Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA


Diajukan Guna Memenuhi Nilai Matakuliah Komunikasi Keperawatan

Dosen pengampu; Nur Iszakiyah,S.ST.,M.M.,S.kep.,Ns.,M.Kes

Disusun oleh:
Fauzan ( 33412001139 )
2D keperawatan

JURUSAN DIII KEPERAWATAN PRODI KESEHATAN


POLITEKNIK NEGERI MADURA
2021/2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………...… .i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………… ii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG ………………………………………………………………………...3

RUMUSAN MASALAH……...............…………………………………………....................3

TUJUAN………………………………………………………………………………………4

BAB II PEMBAHASAN

KONSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA ……………………………......6

KETERAMPILAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA.…… …………….....6

KETERAMPILAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA.………………..........7

TEKNIK KOMUNIKASI PADA LANSIA ……………………………..……......................8

HAMBATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA…………………................9

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN………………………………………………………………………………11

SARAN……………………………………………………………………………...……….11

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................12


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang melimpahkan rahmat taufik dan hidayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “KOMUNIKASI TERAPEUTIK
PADA LANSIA”. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi
besar Muhammad SAW yang telah mengarahkan kita ke jalan yang lurus, yakni addinul
islam.

Makalah ini di susun dan diajukan untuk memenuhi nilai pada matakuliah komunikasi
keperawatan. Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat saya
harapkan. Saya berharap agar makalah ini dapat di terima, dan bermanfaat bagi saya serta
bagi para pembaca pada umumnya. Amin ya rabbal alamin...
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan
oran lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali
salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya
adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang
maknanya dipacu dan ditransmisikan.Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap
pesan, perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan
distraksi.Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan
pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam
mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran.Instruksi yang berurutan dan sederhana
dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu. (Bruner &
Suddart, 2001: 188).
Mengingat usia individu tidak dapat dielakkan terus bertambah dan berlangsung
konstan dari lahir sampai mati, sedangkan penuaan dalam masyarakat tidak seperti itu,
proporsi populasi lansia relatif meningat di banding populasi usia muda.Pertumbuhan
jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di
dunia. Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada
tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia
di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah Cina, India, dan
Amerika Serikat.Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien
lanjut usia tidak hanya bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga
tergantung dari perhatian terhadap keadaan sosial, ekonomi, kultural dan psikologis
pasien tersebut. Walaupun pelayanan kesehatan secara medis pada pasien lanjut usia
telah cukup baik tetapi mereka tetap memerlukan komunikasi yang baik serta empati
sebagai bagian penting dalam penanganan persoalan kesehatan mereka. Komunikasi
yang baik ini akan sangat membantu dalam keterbatasan kapasitas fungsional, sosial,
ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut usia (William et al., 2007).

2. Rumusan Masalah
Dari penjelasan diatas, dalam pembahasan makalah komunikasi keperawatan ini,
kita akan membahas tentang Komunikasi Terapeuik pada lansia dan konsep dasar
gerontik (lansia), baik itu dari segi definisi sampai pada contoh-contohnya dan aspek-
aspek yang terkait dengan materi tersebut serta contoh kasus penerapan Komunikasi
Terapeutik pada Lansia.
3. Tujuan Penulisan
Tujuan umum dari penyusunan makalah ini adalah agar kita sebagai mahasiswa
keperawatan dapat menerapkan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia. Sehingga kita
dapat mengaplikasikannya dalam praktik klinik ataupun di dunia kerja nanti.
BAB 2
PEMBAHASAN

1. Konsep Komunikasi Terapeutik pada Lansia


A. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik adalah hubungan
kerja sama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku, perasaan, fikiran dan
pengalaman dalam membina hubungan intim terapeutik.Komunikasi dengan
lansia harus memperhatikan faktor fisik, psikologi, lingkungan dalam situasi
individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang tepat. disamping
itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.
(Stuart dan Sundeen, 2013)
B. Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan
kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien.
Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi
tindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati, 2003 : 50).

C. Komunikasi Terapeutik pada lansia


Menurut Wahjudi Nugroho (2008) Komunikasi dengan lansia adalah proses
penyampaian pesan atau gagasan dari petugas atau perawat kepada lanjut usia
dan diperoleh tanggapan dari lanjut usia sehingga diperoleh kesepakatan tentang
isi pesan komunikasi.
Komunikasi yang baik pesannya singkat, jelas, lengkap dan sederhana. Sarana
komunikasi meliputi panca indra manusia (mata, mulut, tangandan jari) dan
buatan manusia (TV, Radio, surat kabar). Sikap penyampaian pesan harus dalam
jarak dekat, suara jelas, tidak terlalu cepat, menggunakan kalimat pendek, wajah
berseri-seri, sambil menatap lansia, sabar, telaten, tidak terburu-buru, dada sedikit
membungkuk dan jempol tangan bersikap mempersilahkan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan agar komunikasi berjalan lancar adalah menguasai bahan atau pesan
yang akan disampaikan, menguasai bahasa setempat, tidak terburu-buru,
memiliki keyakinan, bersuara lembut, percaya diri, ramah, dan sopan.
Lingkungan yang mendukung komunikasi adalah suasana terbuka, akrab, santai,
menjaga tetap ramah, posisi menghormati, dan memahai keadaan lanjut usia.
(Wahjudi Nugroho, 2008)

2. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia


Menurut Lilik Ma’arifatul Azizah (2011) Keterampilan komunikasi terapeutik
pada lanjut usia dapat meliputi :
1. Perawat membuka wawancara dengan memerkenalkan diri dan menjelaskan
tujuan dan lama wawancara.
2. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab berkaitan dengan
pemunduran kemampuan untuk merespon verbal.
3. Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang
sosikulturalnya.
4. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan
dalam berfikir abstrak.
5. Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan
respon nonverbal seperti kontak mata secara langsung, duduk dan menyentuh
pasien.
6. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien
dan distres yang ada.
7. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari
komunikasi dan tindakan.
8. Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan mendengarkan dengan
cermat dan tetap mengobservasi.
9. Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing
bagi pasien.
10. Lingkungan harus dibuat nyaman, kursi harus dibuat senyaman mungkin.
11. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitive,
suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan.
12. Perawat harus mengkonsultasi hasil wawancara kepada keluarga pasien.
13. Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.

3. Karakteristik komunikasi terapeutik pada lansia


Ada 3 hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaiu sebagi
berikut (Arwani, 2003 : 54) :

1. Ikhlas (genuiness)

Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien harus bisa diterima dan
pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan
bantuan kepada pasien untuk mengkonsumsikan kondisi secara tepat

2. Empati (Emphaty)

Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi klien. Objektif dalam


memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan

3. Hangat (warmth)

Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat


memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien
bisa mengekspresikan persaannya lebih mendalam.
4. Teknik Komunikasi Pada Lansia

Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain


pemahaman yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau 
perawat juga harus mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang di
lakukan dapat berlangsung secara lancar dan sesuai dengan tujuan yang
diinginkan.
Beberapa teknik komunikasi yang dapat di terapkan antara lain:
a. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara
dengan menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan
memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau
pembicaraan dapat di mengerti. Asertif merupakan pelaksanaan dan etika
berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kesehatan untuk
menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.
b. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien
merupakana bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat
mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun
hendaknya menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut misalnya
dengan mengajukan pertanyaan ‘apa yang sedang bapak/ibu fikirkan saat ini,
‘apa yang bisa bantu…?  berespon berarti bersikap aktif tidak menunggu
permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan
menciptakan perasaan tenang bagi klien.
c. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-
pertanyaan di luar materi yang di inginkan, maka perawat hendaknya
mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu di perhatikan karena
umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin tidak
relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.
d. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis
secara bertahap  menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan
ini perlu di sikapi dengan menjaga kesetabilan emosi klien lansia, misalnya
dengan mengiyakan, senyum dan mengagukan kepala ketika lansia
mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat menghargai selama lansia
berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia
sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya. Dengan demikaian di
harapkan klien termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai dengan
kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara materiil maupun
moril, petugas kesehatan jangan terkesan menggurui atau mangajari klien
karena ini dapat merendahan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas
kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi motivasi,
meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau
mengajari misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya,
untuk itu bapak/ibu dapat melaksanakanya dan bila diperlukan kami dapat
membantu’.
e. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses
komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara
mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali
perlu di lakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat di terima
dan di persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa menerima apa yang saya
sampaikan tadi? bisa minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan kembali apa
yang saya sampaikan tadi?.
f. Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-
perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini
bila tidak di sikapai dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan
jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik,
namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan
kerusakan hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.

