Anda di halaman 1dari 14

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN

DI RUANGAN ICU

DI SUSUN

OLEH

Diva Alsya Hidianti (223213441)

Dewa Ayu Cut Wulan Sariyanti (223213446)

Pande Kadek Intan Dwi Pratiwi (223213447)

Ni Luh Devita Ayu Puspayadni (223213442)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


STIKES WIRA MEDIKA BALI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul
“Komunikasi Terapeutik pada Klien di Ruangan ICU” yang disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.

Tujuan suatu pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,


membentuk sumber daya manusia yang handal dan berdaya saing, membentuk
watak dan jiwa sosial, berbudaya, berakhlak dan berbudi luhur, serta berwawasan
pengetahuan yang luas dan menguasai teknologi. Makalah ini dibuat oleh penulis
untuk membantu memahami materi tersebut. Mudah-mudahan makalah ini
memberikan manfaat dalam segala bentuk kegiatan belajar, sehingga dapat
memperlancar dan mempermudah proses pencapaian yang telah direncanakan.

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh


karena itu, segala kritikan dan saran yang membangun akan kami terima sebagai
wujud koreksi atas diri tim penyusun yang masih belajar. Akhir kata, semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3

2.1 Pengertian Komunikasi.....................................................................................3


2.2 Pengertian Komunikasi Terapeutik.................................................................3
2.3 Contoh Kasus Dan Komunikasi Terapeutik Pada Klien di ICU...................5

BAB III PENUTUP..................................................................................................9

3.1 Simpulan.............................................................................................................9

3.2 Saran...................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan
antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena
merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman
ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang
besar (Abdalati, 1989).

Hubungan antara perawat dan klien yang terapeutik bisa terwujud dengan adanya
interaksi yang terapeutik antar keduanya, interaksi tersebut harus dilakukan sesuai dengan
tahapan – tahapan baku interaksi terapeutik perawat klien, tahapan itu adalah tahap pre
orientasi, tahap orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi .
Hal ini yang menjadi banyak perdebatan sebagaian kalangan ada yang berpendapat
dia adalah pasien tidak sadar mengapa kita harus berbicara, sedangkan sebagian lagi
berpendapat walau dia tidak sadar dia juga masih memiliki rasa atau masih mengatahui
apa yang kita perbuat, maka kita harus berkomunikasi walau sebagian orang beranggapan
janggal. Padahal, Pada pasien tidak sadar ini, pada dasarnya pasien tidak responsif,
mereka masih dapat menerima rangsangan.Pendengaran dianggap sebagai sensasi terakhir
yang hilang dengan ketidaksadaran dan yang menjadi pertama berfungsi. Faktor ini
akan menjadi pertimbangan mengapa perawat tetap harus berkomunikasi pada klien tidak
sadar sekali pun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian komunikasi ?
2. Apakah pengertian komunikasi terapeutik ?
3. Bagaimanakah contoh kasus komunikasi terapeutik pada klien di ICU ?

1
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengertian komunikasi
2. Mengetahui pengertian komunikasi terapeutik
3. Mengetahui contoh kasus komunikasi terapeutik pada klien di ICU

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi dalam keperawatan disebut juga dengan komunikasi terapeutik,


dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan
intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses
penyembuhan pasien. Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien
dapat dipenuhi. (Pendi, 2009).

2.2 Pengertian Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan
klien. Dalam pengertian lain mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah proses
yang digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada klien.
Komunikasi terapeutik terdiri atas 4 fase, yaitu fase pra interaksi, fase orientasi,
fase kerja dan fase terminasi. Setiap fase atau tahapan komunikasi terapeutik
mencerminkan uraian tugas dari petugas, yaitu
1. Fase Prainteraksi

Pada fase prainteraksi ini, petugas harus mengeksplorasi perasaan, fantasi


dan ketakutan sendiri.Petugas juga perlu menganalisa kekuatan kelemahan
profesional diri.Selanjutnya mencari data tentang klien jika mungkin, dan
merencanakan pertemuan pertama dengan pasien.
2. Fase Orientasi

Fase ini meliputi pengenalan dengan pasien, persetujuan komunikasi atau


kontrak komunikasi dengan pasien, serta penentuan program orientasi.
Program orientasi tersebut meliputi penentuan batas hubungan,
pengidentifikasian masalah, mengakaji tingkat kecemasan diri sendiri dan

3
pasien, serta mengkaji apa yang diharapkan dari komunikasi yang akan
dilakukan bersama antara petugas dan klien.Tugas petugas pada fase ini
adalah menentukan alasan klien minta pertolongan, kemudian membina rasa
percaya, penerimaan dan komunikasi terbuka. Merumuskan kontrak bersama
klien, mengeksplorasi pikiran, perasaan dan perbuatan klien sangat penting
dilakukan petugas pada tahap orientasi ini.Dengan demikian petugas dapat
mengidentifikasi masalah klien, dan selanjutnya merumuskan tujuan dengan
klien.
3. Fase kerja / lanjutan
Pada fase kerja ini petugas perlu meningkatkan interaksi dan mengembangkan
faktor fungsional dari komunikasi terapeutik yang dilakukan. Meningkatkan
interaksi sosial dengan cara meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain
untuk mengatasi kecemasan, atau dengan menggunakan teknik komunikasi
terapeutik sebagai cara pemecahan dan dalam mengembangkan hubungan
kerja sama. Mengembangkan atau meningkatkan faktor fungsional
komunikasi terapeutik dengan melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah
yang ada, meningkatkan komunikasi pasien dan mengurangi ketergantungan
pasien pada petugas, dan mempertahankan tujuan yang telah disepakati dan
mengambil tindakan berdasarkan masalah yang ada.Tugas petugas pada fase
kerja ini adalah mengeksplorasi stressor yang terjadi pada klien dengan tepat.
Petugas juga perlu mendorong perkembangan kesadaran diri klien dan
pemakaian mekanisme koping yang konstruktif, dan mengarahkan atau
mengatasi penolakan perilaku adaptif.
4. Fase Terminasi

Fase terminasi ini merupakan fase persiapan mental untuk membuat


perencanaan tentang kesimpulan pengobatan yang telah didapatkan dan
mempertahankan batas hubungan yang telah ditentukan. Petugas harus
mengantisipasi masalah yang akan timbul pada fase ini karena pasien
mungkin menjadi tergantung pada petugas. Pada fase ini memungkinkan
ingatan pasien pada pengalaman perpisahan sebelumnya, sehingga pasien

4
merasa sunyi, menolak dan depresi.Diskusikan perasaan-perasaan tentang
terminasi.Pada fase terminasi tugas petugas adalah menciptakan realitas
perpisahan. Petugas juga dapat membicarakan proses terapi dan pencapaian
tujuan. Saling mengeksplorasi perasaan bersama klien tentang penolakan
dan kehilangan, sedih, marah dan perilaku lain, yang mungkin terjadi pada
fase ini.

2.3 Contoh Kasus Dan Komunikasi Terapeutik Pada Klien di ICU


Komunikasi dengan pasien tidak sadar merupakan suatu komunikasi dengan
menggunakan komunikasi khusus/teurapetik dikarenakan fungsi sensorik dan motorik
pasien mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat diterima
klien dan klien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut.
Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan koma, dengan
gangguan kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat dan dapat
membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan saraf pusat terganggu fungsi
utamanya mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat disebabkan oleh
beragam penyebab, yaitu baik primer intrakranial ataupun ekstrakranial, yang
mengakibatkan kerusakan struktural/metabolik di tingkat korteks serebri, batang otak
keduanya.
Pada pasien tidak sadar ini, pada dasarnya pasien tidak responsif, mereka masih
dapat menerima rangsangan.Pendengaran dianggap sebagai sensasi terakhir yang hilang
dengan ketidaksadaran dan yang menjadi pertama berfungsi. Faktor ini akan menjadi
pertimbangan mengapa perawat tetap harus berkomunikasi pada klien tidak sadar sekali
pun.
Ada karakteristik komunikasi yang berbeda pada klien tidak sadar ini, kita tidak
menemukan feed back (umpan balik), salah satu elemen komunikasi. Ini dikarenakan
klien tidak dapat merespon kembali apa yang telah kita komunikasikan sebab pasien
sendiri tidak sadar. Nyatanya dilapangan atau di banyak rumah sakit pasien yang tidak
sadar ini atau pasien koma di ruangan-ruangan tertentu seperti Intensif Care Unit (ICU),
Intensif Cardio Care Unit (ICCU) dan lain sebagainya, sering mengabaikan komunikasi

5
terapeutik dengan pasien ketika mau melakukan sesuatu tindakan atau bahkan suatu
intervensi.
Hal ini yang menjadi banyak perdebatan sebagaian kalangan ada yang berpendapat
dia adalah pasien tidak sadar mengapa kita harus berbicara, sedangkan sebagian lagi
berpendapat walau dia tidak sadar dia juga masih memiliki rasa atau masih mengatahui
apa yang kita perbuat, maka kita harus berkomunikasi walau sebagian orang beranggapan
janggal. Maka dari itu kita sebagai perawat diajarkan komunikasi terapeutik untuk
menghargai perasaan pasien serta berperilaku baik terhadap pasien sekalipun dia berada
dalam keadaan yang tidak sadar atau sedang koma.

Dialog : Komunikasi Terapeutik Pada Klien Di Ruangan ICU

Kasus :

Seorang pasien bernama Tn. A (30 tahun) mengalami koma selama enam bulan. Sekarang
Tn. A dirawat di RS dr. Soebandi dan ditempatkan di ruang ICU. Sebelumnya Tn. A
pernah dirawat di Rs X dalam keadaan koma. Perawat pun melakukan tindakan :

1. Tahap Pra-interaksi
Mempersiapkan :
Topik : Pemberian obat melalui injeksi IV pada pasien koma.
Subtopik : Menyembuhkan pasien.

Tujuan jangka panjang : Setelah dilakukan tindakan, diharapkan beberapa lama


kemudian pasien sadar dan kembali seperti keadaan semula.

Tujuan jangka pendek :Tidak terjadi penurunan kestabilan dan kesadaran.

Sasaran : Pasien koma.

Tempat : Di R.S.U.D Sanglah.

Waktu : 5 menit.

6
Karakteristik Klien :
Nama : Tn. A.

Umur : 30 tahun.

Jenis kelamin : Laki-laki.


Kondisi : Menderita koma selama enam bulan.
Riwayat Penyakit : Seorang pasien yang bernama Tn. A adalah kakak dari Ny. B,
sebelumnya Tn. A pernah dirawat dirumah sakit dengan keadaan koma dan
sekarang harus dirawat lagi di RSUD Sanglah di tempatkan diruang ICU.
Keadaan umum : Pasien masuk RSUD Sanglah dengan keadaan koma.

2. Tahap Orientasi

Perawat : Selamat pagi Bu.

Keluarga : Selamat pagi Ners.


Perawat : Bagaimana kabar Tn. A Bu?

Keluarga : Ya begitulah Ners, seperti biasanya masih belum ada perkembangan.


Kakak saya masih belum sadar, padahal Dokter bilang beliau sudah melewati
masa kritis. Tapi kenapa kakak saya belum sadar ya Ners?
Perawat : Sabar ya Bu, lebih baik Ibu banyak berdoa agar Tn. A segera sadar
dan bisa berkumpul dengan keluarga seperti dulu.
Keluarga : Amin, tapi kira-kira sampai berapa lama Ners?
Perawat : Kalau masalah itu saya belum bisa memastikan Bu, tapi yang pasti
kami akan berusaha merawat Tn. A sebaik mungkin untuk membantu
proses penyembuhan. Ibu, hari ini saya akan memberikan obat pada Tn. A,
nanti Tn. A akan disuntik menggunakan obat ini. (sambil menunjukkan
obatnya) Apakah saya di perbolehkan memberi obat ini pada Tn. A?
Keluarga : Silahkan Ners, lakukan yang terbaik untuk kakak saya.

7
(Lalu perawat masuk ke ruang ICU, kemudian mempersiapkan alat untuk injeksi)

Perawat : Selamat pagi Bapak, perkenalkan saya perawat Sinta yang akan
merawat bapak hari ini. Bapak hari ini saya akan memberikan obat melalui
injeksi IV. (sambil menyentuh pasien)
a. Tahap Kerja

Perawat : Bapak, saya akan menyuntikkan obatnya sekarang ya? (Sambil


menyentuh pasien).

b. Tahap Terminasi

Beberapa menit kemudian perawat telah selesai melakukan tindakan.


Perawat : Bapak saya sudah selesai memberi obat pada Bapak, semoga obat
yang saya masukan bisa membantu bapak agar cepat sembuh dan segera bertemu
dengan keluarga Bapak, karena keluarga Bapak sudah ingin bertemu dengan
Bapak lagi. (sambil menyentuh dan menghadap pasien)
Perawat : Baik bapak, karena saya sudah selesai memberi tindakan, saya
pamit dulu ya? Permisi Bapak.
(Perawat keluar dari ruangan dan kembali bertemu dengan keluarga pasien)
Keluarga : Bagaiman keadaan kakak saya Ners?

Perawat : Kondisi kakak Ibu stabil, akan tetapi masih belum ada perkembangan
yang menunjukkan tanda-tanda sadar. Ibu tetap sabar, banyak berdoa untuk
kesembuhan Tn.A. Kalau Ibu tidak pantang menyerah, pasti akan membawa
dampak positif pada kesehatan Tn. A.
Keluarga : Baik Ners, saya ingin kakak saya segera sadar dan bisa berkumpul
dengan keluarga lagi.
Perawat : Kalau begitu saya permisi dulu ya Bu? Kalau Ibu membutuhkan
bantuan saya atau perawat yang lain, silahkan datang ke nursestation ya? Semoga
Tn. A cepat sembuh.
Keluarga : Amin, terimakasih Ners.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat


pada saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi
bagi proses penyembuhan pasien.

Komunikasi yang dilakukan kepada pasien yang dalam kondisi gawat darurat yaitu
dengan komunikasi seperti komunikasi terapiotik lain, tetapi dalam hal ini yang lebih di
utamakan dalam mengatasi gawat darurat adalah tindakan yang akan diberikan kepada
pasien harus lebih cepat dan tepat. Perawat diajarkan komunikasi terapeutik untuk
menghargai perasaan pasien serta berperilaku baik terhadap pasien sekalipun dia berada
dalam keadaan yang tidak sadar atau sedang koma.

Fungsi komunikasi dengan pasien tidak sadar adalah mengendalikan perilaku,


perkembangan motivasi, pengungkapan emosional dan informasi. Adapun teknik/cara
berkomunikasi dengan pasien tidak sadar: dengan menjelaskan, memfokuskan,
memberikan informasi dan mempertahankan ketenangan.

Tahap komunikasi dengan pasien tidak sadar terbagi menjadi tahap prainteraksi,
orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi.

3.2 Saran

Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya penulisan makalah ini.

9
10
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukharipah.2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik


Keperawatan.Bandung : PT Refika Aditama

Dalami,Ermawati.2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta: Tran Info


Media.

Nurhasanah, Nunung. (2010). Ilmu komunikasi dalam konteks keperawatan.


Jakarta: Trans Info Media.
http://jim.unsyiah.ac.id/FKep/article/download/1517/1827

http://elista-sunshine.blogspot.com/2012/01/komunikasi-terapeutik-pada
lansia.html

11

Anda mungkin juga menyukai