Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIKUM KLINIK KEPERAWATAN


TANDA-TANDA VITAL (TTV)
Ns., Lailatul Hafidah S.Kep. M.,Kes

Disusun oleh :
IQBAL FARIQI
33412001142

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI MADURA
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : IQBAL FARIQI


NRP : 33412001142
JUDUL : LAPORAN PENDAHULUAN TANDA-TANDA VITAL(TTV)

Laporan pendahuluan ini telah di konsultasikan kepada pembimbing dan dinyatakan layak untuk
di uji kan pada tanggal 04 maret 2021.

Pamekasan, 04 Maret 2021


Mahasiswa

IQBAL FARIQI
33412001142

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Ns., Lailatul Hafidah S.Kep. M.,Kes

PEMERIKSAAN TANDA TANDA VITAL(TTV)


1. PENGERTIAN

Tanda-tanda vital adalah ukuran dari fungsi-fungsi vital tubuh yang paling dasar.
Ada empat tanda-tanda vital utama yaitu suhu tubuh, denyut nadi, laju pernapasan, dan
tekanan darah. Oleh karena itu, diperlukan untuk melakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital.

Tanda-tanda vital Terdiri Atas;

a. Tekanan darah

Nilai tekanan darah merupakan indicator untuk menilai system kardiovaskuler


bersamaan dengan pemeriksaan  nadi. Pemeriksaan tekanan darah dapat di ukur dengan
dua metode, yaitu
Metode langsung.Metode yang menggunakan kanula atau jarum yang di masukan ke
dalam pembulu darah yang di hubungkadn dengan manometer. Metode ini merupakan
cara yang paling cepat untuk menentukan tekanan darah, tetapi memerluhkan persyaratan
dan keahlian khusus.
Metode tak langsung, metode yang menggunakan sfigmomanometer. Pengukuran tak
langsung inimenggunakan dua cara, yaitu palpasi yang mengukur tekanan
sistonikdan auskultasi yang dapat mengukur tekanan sistonik dan diastonik dan cara ini
memerluhkan stetoskop.

UMUR SISTOLIK (mmHg) DISTOLIK (mmHg)

Neonate 75 – 105 45 – 75

2 – 6 tahun 80 – 110 50 – 80

7 tahun 85 – 120 50 – 80

8 – 9 tahun 90 – 120 55 – 85

10 tahun 95 – 130 60 – 85

11 – 12 tahun 95 – 135 60 – 85

13 tahun 100 – 140 60 – 90

14 tahun 105 – 140 65 – 90

b. Denyut nadi
Nilai denyut nadi merupakanindikator untuk menilai system
kardiovaskular.Denyut nadi dapat di periksa dengan mudah menggunakan jari tangan
(palpsai) atau dapat juga di lakukan dengan alat elektronil yang sederhana maupun
canggih.Pemeriksaan denyut nadi dapat di lakukan pada daerah arteri raidalis pada
pergelangan tangan, arteri brakhialis pada siku bagian dalam, arteri karotis pada leher,
arteri temporalis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, dan arteri frontalis pada bayi

Frekunsi denyut nadi manusia bervariasi,tergantung dari banyak faktor yang


mempengaruhinya, pada saat aktivitas normal:
1) Normal: 60-100 x/mnt
2) Bradikardi: < 60x/mnt
3) Takhikardi: > 100x/mnt

Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada:

1) Arteri Radialis.
Terletak sepanjang tulang radialis di atas pergelangan tangan pada sisi ibu jari.
2) Arteri Brachialis.
Terlertak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku.
3) Arteri Karotis.
Terletak di leher di bawah lobus telinga

c. Suhu tubuh

Suhu badan  ialah derajad panas yang di hasilkan oleh tubuh manusia sebagai
keseimbangan pembakaran dalam tubuh dengan pengeluaran panas melalui keringat,
pernapasan, sisa-sisa pembuangan (ekskresi) dan penyinaran (radiasi), hantaran
(konduksi) dan convection (konveksi).

Suhu tubuh dihasilkan dari:


1) Laju metabolisme basal diseluruh tubuh
2) Aktifitas otot
3) Metabolisme tambahan karena pengaruh hormone
Jenis-jenis termometer yang biasa dipakai untuk mengukur suhu tubuh;
-Thermometer air raksa
-Thermometer digital.
Metode mengukur suhu tubuh:
1) Oral.
Termometer diletakkan dibawah lidah tiga sampai lima menit. Tidak dianjurkan
pada bayi
2) Axilla.
Metode yang paling sering di lakukan . Dilakukan 5-10 menit dengan
menggunakan termometer raksa. Suhu aksila lebih rendah 0.6° C (1°F) dari pada
oral.
3) Rectal.
Suhu rektal biasanya berkisar 0.4°C (0.7°F) lebih tinggi dari suhu oral

d. Pernapasan
Frekuensi proses inspirasi dan ekspirasi dalam satuan waktu/menit.
Faktor yang mempengaruhi Respiratory Rate:
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Suhu Tubuh
4) Posisi tubuh
5) Aktivitas
PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

Standard operasional Pemeriksaan Tekanan Darah (TD)


prosedur
Pengertian Pengukuran tekanan jantung untuk melawan tahanan dinding
pembuluh darah saat systole dan diastole.
Tujuan Untuk mengetahui nilai tekanan darah
Indikasi 1. Pada saat pertama kali mencatat riwayat kx, sebagai data dasar
2. Pada kondisi klinis yang telah ditetapkan, misalnya syok dan
perdarahan, gejala – gejala seperti sakit kepala, penglihatan
kabur, proteinuria.
3. Hipertensi akibat kehamilan.
4. Bayi preterm atau bayi sakit
5. Tranfusi darah
6. Selama dan setelah pembedahan.
Kontraindikasi 1. Hindari penempatan manset pada lengan yang terpasang infus,
terpasang shun arterivena, lenan yg mengalami fistula, trauma
dan tertutup gip atau balutan
2. Pergelangan kaki bagian atas
3. Hipotensi akan terjadi bila kondisi tekanan darah klien berada di
bawah normal. Hipotensi dapat mengakibatkan stroke dan
bahkan mengakibatkan kematian.
4. Tidak boleh melakukan pengukuran tekanan darah lebih dari 3
kali sehari
Alat dan bahan 1. Sphygmomanometerrn atau aneroid tensimeter
2. stetoskop
3. sarung tangan bersih
4. antiseptic
5. buku catatan
Persiapan pasien 1. Lakukan tindakan dengan 5S(Senyum,Salam,Sapa,Sopan dan
Santun)
2. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
3. tanyakan apakah pasien terbiasa memeriksakan tekanan
darahnya; jika pasien rutin, memeriksakan tekanan darahnya,
tanyakan berapa tekanan darahnya terakhir
Persiapan lungkungan 1. Jaga privasi pasien
2. Ciptakan lingkungan yang aman dan aman
Prosedur pelaksanaan 1. cuci tangan dan pakai sarung tangan
2. Posisikan px ( duduk, berbaring atau berdiri)
3. Letakkan tensimeter sejajar dengan jantung atau sedikit di bawah
jantung
4. Gulung lengan baju ke atas, lalu pasang manset tensimeter pada
lengan atas, 2-3 cm di atas fossa cubiti. Posisikan pipa karet
sejajar dengan arteri. Pemasangan manset tidak boleh terlalu
kenceng atau terlalu longgar.

5.Anjurkan px untk merilekskan lengannya. Raba denyut arteri


brakhialis dengan ketiga jari tengah.

Jika arteri sudah teraba, letakkan stetoskop di atasnya.


5. Tutup sekrop balon karet (putar ulir ke atas ), lalu buka pengunci
raksa. Manset dipompa hingga air raksa di gelas manometer naik.
Pemompaan dilakukan hingga raksa menunjukkan angka 20
mmHg diatas nilai systole hasil pemeriksaan terdahulu. Jika px
lupa hasil pemeriksaan terdahulu, pompa manset hingga air raksa
mencapai angka 20 mmHg diatas nilai systole normal ( jika nilai
normal systole 120 mmHg, pemompaan dilakukan hingga 140
mmHg).
6. Buka sekrup balon karet (putar ke bawah) perlahan – lahan (2-3
mmHg/detik) sambil mendengarkan denyutan arteri brakhialis.
7. Dengarkan bunyi denyutan nadi sambil melihat skala manometer.
Denyutan pertama adalah bunyi Korotkoff I (sistole) dan saat
denyutan menghilang sama sekali adalah bunyi Korotkoff V
( diastole). Setelah didaptakan systole dan diastole, kempiskan
manset lalu lepaskan manset
8. Rapikan px dan beritahukan hasil pemeriksaan.
9. Alat – alat dirapikan dan disimpan di tempatnya
10. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
11. Catat hasil pengukuran ke lembar pemeriksaan atau buku catatan.
Evaluasi 1. Evaluasi respon pasien
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Mengakhiri kegiatan dengan baik
Dokumentasi 1. Catat kegiatan yang telah dilakukan dalam catatan keperawatan
2. Catat respon klien
3. Dokumentasikan evaluasi tindakan
4. Tanda tangan dan nama perawat

PEMERIKSAAN NADI
Standard operasional Pemeriksaan Nadi
prosedur
Pengertian Pengukuran getaran / denyut darah di dalam pembuluh darah arteri
akibat kontraksi ventrikel kiri ke jantung.
Tujuan 1. Mengetahui denyut nadi
2. Menilai kemampuan fungsi kardiovaskuler
Indikasi 1. Secara rutin, yaitu di kerjakan bersama-sama pada waktu
mengambil suh badan dan tensi (tekanan darah).
2. Sewaktu-waktu apabila di periluhkan.
3. Atas intruksi dokter.
4. Pada waktu pasien akan, sedang, dan sesudah di operasi/
melahirkan
Kontraindikasi 5. Pengukuran Suhu Oral
6. Klien tidak kooperatif
7. Bayi atau toodler
8. Tidak sadar
9. Dalam keadaan menggigil
Alat dan bahan 1. Arloji
2. stetoskop
3. sarung tangan bersih
4. buku catatan
Persiapan pasien 1.Lakukan tindakan dengan 5S(Senyum,Salam,Sapa,Sopan dan
Santun)
2.Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
Persiapan lungkungan 1.Jaga privasi pasien
2.Ciptakan lingkungan yang aman dan aman
Prosedur pelaksanaan 1. cuci tangan dan pakai sarung tangan
2. Posisikan px ( duduk, berbaring atau berdiri)
3. Anjurkan px untuk rileks
4. Tempelkan 3 ujung jari tengah pada bagian dalam pergelangan
tangan untuk mencari denyutan A. radialis. Tekankan ujung
ketiga jari tengah supaya bisa merasakan denyutan A. radialis,
tetapi jangan terlalu kenceng karena akan menyakiti px.

5. Hitung frekuensi denyut nadi selama 1 menit penuh atau selama


30 detik lalu dikalikan dua.
6. Evaluasi ritme nadi.
7. Rapikan px dan beritahukan hasil pemeriksaan.
8. Alat – alat dirapikan dan disimpan di temaptnya
9. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
10. Catat hasil pengukuran ke lembar pemeriksaan atau buku catatan.
Evaluasi 1. Evaluasi respon pasien
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Mengakhiri kegiatan dengan baik
Dokumentasi 1.Catat kegiatan
2. Catat respon klien
3. Dokumentasikan evaluasi tindakan
4. Tanda tangan dan nama perawat

PEMERIKSAAN SUHU TUBUH

Standard operasional Pemeriksaan Suhu Tubuh


prosedur
Pengertian Suhu tubuh adalah perbedaan antara panas yang dihasilkan tubuh
dengan jumlah panas yang dilepaskan ke lingkungan.
Tujuan Mengetahui suhu tubuh manusia.
Indikasi a.       Pengambilan suhu secara oral (mulut)
1)      Kebiasaan Rumah Sakit
2)      Pada pasien dewasa
3)      Bila tidak dapat dikerjakan pada bagian tubuh yang lain
4)      Atas instruksi dokter
b.      Pengambilan suhu secara Rectal (anus)
1)      Pada bayi, anak, dan pasien dalam keadaan parah
2)      Atas instruksi dokter
3)      Bila tidak dapat dikerjakan pada bagian tubuh yang lain
c.       Pengambilan suhu secara aksila (Ketiak)
1)      Bila tidak dapat dikerjakan pada bagian tubuh yang lain
2)      Atas instruksi dokter
Kontraindikasi a.       Pengambilan suhu secara oral (mulut).
1)      Tidak boleh di lakukan pada pasien yang tidak sadar atau
gelisah.
2)      10 menit sebelum suhu di ambil, pasien tidak boleh
minum atau makan yang panas / yang dingin (es).
3)      Selama thermometer adadi mulut, pasien di karang
berbicara.
4)      Berbahaya bila pecah didalam mulut, pecahnya dapat
melukai selaput lender mulut dan air raksanya dapat
tertelan (bila menggunakan thermometer raksa).
b.      Pengambilan suhu secara rectal (pelepasan).
1)      Pada pasien yan luka di daerah anus.
2)       Pada pasien yang  berpenyakit kelamin.
3)      Selama mengukur suhu pasien harus di jaga, untuk
menghindari bahaya pecahnya reservoir, untuk
mempertahankan reservoir selama waktu pengambilan suhu.
c.       Pengambilan suhu secara aksila (ketiak)
1)      Bayi.
2)       Pasien yang sangat kurus.
3)      Pasien yang luka / kudis ketiak, operasi pada mammae
(payudara).
4)      Pasien harus tenang dan berada si tempat tidur.
5)      Ketiak harus kering dan tertutup rapat.
6)      Tidak boleh ada yang menghalangi antara ketiak dan
thermometer.
7)       Sebelum thermometer di gunakan, di periksa dahulu
apakah air raksa sudah di turunkan atau belum

Alat dan bahan 1. Thermometer sesuai kebutuhan (aksila, rectal, oral atau timpani)
2. Pelumas
3. Wadah yang berisi cairan desinfektan, air sabun dan air bersih
4. Tissue
5. Sarung tangan bersih
6. Baki
7. Alas baki
8. Buku untuk mencatat
Persiapan pasien 1.Lakukan tindakan dengan 5S(Senyum,Salam,Sapa,Sopan dan
Santun)
2.Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
Persiapan lungkungan 1.Jaga privasi pasien
2.Ciptakan lingkungan yang aman dan aman
Prosedur pelaksanaan Termometer Aksila.
1. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
2. Buka dua kancing baju pasien pada bagian atas, atau jika pasien
memakai kaos gulung lengan kaos hingga bahu.
3. Berikan tisu pada px, minta px untuk membersihkan ketiak
dengan tisu. Jika px tidak sadar atau tidak memungkinkan
menekuk tangannya, perawat membantu px membersihkan ketiak
4. Jika menggunakan termometer raksa, periksa terlebih dahulu
apakah raksa sudah menunjukkan angka di bawah 35°C;
turunkan raksa hingga di bawah 35°C sebelum mengukur suhu
tubuh. Jika menggunakan thermometer digital, periksa terlebih
dahulu baterainya.
5. Letakkan bagian logam thermometer tepat di tengah ketiak.
Perhatikan jangan sampai berdesakan dengan baju pasien.

