Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami berbagai macam
nikmat, sehingga aktivitas hidup ini banyak diberikan keberkahan. Dengan kemurahan yang
telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
Ucapkan terima kasih tidak lupa kami hanturkan kepada dosen dan teman-teman yang
banyak membantu dalam penyusunan makalah yang berjudul “Karakteristik Perawat yang
Memfasilitasi Hubungan Terapeutik”. Kami menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari segi tata
bahasa maupun dalam hal perbuatan.
Oleh karena itu, kami meminta maaf atas ketidaksempurnaan dalam pembuatan makalah ini
dan juga memohon kritik dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat karya
tulis ini. Harapan kami mudah-mudahan apa yang akan kami susun ini bisa memberikan manfaat
untuk diri kami sendiri, teman-teman, maupun orang lain.
1
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Komunikasi terapeutik merupakan cara yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku
manusia dan bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di Rumah sakit,
sehingga komunikasi harus dikembangkan secara terus-menerus (Anggraini, 2009).
3
Seorang perawat professional selalu berusaha untuk berperilaku terapeutik, yang berarti
bahwa setiap interaksi yang dilakukannya memberikan dampak terapeutik yang
memungkinkan klien untuk tumbuh dan berkembang. Tahapan interaksi komunikasi
terapeutik yakni tahap prainteraksi, tahaporientasi, tahapkerja, dan tahap terminasi
(Anggraini, 2009).
2. Tujuan
3. Manfaat
Diharapkan untuk pembaca dapat memahami arti dari komunikasi terapeutik tersebut dan
tenaga medis terutama perawat dapat menerapkan hubungan terapeutik pada pasien.
4
BAB II
Landasan Teori
dan bertujuan untuk menyembuhkan atau setidaknya dapat melegakan serta dapat
komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan
terapi. Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang
kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres,
mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain
(Priyanto,2009).
kecemasan pasien atau meningkatkan rasa percaya pasien terhadap perawatnya. Dengan
pasien karena pasien merasa bahwa interaksinya dengan perawat merupakan kesempatan
untuk berbagi pengetahuan, perasaan dan informasi dalam rangka mencapai tujuan
5
Menurut Stuart dan Sundeen (1995), fungsi komunikasi terapeutik adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan tingkat kemandirian klien melalui proses realisasi diri, penerimaan diri
3. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan saling tergantung
dan mencintai.
Pemberian komunikasi terapeutik yang diberikan oleh perawat pada pasiennya berisi
tentang diagnosa penyakit, manfaat, urgensinya tindakan medis, resiko, komplikasi yang
mungkin dapat terjadi, prosedur alternatif yang dapat dilakukan, konsekuensi yang dapat
terjadi apabila tidak dilakukan tindakan medis, prognosis penyakit, dampak yang
ditimbulkan dari tindakan medis serta keberhasilan atau ketidakberhasilan dari tindakan
medis tersebut.
6
C. Tujuan Komunikasi Terapeutik
penyakit yang dialami, juga mengurangi beban pikiran dan perasaan untuk dasar tindakan
guna mengubah ke dalam situasi yang lebih baik. Komunikasi terapeutik diharapkan
interaksi kedua pihak, yakni antara pasien dan perawat secara profesional dan
tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan
fisik dan diri sendiri. Sedangkan menurut Stuart & Laraia (2005), tujuan komunikasi
terapeutik adalah kesadaran diri, penerimaan diri, dan meningkatnya kehormatan diri,
identitas pribadi yang jelas dan meningkatnya integritas pribadi, kemampuan untuk
kemampuan terhadap kebutuhan yang memuaskan dan mencapai tujuan pribadi yang
realistik
7
Penggunaan komunikasi terapeutik yang efektif dengan memperhatikan
pengetahuan, sikap, dan cara yang digunakan oleh perawat sangat besar pengaruhnya
klien akan mengetahui apa yang sedang dilakukan dan apa yang akan dilakukan selama di
rumah sakit, sehingga perasaan dan pikiran yang menimbulkan masalah psikologis klien
dapat teratasi, seperti kecemasan, ketakutan. Pelaksanaan komunikasi terapeutik sampai saat
ini masih belum baik dan hanya bersifat rutinitas. Ada beberapa kemungkinan kurang
tingkat pendidikan, pengalaman, lingkungan, jumlah tenaga yang dirasa masih kurang.
Untuk mempunyai sikap yang positif dalam komunikasi terapeutik maka diperlukan
pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan kurang maka sikap dalam
komunikasi terapeutik akan menjadi kurang. Bila hal ini dibiarkan akan menjadi dampak
(Liliweri,2007), yaitu :
1. Ihklas (Genuiness)
Semua perasaan negative yang dimiliki pasien harus bisa di terima dan
pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada
8
2. Empati (Empati)
3. Hangat (Warmth)
memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bis
4. Bersikap Autentik
kehadiranan pribadi seseorang, yang tidak dapat di alami orang lain, ketika kita pada
jawab terhadap kehidupan kita dan bagi kehidupan yang ada di dalamnya dengan
kebebasan, dengan tanggungjawab-secara konstan menjadi diri sendiri. Itu merupakan “I”
perawat “ dalam mengikuti dirinya dan bersama orang lain tidak di belakang kedok,
peran,kode atau ritual. Hala itu beraarti berkaitan dengan orang lain dengan seluruh dari
diri seseorang” (Buber, Op.Cit.). Perawat bersama pasien – memberi dan mener ima –
dirinya, yang behubungan dengan diri, yang merupakan”sumber” dirinya sendiri maka
Dengan menghubungjkan diri pada cara ini memudahkan untuk sepenuhya berhubungan
9
denganorang lain, tidak pernah terlibat terlalu dalam. Kita adlaha sumber diri kita sendiri
bersikap autentik.
5. Kesungguhan
Kesungguhan adalah sikap yang utama, sumber untuk bersikap. Kesungguhan kita
bukanlah sesuatu yang berada di luar diri kita, di luar atau di atas pikiran, tetapi ada
bersama kita dalam tindakan setiap hari-sikap ini ada bersama kita. Kesunggguhan itu
adalah keikhlasan kita, keautentikan dan nyata ketika mengatakan kita adalah kita dan
hidup seperti yang kita katakana demikian, sebagai asuhan keperawatan berhubungan
secara terapeutik.
6. Komitmen
konsep tanpa alasan maupun dibawah pengaruh kekuasaan oranglain, pikiran oranglain.
Komitmen, mebutuhkan keinginan yang tulus untuk ikut serta bersama pasien saat
keadaan sulit yang tidak dapat di hadapi sendiri sebagai ekspresi tanggungn jawab moral,
perawat (Levine, 1977). Demikian pula intisari suatu advokasi dengan yang lain
“dengan” saat yang lain tidak memiliki berada di sana. Komitmen sebagai tindakan
khusus dalam perawatan telah dinyatakan oleh Roach (1987). Komitmen adalah
persamaan investasi diri dalam suatu tugas, individu, pilihan karier, kualitas yang dapat
10
diinternalisasikan sebagai suatu nilai yang di obligasikan untuk melalukannya tidak di
7. Kehadiran
Keberadaan perawat untuk, dalam hubungannya dengan orang lain adalah kunci
dari hubungan keperwatan terapeutik. Seperti semua hal yang sangat penting, hal pada
saat yang bersamaan sederhana dan kompleks. Ini berhubungan dengan “kehadiran yang
sesungguhnya” dari perawat yang pasien dapat apa yang terpenting untuk kita semua,
Tidak hadir bukan berarti tidak ada secara fisik. Kita semua memeliki halangan
dalam ketidakhadiran, dalam kehadiran ada hubungannya ketika dua orang yang bersama
dan berinterssaksi, ketika semua sudah pasti hadir tetapi tiadak ada seorang pun yang
mengerti atau hadir untuk mengerti kita. Hal ini berhasil, kesepian dan bergantung pada
8. Simpati
Simpati adalah inti dari hubunganterapeutik, simpati adalah salah satu bertahan
hidup pada kesadaran hubungan seseorang pada semua makhluk hidup, menimbulkan
sesuatu respon partisipasi dalam pengalaman orang lain, suatu sensitivitas terhadap nyeri
11
dan keratakan yang lain, suatu kualitas kehadiran yang membolehkan seorang berbagi
sekamar dengan yang lain (Roach. Op.Cit). keharuan berbicara pada inti dari pusat terapi,
pembagian dan penderitaannya. Inti simpati melibatkan tidak hanya kepedulian, perasaan
mendalam pada penderitaan orang lain namun mengusir dari orang lain, mendeketi tidak
BAB III
PENUTUP
12
1. Kesimpulan
derajat kesehatan masyarakat karena terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua
individu untuk tetap berinteraksi dengan orang lain dan komponen penting dalam praktik
keperawatan. Komunikasi terapeutik adalah modalitas dasar intervensi utama yang terdiri
atas teknik verbal dan nonverbal yang digunakan untuk membentuk hubungan antara
terapis dan pasien dalam pemenuhan kebutuhan. Dalam komunikasi terapeutik ada
beberapa fase yaitu tahap prainteraksi, perkenalan, tahap kerja dan tahap terminasi.
2. Saran
komunikasi terapeutik.
DAFTAR PUSTAKA
Dalami Ermawati, S.Kp. 2009. “Komunikasi Keperawatan”. Jakarta: Trans Info Media
Jakarta.
13
Lynn Basford & Oliver Slevin. 2006. “Buku Teori dan Praktik Keperawatan”. Jakarta:
14