Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FAAL

VITAL SIGN

NAMA : VIONA SEKAR MELATI

NIM : J2A020005

TANGGAL PRAKTIKUM : 20 NOVEMBER 2020

TAHUN AJARAN 2020/2021

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG


METODE DAN HASIL PRAKTIKUM

 METODE

ALAT-ALAT/BAHAN-BAHAN

1. Stetoskop
2. Sphygmomanometer
3. Termometer air raksa
4. Termometer digital
5. Timbangan dengan meteran
6. Kertas/tisu
7. Arloji (jam) atau stopwatch
8. Buku catatan

CARA KERJA

a. Pengukuran Tekanan Darah


1. Probandus diminta untuk duduk dengan kedua lengan terentang di sisi
tubuh
2. Lengan bagian atas probandus dibalut dengan balut Riva Rocci.
Pembalutan kira-kira 3 jari di atas fossa cubiti cukup ketat dan balut harus
cukup lebar agar didapatkan hasil pengukuran yang benar.
3. Lakukan palpasi denyut nadi yang terletak di pergelangan tangan. Setelah
denyut nadi mulai teraba, dilakukan pemompaan udara kedalam balut
Riva Rocci sampai denyut nadi berhenti berdenyut atau menghilang.
4. Pemompaan udara diteruskan sedikit lagi (30 mmHg) dan pemeriksa
meletakkan ujung bagian dada stetoskop di atas lipatan siku probandus di
luar balut (pergunakanlah ujung bagian yang berbentuk corong).
5. Keran pada pompa udara dibuka perlahan. Pada saat yang bersamaan,
pemeriksa harus mendengarkan dengan seksama melalui stetoskop. Saat
terdengar detak pertama darah di dalam arteri Brachialis mulai mengalir,
jika dilakukan palpasi maka denyut nadi akan mulai teraba (palpatoar)
dan dengan dengan stetoskop (auskultatoar) akan terdengar bunyi detak
pertama. Pada saat ini nilai yang ditunjukkan pada manometer adalah
tekanan sistolik. Saat meredupnya bising Korotkoff bersamaan dengan
saat tercapainya tekanan diastolik.Besarnya tekanan ditunjukkan dengan
angka yang ditunjuk oleh jarum manometer.

b. Pemeriksaan Denyut Nadi


1. Atur posisi probandus. Dalam posisi duduk rileks, letakkan kedua lengan
terlentang di sisi tubuh.
2. Tentukan letak arteri.
3. Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari
tengah, dan jari manis. Tentukan frekuensinya per menit dan keteraturan
irama, dan kekuatan denyutan.
4. Catat hasilnya

c. Pemeriksaan Frekuensi Pernafasan


1. Atur posisi probandus dalam posisi duduk rileks.
2. Perhatikan gerakan mengembangnya rongga dada probandus, hitung
frekuensinya selama satu menit. Usahakan penghitungan dilakukan tanpa
disadari oleh probandus.
3. Perhatikan juga apakah terdapat hambatan atau suara-suara yang muncul
saat probandus bernafas serta ritme pernafasannya.
4. Catat hasilnya

d. Pengukuran Suhu Tubuh


1. Kibaskan termometer sampai permukaan air raksa menunjuk di bawah
35,5°C.
2. Tempatkan ujung termometer yang berisi air raksa pada apex fossa
axillaris kiri dengan sendi bahu adduksi maksimal.
3. Tunggu sampai 3-5 menit, kemudian lakukan pembacaan dan catat
hasilnya.
4. Bersihkan dengan kertas tisu, kemudian simpan kembali termometer.
5. Ulangi pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer digital.

e. Pengukuran Berat dan Tinggi Badan


1. Mintalah probandus untuk melepas sepatu dan pakaian yang tebal
2. Cek timbangan apakah jarum menunjukkan angka nol
3. Mintalah probandus untuk berdiri tegak di atas timbangan menghadap ke
arah neraca. Perhatikan angka yang ditunjuk oleh jarum timbangan. Catat
hasilnya sebagai berat badan probandus
4. Atur kembali posisi probandus untuk berdiri tegak, kedua tangan rileks,
kepala tegak (tidak mendongak atau menunduk) dan membelakangi
neraca.
5. Tarik meteran yang ada pada timbangan sampai menyentuh puncak
kepala probandus.
6. Baca angka yang tertera pada meteran.
7. Hitung IMT probandus berdasarkan tinggi dan berat badan.

 HASIL PRAKTIKUM

Pemeriksaan Probandus A Probandus B Probandus C Probandus D

Denyut nadi 88x/menit 70x/menit 76x/menit 98x/menit

Tekanan darah 140/90 mmHg 100/60 mmHg 125/80 mmHg 100/70 mmHg
Frekuensi 13x/menit 22x/menit 26x/menit 14x/menit
pernapasan
PEMBAHASAN
(Kajian Pustaka dan Analisis Hasil)

 KAJIAN PUSTAKA

Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau
kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien
terhadap intervensi. ukuran statistik berbagai fisiologis yang digunakan untuk
membantu menentukan status kesehatan seseorang, terutama pada pasien yang
secara medis tidak stabil atau memiliki faktor-faktor resiko komplikasi
kardiopulmonal dan untuk menilai respon terhadap intervensi. Tanda tanda vital
atau tanda-tanda dasar meliputi pemeriksaan suhu tubuh, pemeriksaan denyut
nadi, pemeriksaan pernafasan, pemeriksaan tekanan darah, ukur tinggi badan
dan berat badan.(Sulistyowati, 2018)

 Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh
proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan keluar. Suhu
permukaan berfluktuasi bergantung pada aliran darah ke kulit dan jumlah panas
yang hilang ke lingkungan luar. Karena fluktuasi suhu permukaan ini suhu yang
dapat diterima berkisar dari 36°C sampai 38°C. suhu normal rata-rata bervariasi
bergantung lokasi pengukuran. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh
mekanisme fisiologis dan perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada
pada batasan normal, hubungan antara produksi panas dan pengeluaran panas
harus dipertahankan. faktor yang mempengaruhi suhu tubuh, diantaranya: Usia,
aktivitas, kadar hormone, setres, lingkungan dan Irama sikardian. Tempat
pengukuran suhu : Timpani/Aurikular, Oral rata rata: 37°C, Rektal rata rata:
37,5°, Aksila rata rata: 36,5°C. Suhu tubuh normal antara suhu 36 °C -37,5°C
Suhu tubuh tidak normal bisa disebut: Hipotermia yaitu suhu tubuh kurang dari
normal, Hipertermia yaitu suhu tubuh lebih dari normal. (Sulistyowati, 2018)

 Denyut Nadi/Arteri
Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan bisa diraba di berbagai
tempat pada tubuh. Nadi merupakan indikator status sirkulasi. penyebab nadi
yang menjadi lambat, cepat atau tidak reguler secara normal dapat mengubah
curah jantung. Pengkajian kemampuan jantung untuk memenuhi kebutuhan
jaringan tubuh terhadap nutrien dengan cara melakukan palpasi nadi perifer atau
dengan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung (frekuensi
apikal). Pengkajian terhadap denyut nadi memberi data tentang kondisi sistem
kardiovaskuler. Pengukuran denyut nadi, meliputi: Frekuensi, Irama, kekuatan ,
kesetaraan dari setiap denyutan. Denyut abnormal yang lambat, cepat atau tidak
teratur dapat menandakan masalah dalam pengaturan sirkulasi darah,
keseimbangan cairan atau metabolisme tubuh. Disritmia jantung dapat
megancam kemampuan jantung untuk berfungsi dengan baik. Kekuatan
denyutan menunjukkan volume darah yang di pompa dalam setiap kontraksi
jantung. Perbandingan denyut nadi pada kedua sisi tubuh dapat menunjukkan
variasi seperti berhentinya aliran darah lokal yang disebabkan oleh pembekuan
darah. Berdasarkan American Heart Association (AHA) detak jantung istirahat
adalah jumlah berapa kali jantung berdetak per menitnya ketika seseorang
sedang beristirahat. Dalam kebanyakan kasus, denyut jantung istirahat
seseorang sekitar 60-100 denyut per menit. (Sulistyowati, 2018)
Faktor yang mempengaruhi denyut nadi:
1. Latihan fisik
2. Obat-obatan
3. Suhu
4. Emosi
5. Perubahan postur tubuh
6. Peradarahan
7. Gangguan paru

Lokasi Pengukuran Nadi


Frekuensi nadi dapat dikaji pada setiap arteri, namun arteri radialis dan
artei karotid dapat dengan mudah diraba pada nadi perifer. Pada saat kondisi
klien tiba-tiba menurun, area karotid adalah area terbaik untuk menemukan nadi
secara cepat. Nadi radialis dan apikal merupakan tempat yang paling sering
digunakan untuk mengkaji nadi. Jika nadi radialis yang terletak pada
pergelangan tangan tidak normal atau intermitten akibat disritmia atau jika nadi
yang tidak dapat diraba karena balutan, gips, atau halangan lain, yang dikaji
adalah nadi apikal. Pada saat klien menggunakan medikasi (pengobatan) yang
mempengaruhi frekuensi jantung, nadi apikal dapat memberikan gambaran yang
lebih akurat terhadap fungsi jantung. Nadi apikal merupakan tempat terbaik
untuk mengkaji nadi bayi dan nadi anak karena nadi perifer dalam dan sulit
untuk dipalpasi dengan akurat.(Sulistyowati, 2018)
Frekuensi Jantung Normal
Bayi : 120-160
Todler : 90-140
Prasekolah : 80-110
Usia sekolah : 75-100
Remaja : 60-90
Dewasa : 60-100

 Pernapasan
Pernafasan adalah mekanisme tubuh menggunakan pertukaran udara
antara atmosfir dengan darah serta darah dengan sel. Mekanisme pernafasan
meliputi: Ventilasi yaitu pergerakan udara masuk ke luar paru, Difusi yaitu
pertukaran O2 & CO2 antara alveoli & sel darah merah, Perfusi yaitu distribusi
oleh sel drh merah ke dan dari kapiler darah.(Sulistyowati, 2018)

Mekanisme pernapasan
1. Inhalasi Normalnya terjadi proses berikut; diafragma berkontraksi
(mengempis), tulang iga bergerak ke atas dan keluar, dan sternum bergerak
keluar sehingga memperbesar ukuran toraks dan memungkinkan
pengembangan paru.
2. Ekshalasi Selama ekshalasi, diafragma relaksasi, tulang iga bergerak ke
bawah dan ke dalam, dan strenum bergerak ke dalam sehingga memperkecil
ukuran toraks saat paru-paru terkompresi. Normalnya proses bernapas terjadi
secara normal dan tanpa usaha. Proses inspirasi pada orang dewasa normal
berlangsung selama 1-1,5 detik dan proses ekspirasi berlangsung selama 2-3
detik.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian pernafasan:


1. Frekuensi pernafasan Perawat mengobservasi inspirasi dan ekspirasi penuh
pada saat menghitung frekuensi ventilasi dan pernapasan. Frekuensi
pernapasan normal turun sepanjang hidup.
Bayi Baru Lahir : 35-40x/menit
Bayi (6 Bulan) : 30-50x/menit
Todler (2 Tahun) : 25-32x/menit
Anak-anak : 20-30x/menit
Remaja : 16-19x/menit
Dewasa : 12-24x/menit
2. Kedalaman pernafasan Kedalaman dikaji dengan mengobservasi derajat
peyimpangan atau gerakan dinding dada. Perawat menggambarkan gerakan
ventilator sebagai dalam, normal dan dangkal. Pernapasan yang dalam
melibatkan ekspansi penuh paru dengan ekshalasi penuh.
3. Irama pernafasan Dengan bernapas normal interval reguler terjadi setelah
setiap siklus pernapasan. Bayi cenderung untuk kurang teratur dalam
bernapas. Anak-anak kecil mungkin beranpas secara lambat selama beberapa
detik dan kemudian tiba-tiba bernapas secara cepat. Irama pernapasan teratur
dan tidak teratur.

Gangguan dalam pola nafas:


1. Bradipnea: Nafas teratur namun lambat secara tidak normal (pernafasan
kurang dari 12x/menit).
2. Takipnea: Nafas teratur namun cepat secara tidak normal (pernafasan lebih
dari 20x/menit).
3. Hipernea: Nafas sulit, dalam, lebih dari 20x/menit. Secara normal terjadi
setelah olahraga.
4. Apnea: Nafas berhenti untuk beberapa detik.
5. Hiperventilasi: Frekeunsi dan kedalaman nafas meningkat.
6. Hipoventilasi: Frekuensi nafas abnormal dalam kecepatan dan kedalaman.
7. Pernafasan Cheyne stokes: Frekuensi dan kedalaman nafas yang tidak teratur
ditandai dengan periode apnea dan hiperventilasi yang berubah ubah.
8. Pernafasan Kussmaul: pernafasan dalam secara tidak normal dalam frekuensi
nafas yang meningkat.
9. Pernafasan Biot: Nafas dangkal secara tidak normal diikuti oleh periode
apnea (henti nafas) yang tidak teratur.(Bickley, 2012)

Interpretasi pemeriksaan pernapasan


1. Frekuensi. Hitung frekuensi pernafasan selama 1 menit penuh dengan
inspeksi, palpasi, atau dengan menggunakan stetoskop. Normalnya frekuensi
nafas orang dewasa sekitar 14 – 20 kali per menit dengan pola nafas yang
teratur.
2. Irama pernapasan. Irama pernapasa dapat reguler atau irregular.
 Berat dan Tinggi Badan
Pengukuran fisik tinggi badan dan berat badan sangat diperlukan dalam
memperoleh informasi tambahan yang menegakkan diagnosis terutama yang
berkaitan dengan hormonal metabolic. Selain itu pengukuran TB dan BB juga
dapat digunakan untuk mengetahui Indeks Massa Tubuh yang dapat digunakan
untuk memprediksi kesehatan penderita.(Bickley, 2012)

 Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah
yang didorong dengan tekanan dari jantung. Aliran darah yang mengalir pada
sistem sirkulasi karena perubahan tekanan. Pengkajian tekanan darah dapat
diukur baik secara langsung (invasif) maupun tidak langsung (non invasif).
ini memerlukan penggunaan sfigmomanometer dan stetoskop. cara mengukur
tekanan darah secara tidak langsung dengan menggunakan auskultasi dan
palpasi. Auskultasi merupakan teknik yang paling sering digunakan. Ketika
mengatur tekanan darah dengan menggunakan stetoskop, perawat
mengidentifikasi lima fase dalam rangkaian bunyi yang disebut bunyi korotkoff.
pertama perawat memompa manset hingga 30 mmHg di atas titik tempat denyut
nadi tidak teraba lagi. kemudian perawat melepaskan tekanan secara perlahan
sambil mengamati ukuran yang tampak pada manometer dan mengaitkannya
dengan bunyi yang terdengar melalui stetoskop. terdapat lima fase, namun tidak
semuanya terdengar. Sistole adalah Kontraksi jantung mendorong darah dengan
tekanan tinggi, dan Diastole adalah Tekanan minimal yang mendesak dinding
arteri setiap waktu.(Sulistyowati, 2018)

Faktor yang memepengaruhi Tekanan Darah:


1. Usia Tingkat normal Tekanan Darah bervariasi sepanjang kehidupan
manusia. Orang dewasa cenderung meningkat seiring pertambahan usia.
2. Stres Ansietas, takut, nyeri dan stres emosi mengakibatkan stimulasi
simpatik yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung, dan tahanan
vaskuler perifer.
3. Ras Tekanan darah dipengaruhi oleh kebiasaan, genetik dan lingkungan
4. Medikasi Banyaknya pengobatan baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mempengaruhi tekanan darah. Analgesik, narkotik dapat
menurunkan Tekanan Darah.
5. Variasi diurnal Tekanan Darah bervariasi sepanjang hari, biasanya rendah
pada pagi hari, secara berangsur-angsur naik menjelang siang dan sore hari,
dan puncaknya pada senja hari atau malam hari.
6. Jenis kelamin Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan. setelah
pubertas pada pria relatif lebih tinggi sedangkan setelah menopause pada
wanita lebih tinggi.

Tekanan Darah Abnormal


1. Hipertensi Diagnosa hipertensi pada orang dewasa dibuat saat bacaan rerata
tekanan darah pada dua atau lebih kunjungan/pemeriksaan, untuk tekanan
sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih.
2. Hipotensi Hipotensi dipertimbangkan secara umum saat tekanan darah
sistolik turun sampai 90 mmHg atau lebih rendah.
3. Hipotensi ortostatik postural Penurunan Tekanan Darah saat bergerak dari
posisi duduk ke berdiri disertai pusing, berkunang-kunang sampai dengan
pingsan.(Sulistyowati, 2018)

 ANALISIS HASIL

 Denyut nadi
1. Probandus A, hasil dari pengukuran praktikum didapatkan 88x/menit
termasuk dalam kategori normal
2. Probandus B, hasil dari pengukuran praktikum didapatkan 70x/menit
termasuk dalam kategori normal
3. Probandus C, hasil dari pengukuran praktikum didapatkan 76x/menit
termasuk dalam kategori normal
4. Probandus D, hasil dari pengukuran praktikum didapatkan 98x/menit
termasuk dalam kategori normal
 Tekanan darah
1. Probandus A, hasil dari pengukuran praktikum didapatkan 140/90 mmHg
termasuk dalam kategori tahap 1 hipertensi.
2. Probandus B, hasil dari pengukuran praktikum didapatkan 100/60 mmHg
termasuk dalam kategori normal.
3. Probandus C, hasil dari pengukuran praktikum didapatkan 125/80 mmHg
termasuk dalam kategori normal dengan catatan prehipertensi (pasien
dengan tekanan darah tinggi, tetapi masih dianggap dalam batas normal)
4. Probandus D, hasil dari pengukuran praktikum didapatkan 100/70 mmHg
termasuk dalam kategori tahap normal.
 Frekuensi pernapasan
1. Probandus A, hasil dari pengukuran praktikum didapatkan 13x/menit
termasuk dalam kategori bradipneu.
2. Probandus B, hasil dari pengukuran praktikum didapatkan 22x/menit
termasuk dalam kategori normal.
3. Probandus C, hasil dari pengukuran praktikum didapatkan 26x/menit
termasuk dalam kategori takipneu.
4. Probandus D, hasil dari pengukuran praktikum didapatkan 14x/menit
termasuk dalam kategori bradipneu.
 Faktor Yang Mempengaruhi Ritme Dan Frekuensi Pernafasan
1. Olahraga meningkatkan frekuensi dan kedalamanuntuk memenuhi
kebutuhan tubuh untuk menambah oksigen.
2. Nyeri akut dan kecemasan meningkatkan frekuensi dan kedalaman akibat
stimulasi saraf simpatik.
3. Anemia. Penurunan kadar hemoglobin menurunkan jumlah pembawa O2
dalam darah. Individu bernapas dengan lebih cepat untuk meningkatkan
penghantaran O2.
4. Posisi tubuh. Postur tubuh yang lurus dan tegak meningkatkan ekspansi paru.
Posisi yang bungkuk dan telungkup mengganggu pergerakan ventilasi.
5. Medikasi (analgetik narkotik dan sedatif meningkatkan RR).
Cedera batang otak mengganggu pusat pernapasan dan menghambat
frekuensi dan irama pernapasan
6. Usia. Bayi memiliki frekuensi pernapasan yang lebih cepat dibandingkan
dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan karena bayi masih berada dalam
masa pertumbuhan dan perkembangan, sehingga membutuhkan energi yang
lebih banyak untuk mendukung tumbuh kembangnya.
7. Jenis Kelamin. Jenis kelamin pun memiliki pengaruh terhadap frekuensi
pernapasan pada manusia. Laki-laki biasanya memiliki tingkat yang lebih
tinggi dibandingkan dengan perempuan. Hal ini dikarenakan volume paru-
paru wanita lebih kecil dibandingkan laki-laki.
8. Suhu Tubuh. Ketika seseorang merasa kedinginan dan suhu tubuhnya
menurun, otak akan mengirim sinyal agar paru-paru meningkatkan frekuensi
pernapasannya. Dengan begitu, tubuh akan mempercepat pembakaran agar
tetap hangat.

 Lokasi Mengukur Suhu Tubuh


1. Rektal. Rata rata: 37,5°
Terbukti lebih dapat diandalkan, Pengukuran suhu inti lebih bila suhu
oral tidak dapat diperoleh, Menunjukkan suhu inti lambat selama perubahan
suhu yang cepat, Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah
rektal, kelainan rektal, nyeri pada rektal, atau yang cenderung perdarahan,
memerlukan perubahan posisi dan dapat merupakan sumber rasa malu dan
ansietas klien, Resiko terpajan cairan tubuh, Memerlukan lubrikasi, dan d
ikontraindikasikan pada bayi baru lahir.(Sulistyowati, 2018)
2. Aksila. Rata rata: 36,5°
Aman dan non-invasif, cara yanglebih disukai pada bayi baru lahir dan
klien yang tidak kooperatif, waktu pengukuran lama, memerlukan bantuan
perawat untuk mempertahankan posisi klien, tertinggal dalam pengukuran suhu
inti pada waktu perubahan suhu yang cepat, dan memerlukan paparan
toraks.(Sulistyowati, 2018)
3. Oral. Rata rata: 37°C
Mudah dijangkau-tidak membutuhkan perubahan posisi, Nyaman bagi
klien, Memberi pembacaan suhu yang akurat, dipengaruhi oleh cairan atau
makanan yang dicerna, Tidak boleh dilakukan pada klien yang bernapas dengan
mulut, tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah atau trauma
oral, riwayat epilepsi, atau gemetar akibat kedinginan, Tidak boleh dilakukan
pada bayi, anak kecil, anak yang sedang menangis, tidak sadar atau tidak
kooperatif, dan resiko terpapar cairan tubuh.(Sulistyowati, 2018)
4. Timpani/Aurikular. Rata rata: 37,5°
Tempat yang mudah dicapai, perubahan posisi tubuh yang dibutuhkan
minimal, memberi pembacaan inti yang akurat, waktu pengukuran sangat cepat
(2-5 detik), dapat dilakukan tanpa membangunkan atau menggangu klien, alat
bantu dengar harus dikeluarkan sebelum pengukuran, tidak boleh dilakukan
pada klien yang mengalami bedah telinga atau membran timpani,
.membutuhkan pembungkus probe sekali pakai, impaksi serumen dan otitis
media dapat menggangu pengukuran suhu, keakuratan pengukuran pada bayi
baru baru lahir dan anak di bawah usia 3 tahun masih diragukan, dan variabilitas
pengukuran melebihi pengukuran variabilitas alat suhu inti yang
lain.(Sulistyowati, 2018)

 Pengukuran Denyut Nadi Pada Berbagai Posisi Tubuh


Posisi tubuh seperti duduk, berdiri atau berbaring mempengaruhi
seberapa cepat jantung berdetak tiap menitnya. Ketika seseorang berbaring,
maka jantung akan berdetak lebih sedikit dibandingkan saat ia sedang duduk
atau berdiri. Hal ini disebabkan saat orang berbaring, maka efek gravitasi pada
tubuh akan berkurang yang membuat lebih banyak darah mengalir kembali ke
jantung melalui pembuluh darah. Jika darah yang kembali ke jantung lebih
banyak, maka tubuh mampu memompa lebih banyak darah setiap denyutnya.
Hal ini berarti denyut jantung yang diperlukan per menitnya untuk memenuhi
kebutuhkan darah, oksigen dan nutrisi akan menjadi lebih sedikit.(Bickley,
2012)
Namun detak jantung akan meningkat saat seseorang berdiri, karena
darah yang kembali ke jantung akan lebih sedikit. Kondisi ini yang mungkin
menyebabkan adanya peningkatan detak jantung mendadak ketika seseorang
bergerak dari posisi duduk atau berbaring ke posisi berdiri. Pada beberapa
individu terutama orang tua, perubahan posisi yang cepat misalnya dari
berbaring ke berdiri bisa menyebabkan tubuh menjadi pusing atau bahkan
pingsan. Karena gerakan cepat ini membuat jantung tidak dapat memompa
darah yang cukup ke otak.(Bickley, 2012)

 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) Orang Dewasa Menurut WHO


BMI (kg/ ) Status gizi Klasifikasi
≤ 17,0 Gizi kurang Sangat kurus
17,0-18,4 Gizi kurang Kurus ringan
18,5-25,0 Gizi baik Normal
25,1-27,0 Gizi lebih Gemuk ringan
≥ 27,0 Gizi lebih Sangat gemuk

 Pentingnya Vital Sign Sebelum Tindakan Dental


Jika tidak dilakukan pengukuran tanda-tanda vital lebih dahulu
kemungkinannya adalah pasien mengalami hipertensi pada keadaan tekanan
darah tinggi, gigi tidak boleh dicabut, karena saat tekanan darah tinggi , maka
tekanan yang dihasilkan pembuluh darah juga besar. Jika dilakukan cabut gigi
maka bisa menyebabkan pendarahan atau darah susah sekali dihentikan.
(Bickley, 2012)

KESIMPULAN

1. Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi
klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien terhadap
intervensi.
2. Tanda tanda vital atau tanda-tanda dasar meliputi pemeriksaan suhu tubuh,
pemeriksaan denyut nadi, pemeriksaan pernafasan, pemeriksaan tekanan
darah, ukur tinggi badan dan berat badan.
3. Faktor yang mempengaruhi ritme dan frekuensi pernafasan adalah usia,
olahraga, jenis kelamin, anemia, nyeri akut, posisi tubuh, suhu tubuh dan
medikasi.
4. Lokasi mengukur suhu tubuh ada 4 yaitu rektal, oral, aksila, dan timpani.
5. Posisi tubuh seperti duduk, berdiri atau berbaring mempengaruhi seberapa
cepat jantung berdetak tiap menitnya.
6. Pengukuran TB dan BB juga dapat digunakan untuk mengetahui Indeks
Massa Tubuh yang dapat digunakan untuk memprediksi kesehatan penderita.
7. Mengetahui tanda tanda vital sebelum melakukan tindakan sangat penting
bagi seorang dokter gigi karena menangani pasien sangat penting
diperhatikan.

DAFTAR PUSTAKA

Bickley (2012) Pemeriksaan fisik & Riwayat kesehatan. 8 ed. BUKU


KEDOKTERAN.
Sulistyowati, A. (2018) Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital. 1 ed. sidoarjo:
CENDEKIA SIDOARJO.

Anda mungkin juga menyukai