6. Setelah thermometer terpasang dengan tepat, minta pasien untuk


mengempit thermometer. Thermometer tetap di ketiak selama ±
5 menit ( thermometer raksa) atau hingga alarm thermometer
berbunyi ( thermometer digital ).
7. Ambil thermometer dari ketiak px lalu baca hasil pengukuran
suhunya. Masukkan ke dalam cairan desinfektan selama 15
menit, lalu cuci dengan air sabun, dan bilas dengan air bersih.
Jika menggunakan thermometer digital, bersihkan ujung
thermometer dengan kapas alcohol. Segera keringkan setelah
termometer dibersihkan.
8. Turunkan air raksa hingga di bawah 35°C lalu kembalikan pada
tempatnya.
9. Rapikan pasien dan beritahukan hasilnya pada pasien
10. Kembalikan alat yang digunakan pada tempatnya
11. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
12. Dokumentasikan dalam lembar pemeriksaan atau buku catatan
px.

Termometer Rektal :

1. Cuci tangan
2. Buka tutup jelly, oleskan sedikit pada ujung thermometer rectal
3. Buka celana pasien atau singkapkan baju pasien ke atas lalu
bersihkan permukaan luar rectum pasien.
4. Gunakan tangan tidak dominan untuk mengangkat pantat bagian
atas pasien hingga perawat bisa melihat rectum pasien.

Dengan tangan dominan, masukkan thermometer rektal ke dalam


rectum sepanjang 5 – 7,5 cm untuk dewasa dan 1,5 – 2 cm untuk
bayi. Minta pasien untuk menarik napas panjang saat
thermometer dimasukkan dan anjurkan untuk tidak mengedan.
5. Diamkan thermometer selama 3 – 5 menit, lalu ambil
thermometer dari rectum pasien.
6. Baca hasil pengukuran suhu
7. Bersihkan ujung thermometer yang masuk ke dalam rectum
dengan tissue, lalu rendam dalam cairan desinfektan selama 15
menit. Setelah direndam, cuci dengan air sabun dan bilas
dengan air bersih lalu keringkan.
8. Turunkan air raksa hingga di bawah 35°C lalu kembalikan pada
tempatnya.
9. Rapikan pasien dan beritahukan hasilnya pada pasien.
10. Kembalikan alat yang digunakan pada tempatnya
11. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
12. Dokumentasikan dalam lembar pemeriksaan atau buku catatan
pasien.

Termometer Oral

1. Cuci tangan dan pakai sarung tangan


2. Minta pasien untuk mengangkat lidah ke atas. Letakkan ujung
logam thermometer oral tepat di bawah lidah ( di salah satu
frenulum)

3. Minta px untuk mengatupkan bibir dan menahan thermometer


dengan bibir selama 3 – 5 menit, dan tidak berbicara selama
thermometer masih di mulut.
4. Setelah 3-5 menit, ambil thermometer lalu lihat hasilnya. Baca
thermometer dengan cara meletakkan thermometer sejajar
dengan mata.
5. Bersihkan ujung thermometer yang masuk ke dalam mulut
denagn tissue, lalu rendam dalam cairan desinfektan selam 15
menit. Setelah direndam, cuci dengan air sabun dan bilas
denagn air bersih lalu keringka.
6. Turunkan air raksa hingga dibawah 35°C lalu kembalikan pada
tempatnya.
7. Rapikan px dan beritahukan hasilnya pada pasien
8. Kembalikan alat yang digunakan pada tempatnya
9. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan dalam lembar pemeriksaan atau buku caatan
px.
Evaluasi 1. Evaluasi respon pasien
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Mengakhiri kegiatan dengan baik
Dokumentasi 1. Catat kegiatan yang telah dilakukan dalam catatan keperawatan.
2. Catat respon klien
3. Dokumentasikan evaluasi tindakan
4. Tanda tangan dan nama perawat

PEMERIKSAAN FREKUENSI PERNAFASAN

Standard operasional Pemeriksaan Frekuensi Pernafasan


prosedur
Pengertian Seseorang dikatakan bernafas bila menghirup oksigen (O2) dan
mengeluarkan karbondioksida (CO2) melalui sistem pernafasan.
Tujuan 1. Mengetahui frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan
2. Menilai kemampuan fungsi pernafasan.
Indikasi 1. Maternal
a. Masuk RS dengan keluhan pernafasan, misalnya asma, nyeri
dada, tuberkolosis dll. Nyeri dada, sesak nafas, sianosis,
kecelakaan lalu lintas atau gannguan serius lainnya, seperti
perdarahan hebat atau pre eklamsi
b. Selama dan setelah pembedahan
c. Adanya tanda2 perubahan pola nafas yang berkaitan dengan
kesedihan psikologis
2. Bayi
a. Pada saat lahir, sebagai bagian dari skor APGAR
b. Adanya tanda2 sianosis, retraksi strernum, pernafasan cuping
hidung, bunyi nafas sing, misalnya mendengkur atau
pernafasan yang berat / sulit, saat bayi menggunakan energy
yang besar untuk bernafas.
Kontraindikasi -
Alat dan bahan 1. Arloji
2. Jam tangan
3. sarung tangan bersih
4. buku catatan
Persiapan pasien 1.Lakukan tindakan dengan 5S(Senyum,Salam,Sapa,Sopan dan
Santun)
2.Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
Persiapan lungkungan 1.Jaga privasi pasien
2.Ciptakan lingkungan yang aman dan aman
Prosedur pelaksanaan 1. lakukan prosedur ini setelah menghitung frekuensi nadi pasien,
dengan tangan perawat tetap memegang arteri radialis. Alternatif
lainnya, lakukan prosedur ini saat px tidur, sebelum melakukan
pengukuran TTV lainnya. Jika px tampak menahan nafas, tepuk
perlahan bahu atau kakinya untuk merangsang pernafasan
kembali normal.
2. Observasi pergerakan dinding dada, atau rasakan gerakan dinding
dada px. Observasi juga adanya kesulitan bernafas atau
penggunaan otot bantu pernafasan.
3. Hitung frekuensi pernafasan px ( satu kali respirasi adalah satu
inspirasi dan satu ekspirasi) selama satu menit penuh jika
pernafasan tampak ireguler atau sangat lembut. Jika pernafasan
tampak teratur, bisa dihitung selama 30 detik lalu dikalikan 2.
4. Catat ritme, kedalaman dan pola pernafasan ke dalam lembar
pencatatan.
5. Rapikan px dan beritahukan hasil pemeriksaan.
6. Alat – alat dirapikan dan disimpan di temaptnya
7. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
8. Catat hasil pengukuran ke lembar pemeriksaan atau buku catatan.
Evaluasi 1. Evaluasi respon pasien
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Mengakhiri kegiatan dengan baik
Dokumentasi 1. Catat kegiatan yang telah dilakukan dalam catatan keperawatan.
2. Catat respon klien
3. Dokumentasikan evaluasi tindakan: SOAP
4. Tanda tangan dan nama perawat
DAFTAR PUSTAKA

Yuni Kusmiati. 2010. Keterampilan dasar praktik klinik kebidanan. Yogyakarta. Fitramaya

Depkes RI.1994. Prosedur Perawatan Dasar. Jakarta


PENUTUP

A.Kesimpulan

Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi klien atau
mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi. Pengkajian
tanda vital memungkinkan perawat untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan,
mengimplementasikan rencana intervensi dan mengevaluasi keberhasilan bila tanda vital
dikembalikan pada nilai yang dapat diterima.

B.Saran

Pengkajian tanda vital merupakan unsur yang esensial bila perawat dan dokter melakukan
kolaborasi dalam menentukan status kesehatan klien. Teknik pengukuran yang cermat
menjamin temuan yang akurat.
LEMBAR KONSUL

NAMA MAHASISWA : IQBAL FARIQI


NRP : 33412001142
PEMBIMBING : NS., LAILATUL HAFIDAH S.KEP. M.,KES
JUDUL : LAPORAN PENDAHULUAN TANDA-TANDA VITAL (TTV)

TAHUN 2020/2021

No Hari / Tanggal Catatan Bimbingan Paraf


1

6
7

10

11

12

13

14

Anda mungkin juga menyukai