KOMUNIKASI TERAPEUTIK
DISUSUN OLEH:
1. Aji Utama (232021010060)
2. Claurestha Mereantika Dewi (232021010057)
3. Dwi Kumala Sari (232021020063)
4. Fahrul Ibnu N (23202010061)
5. Iqbal Ahladul Muhammad (232021010065)
6. Yoga Dwi Junanto (232021010053)
7. Zona Alfiana (232021010067)
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik?
2. Bagaimanakah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melakukan komunikasi
terapeutik?
3. Apa saja teknik-teknik dalam melakukan komunikasi terapeutik?
C. Tujuan Penulisan
Karya tulis ini kami susun untuk :
1. Memenuhi tugas mata kuliah komunikasi dalam keperawatan.
2. Membahas lebih lanjut tentang komunikasi terapeutik.
D. Metode Penulisan
Penulis menggunakan metode studi pustaka, browsing internet, dan diskusi
kelompok dalam penulisan karya tulis.
E. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan karya tulis ini adalah:
1. Agar para mahasiswa keperawatan dan pembaca mengetahui serta memahami
komunikasi terapeutik, tahapan, dan macam-macam tekniknya.
2. Membekali kami agar nantinya dapat menerapkan komunikasi terapeutik yang baik
pada pasien.
F. Sistematika Penulisan
Karya tulis ini kami susun dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
Pada bab ini penulis menjelaskan tentang pengertian komunikasi terapeutik,
tahapan dalam komunikasi terapeutik, dan macam teknik komunikasi terapeutik.
BAB III KASUS NARASI TAHAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Pada bab ini penulis menyajikan kasus narasi tahapan komunikasi terapeutik.
BAB IV PENUTUP
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal di mana perawat dan klien
memperoleh pengalaman belajar bersama serta memperbaiki pengalaman emosional
klien yang negative (Stuart Laraia, 2000). Sieh A., Louise K., dan Brenti, (1997)
mengemukakan komunikasi terapeutik sebagai segala bentuk komunikasi yang
dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan pasien atau menghilangkan distress
psikologis. Komunikasi terapeutik ditujukan dengan empati, rasa percaya, validasi,
dan perhatian.
2. Tahap Perkenalan
Pada tahap ini, seseorang perawat harus mengawalinya dengan
memperkenalkan diri kepada pasien. Dengan demikian, seseorang perawat
telah bersikap terbuka terhadap pasien. Diharapkan, hal itu mampu membuat
pasien terdorong pula untuk membuka dirinya. Adapun tujuan dari tahap
perkenalan adalah guna memvalidasi keakuratan data sekaligus rencan yang
sudah dibuat. Berikut adalah tugas yang harus dilakukan oleh seorang perawat
dalam tahap perkenalan :
a. Membina rasa saling percaya
Rasa saling percaya dapat membantu keberhasilan dalam
hubungan terapeutik. Sebab tanpa adannya saling percaya maka
keterbukaaan antara kedua belah pihak akan menjadi suatu hal yang
mustahil terjad. Dengan demikian penting bagi seorang perawat untuk
senantiasa membina hubungan saling percaya dengan pasien. Dalam hal
ini perawat harus bersikap terbuka, jujur, menerima apa adanya, menepati
janji, dan menghargai pasien.
b. Merumuskan kontrak dengan pasien
Keberadaan kontrak sangat penting guna menjamin kelangsungan
interaksi antara perawat dengan pasien. Saat merumuskan kontrak,
seorang perawat harus menjelaskan mengenai peranannya supaya pasien
tidak salah paham terhadap kehadirannya. Tujuan dari penjelasan fungsi
perawat adalah menghindari harapan yang terlalu tinggi dari pasien karena
menempatkannya sebagai dewa penolong yang serba bisa dan serba tahu.
Dalam merumuskan sebuah kontrak, perawat harus menegaskan bahwa
kehadirannya semata-mata membantu, sementara kekuatan dan keinginan
untuk berubah tetap sepenuhnya ada pada diri pasien.
c. Menggali pikiran dan perasaan pasien.
Pada tahap ini, seorang perawat harus mendorong pasien guna
mengekspresikan perasaannya. Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh
seorang perawat dalm tahp ini adalah memberikan pertannyaan terbuka
sehingga bisa melakukan identifikasi terhadap masalah pasien. Efek
lainnya adalah dihrapkan pasien merasa terdorong untuk mengekspresikan
pikiran dan perasaannya.
d. Merumuskan metode keperawatan bersama pasien.
Pada dasarnya tanpa ada keterlibatan pasien dalam keperawatan
tujuan yang hendak dicapai mungkin menjadi sulit. Tujuan ini dirumuskan
setelah perawat melakukan identifikasi terhadap pasien.
Fase orientasi dilaksanakan pada setiap awal pertemuan. Tujuan
dari fase orientasi adalah memvalidasi keakuratan data mengenai rencana
yang sebelumnnya sudah dibuat dan mengevaluasi hasil tindakan yang
sudah dilakukan
3. Tahap Kerja
Dalam proses komunikasi terapeutik, tahap inti dari keseluruhan
prosesnya adalah tahap kerja. Pada tahap ini seorang perawat dan pasien
bekerja sama mengatasi permasalahan yang ada. Perawat dituntut
memfungsikan kemampuannya dalam mendorong pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya perawat juga dituntut memiliki
kepekaan dan tingkat analisis yang mempunyai kepekaan dan tingkat analisis
yang baik terhadap perubahan pasien.
Pada tahap kerja perawat harus melakukan active listening. Melalui active
listening perawat membantu pasien dalam mendefinisikan masalah yang
sedang dihadapi sekaligus mencari solusi dan cara mengatasinnya.
Diharapkan perawat memiliki kemampuan dalam menyimpulkan kondisi
pasien secara tepat dan benar. Teknik menyimpulkan adalah satu bentuk usaha
untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan
sekaligus menyamakan pikiran dan ide dengan tujuan membantu pasien.
4. Tahap Terminasi
Tahap terminasi ialah tahap akhir dari pertemuan antara perawat dan
dengan pasien. Tahap terminasi dipetakan menjadi dua, yaitu :
a. Terminasi sementara, yaitu dilakukan saat akhir dari setiap pertemuan
dengan pasien.
b. Terminasi akhir, dilakukan saat perawat menyelesaikan proses
keperawatan secara keseluruhan.
Pada tahap terminasi, terdapat beberapa tugas yang harus diperhatikan
sekaligus diaplikasikan secara sungguh-sungguh oleh perawat, yaitu :
Melakukan evaluasi terhadap pencapaian dari interaksi yang sudah
dilaksanakan. Evaluasi ini juga disebut sebagai evaluasi objektif, di mana
dalam melakukan evaluasi, seorang perawat tidak diperbolehkan
menunjukkan kesan menguji kemampuan pasien. Akan tetapi, seorang
perawat menunjukkankesan sekedar mengulang atau menyimpulkan.
Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan seusai
melakukan interaksi, yaitu dengan menanyakan perasaan pasien setelah
melakukan interaksi, yaitu apakah interaksi yang dilakukan bisa mengurangi
kecemasan atau tidak ?
Menindaklanjuti interaksi yang sudah dilakukan. Tindakan tersebut
bisa disebut sabagai pekerjaan rumah bagi pasien. Tindak lanjut yang
diberikan harus relevan dengan rencana interaksi berikutnya.
Membuat kontrak pertemuan selanjutnya. Kontrak pertemuan yang
dibuat mencangkup tempat, waktu, sekaligus tujuan dari interaksi yang
hendak dilakukan.
C. Teknik Komunikasi Terapeutik
Menurut (Stuart dan Sundeen, 1998) terdapat dua persyaratan mendasar dalam
melakukan komunikasi yang efektif dan penting untuk dipahami sekaligus dijadikan
pegangan dasar bagi seorang perawat sebelum melangkah ke pemahaman teknik
komunikasi terapeutik, yaitu :
1. Komunikasi harus ditujukan guna menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan.
2. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus didahulukan sebelum
memberikan saran, informasi, maupun masukan.
Dua persyaratan tersebut harus diperhatikan oleh perawat. dalam teknik
komunikasi terapeutik, yang penting untuk diperhatikan oleh perawat adalah
tingkat pemahaman masing-masing pasien tidaklah sama. Dengan demikian,
maka dibutuhkan teknik komunikasi yang berbeda-beda pula. Maka secaa
substansia teknik komunikasi terapeutik hampir serupa, tetapi dalam
pelaksanaanya bisa berbeda-beda.
Berpijak pada pendapat Shives (1994),13 di sebutkan bahwa teknik
komunikasi terapeutik meliputi :
1. Mendengakan dengan penuh perhatian
Hal yang dimaksud adalah memberikan perhatian terhada pesan verbal
maupun non verbal yang datang dari pasien guna menegaskan bahwa perawat
bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya. Adapun tekhnik melatih
keterampilan mendengarkan dengan penuh keperhatian adalah:
a. Pandang pasien saat bicara
b. Pertahankan kontak mata, sehingga asien merasa rileks dalam
mengeluarkan segala keluh kesahnya
c. Hindari tindakan yang tidak dibutuhkan
d. Jaga sikap tubuh, misalnya jangan menyilangkan kaki maupun tangan
e. Anggukan kepala saat pasien membicarakan hal penting atau
membutuhkan umpan balik
f. Condongkan tubuh kearah lawan bicara.
2. Menunjukkan penerimaan
Penting untuk ditegaskan, menerima bukan berarti menyetujui. Menerima
yang dimaksut adalah bersedia mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan
keraguan maupun tidak setuju. Sebagai perawat, tentu sudah menjadi bentuk
keharusan untuk senantiasa menerima segala bentuk perilaku pasien. Dengan
demikian, seorang perawat dianjurkan untuk menghilangkan ekspresi wajah
maupun gerakkan tubuh yang menunjukkan tanda tidak setuju, semisal
menggerutkan kening atau menggelengkkan kepala
Adapun beberapa teknik yang bisa dilakukkan oleh seorang perawat dalam
hal ini adalah:
a. Mendengarkan tanpa harus memutus perbincangan.
b. Memberikan umpan balik yang menampakkan pengertian
c. Menunjukkan bahwa isyarat badan sesuai dengan komunikasi lisan
d. Menghindari berdebat, mengekspresikan keraguan, maupun mencoba
mengubah pikiran pasien.
3. Memberikan Pertanyaan yang Berkaitan
Tujuan dari seorang perawat dalam mengajukan pertanyaan terhadap
pasien adalah guna memperoleh informasi yang bersifat spesifi. Maka , akan
menjai lebih baik apabila pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan topik
yang sedang dibicarakan serta gunakan perkataan dalam konteks sosial
budaya yang melatari keberadaan diri pasien. Sebagai catatan, selama dalam
pengkajian, ajukan pertanyakan yang berurutan.
4. Mengulang Ucapan Pasien Menggunakan Susunan Kata-kata Sendiri
Salah satu cara efektif bagi perawat guna memberikan umpan balik
terhadap pasien. Sehingga, pasien mengetahui bahwa yang disampaikan
perawat dimengerti dan berlanjut. Dalam hal ini perawat berhati-hati karena
daya tangkap pasien berbeda-beda. Mengulang bukan hanya menyampaikan
ulang pembicaraan, namun disertai rangkuman yang disimpulkan oleh
perawat mengenai kondisi pasien.
5. Klarifikasi
Apabila saat melangsungkan komunikasi terjadi kesalahan, penting bagi
seorang perawat untuk menghentikan pembicaraan guna mengklarifikasi serta
menyamakan persepsi. Sebab, keberadaan informasi sangat penting dalam
memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien. Supaya pesan bisa sampai
dengan benar, seorang perawat harus memberikan contoh yang konkret dan
mudah dimengerti oleh pasien.
6. Memfokuskan
Komunikasi yang membias justru akan sulit dimengerti. Memfokuskan
tujuan komunikasi merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan guna
membatasi pembicaraan, sehingga mudah dimengerti oleh pasien. Dalam hal
ini, seorang perawat tidak boleh memutus pembicaraan pasien saat
menyampaikan keluhannya, terkeculi apabila pembicaraan tersebut melenceng
dari tujuan.
BAB III
KASUS NARASI TAHAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
A. Contoh Komunikasi Terapeutik (1)
1. Tahap Pre-Interaksi
a. Mengumpulkan data tentang klien : Ditinjau dari catatan medis/rekam medis.
Kondisi klien adalah post partum (anak pertama).
Diagnosa Keperawatan dalam rangka perawatan luka operasi caesar.
Tujuan khusus adalah klien dapat memahami dan mandiri dalam rangka
melaksanakan perawatan luka.
Tindakan keperawatannya adalah perawatan luka post partum.
DS : klien mengatakan lemas
Klien mengatakan lembab pada luka operasinya.
DO: Klien tampak lemas.
Perban tampak lembab.
TTV: suhu: 375 oC.
Nadi: 74x/menit.
TD : 120/70 mmHg.
b. Mengeskplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan.
Saya siap berinteraksi dengan klien (Ny. Dina) dengan tindakan perawatan luka
post operasi.
c. Membuat rencana pertemuan dengan klien.
Saya telah membuat kontrak untuk melakukan perawatan luka hari ini pukul 10
pagi.
2. Tahap Orientasi
(Dialog)
Perawat : “Assalamualaikum ibu, selamat pagi”.
Klien : “Walaikum salam, pagi juga suster”.
Perawat : “Saya perawat Ratna, apakah benar ini dengan ibu Dina?”.
Klien : “Iya suster”.
Perawat : “Ibu Dina, ibu lebih suka saya panggil apa ibu?”.
Klien : “Ibu Dina saja supaya lebih akrab, Suster”.
Perawat : “Baik ibu Dina, saya Ratna, hari ini saya yang akan merawat ibu
dari pukul 07.00 -14.00 siang nanti Bu, jadi kalau ada masalah
atau keluhan ibu dapat berbicara kepada saya, Bu”.
Klien : “Oke baik suster Ratna”.
Perawat : “Baiklah, Ibu bagaimana keadaannya hari ini setelah operasi caesar
kemarin?”.
Klien : “Alhamdulillah Suster, saya senang sekali dengan kelahiran anak
pertama saya. Tapi saya masih merasa lemas dan sulit bergerak”.
Perawat : “Alhamdulillah saya turut senang atas kelahiran anak pertama ibu,
karena ibu melahirkan anak pertama melalui caesar jadi wajar
kalau ibu sulit bergerak karena ada luka operasi yg masih rentan,
selain lemas apakah yg ibu rasakan?”
Klien : “Oh begitu ya Suster. Tidak, hanya lemas dan sulit bergerak saja”
Perawat : “Baik Bu, sesuai dengan perjanjian kita kemarin, saya akan
mengganti perban luka ibu, supaya tidak terjadi infeksi dan supaya
ibu bisa segara beraktivitas kembali”
Klien : “Baik Suster, berapa lama?”
Perawat : “Hanya sekitar 15 menit, ibu Dina”
Klien : “Iya Suster”
3. Tahap kerja
(Dialog)
Perawat :“Baiklah Bu, sebelumnya ada yang ingin ibu tanyakan?”
Klien :“Apakah perawatan luka ini penting, Sus? Dan berapa frekuensi
penggantian perban, Sus?
Perawat : “Iya Ibu, perawatan luka ini sangat penting karena jika luka kotor
akan menimbulkan infeksi dan dapat menyebabkan
kematian, perban itu harus diganti minimal 1x sehari, Bu”
Klien : “Baik, Suster”
Perawat : “Oke ibu Dina, pertama maaf ibu bajunya sedikit saya singkapkan
ya, Bu. Nanti jika sudah di rumah atau saat ibu sudah merasa tidak
nyaman, ibu atau dengan bantuan keluarga dapat melakukan secara
mandiri”
Klien : “Alat-alatnya apa saja, Suster?”
Perawat : “Sarung tangan, pinset, gunting, plester, kasa steril, cairan
pembersih. Ibu dapat menggunakan aquabides sudah ada yang
menjual di apotek, Bu”
Klien :“Lalu caranya bagaimana, Sus?”
Perawat :“Pertama-tama kita buka balutan yang lama namun jangan
memegang dengan tangan telanjang, kita harus memakai sarung
tangan, lalu kita bersihkan luka dengan aquabides yang dicelupkan
ke kasa dan dikeringkan dengan kasa kering”
Klien :“ Apakah kasa tidak boleh dipakai berulang-
ulang, Sus?”
Perawat :“Benar sekali ibu, setiap kali kita membersihkannya kita tukar
dengan kasa yang baru dan jangan lupa ibu kita harus
membersihkan luka dari daerah yang bersih kedaerah yang kotor”
Klien :“Lalu apa lagi sus ?”
Perawat :“Lalu Bu, kita tutup luka dengan kasa steril, dan direkatkan
dengan plester, lalu ditutup dengan pakaian ibu kembali dan semua
bekas balutan dibuang ketempat sampah medis”
Klien :“Saya rasa saya sudah bias
melakukannya, Sus”
B. Contoh Komunikasi Terapeutik (2)
1. Tahap Pra-Interaksi
Seorang pasien bernama Mr. Bram, menderita sakit dirawat di rumah sakit 5 hari
KU sadar, tensi 120/70 mmHg, nadi 88X/menit, suhu 37 derajat Celcius, badan
kurus, sulit tidur, tidak mau makan sayur, tidak mengerti menu makan 4 sehat 5
sempurna, suka merokok, pakaian tampak kusut, dan kurang menjaga kebersihan.
Perawat bernama Johns saat itu bertugas jaga di rumah sakit tempat pasien Bram
dirawat ingin menyampaikan pendidikan kesehatan terkait dgmasalah yang dihadapi
pasien Bram
4. Tahap Terminasi
Perawat : “Baiklah kalau memang sudah tidak ada keluhan lagi, saya akan
melajutkan pekerjaan saya yang lain dan jika bapak perlu bantuan anda
cukup memencet tombol di sebelah anda maka saya akan datang dan
menyiapkan keperluan yang anda inginkan.”
Pasien : “Iya terima kasih mas.”
Perawat : “Terima kasih juga atas waktunya, Pak. Silahkan bapak kembali
beristirahat dan lekas sembuh. Permisi, Pak.”
A. Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi secara sadar yang dilakukan oleh
seorang perawat untuk kesembukan pasien.
Tujuan dilakukannya komunikasi terapeutik:
· Membantu klien/pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien
pecaya pada hal yang diperlukan.
· Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif
dan mempertahankan kekuatan egonya.
· Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Tahapan dalam komunikasi terapeutik:
· Fase prainteraksi
· Fase orientasi
· Fase kerja
· Fase terminasi
Teknik-teknik komunikasi terapeutik:
· Mendengarkan dengan penuh perhatian
· Menunjukkan penerimaan
· Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
· Mengulang ucapan klien dengan kata-kata sendiri
· Klarifikasi
· Focusing
· Menyampaikan hasil observasi
· Menawarkan informasi
· Diam
· Meringkas
· Memberi penguatan
· Menawarkan diri
· Memberi kesempatan klien untuk memulai pembicaraan
· Refleksi
B. Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami pentingnya
komunikasi terapeutik dalam proses keperawatan. Khususnya bagi pembaca yang
berprofesi sebagai seorang perawat atau tenaga medis lainnya agar dapat berkomunikasi
yang baik sehingga dapat menjalin kerjasama dengan pasien dalam melakukan proses
keperawatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan pasien serta berkomunikasi
dengan baik terhadap rekan kerja dan siapapun yang terdapat di lingkungan kerja.
Daftar Pustaka
Zen, Pribadi.2013.Panduan Komunikasi Efektif untuk Bekal Keperawatan
Profesional.Yogyakarta:D-Medika
Nasir et al. 2009. Komunikasi dalam Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba
Medika.