PENDAHULUAN
1
dengan menunjukkan perhatian yang sepenuhnya, sikap ramah bertutur kata yang
lembut. Ketika pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri pun, perawat tetap
melakukan komunikasi dengan pasien. Diharapkan seorang perawat mampu
bekerja sama
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam komunikasi terapeutik itu sendiri terdapat tiga hal yang menjadi
ciri atau karakteristik, yaitu :
3
2) Empathy (empati). Merupakan perasaan “pemahaman” dan “penerimaan”
perawat pada apa yang dirasakan oleh pasien, dan juga kemampuan perawat
dalam merasakan”dunia pribadi pasien.
1) Kesadaran diri terhadap nilai yang dianutnya, artinya terapis harus mampu
menjelaskan tentang dirinya sendiri, keyakinannya, apa yang menurutnya penting
dalam kehidupannya itu barulah ia akan mampu mendorong orang lain menjawab
tentang hal -hal tersebut.
3) Kemampuan menjadi contoh peran, artinya terapis perlu mempunyai pola dan
gaya hidup yang sehat, termasuk kemampuannya dalam menjaga kesehatan agar
dapat dicontoh oleh orang lain.
5) Tanggung jawab, artinya ada dua dimensi tanggung jawab yang perlu
diperhatikan, yaitu tanggung jawab terhadap tindakannya sendiri dan berbagi
tanggung jawab dengan orang lain (Uripni, 2003:49).
4
2.4 Langkah-Langkah Komunikasi Terapeutik
a. Prainteraksi
5
Apakah saya harus menutupi rasa inferior dengan mengedepankan rasa superior?
Apakah saya harus bersimpati, memberikan kehangatan, dan perlindungan
secara berlebihan bila saya melakukan kekeliruan?
Pada tahap perkenalan ini perawat memulai kegiatan yang pertama kali di mana
perawat bertemu pertama kali dengan klien. Kegiatan yang dilakukan adalah
memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga bahwa saat ini yang menjadi
perawat adalah dirinya. Dalam hal ini berarti perawat sudah siap sedia untuk
memberikan pelayanan keperawatan pada klien. Dengan memperkenalkan diri
nya, perawat telah bersikap terbuka pada klien dan ini diharapkan akan
mendorong klien untuk membuka dirinya (Nasir, dkk, 2009).
6
Tidak mudah trust atau terbuka pada seseorang yang baru dikenal.
Masalah yang dihadapi terlihat sangat besar, rumit, atau unik untuk
disharingkan pada orang lain.
Mengutarakan masalah dapat mengancam rasa independen, otonomi, dan
harga diri.
Dalam memecahkan suatu masalah melibatkan pemikiran tentang sesuatu
yang mungkin tidak menyenangkan, mereview kenyataan hidup, memutuskan
suatu rencana, dan yang terpenting adalah membawa suatu perubahan.
c. Fase Kerja
Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan
terapeutik. Rasa percaya dan hubungan intim yang terapeutik sudah terbina
dan berada pada tingkat optimal. Keduanya, terapis dan pasien akan
merasakan kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat terapis mengakhiri
tugasnya. Dalam membina hubungan yang tera peutik dengan pasien, seorang
terapis perlu mengetahui proses komunikasi dan ketrampilan berkomunikasi
dalam membantu pasien memecahkan masalahnya.
7
Pemahaman antara perawat-klien lebih dioptimalkan
Saling tukar pikiran dan memori
Mengevaluasi perkembangan klien (berkenaan dengan tujuan asuhan
keperawatan)
Perawat-klien bersama-sama mereview perkembangan yang tercapai selama
perawatan
Perasaan rejeksi, kehilangan, sedih, dan marah diekspresikan dan diekplorasi
Orientasi :
Mengidentifikasi alasan klien meminta bantuan
Membangun trust, menerima, dan membuka komunikasi
Bersama-sama membuat kontrak
Mengekplorasi pikiran, perasaan, dan tindakan klien
Mengidentifikasi masalah klien
Menetapkan tujuan dgn klien
Kerja :
Mengekplorasi stressor yg berkaitan
Meningkatkan insight dan mekanisme koping klien
Terminasi :
Mereview perkembangan terapi dan tujuan yg tercapai
Mengekplorasi perasaan satu sama lain; rejeksi, kehilangan, kesedihan, dan
kemarahan dan dihubungan dgn perilaku
8
2.5 Proses Komunikasi terapeutik
Proses ini terdiri dari unsur komunikasi prinsip komunikasi dan
tahapan komunikasi. Unsur komunikasi terdiri dari :
Sumber komunikasi yaitu pengirim pesan atau sering disebut
komunikator yaitu orang yang menyampaikan atau menyiapkan pesan.
Komunikator dalam makalah ini adalah para perawat yang tugas utamanya ialah
membantu pasien dalam mengatasi masalah sakit akut, sakit kronis, dan
memberikan pertolongan pertama pada pasien dalam keadaan gawat darurat.
Komunikator memiliki peranan penting untuk menentukan
keberhasilan dalam membentuk kesamaan persepsi dengan pihak lain dalam
makalah ini ialah pasien. Kemampuan komunikator mencakup keahliaan atau
kredibilitas daya tarik dan keterpercayaan merupakan faktor yang sangat
berpengaruh dan menentukan keberhasilan dalam melakukan komunikasi ( TAN,
1981:104).
Unsur komunikasi terapeutik selain komunikator, yaitu pesan
merupakan salah satu unsur penting yang harus ada dalam proses komunikasi.
Tanpa kehadiran pesan, proses komunikasi tidak terjadi. Komunikasi akan
berhasil bila pesan yang disampaikan tepat, dapat dimengerti, dan dapat diterima
komunikan.
Moore dalam Rakhmat (1993:297) mengemukakan bahwa keberhasilan
komunikasi sangat ditentukan oleh daya tarik pesan. Effendy (2000:41)
mengatakan bahwa komunikasi akan berhasil bila pesan yang disampaikan
memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Pesan harus direncanakan
2. Pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak
3. Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima
4. Pesan harus berisi hal-hal yang mudah difahami
5. Pesan yang disampaikan tidak samar-samar.
9
2.6 Hambatan Komunikasi terapeutik
1. Faktor yang bersifat teknis.
Yaitu kurangnya penguasaan teknik komunikasi yang mencakup unsur-unsur
yang ada dalam komunikator dalam mengungkapkan pesan, menyandi,
lambang-lambang, kejelian dalam memilih media, dan metode penyampaian
pesan.
2. Faktor yang bersifat perilaku.
Bentuk dari perilaku yang dimaksud adalah perilaku komunikan yang bersifat
sebagai berikut.
a. pandangan yang bersifat apriori,
b. prasangka yang didasarkan atas emosi,
c. suasana yang otoriter,
d. ketidakmauan berubah walaupun salah,
e. sifat yang egosentris.
3. Faktor yang bersifat situasional
yaitu kondisi dan situasi ekonomi, sosial, politik, dan keamanan. Sedangkan
menurut Stuart dan Sundeen (1998) hambatan kemajuan hubungan terapeutik
terapis — pasien terdiri atas hal-hal berikut:
a. Resisten.
Resisten adalah upaya pasien untuk tetap tidak menyadari
aspek penyebab ansietas yang dialaminya. Perilaku resisten ini
biasanya ditujukan pasien pada fase kerja, karena pads fase ini banyak
berisi proses penyelesaian masalah. Bentuk resisten:
1) supresi dan represi informasi terkait,
2) intensifikasi gejala,
3) devaluasi diri dan pandangan keputusasaan tentang masa depan,
4) dorongan untuk sehat yang terjadi secara tiba-tiba, tetapi hanya
kesembuhan bersifat sementara,
5) hambatan intelektual,
6) perilaku amuk atau tidak rasional,
7) pembicaraan yang bersifat permukaan,
8) muak terhadap normalitas,
9) reaksi transferen.
b. Transferen.
10
Transferen merupakan reaksi tidak sadar di mana pasien
mengalami perasaan dan sikap terhadap terapis yang pada dasarnya
terkait dengan tokoh di dalam kehidupannya yang lalu. Ada dua jenis
utama yaitu reaksi bermusuhan dan tergantung.
c. Kontertransferen.
Kebutuhan terapeutik dibuat oleh terapis, bukan oleh pasien.
Kontertransferen merujuk pada respons emosional spesifik oleh terapis
terhadap pasien yang tidak tepat dalam isi konteks hubungan terapeutik
atau ketidaktepatan dalam intensitas emosi.
Untuk mengatasi hambatan terapeutik terapis harus siap untuk
mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks
hubungan terapis-pasien untuk mengatasi hambatan terapeutik. Terapis
harus mempunyai pengetahuan tentang kebutuhan terapeutik dan
menggali perilaku yang menunjukkan adanya kebutuhan tersebut.
Klarifikasi serta refleksi perasaan dan isi dapat digunakan agar terapis
dapat lebih memusatkan pada apa yang sedang terjadi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
11
Komunikasi adalah suatu proses interaksi dari satu individu dengan
individu lainnya. Melalui proses tersebut individu yang satu dapat mempengaruhi
individu lainnya, serta dapat diperoleh suatu pemahaman bersama.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang ditujukan untuk
membina kerjasama perawat dan klien yang terapeutik, ditandai dengan tukar
menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman dalam membina hubungan
intim terapeutik dalam lingkup yang terbatas.
3.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa dapat memahami dan mengerti tentang
tahapan-tahapan hubungan komunikasi terapeutik dan dapt menerapkan dalam
komunikasi kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t33678.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-angilianbu-5150-3-bab2.pdf
12
13