Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK

PADA LANSIA

Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah komunikasi terapeutik keperawatan

DISUSUN OLEH:

Afifah Nabila Putri (211211769)

Linda Marlina (211211797)

Silvy Dwi Puteri (211211817)

Uswatun Hasanah (211211822)

TINGKAT:

2A

Dosen Pengampu:

Ns.Yola Yolanda, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya Makalah dengan judul Komunikasi Terapeutik pada Pasien
Lansia. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kuliah Komunikasi
Keperawatan serta membantu mengembangkan kemampuan pemahaman
pembaca terhadap Komunikasi Terapeutik pada pasien Lansia.Pemahaman
tersebut dapat di pahami melalui pendahuluan, pembahasan masalah,
serta penarikkan garis kesimpulan dalam makalah ini.

Makalah ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga
dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dalam menyusun
makalah ini,kami banyak mendapatkan bantuan bimbingan dari berbagai pihak,
untuk itu melalui kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dosen pembimbing Ibu Ns.Yola Yolanda, M.Kep

2. Rekan-rekan yang telah banyak membantu serta yang telah


memberikan masukan-masukan dalam penyusunan makalah ini.

Di dalam makalah ini dapat kami temukan informasi yang berguna untuk
mengetahui dan menambah wawasan masyarakat tentang Komunikasi
Terapeutik pada Pasien Lansia.Makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari
itu penulis membutuhkan kritik dan saranyang membangun.

Padang, 2 Oktober 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………1

A. Latar Belakang……………………………………………………………...1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………..2

C. Tujuan Masalah……………………………………………………….........2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….4

A. Komunikasi Terapeutik Pada Lansia……………………………………….4


B. Keterampilan Komunikasi Terapeutik……………………………………..4
C. Prinsip Gerontologi Untuk Komunikasi……………………………………4
D. Karakteristik Komunikasi Terapeutik Pada Lansia………………………...5
E. Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi……………....6
F. Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Lansia……………………………....9
G. Teknik Komunikasi Lansia Pada Reaksi Penolakan……………………….9
H. Teknik Komunikasi Pada Lansia………………………………...………...10
I. Teknik Komunikasi Lansia Pada Reaksi Penolakan……………………...12
J. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia…………....13
K. Hambatan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia…………………………..14

SKENARIO ROLEPLAY KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA

PEMERIKSAAN TTV KEPADA PASIEN LANSIA………………………..20

BAB III PENUTUP…………………………………………………………...25

A. Kesimpulan………………………………………………………………...25
B. Saran……………………………………………………………………….25

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang


memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan
meningkatkan kontrak dengan orang lain karena komunikasi dilakukan oleh
seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bawa komunikasi
adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah prosesyang kompleks
yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu
berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu
merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya
dipacu dan ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap
pesan, perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan
distraksi.

Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan


pesan karena arti suatu kata sering kalitelah lupa atau ada kesulitan dalam
mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran.Instruksi yang berurutan dan
sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat
membantu. (Bruner & Suddart, 2001: 188).

Oranglanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dun


ia.Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada
tahun 2020,atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah
lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah Cina, India,
dan Amerika Serikat.

Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut
usia tidak hanya bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga
tergantung dari perhatian terhadap keadaan sosial, ekonomi, kultural dan
psikologis pasien tersebut. Walaupun pelayanan kesehatan secara medis pada
pasien lanjut usia telah cukup baik tetapi mereka tetap memerlukan

1
komunikasi yang baik serta empati sebagai bagian penting
dalam penanganan persoalan kesehatan mereka. Komunikasi yang baik ini ak
an sangat membantu dalam keterbatasan kapasitas fungsional, sosial, ekonomi,
perilaku emosi yanglabil pada pasien lanjut usia (Williamet al., 2007).

Seseorang yang mengalami kepikunan, mungkin mengalami kesulitan


untuk mengertiapa yang dikatakan orang lain atau untuk mengatakan apa yang
pasien pikirkan dan inginkan. Hal ini sangat mengecewakan dan
membingungkan pasien dan pemberi asuhan.oleh karena itu, perawat perlu
menciptakan komunikasi yang mudah. (Wahjudi Nugroho,2008)2.2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah


makalah ini adalah:

1. Apa itu Komunikasi Terapeutik Pada Lansia?


2. Bagaimana Keterampilan Komunikasi terapeutik pada Lansia?
3. Apa Prinsip Gerontologi Untuk Komunikasi?
4. Apa Karakteristik Komunikasi Terapeutik Pada Lansia?
5. Bagaimana Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi?
6. Bagaimana Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Lansia?
7. Bagaimana Teknik Komunikasi Lansia Pada Reaksi Penolakan?
8. Apa saja Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Berinteraksi Pada Lansia?
9. Apa saja Hambatan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan makalah ini adalah agar kita sebagai
mahasiswa keperawatan dapat menerapkan Komunikasi Terapeutik Pada
Lansia. Sehingga kita dapat mengaplikasikannya dalam praktik klinik
ataupun di dunia kerja nanti.
2. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penulisan makalah ini adalah:

2
1) Mahasiswa dapat menjelaskan Konsep Komunikasi Terapeutik pada
Lansia.

2) Mahasiswa dapat menjelaskan Konsep Dasar Keperawatan Gerontik.

3) Mahasiswa dapat menerapkan dan mempraktekan Komunikasi


Terapeutik pada Lansia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Terapeutik


Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar,bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien.Komunikasi terapeutik adalah hubungan
kerja sama yang ditandai dengan memukar perilaku,perasaan,dan
pengalaman dalam membina hubungan intim terapeutik.
Komunikasi dengan lansia harus memperhatikan faktor fisik,
psikologi,lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan
ketrampilan komunikasi yang tepat.Disamping itu juga memerlukan pemikiran
penuh serta memperhatikan waktu yang tepat.(Stuart dan Sundeen, 2013)
B. Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan
menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan
perawatdan pasien.Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji
masalah danevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati,
2003 :50).
C. Komunikasi Terapeutik pada lansia
Menurut Wahjudi Nugroho (2008) Komunikasi dengan lansia adalah proses
penyampaian pesan atau gagasan dari petugas atau perawat kepada lanjut usia
dan diperoleh tanggapan dari lanjut usia sehingga diperoleh kesepakatan
tentang isi pesan komunikasi.
Komunikasi yang baik pesannya singkat, jelas, lengkap dan
sederhana.Sarana komunikasi meliputi panca indra manusia (mata, mulut,
tangan dan jari)dan buatan manusia (TV, Radio, surat kabar). Sikap
penyampaian pesan harus dalam jarak dekat, suara jelas, tidak terlalu cepat,
menggunakan kalimat pendek,wajah berseri-seri, sambil menatap lansia, sabar,
telaten, tidak terburu-buru, dada sedikit membungkuk dan jempol tangan
bersikap mempersilahkan.

4
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi berjalan lancar adalah
menguasai bahan atau pesan yang akan disampaikan, menguasaibahasa setem
pat, tidak terburu-buru,memiliki keyakinan, bersuara lembut, percaya diri,
ramah, dan sopan.Lingkungan yang mendukung komunikasi adalah suasana
terbuka, akrab, santai,menjaga tetap ramah, posisi menghormati, dan memahai
keadaan lanjut usia.(Wahjudi Nugroho, 2008)
D. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia

Menurut Lilik Ma’arifatul Azizah (2011) Keterampilan komunikasi


terapeutik pada lanjut usia dapat meliputi :

1. Perawat membuka wawancara dengan memerkenalkan diri dan


menjelaskan tujuan dan lama wawancara.

2. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab berkaitan


dengan pemunduran kemampuan untuk merespon verbal.

3. Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar
belakang sosikulturalnya.

4. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia


kesulitan dalam berfikir abstrak.

5. Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan


memberikan respon nonverbal seperti kontak mata secara langsung,
duduk dan menyentuh pasien.

6. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda


kepribadian pasien dan distres yang ada.

7. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari


komunikasi dan tindakan.

8. Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan mendengarkan


dengan cermat dan tetap mengobservasi.

5
9. Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan
asing bagi pasien.

10. Lingkungan harus dibuat nyaman, kursi harus dibuat senyaman


mungkin.

11. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang


sensitive,suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan
penglihatan.

12. Perawat harus mengkonsultasi hasil wawancara kepada keluarga


pasien.

13. Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.

Respon perilaku juga harus diperhatikan, karena perilaku merupakan


dasar yang paling penting dalam perencanaan keperawatan pada
lansia.Perubahan perilaku merupakan gejala pertama dalam beberapa
gangguan fisikdan mental. Jika mungkin, pengkajian harus dilengkapi
dengan kondisi lingkungan rumah, ini menjadi modal pada faktor
lingkungan yang dapat mengurangi kecemasan pada lansia. Pengkajian
tingkah laku termasuk mendefinisikan tingkah laku, frekuensinya, durasi
dan factor presipitasi.Ketika terjadi perubahan perilaku ini sangat penting
untuk dianalisis

E. Prinsip Gerontologis Untuk Komunikasi


Menurut Wahjudi Nugroho (2008) Lanjut usia yang mengalami penurunan
daya ingat mengalami kesulitan untuk mengerti apa yang dikatakan orang
lain.Hal ini sangat mengecewakan dan membingungkan lansia dan
perawat oleh karenitu, perlu diciptakan komunikasi yang mudah antara lain :

1. Buat percakapan yang akrab.

a. Sebutkan nama orang tersebut untuk menarik perhatiannya

b. Bicara langsung pada orang tersebut dan bertatap muka langsung.

6
c. Sentuh lengannya agar ia terfokus pepada pembicaraan

2. Pakailah kalimat yang pendek dan sederhana.

a. Gunakan kalimat yang singkat dan mudah dimengerti

b. Bicara dengan singkat dan jelas

3. Ulangi kalimat secara tepat.

a. Apabila orang tersebut tidak mengerti suatu kata, ganti dengan kata
lain yang mempunyai arti sama.

b. Ulangi apa yang telah dikatakan dan gunakan kata-kata yang sama,
gerak,nada yang sama pula.

4. Berkata yang tepat.

a. Katakan, “ini buburmu”, bukan “sekarang waktu untuk sarapan”

b. Katakan, “kakek, ini kacamatamu?”, bukan “kakek butuh ini?”

c. Hilangkan kata-kata “kamu masih ingat?”

5. Beri pilihan yang sederhana.

a. Ajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban “iya” atau “tidak”.

b. Batasi pilihan dalam pertanyaan seperti “ apakah kakek mau minum


teh?”, bukan “apakah kakek mau minum sesuatu?”

6. Pakailah etiket, Tempelkan etiket pada barang-barang yang sering


dipakai,misalnya :

a. Gambar toilet pada pintu WC.

b. Gambar kepala diguyur air gayung yang ditempel dipintu kamar


mandic.

c. Gambar mangkuk sayur yang ditempel pada pintu lemari makan.

7. Pakai isayarat, bukan kata-kataa.


7
a. Lambaikan tangan atau sentuh lengannya dengan lemah lembut untuk
memberi salam.

b. Senyum dan menganggukan kepala untuk menyatakan bahwa anda


mengerti maksudnya.

c. Memberi isyarat dengan lengan untuk mengajak ikut serta dalam


suatu kegiatan.

d. Gunakan sentuhan apabila ia bingung.

e. Lihat dan dengarkan apakah ada “gelagat” dalam ingkah lakunya


karena ia sering mondar-mandir, berarti ia perlu ketoilet.

f. Sadari bahasa tubuh atau ekspresi wajah, nada suara, dan sikap badan
anda karena klien mungkin tidak mengerti apa yang anda katakan,
tetapi ia akan mengerti tanda nonverbal.

8. Buat keputusan yang tepat.

a. Berhenti berbicara dan dengarkan apa yang dikatakan klien tersebut.

b. Ulangi apa yang anda dengar, misalnya “kamu sekarang lapar,


bukan ?”

c. Pikirkan apa yang sebenarnya dimaksud oleh orang tersebut “saya


ingin pulang kerumah”mungkin hal tersebut berarti ia cemas dan
butuh ketentr aman hati.

d. Kenali nada dan kata-katanya.

e. Beri waktu pada untuk berfikirf.

f. Tawarkan bantuan walaupun anda tidak mengerti maksudnya.

9. Kurangi gangguan.

a. Bercakap-cakap dalam suasana yang sepi, tenang, tanpa


gangguankegiatan yang lain.

8
b. Dorong lansia untuk memakai kacamata dan alat pendengar.

c. Berbincang-bincang sambil bertatap muka.

d. Dekati klien dari depan, jangan membuatnya kaget.

