Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan Tugas Mata Kuliah Komunikasi keperawatan
OLEH KELOMPOK 10
NURRAHMAH SYAMZAM(211211806)
FAKRIAN SARDI(211211785)
DOSEN PENGAMPU
TP.2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kami panjatkan puji syukur atas ke hadirat Tuhan yang maha Esa,
karenadengan Rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas Makalah Komunikasi
Terapeutik Pada Pasien Rewel. Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapat bantuan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar -
besarnya kepada semua pihakyang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.Kami
semua menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, danmungkin
banyak kata-kata yang kurang tepat.
Untuk itu, saran, dan kritik, dari para pembacasekalian senantiasa kami nantikan demi
kesuksesan makalah kami di masa yang akan datang.Semoga makalah yang kami buat
ini bermanfaat khususnya bagi kami umumnya bagi para pembaca sekalian.,atas perhatiannya
kami ucapkan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Cover………………………………………………………………………………………………………1
Kata Pengantar……………………………………………………………….……………………………2
Daftar Isi…………………………………………………………..………………………………………3
Bab 1 Pendahuluan………………………………………………………………………………………..4
a.Latar Belakang……………………………………………………………..……………………………5
b.Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………....6
Bab 2 Pembahasan……………………………………………………..…………………………8
Bab III………………………………………………………………………………..……………….13
Kesimpulan……………………………………………………………………………………………14
Saran …………………………………………………………………………………………………..15
Daftar Pustaka………………………………………………………………………..…………….…..16
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antarmanusia. Pada
profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakanmetoda utama dalam
mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untukmenolong sesama memerlukan
kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar(Abdalati, 2016). Untuk itu perawat memerlukan
kemampuan khusus dan kepedulian sosial yangmencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan
interpersonal yang tercermin dalam perilaku“caring” atau kasih sayang / cinta (Johnson, 1989) dalam
berkomunikasi denganorang lain.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akanmudah menjalin
hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal,memberikan kepuasan
profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah
sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkanilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap
sesama manusia. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang pengertian komunikasi termasuk “therapeutic
use of self” dan “helping relationship” untuk praktek keperawatan, sikap dan tehnik serta dimen
hubungan dari komunikasi terapeutik.
B. Rumusan masalah
C . Tujuan
PEMBAHASAN
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien.Hubungan perawat klien yang
terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman dengan menggunakan berbagai tekhnik
komunikasi agar perilaku klien berubahke arah positif seoptimal mungkin. Untuk melaksanakan
komunikasi terapeutik yang efektif perawat harus mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami
tentang dirinya.
Teori komunikasi sangat sesuai dalam praktek keperawatan (Stuart dan Sundeen,2000), hal ini
karena :
1. Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik. Dalam proseskomunikasi
terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran.
3. Komunikasi adalah berhubungan.hubungan perawat dan klien yang terapeutik tidak mungkin dicapai
tanpa komunikasi. dalam membina hubungan terpeutik dengan klien, perawat perlu mengetahui proses
komunikasi dan keterampilan berkomunikasi dalam membantu klien memecahkan masalahnya.
Elemen yang harus ada pada proses komunikasi adalah pengirim pesan, penerima pesan, media dan
umpan balik. Semua perilaku individu pengirim dan penerima adalahkomunikasi yang akan member
efek pada perilaku. Pesan yang disampaikan dapat berupa verbal dan nonverbal. Bermain merupakan
cara berkomunikasi dan berhubungan yang baik dengan klien anak. Perawat dapat menyampaikan atau
mengkaji secara nonverbal antara lain : Vokal; nada, kualitas, keras ato lembut, kecepatan, yang
semuanya menggambarkan suasana emosi.
1. Gerakan; reflex, postur, ekspresi muka, gerakan yang berulang, atau gerakan-gerakanyang lain.
Khusus gerakan dan ekspresi muka dapat diartikan sebagai suasana hati.
3. Sentuhan : dikatakan sangat penting, namun perlu mempertimbangkan aspek budayadan kebiasaaan.
Agar perawat dapat berperan efektif dalam terapeutik ia harus menganalisa dirinya :kesadaran diri
klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang bertanggung jawab. Seorang perawat tidak
akan dapat mengetahui kondisi klien jika tidak adakemampuan menghargai keunikan klien.
1. Tahap Persiapan (Prainteraksi) tahap persiapan atau prainteraksi sangat penting dilakukan sebelum
berinteraksidengan klien (Christina, dkk, 2015). Pada tahap ini perawat menggali perasaan dan
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini perawat juga mencari informasi tentang
klien. Kemudian perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahap ini harus
dilakukan oleh seorang perawat untukmemahami dirinya, mengatasi kecemasannya, dan meyakinkan
dirinya bahwa dia siap untuk berinteraksi dengan klien (Suryani, 2014).
a. Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan. Sebelum berinteraksi denganklien, perawat perlu
mengkaji perasaannya sendiri (Stuart, G.W dalam Suryani,2005). Perasaan apa yang muncul
sehubungan dengan interaksi yang akandilakukan. Apakah ada perasaan cemas? Apa yang dicemaskan?
(Suryani, 2014).
b. Menganalisis kekuatan dan kelemanhan sendiri. Kegiatan ini sangat pentingdilakukan agar perawat
mampu mengatasi kelemahannya secara maksimal padasaat berinteraksi dengan klien. Misalnya seorang
perawat mungkin mempunyaikekuatan mampu memulai pembicaraan dan sensitif terhadap perasaan
orang lain,keadaan yang mungkin bisa dimamfaat dalam perawat untuk berkomunikasi dalam mengatasi
pasien yang rewel,dan rasa saling percaya pasien dan perawat.
c. Mengumpulkan data tentang klien. Kegiatan ini juga sangat penting karena denganmengetahui
informasi tentang klien perawat bisa memahami klien. Paling tidak perawat bisa mengetahui identitas
klien yang bisa digunakan pada saat memulaiinteraksi (Suryani, 2014).
d. Merencanakan pertemuan yang pertama dengan klien. Perawat perlu merencanakan pertemuan
pertama dengan klien. Hal yang direncanakan mencakup kapan, dimana, dan strategi apa yang akan
dilakukan untuk pertemuan pertamatersebut (Suryani, 2014).
2. Tahap Perkenalan
Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu atau kontak dengan klien
(Christina, dkk, 2012). Pada saat berkenalan, perawat harusmemperkenalkan dirinya terlebih dahulu
kepada klien (Brammer dalam Suryani,2014). Dengan memperkenalkan dirinya berarti perawat telah
bersikap terbuka padaklien dan ini diharapkan akan mendorong klien untuk membuka dirinya
(Suryani,2014).tujuan tahap ini adalah untuk memvalidasi keakuratan data dan rencana yangtelah dibuat
dengan keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang lalu(Stuart, G.W dalam Suryani,
2014).
a. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan, dan komunikasi terbuka.Hubungan saling
percaya merupakan kunci dari keberhasilan hubunganterapeutik (Stuart, G.W dalam Suryani, 2014),
karena tanpa adanya rasa saling percaya tidak mungkin akan terjadi keterbukaan antara kedua belah
pihak.Hubungan yang dibina tidak bersifat statis, bisa berubah tergantung pada situasidan kondisi
(Rahmat, J dalam Suryani 2014). Karena itu, untuk mempertahankanatau membina hubungan saling
percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur,ikhlas, menerima klien apa adanya, menepati janji, dan
menghargai klien (Suryani,2014).
b. Merumuskan kontrak pada klien (Christina, dkk, 2012). Kontrak ini sangat penting untuk menjamin
kelangsungan sebuah interaksi (Barammer dalam Suryani, 2014).Pada saat merumuskan kontrak perawat
juga perlu menjelaskan atau mengklarifikasi peran-peran perawat dan klien agar tidak terjadi kesalah
pahamanklien terhadap kehadiran perawat. Disamping itu juga untuk menghindari adanya harapan yang
terlalu tinggi dari klien terhadap perawat karena karena klien menganggap perawat seperti dewa
penolong yang serba bisa dan serba tahu(Gerald, D dalam Suryani, 2014). Perawat perlu menekankan
bahwa perawat hanya membantu, sedangkan kekuatan dan keinginan untuk berubah ada pada diriklien
sendiri (Suryani, 2014).
c. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien. Pada tahap ini perawat
mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannya. Denganmemberikan pertanyaan terbuka,
diharapkan perawat dapat mendorong klien untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya sehingga
dapat mengidentifikasi masalah klien.
d.Merumuskan tujuan dengan klien. Perawat perlu merumuskan tujuan interaksi bersama klien karena
tanpa keterlibatan klien mungkin tujuan sulit dicapai. Tujuan ini dirumuskan setelah klien diidentifikasi.
Fase orientasi, fase ini dilaksanakan pada awal setiap pertemuan kedua dan seterusnya, tujuan fase ini
adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini, dan
mengevaluasi hasil tindakan yang lalu.Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersama
klien (Cristina, dkk,2012).
3. Tahap Kerja Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik
(Stuart, G.W dalam Suryani, 2014). Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk
mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pada tahap kerja ini dituntut kemampuan perawat dalam
mendorong klien mengungkap perasaan dan pikirannya.
Perawat juga dituntut untuk mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yangtinggi terhadap adanya
perubahan dalam respons verbal maupun nonverbal klien. Pada tahap ini perawat perlu melakukan active
listening karena, tugas perawat pada tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien.
Melalui activelistening, perawat membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang dihadapi,
bagaimana cara mengatasi masalahnya, dan mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan masalah yang
telah dipilih. Perawat juga diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien,teknik
menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam
percakapan, dan membantu perawat-klien memiliki pikiran dan ide yang sama (Murray, B & Judth
dalam Suryani, 2014). Tujuan tehnik menyimpulkan adalah membantu klien menggali hal-hal dan tema
emosional yang penting (Fontaine& Fletcner dalam Suryani, 2014).
Pagi itu di ruang rawat inap pasien sudah ngomel-ngomel dengan keluarga danART (asisten rumah
tangga). Pasien merasa makanan di Rumah sakit tidak enakdan tidak ia sukai. Pasien pun ingin makan
dengan makanan yang di larang karena penyakitnya.Pasien :
seperti ini.Anak pasien : ”mah, inikan memang aturan dari rumah sakit yangharus mama makan sesuai
dengan keadaan mama sekarang”.
Suami pasien :“iya sayang, kamu harus nurut biar cepat sembuh”.
Fase Orientasi
Pagi itu pukul 07.30WIB di rumah sakit AjalMu Sudah Dekat seorang perawatyang sedang berdinas
tersebut menghampiri pasien tersebut
Perawat :“ Permisi .. apa betul ini, keluarga dari pasien yang adadi kamar ini?”
Anak Pasien :“Iya benar, saya anak dari pasien ini ”
Anak pasien :”selama saya disini ibu saya sering marah-marah dan cerewet sus”.
Perawat :“baik ibu.. perkenalkan nama saya Fadlianur Putra M saya biasa di panggil Fadli, saya
mahasiswa magang di rumah sakit ini, saya berdinas dari pukul 7 sampai jam 2 siang.”
Pasien :“ saya Thabita Yovi Sri Dayanti, suster bisa panggil saya dengan panggilan ibu Nhobita
saja .Perawat :“baik bu saya disini ingin melakukan tindakan yang biasanya dilakukan setiap pagi dan
siang yaitu mengukur TTV atauTekanan Darah, Pernapasan, Nadi, Suhu Badan. Untuk mengetahui
normal nya bu”
Fase Terminasi
Perawat :“baik bu kami sudah selesai, kami akan Kembali ke kantor perawat misalkan ada hal yang di
perlukan dan untuk infus ibu inimau habis ya bu, bisa pencet tombol disebelah kanan ibu, saya akan
segera datang”
Perawat :“baik bu saya permisi. Dek saya permisi dulu,dan untuk infus sambil diperhatikan ya jangan
sampai habis nanti darah nyaakan naik.
Fase Dokumentasi
Setalah perawat Fadli kembali ke kantor perawat, keluarga kembali berbincang bincang.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik sudah mulai bagus dan kepekaan serta
ketajaman perasaan klien , karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi
nilai, waktu dan ruang yang turut dalam keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak
terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat. Komunikasi juga akan memberikan dampak
terapeutik bila dalam penggunaanya diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain yang
cukup pentingdiperhatikan adalah dimensi hubungan perawat dengan klien . Dimensi ini merupakan
factor penunjang yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.
Sikap dan cara mengatasi pasien rewel .
Dengarkan. Biarkan pasien rewel , jangan lupa bahwa pada tahap ini kita berurusan dengan
perasaan anak yang rewel ,tetapi bukan sesuatu yang rasional. Rewel sianak selalu membawa perawat
dengan ketabahan menghadapi pasien rewel ,pasien yang sesungguhnya. Dengarkan dengan empati,
bayangkan kita berada dalam posisi pasien yang lelah, gelisah, sakit,khawatir rewel dokter, dll. Fokus.
Jauhkan semua hal yang merintangi konsentrasikita pada pasien (telepon, tamu lain, berusaha
sependapat dengan pasien.Bukan berarti kita selalu membenarkan/marah pada pasien rewel pasien,
namun sebagai salah satu taktik meredakan rewelnya pasien, kita mengatasi arah pandangan dengan
membuat anak tidak rewel dengan cara memberi permen atau yang lain .
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh darikesempurnaan.
Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyaksumber yang dapat
dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dansaran mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi: 1. Suryani, 2014. Komunikasi Terapeutik Edisi 4. Jakarta : EGC2. Swartz, M. 2017. Buku
Ajar Diagnostik Fisik Rev. 1. Jakarta: EGC.3.
Pramesti, D. n.d. Mengangani Keluhan Customer (Rumah Sakit). [Pdf] Jogja:Available through:
http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/menangani%20keluhan%20customer.pdf4. King, H. V. n.d.
Handling Violent or Aggressive Patients : A Plan for Your Hospital.