkat, tetapi distrinusi CO
disesuaikan untuk menunjang aktivitas fisik yang berat. Misalnya CO
menignkat dari nilai istirahatnya 5 L atau menjadi 12,5 L/menit selama
olahraga sedang dan dapat meningkat sampai 25 L/menit (atau lebih pada
atlet yang terlatih) selama olahraga berat. Otot rangka saat olahraga
menerima CO yang secara substansi lebih besar daripada normal, seingga
mendapatkan oksigen dan nutrient tambahan yang diperlukan untuk
menopang laju menanjak otot pada konsumsi ATP. Otot jantung menerima
CO dalam jumlah aktivitas kontraktilnya selama olahraga. Persentase yang
ke kulit juga meningkat sebagai cara untuk eliminasi dari permukaan
tubuh panas tambahan dihasilkan oleh otot-otot saat olahraga. Pemakaian
bersama CO ke sebagian besar organ berkurang. Hanya besar aliran darah
ke otak yang tetap tidak berubah karena distribusi CO disesuaikan kembali
ke olahraga. (3)
3. Percobaan Spirometri
Pemeriksaan Hasil
TV 500
ERV 1500
IRV 2800
RV 1200
FVC 4800
TLC 6000
FEV1 3840
FEV1% 80%
PEMBAHASAN
a. Apa saja yang diniilai pada pemeriksaan spirometri?
Penilaian meliputi VC, FVC,FEV1, MVV : (4)
1) Kapasitas vital (vital capacity (VC) )
2) Kapasitas vital paksa ( Forced vital capacity, FVC)
3) Volume eskpirasi paksa detik pertama (Forced expiratory volume in one
second, FEV1)
4) Maksimal voluntary ventilation (MVV)
Spirometri merupakan suatu pemeriksaan yang menilai fungsi terintegrasi
mekanik paru, dinding dada dan otot-otot pernapasan dengan mengukur jumlah
volume udara yang dihembuskan dari kapasitas paru total (TLC) ke volume
residu.
1) Fungsi Paru Normal
2) Obstructive Ventilatory Defects (OVD)
Gangguan obstruktif pada paru, dimana terjadi penyempitan saluran napas dan
gangguan aliran udara di dalamnya, akan mempengaruhi kerja pernapasan dalam
mengatasi resistensi nonelastik dan akan bermanifestasi pada penurunan volume
dinamik
b. Apa saja faktor yang mempengaruhi hasil spirometri tersebut dan bagaimana
mekanismenya?
Faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil spirometri ini adalah :
1) Adanya kegagalan dalam difusi O2 dan CO2 menembus membrane paru
2) Berkurangnya ventilasi akibat kegagalan mekanis (2)
3) Perfusi yang tidak adekuat (kegagalan aliran darah paru yang adekuat)
4) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi berupa ketidaksesuaian darah dan
udara sehingga tidak terjadi pertukaran gas yang efesien (2)
c. Bagaimana hasil pemeriksaan dibandingkan dengan teori pada point no. a dan b ?
Terdapat kolerasi atau kesesuaian antara data hasil pemeriksaan dengan
teori. Pada intinya ketika terjadi suatu difusi yang diakibatkan oleh aktivitas fisik,
maka terjadi peningkatan tertentu. Semisal dalam keadaan olahraga, FEV1 dapat
meningkat lebih dari 80%, yaitu udara yang dihembuskan secara paksa dari paru
yang telah mengembang maksimal yang dapat dihembuskan selama 1 detik.
Pengukuran ini menunjukan laju aliran udara paru maksimal yang dapat dicapai (3)
KESIMPULAN
Stimulus yang dating akibat rangsangan suhu ini dapat mengaktivasi sistem saraf
simpatis yang kemudian dia akan memicu pusat kardiovaskular meningkatkan aktivitas saraf
vasokonstriktor dan simpatis jantung sementara menurunkan keluaran parasimpatis. Pola
aktivitas eferen ini menyebabkan peningkatan laju denyut jantung dan isi sekuncup, disertai oleh
vasokontriksi arteriol dan vena.
Otot rangka saat olahraga menerima CO yang secara substansi lebih besar daripada
normal, seingga mendapatkan oksigen dan nutrient tambahan yang diperlukan untuk menopang
laju menanjak otot pada konsumsi ATP. Otot jantung menerima CO dalam jumlah aktivitas
kontraktilnya selama olahraga. Persentase yang ke kulit juga meningkat sebagai cara untuk
eliminasi dari permukaan tubuh panas tambahan dihasilkan oleh otot-otot saat olahraga.
Pemakaian bersama CO ke sebagian besar organ berkurang. Hanya besar aliran darah ke otak
yang tetap tidak berubah karena distribusi CO disesuaikan kembali ke olahraga.
Perubahan kardiovaskular yang penting selama olahraga adalah penurunan resistensi
perifer total (TPR), karena vasodilatasi yang tersebar luas pada otot rangka meskipun terjadi
vasokontriksi arteriol generalisata di sebagian besar organ, dan peningkatan paling ringan
tekanan arteri rerata.
DAFTAR PUSTAKA
1. Manembu, Mercy ., Ramampuk, Jimmy., dan R. Danes, Vennetia. 2015. Pengaruh Posisi Duduk
dan Berdiri Terhadap Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Pada Pegawai Negeri Sipil
Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal e-Biomedik(eBm). Volume 3 (3) hal 817-819
2. Sharewood, Lauralee. 2019. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 9. 2018. Jakarta : EGC
3. Guyton, and Hall. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
4. Sloane, Ethel. 2015. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: EGC