F. Karakteristik komunikasi terapeutik pada lansia


Ada 3 hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaiu
sebagi berikut (Arwani, 2003 : 54) :

1. Ikhlas (genuiness) Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien harus
bisaditerimadan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal a
kan memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkonsumsikan kondisi
secara tepat,

2. Empati (Emphaty)Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi klien.


Objektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak
berlebihan.

3. Hangat (warmth)Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan


diharapkan pasien dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa
rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan persaannya lebih
mendalam.

G. Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi


Menurut Lilik Ma’rifatul Azizah (2011) pendekatan perawatan lanjut usia
antara lain:

a. Pendekatan fisik

Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian,yang


dialami, peruban fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisadi
capai dan dikembangkan serta penyakit yang dapat
dicegah progresifitasnya. Pendekatan ini relative lebih mudah di laksanak
an dan dicarikan solusinya karena riil dan mudah di observasi.

b. Pendekatan psikologis

9
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada
perubahan prilaku, maka umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama
Untuk melaksanakan pendekatan ini perawat berperan sebagai konselor,
advokat,supporter, interpreter terhadap sesuatu yang asing atau sebagai
penampung masalah-masalah yang pribadi dan sebagai sahabat yang
akrab bagi klien.
c. Pendekatan social
Pendekatan ini dilakukan untuk meningkatkan
keterampilan berinteraksi dalam lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar
pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatankelompo
merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi
dengan sesama klien maupun dengan petugas kesehatan.
d. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa membeikan kepuasan batin dalam hubunganya dengan
Tuhan atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan
sakit.
H. Teknik Komunikasi Pada Lansia
Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia,
selain pemahaman yang memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehat
anatau perawat juga harus mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi
yang di lakukan dapat berlangsung secara lancar dan sesuai dengan tujuan yang
diinginkan.

Beberapa teknik komunikasi yang dapat di terapkan antara lain:

a. Teknik asertif

Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara


dengan menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan
memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi
atau pembicaraan dapat di mengerti. Asertif merupakan pelaksanaan
dan etika berkomunikasi. Sikap ini akan sangat membantu petugas kese
hatan untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan klien lansia.

10
b. Responsif

Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien


merupakana bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat
mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun
hendaknya menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut
misalnya dengan mengajukan pertanyaan ‘apa yang sedang bapak/ibu
fikirkan saat ini,‘apa yang bisa bantu…?berespon berarti bersikap aktif
tidak menunggu permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas
kesehatan ini akan menciptakan perasaan tenang bagi klien.

c. Fokus

Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap


materi komunikasi yang di inginkan. Ketika klien
mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di luar materi yang di inginkan
, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya
ini perlu di perhatikan karena umumnya klien lansia senang
menceritakan hal-hal yang mungkin tidak relevan untuk kepentingan
petugas kesehatan.

d. Supportif

Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik


maupun psikis secara bertahap menyebabkan emosi klien relative menj
adi labil perubahanini perlu di sikapi denganmenjaga kesetabilan emosi
klien lansia,misalnya dengan mengiyakan, senyum dan mengagukan
kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat
menghargai selama lansia berbicara.

Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansiasehingga


lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya. Dengan demikaian
diharapkan klien termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai dengan
kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara materiil
maupunmoril, petugas kesehatan jangan terkesan menggurui atau

11
mangajari klienkarena ini dapat merendahan kepercayaan klien kepada
perawat atau petugas kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa
memberi motivasi,meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan
menggurui atau mengajari misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih
berpengalaman dari saya,untuk itu bapak/ibu dapat melaksanakanya dan
bila diperlukan kami dapat membantu’.

e. Klarifikasi

Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses


komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara
mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu
kali perlu di lakukanoleh perawat agar maksudpembicaraan kita dapat d
i terimadan di persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa menerima
apa yang sayasampaikan tadi? bisa minta tolong bapak/ibu untuk
menjelaskan kembali apayang saya sampaikan tadi?.

f. Sabar dan Ikhlas

Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya


mengalami perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan keka
nak-kanakan perubahan ini bila tidak di sikapai dengan sabar dan ikhlas
dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga
komunikasi yang dilakukan tidak terapeutik, namun dapat berakibat
komunikasi berlangsunge mosional dan menimbulkan kerusakan
hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.

I. Teknik Komunikasi Lansia Pada Reaksi Penolakan


Menurut Wahjudi Nugroho (2008), Penolakan adalah ungkapan ketidak
mampuan seseorang untuk mengakui secara sadar terhadap pikiran,keinginan,
perasaan atau kebutuhan pada kejadiaan-kejadian nyata atau sesuatu yang
merupakan ancaman. Penolakan merupakan reaksi ketidaksiapan lansia
menerima perubahan yang terjadi pada dirinya. Perawat dalam menjamin
komunikasi perlu memahami kondisi ini sehingga dapat menjalin komunikasi
yang efektif, tidak menyinggung perasaan lansia yang relatif sensitif.Ada
12
beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia
dengan reaksi penolakan, antara lain :

1) Kenali segera reaksi penolakan klien

2) Membiarkan klien lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu


tertentu.Hal ini merupakan mekanisme penyesuaian diri sejauh tidak
membahayakan klien, orang lain serta lingkunganya.

3) Orientasikan klien lansia pada pelaksanan perawatan diri sendiri

4) Langkah tersebut bertujuan untuk mempermudah proses penerimaan klien


terhadap perawatan yang akan di lakukan serta upaya untuk memandirikan
klien.

5) Libatkan keluarga atau pihak keluarga terdekat dengan tepat.

6) Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan


memperoleh sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan
rencana /tindakan dapat terealisasi dengan baik dan tepat.

J. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berinteraksi pada lansia

a. Menunjukkan rasa hormat,seperti “bapak” “ibu” kecuali apabila


sebelumnya pasien telah meminta anda untuk memanggil panggilan
kesukaannya.

b. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien.

c. Pertahankan kontak mata dengan pasien.

d. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan adalah


kunci komunikasi efektif.

e. Beri kesempatan pasien untuk menyampaikan perasaannya.

f. Berbicara dengan pelan, jelas, tidak harus berteriak, menggunakan


bahasadan kalimat yang sederhana.

g. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien.


13
h. Hindari kata-kata medis yang tidak dimengerti pasien.

i. Menyederhanakan atau menuliskan instruksi.

j. Mengenal dahulu kultur dan latar belakang budaya pasienk.

k. Mengurangi kebisingan saat berinteraksi, beri kenyamanan, dan


beri penerangan yang cukup saat berinteraksi.

l. Gunakan sentuhan lembut dengan sentuhan ringan di tangan. Lengan,


atau bahu.

m. Jangan mengabaikan pasien saat berinteraksi.

K. Hambatan Komunikasi Terapeutik pada Lansia

1) Pasien dengan Defisit Sensorik

Beberapa pasien menunjukkan defisit pendengaran dan penglihatan yang


terkait dengan usia, keduanya memerlukan adaptasi
dalam berkomunikasi. Penelitian mengindikasikan bahwa 16% - 24% individu ber
usia lebih dari 65 tahun mengalami pengurangan pendengaran yangmempengaruhi
komunikasi (Crews & Campbell, 2004 ; Mitchell, 2006).Bagi mereka yang berusia
diatas 80 tahun, jumlah gangguan sensorik meningkat menjadi lebih dari 60%
(Chiaet al., 2006).

Aging/penuaan mengakibatkan penurunan fungsi pendengaran yang dikenal


sebagai presbyacussis, yang terutama berkenaan dengan suara berfrekuensi
tinggi.Suara berfrekuensi tinggi adalah suara konsonan yang berdampak
pada pemahaman pasien diawal dan akhir kata. Sebagai contoh, jika anda
berkata“Take the pill in the morning(Minumlah pil dipagi hari)”, pasien akan
mendengar vokal dalam kata tetapi pasien dapat berpikir anda berkata “Rakethe
hill in the morning(Dakilah bukit dipagi hari)” (Fook & Morgan, 2000 ;Rosset al .,
2007). Gangguan visual yang berhubungan dengan usia meliputireduksi diameter
pupil; lensa mata menguning, yang mempersulit untuk membedakan warna dengan
panjanggelombangpendeksepertilavender, biru, dan hijau; dan menurunkan elastis

14
itasciliary muscles, yang mengakibatkan penurunan akomodasi ketika bahan
cetakan dipegang diberbagai jarak.

Kebanyakan pasien lanjut usia mengalami penyakit matayang menurunkan


ketajaman penglihatan (mis. katarak, degenerasi macular,glaucoma, komplikasi
ocular pada diabetes). Lebih dari 15%
orangtua berusia lebih dari 70 tahun melaporkan penglihatannya yang buruk, dan2
2% lagi melaporkan penglihatannya hanya cukup untuk jarak tertentu (Crews &
Campbell, 2004). Bagi mereka yang berusia diatas 80 tahun, 30%melaporkan
penglihatannya yang terganggu (Chiaet al., 2006).

2) Pasien dengan Demensia

Amerika Serikat pada tahun 2008 diprediksi memiliki lebih kurang5,2 juta
penduduk berusia lanjut yang diantaranya menderita
beberapa bentuk demensia, dan jumlahnya diprediksi akan meningkat dua kali lip
at pada 30 tahun yang akan datang (Hingle & Sherry, 2009). Sebagaiakibatnya,
dokter dapat berharap untuk menemui lebih banyak pasien demensia dan pasien
tersebut datang berkunjung ke dokter ditemani oleh anggota keluarga atau perawat
nonformal lain (Viederet al .,2002). (istilah caregiver digunakan dari point ini
untuk merujuk pada setiap orang yang menemani kunjungan yang merupaka
informal caregiver).Penilaian dan pengobatan pasien lanjut usia dengan
demensia juga akan sangat membantu bila melibatkan caregiver(Roter, 2000).

Ada banyak tingkatan demensia,yang memiliki berbagai kesulitan komunikasi.


Pasien pada stadium awal sering mengalami masalah untuk menemukan kata yang
ingindisampaikan, pasien banyak menggunakan kata-kata yang tidak memilikima
kna, seperti“hal ini”, “sesuatu”, dan “anda tahu”. Pada demensia parah, pasien
dapat menggunakan jargon yang tidak dapat dipahami atau bisa hanya berdiam diri
(Orange & Ryan, 2000).

Demensia memiliki efek yang merugikan


pada penerimaan dan ekspresi komunikasi pasien. Sebagian besar pasienmengala
mi kehilangan memori dan mengalami kesulitan mengingat kejadian yang baru

15
terjadi. Sebagian pasien demensia memiliki rentang konsentrasi yang sangat
singkat dan sulit untuk tetap berada dalam satutopik tertentu (Miller, 2008).

3) Pasien yang Ditemani oleh Caregiver

Karakteristik utama kunjungan poliklinik geriatri adalah adanya orang ketiga,


dengan seorang anggota keluarga atau caregiver informal lainnya yang hadir
sedikitnya pada sepertiga kunjungan geriatrik (Roter, 2000).Meskipun caregiver
dapatmengasumsikanberbagaiperan,termasuk pendukung, peserta pasif, atau antag
onis, pada sebagian besar kasus,caregiver menempatkan kesehatan orang yang
mereka cintai sebagai prioritasnya.

Caregiver sangat penting untuk sistem perawatan kesehatanlanjut usia. Mereka


tidak hanya membantu dengan nutrisi, aktivitas kehidupan sehari-hari, tugas rumah
tangga, pemberian obat, transportasi,dan perawatan lain untuk pasien lanjut
usia,caregiver membantu memudahkan komunikasi antara dokter dan pasien serta
mempertinggi keterlibatan pasien dalam perawatan mereka sendiri
Jugamerupakanhalpentinguntukmemperlakukan pasien lanjut usia dalam konteks
atau sudut pandang caregiver-nya agar didapatkan hasil terbaik bagi keduanya
(Griffithet al, 2004).

Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia :

Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan


terganggu apabila ada sikap agresif dan sikap nonasertif.

1. Agresif

Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan


prilaku- prilaku di bawah ini:

1) Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)

2) Meremehkan orang lain

3) Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain

4) Menonjolkan diri sendiri

16
5) Pempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan
maupun tindakan.

2. Non asertif

Tanda-tanda dari non asertif ini antara lain :

1) Menarik diri bila di ajak berbicara

2) Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)

3) Merasa tidak berdaya

4) Tidak berani mengungkap keyakinaan

5) Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya

6) Tampil diam (pasif)

7) Mengikuti kehendak orang lain

8) Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan


baikdengan orang lain.

Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar seiring
dengan menurunya fisik dan pskis klien namun sebagai tenaga kesehatan yang
professional perawat di tuntut mampu mengatasi hambatan tersebut untuk itu perlu
adanya teknik atau tips-tips tertentuyang perlu di perhatikan agar komunikasi
berjalan dengan efektif antaralain :

1) Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien

2) Keraskan suara anda jika perlu

3) Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah diaagar dia


dapat melihat mulut anda.

4) Atur lingkungan sehinggga menjadi kondusif untuk komunikasi yang


baik. Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya
pencahayaan yang cukup.

17
5) Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat
kelemahannya.Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan
hasil bahwa klien tidak kooperatif.

6) Jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan


orang yang tidak mengalami gangguan.
Sebaliknya bertindaklah sebagai partner yang tugasnya memfasilitasi
klienuntuk mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.

7) Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan


kalimat pendek dengan bahasa yang sederhana.

8) Bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual.

9) Serasikan bahasa tubuh anda denagn pembicaraan anda,misalnya ketika


melaporkan hasil tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan bahwa
berita tersebut adalah bagus seharusnyadi buktikan dengan ekspresi,
postur dan nada suara anda yang menggembirakan (misalnya denagn
senyum, ceria atau tertawa secukupnya).

10) Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.

11) Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan


menjawab pertanyaan anda.

12) Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung,


tahan keinginan anda menyelesaikan kalimat.

13) Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulitmen dengarkanya.

14) Arahkan ke suatu topic pada suatu saat.

15) Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat


ruangan bersama anda. Orang ini biasanya paling akrab dengan pola
komunikasi klien dan dapat membantu proses komunikasi.

18
SKENARIO ROLEPLAY KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA
PEMERIKSAAN TTV KEPADA PASIEN LANSIA

Pemeran:

Perawat 1 : Uswatun Hasanah

Perawat 2 : Linda Marlina

Keluarga (Anak Pasien) : Afifah Nabila Putri

Pasien(Nenek) : Silvy Dwi Puteri

 Fase Pra Interaksi

Pada jam 07.00 dua orang perawat akan melakukan pemeriksaan TTV untuk
melihat perkembangan kondisi pada pasien lansia yang bernama Ny. Silvy. Ia
menderita penyakit hipertensi yang dirawat di ruang melati Rumah Sakit ME
RCU, saat itu Ny.Sily ditemani oleh Anak pertamanya.

 Fase Orientasi

(Perawat 1 dan Perawat 2 mendatangi Ny. Silvy di ruang perawatan.)

P1 dan P2 : Assalamu’alaikum.

Keluarga : Wa’alaikum salam.

P1 dan P2 : Selamat pagi ibu (sambil tersenyum tersenyum)

Keluarga : Pagi juga bu (Nenek sedikit kebingungan melihat kedatangan peraw

at.)

P1 dan P2 : Pagi nek. Gimana kabar nenek hari ini, sehat ?

(berbicara sedikit keras dan mengambil posisi didekat pasien dan

sedikit membungkuk)

Ny. Silvy :Pagi.. Alhamdulillah sudah agak lumayan. Ini siapa


ya? (Nenek masih tampak kebingungan dan tampak berfikir)
19
P1 : Nenek... perkenalkan saya perawat Ana dan ini perawat Linda

(Perawat 1 dan perawat 2 mencoba melakukan pendekatan kepada


nenek dan juga keluarganya.)

P2 : Kami berdua yang bertugas untuk merawat nenek pada hari

ini dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang nanti. nenek sudah makan

belum pagi ini? (pasien melakukan kontak mata dan tersenyum

lembut sambil menyentuh bahu pasien)

Ny. Silvy : Sudah sus.

P2 : Makan nya banyak atau sedikit nek?

Ny. Silvy : Cuma sedikit karena saya kurang selera makan sus.

Keluarga : Enggak sus,Ini tadi si kakek sudah makan 3 piring sus.

mungkin dia lupa(perawat hanya tersenyum)

P1 : Pagi ini obat nya sudah diminum nek?

Ny. Silvy : emm.. sudah belum ya, sudah sus (sambil berpikir)

Keluarga : Iya sus obat nya tadi sudah diminum semua (Setelah bertanya

kepada nenek, perawat mencoba menjelaskan asuhan keperawatan

yang akan diberikan kepada nenek dan juga keluarganya.)

P1 : Baiklah nek, ibu.. Kami disini akan melakukan pemeriksaan

kepada nenek.Apakah nenek dan ibu tidak keberatan?

Keluarga : iya baiklah kalau begitu saya mohon lakukan yang terbaik buat orag
tua saya ya sus

20
P2 : iya bu terimakasih, kami akan mencoba melakukan yang terbaik buat
orang tua anda. Kami juga mohon kerja samanya nanti dalam
pemeriksaan ya bu.

 Fase Kerja

P1 : Permisi nek.. maaf ya nek. nenek tiduran saja ya, biar nenek lebih
santai

Ny. Silvy : hah apa sus?

P1 : Nenek tiduran dulu yaa.. (berbicara agak keras sambil menyatukan

kedua telapak tangan lalu diletakan dipipi sambil mata terpejam

sesaat)

Ny. Silvy : (langsung tiduran)Setelah itu perawat langsung memberikan

tindakan kepada nenek.

P1 : nek.. tolong tangan kirinya sedikit diangkat ya nek

(perawat 1 memasang manset tensi, kemudian mengukur tekanan

darah).

P1 : cucu nenek sudah berapa sekarang? (perawat mencoba mengajak


komunikasi pada nenek)

Ny. Silvy : sedikit, cuman 12 sus, sudah besar-besar semua.

P1 : ooh sudah berkeluarga semua?

Ny. Silvy : yang 6 orang sudah, terus yang enamnya lagi masih kuliah. Mereka
cantik dan ganteng-ganteng loh sus.

P1 : ya iya dong. Kayak neneknya.. (perawat dan nenek ketawa)(sambil


menunggu perawat 1 mengukur tekanan darah, perawat 2

menyiapkan termometer untuk mengukur suhu nenek.)

21
P2 : Nek... maaf ya... tolong nenek angkat sedikit tangan kanannya.

Ny. Silvy : (mengangkat sedikit tangan kanan nya)

P2 : (setelah nenek mengangkat tangannya, perawat langsung memasang


termometer).

P2 : Nek... Langsung dijepit tangannya ya nek... dan jangan dulu

dilepas sebelum saya suruh ..

Ny. Silvy : (hanya mengangguk)

(Setelah beberapa menit kemudian tekanan darah dan suhu sudah selesai
diukur,kemudian peralatan dilepas kembali, dan setelah itu perawat 1 dan
perawat 2 melanjutkan untuk memeriksa nadi dan pernapasannya.)

 Fase terminasi

Setelah semua pemeriksaan sudah dilakukan, hasil pemeriksaan dicatat oleh


perawat dan semua peralatan dirapikan.

Keluarga : Bagaimana sus?

P1 : keadaannya sudah membaik dari kemaren, tapi orang tua

ibu harus banyak minum air putih dan juga makan

sayur-sayuran.Orang tua ibu harus banyak istirahat dan

juga jangan dulu banyak pikiran, biar nenek cepat sembuh.

P2 : Kalau begitu kami juga permisi dulu ya buk, nenek kami permisi

dulu ya,cepat sembuh ya nek, Nanti kalau ada perlu bantuan panggil
kami di ruang perawat atau langsung bisa memencet bel yang sudah
tersedia.

Ny. Silvy : Ya bu.. terima kasih

P2 : mari buk.. mari nek...

22
Keluarga : Ya bu.

(Akhirnya setelah perawat berpamitan, perawat langsung


pergi meninggalkan ruangan kamar Ny. Silvy)

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian khusus. Perawat harus


waspada terhadap perubahan fisik psikologi, emosi, dan social yang
mempengaruhi pola komunikasi. Perubahan pada telinga bagian dalam dan
telingamenghalangiproses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran ter
hadap suara. Komunikasi yang biasa dilakukan lansia bukan hanya sebatas
tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman,
tetapi juga hubungan intim yang terapeutik.

Dengan komunikasi yang efektif antara perawat pasien lanjut usia maka :

1. Pasien dan keluarganya dapat menceritakan gejala dan masalahnya,


yang akan memungkinkan perawat memberikan pelayanan sesuai
dengan masalah dan kebutuhan pasien lansia.

2. Instruksi dan saran perawat akan lebih mungkin untuk ditaati.

B. Saran
Bagi perawat harus memahami tentang aplikasi komunikasi terapeutik
pada lansia agar pemeriksaan pasien lansia di rumah sakit berjalan dengan
lancar dan Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat
banyak sekali kesalahan. Besar harapan kami kepada para pembaca untuk bisa
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini
menjadi lebih sempurna.

24
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/360668373/Makalah-Komunikasi-terapeutik-pada
-pasien-lansia

25

Anda mungkin juga menyukai