5. Hambatan Komunikasi Terapeutik pada Lansia

1) Pasien dengan Defisit Sensorik


Beberapa pasien menunjukkan defisit pendengaran dan penglihatan
yang terkait dengan usia, keduanya memerlukan adaptasi dalam
berkomunikasi. Penelitian mengindikasikan bahwa 16% - 24% individu
berusia lebih dari 65 tahun mengalami pengurangan pendengaran yang
mempengaruhi komunikasi (Crews & Campbell, 2004 ; Mitchell, 2006).
Bagi mereka yang berusia diatas 80 tahun, jumlah gangguan sensorik
meningkat menjadi lebih dari 60% (Chia etal., 2006). Aging/penuaan
mengakibatkan penurunan fungsi pendengaran yang dikenal sebagai
presbyacussis, yang terutama berkenaan dengan suara berfrekuensi tinggi.
Suara berfrekuensi tinggi adalah suara konsonan yang berdampak pada
pemahaman pasien diawal dan akhir kata. Sebagai contoh, jika anda berkata
“Take the pill in the morning (Minumlah pil dipagi hari)”, pasien akan
mendengar vokal dalam kata tetapi pasien dapat berpikir anda berkata “Rake
the hillin the morning (Dakilah bukit dipagi hari)” (Fook & Morgan, 2000 ;
Ross et al., 2007).Gangguan visual yang berhubungan dengan usia meliputi
reduksi diameter pupil; lensa mata menguning, yang mempersulit untuk
membedakan warna dengan panjang gelombang pendek seperti lavender,
biru, dan hijau; dan menurunkan elastisitas ciliary muscles, yang
mengakibatkan penurunan akomodasi ketika bahan cetakan dipegang
diberbagai jarak. Kebanyakan pasien lanjut usia mengalami penyakit mata
yang menurunkan ketajaman penglihatan (mis. katarak, degenerasi macular,
glaucoma, komplikasi ocular pada diabetes).

2) Pasien dengan Demensia


Amerika Serikat pada tahun 2008 diprediksi memiliki lebih kurang 5,2
juta penduduk berusia lanjut yang diantaranya menderita beberapa bentuk
demensia, dan jumlahnya diprediksi akan meningkat dua kali lipat pada 30
tahun yang akan datang (Hingle & Sherry, 2009). Sebagai akibatnya, dokter
dapat berharap untuk menemui lebih banyak pasien demensia dan pasien
tersebut datang berkunjung ke dokter ditemani oleh anggota keluarga atau
perawat nonformal lain (Vieder et al.,2002). (istilah caregiver digunakan
dari point ini untuk merujuk pada setiap orang yang menemani kunjungan
yang merupakan informal caregiver). Penilaian dan pengobatan pasien
lanjut usia dengan demensia juga akan sangat membantu bila melibatkan
caregiver (Roter, 2000).Ada banyak tingkatan demensia, yang memiliki
berbagai kesulitan komunikasi. Pasien pada stadium awal sering mengalami
masalah untuk menemukan kata yang ingin disampaikan, pasien banyak
menggunakan kata-kata yang tidak memiliki makna, seperti “hal ini”,
“sesuatu”, dan “anda tahu”. Pada demensia parah, pasien dapat
menggunakan jargon yang tidak dapat dipahami atau bisa hanya berdiam
diri (Orange & Ryan, 2000).Demensia memiliki efek yang merugikan pada
penerimaan dan ekspresi komunikasi pasien. Sebagian besar pasien
mengalami kehilangan memori dan mengalami kesulitan mengingat
kejadian yang baru terjadi. Sebagian pasien demensia memiliki rentang
konsentrasi yang sangat singkat dan sulit untuk tetap berada dalam satu
topik tertentu (Miller, 2008).

