Anda di halaman 1dari 14

1.

1 TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk mengetahui kesanggupan kardiovaskuler seseorang
2. Mampu mengetahui alat alat yang di gunakan untuk mengukur dan menganalisa
apakah pasien mengalami gangguan pernafasan atau tidak.
3. Mampu melakukan pengukuran fungsi paru dengan menggunakan alat spirometer
4. Mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan spirometer

1.2. PELAKSANAAN
   Waktu : Selasa, 28 April 2020
Tempat: -

1.3 ALAT DAN BAHAN


1. Spirometer
2. Penjempit hidung
3. Pengukur waktu
4. Bangku

1.3 PROSEDUR KERJA


1. Siapkan alat spirometri.
2. Nyalakan alat tersebut terlebih dahulu dengan menekan tombol on.
3. Masukkan data seperti umur, nama, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, dan lain-
lain.
4. Kemudian masukkan mouth piece yang ada dalam alat spirometer ke dalam mulut
probandus dan tutuplah hidung dengan penjepit.
5. Untuk mengatur pernafasan, bernafaslah terlebih dahulu dengan tenang sebelum
melakukan pemeriksaan.
6. Tekan tombol Start jika sudah siap untuk memulai pengukuran.
7. Mulai dengan pernafasan tenang sampai timbul perintah dari alat untuk ekspirasi
maksimal, bila dilakukan dengan benar maka akan keluar data dan kurva pada layar
monitor.
8. Kemudian ulang pengukuran dengan melanjutkan inspirasi dalam dan ekspirasi
maksimal.

1.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Percobaan Tekanan Darah dengan Pendinginan ( Cold Pressor Test )

a) Posisi tidur terlentang selama 20 menit

Waktu Tekanan Diastolik dan Sistolik

5 menit (pertama) 115/75

5 menit (kedua) 120/70

5 menit (ketiga) 115/75

b) Posisi lengan kiri dimasukkan ke dalam air es (40°C)


Waktu Tekanan Diastolik dan Sistolik
30 detik 120/80
60 detik 130/80

c) Posisi lengan setelah dikeluarkan dari air es


Waktu Tekanan Diastolik dan Sistolik
2 menit (pertama) 120/70
2 menit (kedua) 120/70
2 menit (ketiga) 115/75

PEMBAHASAN
a. Bagaimana hubungan antara pendinginan dengan tekanan darah?
- Ketika dalam posisi berbaring terlentang, darah dapat kembali ke jantung secara
mudah. Gaya gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena arah peredaran
tersebut horizontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi dan tidak terlalu
memompa. Hal ini terlihat bahwa selama kerja pada posisi berdiri, isi sekncup
meningkat secara linier. Isi sekuncup dalam posisi berbaring mencapai nilai
maksimal sedangkan pada posisi kerja hanya terdapat sedikit peningkatan, dan
nilai ini sama dengan nilai maksimal yang diperoleh pada waktu kerja dengan
posisi berdiri. Makin besar intensitas kerja (melebihi 85% dari kapasitas kerja)
makin sedikit isi sekuncup, disebablan memendeknya waktu pengisapan diastole
akibat frekuensi denyut jantung yang meningkat. (1)

- Tekanan arteri rata-rata dipantau oleh baroreseptor (sensor tekanan) di dalam


sistem sirkulasi. Ketika terdeteksi adanya penyimpangan dari normal, berbagai
respons reflex teraktifkan untuk mengembalikkan tekanan arteri rerata ke nilai
normalnya. Penyesuaian jangka pendek (dalam hitungan detik) dilakukan dengan
mengubah curah jantung dan resistensi perifer total yang diperantarai oleh
pengaruh sistem saraf otonom pada jantung, vena, dan arteriol. Kontrol jangka
panjang (dalam hitungan menit hingga hari) melibatkan penyesuaian volume
darah total dengan memulihkan keseimbangan garam dan air melalui mekanisme-
mekanisme yang mengatur pengeluaran urine dan rasa haus. Besar kecilnya
volume darah total nantinya berdampak besar pada curah jantung dan karenanya
tekanan arteri rerata.(2)
Jika karena suatu sebab tekanan arteri ratarata untuk sementara waktu
meningkat di atas normal; (contohnya karena terkena suhu), aktivitas baroreseptor
turun, memicu pusat kardiovaskular meningkatkan aktivitas saraf vasokonstriktor
dan simpatis jantung sementara menurunkan keluaran parasimpatis. Pola aktivitas
eferen ini menyebabkan peningkatan laju denyut jantung dan isi sekuncup,
disertai oleh vasokontriksi arteriol dan vena. Perubahan ini meningkatkan curah
jantung dan resistensi perifer total, menaikkan tekanan darah kembali ke normal.(2)
b. Apa saja faktor yang mempengaruhi perubahan tekanan darah tersebut dan
bagaimana mekanismenya?
- Darah dapat kembali ke jantung secara mudah pada posisi berbaring. Gaya
gravitasi pada peredaran darah lebih rendah karena arah peredaran tersebut
horizontal sehingga tidak terlalu melawan gravitasi dan tidak terlalu memompa.
Hal ini terlihat bahwa selama kerja pada posisi berdiri, isi sekuncup meningkat
secara linier. Isi sekuncup dalam posisi berbaring mencapai nilai maksimal
sedangkan pada posisi kerja hanya dapat sedikit peningkatan, dan nilai ini sama
dengan nilai maksimal yang diperoleh pada waktu kerja dengan posisi berdiri.
Makin besar intensitas kerja makin sedikit isi sekuncup, disebabkan
memendeknya waktu pengisian diastole akibat frekuensi denyut jantung yang
meningkat..(2)

Efek simpatis dan parasimpatis (2)

- Salah satu faktornya lainnya dalah reflex baroreseptor, secara autonomy


memengaruhi jantung dan pembuluh darah untuk menyesuaikan curah jantung
dan resistensi perifer total dalam upaya untuk memulihkan tekanan darah ke
normal. Seperti semua reflek, refleks baroreseptor ini mencakup reseptor, jalur
aferen, pusat integrasi, jalur eferen, dan organ efektor. Reseptor terpenting yang
terlibat dalam regulasi tekanan darah, yaitu sinus carotid dan baroreseptor arkus
aorta, merupakan mekanoreseptor yang peka terhadap perubahan pada tekanan
arteri rerata. Baroreseptor ini memiliki letak strategis untuk memberikan
informasi penting tentang tekanan darah arteri di pembuluh-pembuluh yang
menuju ke otak (baroreseptor sinus carotid) dan di trunkus arteri utama sebelum
pembuluh ini bercabang untuk mendarahi bagian tubuh lainnya (baroreseptor
arkus aorta).(2)
Baroreseptor memberi informasi tentang tekanan arteri rerata;dengan kata
lain sensor ini secara kontinu menghasilkan potensial aksi sebagai respon
terhadap tekanan di dalam arteri. Ketika tekanan arteri rata-rata meningkat,
potensial reseptor baroreseptor ini meningkat sehingga meningkatkan laju lepas-
muatan di neuron-neuron aferen terkait meningkat. Sebaliknya, penurunan
tekanan arteri rerata di neuron aferen oleh baroreseptor. (2)
Pusat integrasi yang menerima impuls aferen tentang keadaan tekanan
arteri rerata adalah pusat control kardiovaskular yang terletak di medulla di dalam
batang otak. Jalur eferennya adalah sistem sarah otonom. Pusat control
kardiovaskular mengubah perbandingan antara aktivitas simpatid dan
parasimpatid ke organ-organ efektor (jantung dan pembuluh darah). (2)

- Selain itu, terdapat factor lain seperti reseptor volume atrium kiri dan
osmoreseptor hipotalamus dalam keseimbangan air dan garam di tubuh;
kemoreseptor yang terletak di arteri karotis dan aorta yang meningkatkan aktivitas
pernafasan untuk membawa banyak O2 dan mengeluarkan CO2; respons
kardiovaskular berkaitan dengan perilaku danemois yang diperantarai oleh jalur
korteks serebrumhipotalamus; control hipotlamus atas arteriol kulit untuk
pengaturan suhu didahulukan daripada control kadiovaskular atau pembuluh yang
sama untuk tujuan pengaturan tekanan darah; perubahan kardiovaskular mencolok
sebagai respon olahraga.(2)

Selain factor yang ada di atas, terdapat pula factor-faktor berikut ini :
- Usia
Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan
oksigen selama pertumbuhan. Usia seseorang sangat berpengaruh terhadap denyut
nadi, denyut nadi maksimum pada orang lanjut usia sangat menurun (penurunan
50% dari usia remaja pada usia 80 tahun). Hal ini disebabkan berkurangnya massa
otot, dan daya maksimum otot yang dicapai sangat berkurang 2. Pada anak umur
5 tahun denyut nadi istirahat antara 96-100 denyut permenit, pada usia 10 tahun
mencapai 80-90 denyut permenit, dan pada orang dewasa mencapai 60-100
denyut permenit (Sandi, 2013).
- Jenis Kelamin
Denyut nadi pada wanita lebih tinggi apabila dibandingkan dengan laki-
laki. Pada laki-laki dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128
denyut per menit, pada wanita 138 denyut per menit. Karena denyut nadi
berhubungan dengan curah jantung. Pada laki laki ruang ventrikel nya lebih besar
sehingga menyebabkan darah yang keluar dari jantung semakin banyak sehingga
volume yang dikeluarkan semakin banyak walaupun dalam frekuensi yang lebih
sedikit disbanding perempuan
- Indeks Massa Tubuh (IMT)
Denyut nadi juga dipengaruhi oleh berat badan dengan perbandingan
berbanding lurus, sedangakan berat badan berkaitan dengan IMT. Makin tinggi
berat badan semakin tinggi IMT, begitu sebaliknya makin rendah berat badan
IMT semakin rendah. Sehingga makin tinggi IMT denyut nadi istirahat semakin
tinggi karena pada orang yang lebih besar maka kebutuhan oksigen meningkat.
- Aktifitas Fisik
Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko kelebihan berat badan.
Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang
lebih tinggi karena pada saat aktivitas fisik maka kebutuhan metabolime
meningkat sehingga kebutuhan oksigen meningkat dan kemoreseptor pada tubuh
akan memberitahu pada batang otak untuk mengeluarkan saraf simpatis dan
menyebabkan frekuensi denyut nadi meningkat tetapi jika intensitas latihan di
tingkatkan maka otot jantung akan lebih regang sehingga saat misalkan beberapa
kali denyutan jantung, darah sudah bisa memenuhi seluruh tubuh.

c. Bagaimana hasil pemeriksaan dibandingkan dengan teori pada point no. a dan b ?
Terdapat kolerasi antara hasil dengan teori. Karena sudah dijelaskan di
atas bahwa ketika muncul sebuah stimulus berupa suhu, akan mengaktifkan
reseptor yang kemudian dilanjutkan ke jalur eferen-pusat integrasi-jalur eferen-
organ efektor. Hal ini sama terjadi pada kasus disini. Aktivitas saraf
vasokonstriktor akan meningkat menyebabkan curah jantung ikut meningkat,
resistensi perifer total, serta menaikkan tekanan darah kembali ke normal.(2)

2. Percobaan Naik Turun Bangku

Waktu Frekuensi Nadi


30 detik (pertama) 68x/m
30 detik (kedua) 65x/m
30 detik (ketiga) 60x/m

Didapatkan hasil lamanya naik turun bangku adalah 90 detik.

Cara menghitung indeks kesanggupan badan serta penilaiannya dapat dilakukan


dengan 2 cara :
a) Cara lambat
Menghitung indeks kesanggupan badan dengan cara lambat dilakukan dengan
memakai rumus sebagai berikut :

Indeks kesanggupan Jasmani = 90 x 100 = 23,32


2 x (68+65+60)

Untuk interprestasi penilaiannya yaitu kurang dari 55, berarti kesanggupan


kurang ( <55 )
b) Cara cepat
Menghitung indeks kesanggupan badan dengan cara cepat dapat dilakukan
dengan memakai rumus dan daftar sebagai berikut :

Indeks kesanggupan jasmani = 90 x 100 = 24,1


5,5 x 68
Untuk interprestasi penilainnya adalah kurang dari 50 ( <50 )

PEMBAHASAN
a. Bagaimana hubungan antara naik turun bangku dengan denyut nadi ?
Tidak hanya curah jantung yang meningkat, tetapi distrinusi CO
disesuaikan untuk menunjang aktivitas fisik yang berat. Misalnya CO
menignkat dari nilai istirahatnya 5 L atau menjadi 12,5 L/menit selama
olahraga sedang dan dapat meningkat sampai 25 L/menit (atau lebih pada
atlet yang terlatih) selama olahraga berat. Otot rangka saat olahraga
menerima CO yang secara substansi lebih besar daripada normal, seingga
mendapatkan oksigen dan nutrient tambahan yang diperlukan untuk
menopang laju menanjak otot pada konsumsi ATP. Otot jantung menerima
CO dalam jumlah aktivitas kontraktilnya selama olahraga. Persentase yang
ke kulit juga meningkat sebagai cara untuk eliminasi dari permukaan
tubuh panas tambahan dihasilkan oleh otot-otot saat olahraga. Pemakaian
bersama CO ke sebagian besar organ berkurang. Hanya besar aliran darah
ke otak yang tetap tidak berubah karena distribusi CO disesuaikan kembali
ke olahraga. (3)

b. Apa saja faktor yang mempengaruhi perubahan denyut nadi tersebut


(kesanggupan kardiovaskular ) dan bagaimana mekanismenya?
Perubahan kardiovaskular selama olahraga (2)

Factor yang mempengaruhi antara lain curah jantung yang


meningkat apabila laju denjut jantung da nisi sekuncup meningkat. Selain
itu juga untuk tekanan arteri rerata akan meningkat apabila curah jantung
meningkat lebih besar daripada penurunan respirasi perifer paru.(2)

c. Bagaimana hasil pemeriksaan dibandingkan dengan teori pada point no. a


dan b ?
Perubahan kardiovaskular yang penting selama olahraga adalah
penurunan resistensi perifer total (TPR), karena vasodilatasi yang tersebar
luas pada otot rangka meskipun terjadi vasokontriksi arteriol generalisata
di sebagian besar organ, dan peningkatan paling ringan tekanan arteri
rerata.(3)
Persentase pada saat istirahat dan selama olahraga (2)

3. Percobaan Spirometri

Pemeriksaan Hasil
TV 500
ERV 1500
IRV 2800
RV 1200
FVC 4800
TLC 6000
FEV1 3840
FEV1% 80%
PEMBAHASAN
a. Apa saja yang diniilai pada pemeriksaan spirometri?
Penilaian meliputi VC, FVC,FEV1, MVV : (4)
1) Kapasitas vital (vital capacity (VC) )
2) Kapasitas vital paksa ( Forced vital capacity, FVC)
3) Volume eskpirasi paksa detik pertama (Forced expiratory volume in one
second, FEV1)
4) Maksimal voluntary ventilation (MVV)
Spirometri merupakan suatu pemeriksaan yang menilai fungsi terintegrasi
mekanik paru, dinding dada dan otot-otot pernapasan dengan mengukur jumlah
volume udara yang dihembuskan dari kapasitas paru total (TLC) ke volume
residu.
1) Fungsi Paru Normal
2) Obstructive Ventilatory Defects (OVD)
Gangguan obstruktif pada paru, dimana terjadi penyempitan saluran napas dan
gangguan aliran udara di dalamnya, akan mempengaruhi kerja pernapasan dalam
mengatasi resistensi nonelastik dan akan bermanifestasi pada penurunan volume
dinamik

b. Apa saja faktor yang mempengaruhi hasil spirometri tersebut dan bagaimana
mekanismenya?
Faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil spirometri ini adalah :
1) Adanya kegagalan dalam difusi O2 dan CO2 menembus membrane paru
2) Berkurangnya ventilasi akibat kegagalan mekanis (2)
3) Perfusi yang tidak adekuat (kegagalan aliran darah paru yang adekuat)
4) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi berupa ketidaksesuaian darah dan
udara sehingga tidak terjadi pertukaran gas yang efesien (2)
c. Bagaimana hasil pemeriksaan dibandingkan dengan teori pada point no. a dan b ?
Terdapat kolerasi atau kesesuaian antara data hasil pemeriksaan dengan
teori. Pada intinya ketika terjadi suatu difusi yang diakibatkan oleh aktivitas fisik,
maka terjadi peningkatan tertentu. Semisal dalam keadaan olahraga, FEV1 dapat
meningkat lebih dari 80%, yaitu udara yang dihembuskan secara paksa dari paru
yang telah mengembang maksimal yang dapat dihembuskan selama 1 detik.
Pengukuran ini menunjukan laju aliran udara paru maksimal yang dapat dicapai (3)

KESIMPULAN
Stimulus yang dating akibat rangsangan suhu ini dapat mengaktivasi sistem saraf
simpatis yang kemudian dia akan memicu pusat kardiovaskular meningkatkan aktivitas saraf
vasokonstriktor dan simpatis jantung sementara menurunkan keluaran parasimpatis. Pola
aktivitas eferen ini menyebabkan peningkatan laju denyut jantung dan isi sekuncup, disertai oleh
vasokontriksi arteriol dan vena.
Otot rangka saat olahraga menerima CO yang secara substansi lebih besar daripada
normal, seingga mendapatkan oksigen dan nutrient tambahan yang diperlukan untuk menopang
laju menanjak otot pada konsumsi ATP. Otot jantung menerima CO dalam jumlah aktivitas
kontraktilnya selama olahraga. Persentase yang ke kulit juga meningkat sebagai cara untuk
eliminasi dari permukaan tubuh panas tambahan dihasilkan oleh otot-otot saat olahraga.
Pemakaian bersama CO ke sebagian besar organ berkurang. Hanya besar aliran darah ke otak
yang tetap tidak berubah karena distribusi CO disesuaikan kembali ke olahraga.
Perubahan kardiovaskular yang penting selama olahraga adalah penurunan resistensi
perifer total (TPR), karena vasodilatasi yang tersebar luas pada otot rangka meskipun terjadi
vasokontriksi arteriol generalisata di sebagian besar organ, dan peningkatan paling ringan
tekanan arteri rerata.

DAFTAR PUSTAKA
1. Manembu, Mercy ., Ramampuk, Jimmy., dan R. Danes, Vennetia. 2015. Pengaruh Posisi Duduk
dan Berdiri Terhadap Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Pada Pegawai Negeri Sipil
Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal e-Biomedik(eBm). Volume 3 (3) hal 817-819
2. Sharewood, Lauralee. 2019. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 9. 2018. Jakarta : EGC
3. Guyton, and Hall. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
4. Sloane, Ethel. 2015. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai