Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN

PENYAKIT KRONIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik
mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal. Suatu bentuk pelayanan
kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang didasarkan pada
pencapaian kebutuhan dasar manusia. Dalam hal ini asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga
dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup seluruh
kehidupan manusia.
Dengan itu kami mengangkat judul :
“Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Kronis“

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud komunikasi terapeutik?
2. Bagaimana cara penerapan teknik komunikasi terapeutik?
3. Apa yang di maksud dengan penyakit kronis?
4. Apa penyebab dari penyakit kronis?
5. Bagaimana cara menyampaikan berita buruk pada pasien kronis?
6. Bagaimana cara berkomunikasi dengan pasien kronis?

C. Tujuan
1. Menjelaskan yang dimaksud komunikasi terapeutik.
2. Menjelaskan cara penerapan teknik komunikasi terapeutik?
3. Menjelaskan tentang pengertian penyakit kronis
4. Menjelaskan penyebab dari timbulnya penyakit kronis
5. Memberikan pemaparan secara jelas mengenai penyampaian berita buruk
terhadap pasien kronis.
6. Menjelaskan bagaimana berkomunikasi dengan penderita penyakit kronis
dengan benar.

D. Metode penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode diskritip melalui pendekatan studi
kasus yang meliputi pengumpulan data, analisa data, dan menarik kesimpulan.
Metode ini dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku dan sumber-sumber lain
(internet) yang berhubungan dengan judul dan permasalahan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Komunikasi Terapeutik


Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam
hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan
intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses
penyembuhan pasien. Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama
antara perawat-klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Maksud
komunikasi adalah untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Oleh karenanya
seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif
komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi. Di
dalam komunikasi terapeutik ini harus ada unsur kepercayaan.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar dan
bertujuan dan kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien, dan merupakan
komunikasi profesional yang mengarah pada tujuan untuk penyembuhan pasien
Beberapa pendapat mengenai komunikasi terapeutik diantaranya:
1. Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan
atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres,
mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang
lain.
2. Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan
hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan
klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki
pengalaman emosional klien.
3. S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan
kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman
dalam membina hubungan intim yang terapeutik.
4. Kalthner, dkk (1995) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik terjadi dengan
tujuan menolong pasien yang dilakukan oleh orang-orang yang professional
dengan menggunakan pendekatan personal berdasarkan perasaan dan emosi.
5. (Heri Purwanto, 1994)Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
interpersonal, artinya komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung,
baik secara verbal dan nonverbal.
6. (Mulyana, 2000)Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
7. (Indrawati, 2003 48).Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal
dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien.
Persoalan mendasar dan komunikasi ini adalah adanya saling membutuhan antara
perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di
antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan
8. (Indrawati, 2003 : 48)Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa
dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan
profesional.

B. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah
yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang
meliputi :
1. Realisi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri. Memulai
komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang
menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan
dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya,mengalami gambaran
diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti dan pada akhirnya merasa putus asa
dan depresi.
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling
bergantung dengan orang lain. Melalui komunikasi terapeutik, orang belajar
bagaimana menerima dan diterima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka,
jujur dan menerima klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan
kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya (Hibdon, 200). Rogers
(1974) dalam Abraham dan Shanley (1997) mengemukakan bahwa hubungan
mendalam yang digunakan dalam proses interaksi antara perawat dan klien
merupakan area untuk mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah dan
meningkatkan kemampuan koping.
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan yang reistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan
terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya. Taylor, Lilis dan La Mone (1997)
mengemukakan bahwa individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal
diri mempunyai harga diri yang tinggi sedangkan individu yang merasa kenyataan
hidupnya jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah diri.
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan yang reistis.
C. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya
hubungan yang konstruktif meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya
hubungan yang konstruktif diantar perawat klien. Tidak seperti komunikasi sosial,
komunikasi ini mempunyai tujuan untuk membantu klien mencapai suatu tujuan
dalam asuhan keperawatan. Oleh karena itu sangat penting bagi perawat untuk
memahami prinsip dasar komunikasi terapeutik berikut ini :
1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan, didasarkan pada prinsip ‘humanity of nurses and clients’.
2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan
karakter,memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar
belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap individu.
3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi
maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga
dirinya dan harga diri klien.
4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus
dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif
pemecahan masalah (Stuart,1998). Hubungan saling percaya antara perawat dan
klien adalah kunci dan komunikasi terapeutik.
5. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri
serta nilai yang dianut.
6. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan
saling menghargai.
7. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien.
8. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun
mental. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki
motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya. Sehingga
tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah – masalahyang dihadapi.
9. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun
fungsi.
D. Jenis Komunikasi Terapeutik
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia
sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993) dalam Purba (2003), komunikasi
terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.
1. Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di
rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan
dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu.
Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau
perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi
dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji
minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu
memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi Verbal
yang efektif harus:
1) Jelas dan ringkas
2) Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)
3) Arti denotatif dan konotatif
4) Selaan dan kesempatan berbicara
5) Waktu dan Relevansi
6) Humor

2. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering
digunakan dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan
memo, laporan, iklan di surat kabar dan lain- lain. Prinsip-prinsip komunikasi
tertulis terdiri dari :
1) Lengkap
2) Ringkas
3) Pertimbangan
4) Konkrit
5) Jelas
6) Sopan
7) Benar
3. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-
kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada
orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang
disampaikan klien mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan
keperawatan, karena isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal.
Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan. Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal
sebagai berikut:
1) Kinesik
Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa
isyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihan informasi
mengenai kesehatan, para penyuluh tidak saja menggunakan kata-kata secara
verbal tetapi juga memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat untuk
mengatakan suatu penyakit yang berbahaya, obat yang mujarab, cara memakai
kondom, cara mengaduk obat, dan lain-lain.
2) Proksemik
Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang” dan “jarak”
antara individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara individu
dengan objek.
3) Haptik
Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara
dua orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada ahli komunikasi
nonverbal yang mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba,
memegang, mengelus dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan relasi anda
dengan seseorang.

4) Paralinguistik
Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia bermanfaat kalau
kita hendak menginterprestasikan simbol verbal.
5) Artifak
Artifak dalam komunikasi-komunikasi non verbal dengan berbagai benda
material disekitar kita.
6) Logo dan Warna Kreasi
Logo dan warna kreasi perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan
merupakan karya komunikasi bisnis.
7) Tampilan Fisik Tubuh
Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik tubuh dari
lawan bicara anda. Kita sering menilai seseorang mulai dari warna kulitnya,tipe
tubuh (atletis, kurus, ceking, bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipe tubuh
itu merupakan cap atau warna yang kita berikan kepada orang itu. Salah satu
keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah persuasif, artinya bagaimana kita
merancang pesan sedemikian rupa sehingga mampu mempengaruhi orang lain
agar mereka dapat mengetahui informasi, menikmati informasi, memutuskan untuk
membeli atau menolak produk bisnis yang disebarluaskan oleh sumber informasi.
(Liliweri, 2007:108).

E. Fungsi komunikasi tertulis


1. Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.
2. Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah
diarsipkan.
3. Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali
untuk mengetahui perkembangan masa lampau.
4. Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.
5. Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat
pengangkatan

F. Keuntungan Komunikasi tertulis


1. Adanya dokumen tertulis
2. Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman
3. Dapat meyampaikan ide yang rumit
4. Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan
5. Menyebarkan informasi kepada khalayak ramai
6. Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan.
7. Membentuk dasar kontrak atau perjanjian
8. Untuk penelitian dan bukti di pengadilan kerugian Komunikasi tertulis

G. Karakteristik Komunikasi Terapeutik


Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai
berikut: (Arwani, 2003 : 54).
1. Ikhlas (Genuiness)
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien harus bisa diterima dan
pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan
kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.
2. Empati (Empathy)
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam
memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.
3. Hangat (Warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat
memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa
mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.

H. Teknik Komunikasi Terapeutik

1. Mendengar (Listening)
Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat
mengetahui perasaan klien, member kesempatan lebih banyak pada klien untuk
bicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif dengan tetap kritis dan
korektif bila apa yang disampaikan klien perlu diluruskan. Tujuan teknik ini
adalah memberi rasa aman klien dalam mengungkapkan perasaannya dan menjaga
kestabilan emosi/psikologis klien.
2. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
Teknik ini memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya sesuai
kehendak klien tanpa membatasi, contoh: “Apa yang sedang Saudara pikirkan?”,
“Apa yang akan kita bicarakan hari ini?”. Agar klien merasa aman dalam
mengungkapkan perasaannya, perawat dapat memberi dorongan dengan cara
mendengar atau mengatakan “saya mengerti yang saudara katakan”.
3. Mengulang (Restarting)
Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan
ungkapan klien dan member indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien.
Misalnya: “Ooh..jadi Saudara tadi malam tidak bisa tidur karena....”.

4. Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien berhenti
karena malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh tidak lengkap
atau mengemukakannya berpindah-pindah. Contoh: “dapatkah Anda menjelaskan
kembali tentang....?”. Gunanya untuk kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan
persepsi perawat-klien.

5. Refleksi
Refleksi merupakan reaksi perawat-klien selama berlangsungnya komunikasi.
Refleksi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Refleksi isi, bertujuan memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide yang
diekspresikan klien dengan pengertian perawat.
2) Refleksi perasaan, yang bertujuan member respon pada perasaan klien terhadap
isi pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.
Teknik refleksi ini berguna untuk:
a) Mengetahui dan menerima ide dan perasaan
b) Mengoreksi.
c) Memberi keterangan lebih jelas
Kerugiannya adalah:
a) Mengulang terlalu sering tema yang sama
b) Dapat menimbulkan marah, iritasi, dan frustasi

6. Memfokuskan
Membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih dan yang penting serta
menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu lebih spesifik, lebih jelas, dan
berfokus pada realitas.
Contoh:
Klien : “Petugas kesehatan yang ada di rumah sakit ini kurang perhatian pada
pasiennya”.
Perawat : “Apakah Saudara sudah minum obat?”
7. Membagi persepsi
Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan. Dengan
cara ini perawat dapat meminta umpan balik dan memberi informasi.
Contoh: “Anda tertawa, tetapi saya rasa Anda marah kepada saya”.

8. Identifikasi Tema
Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama
percakapan. Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah
yang penting.
Misalnya: “Saya lihat dari semua keterangan yang Anda jelaskan, Anda telah
disakiti. Apakah ini latar belakang masalahnya?”
9. Diam (Silence)
Cara yang sukar biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan. Tujuannya
untuk memberi kesempatan berpikir dan memotivasi klien untuk bicara. Pada klien
yang menarik diri, teknik diam berarti perawat menerima klien.
Misalnya:
Klien : Saya jengkel kepada suami saya.
Perawat : Diam (memberi kesempatan klien)
Klien : Suami saya selalu telat pulang kerja tanpa alasan yang jelas, kalau saya
tanya pasti marah.
10. Informing
Teknik ini bertujuan memberi informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan
bagi klien, misalnya perawat menjelaskan tentang penyebab panas yang dialami
klien.
Klien : Suster, kenapa suhu tubuh saya masih tinggi? Padahal saya sudah minum
obat, kira-kira kenapa ya Suster?
Perawat : Baik saya jelaskan, panas tubuh atau suhu tubuh meningkat dapat
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena ada proses infeksi, dehidrasi atau
karena metabolisme tubuh yang meningkat.
11. Saran
Memberi alternative ide untuk pemecahan masalah. Dapat dipakai pada fase kerja
dan tidak tepat pada fase awal hubungan.Misalnya : Kita tadi sudah cukup banyak
bicara tentang penyebab batuk dan sesak nafas, salah satunya karena merokok.
Kami berharap Anda dapat mengurangi atau berhenti merokok.

I. Pengertian Penyakit Kronis


Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama
sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh.
(Purwaningsih dan Karbina, 2009).
Ketidakmampuan/ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala
tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu
kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.
(Purwaningsih dan Karbina, 2009). Berdasarkan pengertian diatas kelompok
menyimpulkan bahwa penyakit kronis yang dialami oleh seorang pasien dengan
jangka waktu yang lama dapat menyebabkan seorang klien mengalami ketidak
mampuan contohnya saja kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau
kegiatan yang baru dirasakan. Contoh : penyakit diabetes militus, penyakit cord
pulmonal deases, penyakit arthritis.
J. Sifat Penyakit Kronis
Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronis mempunyai
beberapa sifat diantaranya adalah :
1. Progresif
Penyakit kronis yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh penyakit
jantung.
2. Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada
individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.
3. Kambuh
4. Penyakit kronis yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang
sama atau berbeda. Contoh penyakit arthritis

K. Dampak Penyakit Kronis Terhadap Klien


Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronis terhadap klien diantaranya
(Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :
1. Dampak psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :
a. Klien menjadi pasif
b. Tergantung
c. Kekanak-kanakan
d. Merasa tidak nyaman
e. Bingung
f. Merasa menderita

2. Dampak somatik
Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan
penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya. Contoh : DM
adanya Trias P
a. Dampak terhadap gangguan seksual
Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan
perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual).
b. Dampak gangguan aktivitas
c. Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan social
dapat terganggu baik secara total maupun sebagian.

L. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyakit Kronik


1. Persepsi klien terhadap situasi
2. Beratnya penyaki
3. Tersedianya support social
4. Temperamen dan kepribadian
5. Sikap dan tindakan lingkungan
6. Tersedianya fasilitas kesehatan
7. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik

M. Fase kehilangan pada penyakit kronis dan tekhnik komunikasi


Tiap fase yang di alami oleh psien kritis mempunyai karakteristik yang berbeda.
Sehingga perawat juga memberikan respon yang berbeda pul. Dalam
berkomonikasi perwat juga harus memperhatikan pasien tersebut berada di fase
mana, sehingga mudah bagi perawat dalam menyesuaikan fase kehilangan yang di
alami pasien.
1. Fase Denial ( pengikraran )
Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah syok. Tidak percaya
atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi dengan mengatakan “ Tidak,
saya tidak percaya bahwa itu terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang
mengalami penyakit kronis, akan terus menerus mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengikraran adalah letih,lemah, pucat, mual,
diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak tau
harus berbuat apa. Reaksi tersebut di atas cepat berakhir dalam waktu beberapa
menit sampai beberapa tahun.

Teknik komunikasi yang di gunakan :


a. Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang kontruktif dalam
menghadapi kehilangan dan kematian
b. Selalu berada di dekat klien
c. Pertahankan kontak mata

2. Fase anger ( marah )


Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan yang terjadinya
kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering di
proyeksikan kepada orang yang ada di sekitarnya, orang –orang tertentu atau di
tunjukkan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia menunjukkan prilaku agresif,
bicara kasar, menolak pengobatan, dan menuduh perawat ataupun dokter tidak
becus. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi
cepat, gelisah, susah tidur, tangan menggepai.
Teknik komunikasi yang di gunakan adalah memberikan kesempatan pada pasien
untuk mengekspresikan perasaannya, hearing.. hearing.. dan hearing..dan
menggunakan teknik respek
3. Fase bargening ( tawar menawar )
Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif,
maka ia akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan.
Respon ini sering di nyataka dengan kata kata “ kalau saja kejadian ini bisa di
tunda, maka saya akan selalu berdoa “ . apabila proses berduka ini di alami
keluarga, maka pernyataan seperti ini sering di jumpai “ kalau saja yang sakit
bukan anak saya Teknik komunikasi yang di gunakan adalah memberi kesempatan
kepada pasien untuk menawar dan menanyakan kepada pasien apa yang di
inginkan.
4. Fase depression
Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mau
berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut
atau dengan ungkapan yang menyatakan keputus asaan, perasaan tidak berharga.
Gejala fisik yang sering di perlihatkan adalah menolak makan, susah tidur, letih,
dorongan libugo menurun. Teknik komunikasi yang di gunakan adalah jangan
mencoba menenangkan klien dan biarkan klien dan keluarga mengekspresikan
kesedihannya.
5. Fase acceptance ( penerimaan )
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Fase menerima ini
biasanya di nyatakan dengan kata kata ini “ apa yang dapat saya lakukan agar saya
cepat sembuh?” Apabila individu dapat memulai fase fase tersebut dan masuk pada
fase damai atau penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan
mengatasi perasaan kehilnagannya secara tuntas. Tapi apabila individu tetep
berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan. Jika
mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase penerimaan.
Teknik komunikasi yang di gunakan perawat adalah meluangkan waktu untuk
klien dan sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan keluarga terhadap
kematian pasien.
6. Menyampaikan berita buruk
langkah – langkahnya adalah :
a. Persiapan
Pahami anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan berbagai
macam informasi yang paling baik dalam menyampaikan berita buruk adalah
dengan bertemu langsung dengan orang yang kita tuju. Menyampaikan denagn
tidak jelas dan menakutkan hendaknya di hindari seperti : “ ibu sri, datanglah
segera, saya mempunyai sesuatu yang harus saya katakan kepada anda “
Selain itu alangkah lebih baiknya jika perawat menyediakan tempat duduk bagi
perawat, dokter dan orang yang akan di ajak bicara, duduk dan tampakkan bahwa
anda memberikan perhatian dan tidak dalam keadaan tergesa gesa. Cegah berbicara
sambil berlari atau di tempat yang tidak semestinya misal : koridor rumah sakit
yang banyak orang.
Beritahukan rekan anda bahwa anda tidak bisa di ganggu selagi anda
menyampaikan berita kepada pasien. Atur suara agar anda terlihat normal, tidak
erogi atau bergetar
b. Membuat hubungan
Buatlah percakapan awal, walaupun anda mengira bahwa orang yang akan anda
ajak bicara sudah memiliki firasat apa yang akan anda sampaikan.
Beberapa tugas penting di awal ;
a) Percakapan awal
Perkenalkan diri anda dan orang ornag bersama anda, jika di sana terdapat orang
yang elum di ketahui oleh perawat maka cari tahu siapa dia.
Kaji status resipien ( orang yang anda tuju untuk di kabrkan dengan kabr buruk)
Tanyakan kabar atau kenyamanan dan kebutuhannya. Anda harus mengkaji
tentang pemahaman resipien terhadap situasi.
Hal ini akan membantu perawat dalam membuat transisi dalam menyampaikan
kabar buruk dan akan membantu perawat dalam mengkaji persepsi pasien terhadap
keadaan. Perawat dapat mengutarakan pertanyaan seperti “ mengapa tes itu di
lakukan?”

c. Berbagi cerita
Ada kiasan bahwa kabar buruk adalah seperti bom. Yang radiasinya akan
mengenai semua yang ada lingkungannya.
a) Bicara pelan
b) Berikan peringatan awal “ saya takut saya mempunyai kabar yang kurang baik
untuk anda....
Kalimat hendaknya singkat dan beberapa kalimat pendek saja.
d. Akibat dari berita
e. Tunggu reaksi dan tenang
Misal : menangis, pingsan dll
Lihat dan berikan respon sebagai tanda empati dan perawat bisa menyampaikan “
saya paham, hal ini sulit bagi anda. Apa yang ada dalam pikiran anda saat ini.
Ikuti dan perhatikan resipien selanjutnya
Anda dapat membantu resipien agar dapat menguasai kontrol dengan menanyakan
“ apakah anda membutuhkan informasi baru atau kita bisa bicara di kemudian? “
Berikan perhatian dan hormati perasaan dan kebutuhan diri perawat. Sering kali
perawat merasa berat hati dan merasa stres ketika menyampikan brita buruk. Oleh
karna itu berbagi pengalaman dan perasaan terhadap teman sejawat sangat di
perlukan dan bisa sebagai support system bagi diri anda sendiri.
N. Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-
Sosial-
Spritual ini akan meliputi respon kehilangan.
a. Kehilangan kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien
merasa takut , cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.
b. Kehilangan kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan
melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan
c. Kehilangan situasi
Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga
kelompoknya
d. Kehilangan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti panas, nyeri, dll

e. Kehilangan fungsi fisik


Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal ginjal harus
dibantu melalui hemodialisa
f. Kehilangan fungsi mental
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien mengalami
kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir efisien sehingga klien tidak dapat
berpikir secara rasional
g. Kehilangan konsep diri
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran serta identitasnya. Hal ini
dapat akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri rendah
h. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga

O. Roleplay Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Kronis

1. Kasus
Ny.A usia 45 tahun dirawat di RS Gambiran Kediri karena penyakit Diabetes Melittus yang
tak kunjung sembuh. Penyakit yang dideritanya selama 3tahun semakin lama semakin parah.
Beliau dibawa ke RS karena beberapa waktu lalu kaki kanannya terkena pecahan kaca dan
lukanya tidak lekas sembuh
Ny.A sudah dirawat selama dua minggu, Ny.A mendapat perawatan yang baik dari RS.
Namun, Ny.A mengatakan bahwa Beliau sudah bosan dengan penyakit yang dideritanya selama
ini. Ini membuat Ny.A sangat terpukul dan ingin mengakhiri hidupnya. Setelah ditanya perawat,
Ny.A mengatakan bahwa Beliau malu dengan keadaan yang dialami dan beliau merasa lelah
dengan apa yang dihadapinya
Ini membuat perawat harus mencari cara agar ny.A tidak lebih terpuruk dengan keadaannya.
Dengan komunikasi terapeutik perawat yakin bahwa Ny.A akan merasa ada yang memperhatikan
dan akan menarik diri untuk tidak memikirkan hal – hal yang kurang baik. Dengan begitu,
perawat menasehati Ny.A sehingga Ny.A mau untuk bersabar dan menerima keadaan yang
beliau alami saat ini.
2. Roleplay Perawat Melakukan Komunikasi Terapeutik Pada Klien dengan penyakit Kronis
(Diabetes Melitus)
“ Pada pagi hari seorang ibu paruh baya bernama ibu Ani yang berumur 45 tahun tidur
menyingkur. Dia mempunyai penyakit diabetes mellitus. Beliau merasa hidupnya tidak berguna
lagi dan merasa malu dengan keadaannya saat ini,. Namun, perawat memberi pengertian bahwa
semua penyakit pasti ada obatnya”

Cerita selengkapnya, kita lihat di TKP:


P :Selamat pagi (Perawat berhadapan dengan klien).
Ny.A : Selamat pagi suster….!
P: Perkenalkan, nama saya suster Dwi ( Sambil berjabat tangan). Maaf, apakah benar ini dengan
ibu Ani?
Ny.A :benar, saya ibu Ani.
P : Bagaimana kabar ibu Ani hari ini ? Apakah tidur semalam nyenyak?
Ny.A :Baik suster, dan tidur saya semalam cukup nyenyak.
P :Kalau boleh tahu, kenapa ibu Ani selalu memalingkan muka setiap bertemu
saya? apakah ibu Ani mau bercerita tentang apa yang ada dibenak ibu dengan saya?. Saya akan
membantu ibu, jika ibu ada masalah. Saya akan meluangkan waktu dan saya akan
mendengarkan.
Ny.A :begini sus,saya malu dengan keadaan saya saat ini. (menangis)
P :Kenapa ibu Ani malu dengan keadaan ibu saat ini? ( Perawat menanyakan
pertanya an An y yang berkait untuk mendapatkan informasi yang spesifik ). Bukankah kemarin
saya sudah menjelaskan kepada ibu agar ibu tetap bersabar? InsyaAllah, ibu akan diberi
kesembuhan.
Ny.A :Pokoknya, saya malu sus, saya ingin mati saja (menangis)
saya malu dengan keadaan saya ini karena saya tidak bisa seperti orang lain yang dengan mudah
berkumpul dan saya tidak mau mendapat bantuan apapun….!
P :ibu Ani, saya mengerti apa yang ibu rasakan . Tetapi, Ibu Ani tidak perlu malu dengan keadaan
ibu sendiri, dengan ibu lebih sabar dan tegar ibu pasti akan bisa menjalani semua ini.( Perawat
berusaha mengklarifikasi ).“Ibu Ani pun terdiam sejenak. Lalu perawat memberikan tambahan
informasi untuk memfasilitasi klien dalam mengambil keputusan”.
P :Ibu Ani, dengan pengobatan yang ibu jalani sekarang dan dengan kesabaran
ibu,itu akan membantu ibu untuk menyembuhkan penyakit ibu. ( Perawat memberikan
kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan ).
Ny.A :tapi sus,, saya merasa hidup saya sudah tidak berguna lagi. Lihatlah sus, kaki
saya,, (menunjukkan kakinya dan menangis meronta)
P :ibu,, ibu tenang dulu, semua penyakit pasti ada obatnya, tapi obat itu tak akan ada gunanya, jika
kita juga tidak berniat dari hati bahwa kita bisa sembuh. Banyak orang diluar sana yang masih
membutuhkan bantuan ibu.
Ny.A :(menghela nafas) baik sus, saya akan berusaha sabar dan tegar, suatu saat nanti pasti penyakit
saya ini akan sembuh.
P :( Perawat memberikan penghargaan dengan tersenyum pada Ibu Ani). Keputusan itu sangat baik
Ibu Ani, mudah-mudahan anda cepat sembuh dan dapat beraktifitas seperti biasanya.
Ny.A :Terima kasih sus atas motivasi yang anda berikan.
P :Sama-sama Ibu Ani.
Ny.A :yang terpenting saya akan selalu berdoa untuk kesembuhan saya. Jika nanti takdir berkata lain,
saya sudah siap menerimanya sus.
P :nah, ibu,,, semua itu sudah diatur sama Allah. Dan kita harus bisa menerimanya.
Ny.A :baik sus..
Ibu Ani pun telah menyadari bagaimana keadaan yang dia alami, dan Beliau berusaha untuk
menerimanya.
Kesimpulan dari role play kali ini adalah untuk menjalin suatu hubungan yang saling
percaya, maka perawat membutuhkan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik ini berguna
untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada
pertumbuhan klien. Padapasien yang mengalami penyakit kronis ini, perawat harus lebih bisa
bersabar untuk menuntun pasien agar keluar dari keadaan yang bisa menurunkan semangatnya
untuk hidup.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hubungan perawat – klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan
pengalaman perbaikan emosi klien. Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara terapeutik
dengan menggunakan berbagai teknik komunikasi agar perilaku klien berubah kea rah yang
positif secara optimal. Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik, ia harus menganalisa
dirinya dari kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang
bertanggungjawab. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan perawat (verbal atau non
verbal) hendaknya bertujuan terapeutik untuk klien.
Analisa hubungan intim yang terapeutik perlu dilakukan untuk evaluasi perkembangan hubungan
dan menentukan teknik dan keterampilan yang tepat dalam setiap tahap untuk mengatasi masalah
klien dengan prinsip di sini dan saat ini (here and now).
Rasa aman merupakan hal utama yang harus diberikan pada anak agar anak bebas
mengemukakan perasaannya tanpa kritik dan hukuman.
B. Saran
Seorang perawat haruslah bisa mengekspresikan perasaan yang sebenarnya secara spontan. Di
samping itu perawat juga harus mampu menghargai klien dengan menerima klien apa adanya.
Menghargai dapat dikomunikasikan melalui duduk bersama klien yang menangis,minta maaf
atas hal yang tidak disukai klien,dan menerima permintaan klien untuk tidak menanyakan
pengalaman tertentu . Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai pada fase
kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan dengan klien,terutama pada pasien kronis yang
klien itu sendiri sudah tidak merasa hidupnya berguna lagi.
Perawat perlu menganalisa teknik komunikasi yang tepat setiap kali ia berhubungan dengan
klien. Melalui komunikasi verbal dapat diungkapkan informasi yang akurat tetapi aspek emosi
dan perasaan tidak dapat diungkapkan seluruhnya secara verbal. Dengan mengerti proses
komunikasi dan menguasai berbagai keterampilan berkomunikasi, diharapkan perawat dapat
memakai dirinya secara utuh (verbal dan non verbal) untuk memberi efek terapeutik kepada
klien.

DAFTAR PUSTAKA

http://dwicheeprutezz.blogspot.com/2013/07/makalah-komunikasi-keperawatan.html
healthy care

Pengertian
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini
komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi
keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan
pasien. Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat
dipenuhi. Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan
atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres,
mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.
Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan
interpersonal antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien
memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman
emosional klien. Sedangkan S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik
adalah hubungan kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran
dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh perawat
(helper) untuk membantu klien mencapai kembali kondisi yang adaptif dan positif.
B. Fungsi
Telah disebutkan sebelumnya bahwa komunikasi yang dilakukan oleh perawat adalah
komunikasi yang berjenjang. Masing-masing jenjang komunikasi tersebut memiliki
fungsi sebagai berikut: Komunikasi Intrapersonal digunakan untuk berpikir, belajar,
merenung, meningkatkan motivasi, introspeksi diri. Komunikasi Interpersonal digunakan
untuk meningkatkan hubungan interpersonal, menggali data atau masalah,
menawarkan gagasan, memberi dan menerima informasi. Komunikasi
Publik mempengaruhi orang banyak, menyampaikan informasi, menyampaikan perintah
atau larangan umum (publik).
C. Tujuan
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih
positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi:
1. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri.
Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang
menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan dalam
dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya, mengalami gangguan
gambaran diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti dan pada akhirnya merasa
putus asa dan depresi.
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan
salingbergantung dengan orang lain.
Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang
lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien apa adanya, perawat
akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya
(Hibdon, 2000). Rogers (1974) dalam Abraham dan Shanley (1997) mengemukakan
bahwa hubungan mendalam yang digunakan dalam proses interaksi antara perawat
dan klien merupakan area untuk mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah
dan meningkatkan kemampuan koping.
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapaitujuan yang realistis.
Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur
kemampuannya. Taylor, Lilis dan La Mone (1997) mengemukakan bahwa individu yang
merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi
sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya akan
merasa rendah diri.
4. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa
percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik
diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan
identitas diri yang jelas.
D. Tehnik Komunikasi Terapeutik
Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik
berkomunikasi yang berbeda pula. Tehnik komunikasi berikut ini, treutama
penggunaan referensi dari Shives (1994), Stuart & Sundeen (1950) dan Wilson &
Kneisl (1920), yaitu:
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat
perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh
perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal
2. Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga
lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan
klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan
berlanjut tanpa informasi yang baru.
Contoh: “ Hal ini nampaknya penting, nanti kita bicarakan lebih dalam lagi ”.
3. Menyampaikan hasil observasi
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil
pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar.
Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat non-verbal klien.
Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi
lebih jelas tanpa harus bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.
Contoh: – “ Anda tampak cemas”.
– “ Apakah anda merasa tidak tenang apabila anda……”
4. Menawarkan informasi
Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien
terhadap keadaanya. Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan
kesehatan bagi klien. Selain ini akan menambah rasa percaya klien terhadap
perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu
mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberikan nasehat kepada
klien ketika memberikan informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat
keputusan.
5. Diam
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir
pikirannya. Penggunaan metode diam memrlukan ketrampilan dan ketetapan
waktu, jika tidak maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam
memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri,
mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam memungkinkan klien
untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan
memproses informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil
keputusan .
6. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara
singkat. Metode ono bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas
sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan
membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga
dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
Contoh: – “Selama beberapa jam, anda dan saya telah membicarakan…”
7. Memberikan penghargaan
Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan kesadaran
tentang perubahan yang terjadi menghargai klien sebagai manusia seutuhnya
yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.
Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban baginya, dalam arti kata
jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi
mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya. Dan tidak pula
dimaksudkan untuk menyatakan bahwa ini “bagus” dan yang sebaliknya “buruk”.
Perlu mengatakan “Apabila klien mencapai sesuatu yang nyata, maka perawat dapat
mengatakan demikian.”
Contoh: – “Selamat pagi Ibu Sri.” Atau “Assalmualaikum”
– “Saya perhatikan Ibu sudah menyisir rambut ibu”.
Dalam ajaran Islam, memberi salam dan penghargaan menggambarkan akhlah
terpuji, karena berarti mendoakan orang lain memperoleh rahmat dari Allah
SWT. Salam menunjukkan betapa perawat peduli terhadap orang lain dengan
bersikap ramah dan akrab.
8. Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain
atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Seringkali perawat
hanya menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, tehnik komunikasi ini harus
dilakukan tanpa pamrih.
Contoh: – “Saya ingin anda merasa tenang dan nyaman”
9. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.
Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik
pembicaraan. Biarkan klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang
perannanya dalam interakasi ini perawat dapat menstimulasinya untuk
mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk membuka
pembicaraan.
Contoh: – “ Adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan?”
– “ Apakah yang sedang saudara pikirkan?”
– “ Darimana anda ingin mulai pembicaraan ini?”
10. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Tehnik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan
yang mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang
dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat
lebih berusaha untuk menafsirkan dari pada mengarahkan diskusi/pembicaraan
Contoh: – “…..teruskan…..!”
– “…..dan kemudian….?
– “ Ceritakan kepada saya tentang itu….”
11. Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk
melihatnya dalam suatu perspektif.
Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien
untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian secara
teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihat kejadian berikutnya
sebagai akibat kejadian yang pertama. Pesawat akan dapat menentukan pola
kesukaran interpersonal dan memberikan data tentang pengalaman yang
memuaskan dan berarti bagi klien dalam memenuhi kebutuhannya.
Contoh: – “Apakah yang terjadi sebelum dan sesudahnya
– “Kapan kejadian tersebut terjadi
12. Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala
sesungguhnya dari perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk
menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika menceritakan pengalamannya,
perawat harus waspada akan timbulnya gejala ansietas.
Contoh: – “Carikan kepada saya bagaimana perasaan saudara ketika akan
dioperasi”
– “Apa yang sedang terjadi”
13. Refleksi
“Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan
perasaanya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang
harus ia pikirkan dan kerjakan atau rasakan maka perawat dapat menjawab:
“Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana perasaanmu?”. Dengan demikian
perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga dan klien
mempunyai hak untuk mampu melakukan hal tersebut, maka iapun akan berpikir
bahwa dirinya adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan
sebagai individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari orang lain.
Contoh: K: “Apakah menurutmu saya harus mengatakannya kepada dokter?”
P: “Apakah menurut anda, anda harus mengatakannya?”
K: “Suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi saya, bahwa
tidak menelpon saya, kalau dia datang saya tidak ingin berbicara
dengannya.
P: “Ini menyebabkan anda marah”
E. Karakteristik Komunikasi Terapeutik
Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai
berikut: (Arwani, 2003 : 54).
1.Ikhlas (Genuiness)
Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien barus bisa diterima dan pendekatan
individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien
untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.
2.Empati (Empathy)
Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan
penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.
3.Hangat (Warmth)
Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan
dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan
perasaannya lebih mendalam.
F. Fase – fase dalam komunikasi terapeutik
1.Orientasi (Orientation): Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan
komunikasi yang terjadi bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien.
Fase ini dicirikan oleh lima kegiatan pokok yaitu testing, building trust, identification
of problems and goals, clarification of roles dan contract formation.
2.Kerja (Working) :Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi
tujuan yang telah ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk
berdiskusi tentang masalah-masalah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini
terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu menyatukan proses komunikasi dengan
tindakan perawatan dan membangun suasana yang mendukung untuk proses
perubahan.
3.Penyelesaian (Termination): Pada fase ini perawat mendorong pasien untuk
memberikan penilaian atas tujuan telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah
kondisi yang saling menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah
penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan (Arwani, 2003 61).
G. Faktor – faktor penghambat komunikasi
Faktor-faktor yang menghambat komunikasi terapeutik adalah (Indrawati, 2003 :
21):Perkembangan,Persepsi,Nilai,Latar belakang sosial budaya, Emosi, Jenis
Kelamin, Pengetahuan, Peran dan hubungan, Lingkungan, Jarak, CitraDiri, Kondisi
Fisik.
Sumber:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3596/1/keperawatan-jenny.pdf
https://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/komunikasi-terapeutik/
https://windyasih.wordpress.com/nursing/komunikasi-terapeutik/

Anda mungkin juga menyukai