Anda di halaman 1dari 15

Modul

Dokumentasi keperawatan
Disusun oleh:
Tingkat II B
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Cici Dewi Saputri


Egy Nurhuda
Misnawati
Nurdian Afsari
Supriadi
Uray Ramda Zein Julfiando

NIM: 201361210
NIM: 20136111054
NIM: 201361210
NIM: 2013612110
NIM: 20136111
NIM: 20136111

Bab II
Aspek Legal dan etik Dokumentasi Keperawatan

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu memahami tentang Aspek


Legal dan etik Dokumentasi Keperawatan
1. Aspek legal dan etik dokumentasi keperawatan
Aspek legal yang sering pula disebut dasar hukum praktik keperawatan
mengacu pada hukum nasional yang berlaku di suatu negara. Hukum adalah
aturan tingkah laku yang ditetapkan dan diberlakukan oleh pemerintahan suatu
masyarakat.
Di indonesia hukum dibagi dua, yakni hukum pidana dan hukum perdata.
a) Hukum pidana atau hukum publik adalah produk hukum yang mengatur
hubungan individu dengan pemerintah, yang menggambarkan kekuasaan
pemerintah yang berwenang (pemerintah terlibat langsung didalamnya).
b) Hukum perdata atau hukum sipil adalah produk hukum yang mengatur
hubungan antar manusia. Misalnya: kontrak, pemilikan harta, praktik
keperawatan, pengobatan dll.
Sumber hukum utama:
a) Konstitusi
b) Badan legislatif
c) Sistem peradilan (yudikatif)
d) Peraturan administratif
Peraturan perundang-undangan di bidang keperawatan:
Untuk melindungi masyarakat dan perawat dalam praktik keperawatan,
perlu disusun peraturan perundang-undangan keperawatan sebagai aspek legal
dari

profesi

keperawatan.

Perundang-undangan

yang

mengatur

praktik

keperawatan disebut undang-undang atau peraturan praktik keperawatan.


Bentuk perundang-undangan tersebut diatur sesuai dengan kebutuhan dan
jenjang peraturan perundang-undangan.
Jenjang peraturan perundang-undangan, yaitu sebagai berikut:
a) UUD
b) UU
c) Peraturan pengganti undang-undang (PERPU)
d) Peraturan pemerntah (PP)
e) Keputusan presiden (Keppres)

f)

Keputusan menteri (Kepmen)


Dalam praktik keperawatan, perlu diperhatikan peraturan perundangan

tentang pendidikan keperawatan dan peraturan perundang-undangan setelah


lulus pendidikan keperawatan sebagai berikut:
a) Peraturan perundangan tentang pendidikan keperawatan
Peraturan

perundangan

ini

memuat

aturan

yang

mengatur

penyelenggaraan pendidikan keperawatan, baik perangkat keras maupun


perangkat lunaknya. Program yang perlu diatur antara lain sebagai berikut:
b) Program vokasional dengan jenjang pendidikan setingkat SLTA, misalnya
Sekolah perawat kesehatan.
1) Program diploma dengan jenjang pendidikan D III keperawatan dan D IV
keperawatan.
2) Program bakaloriat dengan jenjang pendidikan peguruan tinggi di
fakultas/universitas. Program bakaloriat ini terdiri atas program sarjana
strata I, sarjana strata II (master), dan program sarjana strata III (doktor).
3) Program pendidikan berkelanjutan/pelatihan yang dapat diprogramkan
sesuai dengan jenjang pendidikan yang ada.
4) Program rumah sakit dan puskesmas untuk praktik mahasiswa
pendidikan keperawatan, yang memuat standar peralatan dan tenaga
minimal untuk tempat praktik mahasiswa keperawatan yang dapat
menjamin mutu praktik yang optimal.
c)

Peraturan perundangan

yang mengatur

setelah lulus pendidikan

keperawatan
Dalam kaitan dengan praktik kepeerawatan ini, disiapkan peraturan
perundangan yang mengatur penempatan dan praktik keperawatan, antara lain
sebagai berikut:
1) Peraturan perundangan tentang sistem penempatan tenaga perawat, baik
di dalam negeri maupun diluar negeri.
2) Peraturan perundangan tentang kewenangan praktik keperawatan yang
dikaitkan dengan sertifikasi registrasi dan lisensi keperawatan.
3) Peraturan

perundangan

tentang

etika

profesi

keperawatan

yang

dikeluarkan oleh organisasi profesi dan pemerintah.


4) Peraturan perundangan tentang standar profesi keperawatan sesuai
dengan undang-undang kesehatan No.23 tahun 1992, pasal 53 ayat 1-4

yang diatur oleh peraturan pemerintah. Peraturan perundangan ini pada


hakikatnya

mencegah

pelanggaran

dan

kejahatan

dalam

praktk

keperawatan. Jika pelanggaran terjadi dengan alasan tertentu, peraturan


perundangan ini juga mengatur bagaimana mengatasinya dan sanksisanksinya.
Adapun komponen-komponen dari data yang legal adalah sebagai
berikut:
1. Kondisi fisik, mental dan emosional.
2. Pengkajian, observasi, status kesehatan, dan hasil laboratorium.
3. Perilaku.
4. Respon terhadap stimulus, perubahan visual dan pendengaran, respon
verbal

terhadap

pertanyaan,

respons

terhadap

lingkungan,

dan

perubahan perilaku.
5. Asuhan keperawatan terapeutik.
6. Perawatan yang rutin, kontrol nyeri, terapi darah, dan penggantian cairan
intravena.
7. Pengawasan asuhan keperawatan.
8. Memonitor

aktivitas

motorik,

tanda-tanda

vital,

status

neurologi,

kardiovaskuler, cairan dan nutrisi.


9. Respon klien terhadap terapi.
10. Keseimbangan cairan, konsumsi makanan, intake dan output, status
sirkulasi dan pernapasan, serta edukasi dan nyeri.
Berikut ini adalah pedoman dalam membuat sebuah dokumen yang
legal:
1. Mengetahui tentang konteks malpraktik.
2. Memberi informasi yang akurat mengenai informasi klien seperti terapi
dan asuhan keperawatan.
3. Mencerminkan keakuratan penggunaan proses keperawatan, misalnya:
pengkajian keperawatan, riwayat kesehatan klien, rencana asuhan
keperawatan, dan intervensi.
4. Waspada terhadap situasi tertentu, misalnya klien dengan masalah yang
komleks atau yang membutuhkan perawatan yang intensif.
5. Dokumentasi yang legal selalu mencerminkan apa yang telah terjadi dan
yang telah dilakukan.

6. Dokumentasi keperawatan mencerminkan kolaborasi antara penyediaan


asuhan antara tenaga kesehatan lain dan perawat.
7. Dokumentasi yang rutin selalu mencerminkan gejala dan komplain oleh
klien
Ruang lingkup jenis tindakan keperawatan yang didokumentasikan
adalah sebagai berikut:
1. Aspek legal: isinya data tentang kondisi.
2. Kesalahan: cedera dimana peraturan menyebabkan kerugian.
3. Kelalaian: kegagalan untuk merawat.
4. Malpraktik: kegagalan untuk menerapkan standar.
5. Duty: obligasi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
6. Standar pelayanan: standar yang berlaku yang harus ditepati oleh orang
yang bersangkutan
Menurut Sue Dill Calloway, berikut ini adalah beberapa situasi yang
mempengaruhi proses litigasi:
1. Kesalahan pemberian pengobatan.
2. Kegagalan untuk melindungi klien.
3. Kegagalan untuk mengembalikan objek setelah pembedahan.
4. Klien terbakar.
5. Kegagalan untuk memonitor, mencatat dan melaporkan.
6. Dispensasi pengobatan.
7. Kesalahan mengidentifikasi klien.
8. Menggunakan alat yang rusak.
9. Kerusakan peralatan klien.
10. Kegagalan untuk menjelaskan tentang pekerjaan perawat dan edukasi.
11. Kegagalan dalam menggunakan teknik antiseptik.
12. Kegagalan untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.
13. Kegagalan untuk melaporkan chart yang adekuat.
Prinsip dalam memberikan asuhan harus disesuaikan dengan standar.
Berikut ini adaah elemen-elemen kelalaian yang dapat menjadi
tuntutan:
1. Kegagalan

untuk

memberi

asuhan

sesuai

dengan

menyebabkan kerugian.
2. Kegagalan untuk memberitahu standar yang berlaku.

standar

dan

3. Hubungan antara cedera dan perilaku.


4. Kerugian yang disebabkan karena kelalaian.
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam penulisan
dokumentasi keperawatan:
1. Jangan dihapus.
2. Gunakan tulisan yang mudah terbaca.
3. Jangan menulis komentar kritis bersifat pembalasan.
4. Betulkan semua kesalahan dengan segera.
5. Gunakan ejaan dengan segera.
6. Mencatat semua fakta.
7. Jangan dokumentasikan hasil pengkajian yang tidak menunjang masalah;
data bias dan terlalu subyektif; dapat menyebabkan perbedaan
interpretasi; dan ada istilah atau singkatan yang tidak lazim.
Aspek Legal Dalam Pendokumentasian Keperawatan
Terdapat 2 tipe tindakan legal :
1) Tindakan sipil atau pribadi
Tindakan sipil berkaitan dengan isu antar individu
2) Tindakan kriminal
Tindakan kriminal berkaitan dengan perselisihan antara individu dan
masyarakat secara keseluruhan.
Menurut hukum jika sesuatu tidak di dokumentasikan berarti pihak yang
bertanggung jawab tidak melakukan apa yang seharusnya di lakukan. Jika
perawat tidak melaksanakan atau tidak menyelesaikan suatu aktifitas atau
mendokumentasikan secara tidak benar, dia bisa di tuntut melakukan mal praktik.
Dokumentasi keperawatan harus dapat diparcaya secara legal, yaitu harus
memberikan laporan yang akurat mengenai perawatan yang diterima klien.
Tappen, weiss, dan whitehead (2001) manyatakan bahwa dokumen dapat
dipercaya apabila hal-hal sbb :
a) Dilakukan pada periode yang sama.Perawatan dilakukan pada waktu

perawatan diberikan.
b) Akurat. Laoran yang akurat ditulis mengenai apa yang dilakukan oleh

perawwat dan bagian klien berespon.

c) Jujur. Dokumentasi mencakup laporan yang jujur mangenai apa yang

sebenarnya dilakukan atau apa yang sebenarnya diamati.


d) Tepat. Apa saja yang dianggap nyaman oleh seseorang untuk dibahas di

lingkungan umum di dokumentasikan


PEDOMAN PENDOKUMENTASIAN
Pengobatan
Catat waktu,rute,dosis dan respon
a) Catat obat dan respon klien
b) Catat saat obat tidak diberikan dan intervensi keperawatan
c) Catat semua penolakan obat dan laporkan hal tersebut kepada orang

yang tepat.
1. Dokter
a) Dokumentasikan tiap kali menghubungi dokter bahkan jika dokter

tersebut tidak dapat dihubungi.Cantumkan waktu tepatnya panggilan


dilakukan jika dokter dapat dihubunhi dokumentasikan rincuan pesan
dan respon dokter.
b) Bacakan kembali program lisan kepeda dokter dan klarifikasi nama

klien di catatan klien untuk memastikan identitas klien.


c) Catat program lisan hanya jika anda pernah mendengarnya, bukan

yang di beritahu kepada anda oleh perawat lain atau oleh personal
unit.
2. Isu formal dalam pencatatan
a) Sebelum menulis pastikan anda mengambil catatan klien yang benar.
b) Koreksi semua pencatatan yang salah sesuai dalam kebijakan dan

prosedur di institusi anda.


c) Catat dengan gaya yang terorganisasi mengikuti proses keperawatan
d) Tulis dengan jelas dan singkat agar menghindari pernyataan subyektif
e) Catat deskripsi yang akurat dan spesifik

1. MANAJEMEN RESIKO
Manajemen resiko adalah sistem yang menjamin pelayanan keperawatan
yang tepat dan berusaha mengenai potensial bahaya dan menghilangkannya
sebelum terjadi (Guido, 2006).

Langkah-langkah dalam manajemen resiko adalah mengenali resiko yang


mungkin, menganalisisnya, melakukan tindakan untuk mengurangi resiko
tersebut dan mengevaluasi langkah yang telah diambil.
Salah satu alat yang digunakan dalam manajemen resiko adalah laporan
insiden atau laporan kejadian.
Laporan kejadian memberikan data dasar untuk penelitian selanjutnya
dalam upaya menjelaskan penyimpangan dari standar pelayanan, memperbaiki
tindakan yang diperlukan untuk mencegah rekurensi, dan untuk mengingatkan
manajemn resiko terhadap situasi yang berpotensi menjadi tuntutan.
Contoh dari kejadian adalah klien atau pengunjung terjatuh atau cedera;
gagal mengikuti perintah dokter atau penyelenggara pelayanan kesehatan;
keluhan dari klien, keluarga, dokter atau penyelenggara pelayanan kesehatan
atau departemen rumah sakit lain; kesalahan teknik atau prosedural; dan
malfungsi alat atau produk.
Secara umum institusi memiliki petunjuk khusus untuk mengarahkan
penyelenggara layanan kesehatan dalam melengkapi laporan kejadian. Jangan
menulis laporan kejadian di dalam rekam medis. Manajemen resiko juga
membutuhkan dokumentasi yang baik
Dokumentasi perawat merupakan bukti pelayanan bagi klien dan juga
bukti pelayanan yang baik dan aman oleh perawat. Jika terjadi tuntutan hukum,
maka catatn perawat merupakan hal pertama yang ditinjau oleh pengacara
(Austin, 2006). Pengkajian dan laporan perubahan kondisi klien oleh perawat
merupakan faktor pembela yang penting di dalam tuntutan hukum. Oleh karena
itu, perawat harus mengidentifikasi kepastian bahwa dokter atau penyelenggara
layanan kesehatan telah dihubungi; informasi kepada dokter atau penyelenggara
layanan

kesehatan

telah

disampaikan;

dan

juga

respon

dokter

atau

penyelenggara layanan kesehatan.


Tujuan manajemen resiko adalah untuk mengidentifikasikan resiko,
mengendalikan kejadian-kejadian , mencegah kerusakan dan mengendalikan
liabilitas (huber 2000).
Departemen

manajemen

resiko

memutuskan

apakah

akan

menginvestigasi insiden labih lanjut. Perawat mungkin harus menjawab


pertanyaan khusus seperti apa perawat di anggap sebagai alasan terjadinya
insiden, bagaimana insiden itu dapat di cegah dan apakah ada peralatan yang

harus disesuaikan. Perawat yang yakin mereka akan di pecat atau meraka akan
dituntut harus mendapatkan nasihat hukum bahkan jika departemen manajemen
resiko membebaskan perawat dari tanggung jawab ,klien atau keluarga klien
dapat mengajukan tuntutan. Namun penuntut harus membuktikan bahwa insiden
terjadi karena parawatan yang layak tidak dilakukan bahkan jika standar
parawatan yang baik tidak terpenuhi , penuntut harus membuktikan bahwa
insiden merupakan akibat langsung dari kegagalan dalam memenuhi strandar
perawatan yang baik dan bahwa insiden tersebur menyebabkan cidera fisik,
emosi atau finansial.

2. Pelanggaran yang sering terjadi dalam perawatan adalah sebagai


berikut:
a)

Pelanggaran
Perlakuan seseorang yang dapat merugikan orang lain berupa harta atau

milik lainnya secara disengaja atau pun tidak disengaja. Jika ada tuntutan
hukum, biasanya diselesaikan secara perdata dengan mengganti kerugian
tersebut.
Contoh: menghilangkan barang titipan klien atau merugikan nama baik
klien
b)

Kejahatan
Suatu perlakuan merugikan orang lain, tetapi perbuatan tersebut

dianggap merugikan publik. Karena terlalu parah, kejahatan yang dianggap


tindakan perdata (tort) dapat digolongkan sebagai tindakan kriminal (tindakan
pidana). Tindak kriminal/pidana ini dapat dijatuhi hukum denda atau penjara atau
kedua-duanya.
Contoh:
a. Kecerobohan luarbiasa yang menunjukkan bahwa pelaku tidak
mengindahkan sama sekali nyawa orang lain (korban). Kejahatan ini
dapat dikenakan tindak perdata maupun pidana
b. Kealpaan mematuhi undang-undang kesehatan yang mengakibatkan
tewasnya orang lain atau mengonsumsi/mengedarkan obat-obat
terlarang. Kejahatan ini dapat dianggap sebagai tindakan kriminal
(lepas dari kenyataan disengaja atau tidak)
c. Kecerobohan dan praktik sesat
c) Kecerobohan
Kecerobohan adalah suatu perbuatan yang tidak akan dilakukan oleh
seseorang yang bersikap hati-hati dalam situasi yang sama. Dengan kata lain,
perbuatan yang dilakukan di luar koridor standar keperawatan yang telah
ditetapkan dan dapat menimbulkan kerugian. Apabila hal tersebut terjadi dan ada
penuntutan, hakim/juri biasanya menggunakan saksi ahli (orang yang ahli di
bidang tersebut).
Contoh:
a. Sembarangan mengurus barang pribadi klien (pakaian, uang,
kacamata dll) sehingga rusak atau hilang

b. Tidak menjawab tanda panggilan klien yang dirawat sehingga klien


mencoba mengatasinya sendiri dan terjadi cedera
c. Tidak

melakukan

tindakan

perlindungan

pada

klien

yang

mengakibatkan klien cedera, misalnya tidak mengambilkan air panas


dari dekat klien yang mengakibatkan air tersebut tumpah kena klien
dan klien mengalami luka bakar
d. Gagal melaksanakan perintah perawatan, gagal memberi obat secara
tepat atau melaporkan tanda/gejala yang tidak sesuai dengan
kenyataan, tidak menyelidiki perintah yang meragukan sebelumnya
sehingga dengan kelalaian/kegagalan tersebut menimbulkan cedera
Selanjutnya secara profesional dikatakan bahwa kecerobohan sama
dengan pelaksanaan praktik buruk, praktik sesat atau malpraktik.
1. Pelanggaran penghinaan
Suatu perkataan atau tulisan yang tidak benar mengenai seseorang
sehingga orang tersebut merasa terhina atau dicemooh. Jika pernyataan
tersebut dalam bentuk lisan, disebut slander dan jika berbentuk tulisan disebut
libel.
Contoh:
a) Pernyataan palsu
b) Menuduh orang secara keliru
c) Memberi keterangan palsu kepada klien
Orang yang didakwa dengan tuduhan slander atau libel tidak dapat
diancam hukuman jika ia dapat membuktikan kebenaran pernyataannya (lisan
atau tulisan). Tuduhan ini dapat dibela dengan komunikasi berprivilese, yakni
komunikasi yang didasarkan pada anggapan bahwa petugas profesional tidak
dapat memberi pelayanan yang baik tanpa pembeberan fakta secara lengkap
mengenai masalah yang dihadapinya. Jadi informasi berprivilese merupakan
informasi rahasia antar petugas profesional dengan kliennya, antara pengacara
dengan kliennya, antara kiai dengn pemeluk agamanya.
2.

Penahanan yang keliru


Penahanan klien tanpa alasan yang tepat atau pencegahan gerak

seseorang tanpa persetujuannya, misalnya menahan klien pulang dari rumah


sakit guna mendapat perawatan tambahan tanpa persetujuan klien yang
bersangkutan, kecuali jika klien tersebut mengalami gangguan jiwa atau penyakit

menular yang apabila dipulangkan dari rumah sakit akan membahayakan


masyarakat.

Untuk

itu

rumah

sakit

mempunyai

formulir

khusus

yang

ditandatangani klien/keluarga, yang menyatakan bahwa rumah sakit yang


bersangkutan

tidak

bertanggung

jawab

apabila

klien

cedera

karena

meninggalkan rumah sakit tersebut.


3.
Pelanggaran privasi
Tindakan mengekspose/ memamerkan/ menyampaikan seseorang (klien)
kepada publik, baik orangnya langsung, gambar ataupun rekaman, tanpa
persetujuan orang/ klien yang bersangkutan, kecuali ekspose klien tersebut
memang diperlukan menurut prosedur perawatannya
Contoh:
a. Menyebar gosip atau memberi informasi klien kepada orang yang
tidak berhak memperoleh informasi itu
b. Memberi perawatan tanpa memerhatikan kerahasiaan klien, yaitu
klien dilihat/didengar orang lain sehingga klien merasa malu
4. Ancaman dan pemukulan
Ancaman (assault) adalah suatu percobaan/ancaman, melakukan kontak
badan dengan orang lain tanpa persetujuannya. Pemukulan (batter) adalah
ancaman yang dilaksanakan. Setiap orang diberi kebebasan dari kontak badan
dengan orang lain, kecuali jika ia telah menyatakan persetujuannya.
Contoh:
Jika klien dioperasi tanpa persetujuan yang bersangkutan/keluarganya,
dokter/rumah sakit tersebut dapat dituntut secara hukum.
Garis besar tentang persetujuan:
MASALAH
Kapan diperlukan
atau tidak diperlukan

IZIN KONTAK BADAN


Diperlukan:
a) Pelayanan rutin rumah sakit
b) Prosedur diagnosis
c) Pengobatan non rutin pembedahan

Tidak diperlukan:
a) Keadaan

darurat:

ancaman

langsung

terhadap

keselamatan atau kesalahan


b) Para ahli sependapat bahwa keadaan klien darurat

c) Klien tidak mampu memberi persetujuan dan orang

yang berwenang tidak dapat dihubungi


d) Aksi sebagai respons terhadap komplikasi selama

operasi dan jika orang yang berwenang tidak dapat


dihubungi
e) Jika klien pasrah saja

Konsekuensi tidak
memperoleh
persetujuan

a) Perawat dan dokter dapat dituntut dengan tuduhan

penyiksaan
b) Rumah

sakit

dapat

dituntut

dengan

tuduhan

penyiksaan karena rumah sakit bertanggung jawab


Kriteria persetujuan

atas tindakan pegawainya


a) Tertulis (lisan, asal dapat dibuktkan dipengadilan)

yang sah

b) Ditandatangani klien atau orang yang secara hukum

bertanggung jawab
c) Klien

(atau

penandatangan)

memahami

corak

prosedur, resiko yang terkandung dan kemungkinan


konsekuensinya
d) Prosedur yang dilaksanakan disetujui

Siapa yang

a) Klien jika ia mampu

menandatangani

b) Orang lain jika:

1) Klien tidak mampu secara fisik, tidak kompeten


menurut hukum, masih di bawah umur kecuali jika
ia sudah menikah atau mandiri
2) Jika kemampuan reproduksi klien telah berakhir,
Jika klien tidak mau
menandatangani

pasangan hidupnya yang menandatangani


1) Klien berhak menolak, tetapi ia harus menandatangani
formulir sebagai bukti penolakannya
2) Pihak

rumah

pengadilan

jika

sakit

dapat

penolakan

memintakan
klien

perintah

membahayakan

keselamatannya
1. Penipuan
Pemberian gambaran salah secara sengaja yang dapat mengakibatkan
atau telah mengakibatkan kerugian atau cedera pada seseorang atau
hartanya.
Contoh: memberi data yang keliru guna mendapat lisensi keperawatan

Pelanggaran disengaja yang penting diketahui oleh seorang perawat:


Istilah hukum
Ancaman

Definisi
Membuat orang lain takut, kontak badan

Contoh
Mengancam memukul

Penyiksaan

tanpa persetujuannya
seseorang
Melakukan kontak badan dengan seseorang Memukul seseorang

Penahanan yang

tanpa persetujuannya
Penahanan seseorang dengan cara yang

Menahan klien di rumah

keliru

melanggar hukum tanpa persetujuannya

sakit sampai ia
membayar biaya
pengobatannya
Mengambil foto seorang

Pelanggaran hak

Pelanggaran hak seseorang untuk tidak

privasi

diganggu dan masalah pribadi tertentu tidak anak cacat tanpa

Penghinaan

Libel

dibeberkan kepada umum

persetujuan orang

Merugikan nama baik orang lain dngan

tuanya
Membuka aib klien

menyebar berita bohong mengenai dia

kepada orang lain

kepada pihak ketiga


Penghinaan tertulis

Menuliskan bahwa
seseorang adalah

Slander

Penghinaan lisan

pencuri
Mengatakan seseorang
adalah pencuri

Dokumentasi legal yang isinya merupakan kondisi perkembangan klien


biasanya ditulis dalam bentuk chart. Chart memuat segala proses dan
perkembangan klien yang ditulis secara akurat. Chart mempunyai dua fungsi,
yaitu sebagai penyedia data mengenai klien dan merupakan laporan yang dapat
menjaga standar pelayanan.

Exercise
1.

Pelanggaran apa yang sering terjadi yang dilakukan oleh perawat dalam

2.

pendokumentasian keperawatan?
Apabila perawat terbukti melakukan kesalahan dalam pendokumentasian
keperawatan, sanksi apa yang dapat diberikan sesuai dengan kesalahan

3.

yang dilakukannya?
Dalam pendokumentasian keperawatan hal apa yang perlu diperhatikan agar

4.

sesuai dengan etik keperawatan?


Langkah apa yang dapat diambil apabila seorang perawat melakukan
kesalahan agar pendokumentasian keperawatan tetap berjalan sesuai
prosedur?

Anda mungkin juga menyukai