3) Pasien yang Ditemani oleh Caregiver


Karakteristik utama kunjungan poliklinik geriatri adalah adanya orang
ketiga, dengan seorang anggota keluarga atau caregiver informal lainnya
yang hadir sedikitnya pada sepertiga kunjungan geriatrik (Roter, 2000).
Meskipun caregiver dapat mengasumsikan berbagai peran, termasuk
pendukung, peserta pasif, atau antagonis, pada sebagian besar kasus,
caregiver menempatkan kesehatan orang yang mereka cintai sebagai
prioritasnya. Caregiver sangat penting untuk sistem perawatan kesehatan
lanjut usia. Mereka tidak hanya membantu dengan nutrisi, aktivitas
kehidupan sehari-hari, tugas rumah tangga, pemberian obat, transportasi,
dan perawatan lain untuk pasien lanjut usia, caregiver membantu
memudahkan komunikasi antara dokter dan pasien serta mempertinggi
keterlibatan pasien dalam perawatan mereka sendiri (Clayman et al., 2005 ;
Wolff & Roter, 2008). Juga merupakan hal penting untuk memperlakukan
pasien lanjut usia dalam konteks atau sudut pandang caregiver-nya agar
didapatkan hasil terbaik bagi keduanya (Griffith et al., 2004).
III

PENUTUP

Kesimpulan

Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian khusus.Perawat harus waspada


terhadap perubahan fisik psikologi, emosi, dan social yang mempengaruhi pola
komunikasi. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga menghalangi proses
pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran terhadap suara. Komunikasi yang biasa
dilakukan lansia bukan hanya sebatas tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan
pengalaman, tetapi juga hubungan intim yang terapeutik.Manfaat komunikasi terapeutik
adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui
hubungan perawat dan pasien serta mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji
masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat. Teknik komunikasi yang
baik akan memperbaiki outcome pasien lanjut usia dan caregiver-nya. Bukti
mengindikasikan bahwa outcome perawatan kesehatan untuk orang tuatidak hanya
tergantung pada perawatan kebutuhan biomedis tetapi juga tergantung pada hubungan
perawatan yang diciptakan melalui komunikasi yang efektif. Dengan komunikasi yang
efektif antara perawat – pasien lanjut usia :
1) Pasien dan keluarganya dapat menceritakan gejala dan masalahnya, yang akan
memungkinkan perawat memberikan pelayanan sesuai dengan masalah dan
kebutuhan pasien lansia.
2) Instruksi dan saran perawat akan lebih mungkin untuk ditaati.

Saran

Bagi perawat harus memahami tentang aplikasi komunikasi terapeutik pada lansia
agar pemeriksaan pasien lansia di rumah sakit berjalan dengan lancar dan Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat banyak sekali kesalahan. Besar
harapan kami kepada para pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.

Azizah, Lilik Ma’arifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu

Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed 2. Jakarta : EGC.

Adelman, R.D., Greene, M.G., Ory, M.G. 2000. Communication between older patients
and

their physicians. Clin Geriatr Med

William, S.L., Haskard, K.B., Dimatteo, M.R. 2007. The therapeutic effects of the

physician-older patient relationship: effective communication with vulnerable older

patients. Clin Interv Aging

Kushariyadi. 2010. Asuhan keperawatan pada klien lanjut usia. Jakarta : Salemba Medika

Indrawati. 2003. Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta : EGC

Arwani. 2003. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai