Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami berbagai macam
nikmat, sehingga aktivitas hidup ini banyak diberikan keberkahan. Dengan kemurahan yang
telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami menyelesaikan makalah ini dengan
baik.

Ucapkan terima kasih tidak lupa kami hanturkan kepada dosen dan teman-teman yang
banyak membantu dalam penyusunan makalah yang berjudul “Karakteristik Perawat yang
Memfasilitasi Hubungan Terapeutik”. Kami menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari segi tata
bahasa maupun dalam hal perbuatan.

Oleh karena itu, kami meminta maaf atas ketidaksempurnaan dalam pembuatan makalah ini
dan juga memohon kritik dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat karya
tulis ini. Harapan kami mudah-mudahan apa yang akan kami susun ini bisa memberikan manfaat
untuk diri kami sendiri, teman-teman, maupun orang lain.

Sigli, 22 Desember 2021

1
Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional yang merupakan


bagian integral dari layanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperwatan.
Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif yang ditujukan bagi
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia (Dermawan 2013).

Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, Komunikasi


terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2005).

Komunikasi dalam keperawatan merupakan alat mengimplementasikan proses


keperawatan. Komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien dalam mencapai tingkat
kesehatan yang optimal (Stuart dalam Suryani, 2006).

Komunikasi yang diberikan perawat bertujuan memberi terapi maka komunikasi


keperawatan disebut komunikasi terapeutik, seorang perawat dapat membantu klien
mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi. Perawat menggunakan
pendekatan terencana mempelajari klien dan dipimpin oleh seorang profesional (Keltner
Schwecke dan Bostrom, 1991).

Komunikasi terapeutik merupakan cara yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku
manusia dan bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di Rumah sakit,
sehingga komunikasi harus dikembangkan secara terus-menerus (Anggraini, 2009).

3
Seorang perawat professional selalu berusaha untuk berperilaku terapeutik, yang berarti
bahwa setiap interaksi yang dilakukannya memberikan dampak terapeutik yang
memungkinkan klien untuk tumbuh dan berkembang. Tahapan interaksi komunikasi
terapeutik yakni tahap prainteraksi, tahaporientasi, tahapkerja, dan tahap terminasi
(Anggraini, 2009).

2. Tujuan

1. Untuk mengetahui defenisi karakteristik perawat yang memfasilitasi hubungan


terapeutik

3. Manfaat

Diharapkan untuk pembaca dapat memahami arti dari komunikasi terapeutik tersebut dan
tenaga medis terutama perawat dapat menerapkan hubungan terapeutik pada pasien.

4
BAB II

Landasan Teori

A. Definisi Komunikasi Teurapeutik

komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang terjalin dengan baik, komunikatif

dan bertujuan untuk menyembuhkan atau setidaknya dapat melegakan serta dapat

membuat pasien merasa nyaman dan akhirnya mendapatkan kepuasan (Yubiliana,2017)

komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan

terapi. Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang

dihadapinya melalui komunikasi (Suryani 2005). komunikasi terapeutik adalah

kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres,

mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain

(Priyanto,2009).

B. Fungsi Komunikasi Terapeutik 

Komunikasi terapeutik dapat digunakan sebagai terapi untuk menurunkan tingkat

kecemasan pasien atau meningkatkan rasa percaya pasien terhadap perawatnya. Dengan

pemberian komunikasi terapeutik diharapkan dapat menurunkan tingkat kecemasan

pasien karena pasien merasa bahwa interaksinya dengan perawat merupakan kesempatan

untuk berbagi pengetahuan, perasaan dan informasi dalam rangka mencapai tujuan

perawatan yang optimal, sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat.

5
Menurut Stuart dan Sundeen (1995), fungsi komunikasi terapeutik adalah sebagai berikut: 

1. Meningkatkan tingkat kemandirian klien melalui proses realisasi diri, penerimaan diri

dan rasa hormat terhadap diri sendiri. 

2. Identitas diri yang jelas dan rasa integritas yang tinggi.

3. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan saling tergantung

dan mencintai. 

4. Meningkatkan kesejahteraan klien dengan peningkatan fungsi dan kemampuan

memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistik.

Pemberian komunikasi terapeutik yang diberikan oleh perawat pada pasiennya berisi

tentang diagnosa penyakit, manfaat, urgensinya tindakan medis, resiko, komplikasi yang

mungkin dapat terjadi, prosedur alternatif yang dapat dilakukan, konsekuensi yang dapat

terjadi apabila tidak dilakukan tindakan medis, prognosis penyakit, dampak yang

ditimbulkan dari tindakan medis serta keberhasilan atau ketidakberhasilan dari tindakan

medis tersebut.

6
C. Tujuan Komunikasi Terapeutik 

Pelaksanaan komunikasi terapeutik bertujuan membantu pasien memperjelas

penyakit yang dialami, juga mengurangi beban pikiran dan perasaan untuk dasar tindakan

guna mengubah ke dalam situasi yang lebih baik. Komunikasi terapeutik diharapkan

dapat mengurangi keraguan serta membantu dilakukannya tindakan efektif, memperat

interaksi kedua pihak, yakni antara pasien dan perawat secara profesional dan

proporsional dalam rangka membantu penyelesaian masalah pasien.

Menurut Indrawati (2003), tujuan komunikasi terapeutik adalah membantu pasien

memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran, membantu mengambil

tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan

fisik dan diri sendiri. Sedangkan menurut Stuart & Laraia (2005), tujuan komunikasi

terapeutik adalah kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatnya kehormatan diri,

identitas pribadi yang jelas dan meningkatnya integritas pribadi, kemampuan untuk

membentuk suatu keintiman, saling ketergantungan, hubungan interpersonal, dengan

kapasitas memberi dan menerima cinta, mendorong fungsi dan meningkatkan

kemampuan terhadap kebutuhan yang memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang

realistik

D. Karakteristik Komunikasi terapeutik

7
Penggunaan komunikasi terapeutik yang efektif dengan memperhatikan

pengetahuan, sikap, dan cara yang digunakan oleh perawat sangat besar pengaruhnya

terhadap usaha mengatasi berbagai masalah psikologis klien.Dengan komunikasi terapeutik,

klien akan mengetahui apa yang sedang dilakukan dan apa yang akan dilakukan selama di

rumah sakit, sehingga perasaan dan pikiran yang menimbulkan masalah psikologis klien

dapat teratasi, seperti kecemasan, ketakutan. Pelaksanaan komunikasi terapeutik sampai saat

ini masih belum baik dan hanya bersifat rutinitas. Ada beberapa kemungkinan kurang

berhasilnya komunikasi terapeutik pada pasien diantaranya pengetahuan, sikap perawat

tingkat pendidikan, pengalaman, lingkungan, jumlah tenaga yang dirasa masih kurang.

Untuk mempunyai sikap yang positif dalam komunikasi terapeutik maka diperlukan

pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan kurang maka sikap dalam

komunikasi terapeutik akan menjadi kurang. Bila hal ini dibiarkan akan menjadi dampak

pada psikologis klien seperti kecemasan, ketakutan, perubahan sikap maladaptive.

Ada beberapa hal mendasar yang memberikan ciri-ciri komunikasi terapeutik

(Liliweri,2007), yaitu :

1. Ihklas (Genuiness)

Semua perasaan negative yang dimiliki pasien harus bisa di terima dan

pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada

pasien untuk mengkonsumsikan kondisinya secara tepat.

8
2. Empati (Empati)

Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Objektif dalam

memberikan penilaian terhadap kondisi passion dan tidak berlebihan.

3. Hangat (Warmth)

Kehangatan dan sikap pemisif yang diberikan diharapkan pasien dapat

memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bis

mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.

4. Bersikap Autentik

Keautentikkan bermula pada pengetahuan bahwa kehidupan seseorang adalah

kehadiranan pribadi seseorang, yang tidak dapat di alami orang lain, ketika kita pada

kenyataannya, “pengarang yang tidak dapat di bantah “ yang utamanya bertanggung

jawab terhadap kehidupan kita dan bagi kehidupan yang ada di dalamnya dengan

kebebasan, dengan tanggungjawab-secara konstan menjadi diri sendiri. Itu merupakan “I”

perawat “ dalam mengikuti dirinya dan bersama orang lain tidak di belakang kedok,

peran,kode atau ritual. Hala itu beraarti berkaitan dengan orang lain dengan seluruh dari

diri seseorang” (Buber, Op.Cit.). Perawat bersama pasien – memberi dan mener ima –

dalam kejadian kehiduapan keperawatan. Perawat yang berkomunikasi erat dengan

dirinya, yang behubungan dengan diri, yang merupakan”sumber” dirinya sendiri maka

dapat menjadi ”sumber” bagi pasien-dapat secara terapeutik menggunakan dirinya.

Dengan menghubungjkan diri pada cara ini memudahkan untuk sepenuhya berhubungan

9
denganorang lain, tidak pernah terlibat terlalu dalam. Kita adlaha sumber diri kita sendiri

bersikap autentik.

5. Kesungguhan

Kesungguhan adalah sikap yang utama, sumber untuk bersikap. Kesungguhan kita

bukanlah sesuatu yang berada di luar diri kita, di luar atau di atas pikiran, tetapi ada

bersama kita dalam tindakan setiap hari-sikap ini ada bersama kita. Kesunggguhan itu

adalah keikhlasan kita, keautentikan dan nyata ketika mengatakan kita adalah kita dan

hidup seperti yang kita katakana demikian, sebagai asuhan keperawatan berhubungan

secara terapeutik.

6. Komitmen

Komitmen adalah kesadaran kepedulian yang dinamis. Komitmen bukanlah

konsep tanpa alasan maupun dibawah pengaruh kekuasaan oranglain, pikiran oranglain.

Komitmen, mebutuhkan keinginan yang tulus untuk ikut serta bersama pasien saat

keadaan sulit yang tidak dapat di hadapi sendiri sebagai ekspresi tanggungn jawab moral,

persamaan komitmen moral adalah suatu ukuran tentang”kesempurnaan” seorang

perawat (Levine, 1977). Demikian pula intisari suatu advokasi dengan yang lain

“dengan” saat yang lain tidak memiliki berada di sana. Komitmen sebagai tindakan

khusus dalam perawatan telah dinyatakan oleh Roach (1987). Komitmen adalah

persamaan investasi diri dalam suatu tugas, individu, pilihan karier, kualitas yang dapat

10
diinternalisasikan sebagai suatu nilai yang di obligasikan untuk melalukannya tidak di

anggap sebagai beban.

7. Kehadiran

Keberadaan perawat untuk, dalam hubungannya dengan orang lain adalah kunci

dari hubungan keperwatan terapeutik. Seperti semua hal yang sangat penting, hal pada

saat yang bersamaan sederhana dan kompleks. Ini berhubungan dengan “kehadiran yang

sesungguhnya” dari perawat yang pasien dapat apa yang terpenting untuk kita semua,

keinginan untuk dimengerti dan untuk mengerti.

Tidak hadir bukan berarti tidak ada secara fisik. Kita semua memeliki halangan

dalam ketidakhadiran, dalam kehadiran ada hubungannya ketika dua orang yang bersama

dan berinterssaksi, ketika semua sudah pasti hadir tetapi tiadak ada seorang pun yang

mengerti atau hadir untuk mengerti kita. Hal ini berhasil, kesepian dan bergantung pada

kerapuhan kita, perasaan terluka.

8. Simpati

Simpati adalah inti dari hubunganterapeutik, simpati adalah salah satu bertahan

hidup pada kesadaran hubungan seseorang pada semua makhluk hidup, menimbulkan

sesuatu respon partisipasi dalam pengalaman orang lain, suatu sensitivitas terhadap nyeri

11
dan keratakan yang lain, suatu kualitas kehadiran yang membolehkan seorang berbagi

sekamar dengan yang lain (Roach. Op.Cit). keharuan berbicara pada inti dari pusat terapi,

terhadap keterbukaan dengan cinta, terhadap kehidupan – dalam semua kenikmatannya,

pembagian dan penderitaannya. Inti simpati melibatkan tidak hanya kepedulian, perasaan

mendalam pada penderitaan orang lain namun mengusir dari orang lain, mendeketi tidak

hanya berbagi dalam penderitaan mereka namun untuk menghilangakn penderitaa

melalui curahan hati.

BAB III

PENUTUP

12
1. Kesimpulan

Mutu pelayanan kesehatan masyarakat perlu terus diingatkan untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat karena terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua

pihak. Komunikasi merupakan upaya individu dalam menjaga dan mempertahankan

individu untuk tetap berinteraksi dengan orang lain dan komponen penting dalam praktik

keperawatan. Komunikasi terapeutik adalah modalitas dasar intervensi utama yang terdiri

atas teknik verbal dan nonverbal yang digunakan untuk membentuk hubungan antara

terapis dan pasien dalam pemenuhan kebutuhan. Dalam komunikasi terapeutik ada

beberapa fase yaitu tahap prainteraksi, perkenalan, tahap kerja dan tahap terminasi.

2. Saran

Apabila ada kesalahan dalam makalah kami di harapkan kepada pembaca di

maklumi dan di harapkan juga pembaca dapat memahami tentang karakteristik

komunikasi terapeutik.

DAFTAR PUSTAKA

Dalami Ermawati, S.Kp. 2009. “Komunikasi Keperawatan”. Jakarta: Trans Info Media

Jakarta.

13
Lynn Basford & Oliver Slevin. 2006. “Buku Teori dan Praktik Keperawatan”. Jakarta:

Buku Kedokteran EGC.

yubiliana, Gilang. 2017. Komunikasi Terapeutik: Penatalaksanaan Komunikasi Efektif

& Terapeutik Pasien & Dokter Gigi. Bandung: UNPAD Press.

Priyanto, A. 2009. Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana Pelayanan

Kesehatan Untuk Perawat dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika.

Stuart dan Sundeen. 1995. Buku Keperawatan. Jakarta: EGC.

Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik: Teori dan Praktik. Jakarta: EGC.

Indrawati. 2003. Komunikasi untuk Perawat. Jakarta: EGC.

Stuart dan Laraia. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Arwani. 2002. Komunikasi dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.

Uripni, C.L., dkk. 2002. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai